Cross Border Acquisition di Indonesia

12
BAB VI PENGAMBILALIHAN YANG MELINTASI BATAS NEGARA (CROSS BORDER ACQUISITIONS) 6.1. Pengertian dan Pengaturan Cross Border Acquisitions Akuisisi lintas batas atau cross-border acquitision sudah menjadi lebih umum dewasa ini. Dengan perkembangan ekonomi yang tumbuh semakin pesat, dan adanya gerakan globalisasi, maka lebih sering terjadi adanya suatu jaringan-jaringan yang dilakukan antara negara-negara yang berbeda. 6.1.1 Pengertian Cross Border Acquisitions Golongan deal akuisisi lintas batas ini juga diistilahkan sebagai The Cross Breeders, dimana dijelaskan bahwa mereka melakukan akuisisi dan merger dengan perusahaan- perusahaan luar negeri, dimana tujuannya adalah untuk dapat bersaing dalam keadaan bisnis global yang telah berkembang sekarang ini. Contohnya seperti SGS dari Italia dengan Thompson dari Prancis. 1 Untuk ini akuisisi ini, adanya motivasi yang mendorong akuisisi lintas negara. Motivasi yang dimaksud adalah contohnya seperti mengembangkan sayap secara internasional, dimana perusahaan yang tidak mempunyai anak perusahaan di luar negeri dan ingin menjadi sebuah perusahaan multinasional yang berskala besar. Selain itu jika pertumbuhan perusahaan secara domestik yang relatif terbatas dapat mengacu adanya 1 Munir Fuady, op. cit., hal. 7-8.

description

M&A

Transcript of Cross Border Acquisition di Indonesia

BAB VIPENGAMBILALIHAN YANG MELINTASI BATAS NEGARA (CROSS BORDER ACQUISITIONS)6.1.Pengertian dan Pengaturan Cross Border AcquisitionsAkuisisi lintas batas atau cross-border acquitision sudah menjadi lebih umum dewasa ini. Dengan perkembangan ekonomi yang tumbuh semakin pesat, dan adanya gerakan globalisasi, maka lebih sering terjadi adanya suatu jaringan-jaringan yang dilakukan antara negara-negara yang berbeda.

6.1.1Pengertian Cross Border AcquisitionsGolongan deal akuisisi lintas batas ini juga diistilahkan sebagai The Cross Breeders, dimana dijelaskan bahwa mereka melakukan akuisisi dan merger dengan perusahaan-perusahaan luar negeri, dimana tujuannya adalah untuk dapat bersaing dalam keadaan bisnis global yang telah berkembang sekarang ini. Contohnya seperti SGS dari Italia dengan Thompson dari Prancis.[footnoteRef:2] [2: Munir Fuady, op. cit., hal. 7-8.]

Untuk ini akuisisi ini, adanya motivasi yang mendorong akuisisi lintas negara. Motivasi yang dimaksud adalah contohnya seperti mengembangkan sayap secara internasional, dimana perusahaan yang tidak mempunyai anak perusahaan di luar negeri dan ingin menjadi sebuah perusahaan multinasional yang berskala besar. Selain itu jika pertumbuhan perusahaan secara domestik yang relatif terbatas dapat mengacu adanya akuisisi lintas batas dimana tidak ada lagi kesempatan untuk mengembangkan bisnisnya di dalam negeri, jadi mau tidak mau harus mengembangkan akuisisi keluar negeri dimana dapat diadakan pengembangan untuk bisnis yang lebih luas. Motivasi lainnya adalah agar dapat menyebar risiko secara geografis. Yang dimaksud adalah jika di suatu negara terdapat ketentuan dari pemerintah mempersulit usaha tersebut, maka dengan mengakuisisi perusahaan di luar negeri yang tidak terdapat peraturan seperti itu, usaha akan tetap dapat dijalani.Dengan motivasi-motivasi yang telah dijelaskan, akuisisi semacam ini banyak sekali dilakukan. Adapun akuisisi lintas batas dilakukan antara PT Terbuka. Akuisisi yang melibatkan PT Terbuka jauh lebih rumit dari pada akuisisi yang tidak melibatkan PT Terbuka. Banyak sekali yang harus dipertimbangkan dalam akuisisi lintas batas PT Terbuka, karena akuisisi seperti ini bukan hanya melibatkan hubungan intern dalam suatu perusahaan, namun juga publik yang mempunyai saham dalam perusahaan tersebut, dan pasti pengambilalihan dari perusahaan lain dari luar negeri akan mempunyai dampak yang sangat besar terhadap PT Terbuka tersebut.

6.1.2.Pengaturan Cross Border AcquisitionsAkuisisi secara umumnya dikenalkan oleh Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas , dimana pada undang-undang tersebut pertama kali dikenalkan konsep akuisisi, merger dan konsolidasi. Sebelum adanya UU PT tersebut, maka akuisisi didasarkan oleh peraturan perjanjian jual-beli yang diatur dalam KUHPerdata. Setelah itu, akuisisi juga diatur lebih lanjut dalam PP 27/1998. Akuisisi sebelumnya hanya diatur dalam perjanjian jual-beli dikarenakan akusisi pada dasarnya adalah suatu transaksi jual-beli dimana pembeli adalah perusahaan yang melakukan akuisisi dan penjual adalah perusahaan yang diakuisisi. Namun, sebenarnya diperlukan juga peraturan mengenai akuisisi secara detail karena akuisisi tidak seperti jual beli secara umumnya, banyak aspek-aspek lain yang terlibat dalam proses akuisisi tersebut. Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 ini lalu diganti dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu peraturan perundang-undangan yang terbaru mengenai perseroan terbatas. Dalam UU PT yang terbaru ini, hal mengenai akuisisi perseroan terbatas juga diatur yaitu di dalam pasal 122 sampai pasal 137 mengatur mengenai penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan pemisahan. Selain itu akuisisi juga diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dalam pasal 84 UUPM, mengatur mengenai keterbukaan, kewajaran, dan pelaporan yang harus di patuhi oleh suatu perusahaan yang ingin melakukan merger, akusisi maupun konsolidasi. Secara detail-nya peraturan mengenai akuisisi PT Terbuka diatur sebagai transaksi material yang diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam-LK. Dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.E.2 tersebut mengatur mengenai jika yang melakukan akuisisi adalah PT Terbuka, dan menggolongkan akusisi saham atau aset perusahaan lain sebagai transaksi material, dimana yang melakukan akuisisi adalah perusahaan yang relatif kecil atau perusahaan yang diakuisisi relatif besar.[footnoteRef:3] Adapun peraturan lain yaitu Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka mengatur mengenai jika akuisisi dilakukan terhadap PT Terbuka, juga Peraturan IX.F.1 mengenai Tender Offer. [3: Ibid, hal 197.]

6.2.Prosedur Cross-Border AcquisitionPada dasarnya cross-border acquisition adalah akuisisi biasa, namun bedanya adalah bahwa akuisisi ini terjadi antara pihak yang mempunyai domisili di negara yang berlainan. Dalam hal ini, jika yang di akuisisi adalah perusahaan asing oleh perusahaan Indonesia, maka peraturan akuisisi yang harus diikuti adalah peraturan akuisisi dari negara asing tersebut. Sebaliknya, jika yang hendak diakuisisi adalah perusahaan Indonesia oleh perusahaan asing, maka prosedur yang haus diikuti adalah prosedur perusahaan Indonesia. Jadi, prosedur yang dijelaskan disini adalah prosedur akuisisi di Indonesia.Secara umum, suatu akuisisi harus disetujui oleh RUPS dimana telah ditetapkan besar kuorum yaitu 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan voting paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan.[footnoteRef:4]Akuisisi ini diatur secara detail dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan yaitu dalam Pasal 26 sampai Pasal 29. [4: Indonesia (1), loc. cit., pasal 89 ayat (1).]

Untuk akuisisi yang melibatkan PT Terbuka banyak hal diatur berbeda dengan akuisisi yang tidak antara perusahaan terbuka. Dalam akuisisi perusahaan terbuka, Bapepam-LK yang sekarang telah beralih menjadi Otoritas Jasa Keuangan juga ikut terlibat dalam prosedur akuisisinya, seperti yang diatur dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.E.2 dimana terdapat kewajiban penyampaian laporan kepada Bapepam-LK oleh perusahaan target dan segala informasi terkait dengan rencana akuisisi,. Dalam halnya akuisisi lintas batas dimana PT Terbuka luar negeri melakukan akuisisi terhadap perusahaan tertutup di Indonesia, maka tidak ada peraturan mengenai keharusan PT akuisitor tersebut untuk melakukan suatu penyampaian data kepada OJK Indonesia.Transaksi material ini terdapat pengecualian tertentu, yaitu diantaranya adalah jika emiten mengeluarkan efek lain selain efek ekuitas, juga jika emiten menambah penyertaan modal untuk mempertahankan presentase kepemilikannya, dan lain-lain. Jika akuisisi dilakukan terhadap perusahaan Indonesia yang terbuka maka harus mengikuti Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.H.1 dan Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.F.1. Akuisisi seperti ini harus diawali dengan Tender Offer, dimana yang ditawarkan harus sisa saham ekuitas. Pengecualian dari melakukan tender offer adalah jika akuisisi adalah karena terjadinya warisan atau perkawinan, jika terjadinya pembelian secara berturut-turut selama 12 bulan sebesar 5% dari jumlah efek yang beredar lainnya, jika akuisisi adalah sebagai pelaksanaan tugas dan wewenang dari badan/lembaga pemerintah/negara berdasarkan undang-undang, jika adanya penetapan/putusan pengadilan, jika adanya penggabungan usaha, jika terjadinya hibah yaitu penyerahan saham/efek tanpa perjanjian imbalan, karena akibat dari adanya jaminan hutang, dan karena pembelian saham lainnya dari perusahaan terbuka yang dilaksanakan menurut peraturan Bapepam-LK lainnya. Dalam halnya akuisisi lintas batas, maka PT Terbuka di Indonesia harus melakukan suatu tender offer dahulu kepada pihak akuisitor di negara lain. Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, tender offer secara internasional dapat dengan mudah dilakukan dan diketahui melalui banyak media. Untuk kedua insiden akuisisi, keterbukaan informasi harus dilakukan. Keterbukaan informasi adalah hal yang sangat penting dalam lingkungan pasar modal, karena transaksi-transaksi antar perusahaan tidak hanya melibatkan perusahaan yang terlibat saja, namun juga melibatkan publik yang mempunyai saham dalam perusahaan tersebut. Dalam akuisisi harus dilakukan keterbukaan informasi untuk menjaga kepentingan para kreditur, pegawai, dan investor dalam perusahaan tersebut.

6.3.Dampak Cross-Border AcquisitionDengan terjadinya cross-border acquistion, secara umum maka pengendalian akan beralih kepada perusahaan yang mengakuisisi. Jadi, jika perusahaan yang diakuisisi adalah perusahaan Indoneisa oleh perusahaan asing, maka akan terjadi pengalihan pengendalian pada perusahaan asing.Dari akuisisi secara umum, dampaknya adalah bahwa perusahaan yang diakuisisi ini harus menjadi penjamin atas sahamnya, dimana pemegang saham dapat meminta agar sahamnya dibeli oleh perseroan jika terjadinya suatu akuisisi.[footnoteRef:5] Dengan adanya jaminan tersebut, maka pemegang saham dilindungi oleh perusahaan. Dalam halnya perusahaan terbuka, maka pemegang saham minoritas yang memang mempunya sedikit pengaruh terhadap perusahaan akan memerlukan jaminan atas saham tersebut jika terjadinya perubahan yang drastis, dalam hal ini adalah akuisisi. Selain kepentingan pemegang saham, harus diperhatikan kepentingan perseroan, karyawan perseroan, kreditor dan mitra usaha lainnya dari perseroan, dan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.[footnoteRef:6] [5: Ibid., pasal 62 ayat (1) huruf c jo. Pasal 126 ayat (2).] [6: Ibid., pasal 126.]

Yang dimaksud dengan kepentingan disini adalah bahwa harus dicegahnya suatu praktik monopoli atau monopsoni dari kegiataan akuisisi, juga agar memastikan bahwa dengan terjadinya akuisisi tersebut tidak akan mengakibatkan adanya kerugian bagi para pihak yang bersangkutan. Dampak penting yang harus diperhatikan disini adalah jika perusahaan Indonesia diakuisisi oleh perusahaan asing dimana pengontrolan perusahaan Indonesia tersebut masih dilakukan dari kantor pusat perusahaan asing tersebut, maka hukum yang diapakai adalah hukum kantor pusat tersebut. Hal ini dapat menjadi suatu keuntungan maupun suatu kekurangan untuk perusahaan di Indonesia. Pihak-pihak yang dijelaskan sebelumnya dapat mengalami kerugian jika hukum yang berjalan tidak sejalan dengan hukum Indonesia yang telah berlaku sebelumnya. Contohnya, jika kreditur telah membuat suatu perjanjian hutang dengan perusahaan dibawah hukum Indonesia, dan dengan terjadinya akuisisi ini, perjanjian tersebut tidak dapat berlaku lagi karena ada ketentuan yang menentang peraturan hukum asing tersebut, maka akan merugikan kreditur. Selain itu, akuisisi lintas batas dapat membantu untuk perusahaan-perusahaan yang terlibat untuk mendapatkan produk pendukung. Maksudnya, ada kemungkinan bahwa produk yang diperlukan untuk jalannya perusahaan tersebut lebih mudah didapatkan ataupun dikembangkan di luar negeri. Hal ini dapat berhubungan dengan kemajuan teknologi yang ada di negeri tersebut yang memudahkan perkembangan produk, ataupun dengan buruh/karyawan yang lebih berkompeten atau lebih murah untuk mengembangkan produk pendukung. Jadi, dampak dari cross-border acquisition dapat berdampak sebagai sesuatu yang yang positif maupun negatif. Tergantung bagaimana perusahaan yang mengakuisisi mengatur perusahaan yang diakuisisi tersebut.

6.4.Analisis Kasus (British American Tobacco Plc Dan PT Bentoel Internasional Investama Tbk)6.4.1Ringkasan KasusIndonesia mempunyai salah satu pasar rokok yang paling besar di dunia, dimana Indonesia termasuk nomor lima terbesar di dunia dihitung dari volume, dimana total penjualannya adalah 250 miliar rokok per tahun. Dari banyaknya rokok yang terjual tersebut, 93% darinya merupakan rokok kretek, yaitu rokok yang dibuat dari tembakau dan cengkeh.Pada bulan Agustus 2009, British American Tobacco Plc (BAT) resmi menguasai 99,74% dari PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA). Sebelumnya, pada tanggal 15 Juni 2009, BAT telah membeli saham RMBA sebanyak 85,77%. Namun, setelah terjadinya tender offer yang dilakukan oleh RMBA setelah akuisisi, BAT melakukan suatu crossing saham dan membeli sisa sahamnya sebanyak 13,97%. Sedangkan sisa dari saham RMBA tidak dilepas kepemilikannya saat tender offer.Menurut Direktur BAT, John Daly mengatakan, bahwa transaksi akuisisi ini adalah kesempatan strategis yang sempurna untuk memasuki pasar kretek Indonesia yang sangat luat dan sedang berkembang dan akan menjadi landasan untuk pertumbuhan di masa yang akan datang.

6.4.2.AnalisisSudah jelas dari kasus yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada motivasi yang paling menonjol dari akuisisi lintas batas ini adalah yaitu akusisi untuk memperkuat bisnis utama, menyebar risiko secara grafis, dan karena tenaga kerja. BAT adalah suatu perusahaan sangat besar, dimana BAT mempunyai banyak sekali merek rokok yang dipasarkan di lebih dari 180 pasar di dunia. BAT disini mempunyai suatu bisnis yang sudah besar, dan motivasinya untuk melakukan akuisisi lintas batas adalah untuk memperkuat lagi bisnis utama, dengan dilihatnya pasar Indonesia yang sangat mendukung keberadaannnya rokok, dilihat dari statistik-statistik yang positif, maka BAT memilih Indonesia untuk mengembangkan perusahaannya. Selain itu, dengan semakin banyak negara yang memperketat peraturan mengenai rokok, maka Indonesia yang masih dianggap sangat longgar peraturannya mengenai keberadaan rokok, dianggap menjadi pasar yang sangat cocok untuk mempertahankan perusahaannya. Disini, BAT dapat menyebar risiko secara geografis, karena dengan melakukan akuisisi ini di Indonesia, yang longgar peraturannya mengenai rokok, akan lebih mudah untuk menjalankan usaha. Yang terakhir adalah bahwa tenaga kerja di Indonesia masih mempunyai harga yang sangat murah. Dengan melakukan akuisisi di Indonesia, maka dapat mengurangi cost dari perusahaan tersebut dan dapat mengurangi harga di pasar.Dalam aspek pasar modal, BAT telah mengakuisisi hampir 100% dari perusahaan terbuka ini (RMBA), hal dapat mengakibatkan kerugian terhadap pemegang saham minoritas, yang tidak mempunyai kekuasaan atas perusahaan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jika terjadi suatu akuisisi, maka yang harus dilakukan oleh perusahaan yang diakuisisi adalah untuk menjamin saham yang telah dibeli oleh pemegang saham, bahwa jika pemegang saham tersebut ingin menjualnya, maka perusahaan harus bersedia untuk melakukan suatu buy back atas sahamnya sendiri.[footnoteRef:7] Dalam kasus ini, pemegang saham minoritas harus dilindungi dengan penerapan pasal tersebut dengan baik dan benar. Pemegang saham disini dapat mempunyai ketidak cocokan dengan perusahaan yang mengakuisisi, karena akibat dari akuisisi ini mengubah cara pengoperasian perusahaan yang mungkin akan berbeda total dengan cara operasi sebelumnya. [7: Ibid., pasal 26.]

Selain itu dapat terjadi suatu benturan kepentingan antara perusahaan yang diakuisisi dan perusahaan yang mengakuisisi. Hal ini dapat berakibat pada perusahaan dalam konteks yang negatif, dimana perusahaan akan tidak berjalan dengan baik dan performa di pasar modal pun akan menurun.

Daftar Pustaka

Bagus, Indro. BAT Kuasai 99,74% Saham Bentoel http://finance.detik.com/read/2009/08/27/141559/1190813/6/. Diunduh 27 Agustus 2009Black, Henry Campbell. Blacks law Dictionary. St. Paul, Minnesota, USA: West Publishing Co., 1968.Fuady, Munir. Hukum Tentang Akuisisi, Take Over, dan LBO. Cet. 3. Jakarta: PT Citra Aditya Bakri, 2008.Fuady, Munir. Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999.Qomariyah, Nurul. Akuisisi Bentoel, BAT Incar Pasar Kretek Indonesia http://finance.detik.com/read/2009/06/17/110437/1149220/6/akuisisi-bentoel-bat-incar-pasar-kretek-indonesia. Diunduh 17 Juni 2009Webster, Noah. Websters New Universal Unabridged Dictionary. New York, USA: Simon & Schuster, 1983.