CR RADS
-
Upload
ayu-ssii-js -
Category
Documents
-
view
58 -
download
4
description
Transcript of CR RADS
Laporan Kasus :
Pemeriksaan BNO-IVP pada Pasien Ureterolithiasis
Disusun oleh :
Ayu Lestari Nofiyanti
1518012120
Perceptor :
Dr. Ireschka Pattiwaell, Sp. Rad, M. Sc
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI
INSTALASI RADIOLOGI
RUMAH SAKIT AHMAD YANI
KOTA METRO
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan penunjang yang bertujuan
menegakkan diagnosa sehingga dapat membantu dokter untuk melakukan tindakan
medis lebih lanjut terhadap pasien. Pemeriksaan radiologi konvensional dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu pemeriksaan tanpa menggunakn media kontras
dan pemeriksaan menggunakan media kontras .
Media kontras adalah suatu bahan yang sangat radioopaque atau radiolusen
apabila berinteraksi dengan sinar-X, sehingga dapat membedakan antara organ dan
jaringan sekitarnya. Menurut jenisnya, media kontras dibagi bagi atas dua jenis yaitu
media kontras positif dan negatif. Salah satu pemeriksaan radiologi yang
menggunakan media kontras positif adalah pemeriksaan BNO IVP ( Intra Vena
Pyelografi ).
Pemeriksaan Intra Vena Pyelografi adalah pemeriksaan secara radiologi dari
saluran perkemihan dengan memasukan media kontras positif secara intravena dengan
tujuan untuk melihat anatomi, fungsi, dan kelainan lain pada traktus urinarius.
Pemeriksaan Intra Vena Pyelografi dapat digunakan pada kasus kolik ginjal,
hidronefrosis, tumor, batu ginjal, dan ren mobile.
Batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu
ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan
batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada :
1. Ginjal (Nefrolithiasis)
2. Ureter (Ureterolithiasis)
3. Vesica urinaria (Vesicolithiasis)
4. Uretra (Urethrolithiasis).
Ketika berbicara tentang ureterolithiasis, berarti membahas tentang adanya batu
(kalikuli) di saluran ureter. Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang
turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan
kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan
kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap
2
tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan
hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului
oleh serangan kolik.
Hidronephrosis adalah pembengkakan ginjal akibat tekanan balik terhadap
ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat ada
penyumbatan di bawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari
kandungan kemih. Untuk mendiagnosa hidronefrosis dapat dilakukan dengan
pemeriksaan USG atau pemeriksaan radiologi dengan menggunakan media kontras.
Pemriksaan yang biasanya dilakukan adalah intravena pielografi atau pemeriksaan
IVP.
Pemeriksaan Intra Vena Pyelografi menggunakan berbagai proyeksi antara lain
foto polos abdomen AP ( Antero Posterior ), foto AP( Antero Posterior ) fase 5
menit dengan tujuan untuk melihat media kontras terisi pada pelvicalycal system, AP
( Antero Posterior ) fase 15 menit untuk melihat media kontras terisi pada ureter, foto
AP ( Antero Posterior ) fase 30 menit pada vesica urinaria, foto AP (antero posterior)
fase 60 menit pada buli-buli dan PM ( Post Miksi ) dibuat AP( Antero Posterior )
setelah buang air kecil untuk melihat fungsi dari saluran perkemihan.
B. Rumusan Masalah
Dengan berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
apakah terdapat hubungan antara ureterolithiasis dan hidronephrosis ?
Bagaimanakah Teknik Pemeriksaan BNO-IVP pada kasus ureterolithiasis di
Instalasi Radiologi RSUD A. Yani Kota Metro ?
C. Tujuan masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka didapatkan tujuan penelitian sebagai
berikut :
Untuk mengetahui hubungan antara ureterolithiasis dan hidronephrosis.
Untuk mengetahui teknik pemeriksaan BNO-IVP pada kasus ureterolithiasis di
Instalasi Radiologi RSUD A. Yani Kota Metro.
3
4
2
76
5
1
3 3
2
4
8
10
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Tractus Urinarius.
Yang dimaksud dengan system urinaria adalah suatu system tentang
pembentukan urine mulai dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
a. Aspek anterior B. Aspek lateral
Gambar 2.1 Anatomi Traktus Urinarius dari aspek a. anterior dan b. lateral
Keterangan:1. Ginjal kanan 6. Vena cava inferior2. Ginjal kiri 7. Aorta3. Ureter 8. Rectum4. Vesica urinaria 9. Prostat5. Suprarenal gland 10. Anal
4
2
6
7
5
8
1
3
4
2.1.1 Ginjal
Ginjal biasa juga disebut dengan ren, kidney, terletak di belakang rongga
peritoneum dan berhubungan dengan dinding belakang dari rongga abdomen,
dibungkus lapisan lemak yang tebal. Ginjal terdiri dari dua buah yaitu bagian
kanan dan bagian kiri. Ginjal kanan lebih rendah dan lebih tebal dari ginjal kiri,
hal ini karena adanya tekanan dari hati. Letak ginjal kanan setinggi lumbal I
sedangkan letak dari ginjal kiri setinggi thorakal XI dan XII. Bentuknya seperti
biji kacang tanah dan margo lateralnya berbentuk konveks dan margo medialnya
berbentuk konkav. Panjangnya sekitar 4,5 inchi (11,25 cm), lebarnya 3 inchi
(7,5cm), dan tebalnya 1,25 inchi (3,75cm). Bagian luar dari ginjal disebut
dengan substansia kortikal sedang bagian dalamnya disebut substansia
medularis dan dibungkus oleh lapisan yang tipis dari jaringan fibrosa. Nefron
merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus
proksimal, lengkung hendle, tubulus distal, dan tubulus urinarius (papilla vateri).
Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat
menyaring darah 170 liter, arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke
ginjal. Lubang-lubang yang terdapat pada pyramid renal masing-masing
membentuk simpul dan kapiler suatu badan malphigi yang disebut glomerulus.
Pembuluh afferent bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang
membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.
Fungsi ginjal antara lain :
a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksik atau racun
b. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
c. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
d. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh
e. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum,
kreatinin, dan amonia
Keterangan Gambar :1. Papilla Renal2. Substansi Kortikal3. Sinus Renal4. Substansi Medulary5. Pyramid6. Kalik Minor7. Kalik Mayor8. Pelvik Renal
5
Gambar 2.2 Anatomi Ginjal
2.1.2 Ureter
Ureter adalah lanjutan dari renal pelvis yang panjangnya antara 10 sampai
12 inchi (25-30 cm), dan diameternya sekitar 1 mm sampai 1 cm. Ureter terdiri
atas dinding luar yang fibrus, lapisan tengah yang berotot, dan lapisan mukosa
sebelah dalam. Ureter mulai sebagai pelebaran hilum ginjal, dan letaknya
menurun dari ginjal sepanjang bagian belakang dari rongga peritoneum dan di
depan dari muskulus psoas dan prosesus transversus dari vertebra lumbal dan
berjalan menuju ke dalam pelvis dan dengan arah oblik bermuara ke kandung
kemih melalui bagian posterior lateral. Pada ureter terdapat 3 daerah
penyempitan anatomis, yaitu :
a. Uretropelvico junction, yaitu ureter bagian proksimal mulai dari renal pelvis
sampai bagian ureter yang mengecil
b. Pelvic brim, yaitu persilangan antara ureter dengan pembuluh darah arteri
iliaka
c. Vesikouretro junction, yaitu ujung ureter yang masuk ke dalam vesika
urinaria (kandung kemih).
2.1.3 Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan muskulus membrane yang berbentuk
kantong yang merupakan tempat penampungan urine yang dihasilkan oleh
ginjal, organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya di dalam panggul
besar, sekitar bagian postero superior dari simfisis pubis. Bagian kandung kemih
terdiri dari fundus (berhubungan dengan rectal ampula pada laki-laki, serta
uterus bagian atas dari kanalis vagina pada wanita), korpus, dan korteks.
Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan peritoneum (lapisan sebelah luar),
tunika muskularis (lapisan otot), tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam). Kandung kemih bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan posisinya,
tergantung dari volume urine yang ada di dalamnya. Secara umum volume dari
vesika urinaria adalah 350-500 ml.
6
1
2
345
Kandung kemih berfungsi sebagai tempat penampungan sementara
(reservoa) urine, mempunyai selaput mukosa berbentuk lipatan disebut rugae
(kerutan) dan dinding otot elastis sehingga kandung kencing dapat membesar
dan menampung jumlah urine yang banyak.
Keterangan Gambar :1. Ureter2. UV Junction3. Trigone4. Uretra5. Prostate
Gambar 2.3 Anatomi Vesika Urinaria
2.1.4 Uretra
Uretra adalah saluran sempit yang terdiri dari mukosa membrane dengan
muskulus yang berbentuk spinkter pada bagian bawah dari kandung kemih.
Letaknya agak ke atas orivisium internal dari uretra pada kandung kemih, dan
terbentang sepanjang 1,5 inchi (3,75 cm) pada wanita dan 7-8 inchi (18,75 cm)
pada pria. Uretra pria dibagi atas pars prostatika, pars membrane, dan pars
kavernosa.
Uretra berfungsi untuk transport urine dari kandung kencing ke meatus
eksterna, uretra merupakan sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung
kencing ke lubang air.
2.2 Patologi Tractus Urinarius
Dalam pemeriksaan Intra Vena Pyelography ada beberapa patologinya sebagai
berikut :
7
2..1. Ureterolithiasis
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter. Batu ureter
pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter
mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama
kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa
nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di
ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan
hidroureter dan hidronefrosis. Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat
menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, abses
paranefrik, ataupun pielonefritis. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului
oleh serangan kolik.
2..2. Hidronephrosis
Hidronephrosis adalah pembengkakan ginjal akibat tekanan balik terhadap
ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat
ada penyumbatan di bawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air
kemih dari kandungan kemih.
2.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan
Indikasi dan Kontra indikasi pada Pemeriksaan Intra Vena Pyelografy antara lain :
2.3.1 Indikasi Pemeriksaan
a. Benigna Prostatica Hyperplasi (pembesaran prostat jinak), adalah suatu
tumor prostate yang disebabkan oleh adanya penyempitan atau obstruksi
uretra.
b. Bladder calculi/vesico lithiasis/batu kandung kemih
c. Polinephritis, adalah peradangan pada ginjal dan renal pelvis yang
disebabkan oleh pyogenic bakteri (pembentukan nanah)
d. Ren calculi (batu pada ginjal), adalah kalkulus yang terdapat pada ginjal atau
pada parenchim ginjal.
e. Hidronefrosis, adalah distensi dari renal pelvis dan system kalises dari ginjal
yang disebabkan oleh obstruksi renal pelvis atau ureter.
f. Hipertensi ginjal (renal hypertension), adalah meningkatnya tekanan darah
pada ginjal melalui renal arteri.
g. Obstruksi ginjal (renal obstruction), adalah obstruksi pada ginjal yang
disebabkan oleh batu, trombosis, atau trauma.
8
h. Penyakit ginjal polikistik (polycystic kidney disease), yaitu suatu penyakit
ginjal yang ditandai dengan banyaknya kista yang tidak teratur pada satu
atau kedua ginjal.
i. Cystitis, yaitu peradangan pada vesika urinaria
2.3.2 Kontra Indikasi Pemeriksaan
a. Hipersensitif terhadap media kontras
b. Tumor ganas
c. Gangguan pada hepar
d. Kegagalan jantung
e. Anemia
f. Gagal ginjal akut maupun kronik
g. Diabetes, khususnya diabetes mellitus
h. Pheochrocytoma
i. Multiple myeloma
j. Anuria (tidak adanya ekskresi dari urine)
k. Perforasi ureter
2.4 Prosedur Pemeriksaan
2.4.1. Tujuan Pemeriksaan
Pemeriksaan Intra Vena Pielografi merupakan pemeriksaan traktus
urinarius dengan menggunakan media kontras positif yang dimasukkan kedalam
intra vena dengan tujuan untuk melihat anatomi dan fisiologis, dari fungsi ginjal
juga kelainan - kelainan lain dari traktus urinarius.
2.4.2. Media Kontras
Media kontras merupakan bahan yang dapat di gunakan untuk
menampakkan struktur gambar suatu organ tubuh dalam pemeriksaan radiologi,
dimana dengan foto polos biasa organ tersebut kurang dapat dibedakan dengan
jaringan sekitarnya karena mempunyai densitas relatif sama.
Media kontras yang sering digunakan pada pemeriksaan Intra Vena
Pielografi adalah Iopamiro yang dimasukkan secara intra vena.
Tes sensitifitas dilakukan dengan memasukkan media kontras ke tubuh
pasien untuk melihat kerentanan terhadap media kontras. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Skin tes
9
Memasukkan media kontras 5 cc di bawah kulit secara intra kutan
kemudian ditunggu 10 menit, jika timbul tanda – tanda merah berarti alergi.
b. Tes langsung
Memasukkan media kontras 2 cc melalui intra vena. Tidak jarang orang
yang dilakukan Intra Vena Pielografi ini terjadi alergi sehinga tidak diperlukan
pengawasan secara khusus terhadap pasien.
Pada pasien yang tidak tahan terhadap media kontras dapat terjadi reaksi
mayor atau minor. Reaksi minor ditunjukkan dengan gejala-gejala seperti :
mual-mual, gatal-gatal, mata menjadi merah, sesak nafas dan muka menjadi
sembab. Reaksi mayor dapat ditunjukkan dengan gejala-gejala sebagai
berikut: kolaps pembuluh darah tepi, kejang dan cardiac arrest (berhentinya
denyut jantung) keadaan ini diikuti dengan badan terasa dingin.
Tindakan untuk mengatasi reaksi terhadap media kontras adalah
1) Memasang oksigen untuk mengatasi keadaan shock, pasien sesak nafas.
2) Memberikan obat anti alergi baik intra meskuler atau intra vena menurut
petunjuk dokter.
Media kontras yang digunakan dapat dibedakan menjadi jenis ionic dan non
ionic :
1. Media Kontras Organik Ionic
Jenis media kontras ini memiliki nilai osmolalitas yang lebih
tinggi bila dibanding menia kontras non ionic. Namun penggunaan media
kontras ini lebih berisiko menimbulkan reaksi alergi. Bahan kontras ini
terdiri dari opacifying element dan komponen kimia lainnya yang menjadi
satu molekul kompleks. Komponen utamanya umumnya disusun oleh
kelompok carboxyl yang berbentuk benzoid acid yang kemudian
dicampur dengan bahan lainnya. Media kontras ionic juga tersusun oleh
suatu yang dikenal sebagai cation. Cation merupakan garam, yang
biasanya berupa sodium atau meglumin atau kombinasi dari keduanya.
Garam akan meningkatkan daya larut kontras media. Bahan kontras ionic
yang sering digunakan pada pemeriksaan IVP ialah urografin.
2. Media Kontras Organik Non-Ionik
Media kontras ini pertama kali diperkenalkan di US pada tahun
1984. pada media kontras ini ioning carboxil diganti dengan amide atau
glukosa sehingga reaksi alergi yang timbul dapat diminimalisasi. Bila
10
dibanding dengan kontras ionic, bahan kontras ini jauh lebih mahal.
Namun banyak departemen radiologi yang telah menggunakan jenis
kontras ini, menimbang dari keadaan pasien serta reaksi alergi yang dapat
ditimbulkan oleh media kontras ionik.
Bahan kontras yang digunakan
1) Urografin 60 % - 70 %
2) Urografin 300 mg
3) Triosil 75 %
4) Urovision 58 %
5) Hipaque 45 %
6) Conray 280, 325, 420.
2.5 Persiapan Pemeriksaan
Sebelum melakukan Pemeriksaan Intra Vena Pyelograpy di lakukan persiapan alat
dan persiapan pasien sebagai berikut :
2.5.1 Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan untuk pemeriksaan Intra Vena Pyelografi yang harus
dipersiapkan antara lain : Pesawat rontgen siap pakai, kaset IP dan film ukuran 24
x 30 cm dan 30 x 40 cm, grid, marker dan plester.
Pada pemeriksaan Intra Vena Pielografi perlu dipersiapkan alat untuk
memasukkan media kontras, terdiri alat bantu steril dan non steril. Alat steril yang
diperlukan antara lain : spuit 20 cc, jarum ukuran 20-21, kassa, kapas alkohol, obat
anti alergi dan infus set. Sedangkan alat bantu non steril terdiri atas : bengkok,
pengatur waktu, tensimeter dan tabung oksigen.
2.5.2 Persiapan penderita
Persiapan pemeriksaan pada traktus urinarius perlu dilakukan dengan
tujuan agar abdomen bebas dari feses dan udara dengan melakukan urus-urus.
Selain itu juga harus dilakukan pemeriksaan kadar kreatinin normal (1,5
mg/100ml) dan ureum normal (20 mg/100 ml) darah di laboratorium serta
pengukuran tekanan darah pasien.
Tahapan persiapan yang harus dilakukan pasien antara lain sebagai berikut :
11
1. Sehari sebelum pemeriksaan, pasien hanya diperbolehkan makanan rendah
serat, misalnya bubur kecap
2. Pada tengah malam tidak boleh makan lagi atau pasien puasa minimal 8 jam
sebelum pemeriksaan dilakukan
3. pada malam hari penderita diberi obat pencahar yang berupa sulfas magnesium
atau garam ingris sebanyak 30 gram atau dulkolax tablet sebanyak 4 butir.
4. pada pagi hari pasien diberi dulkolax suposutoria sebanyak 1 butir yang
dimasukkan ke dalam dubur guna lavement
5. pasien dilarang merokok dan banyak bicara karena dapat meningkatkan
produksi cairan dalam lambung dan volume udara pada usus
6. sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk buang air kecil
7. pasien diwajibkan melakukan tes darah di laboratorium guna mengukur kadar
ureum serta kreatininnya.
2.6 Teknik Pemeriksaan Radiografi Intra Vena Pyelografi
Teknik pemeriksaan radiografi dari Intra Vena Pyelografi adalah sebagai
berikut :
2.6.1. Proyeksi Radiograf sebelum Pemasukan Media Kontras
Proyeksi sebelum pemasukan media kontras antara lain :
2.6.1.1 Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen adalah pemotretan abdomen yang dibuat sebelum
dilakukan penyuntuksn medis kontras. Tujuan dibuatnya foto polos abdomen
adalah:
1. Untuk melihat persiapan penderita.
2. Untuk menentukan faktor eksposi.
3. Untuk mengetahui ketepatan posisi pasien.
4. Untuk menilai organ-organ yang ada dalam abdomen secara keseluruhan.
12
Gambar 2.4 Posisi Pasien Proyeksi Antero-Posterior Abdomen dan radiograf Antero-Posterior Abdomen
2.6.1.2 Penyuntikan Media Kontras
Sebelum penyuntikan media kontras terlebih dahulu dilakukan skin test
terhadap pasien. Selanjutnya setelah pasien tidak mengalami alergi maka
pasien tersebut telah memenuhi syarat dilakukan pemeriksaan Intra Vena
Pielografi. Penyuntikan Intra Vena Pielografi mempunyai dua cara pemasukan
media kontras yaitu penyuntikan langsung dan dengan cara drip infus.
Penyuntikan media kontras secara langsung dilakukan melalui pembuluh
darah vena dengan cara memasukkan wing needle ke dalam vena mediana
cubiti.
2.6.2 Foto post penyuntikan media kontras
2.6.2.1 Foto AP 5 menit setelah penyuntikan media kontras
Tujuan pemotretan ini adalah untuk melihat fungsi ginjal dan untuk
melihat pengisian media kontras pada pelviocalis.
13
Gambar 2.5 Posisi Pasien Proyeksi Antero-Posterior Abdomen dan Radiograf Antero-Posterior Abdomen Post Injeksi 5 menit.
2.6.2.2 Foto AP 15menit setelah penyuntikan media kontras
Tujuan pemotretan untuk
melihat pengisian media
kontras pada ureter.
14
Gambar 2.6 Posisi Pasien Proyeksi Antero-Posterior Abdomen dan Radiograf Antero-Posterior Abdomen Post Injeksi 15 menit.
2.6.2.3 Foto AP 30 menit setelah penyuntikan media kontras.
Tujuan pemotretan untuk melihat pengisian ureter dan kandung
kencing.
Apabila pada pengambilan radiograf tujuan pengambilan radiograf
belum terpenuhi maka dibuat radiograf 60 menit, 90 menit, 120 menit. Dan
apabila diperlukan maka dibuat proyeksi oblik.
Catatan : Lamanya pemeriksaan bergantung pada fungsi dari organ-organ
traktus urinarius. Apabila ada sumbatan, turunnya media kontras
menjadi terhambat sehingga pemeriksaan IVP dapat memakan
waktu hingga 90 menit bahkan 120 menit.
Gambar 2.7 Posisi Pasien Proyeksi Antero-Posterior Abdomen Abdomen Post Injeksi 30 menit
2.6.2.4 Foto Post Miksi
15
Apabila pada foto 30 menit kandung kemih sudah terisi penuh media
kontras, dan sesudah diberikan proyeksi tambahan tertentu, maka pasien
dipersilahkan buang air terlebih dahulu, dilanjutkan foto post miksi dengan
tujuan melihat kandung kemih sudah bersih dari urine(residu dalam vesica
urinaria) dan Melihat adanya kelainan pada traktus urinarius seperti ren
mobile dan pembesaran kelenjar prostat.
Gambar 2.8 Posisi Pasien Proyeksi Antero-Posterior Abdomen Abdomen Post Miksi
BAB III
16
PEMBAHASAN
3.1 Paparan Kasus
3.1.1 Identitas Pasien
Adapun identias pasien yang menjalani pemeriksaan radiologi BNO-
IVP dengan diagnosa awal Ureterolithiasis di Rumah Sakit Umum Daerah
Ahmad Yani adalah sebagai berikut :
Nama : Tn. S
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : RBD
No. Rontgen : 13.024
Permintaan foto : BNO IVP
Dr. Pengirim : dr. Fitriyani
Keterangan klinis : Ureterolithiasis
3.1.2 Riwayat Penyakit
Pasien Tn.S dirawat di Ruang Bedah sejak tanggal 19 Oktober 2015.
Dengan keluhan rasa sakit dan nyeri pada perut kanan tembus ke punggung
sampai ke kantung kemaluan kanan. Kemudian pasien dirujuk ke bagian radiologi
untuk melakukan pemeriksaan BNO-IVP. Karena memerlukan persiapan yang
khusus maka pemeriksaan dilakukan keesokan harinya. Pada hari senin tanggal
19 oktober 2015 pasien datang ke Instalasi Radiologi untuk melakukan
pemeriksaan USG dengan klinis colicureter dan didapatkan kesan hidronephrosis
dengan saran IVP bila kadar Ureum/Kreatinin Normal. Lalu pada hari Selasa 20
Oktober 2015 Os datang ke Instalasi Radiologi untuk melakukan BNO-IVP
dengan Klinis Ureterolithiasis.
3.1.3. USG Abdomen
17
Berikut hasil USG Abdomen pada tangga 19 Oktober 2015 :
Pemeriksaan USG Abdomen oleh dr. Diah Ambarwati, Sp. Rad, M. Sc. ; pada pasien dengan
klinis colicureter. Hasil :
Hepar : ukuran dan echostruktur parenkim normal, homogen, sudut lancip,
tepi licin, tak tampak pelebaran sistem bilier intra hepatal, tak tampak massa/nodul
VF : ukuran normal, lumen anechoic, dinding tak menebal, tak tampak
massa/batu/sludge.
Lien : ukuran dan echostruktur parenkim normal, dinding licin, hillus tidak
prominent, tak tampak massa atau nodul.
Pancreas : ukuran dan echostruktur normal, tak tampak massa/kalsfikasi.
Ren dextra : ukuran dan echostruktur normal, batas korteks medulla tegas, SPC
dan ureter proximal melebar, tak tampak massa/batu.
Ren sinistra : ukuran dan echostruktur normal, batas korteks medulla tegas, SPC tak
melebar, tak tampak massa, tampak batu multiplr ukuran 1,4 mm dan 1,8 mm dipole
bawah.
VU : ukuran normal, lumen anechoic, dinding tak menebal, tak tampak
massa/batu.
18
Kesan :
Hydronephrosis grade 3 dan ureteroectasis proximal dextra e.c obstruksi di distalnya
sangat mungkin e.c ureterolithiasis dextra.
Nephrolithiasis sinistra multiple (ukuran 1,4 mm dan 1,8 mm)
Tak tampak kelainan pada hepar, VF, Lien, pancreas dan VU.
Saran :
IVP bila kadar ureum/kreatinin normal.
3.2 Prosedur Pemeriksaan Intra Vena Pyelography (IVP) Pada Kasus Ureterolithiasis
di Instalasi Radiologi RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro
3.2.1. Persiapan Alat dan Bahan
a) Alat dan bahan steril
1. spuit 50 cc
2. jarum suntik
3. kapas alkohol
4. iopamiro 50 ml
b) Alat dan bahan tidak steril
1. Pesawat sinar-x yang dilengkapi dengan bucky table
2. Imajing plate dan film ukuran 24 x 30 cm dan 30 x 40 cm yang
jumlahnya sesuai dengan kebutuhan.
3. Marker dan penanda waktu
4. Baju pasien
5. Plester
6. Timer
3.2.2. Persiapan Pasien.
Persiapan pasien sebelum pemeriksaan IVP di RSUD Jend. Ahmad Yani
Kota Metro adalah sebagai berikut :
Sehari sebelum pemeriksaan, pasien hanya diperbolehkan makanan
rendah serat, misalnya bubur kecap
Pada tengah malam tidak boleh makan lagi atau pasien puasa
minimal 8 jam sebelum pemeriksaan dilakukan
19
pada malam hari penderita diberi obat pencahar yang berupa sulfas
magnesium atau garam ingris sebanyak 30 gram atau dulkolax tablet
sebanyak 4 butir.
pada pagi hari pasien diberi dulkolax suposutoria sebanyak 1 butir
yang dimasukkan ke dalam dubur guna lavement
pasien dilarang merokok dan banyak bicara karena dapat
meningkatkan produksi cairan dalam lambung dan volume udara
pada usus
sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk buang air
kecil
pasien diwajibkan melakukan tes darah di laboratorium guna
mengukur kadar ureum serta kreatininnya.
3.2.3. Prosedur pemeriksaan.
3.2.3.1. Foto abdomen polos.
a. Tujuan Pemotretan :
1) Melihat persiapan pasien, menilai usus apakah bebas dari udara dan
feses.
2) Melihat kelainan-kelainan anatomi dari organ-organ saluran kemih.
3) Memeperbaiki posisi pasien apabila masih salah, dan menentukan
faktor eksposi selanjutnya.
Gambar 3.1 Foto abdomen polos
20
Interpretasi BNO :
Udara usus dan fecal materials (+)
Preperitoneal fat lines tegas dan simetris.
Renal outline tertutup udara usus.
Psoas line tegas dan simetris.
Tak tampak lesi radioopaq di proyeksi sistem traktus
urinarius.
Sistema tulang baik.
3.2.3.2. Penyuntikan media kontras.
Pada pemeriksaan IVP di RSUD Jend. Ahmad Yani Kota
Metro, penyuntikan media kontras dilakukan secara dengan cara
drip infus karena pasien berasal dari rawat inap. Media kontras
yang digunakan adalah iopa
miro 50 ml. Dosis yang diberikan tergantung dari berat badan
3.2.3.3. Foto AP 5 menit post penyuntikan media kontras.
a. Adapun tujuan dari pembuatan foto 5 menit ini adalah:
1) Untuk melihat fungsi ekskresi ginjal.
2) Untuk melihat pengisian media kontras pada daerah
pelvic kalises.
Gambar 3.2 Foto 5 menit post penyuntikan media kontras.
21
Interpretasi Foto Fase 5 Menit :
Nefogram kedua ren serentak, bentuk, letak, ukuran dan
densitas normal.
SPC ren bentuk dextra calyces clubbing, sinistra cupping
normal.
Pelvis renis dextra melebar, tak tampak batu, filling deffect
maupun additional shadow.
Pelvis renis sinistra tak melebar, tak tampak batu, filling
deffect maupun additional shadow.
3.2.3.4. Foto 15 menit post penyuntikan media kontras.
Tujuan dari pembuatan radiograf 15 menit adalah untuk melihat
pengisian media kontras pada ureter.
Gambar 3.3 Foto 15 menit post penyuntikan media kontras
Interpretasi Foto Fase 15 Menit :
Tampak kaliber ureter dextra 1/3 proximal
sampai 1/3 media(sampai setinggi proyeksi VS1
aspek dextra) melebar.
Setelah itu kaliber dextra 1/3 distal normal, letak
normal, tak tampak batu, maupun additional
22
shadow, tampak filling deffect setinggi proyeksi
VS1 aspek dextra.
Tampak kaliber ureter sinistra tidak melebar,
letak normal, tak tampak batu, filling deffect
maupun additonal shadow.
VU Tampak terisi bahan kontras, letak normal,
tak tampak batu, filling deffect maupun
additional shadow.
3.2.3.5. Foto 30 menit post penyuntikan media kontras.
Adapun tujuan dari pembuatan radiograf 30 menit adalah untuk
melihat media kontras pada daerah ureter dan kandung kencing .
Gambar 3.4 Foto 30 menit post penyuntikan media kontras
Interpretasi Foto Fase 30 Menit :
Tampak kaliber ureter dextra 1/3 proximal sampai 1/3
media(sampai setinggi proyeksi VS1 aspek dextra) melebar.
23
Setelah itu kaliber dextra 1/3 distal normal, letak normal,
tak tampak batu, maupun additional shadow, tampak filling
deffect setinggi proyeksi VS1 aspek dextra.
Tampak kaliber ureter sinistra tidak melebar, letak normal,
tak tampak batu, filling deffect maupun additonal shadow.
VU Tampak terisi bahan kontras, letak normal, tak tampak
batu, filling deffect maupun additional shadow.
3.2.3.6. Foto 60 menit post penyuntikan media kontras.
Adapun tujuan dari pembuatan radiograf 60 menit adalah untuk
melihat media kontras pada daerah buli-buli.
Gambar 3.4 Foto 60 menit post penyuntikan media kontras
Interpretasi foto fase 60 menit :
Tampak kaliber ureter dextra 1/3 proximal sampai 1/3
media(sampai setinggi proyeksi VS1 aspek dextra) melebar.
Setelah itu kaliber dextra 1/3 distal normal, letak normal,
tak tampak batu, maupun additional shadow, tampak filling
deffect setinggi proyeksi VS1 aspek dextra.
24
Tampak kaliber ureter sinistra tidak melebar, letak normal,
tak tampak batu, filling deffect maupun additonal shadow.
VU Tampak terisi bahan kontras, letak normal, tak tampak
batu, filling deffect maupun additional shadow.
3.2.3.7. Foto Post Miksi
Tujuan dari pembuatan foto post miksi adalah untuk menilai
kemampuan dan daya kontraksi dari kandung kemih setelah media
kontras dikeluarkan.
Gambar 3.9 Foto Post Miksi
b. Kriteria Radiograf :
Gambar 3.9 Foto Post Miksi
Interpretasi Foto Post Miksi
Residu bahan kontras minimal.
3.3 Hasil Pembacaan Radiograf.
Adapun hasil pembacaan radiograf oleh dr. Ireschka Pattiwael, Sp. Rad, M. Sc.
adalah sebagai berikut :
Interpretasi BNO :
Udara usus dan fecal materials (+)
25
Preperitoneal fat lines tegas dan simetris.
Renal outline tertutup udara usus.
Psoas line tegas dan simetris.
Tak tampak lesi radioopaq di proyeksi sistem traktus urinarius.
Sistema tulang baik.
Interpretasi Foto Fase 5 Menit :
• Nefogram kedua ren serentak, bentuk, letak, ukuran dan densitas normal.
• SPC ren bentuk dextra calyces clubbing, sinistra cupping normal.
• Pelvis renis dextra melebar, tak tampak batu, filling deffect maupun
additional shadow.
• Pelvis renis sinistra tak melebar, tak tampak batu, filling deffect maupun
additional shadow.
Interpretasi foto fase 15-60 menit :
• Tampak kaliber ureter dextra 1/3 proximal sampai 1/3 media(sampai
setinggi proyeksi VS1 aspek dextra) melebar.
• Setelah itu kaliber dextra 1/3 distal normal, letak normal, tak tampak batu,
maupun additional shadow, tampak filling deffect setinggi proyeksi VS1
aspek dextra.
• Tampak kaliber ureter sinistra tidak melebar, letak normal, tak tampak
batu, filling deffect maupun additonal shadow.
• VU Tampak terisi bahan kontras, letak normal, tak tampak batu, filling
deffect maupun additional shadow.
Interpretasi Foto Post Miksi
• Residu bahan kontras minimal.
KESAN :
Hydronephrosis grade 3 dan hydroureter dextra 1/3 proximal 1/3 media
e.c ureterolithiasis (batulusen) dextra 1/3 distal setinggi proyeksi VS1
aspek dextra.
Fungsi ren dextra normal.
Anatomi dan fungsi ren sinistra normal.
26
Ureter sinistra tak tampak kelainan.
VU dan Fungsi Voiding Baik.
3.4 Pembahasan.
3.4.1 Hubungan antara ureterolithiasis dan hidronephrosis.
Ketika berbicara tentang ureterolithiasis, berarti membahas tentang adanya
batu (kalikuli) di saluran ureter. Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal
yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan
kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan
kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap
tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan
hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului
oleh serangan kolik.
Gerakan pristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga
menimbulkan kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik). Nyeri ini
dapat menjalar hingga ke perut bagian depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal,
dan sampai ke kemaluan.
Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri
pada saat kencing atau sering kencing. Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada
umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada di
ureter dan menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis) serta menimbulkan
obstruksi kronik berupa hidroureter/hidronefrosis.
Hidronephrosis adalah pembengkakan ginjal akibat tekanan balik terhadap
ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat ada
penyumbatan di bawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari
kandungan kemih. Untuk mendiagnosa hidronefrosis dapat dilakukan dengan
pemeriksaan USG atau pemeriksaan radiologi dengan menggunakan media kontras.
Pemriksaan yang biasanya dilakukan adalah intravena pielografi atau pemeriksaan
IVP.
3.4.2 Teknik pemeriksaan BNO-IVP
BNO IVP (Blaas Near Overzeigh Intravena Pyelografi) atau dengan nama lain
KUB (Kidney Ureter Bladder) ialah salah satu pemeriksaan radiografi dari traktus
27
urinarius yang menggunakan bahan kontras positif yang disuntikan secara intra vena
ke dalam tubuh pasien.
Tujuan pemeriksaan ini ialah untuk menggambarkan anatomi dari pelvis renalis
dan sistem calyces serta seluruh traktus urinarius dengan penyuntikan kontras positif
secara intravena.
Perlu diperhatikan, bahwa sebelum pemeriksaan ini ,harus dilakukan skin test
dengan tujuan untuk mengetahui apakah pasien alergi bahan kontras atau tidak. Untuk
pasien dengan klinis hipertensi, pengambilan foto harus memakai interval waktu yang
lebih singkat daripada klinis lain. Obat – obatan emergensi harus selalu tersedia di
ruang pemeriksaan dan mudah terjangkau.
Prosedur pemeriksaan BNO-IVP ini dilakukan sesuai urutan pemeriksaan,
yaitu : persiapan pasien sehari sebelum pemeriksaan dengan tujuan agar abdomen
bebas dari feses dan udara dengan melakukan urus-urus, dan pemeriksaan ureum-
kreatin. Setelah itu pada hari pemeriksaan pasien diberikan dulcolax suppositoria.
Prosedur pada BNO-IVP dibagi menjadi 7 fase yaitu : 1. Foto polos abdomen,
penyuntikan kontras, 2. Foto setelah 5 menit penyuntikan kontras, 3. Foto setelah 15
menit penyuntikan kontras, 4. Foto 30 menit setelah penyuntikan kontras, 5. 60 menit
setelah penyuntikan kontras dan 6. Foto post miksi,
Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada pertengahan
proc.xypoideus dan umbilikus. Foto ini untuk melihat perjalanan kontras mengisi
sistem calyces pada ginjal. Memakai ukuran kaset 24x30.
Kompresi Ureter dilakukan dengan tujuan untuk menahan kontras media tetap
berada pada sistem pelvi calyces dan bagian ureter proximal.
Bila pengambilan gambar pada pelvicalyces di menit ke lima kurang baik ,foto
diambil kembali pada menit ke 10 dengan zonografi untuk memperjelas bayangan.
Setelah menit ke 30 kompresi dibuka dan di ambil gambar dengan menggunakkan
kaset ukuran 30x40. Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset
30x40. Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada radiolog dan dinyatakan normal
maka pasien diharuskkan miksi kemudian di foto kembali. Jika dokter Sp. Radiologi
menyatakan ada gangguan biasanya dilakukan foto 2jam.
28
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari Laporan kasus ini adalah :
Terdapat hubungan antara klinis dan hasil pemeriksaan BNO-IVP yaitu didapatkan
hasil hydronephrosis grade 3 dan hydroureter dextra 1/3 proximal 1/3 media e.c
ureterolithiasis (batulusen) dextra 1/3 distal setinggi proyeksi VS1 aspek dextra.
Pemeriksaan BNO-IVP di lakukan pemotretan polos, Foto 5 menit, 15 menit, 30
menit, 60 menit stelah media kontras di masukan dan Post Miksi.
Daftar Pustaka
29
Malueka, RG. 2008. Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendekia Press. Yogyakarta.
Patel, P. R. 2007. Lecture Notes Radiologi, edisi kedua. Jakarta: Erlangga.
Purnomo,B.B. 2005. Dasar-dasar Urologi, edisi kedua. Jakarta: Sagung Seto.
Sutton, D. 1995. Buku Ajar Radiologi untuk Mahasiswa Kedokteran, edisi kelima. Jakarta :
Hipokrates.
30