Cross Sectional

16
STUDI EPIDEMIOLOGI CROSS SECTIONAL 1. Definisi Studi Cross Sectional Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya (Notoatmodjo, 2002). Penelitian cross sectional ini, peneliti hanya mengobservasi fenomena pada satu titik waktu tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun eksplanatif, penelitian cross-sectional mampu menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel lain pada populasi yang diteliti, menguji keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis serta tingkat perbedaan di antara kelompoksampling pada satu titik waktu tertentu. Namun penelitian cross-sectional tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya dalam periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis yang mempengaruhinya.

description

Studi epidemiologi

Transcript of Cross Sectional

STUDI EPIDEMIOLOGI CROSS SECTIONAL

1.Definisi Studi Cross SectionalSurvey cross sectionalialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat(point time approach).Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana yang jadi pemajan danoutcome,serta jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya (Notoatmodjo, 2002).Penelitiancross sectionalini, peneliti hanya mengobservasi fenomena pada satu titik waktu tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun eksplanatif, penelitiancross-sectionalmampu menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel lain pada populasi yang diteliti, menguji keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis serta tingkat perbedaan di antara kelompoksamplingpada satu titik waktu tertentu. Namun penelitiancross-sectionaltidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya dalam periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis yang mempengaruhinya. Cross Sectional (potong-lintang) Adalah studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengambil status paparan, penyakit, atau karakteristik terkait kesehatan lainnya, secara serentak pada individu-individu dari suatu populasi pada suatu saat (Bhisma Murti, 2003). Cross Sectional (potong-lintang) adalah studi Epidemiologi yang mempelajari Prevalensi, Distribusi, maupun hubungan penyakit dan paparan dengan cara mengamati status paparan, penyakit, atau karakteristik secara serentak pada individu dari populasi pada satu saat.

2.Tujuan Studi Cross SectionalTujuan studi cross sectional adalah membandingan perbedaan-perbedaan penyakit antara kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar, meneliti hubungan antara paparan dan penyakit, dan membandingkan proporsi orang-orang terpapar mengalami penyakit (a/(a+b)) dengan proporsi orang-orang tidak terpapar yang mengalami penyakit ( c/(c+d))Dalam rancangan studi potong lintang, peneliti mendapatkan data frekuensi dan karakter penyakit, serta paparan faktor penelitian pada suatu populasi dan pada satu saat tertentu. Sehingga data yang dihasilkan adalah prevalensi bukan insiden. Tujuan studi cross sectional adalah untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-determinannya pada populasi sasaran.Secara garis besar, tujuan penelitiancross sectionaladalah sebagai berikut1) Penelitiancross sectionaldigunakan untuk mengetahui masalah kesehatan masyarakat di suatu wilayah, misalnya suatu sampling survey kesehatan untuk memperoleh data dasar untuk menetukan strategi pelayanan kesehatan atau digunakan untuk membandingkan keadaan kesehatan masyarakat disuatu saat2) Penelitian dengan pendekatancross sectionaldigunakan untuk mengetahuiprevalensi penyakit tertentu di suatu daerah tetapi dalam hal- hal tertentu prevalensi penyakit yang ditemukan dapat digunakan untuk mengadakan estimasi insidensi penyakit tersebut. misalnya penyakit yang menimbulkan bekas sepertivariola karena dari bekas yang ditinggalkan dapat diperkirakan insidensi penyakittersebut dimasa lalu tetapi akan sulit memperkirakan insidensi berdasarkan bekas yang ditinggalkan bila bekas tersebut tidak permanen.3) Penelitiancross sectionaldapat digunakan untuk memperkirakan adanya hubungan sebab akibat bila penyakit itu mengalami perubahan yang jelas dan tetap, misalnyapenelitian hubungan antara golongan darah dengan karsinoma endometrium4) Bila perubahan yang terjadi tidak jelas dan tidak tetap seperti penyakit yang menimbulkan perubahan biokimia atau perubahan fisiologi dilakukan penelitiancross sectionalkarena pada penelitian ini sebab dan akibat ditentukan pada waktu yang sama dan antara sebab akibat dapat saling mempengaruhi misalnya hubungan antara hipertensi dengan tingginya kadar kolesterol darah.5) Penelitiancross sectionaldimaksudkan untuk memperoleh hipotesis spesifik yang akan diuji melalui penelitian analitis, misalnya dalam suatu penelitiancross sectionaldi suatu daerah ditemukan bahwa sebagian besar penderita diare menggunakan air kolam sebagai sumber air minum. Dari hasil ini belum dapat dikatakan bahwa air kolam tersebut factor resiko timbulnya diare, tetapi penemuan tersebut hanya merupakan suatu perkiraan atau hipotesis yang harus diuji melalui penelitian analitis.Rancangan Penelitian Cross Sectional :

Tabel Pengamatan Studi Cross Sectional:

Insidence kelompok terpapar (Po) = a/a+bInsidence kelompok tidak terpapar (P1) = c/c+dMembandingkanPrevalensiefek pada kelompok E+ dgn kelompok E-Rasio Prevalens (RP) = a/(a+b) : c/(c+d) Interpretasi Hasil1. RP > 1Variabel independen merupakan faktor risiko2. RP < 1Variabel independen mengurangi risiko terjadinya efek3. RP = 1Variabel independen yang diduga merupakan faktor risiko terjadinya efek, justru tidak berpengaruhCatatan:Bila 95% Confidence Interval dari PR melalui nilai 1 (mis. 0,762,3), variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

3.Karakteristik Studi Cross SectionalAdapun karakteristik studi cross sectional adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan prevalensi penyakit tertentu2. Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding3. Hubungan sebab akibat hanya merupakan perkiraan saja4. Penelitian ini dapat menghasilkan hipotesis5. Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis (Dudiarto & Anggraeni, 2001)

4.Jenis Studi Cross SectionalBerdasarkan tujuannya, studi cross sectional dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :1) Studi cross sectional deskriptifStudi ini untuk meneliti prevalensi penyakit, atau paparan, atau kedua-duanya, pada suatu populasi tertentu. Prevalensi adalah proporsi kasus (individu-individu berpenyakit) dalam suatu populasi pada satu saat. Karena pengukuran pada satu saat, maka prevalensi disebut juga prevalensi titik (point prevalence). Prevalensi = Kasus/ Populasi TotalStudi cross sectional bukan merupakan studi longitudinal, karena tidak melakukan follow up pengaruh paparan terhadap penyakit. Tetapi sebagai studi deskriptif, studi cross sectional dapat meneliti prevalensi penyakit selama satu periode waktu dan menghasilkan data prevalensi periode (period prevalence). Studi prevalensi period biasanya dilakukan untuk penyakit-penyakit kronis yang gejalanya intermitten. Contoh studi kasus :Prevalensi PJK diantara Kel.Terpapar (Orang yg Tidak Aktif OR) dan Kel. Tak Terpapar (Yg Aktif)OLAHRAGAPJK +PJK TOTAL

AKTIF50 (a)200 (b)250 (a+b)

TIDAK AKTIF50 (c)750 (d)750 (c+d)

TOTAL1009001000

Prevalens 1= a / (a+b) = 50 / 250= 20%adalah proporsi PJK diantara orang2 yg aktif OR Prevalens 2= c / (c+d) = 50 / 750= 6,7%adalah proporsi PJK diantara orang2 yg tidak aktif OR

2) Studi cross sectional analitikStudi cross sectional analitik mengumpulkan data prevalensi paparan dan penyakit untuk tujuan perbandingan perbedaan-perbedaan penyakit antara kelompok terpapar dan kelompok tak terpapar, dalam rangka meneliti hubungan antara paparan dan penyakit. Perbandingan terhadap perbedaan kelompok merupakan komponen analitik dari desain ini. Studi ini membandingkan proporsi orang-orang terpapar yang mengalami penyakit. Contoh penelitian Cross sectional bersifat analitik yang dikutip dalam Budiarto (2004) yaitu hubungan antara anemia dengan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Pada setiap ibu hamil yang akan melahirkan dilakukan pemeriksaan Hb kemudian setelah bayi lahir ditimbang berat badannya. Kriteria inklusi adalah persalinan normal/fisiologis dengan kehamilan yang cukup bulan. Batasan untuk anemia adalah Hb kurang dari 11gr%.Hasil dari tabel tersebut menunjukkan bahwa resiko anemia terhadap BBLR 2 kali lebih besar dibandingkan dengan tidak anemia. Resiko atribut (RA) = 0,15 0,08 = 0,07. Ini berarti bahwa resiko BBLR yang dapat dihindarkan bila tidak terjadi anemia pada ibu hamil sebesar 0,007.Analisis data yang dilakukan dalam penelitian yaitu dengan uji Chi-Square. Uji Chi-Square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya.Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara anemia dan BBLR. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatancross sectionalkarena pengumpulan data dilakukan pada waktu yang hampir bersamaan, tetapi bersifat analitis karena dilakukan analitis seperti penelitian kohor. Kelemahan penelitian ini antara lain tidak diketahui apakah anemia terjadi sebelum hamil atau setelah hamil dan komparabilitas kedua kelompok tidak dapat dilakukan, misalnya tingkat pendidikan, makanan yang dikonsumsi, sosialekonomi, dan lain-lain yang mungkin berpengaruh terhadap terjadinya anemia (Budiarto, 2004).

5.Langkah-Langkah Studi Cross SectionalUntuk melakukan penelitian dengan pendekatan cross sectional dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut:1) Identifikasi dan perumusan masalahMasalah yang akan diteliti harus dididentifikasi dan dirimuskan dengan jelas agar dapat ditentukan tujuan penelitian dengan jelas.Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap insidensi dan prevalensi berdasarkan catatan yang lalu untuk mengetahui secara jelas bahwa masalah yang sedang dihadapi merupakan masalah yang penting untuk diatasi melalui suatu penelitian. Dari masalah tersebut dapat diketahui lokasi masalah tersebut berada.2) Menentukan tujuan penelitians diidentifikasi dan dirumuskan Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas agar orang dapat mengetahui apa yang akan dicari, dimana akan dicari, sasaran, berapa banyak dan kapan dilakukan serta siapa yang melaksanakannya.Sebelum tujuan dapat dinyatakan dengan jelas, hendanya tidak melakukan tindakan lebih lanjut. Tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian karena dari tujuan ini dapat ditentukan metode yang akan digunakan.3) Menentukan lokasi dan populasiDari tujuan penelitian dapat diketahui lokasi penelitian dan ditentukan pula populasi studinya. Biiasanya, penelitiancross sectionaltdak dilakukan terhadap semua subjek studi, tetapi dilakukan kepada sebagian populasi dan hasilnya dapat diekstrapolasi pada populasi studi tersebut.Populasi studi dapat berupa populasi umum dan dapat berupa kelompok populasi tertentu tergantung dari apa yang diteliti dan di mana penelitian dilakukanAgar tidak terjadi kesalahan dalam pengumpulan data, sasaran yang dituju yang disebut subjek studi harus diberi criteria yang jelas, misalnya jenis kelamin, umur, domisili, dan penyakit yang diderita. Hal ini penting untuk mengadakan ekstrapolasi hasil penelitian yaitu kepada siapa hasil penelitian ini dilakukan4) Menentukan cara dan besar sampelStudi cross sectioanl dianjurkan untuk menggunakan prosedur pencuplikan random (random sampling) agar deskripsi dalam sampel mewakili (representatif) populasi sasaran. Mekanisme dasar pencuplikan random adalah pencuplikan random sederhana (simple random sampling), dimana masing-masing anggota populasi memiliki probabilitas yang sama dan independen untuk masuk ke dalam sampel. Karena peneliti mencuplik sampel random dari populasi (pada satu titik waktu), maka status paparan dan status penyakit dari subyek penelitian terbuka untuk bervariasi, disebut non-fixed sampling.Studi ini juga dapat menggunakan teknik pencuplikan random kompleks, misalnya pencuplikan random berstrata (cluster random sampling) dan pencuplikan random klaster dengan pembagian populasi menurut strata, lalu pencuplikan sampel random dari masing-masing strata. Pencuplikan random klaster dimulai dengan penentuan klaster sebagai unit pencuplikan, lalu mencuplik klaster-klaster tersebut secara random. Teknik pencuplikan random tersebut lebih efisien daripada pencuplikan random sederhana.Prosedur pencuplikan random sederhana dapat digunakan pada studi cross sectional analitik jika frekuensi paparan maupun penyakit cukup tinggi. Sebab prosedur itu akan memberikan sampel berpenyakit (kasus) dan tak berpenyakit (kontrol) dalam jumlah yang cukup banyak untuk dapat dibandingkan dalam status paparan. Sebaliknya prosedur random sederhana tidak tepat dipilih jika frekuensi paparan maupun penyakit rendah, sebab sampel yang diambil random akan memuat subyek berpenyakit maupun subyek tak berpenyakit.Pada penelitiancross sectionaldiperlukan perkiraan besarnya sampel dan cara pengambilan sampel. Perkiraan besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus Snedecor dan Cochran berikut.(1)Untuk data deskritn= besar sampelp= proporsi yang diinginkanq= 1-pZ= simpangan dari rata- rata distribusi normal standardL= besarnya selisih antara hasil sampel dengan populasi yang masihh dapat diterima(2)Untuk data kontinyuS2= varian sampelCara pengambilan sampel sebaiknya dilakukan acak dan disesuaikan dengan kondisi populasi studi, besarnya sampel, dan tersediannyasampling frameyaitu daftar subjek studi pada populasi studi.5) Memberikan definisi operasional6) Menentukan variabel yang akan diukur7) Menyusun instrumen pengumpulan dataInstrument yang akan digunakan dalam penelitian harus disusun dan dilakukan uji coba. Instrument ini dimaksudkan agar tidak terdapat variable yang terlewatt karena dalam instrument tersebut berisi semua variable yang hendak ditelitiInstrument dapat berupa daftar pertanyaan atau pemeriksaan fisik atau laboratorium atau radiologi dan lain- lain disesuaikan dengan tujuan penelitian8) Rancangan analisisAnalisis data yang diperoleh harus sudah dirrencanakan sebelum penelitian dilaksanakan agar diketahui perhitungan yang akan digunakan. Rancangan analisis harus disesuaikan dengan tujuan penelitian agar hasil penelitian dapat digunakan untuk menjawab tujuan tersebut.

6.Kelebihan Dan Kekurangan Studi Cross SectionalKelebihan1) Mudah dilakukan dan murah, karena tidak memerlukan follow-up.2) Efisien untuk mendeskripsikan distribusi penyakit dihubungkan dengan distribusi sejumlah karakteristik populasi, misalnya umur, jenis kelamin, ras, ataupun status sosial ekonomi.3) Dapat digunakan oleh administrator kesehatan untuk merencanakan fasilitas, pelayanan, ataupun program kesehata.4) Dapat untuk memformulasikan hipotesis hubungan kausal yang akan diuji dalam studi analitik lainnya.5) Tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan (faktor risiko)6) Tidak ada subyek yang kehilangan kesempatan memperoleh terapi yang diperkirakan bermanfaat, bagi subyek yang kebetulan menjadi kontrol.

Kekurangan 1) Tidak dapat dipakai untuk meneliti penyakit yang terjadi secara akut dan cepat sembuh (durasi penyakit pendek)2) Tidak dapat menjelaskan apakah penyakit atau faktor resiko (pajanan) yang terjadi lebih dulu.3) Sering terjadi penyimpangan berupa bias observasi dan bias respon.4) Diperlukan subjek penelitian yang besar. Sehingga sulit untuk mengadakan eksplorasi, karena kemungkinan terdapat subyek studi yang terlalu sedikit dalam salah satu kelompok;5) Penggunaan data prevalensi, bukan insidensi menyebabkan hasil study potong lintang mencermminkan tidak hanya aspek etiologi penyakit tetapi juga aspek survivalitas penyakit itu. Jika data yang digunakan adalah prevalensi dan telah terjadi kelangsungan hidup selektif, maka frekuensi penyakit yang diamati akan lebih besar dari frekuensi penyakit yang seharusnya diukur. Sebaliknya jika data prevalensi tersebut telah terjadi mortalitas selektif, maka frekuensi penyakit yang teramati akan lebih sedikit daripada frekuensi penyakit yang seharusnya diukur.6) Kesimpulan korelasi paling lemah dibanding case kontrol atau cohort7) Tidak menggambarkan perkembangan penyakitsecara akurat.8) Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan.9) Kesimpulan korelasi factor risiko dengan factor efek paling lemah.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, E. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC.

Dudiarto, Eko dan Anggraeni, Dewi. 2001. Pengantar Epidemiologi. Edisi 2. Jakarta: EGC

Murti, Bhisma. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Citra: Jakarta.

Sayogo, Savitri. 2009. Studi Cross-sectional Atau Potong Lintang.