csr

8
A. PENDAHULUAN Corporate Responsibility merupakan komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam perkembangan ekonomi, mempekerjakan dengan pegawai, keluarga, komunitas lokal, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup (KPMG, 2005). Tanggung jawab sebuah perusahaan tersebut meliputi beberapa aspek yang semuanya itu tidak dapat dipisahkan. Dari definisi tentang tanggung jawab perusahaan diatas munculah tanggung jawab sosial yang harus dijalankan oleh perusahaan. Tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility yang selanjutnya disingkat menjadi CSR adalah kontribusi sebuah perusahaan yang terpusat pada aktivitas bisnis, investasi sosial dan program philantrophy, dan kewajiban dalam kebijakan publik (Wineberg 2004:72 dalam Tanudjaja 2006). Tujuan dari adanya CSR yaitu sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan karena dampak-dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Kondisi dunia yang tidak menentu seperti terjadinya global warming, kemiskinan yang semakin meningkat serta memburuknya kesehatan masyarakat memicu perusahaan untuk melakukan tanggung jawabnya. CSR bagian yang penting dalam strategi perusahaan dalam berbagai sektor dimana terjadi ketidakkonsitenan antara keuntungan perusahaan dan tujuan sosial, atau perselisihan yang dapat terjadi karena isu-isu tentang kewajaran yang berlebihan (Heal, 2004). Jadi CSR merupakan suatu bentuk kepedulian sosial sebuah perusahaan untuk melayani kepentingan organisasi maupun kepentingan publik eksternal. CSR juga dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mepertanggungjawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi serta lingkungan. Dari latar belakang tersebut banyak perusahaan yang melakukan pengungkapan mengenai CSR dalam laporan tahunan, walaupun tidak ada yang mewajibkan. CSR telah banyak dilakukan dibeberapa negara. Survei KPMG di seluruh dunia tahun 2005 memperlihatkan bahwa praktek pelaporan yang berkesinambungan mengirimkan pesan pada GRI (Global Reporting Initiative) yaitu peningkatan signifikan penggunaan GRI guidline sejak tahun 2002 sebagai kerangka pelaporan satu- satunya secara global. Ini mengindikasikan bahwa adanya peningkatan pengunaan GRI berarti adanya peningkatan pelaporan CSR. Di Australia telah terjadi peningkatan dalam hal

Transcript of csr

Page 1: csr

A. PENDAHULUAN

Corporate Responsibility merupakan komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam perkembangan ekonomi, mempekerjakan dengan pegawai, keluarga, komunitas lokal, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup (KPMG, 2005). Tanggung jawab sebuah perusahaan tersebut meliputi beberapa aspek yang semuanya itu tidak dapat dipisahkan. Dari definisi tentang tanggung jawab perusahaan diatas munculah tanggung jawab sosial yang harus dijalankan oleh perusahaan.

Tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility yang selanjutnya disingkat menjadi CSR adalah kontribusi sebuah perusahaan yang terpusat pada aktivitas bisnis, investasi sosial dan program philantrophy, dan kewajiban dalam kebijakan publik (Wineberg 2004:72 dalam Tanudjaja 2006). Tujuan dari adanya CSR yaitu sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan karena dampak-dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Kondisi dunia yang tidak menentu seperti terjadinya global warming, kemiskinan yang semakin meningkat serta memburuknya kesehatan masyarakat memicu perusahaan untuk melakukan tanggung jawabnya. CSR bagian yang penting dalam strategi perusahaan dalam berbagai sektor dimana terjadi ketidakkonsitenan antara keuntungan perusahaan dan tujuan sosial, atau perselisihan yang dapat terjadi karena isu-isu tentang kewajaran yang berlebihan (Heal, 2004). Jadi CSR merupakan suatu bentuk kepedulian sosial sebuah perusahaan untuk melayani kepentingan organisasi maupun kepentingan publik eksternal. CSR juga dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mepertanggungjawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi serta lingkungan. Dari latar belakang tersebut banyak perusahaan yang melakukan pengungkapan mengenai CSR dalam laporan tahunan, walaupun tidak ada yang mewajibkan.

CSR telah banyak dilakukan dibeberapa negara. Survei KPMG di seluruh dunia tahun 2005 memperlihatkan bahwa praktek pelaporan yang berkesinambungan mengirimkan pesan pada GRI (Global Reporting Initiative) yaitu peningkatan signifikan penggunaan GRI guidline sejak tahun 2002 sebagai kerangka pelaporan satu-satunya secara global. Ini mengindikasikan bahwa adanya peningkatan pengunaan GRI berarti adanya peningkatan pelaporan CSR. Di Australia telah terjadi peningkatan dalam hal pengungkapan lingkungan suatu perusahaan. Banyak negara yang menuntut perusahaan Australia untuk mengungkapkan kinerja lingkungan meskipun tidak ada aturan atau undang-undang yanng mengikat (Deegan dan Rankin, 1996 dalam Brown dan Deegan, 1998). Dalam artikelnya juga disebutkan bahwa beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan kinerja lingkungan dari waktu ke waktu. Di Asia praktek pelaporan tanggung jawab perusahaan juga tumbuh secara perlahan-lahan. Termasuk Indonesia, empat tahun belakangan ini CSR telah menjadi tren. Dalam Warta Ekonomi (2006) hasil Survei global yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit menunjukkan bahwa 85% eksekutif senior dan investor dari berbagai macam organisasi menjadikan CSR sebagai pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan. Selain itu CSR dapat digunakan untuk meminimalkan distributional conflicts (Heal, 2004).

Seperti yang telah disebutkan diatas CSR merupakan isu-isu yang strategis. Pengungkapan CSR merupakan kunci strategi perusahaan (Ducassy & Jeannicot, 2008) sehingga hal ini menimbulkan pertanyaan tentang dampak informasi CSR terhadap tingkah laku investor. Dalam artikelnya Mackey et.al (2005) dijelaskan bahwa debat antara manajer yang harus memaksimalkan current value dari perusahaan dalam membuat pilihan stategis dan orang yang mengargumentasikan bahwa kadang-kadang kepentingan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang ekuitas perusahaan harus ditinggalkan untuk kebaikan

Page 2: csr

dari stakeholder yang lain. Hal ini masih diperdebatkan karena untuk mengetahui apakah aktivitas CSR ini akan meningkatkan pengaruh dalam market value perusahaan. Dengan adanya CSR diharapkan perusahaan dapat memperoleh legitimasi sosial dan dapat memaksimalkan profit dalam jangka panjang.

CSR akan menjadi strategi bisnis yang yang tidak dapat dipisahkan dalam perusahaan. Pengungkapan CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Guthrie dan Parker, 1990).

Artikel ini membahas tentang perilaku investor terhadap pengungkapan CSR di laporan tahunan. Tujuannya yaitu mengetahui fungsi adanya pengungkapan CSR dalam laporan tahunan bagi investor khususnya dan akademika pada umumnya.

B. PEMBAHASAN

1. Teori Legitimasi

Teori legitimasi didasarkan pada pengertian kontrak sosial yang diimplikasikan antara institusi sosial dan masyarakat (Ahmad dan Sulaiman, 2004). Teori tersebut dibutuhkan oleh institusi-institusi untuk mencapai tujuan agar kongruen dengan masyarakat luas. Menurut Gray et al (1996:46) dalam Ahmad dan Sulaiman (2004) dasar pemikiran teori ini adalah organisasi atau perusahaan akan terus berlanjut keberadaannya jika masyarakat menyadari bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri. Teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Perusahaan menggunakan laporan tahunan mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab lingkungan, sehingga mereka diterima oleh masyarakat. Dengan adanya penerimaan dari masyarakat tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. Hal tersebut dapat mendorong atau membantu investor dalam melakukan pengambilan keputusan investasi.

1. Market Efficiency Assumption

Model ini mengasumsikan bahwa pasar modal merupakan pasar efisisen bentuk semi kuat (Fama 1970 dalam Mackey et.al 2005). Hal ini berarti bahwa informasi yang dipublikasikan, nilai yang terlihat dari aset perusahaan , rata-rata, direfleksikan dalam harga pasar aset tersebut. Efisisensi dalam bentuk semi kuat merupakan bentuk efisiensi pasar yang lebih komprehensif karena dalam bentuk ini, harga saham disamping dipengaruhi oleh data pasar (harga saham dan volume perdagangan masa lalu), juga dipengaruhi oleh semua informasi yang dipublikasikan (earning, dividen, pengumuman stock split, penerbitan saham baru, dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan). Efisiensi dalam bentuk semi kuat menyarankan bahwa ketika sebuah perusahaan secara umum menjalankan aktivitas tanggung jawabnya secara social itu menurunkan present value dari cash flows, arah dan potensi investor akan unsur tindakan ini dan konsekuensinya kedalam keputusan tentang bagaimanapun juga membeli atau menjual saham perusahaan ini (Mackey et.al, 2005). Ini berarti bahwa perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosialnya dapat menurunkan nilai masa depannya dari aliran kas, sehingga akan mempengaruhi tindakan investor dalam melakukan penjualan maupun pembelian saham.

Page 3: csr

1. Teori Stakeholder

Freeman (1984) dalam Roberts (1992) mendefinisikan stakeholder seperti sebuah kelompok atau individual yang dapat memberi dampak atau terkena dampak oleh hasil tujuan perusahaan. Yang termasuk dalam stakeholder yaitu stockholders, creditors, employees, customers, suppliers, public interest groups, dan govermental bodies (Roberts, 1992). Dalam artikelnya Roberts perkembangan konsep stakeholder dibagi menjadi tiga yaitu model perencanaan perusahaan dan kebijakan bisnis dan corporate social responsibility. Model perencanaan perusahaan dan kebijakan bisnis fokus pada perkembangan dan penentuan nilai startegi perusahaan yang dibuat oleh kelompok yang mendukung serta menghendaki perusahaan terus berlangsung. Model CSR dari analisis stakeholder melanjutkan model perencanaan perusahaan yang meliputi pengaruh eksternal dalam perusahaan yang diasumsikan sebagai posisi lawan. Kelompok lawan dicirikan seperti peraturan atau kelompok khusus yang fokus pada isu-isu sosial. CSR model mengikuti perubahan permintaan sosial dari kelompok non tradisional. Ulman (1985) menyimpulkan bahwa teori stakeholder menyediakan aturan yang tidak sah dalam pembuatan keputusan stategi perusahaan yang dipelajari dari aktivitas CSR. Hasil dari penelitian Roberts yang penelitiannya menggunakan teori stakeholder yaitu stakeholder power, stategic posture, dan kinerja ekonomi berhubungan dengan corporate social disclosure. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkah laku investor sebagai salah satu pengguna laporan keuangan dapat mempengaruhi corporate social disclosure. Juga sebaliknya dimana investor dalam melakukan investasi dapat menggunakan corporate social disclosure sebagai pertimbangan selain menggunakan laba.

1. Karakteristik Investor

Artikel dari Mackey et.al (2005) mengatakan bahwa beberapa investor tertarik hanya memaksimalkan kekayaan mereka dalam membuat keputusan untuk berinvestasi. Investor yang mempunyai tujuan seperti itu biasanya disebut “wealth maximizing investor” (Mackey et.al, 2005). Sebaliknya, para investor lainnya mungkin tidak hanya tertarik dalam memaksimalkan kekayaan. Sebagian, beberapa investor hanya melakukan investasi dalam perusahaan yang dananya untuk kegiatan tanggung jawab social. Dan biasanya investor yang mempunyai tingkah laku seperti itu disebut “socially conscious activities” (Mackey et.al, 2005). Investor socially conscious memperoleh manfaat dari laba perusahaan yang ditanaminya, tetapi mereka juga memperoleh manfaat dari aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan tersebut. Sehingga investor yang menanamkan modalnya ke perusahaan yang melakukan CSR akan memperoleh keuntungan ganda. Dalam melakukan investasi, investor sebaiknya melihat hal-hal yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Terutama, ada atau tidaknya pengungkapan CSR didalamnya.

Teori-teori diatas adalah beberapa teori yang berkaitan dengan CSR. Teori tersebut telah digunakan dalam penelitian-penelitian yang menyangkut CSR. Hasil-hasil penelitian tersebut diantaranya adalah ada beberapa keterbatasan dukungan teori legitimasi dalam menjelaskan sifat pengungkapan sebaik alasan pengungkapan. Luas pengungkapan lingkungan sangat terbatas. Melaporkan jumlah perusahaan sampel yang mengungkapkan beberapa informasi environmental dalam annual report-nya (38 perusahaan, 27,54%) dan jumlah perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi environmental (100 perusahaan, 72,46%) (Nik Ahmad dan Sulaiman, 2004).

Page 4: csr

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mackey et.al (2005) dengan menggunakan asumsi efisiensi semi kuat menunjukkan bahwa manajer pada perusahaan dagang yang untuk publik menemukan bahwa CSR belum memaksimalkan present value future cash flow-nya, tetapi memaksimalkan nilai pasar perusahaan. Dalam melakukan investasi, biasanya investor melihat labanya, laba tersebut dapat dilihat dari nilai pasarnya. Laba memiliki value relevance yang dapat diketahui dari pengaruhnya terhadap reaksi investor yang digambarkan dalam harga saham. Sejalan dengan perubahan kondisi ekonomi, value relevance laba mengalami penurunan. Penurunan tersebut dapat disebabkan karena semakin meningkatnya nilai ekonomis aktiva tidak berwujud yang tidak dilaporkan dalam laporan keuangan karena masalah pengukuran serta tingkat perubahan dalam lingkungan bisnis. Dari waktu ke waktu semakin banyak tersedia informasi yang digunakan oleh investor dalam penilaian perusahaan. Salah satu informasi alternatif yng dapat digunakan oleh investor adalah informasi Corporate Social Responsibility.

Hasil penelitian Heal (2004) menunjukkan bahwa CSR dapat memainkan peranan penting sebagai tangan-tangan yang tak terlihat untuk menghasilkan social good, juga untuk meningkatkan laba perusahaan dan tindakan untuk menangkas resiko reputasi. Kemudian hasil penelitian Ducassy dan Jeannicot (2008) mengungkapkan bahwa adanya respon pasar terhadap publikasi ranking CSR. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Roberts (1992) menemukan bahwa tindakan dari stakeholder power, strategic posture, and economic performance berhubungan signifikan dengan CSR. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Sayekti dan Wondabio (2008) menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh negative terhadap ERC. Dengan adanya hasil penelitian ini berarti investor menngapresiasi informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa CSR dapat digunakan oleh investor sebagai pertimbangan alternative dalam melakukan investasi. Mengingat banyak faktor yang berhubungan dengan CSR, salah satunya penelitian-penelitian diatas.

C. KESIMPULAN

Artikel ini membahas tentang perilaku investor terhadap pengungkapan CSR di laporan tahunan. CSR merupakan suatu bentuk kepedulian sosial sebuah perusahaan untuk melayani kepentingan organisasi maupun kepentingan publik eksternal. Tujuan dari adanya CSR yaitu sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan karena dampak-dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Sehingga banyak perusahaan yang melakukan pengungkapan mengenai CSR dalam laporan tahunan, walaupun tidak ada yang mewajibkan.. CSR juga dapat digunakan untuk meminimalkan distributional conflicts dan merupakan kunci stategi perusahaan. Dengan adanya CSR diharapkan perusahaan dapat memperoleh legitimasi sosial dan dapat memaksimalkan profit dalam jangka panjang. Dari definisi dan manfaat CSR tersebut menimbulkan pertanyaan tentang ada tau tidaknya dampak informasi CSR terhadap tingkah laku investor.

Teori legitimasi menyarankan perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Dengan menggunakan laporan tahunan tahunan, perusahaan menggambarkan tanggung jawab lingkungan, sehingga mereka diterima oleh masyarakat. Selain itu CSR juga berhubungan dengan efisiensi dalam bentuk semi kuat dan teori stakeholder.

Teori tersebut telah digunakan dalam penelitian-penelitian yang berkaitan dengan CSR. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mackey et.al (2005), Heal (2004), Duccassy dan

Page 5: csr

Jeannicot (2008), Roberts (2002), Sayekti dan Wondabio (2008) mengindikasikan bahwa CSR dapat digunakan oleh investor sebagai pertimbangan alternative dalam melakukan investasi.

D. DAFTAR PUSTAKA

________________. 2005. KPMG International Survey of Corporate Responsibility Reporting. Swiss.

Alison, Mackey., Tyson B. Mackey, dan Jay B. 2005. Barney. Corporate Social Responsibility and Firm Performance: Investor Preferences and Corporate Strategies. Available, http://www.ssrn.com

Brown and Deegan. 1998. The Public Disclosure Of Environmental Performance Information – A Dual Test Of Media Agenda Setting Theory And Legitimacy Theory. Accounting & Business Riset, Vol. 29, No.1,pp 21-41. Winter Issue.

Ducassy, Isabelle., Karine Jeannicot. 2008. Responsibilitie Sociale et Perforance Financiere: une etude d’evenement a l’annonce d’un classement RSE. Available, http://www.ssrn.com.

Guthrie, J. and L.D. Parker. 1990. Corporate Social Disclosure Practice: A Comparative International Analysis. Advances in Public Interest Accounting, vol.3, pp. 159-175.

Heal, Geoffrey. 2004. Corporate Social Responsibility – An Economic and Financial Framework. Available, http://www.ssrn.com.

Nik Ahmad, Nik Nazli., Mailah Sulaiman. 2004. Environmental Disclosure in Malaysian Annual Reports: A Legitimacy Theory Perspective. International Journal of Commerce & Management. Vol.14, No.1, pp. 44-58.

Roberts, W. Robin. 1992. Determinants of Corprate Social Ressibility Disclosure An Aplication of Stakeholder Theory. Accounting Organiation and Society. Vol.17, No. 6, pp 595-612.

Sayekti, Yosefa., Ludovicius S Wondabio. 2008. Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient. Available, http://info.perbanas institute.ac.id.

Tanudjaja, Bing Bedjo. 2006. Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia. Available, http://www.petra.ac.id/journals.

Ulman, A. 1985. Data in Search of a Tjeory: A Critical Examination of the Relationships among Social Performance, Social Disclosure, and Economic Performance of U.S. Firms. Academy of Management Review. Vol.10, No.3 (Jul,1985), 540-557.

Warta Ekonomi. 2006. Konsep Bisnis Paling Bersinar 2006: Level Adopsinya Kian Tinggi. Desember 2006, h. 36-37.

Page 6: csr

2 Comments Add your own

1. bocahbancar  |  Januari 11, 2009 at 6:51 pm

Ya..

CSR sudah menjadi bagian daripada citra suatu perusahaan..

Namun yang perlu diingat, CSR ini adalah pemberdayaan masyarakat bukannya pemberian bantuan secara langsung seperti sunatan massal, pemberian sembako dan sejenisnya..

Tentu dengan pencapaian tujuan CSR yang bagus, maka suatu perusahaan tersebut akan disambut baik oleh warga dan Investro pun tidak khawatir ketika menanam sahamnya di sana..