CR RADS

42
Laporan Kasus : Pemeriksaan BNO-IVP pada Pasien Ureterolithiasis Disusun oleh : Ayu Lestari Nofiyanti 1518012120 Perceptor : Dr. Ireschka Pattiwaell, Sp. Rad, M. Sc KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT AHMAD YANI

description

CR radiologi

Transcript of CR RADS

Page 1: CR RADS

Laporan Kasus :

Pemeriksaan BNO-IVP pada Pasien Ureterolithiasis

Disusun oleh :

Ayu Lestari Nofiyanti

1518012120

Perceptor :

Dr. Ireschka Pattiwaell, Sp. Rad, M. Sc

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI

INSTALASI RADIOLOGI

RUMAH SAKIT AHMAD YANI

KOTA METRO

2015

Page 2: CR RADS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan penunjang yang bertujuan

menegakkan diagnosa sehingga dapat membantu dokter untuk melakukan tindakan

medis lebih lanjut terhadap pasien. Pemeriksaan radiologi konvensional dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu pemeriksaan tanpa menggunakn media kontras

dan pemeriksaan menggunakan media kontras .

Media kontras adalah suatu bahan yang sangat radioopaque atau radiolusen

apabila berinteraksi dengan sinar-X, sehingga dapat membedakan antara organ dan

jaringan sekitarnya. Menurut jenisnya, media kontras dibagi bagi atas dua jenis yaitu

media kontras positif dan negatif. Salah satu pemeriksaan radiologi yang

menggunakan media kontras positif adalah pemeriksaan BNO IVP ( Intra Vena

Pyelografi ).

Pemeriksaan Intra Vena Pyelografi adalah pemeriksaan secara radiologi dari

saluran perkemihan dengan memasukan media kontras positif secara intravena dengan

tujuan untuk melihat anatomi, fungsi, dan kelainan lain pada traktus urinarius.

Pemeriksaan Intra Vena Pyelografi dapat digunakan pada kasus kolik ginjal,

hidronefrosis, tumor, batu ginjal, dan ren mobile.

Batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu

yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,

penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu

ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan

batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada :

1. Ginjal (Nefrolithiasis)

2. Ureter (Ureterolithiasis)

3. Vesica urinaria (Vesicolithiasis)

4. Uretra (Urethrolithiasis).

Ketika berbicara tentang ureterolithiasis, berarti membahas tentang adanya batu

(kalikuli) di saluran ureter. Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang

turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan

kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan

kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap

2

Page 3: CR RADS

tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan

hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului

oleh serangan kolik.

Hidronephrosis adalah pembengkakan ginjal akibat tekanan balik terhadap

ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat ada

penyumbatan di bawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari

kandungan kemih. Untuk mendiagnosa hidronefrosis dapat dilakukan dengan

pemeriksaan USG atau pemeriksaan radiologi dengan menggunakan media kontras.

Pemriksaan yang biasanya dilakukan adalah intravena pielografi atau pemeriksaan

IVP.

Pemeriksaan Intra Vena Pyelografi menggunakan berbagai proyeksi antara lain

foto polos abdomen AP ( Antero Posterior ), foto AP( Antero Posterior ) fase 5

menit dengan tujuan untuk melihat media kontras terisi pada pelvicalycal system, AP

( Antero Posterior ) fase 15 menit untuk melihat media kontras terisi pada ureter, foto

AP ( Antero Posterior ) fase 30 menit pada vesica urinaria, foto AP (antero posterior)

fase 60 menit pada buli-buli dan PM ( Post Miksi ) dibuat AP( Antero Posterior )

setelah buang air kecil untuk melihat fungsi dari saluran perkemihan.

B. Rumusan Masalah

Dengan berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut :

apakah terdapat hubungan antara ureterolithiasis dan hidronephrosis ?

Bagaimanakah Teknik Pemeriksaan BNO-IVP pada kasus ureterolithiasis di

Instalasi Radiologi RSUD A. Yani Kota Metro ?

C. Tujuan masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka didapatkan tujuan penelitian sebagai

berikut :

Untuk mengetahui hubungan antara ureterolithiasis dan hidronephrosis.

Untuk mengetahui teknik pemeriksaan BNO-IVP pada kasus ureterolithiasis di

Instalasi Radiologi RSUD A. Yani Kota Metro.

3

Page 4: CR RADS

4

2

76

5

1

3 3

2

4

8

10

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Tractus Urinarius.

Yang dimaksud dengan system urinaria adalah suatu system tentang

pembentukan urine mulai dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.

a. Aspek anterior B. Aspek lateral

Gambar 2.1 Anatomi Traktus Urinarius dari aspek a. anterior dan b. lateral

Keterangan:1. Ginjal kanan 6. Vena cava inferior2. Ginjal kiri 7. Aorta3. Ureter 8. Rectum4. Vesica urinaria 9. Prostat5. Suprarenal gland 10. Anal

4

Page 5: CR RADS

2

6

7

5

8

1

3

4

2.1.1 Ginjal

Ginjal biasa juga disebut dengan ren, kidney, terletak di belakang rongga

peritoneum dan berhubungan dengan dinding belakang dari rongga abdomen,

dibungkus lapisan lemak yang tebal. Ginjal terdiri dari dua buah yaitu bagian

kanan dan bagian kiri. Ginjal kanan lebih rendah dan lebih tebal dari ginjal kiri,

hal ini karena adanya tekanan dari hati. Letak ginjal kanan setinggi lumbal I

sedangkan letak dari ginjal kiri setinggi thorakal XI dan XII. Bentuknya seperti

biji kacang tanah dan margo lateralnya berbentuk konveks dan margo medialnya

berbentuk konkav. Panjangnya sekitar 4,5 inchi (11,25 cm), lebarnya 3 inchi

(7,5cm), dan tebalnya 1,25 inchi (3,75cm). Bagian luar dari ginjal disebut

dengan substansia kortikal sedang bagian dalamnya disebut substansia

medularis dan dibungkus oleh lapisan yang tipis dari jaringan fibrosa. Nefron

merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus

proksimal, lengkung hendle, tubulus distal, dan tubulus urinarius (papilla vateri).

Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat

menyaring darah 170 liter, arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke

ginjal. Lubang-lubang yang terdapat pada pyramid renal masing-masing

membentuk simpul dan kapiler suatu badan malphigi yang disebut glomerulus.

Pembuluh afferent bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang

membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.

Fungsi ginjal antara lain :

a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksik atau racun

b. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan

c. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh

d. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh

e. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum,

kreatinin, dan amonia

Keterangan Gambar :1. Papilla Renal2. Substansi Kortikal3. Sinus Renal4. Substansi Medulary5. Pyramid6. Kalik Minor7. Kalik Mayor8. Pelvik Renal

5

Page 6: CR RADS

Gambar 2.2 Anatomi Ginjal

2.1.2 Ureter

Ureter adalah lanjutan dari renal pelvis yang panjangnya antara 10 sampai

12 inchi (25-30 cm), dan diameternya sekitar 1 mm sampai 1 cm. Ureter terdiri

atas dinding luar yang fibrus, lapisan tengah yang berotot, dan lapisan mukosa

sebelah dalam. Ureter mulai sebagai pelebaran hilum ginjal, dan letaknya

menurun dari ginjal sepanjang bagian belakang dari rongga peritoneum dan di

depan dari muskulus psoas dan prosesus transversus dari vertebra lumbal dan

berjalan menuju ke dalam pelvis dan dengan arah oblik bermuara ke kandung

kemih melalui bagian posterior lateral. Pada ureter terdapat 3 daerah

penyempitan anatomis, yaitu :

a. Uretropelvico junction, yaitu ureter bagian proksimal mulai dari renal pelvis

sampai bagian ureter yang mengecil

b. Pelvic brim, yaitu persilangan antara ureter dengan pembuluh darah arteri

iliaka

c. Vesikouretro junction, yaitu ujung ureter yang masuk ke dalam vesika

urinaria (kandung kemih).

2.1.3 Kandung Kemih

Kandung kemih merupakan muskulus membrane yang berbentuk

kantong yang merupakan tempat penampungan urine yang dihasilkan oleh

ginjal, organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya di dalam panggul

besar, sekitar bagian postero superior dari simfisis pubis. Bagian kandung kemih

terdiri dari fundus (berhubungan dengan rectal ampula pada laki-laki, serta

uterus bagian atas dari kanalis vagina pada wanita), korpus, dan korteks.

Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan peritoneum (lapisan sebelah luar),

tunika muskularis (lapisan otot), tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan

bagian dalam). Kandung kemih bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan posisinya,

tergantung dari volume urine yang ada di dalamnya. Secara umum volume dari

vesika urinaria adalah 350-500 ml.

6

Page 7: CR RADS

1

2

345

Kandung kemih berfungsi sebagai tempat penampungan sementara

(reservoa) urine, mempunyai selaput mukosa berbentuk lipatan disebut rugae

(kerutan) dan dinding otot elastis sehingga kandung kencing dapat membesar

dan menampung jumlah urine yang banyak.

Keterangan Gambar :1. Ureter2. UV Junction3. Trigone4. Uretra5. Prostate

Gambar 2.3 Anatomi Vesika Urinaria

2.1.4 Uretra

Uretra adalah saluran sempit yang terdiri dari mukosa membrane dengan

muskulus yang berbentuk spinkter pada bagian bawah dari kandung kemih.

Letaknya agak ke atas orivisium internal dari uretra pada kandung kemih, dan

terbentang sepanjang 1,5 inchi (3,75 cm) pada wanita dan 7-8 inchi (18,75 cm)

pada pria. Uretra pria dibagi atas pars prostatika, pars membrane, dan pars

kavernosa.

Uretra berfungsi untuk transport urine dari kandung kencing ke meatus

eksterna, uretra merupakan sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung

kencing ke lubang air.

2.2 Patologi Tractus Urinarius

Dalam pemeriksaan Intra Vena Pyelography ada beberapa patologinya sebagai

berikut :

7

Page 8: CR RADS

2..1. Ureterolithiasis

Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter. Batu ureter

pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter

mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama

kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa

nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di

ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan

hidroureter dan hidronefrosis. Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat

menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, abses

paranefrik, ataupun pielonefritis. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului

oleh serangan kolik.

2..2. Hidronephrosis

Hidronephrosis adalah pembengkakan ginjal akibat tekanan balik terhadap

ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat

ada penyumbatan di bawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air

kemih dari kandungan kemih.

2.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan

Indikasi dan Kontra indikasi pada Pemeriksaan Intra Vena Pyelografy antara lain :

2.3.1 Indikasi Pemeriksaan

a. Benigna Prostatica Hyperplasi (pembesaran prostat jinak), adalah suatu

tumor prostate yang disebabkan oleh adanya penyempitan atau obstruksi

uretra.

b. Bladder calculi/vesico lithiasis/batu kandung kemih

c. Polinephritis, adalah peradangan pada ginjal dan renal pelvis yang

disebabkan oleh pyogenic bakteri (pembentukan nanah)

d. Ren calculi (batu pada ginjal), adalah kalkulus yang terdapat pada ginjal atau

pada parenchim ginjal.

e. Hidronefrosis, adalah distensi dari renal pelvis dan system kalises dari ginjal

yang disebabkan oleh obstruksi renal pelvis atau ureter.

f. Hipertensi ginjal (renal hypertension), adalah meningkatnya tekanan darah

pada ginjal melalui renal arteri.

g. Obstruksi ginjal (renal obstruction), adalah obstruksi pada ginjal yang

disebabkan oleh batu, trombosis, atau trauma.

8

Page 9: CR RADS

h. Penyakit ginjal polikistik (polycystic kidney disease), yaitu suatu penyakit

ginjal yang ditandai dengan banyaknya kista yang tidak teratur pada satu

atau kedua ginjal.

i. Cystitis, yaitu peradangan pada vesika urinaria

2.3.2 Kontra Indikasi Pemeriksaan

a. Hipersensitif terhadap media kontras

b. Tumor ganas

c. Gangguan pada hepar

d. Kegagalan jantung

e. Anemia

f. Gagal ginjal akut maupun kronik

g. Diabetes, khususnya diabetes mellitus

h. Pheochrocytoma

i. Multiple myeloma

j. Anuria (tidak adanya ekskresi dari urine)

k. Perforasi ureter

2.4 Prosedur Pemeriksaan

2.4.1. Tujuan Pemeriksaan

Pemeriksaan Intra Vena Pielografi merupakan pemeriksaan traktus

urinarius dengan menggunakan media kontras positif yang dimasukkan kedalam

intra vena dengan tujuan untuk melihat anatomi dan fisiologis, dari fungsi ginjal

juga kelainan - kelainan lain dari traktus urinarius.

2.4.2. Media Kontras

Media kontras merupakan bahan yang dapat di gunakan untuk

menampakkan struktur gambar suatu organ tubuh dalam pemeriksaan radiologi,

dimana dengan foto polos biasa organ tersebut kurang dapat dibedakan dengan

jaringan sekitarnya karena mempunyai densitas relatif sama.

Media kontras yang sering digunakan pada pemeriksaan Intra Vena

Pielografi adalah Iopamiro yang dimasukkan secara intra vena.

Tes sensitifitas dilakukan dengan memasukkan media kontras ke tubuh

pasien untuk melihat kerentanan terhadap media kontras. Hal ini dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut :

a. Skin tes

9

Page 10: CR RADS

Memasukkan media kontras 5 cc di bawah kulit secara intra kutan

kemudian ditunggu 10 menit, jika timbul tanda – tanda merah berarti alergi.

b. Tes langsung

Memasukkan media kontras 2 cc melalui intra vena. Tidak jarang orang

yang dilakukan Intra Vena Pielografi ini terjadi alergi sehinga tidak diperlukan

pengawasan secara khusus terhadap pasien.

Pada pasien yang tidak tahan terhadap media kontras dapat terjadi reaksi

mayor atau minor. Reaksi minor ditunjukkan dengan gejala-gejala seperti :

mual-mual, gatal-gatal, mata menjadi merah, sesak nafas dan muka menjadi

sembab. Reaksi mayor dapat ditunjukkan dengan gejala-gejala sebagai

berikut: kolaps pembuluh darah tepi, kejang dan cardiac arrest (berhentinya

denyut jantung) keadaan ini diikuti dengan badan terasa dingin.

Tindakan untuk mengatasi reaksi terhadap media kontras adalah

1) Memasang oksigen untuk mengatasi keadaan shock, pasien sesak nafas.

2) Memberikan obat anti alergi baik intra meskuler atau intra vena menurut

petunjuk dokter.

Media kontras yang digunakan dapat dibedakan menjadi jenis ionic dan non

ionic :

1. Media Kontras Organik Ionic

Jenis media kontras ini memiliki nilai osmolalitas yang lebih

tinggi bila dibanding menia kontras non ionic. Namun penggunaan media

kontras ini lebih berisiko menimbulkan reaksi alergi. Bahan kontras ini

terdiri dari opacifying element dan komponen kimia lainnya yang menjadi

satu molekul kompleks. Komponen utamanya umumnya disusun oleh

kelompok carboxyl yang berbentuk benzoid acid yang kemudian

dicampur dengan bahan lainnya. Media kontras ionic juga tersusun oleh

suatu yang dikenal sebagai cation. Cation merupakan garam, yang

biasanya berupa sodium atau meglumin atau kombinasi dari keduanya.

Garam akan meningkatkan daya larut kontras media. Bahan kontras ionic

yang sering digunakan pada pemeriksaan IVP ialah urografin.

2. Media Kontras Organik Non-Ionik

Media kontras ini pertama kali diperkenalkan di US pada tahun

1984. pada media kontras ini ioning carboxil diganti dengan amide atau

glukosa sehingga reaksi alergi yang timbul dapat diminimalisasi. Bila

10

Page 11: CR RADS

dibanding dengan kontras ionic, bahan kontras ini jauh lebih mahal.

Namun banyak departemen radiologi yang telah menggunakan jenis

kontras ini, menimbang dari keadaan pasien serta reaksi alergi yang dapat

ditimbulkan oleh media kontras ionik.

Bahan kontras yang digunakan

1) Urografin 60 % - 70 %

2) Urografin 300 mg

3) Triosil 75 %

4) Urovision 58 %

5) Hipaque 45 %

6) Conray 280, 325, 420.

2.5 Persiapan Pemeriksaan

Sebelum melakukan Pemeriksaan Intra Vena Pyelograpy di lakukan persiapan alat

dan persiapan pasien sebagai berikut :

2.5.1 Persiapan alat dan bahan

Alat dan bahan untuk pemeriksaan Intra Vena Pyelografi yang harus

dipersiapkan antara lain : Pesawat rontgen siap pakai, kaset IP dan film ukuran 24

x 30 cm dan 30 x 40 cm, grid, marker dan plester.

Pada pemeriksaan Intra Vena Pielografi perlu dipersiapkan alat untuk

memasukkan media kontras, terdiri alat bantu steril dan non steril. Alat steril yang

diperlukan antara lain : spuit 20 cc, jarum ukuran 20-21, kassa, kapas alkohol, obat

anti alergi dan infus set. Sedangkan alat bantu non steril terdiri atas : bengkok,

pengatur waktu, tensimeter dan tabung oksigen.

2.5.2 Persiapan penderita

Persiapan pemeriksaan pada traktus urinarius perlu dilakukan dengan

tujuan agar abdomen bebas dari feses dan udara dengan melakukan urus-urus.

Selain itu juga harus dilakukan pemeriksaan kadar kreatinin normal (1,5

mg/100ml) dan ureum normal (20 mg/100 ml) darah di laboratorium serta

pengukuran tekanan darah pasien.

Tahapan persiapan yang harus dilakukan pasien antara lain sebagai berikut :

11

Page 12: CR RADS

1. Sehari sebelum pemeriksaan, pasien hanya diperbolehkan makanan rendah

serat, misalnya bubur kecap

2. Pada tengah malam tidak boleh makan lagi atau pasien puasa minimal 8 jam

sebelum pemeriksaan dilakukan

3. pada malam hari penderita diberi obat pencahar yang berupa sulfas magnesium

atau garam ingris sebanyak 30 gram atau dulkolax tablet sebanyak 4 butir.

4. pada pagi hari pasien diberi dulkolax suposutoria sebanyak 1 butir yang

dimasukkan ke dalam dubur guna lavement

5. pasien dilarang merokok dan banyak bicara karena dapat meningkatkan

produksi cairan dalam lambung dan volume udara pada usus

6. sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk buang air kecil

7. pasien diwajibkan melakukan tes darah di laboratorium guna mengukur kadar

ureum serta kreatininnya.

2.6 Teknik Pemeriksaan Radiografi Intra Vena Pyelografi

Teknik pemeriksaan radiografi dari Intra Vena Pyelografi adalah sebagai

berikut :

2.6.1. Proyeksi Radiograf sebelum Pemasukan Media Kontras

Proyeksi sebelum pemasukan media kontras antara lain :

2.6.1.1 Foto Polos Abdomen

Foto polos abdomen adalah pemotretan abdomen yang dibuat sebelum

dilakukan penyuntuksn medis kontras. Tujuan dibuatnya foto polos abdomen

adalah:

1. Untuk melihat persiapan penderita.

2. Untuk menentukan faktor eksposi.

3. Untuk mengetahui ketepatan posisi pasien.

4. Untuk menilai organ-organ yang ada dalam abdomen secara keseluruhan.

12

Page 13: CR RADS

Gambar 2.4 Posisi Pasien Proyeksi Antero-Posterior Abdomen dan radiograf Antero-Posterior Abdomen

2.6.1.2 Penyuntikan Media Kontras

Sebelum penyuntikan media kontras terlebih dahulu dilakukan skin test

terhadap pasien. Selanjutnya setelah pasien tidak mengalami alergi maka

pasien tersebut telah memenuhi syarat dilakukan pemeriksaan Intra Vena

Pielografi. Penyuntikan Intra Vena Pielografi mempunyai dua cara pemasukan

media kontras yaitu penyuntikan langsung dan dengan cara drip infus.

Penyuntikan media kontras secara langsung dilakukan melalui pembuluh

darah vena dengan cara memasukkan wing needle ke dalam vena mediana

cubiti.

2.6.2 Foto post penyuntikan media kontras

2.6.2.1 Foto AP 5 menit setelah penyuntikan media kontras

Tujuan pemotretan ini adalah untuk melihat fungsi ginjal dan untuk

melihat pengisian media kontras pada pelviocalis.

13

Page 14: CR RADS

Gambar 2.5 Posisi Pasien Proyeksi Antero-Posterior Abdomen dan Radiograf Antero-Posterior Abdomen Post Injeksi 5 menit.

2.6.2.2 Foto AP 15menit setelah penyuntikan media kontras

Tujuan pemotretan untuk

melihat pengisian media

kontras pada ureter.

14

Page 15: CR RADS

Gambar 2.6 Posisi Pasien Proyeksi Antero-Posterior Abdomen dan Radiograf Antero-Posterior Abdomen Post Injeksi 15 menit.

2.6.2.3 Foto AP 30 menit setelah penyuntikan media kontras.

Tujuan pemotretan untuk melihat pengisian ureter dan kandung

kencing.

Apabila pada pengambilan radiograf tujuan pengambilan radiograf

belum terpenuhi maka dibuat radiograf 60 menit, 90 menit, 120 menit. Dan

apabila diperlukan maka dibuat proyeksi oblik.

Catatan : Lamanya pemeriksaan bergantung pada fungsi dari organ-organ

traktus urinarius. Apabila ada sumbatan, turunnya media kontras

menjadi terhambat sehingga pemeriksaan IVP dapat memakan

waktu hingga 90 menit bahkan 120 menit.

Gambar 2.7 Posisi Pasien Proyeksi Antero-Posterior Abdomen Abdomen Post Injeksi 30 menit

2.6.2.4 Foto Post Miksi

15

Page 16: CR RADS

Apabila pada foto 30 menit kandung kemih sudah terisi penuh media

kontras, dan sesudah diberikan proyeksi tambahan tertentu, maka pasien

dipersilahkan buang air terlebih dahulu, dilanjutkan foto post miksi dengan

tujuan melihat kandung kemih sudah bersih dari urine(residu dalam vesica

urinaria) dan Melihat adanya kelainan pada traktus urinarius seperti ren

mobile dan pembesaran kelenjar prostat.

Gambar 2.8 Posisi Pasien Proyeksi Antero-Posterior Abdomen Abdomen Post Miksi

BAB III

16

Page 17: CR RADS

PEMBAHASAN

3.1 Paparan Kasus

3.1.1 Identitas Pasien

Adapun identias pasien yang menjalani pemeriksaan radiologi BNO-

IVP dengan diagnosa awal Ureterolithiasis di Rumah Sakit Umum Daerah

Ahmad Yani adalah sebagai berikut :

Nama : Tn. S

Umur : 51 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : RBD

No. Rontgen : 13.024

Permintaan foto : BNO IVP

Dr. Pengirim : dr. Fitriyani

Keterangan klinis : Ureterolithiasis

3.1.2 Riwayat Penyakit

Pasien Tn.S dirawat di Ruang Bedah sejak tanggal 19 Oktober 2015.

Dengan keluhan rasa sakit dan nyeri pada perut kanan tembus ke punggung

sampai ke kantung kemaluan kanan. Kemudian pasien dirujuk ke bagian radiologi

untuk melakukan pemeriksaan BNO-IVP. Karena memerlukan persiapan yang

khusus maka pemeriksaan dilakukan keesokan harinya. Pada hari senin tanggal

19 oktober 2015 pasien datang ke Instalasi Radiologi untuk melakukan

pemeriksaan USG dengan klinis colicureter dan didapatkan kesan hidronephrosis

dengan saran IVP bila kadar Ureum/Kreatinin Normal. Lalu pada hari Selasa 20

Oktober 2015 Os datang ke Instalasi Radiologi untuk melakukan BNO-IVP

dengan Klinis Ureterolithiasis.

3.1.3. USG Abdomen

17

Page 18: CR RADS

Berikut hasil USG Abdomen pada tangga 19 Oktober 2015 :

Pemeriksaan USG Abdomen oleh dr. Diah Ambarwati, Sp. Rad, M. Sc. ; pada pasien dengan

klinis colicureter. Hasil :

Hepar : ukuran dan echostruktur parenkim normal, homogen, sudut lancip,

tepi licin, tak tampak pelebaran sistem bilier intra hepatal, tak tampak massa/nodul

VF : ukuran normal, lumen anechoic, dinding tak menebal, tak tampak

massa/batu/sludge.

Lien : ukuran dan echostruktur parenkim normal, dinding licin, hillus tidak

prominent, tak tampak massa atau nodul.

Pancreas : ukuran dan echostruktur normal, tak tampak massa/kalsfikasi.

Ren dextra : ukuran dan echostruktur normal, batas korteks medulla tegas, SPC

dan ureter proximal melebar, tak tampak massa/batu.

Ren sinistra : ukuran dan echostruktur normal, batas korteks medulla tegas, SPC tak

melebar, tak tampak massa, tampak batu multiplr ukuran 1,4 mm dan 1,8 mm dipole

bawah.

VU : ukuran normal, lumen anechoic, dinding tak menebal, tak tampak

massa/batu.

18

Page 19: CR RADS

Kesan :

Hydronephrosis grade 3 dan ureteroectasis proximal dextra e.c obstruksi di distalnya

sangat mungkin e.c ureterolithiasis dextra.

Nephrolithiasis sinistra multiple (ukuran 1,4 mm dan 1,8 mm)

Tak tampak kelainan pada hepar, VF, Lien, pancreas dan VU.

Saran :

IVP bila kadar ureum/kreatinin normal.

3.2 Prosedur Pemeriksaan Intra Vena Pyelography (IVP) Pada Kasus Ureterolithiasis

di Instalasi Radiologi RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro

3.2.1. Persiapan Alat dan Bahan

a) Alat dan bahan steril

1. spuit 50 cc

2. jarum suntik

3. kapas alkohol

4. iopamiro 50 ml

b) Alat dan bahan tidak steril

1. Pesawat sinar-x yang dilengkapi dengan bucky table

2. Imajing plate dan film ukuran 24 x 30 cm dan 30 x 40 cm yang

jumlahnya sesuai dengan kebutuhan.

3. Marker dan penanda waktu

4. Baju pasien

5. Plester

6. Timer

3.2.2. Persiapan Pasien.

Persiapan pasien sebelum pemeriksaan IVP di RSUD Jend. Ahmad Yani

Kota Metro adalah sebagai berikut :

Sehari sebelum pemeriksaan, pasien hanya diperbolehkan makanan

rendah serat, misalnya bubur kecap

Pada tengah malam tidak boleh makan lagi atau pasien puasa

minimal 8 jam sebelum pemeriksaan dilakukan

19

Page 20: CR RADS

pada malam hari penderita diberi obat pencahar yang berupa sulfas

magnesium atau garam ingris sebanyak 30 gram atau dulkolax tablet

sebanyak 4 butir.

pada pagi hari pasien diberi dulkolax suposutoria sebanyak 1 butir

yang dimasukkan ke dalam dubur guna lavement

pasien dilarang merokok dan banyak bicara karena dapat

meningkatkan produksi cairan dalam lambung dan volume udara

pada usus

sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk buang air

kecil

pasien diwajibkan melakukan tes darah di laboratorium guna

mengukur kadar ureum serta kreatininnya.

3.2.3. Prosedur pemeriksaan.

3.2.3.1. Foto abdomen polos.

a. Tujuan Pemotretan :

1) Melihat persiapan pasien, menilai usus apakah bebas dari udara dan

feses.

2) Melihat kelainan-kelainan anatomi dari organ-organ saluran kemih.

3) Memeperbaiki posisi pasien apabila masih salah, dan menentukan

faktor eksposi selanjutnya.

Gambar 3.1 Foto abdomen polos

20

Page 21: CR RADS

Interpretasi BNO :

Udara usus dan fecal materials (+)

Preperitoneal fat lines tegas dan simetris.

Renal outline tertutup udara usus.

Psoas line tegas dan simetris.

Tak tampak lesi radioopaq di proyeksi sistem traktus

urinarius.

Sistema tulang baik.

3.2.3.2. Penyuntikan media kontras.

Pada pemeriksaan IVP di RSUD Jend. Ahmad Yani Kota

Metro, penyuntikan media kontras dilakukan secara dengan cara

drip infus karena pasien berasal dari rawat inap. Media kontras

yang digunakan adalah iopa

miro 50 ml. Dosis yang diberikan tergantung dari berat badan

3.2.3.3. Foto AP 5 menit post penyuntikan media kontras.

a. Adapun tujuan dari pembuatan foto 5 menit ini adalah:

1) Untuk melihat fungsi ekskresi ginjal.

2) Untuk melihat pengisian media kontras pada daerah

pelvic kalises.

Gambar 3.2 Foto 5 menit post penyuntikan media kontras.

21

Page 22: CR RADS

Interpretasi Foto Fase 5 Menit :

Nefogram kedua ren serentak, bentuk, letak, ukuran dan

densitas normal.

SPC ren bentuk dextra calyces clubbing, sinistra cupping

normal.

Pelvis renis dextra melebar, tak tampak batu, filling deffect

maupun additional shadow.

Pelvis renis sinistra tak melebar, tak tampak batu, filling

deffect maupun additional shadow.

3.2.3.4. Foto 15 menit post penyuntikan media kontras.

Tujuan dari pembuatan radiograf 15 menit adalah untuk melihat

pengisian media kontras pada ureter.

Gambar 3.3 Foto 15 menit post penyuntikan media kontras

Interpretasi Foto Fase 15 Menit :

Tampak kaliber ureter dextra 1/3 proximal

sampai 1/3 media(sampai setinggi proyeksi VS1

aspek dextra) melebar.

Setelah itu kaliber dextra 1/3 distal normal, letak

normal, tak tampak batu, maupun additional

22

Page 23: CR RADS

shadow, tampak filling deffect setinggi proyeksi

VS1 aspek dextra.

Tampak kaliber ureter sinistra tidak melebar,

letak normal, tak tampak batu, filling deffect

maupun additonal shadow.

VU Tampak terisi bahan kontras, letak normal,

tak tampak batu, filling deffect maupun

additional shadow.

3.2.3.5. Foto 30 menit post penyuntikan media kontras.

Adapun tujuan dari pembuatan radiograf 30 menit adalah untuk

melihat media kontras pada daerah ureter dan kandung kencing .

Gambar 3.4 Foto 30 menit post penyuntikan media kontras

Interpretasi Foto Fase 30 Menit :

Tampak kaliber ureter dextra 1/3 proximal sampai 1/3

media(sampai setinggi proyeksi VS1 aspek dextra) melebar.

23

Page 24: CR RADS

Setelah itu kaliber dextra 1/3 distal normal, letak normal,

tak tampak batu, maupun additional shadow, tampak filling

deffect setinggi proyeksi VS1 aspek dextra.

Tampak kaliber ureter sinistra tidak melebar, letak normal,

tak tampak batu, filling deffect maupun additonal shadow.

VU Tampak terisi bahan kontras, letak normal, tak tampak

batu, filling deffect maupun additional shadow.

3.2.3.6. Foto 60 menit post penyuntikan media kontras.

Adapun tujuan dari pembuatan radiograf 60 menit adalah untuk

melihat media kontras pada daerah buli-buli.

Gambar 3.4 Foto 60 menit post penyuntikan media kontras

Interpretasi foto fase 60 menit :

Tampak kaliber ureter dextra 1/3 proximal sampai 1/3

media(sampai setinggi proyeksi VS1 aspek dextra) melebar.

Setelah itu kaliber dextra 1/3 distal normal, letak normal,

tak tampak batu, maupun additional shadow, tampak filling

deffect setinggi proyeksi VS1 aspek dextra.

24

Page 25: CR RADS

Tampak kaliber ureter sinistra tidak melebar, letak normal,

tak tampak batu, filling deffect maupun additonal shadow.

VU Tampak terisi bahan kontras, letak normal, tak tampak

batu, filling deffect maupun additional shadow.

3.2.3.7. Foto Post Miksi

Tujuan dari pembuatan foto post miksi adalah untuk menilai

kemampuan dan daya kontraksi dari kandung kemih setelah media

kontras dikeluarkan.

Gambar 3.9 Foto Post Miksi

b. Kriteria Radiograf :

Gambar 3.9 Foto Post Miksi

Interpretasi Foto Post Miksi

Residu bahan kontras minimal.

3.3 Hasil Pembacaan Radiograf.

Adapun hasil pembacaan radiograf oleh dr. Ireschka Pattiwael, Sp. Rad, M. Sc.

adalah sebagai berikut :

Interpretasi BNO :

Udara usus dan fecal materials (+)

25

Page 26: CR RADS

Preperitoneal fat lines tegas dan simetris.

Renal outline tertutup udara usus.

Psoas line tegas dan simetris.

Tak tampak lesi radioopaq di proyeksi sistem traktus urinarius.

Sistema tulang baik.

Interpretasi Foto Fase 5 Menit :

• Nefogram kedua ren serentak, bentuk, letak, ukuran dan densitas normal.

• SPC ren bentuk dextra calyces clubbing, sinistra cupping normal.

• Pelvis renis dextra melebar, tak tampak batu, filling deffect maupun

additional shadow.

• Pelvis renis sinistra tak melebar, tak tampak batu, filling deffect maupun

additional shadow.

Interpretasi foto fase 15-60 menit :

• Tampak kaliber ureter dextra 1/3 proximal sampai 1/3 media(sampai

setinggi proyeksi VS1 aspek dextra) melebar.

• Setelah itu kaliber dextra 1/3 distal normal, letak normal, tak tampak batu,

maupun additional shadow, tampak filling deffect setinggi proyeksi VS1

aspek dextra.

• Tampak kaliber ureter sinistra tidak melebar, letak normal, tak tampak

batu, filling deffect maupun additonal shadow.

• VU Tampak terisi bahan kontras, letak normal, tak tampak batu, filling

deffect maupun additional shadow.

Interpretasi Foto Post Miksi

• Residu bahan kontras minimal.

KESAN :

Hydronephrosis grade 3 dan hydroureter dextra 1/3 proximal 1/3 media

e.c ureterolithiasis (batulusen) dextra 1/3 distal setinggi proyeksi VS1

aspek dextra.

Fungsi ren dextra normal.

Anatomi dan fungsi ren sinistra normal.

26

Page 27: CR RADS

Ureter sinistra tak tampak kelainan.

VU dan Fungsi Voiding Baik.

3.4 Pembahasan.

3.4.1 Hubungan antara ureterolithiasis dan hidronephrosis.

Ketika berbicara tentang ureterolithiasis, berarti membahas tentang adanya

batu (kalikuli) di saluran ureter. Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal

yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan

kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan

kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap

tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan

hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului

oleh serangan kolik.

Gerakan pristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga

menimbulkan kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik). Nyeri ini

dapat menjalar hingga ke perut bagian depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal,

dan sampai ke kemaluan.

Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri

pada saat kencing atau sering kencing. Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada

umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada di

ureter dan menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis) serta menimbulkan

obstruksi kronik berupa hidroureter/hidronefrosis.

Hidronephrosis adalah pembengkakan ginjal akibat tekanan balik terhadap

ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat ada

penyumbatan di bawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari

kandungan kemih. Untuk mendiagnosa hidronefrosis dapat dilakukan dengan

pemeriksaan USG atau pemeriksaan radiologi dengan menggunakan media kontras.

Pemriksaan yang biasanya dilakukan adalah intravena pielografi atau pemeriksaan

IVP.

3.4.2 Teknik pemeriksaan BNO-IVP

BNO IVP (Blaas Near Overzeigh Intravena Pyelografi) atau dengan nama lain

KUB (Kidney Ureter Bladder) ialah salah satu pemeriksaan radiografi dari traktus

27

Page 28: CR RADS

urinarius yang menggunakan bahan kontras positif yang disuntikan secara intra vena

ke dalam tubuh pasien.

Tujuan pemeriksaan ini ialah untuk menggambarkan anatomi dari pelvis renalis

dan sistem calyces serta seluruh traktus urinarius dengan penyuntikan kontras positif

secara intravena.

Perlu diperhatikan, bahwa sebelum pemeriksaan ini ,harus dilakukan skin test

dengan tujuan untuk mengetahui apakah pasien alergi bahan kontras atau tidak. Untuk

pasien dengan klinis hipertensi, pengambilan foto harus memakai interval waktu yang

lebih singkat daripada klinis lain. Obat – obatan emergensi harus selalu tersedia di

ruang pemeriksaan dan mudah terjangkau.

Prosedur pemeriksaan BNO-IVP ini dilakukan sesuai urutan pemeriksaan,

yaitu : persiapan pasien sehari sebelum pemeriksaan dengan tujuan agar abdomen

bebas dari feses dan udara dengan melakukan urus-urus, dan pemeriksaan ureum-

kreatin. Setelah itu pada hari pemeriksaan pasien diberikan dulcolax suppositoria.

Prosedur pada BNO-IVP dibagi menjadi 7 fase yaitu : 1. Foto polos abdomen,

penyuntikan kontras, 2. Foto setelah 5 menit penyuntikan kontras, 3. Foto setelah 15

menit penyuntikan kontras, 4. Foto 30 menit setelah penyuntikan kontras, 5. 60 menit

setelah penyuntikan kontras dan 6. Foto post miksi,

Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada pertengahan

proc.xypoideus dan umbilikus. Foto ini untuk melihat perjalanan kontras mengisi

sistem calyces pada ginjal. Memakai ukuran kaset 24x30.

Kompresi Ureter dilakukan dengan tujuan untuk menahan kontras media tetap

berada pada sistem pelvi calyces dan bagian ureter proximal.

Bila pengambilan gambar pada pelvicalyces di menit ke lima kurang baik ,foto

diambil kembali pada menit ke 10 dengan zonografi untuk memperjelas bayangan.

Setelah menit ke 30 kompresi dibuka dan di ambil gambar dengan menggunakkan

kaset ukuran 30x40. Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset

30x40. Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada radiolog dan dinyatakan normal

maka pasien diharuskkan miksi kemudian di foto kembali. Jika dokter Sp. Radiologi

menyatakan ada gangguan biasanya dilakukan foto 2jam.

28

Page 29: CR RADS

BAB IV

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari Laporan kasus ini adalah :

Terdapat hubungan antara klinis dan hasil pemeriksaan BNO-IVP yaitu didapatkan

hasil hydronephrosis grade 3 dan hydroureter dextra 1/3 proximal 1/3 media e.c

ureterolithiasis (batulusen) dextra 1/3 distal setinggi proyeksi VS1 aspek dextra.

Pemeriksaan BNO-IVP di lakukan pemotretan polos, Foto 5 menit, 15 menit, 30

menit, 60 menit stelah media kontras di masukan dan Post Miksi.

Daftar Pustaka

29

Page 30: CR RADS

Malueka, RG. 2008. Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendekia Press. Yogyakarta.

Patel, P. R. 2007. Lecture Notes Radiologi, edisi kedua. Jakarta: Erlangga.

Purnomo,B.B. 2005. Dasar-dasar Urologi, edisi kedua. Jakarta: Sagung Seto.

Sutton, D. 1995. Buku Ajar Radiologi untuk Mahasiswa Kedokteran, edisi kelima. Jakarta :

Hipokrates.

30