Corynebacterium Xxx

17
A. Karakteristik Corynebacterium Secara umum genus Corynebacterium memiliki karakteritik sebagai berikut : - batang yang pleomorf - Gram positif - Tidak membentuk spora - Tidak tahan asam - Tidak bisa bergerak - Dari semua keterangan khemotaksonomi yang diperoleh, kebanyakan ahli taksonomi berpendapat bahwa genus Corynebacterium harus dibatasi pada organisme-organisme yang dinding selnya mengandung : asam-meso-diamino- pimelik, arabinosa, galaktosa, dan asam mikolik dengan rantai yang relative pendek, DNA mengandung G+C antara 51-59 mol %. - Sejumlah besar dari spesies-spesies adalah fakultatif anaerob. Adapun karakteritik dari salah satu spesies dari genus Corynebacterium yang paling penting yaitu Corynebacterium diphtheriae adalh : Gram (+) batang, panjang/pendek, besar/kecil, polymorph, tidak berspora, tidak berkapsul, tidak bergerak, bergranula yang terletak di salah satu atau kedua ujung badan bacteri. Pada pewarnaan menurut Neisser, tubuh bacteri berwarna kuning atau coklat muda sedangkan granulanya berwarna biru violet ( meta chromatis ).

description

bakteri

Transcript of Corynebacterium Xxx

A. Karakteristik CorynebacteriumSecara umum genus Corynebacterium memiliki karakteritik sebagai berikut : batang yang pleomorf Gram positif Tidak membentuk spora Tidak tahan asam Tidak bisa bergerak Dari semua keterangan khemotaksonomi yang diperoleh, kebanyakan ahli taksonomi berpendapat bahwa genus Corynebacterium harus dibatasi pada organisme-organisme yang dinding selnya mengandung : asam-meso-diamino-pimelik, arabinosa, galaktosa, dan asam mikolik dengan rantai yang relative pendek, DNA mengandung G+C antara 51-59 mol %. Sejumlah besar dari spesies-spesies adalah fakultatif anaerob.Adapun karakteritik dari salah satu spesies dari genus Corynebacterium yang paling penting yaitu Corynebacterium diphtheriae adalh : Gram (+) batang, panjang/pendek, besar/kecil, polymorph, tidak berspora, tidak berkapsul, tidak bergerak, bergranula yang terletak di salah satu atau kedua ujung badan bacteri. Pada pewarnaan menurut Neisser, tubuh bacteri berwarna kuning atau coklat muda sedangkan granulanya berwarna biru violet ( meta chromatis ). Preparat yang dibuat langsung dari specimen yang baru diambil dari pasien, letanya bakteri seperti huruf huruf L, V, W, atau tangan yang jarinya terbuka atau sering di kenal sebagain Susunan sejajar / paralel / palisade / sudut tajam huruf V, L, Y / tulisan cina Diameter 0,5 1 m dan panjangnya 1 8 m Menggembung pada satu ujungnya berbentuk gada club shape Berisi granula metakromatik Babes Berisi granula metakromatik Babes-Ernest dengan pewarnaan neisser / metilen blue loeffler Tidak punya spora Non motil Basil, Gram positif , pleiomorfik Tidak tahan asam Dinding sel mengandung asam meso diaminopimelik, arabinosa, galaktosa, asam mikolik

B. Jenis Bakteri CorynebacteriumBakteri nonlipophilic dapat diklasifikasikan sebagai fermentasi dan nonfermentative:Corynebacteria fermentasi Corynebacterium diphtheriae Corynebacterium xerosis dan Corynebacterium striatum Corynebacterium minutissimum Corynebacterium amycolatum Corynebacterium glucuronolyticum Corynebacterium argentoratense Corynebacterium matruchotii Corynebacterium glutamicum Corynebacterium sp.Corynebacteria Nonfermentative Corynebacterium afermentans subsp. Afermentans Corynebacterium auris Corynebacterium pseudodiphtheriticum Corynebacterium propinquumLipofilik Corynebacterium jeikeium Corynebacterium urealyticum Corynebacterium afermentans subsp. Lipophilum Corynebacterium accolens Corynebacterium macginleyi Kelompok CDC coryneform F-1 dan G Corynebacterium bovis

C. Patogenitas CorynebactriumPatogenisitas Corynebacterium diphtheriae mencakup dua fenomena yang berbeda, yaitu :1. Invasi jaringan lokal dari tenggorokan, yang membutuhkan kolonisasi dan proliferasi bakteri berikutnya. Sedikit yang diketahui tentang mekanisme kepatuhan terhadap difteri C. diphtheriae tapi bakteri menghasilkan beberapa jenis pili. Toksin difteri juga mungkin terlibat dalam kolonisasi tenggorokan. 2. Toxigenesis: produksi toksin bakteri. Toksin difteri menyebabkan kematian sel eukariotik dan jaringan oleh inhibisi sintesis protein dalam sel. Meskipun toksin bertanggung jawab atas gejala-gejala penyakit mematikan, virulensi dari C. diphtheriae tidak dapat dikaitkan dengan toxigenesis saja, sejak fase invasif mendahului toxigenesis, sudah mulai tampak perbedaan. Namun, belum dipastikan bahwa toksin difteri memainkan peran penting dalam proses penjajahan karena efek jangka pendek di lokasi kolonisasi.

D. Penyakit yang DitimbulkanBerikut adalah penyakit yang ditimbulkan masing-masing spesies CorynebacteriumCorynebacterium diphtheriaemenyebabkan infeksi akut yang dikenal dengan penyakit difteri. Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama terutama laring, amandel dan tenggorokan. Tetapi tak jarang racun juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakan saraf dan jantung.Gejala diawali dengan nyeri tenggorokan ringan dan nyeri menelan. Pada anak tak jarang diikuti demam, mual, muntah, menggigil, sakit kepala, suara parau, nyeri menelan, dan nyeri otot. Juga sering terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di leher.Corynebacterium jeikeium: infeksi oportunistik (terutama pada pasien immunocompromised)Corynebacterium urealyticum: infeksi saluran kemih (ISK); jarang namun pentingCorynebacterium pseudotuberculosis: subakut kambuh limfadenitisCorynebacterium ulcerans : pharnygitisCorynebacterium xerosis: bakteremia, infeksi kulit, pneumonia pada host immunocompromised (misalnya, pasien dengan kelainan darah, transplantasi sumsum tulang, kateter intravena) dan faringitisCorynebacterium pseudodiphtheriticum: endokarditis dan bawah-infeksi saluran pernafasan.

E. Cara PenularanBakteri ini ditularkan melalui percikan ludah dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Ketika telah masuk dalam tubuh, bakteri melepaskan toksin atau racun. Toksin ini akan menyebar melalui darah dan bisa menyebabkan kerusakan jaringan di seluruh tubuh, terutama jantung dan saraf.

F. PencegahanPencegahan infeksi bakteri ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan tidak melakukan kontak langsung dengan pasien terinfeksi. Selain itu, imunisasi aktif juga perlu dilakukan. Imunisasi pertama dilakukan pada bayi berusia 2-3 bulan dengan pemberian 2 dosis APT (Alum Precipitated Toxoid) dikombinasikan dengan toksoid tetanus dan vaksin pertusis. Dosis kedua diberikan pada saat anak akan bersekolah. Imunisasi pasif dilakukan dengan menggunakan antitoksin berkekuatan 1000-3000 unit pada orang tidak kebal yang sering berhubungan dengan kuman yang virulen, namun penggunaannya harus dibatasai pada keadaan yang memang sangat gawat. Tingkat kekebalan seseorang terhadap penyakit difteri juga dapat diketahui dengan melakukan reaksi Schick.

G. PengobatanPerawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteri, yang melemahkan toksin dan antibiotik. Eritromisin dan penisilin membantu menghilangkan bakteri difteri dan menghentikan pengeluaran toksin. Selama sakit, penderita harus tiduran di tempat tidur. Umumnya difteri dapat dicegah melalui vaksinasi dengan vaksin DPT (vaksin Difteri, Pertusis, dan Tetanus) sejak bayi berumur 3 bulan. Untuk pemberian kekebalan dasar perlu diberi 3 kali berturut-turut dengan jarak 1 1,5 bulan, lalu 2 tahun kemudian diulang kembali.Umumnya diberi Penisilin atau antibiotik lain seperti Tetrasiklin atau Eritromisin yang bermaksud untuk mencegah infeksi sekunder (Streptococcus) dan pengobatan bagi carrier penyakit ini. Pengobatan dengan eritromisin secara oral atau melalui suntikan (40 mg / kg / hari, maksimum, 2 gram / hari) selama 14 hari, atau penisilin prokain G harian, intramuskular (300.000 U / hari untuk orang dengan berat 10 kg atau kurang dan 600.000 U / sehari bagi mereka yang berat lebih dari 10 kg) selama 14 hari.

H. Diagnosis LaboratoriumSecara klinis diagnosis dapat ditegakkan dengan melihat adanya membran yang tipis yang berwarna keabu-abuan, seperti sarang laba-laba dan mudah berdarah bila diangkat.Pemeriksaan Laboratorium termasuk, Gram stain, kultur hapusan hidung dan tenggorokan untuk mengidentifikasi Corynebacterium diphtheriae. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut :PRA ANALITIK PENGAMBILAN SPESIMEN, PENYIMPANAN, dan PENGIRIMAN A.TUJUANUntuk mendapatkan spsimen usap tenggorok yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan baktriologik Waktu pngambilanSetiap saat terutama pada phase akut , sebaiknya sebelum pemberian antimokroba.B.PERALATAN DAN BAHAN1. Peralatan Spatula lidah2. Bahan Lidi kapas steril Media transport (Amies/stuart Media) Media isolasi (Agar darah, Agar Cystin Tellurite, Agar Loeffler) Pewarna gram dan NeisserD.PROSEDUR PENGAMBILAN Penderita duduk ( kalau anak-anak dipangku) Penderita diminta membuka mulut Lidah ditekan dengan sptel liidah Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan saline steril hingga menyentuh dinding belakang faring Usap kekiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu tarik keluar dengan hati-hati, tanpa menyentuh bagian mulut yang lain. Masukkan lidi kapas ke dalam media transport atau langsung tanam pada media isolasi (Agar darah, Agar Cystin Telluritee, Agar Loeffler) dan di buat sediaan.E.PEMBERIAN IDENTITAS1. Formulir permintaan pemeriksaaanSurat pngantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiiknya memuat secara lengkap : Tanggal permintaan Tanggal dan jam pengambilan specimen Identitas pasien ( Nama, umurr, jenis kelamin, alamat, nomor rekam medik ) identtits pengirim ( nama, alamat, nomor telepon) identits specimen ( jenis, volume, lokasi pengambilan) pemeriksaan laboratorium yang di minta nama pengambil spsimen transport media ketrangan klinis : diagnosis atau riwayat singkat pnyakit, riwayat pengobatan.2. LabelWadah specimen yang dikirim ke laboratorium diberi label yang harus memuat :1. Tanggal pengambilan specimen2. Identitas pasien3. Jenis SpesimenF. PENYIMPANAN SPESIMENBila specimen tidak dapat di simpan pada heri yang sama, specimen disimpan dalam refrigerator (20 80C).Untuk biiakan bakteri mikroaerofilikdisimpan dalam suasana CO25-10 % ( Sungkup lilin )G. PENGIRIMAN SPESIMENPengiriman specimen dilakukan dengan menggunakan cool box (20 80C). kecuali jika waktu perjalanan yang diperlukan kurang dari 24 jam.ANALITIKTerlepas dari hal itu, proses analitik secara sistematis dan komprehensif adalah sebagai berikut :1. A.CULTUR DAN BIOKIMIATumbuhnya aerob dengan suhu optimum 370CUntuk dapat tumbuh dengan baik medianya perlu diperkaya dengan darah atau serumBlood Agar Plate :Koloni kecil-kecil,putih keruh,smooth,cembung,haemolytis atau anhaemolytisTellurite blood agar plate:Koloni kecil-kecil,abu-abu tengahnya hitam,hitam elabu atau hitam seluruhnya,mengkilat,smooth,cembungLoeffler Serum :Koloni subur,smooth,putih cream,sedikit cembungNutrient Agar :Koloni kurus,smooth,putih dengan bercak hitamMedia gula-gula : Glucose : asamLactose : alkalisMannitol : alkalisSucrose : acalisTrehalose : asamMaltose : asamCatalase Tes : (+)Urea hydrolysa : (-)Motility : (-)Nitrat reduksi : (+)Bahan pemeriksaan ditanam pada perbenihan di atas, kemudian di nkubasi 37C selama 1 malam kecuali agar telurit selama 2 malam. Hasil biakan pada Loefler terlihat koloni-koloni barwarna putih, selanjutnya dibuat preparat Albert atau Neisser. Dari telurit cair ditanam pada loefler sebagai tanaman ulangan, dan pada agar darah diperiksa adanya kuman-kuman pathogen lainnya.B.ISOLASI DAN IDENTIFIKASICorynebacterium diptheriaeTujuan: Melakukan isolasi dan identifikasi bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan bagian atas pada penderita dan pada carier.Peralatan: Inkubator, kaca objek, kaca penutup, lampu spiritus, mikroskop, sengkelit, sungkup lilin.C.Media & Reagen Agar darah Agar Loeffler Agar Cysttin Tellurite Pewarnaan Gran Pewarnaan NeisserD.Prosedur PemeriksaanHapus tenggorokan, hapus hidung atau dari tempat lain yng mencurigakan . Identifikasi berdasarkan atas :1. Pemeriksaan mikroskopik2. Pembiakan3. Uji biokimia4. Uji virulensi1.Pemeriksaan Mikroskopis dengan pewarnaan gram dan neisser2.Pemeriksaan BiakanDengan menggunakan Media antara ain : Media Loeffler Agar, agar tellurite, agar darah, gula-gula, tellurite cair, Blood Tellurite Agar. Loeffler : gunanya untuk menyuburkan bakteri sehingga bila dibuat preparatakan tampak granula yang jelas. Blood Tellurite Agar : Media selektif differensial. Agar tellurit : gunanya untuk isolasi koloni-koloni Corynebacterium diphtheriae yang selanjutnya ditanam pada gula-gula untuk difteri. Telurit cair : berguna sebagai media pengaya. Agar darah : gunanya untuk membiak kuman-kuman lainnya seperti Streptococcus haemolyticus dan Staphylococcus aerus Gula-gula untuk difteri : glukosa serum dan sakarosa serum untuk membedakan C. diptheri dengan kuman sejenisAdapun proses pemeriksaan bakterinya adalah sebagai berikut :1. InokulasiDari media Transport maupun secara langsung specimen ditanam pada : Agar darah untuk isolasiCorynebacterium diptheriae Agar Loeffler untuk isolasiCorynebacterium diptheriae Agar Cysttin Tellurite untuk isolasiCorynebacterium diptheriae1. Inkubasi Agar darah pada suhu 35 370C dalam sungkup lilin selama 24 48 jam. Agar Cysttin Tellurite dan Agar Loeffler pada suhu 35 370C selama 24 48 jam1. Amati Pertumbuhan koloni pada media isolasi : Koloni yang tumbuh dilakukan pewarnaan Neisser, bila dijumpai adanya granula dilanjutkan dengan uji identifikasi tes biokimia dan tes virulensi.Tes biokimiaKoloni tersangka yang berwarna abu-abu hitam pada agar telurit ditanam pada glukosa serum dan sakarosa serum (atau bisa pula ditambahkan amylum), kemudian dieram pad suhu 370C selama 1 malam. Hasil pengamatan adalah sebagai berikut :Glukosa Sakarosa AmylumC. diphteriae + +/-C. Xerosis + + +C. hofmanii Tes virulensiTes ini digunakan untuk mengetahui bakteri Corynobacterium diptheriae yang diisolasi adalah virulen arena menghasilkan eksotoksin, yang dilakukan dengan dua cara, yakni :a. in vivo : Intrakutan dan tes subkutanb. in vitro : Tes elek-Ouchterlony (gel difusi gel dari elek)caranya : pada medium gel yang mengandung serum, sebelum mengeras diletakan 1 strip kertas yang telah dijenuhi dengan antitoksin pada tengah-tengah medium dan ditekan perlahan ke bawah permukaan dengan pingset steril.Kemudian medium dibiarkan mengeras.Setelah itu biakan dari bakteri difteri yang dicurigai digoreskan menyilang dengan tegak lurus pada strip kertas.Perlu juga digoreskan biakan bakteri sebagai control positif maupun negative.Setelah diinkubasi pada suhu 370C seama 24 48 jam, dilihat ada tidaknya garis presipitasi yang terjadi pada bakteri tes.E.Pembacaan dan Interpretasi hasilPemeriksaan Mikroskopis dengan pewarnaan GramYakni : Gram Positif Batang, Panjang Pendek, Besar Kecil, polymorph, tidak berspora, tidak berkapsul, ada pool korrel pada salah satu atau kedua ujungnya.Biakan Koloni tersangka yang tumbuh pada media sebagai berikut :Blood Agar Plate :Koloni kecil-kecil,putih keruh,smooth, cembung,haemolytis atau anhaemolytisTellurite blood agar :Koloni kecil-kecil,abu-abu tengahnya hitam,hitam kelabu atau hitam seluruhnya,mengkilat,smooth,cembungLoeffler Serum :Koloni subur, smooth,putih cream, sedikit cembungPembacaan dan interpretasi hasil disesuaikan terhadap sifat sifat spesifikasi bakteriCorynebacterium diptheriaeseperti yang telah diutarakan sebelumnya.PASCA ANALITIK Melakukan sterilisasi terhadap berbagai alat-alat yang telah digunakan agar dapat steril dan tidak mengkontaminasi benda-benda yang lain dengan dimasukan ke dalam autoklaf Terhadap Media atau bahan-bahan hasil pemeriksaan yang infeksius dilakukan pemusnahan dengan pembakaran panas tinggi , dengan menggunakan incinerator. Mencuci tangan dengan sabun setelah memeriksa agar steril dari zat-zat yang infeksius

5.SKEMA PEMERIKSAAN ISOLASI DAN IDENTIFIKASICorynebacterium diptheriaeHARI 1 : Spesimen ditanam pada Blood agar plate dan Tellurite Blood agar plate Masuk incubator 370C selama 24 jamHARI 2 : Koloni yang tersangka Corynobacterium diptheriae Dibuat 2 preparat :1. Satu dicat Gram : untuk melihat adanya Gram (+) batang2. Satu dicat Neisser : untuk melihat adanya granula bakteri Ditanam Subcultur di media Loeffler Serum blood agar tube atau BHI agar tubeHARI 3Koloni yang tumbuh di Loeffler Serum atau Blood agar tube atau BHI agar tube, di buat smear dicat menurut Neisser untuk melihat ada tidaknya granula/poalkorrel. Selain itu juga di tanam di dalam media gula-gula dan media identifikasi yang lain.Masuk Inkubator 370C selama 24 jamHARI 4Dibaca dan dicatat pertumbuhan media gula dan media identifikasi. Setelah dilakukan tes kimia kemudian dicocokan dengan sifat-sifat Culturil dan Biochemisnya, serta Morphologisnya untuk menentukan diagnosisnya.