Crictical Review Diplomacy - Two-Level Game Theory (Putnam)

2
CRICTICAL REVIEW DIPLOMACY AND DOMESTIC POLITICS : THE LOGIC OF TWO-LEVEL GAMES Oleh : Sarah Farida Ainun (135120407121004) Dalam suatu pengambilan kebijakan luar negeri suatu negara tidak lepas dari pengaruh kebijakan domestik yang terdapat di negara tersebut. Bisa dikatakan bahwa kebijakan Internasional suatu negara dalam berinteraksi di dunia Internasional merupakan cerminan dari kebijakan domestik yang berlaku di negara tersebut. Terdapat demand yang berasal dari internal negara tersebut yang berasal dari Masyaraka t, Partai Politik, Interest Group, dll. Yang akan menentukan bagaimana sikap dan tindakan yang akan diterapkan oleh negara tersebut dalam Politik Internasional. Two-Level Games dapat diartikan bahwa strategi dari sebuah diplomasi merupakan kombinasi dari  politik domestik dan politik Internasiona l. dalam Level Nasional, kelompok-ke lompok Domestik memperjuangkan kepentingan kelompok mereka dengan cara menekan pemerintah untuk mengadopsi kebijakan-kebijakan yang dinilai menguntungkan. Sedangkan dalam Level Internasional, pemerintah  Nasional berusaha untuk mempe rjuangkan kepentingan kelompok penekan agar dapat terwujud dan meminalisir kerugian yang akan terjasi dari hubungan luar negerinya. Terdapat dua hal penting yang saling berhubungan, yaitu acceptability set (Platform Penerimaan) dan Win-Sets (Platform Kemenangan). Konsep yang pertama disebut dengan Level I yang dijalankan pada tahap ini adalah proses tawar menawar antar negosiator yang akan menghasilkan sebuah persetujuan diantara kedua belah pihak yang masih bersifat sementara. Sedangkan Konsep yang kedua disebut dengan Level II, dimana para negosiator melakukan negosiasi dengan pihak dalam negeri untuk memperoleh apakah akan meratifikasi persetujuan tersebut atau tidak. Ratifikasi merupakan sebuah tahapan dimana persetujuan tersebut ditandatangani oleh pihak-pihak yang terlibat. Jadi dengan kata lain, Level II mensyaratkan adanya penerimaan publik dalam negeri untuk meratifikasi hasil  persetujuan itu a tau tidak. Win-Set merupakan sebuah tahapan puncak dimana tercapainya keberhasilan dan kesepakatan dalam dua Level tersebut. Artinya, semakin besar kesepakatan pada tingkat domestik, berarti semakin besar Win-Set dan semakin besar pula keberhas ilan perundingan di Level I tercapai. Keberhasilan diplomasi dapat tercapai apabila kedua proses tersebut dapat terlaksana dengan baik. Jika suatu negara hanya dapat mencapai pada Level I namun gagal pada tahapan Level II, maka negara tersebut cenderung lemah dan sering mengalah dengan tuntutan dari pihak asing. Sedangkan apabila negara hanya  berhasil pada Level II namun gagal pada Level I, maka negara tersebut cenderung bersifat agresif dalam menjalankan negosiasi demi mencapai kepentingan nasionalnya. Terdapat faktor-faktor yang dapat membantu agar salah satu pihak dapat mencapai Win-Set yaitu, Power dalam Negosiasi, Preferensi, Institusi Politik dan Strategi negosiator dalam bernegosiasi.

description

Two-Level Game Theory in Diplomacy

Transcript of Crictical Review Diplomacy - Two-Level Game Theory (Putnam)

CRICTICAL REVIEWDIPLOMACY AND DOMESTIC POLITICS : THE LOGIC OF TWO-LEVEL GAMESOleh : Sarah Farida Ainun (135120407121004)Dalam suatu pengambilan kebijakan luar negeri suatu negara tidak lepas dari pengaruh kebijakan domestik yang terdapat di negara tersebut. Bisa dikatakan bahwa kebijakan Internasional suatu negara dalam berinteraksi di dunia Internasional merupakan cerminan dari kebijakan domestik yang berlaku di negara tersebut. Terdapat demand yang berasal dari internal negara tersebut yang berasal dari Masyarakat, Partai Politik, Interest Group, dll. Yang akan menentukan bagaimana sikap dan tindakan yang akan diterapkan oleh negara tersebut dalam Politik Internasional.Two-Level Games dapat diartikan bahwa strategi dari sebuah diplomasi merupakan kombinasi dari politik domestik dan politik Internasional. dalam Level Nasional, kelompok-kelompok Domestik memperjuangkan kepentingan kelompok mereka dengan cara menekan pemerintah untuk mengadopsi kebijakan-kebijakan yang dinilai menguntungkan. Sedangkan dalam Level Internasional, pemerintah Nasional berusaha untuk memperjuangkan kepentingan kelompok penekan agar dapat terwujud dan meminalisir kerugian yang akan terjasi dari hubungan luar negerinya.Terdapat dua hal penting yang saling berhubungan, yaitu acceptability set (Platform Penerimaan) dan Win-Sets (Platform Kemenangan). Konsep yang pertama disebut dengan Level I yang dijalankan pada tahap ini adalah proses tawar menawar antar negosiator yang akan menghasilkan sebuah persetujuan diantara kedua belah pihak yang masih bersifat sementara. Sedangkan Konsep yang kedua disebut dengan Level II, dimana para negosiator melakukan negosiasi dengan pihak dalam negeri untuk memperoleh apakah akan meratifikasi persetujuan tersebut atau tidak. Ratifikasi merupakan sebuah tahapan dimana persetujuan tersebut ditandatangani oleh pihak-pihak yang terlibat. Jadi dengan kata lain, Level II mensyaratkan adanya penerimaan publik dalam negeri untuk meratifikasi hasil persetujuan itu atau tidak.Win-Set merupakan sebuah tahapan puncak dimana tercapainya keberhasilan dan kesepakatan dalam dua Level tersebut. Artinya, semakin besar kesepakatan pada tingkat domestik, berarti semakin besar Win-Set dan semakin besar pula keberhasilan perundingan di Level I tercapai. Keberhasilan diplomasi dapat tercapai apabila kedua proses tersebut dapat terlaksana dengan baik. Jika suatu negara hanya dapat mencapai pada Level I namun gagal pada tahapan Level II, maka negara tersebut cenderung lemah dan sering mengalah dengan tuntutan dari pihak asing. Sedangkan apabila negara hanya berhasil pada Level II namun gagal pada Level I, maka negara tersebut cenderung bersifat agresif dalam menjalankan negosiasi demi mencapai kepentingan nasionalnya. Terdapat faktor-faktor yang dapat membantu agar salah satu pihak dapat mencapai Win-Set yaitu, Power dalam Negosiasi, Preferensi, Institusi Politik dan Strategi negosiator dalam bernegosiasi.Sebagai contoh kasus yang berkaitan dengan Two-Level Game Theory yang berada dalam konteks Indonesia, terjadi pada masa pemerintahan presiden Soeharto atau sering disebut dengan Era Orde Baru. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 membuat orientasi politik luar negeri Indonesia tertuju pada untuk mencari bantuan dana agar dapat keluar dari masa krisis. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia berhasil, dibuktikan dengan berhasilnya para negosiator dari pihak Indonesia dalam menembus IMF. kondisi yang terjadi di dalam negeri berbanding terbalik, langkah yang diambil oleh pemerintah Orde Baru mengalami penolakan oleh pihak yang berada di dalam negeri dan untuk mengatasi penolakan tersebut pemerintah Orde Baru melakukan represi dengan menggunakan militer untuk mebuat kondisi di level domestik stabil. Dengan membuat kestabilan pada level domestik walaupun dengan cara kekerasan, pemerintah Orde Baru dinilai telah memenangkan dua permainan sekaligus baik itu di pihak Domestik dan Internasional.Saya setuju dengan teori two-level games diplomacy yang dikemukakan oleh Putnam karena, semua kebijakan luar negeri disusun karena sebuah negara memiliki kepentingan nasionalnya. Negara akan selalu melakukan kerjasama baik itu dengan negara lain dan pihak eksternal lainnya. Karena, sebuah negara tidak dapat memenuhi kepentingan nasional mereka dengan sendirinya dan untuk memenuhi kepentingan nasional mereka dibutuhkan bantuan dari pihak lain yang diwujudkan dalam bentuk kerjasama.