contoh tesis kuantitatif

download contoh tesis kuantitatif

of 81

Transcript of contoh tesis kuantitatif

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    1/81

     

    EKSPER 

    DAN P

    DITINJ

    MENTASI

     ROBLEM S 

    U DARI

    SE

    Untuk Me

    Magist

    PROGRA

    U

    PENDEKA

     LVING P

    OTIVASI

    ECAMAT

    TAHUN

    enuhi Seba

    er Program

    A

    S

    STUDI

    PROGRA

    IVERSIT

    S

    TAN PEM

    DA PEMB

    ELAJAR S

     N KUND

    JARAN 2

    TESIS

    gai Persyara

    Studi Pendi

     

    I INDRIA

    850 809 30

    ENDIDIK

     PASCAS

    AS SEBEL

    RAKART

    2 0 1 1

    ELAJARA

    LAJARA

    ISWA KEL

    RAN BLO

    10/2011

    tan Mencap

    ikan Mate

     

    I

    N MATE

    ARJANA

    S MARE

     

    KONTE

     MATEM

    AS V SD N

    A

    ai Derajat

    atika

    ATIKA

    82

    STUAL

    TIKA

    EGERI

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    2/81

    ii

    EKSPERIMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

    DAN PROBLEM SOLVING

     PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

    DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI

    SEKECAMATAN KUNDURAN BLORA

    TAHUN AJARAN 2010/2011

    Disusun oleh:

    ARI INDRIANI

    S850809302

    Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

    Pada tanggal : ………………………

    Pembimbing II

    Triyanto, S.Si. M.Si.

     NIP. 19720508 199802 1 001

    Pembimbing I

    Dr. Mardiyana, M.Si.

     NIP. 19660225 199302 1 002

    Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Matematika 

    Dr. Mardiyana, M.Si 

     NIP. 19660225 199302 1 002

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    3/81

    iii

    EKSPERIMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

    DAN PROBLEM SOLVING

     PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

    DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI

    SEKECAMATAN KUNDURAN BLORA

    TAHUN AJARAN 2010/2011

    Disusun oleh:

    ARI INDRIANI

    S850809302

    Telah disetujui oleh Tim Penguji

    Pada tanggal : ………………………

    Jabatan Nama Tanda Tangan 

    Ketua Dr. Riyadi, M.Si. ……………………

    Sekretaris Dr. Imam Sujadi, M.Si. ……………………

    Anggota Penguji 1. Dr. Mardiyana, M.Si. ……………………

    2. Triyanto, S.Si. M.Si. …………………....

    Surakarta, Februari 2011

    Mengetahui

    Direktur Program Pascasarjana

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D.

     NIP 19570820 198503 1 004

    Ketua Program Studi

    Pendidikan Matematika 

    Dr. Mardiyana, M.Si. 

     NIP. 19660225 199302 1 002

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    4/81

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang Masalah

    Sekolah Dasar merupakan titik awal dari pendidikan formal di

    Indonesia. Diharapkan dari tempat ini nantinya akan dihasilkan sumber daya

    manusia yang berkualitas sebagai generasi penerus untuk mewujudkan tujuan

    luhur bangsa yaitu meningkatkan kualitas kehidupan manusia Indonesia

    sehingga terwujud masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila

    dan UUD 1945.

    Mengingat begitu pentingnya keberadaan Sekolah Dasar, maka

     pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah (Dirjen

    Dikdasmen) terus-menerus menekankan peningkatan kualitas pendidikan di

    Sekolah Dasar. Mengenai pelaksanaan pendidikan Sekolah Dasar, Dirjen

    Dikdasmen melalui surat edaran No. 2931/C/1/1993 menyerukan untuk

    meningkatkan kualitas pengajaran tiga kemampuan dasar yaitu membaca,

    menulis dan berhitung di mana semua itu telah termuat pada mata pelajaran

    Bahasa Indonesia dan Matematika.

    Matematika merupakan ilmu dasar yang mempunyai peranan penting

    dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Hampir semua bidang studi

    menggunakan materi pelajaran matematika, contohnya persamaan phytagoras

    dan trigonemetri digunakan untuk mengukur tinggi sebuah benda yang tidak

     bisa diukur secara langsung seperti gunung, pohon dan lain-lain, matriks

    1

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    5/81

    digunakan pada teknik sipil yakni untuk mengkontruksi jembatan, barisan dan

    deret digunakan pada pelajaran manajemen perbankan yakni untuk

    menghitung bunga tunggal dan majemuk, serta masih banyak lagi peranan

    matematika yang sangat bermanfaat dibidang lain.

    Pada mata pelajaran matematika, sepatasnya kita perlu prihatin.

    Matematika yang posisinya sebagai “ratu” sekaligus “pelayan” dari ilmu

     pengetahuan dan teknologi justru menjadi mata pelajaran yang dianggap

     paling sulit bahkan menjadi momok dalam setiap kegiatan belajar mengajar.

    Akhirnya apa yang diharapkan dari prestasi belajar matematika, ternyata

    masih jauh dari harapan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata nilai ujian

    akhir sekolah bidang studi matematika siswa SD se-Kecamatan Kunduran

    Blora adalah sebagai berikut:

    Tabel 1.1 Rata-rata UAS Matematika Siswa SD

    Kecamatan Kunduran Blora 

    Mata Pelajaran 2007/2008 2008/2009 2009/2010

    Matematika 4,23 5,91 4,68

    Selain itu, prestasi belajar siswa SD pada pokok bahasan operasi

     bilangan bulat juga masih rendah. Mungkin dikarenakan siswa SD kurang

     paham atas penjelasan guru tentang cara mempelajari operasi bilangan bulat

    di mana guru masih menggunakan metode ceramah, kurangnya guru

    menggunakan alat peraga yang ada di lingkungan sekitar dalam menjelaskan

    operasi bilangan bulat, misalnya manik-manik, guru kurang mengaitkan

     pembelajaran operasi bilangan bulat ini dengan kehidupan sehari-hari dan lain

    sebagainya. Sebagai contohnya: 5 – (-4) = 9 akan tetapi siswa banyak yang

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    6/81

    menjawab 5 – (-4) = 1, sedangkan untuk -3 – (-6) = -3, banyak siswa yang

    menjawab -3 – (-6) = -9. Siswa juga kurang paham dalam mengerjakan soal

    cerita. Contohnya: suhu udara di kutub utara 5C, karena hujan saljusuhunya menjadi 10C. Berapa derajat celcius perubahan suhu di kutub?Jawabnya: -5 – 10 = -15. Jadi perubahan suhu yang terjadi di daerah kutub

    tersebut adalah 15C. Kenyataan di atas menunjukkan masih rendahnya prestasi belajar

    matematika siswa Sekolah Dasar. Diduga banyak faktor yang mempengaruhi

     prestasi belajar matematika, yang secara garis besar faktor-faktor tersebut

    dibedakan menjadi faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang meliputi

     jasmaniah dan psikologis serta faktor yang berasal dari luar diri siswa yang

    meliputi faktor keluarga, sekolah maupun masyarakat.

    Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dari luar diri siswa

    diantaranya: masih banyak guru yang menggunakan pola pembelajaran di

    mana cenderung “text book oriented ” dalam arti menyampaikan materi sesuai

    dengan apa yang tertulis di dalam buku dan tidak dikaitkan dengan kehidupan

    sehari-hari siswa. Cara pembelajaran yang monoton dengan menggunakan

    metode ceramah, serta kurikulum yang belum sesuai dengan kebutuhan serta

     perkembangan jaman.

    Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru mempunyai

     peranan yang sangat penting dalam keberhasilan pendidikan. Penggunaan

     pendekatan pembelajaran yang tepat akan menentukan keefektifan dan

    keefisienan dalam proses belajar mengajar. Guru harus senantiasa mampu

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    7/81

    memilih dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat sesuai dengan

     pokok bahasan yang diajarkan. Pendekaran pembelajaran yang telah lama

    digunakan oleh para guru adalah pendekatan pembelajaran dengan tradisional

    yang berpusat pada guru.

    Sedangkan faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi prestasi

     belajar antara lain: intelegensi, aktivitas, motivasi, minat, dan lain sebagainya.

    Motivasi belajar siswa untuk mengikuti proses pembelajaran terutama

     pelajaran matematika sangatlah kurang. Hal ini mungkin dikarenakan siswa

     belum hafal perkalian dan pembagian, rasa ingin tahu tentang matematika

    masih rendah, kurang percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya,

    merasa kesulitan terhadap pelajaran matematika dan lain sebagainya. Tidak

    hanya itu, faktor motivasi juga dipengaruhi oleh dirinya sendiri, teman, orang

    tua maupun lingkungan masyarakat.

    Sedangkan harapan yang ingin dicapai dalam tujuan pendidikan

    matematika seperti yang diamanatkan kurikulum adalah pengelolaan

     pembelajaran matematika di sekolah dapat bermakna dan dapat membuat

    siswa mampu menerapkan pengetahuan matematikanya dalam kehidupan

    sehari-hari dan bidang lain. Kegiatan pembelajaran matematika juga

    diharapkan mampu membuat siswa terampil menyelesaikan masalah yang

    dihadapinya, baik dalam bidang matematika maupun dalam bidang yang lain.

    Kegiatan pembelajaran matematika juga diharapkan mampu membuat siswa

     berkembang daya nalarnya sehingga mampu berpikir kritis, logis, sistematis,

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    8/81

    dan pada akhirnya siswa diharapkan mampu bersikap obyektif, jujur dan

    disiplin.

    Menurut Pao-Nan Chou dan HO-Huan Chen dalam Partono (2009: 3)

     bahwa pembelajaran seorang guru harus mampu menciptakan kondisi

     pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa, sehingga

    siswa mempunyai keterampilan, keberanian serta mempunyai kemampuan

    akademik. Penekanan pembelajaran matematika di sekolah harus relevan

    dengan kehidupan sehari-hari, supaya pelajaran matematika yang diperolah

    akan bermanfaat. Dengan demikian matematika akan mempunyai peran yang

     penting bagi siswa untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

    Selanjutnya hal ini akan berdampak dalam menciptakan sumber daya manusia

    yang bermutu.

    B.  Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dapat

    diidentifikasi sebagai berikut:

    1. 

    Prestasi belajar matematika siswa rendah karena pendekatan

     pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar kurang tepat.

    Apakah dengan mengubah pendekatan pembelajaran prestasi belajar

    matematika siswa dapat berubah?

    2.  Prestasi belajar matematika siswa rendah karena fasilitas yang

    mendukung proses pembelajaran masih kurang. Apakah dengan

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    9/81

    menyediakan fasilitas yang mendukung pembelajaran prestasi belajar

    matematika siswa dapat berubah?

    3.  Prestasi belajar matematika siswa rendah karena motivasi siswa untuk

    mengikuti pembelajaran matematika masih rendah. Apakah jika kategori

    motivasi belajar berbeda prestasi belajar matematika juga berbeda?

    4.  Prestasi belajar matematika siswa rendah karena kurikulum yang belum

    sesuai dengan kebutuhan. Apakah dengan perbaikan kurikulum, prestasi

     belajar matematika siswa dapat meningkat?

    C.  Pemilihan Masalah

    Dari keempat masalah yang diidentifikasi di atas, peneliti melakukan

     penelitian yang terkait dengan permasalahan pertama dan ketiga, yaitu

     pendekatan pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa. Adapun

     pendekatan pembelajaran yang akan digunakan adalah kontekstual dan

     problem solving.

    Pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang

    mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Adapun alasan peneliti memilih

    masalah ini adalah penggunaan pembelajaran kontekstual dikarenakan siswa

    SD menurut tahap perkembangan kognitif Piaget adalah tahap pra-

    operasional (usia 7 – 11 tahun) di mana siswa pada saat ini akan dapat

     berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan

    mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.

    Sedangkan  problem solving merupakan pendekatan pembelajaran yang

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    10/81

    digunakan untuk menyelesaikan masalah. Pembelajaran ini digunakan agar

    siswa mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya sejak dini.

    Prestasi belajar matematika juga dipengaruhi oleh motivasi belajar.

    Hal ini digunakan untuk membangun sistem pembelajaran lebih bermakna

    dan mendorong terjadinya perilaku belajar siswa.

    D.  Pembatasan Masalah

    Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih

    mendalam maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan

    masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

    1. 

    Materi yang diteliti yaitu operasi bilangan bulat.

    2. 

    Prestasi belajar matematika yang dicapai: Kompetensi Dasar (KD) operasi

     bilangan bulat.

    3. 

    Motivasi belajar matematika baik di rumah maupun di sekolah.

    E. 

    Perumusan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah, pemilihan masalah dan pembatasan

    masalah maka masalah dalam penelitian ini adalah:

    1.  Apakah ada pengaruh pendekatan pembelajaran yang dilakukan terhadap

     prestasi belajar matematika?

    2.  Apakah ada pengaruh motivasi belajar matematika terhadap prestasi

     belajar matematika?

    3.  Apakah ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi belajar

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    11/81

    siswa terhadap prestasi belajar matematika ?

    F. 

    Tujuan Penelitian

    Dengan mengingat tujuan yang merupakan arahan dari suatu kegiatan

    untuk mencapai hasil yang diharapkan dan dapat terlaksana dengan baik dan

    teratur, maka tujuan penelitian ini adalah:

    1. 

    Untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap prestasi

     belajar matematika.

    2. 

    Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi

     belajar matematika.

    3. 

    Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi

     belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa.

    G.  Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas

     pendidikan matematika siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kunduran

    Blora, manfaat lain dari penelitian ini antara lain:

    1.  Manfaat Teoritis

    Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk

    meningkatkan mutu pendidikan melalui penggunaan pendekatan

     pembelajaran dengan kontekstual dan  problem solving  dalam upaya

     peningkatan prestasi belajar matematika siswa.

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    12/81

    2. Manfaat Praktis

    a. Sebagai masukan bagi calon guru matematika dalam menentukan

     pendekatan pembelajaran yang dapat menjadi alternatif lain selain

     pendekatan pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru matematika

    dalam pengajaran matematika.

     b. Memberi informasi kepada guru atau calon guru matematika untuk

    lebih meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mencapai prestasi

     belajar.

    c. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan atau referensi ilmiah

    untuk penelitian selanjutnya.

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    13/81

    10 

    BAB II

    LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

    A. 

    Tinjauan Pustaka

    1. 

    Prestasi Belajar Matematika

    a.  Pengertian Prestasi

    Menurut Tu’u dalam Otong Kardisaputra (2004: 75) “prestasi

    merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau

    kegiatan”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:

    895) prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan,

    dikerjakan dan sebagainya). Selain itu, menurut Sutratinah Tirtonegoro

    (2001: 43) “prestasi adalah hasil pengukuran serta penilaian dari usaha

     belajar”.

    Dari ketiga pengertian prestasi tersebut dapat ditarik kesimpulan

     bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses

     belajar mengajar berlangsung.

     b. 

    Pengertian Belajar

    Menurut Slameto (2003:2) “belajar adalah suatu proses usaha

    yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

    laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

    dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut

    Witherington dalam Nanang dan Cucu Suhana (2009: 7) “belajar

    merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan

    10

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    14/81

    11 

    sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk keterampilan, sikap,

    kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan”.

    Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

    adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mengubah

    segala kekurangan yang ada dalam diri yang dilakukan dengan berlatih

    sungguh-sungguh serta membutuhkan waktu. Dalam hal ini, waktu

    yang yang digunakan berlansung relatif lama karena terjadi dalam

    interaksi dengan lingkungannya, artinya siswa berinteraksi dengan

    seseorang yang mempunyai kemampuan yang lebih dari dirinya.

    c. 

    Pengertian Matematika

    Menurut James dan James dalam Maswins (2010), “matematika

    adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan

    konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan

     jumlah yang banyak dan terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar,

    analisis, dan geometri”. Sedangkan juga dalam Maswins, Johnson dan

    Rising (2010) mengatakan matematika adalah pola pikir, pola

    mengorganisasikan pembuktian yang logik.

    Menurut Hamzah dalam Fitri Nur Rohmah “matematika adalah

    sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, komunikasi, alat

    untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya

    logika dan intuisi, analisa dan konstruksi, generalitas dan individualitas,

    serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar,

    geometri, dan analisis”. Dari pengertian di atas matematika merupakan

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    15/81

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    16/81

    13 

     b)  Faktor psikologi, sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang

    tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi

     belajar. Faktor-faktor itu antara lain: intelegensi, perhatian,

    minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

    2) 

    Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal), meliputi:

    a)  Faktor keluarga

    Faktor keluarga yang meliputi: cara orang tua mendidik, relasi

    antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan

    ekonomi keluarga.

     b) 

    Faktor sekolah

    Adapun faktor-faktor yang berasal dari sekolah antara lain:

    model pembelajaran, kurikulum, relasi guru dengan siswa,

    relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan

    waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, model

     belajar siswa, dan tugas rumah.

    c)  Faktor masyarakat

    Sedangkan faktor yang berasal dari masyarakat antara lain:

    kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,

    dan bentuk kehidupan masyarakat.

    (Slameto, 2003 : 54-72)

    2. 

    Pendekatan Pembelajaran

    Menurut Akhmad Sudrajat (2008) “pendekatan pembelajaran dapat

    diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    17/81

    14 

     pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu

     proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamya mewadahi,

    menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan

    cakupan teoritis tertentu ”. Dengan kata lain, pendekatan pembelajaran

    merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu strategi

     pembelajaran, metode pembelajaran dan teknik pembelajaran. Adapun

     pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga

    yaitu kontekstual, problem solving dan konvensional. Adapun

     penjelasannya sebagai berikut:

    a. 

    Pembelajaran Kontekstual

    Pembelajaran matematika kontekstual telah berkembang di

    negara-negara lain dengan berbagai nama. Di Belanda dengan nama

    RME ( Realistic Mathematics Education), di Amerika berkembang

    dengan nama CTL ( Mathematics in Contextual Teaching Learning)

    atau CME (Contextual Mathematics Education). Di Belanda RME telah

     berkembang sejak tahun 1970-an, namun usaha pengembangannya

    masih terus berlangsung hingga kini. Penggagas RME adalah Hans

    Freudenthal dari Belanda. Gagasan RME muncul sebagai jawaban

    terhadap adanya gerakan matematika modern di Amerika Serikat dan

     praktek pembelajaran matematika yang terlalu mekanistik di Belanda.

    Freudenthal menyatakan bahwa pembelajaran matematika konvensional

    terlalu berorientasi pada sistem formal matematika sehingga anti

    didaktik. Sementara itu tahun 1980-an telah terjadi perubahan pijakan

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    18/81

    15 

    teori belajar pada pembelajaran matematika behavioris dan strukturalis

    ke arah kognitif dan kontruktivis realistik (Partono, 2009: 20).

    Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual

    teaching and learning  (CTL) oleh Triyanto (2007: 101) merupakan

    suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran

    dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan

    antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

    anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja. Sedangkan

     pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah

    konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

    diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

    membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

     penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan

    tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni:

    1) 

    Konstruktivisme (constructivism)

    Pembelajaran kontekstual dibangun dalam landasan kostruktivisme

    yang memiliki anggapan bahwa pengetahuan dibangun siswa secara

    sedikit demi sedikit (incremental) dan hasilnya diperluas melalui

    konteks terbatas.

    2) 

    Menemukan (inquiry)

    Pembelajaran yang dilakukan oleh siswa merupakan proses

    menemukan (inquiry) terhadap sejumlah pengetahuan dan

    keterampilan.

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    19/81

    16 

    3)  Bertanya (questioning)

    Pembelajaran yang dilakukan siswa diawali dengan proses bertanya.

    Proses bertanya yang dilakukan siswa sebenarnya merupakan proses

     berpikir yang dilakukan siswa dalam rangka memecahkan masalah

    dalam kehidupannya.

    4)  Masyarakat Belajar (learning community)

    Pembelajaran merupakan proses kerja sama antara siswa dengan

    siswa, antara siswa dengan gurunya, dan antara siswa dengan

    lingkungannya.

    5) 

    Pemodelan (modeling)

    Pemodelan dalam pembelajaran bisa dilakukan oleh guru, siswa,

    atau dengan cara mendatangkan nara sumber dari luar (outsourcing),

    yang terpenting dapat membantu ketuntasan dalam belajar sehingga

    siswa dapat mengalami akselerasi perubahan secara berarti.

    6) 

    Refleksi (reflection)

    Refleksi pembelajaran merupakan respons terhadap pengetahuan dan

    keterampilan yang baru diterima dari proses pembelajaran. Siswa

    dituntut untuk mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai

    struktur pengetahuan dan keterampilan yang baru sebagai wujud

     pengayaan atau revisi dari pengetahuan dan keterampilan

    sebelumnya.

    7) 

    Penilaian yang Sebenarnya (authentic assessment )

    Proses penilaian pengetahuan dan keterampilan (performasi) yang

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    20/81

    17 

    diperoleh siswa di mana penilai tidak hanya guru, tetapi juga teman

    siswa atau pun orang lain.

    Pendekatan pembelajaran ini mengasumsikan bahwa secara

    natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata

    lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan

    yang masuk akal dan bermanfaat. Pemaduan materi pelajaran dengan

    konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran kontekstual akan

    menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam di mana siswa

    kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya.

    Siswa mampu secara independen menggunakan pengetahuannya untuk

    menyelesaikan masalah-masalah baru dan belum pernah dihadapi, serta

    memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap belajarnya seiring dengan

     peningkatan pengalaman dan pengetahuan mereka.

    Adapun landasan filosofi pendekatan kontekstual adalah

    konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar

    tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus membangun pengetahuan

    di benak mereka. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan

    menjadi fakta-fakta yang terpisah tetapi mencerminkan keterampilan

    yang dapat diterapkan. Menurut Supardi (2006: 14), ada beberapa teori

    atau pendapat yang menjadi acuan pembelajaran matematika yang

    kontekstual, dan pada dasarnya pembelajaran matematika yang

    kontekstual mengacu pada kontrukstivisme dan teori belajar bermakna.

    Sedangkan menurut Supardi (2006), dalam Center for

    Occupation and Development contextual learning is a proven concept

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    21/81

    18 

    that incorporates much of the most recent research in cognitive science.

     It is also a reaction to the essentially behaviorist theories that have

    dominated American education for many decades. The contextual

    approach recognizes that learning is a complex and multifaceted

     process that goes far beyond drill-oriented, stimulus-and-response

    methodologies.

    Pembelajaran secara kontekstual merupakan suatu konsep

     pembuktian bahwa hampir semua penelitian digabungkan dalam ilmu

     pengetahuan. Hal ini juga merupakan suatu reaksi terhadap teori

     perilaku dasar yang sudah mendominasi di Amerika selama beberapa

    dekade. Pendekatan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses

    kompleks dan dari berbagai sudut pandang dapat berjalan kearah yang

    lebih jauh, meliputi orientasi gerakan serta metode stimulasi dan umpan

     balik.

    Sedangkan menurut Clemente Charles Hudson dan Vesta R.

    Whisler Contextual teaching and learning is a conception of teaching

    and learning that helps teachers relate subject matter content to real

    world situations; and motivates students to make connections betweenknowledge and its applications to their lives as family members,

    citizens, and workers; and engage in the hard work that learning

    requires[1]. 

    Dalam konteks belajar dengan pendekatan kontekstual, siswa

     perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa

    mereka dan bagaimana mencapainya. Siswa harus menyadari bahwa

    apa yang mereka pelajari akan berguna bagi hidupnya nanti. Dalam

    kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai

    tujuannya. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi

    dara pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai

    sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru

     bagi siswa. Sedangkan dalam Teachers’ Beliefs And Intentions

    “Contextual variables might explain why different teachers adopt

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    22/81

    19 

    different approaches to teaching. Prosser and Trigwell (1997) devised

    an additional instrument, the Perceptions of the Teaching Environment

     Inventory, to measure various aspects of the perceived teaching

    context ”. Yaitu variabel kontekstual dapat menjelaskan perbedaan cara

    guru dalam mengajar. Prosser dan Trigwell (1997) menambah

    rancangan instrumen tambahan, persepsi persediaan pengajaran, untuk

    mengukur berbagai aspek konteks pengajaran.

    Menurut Triyanto (2007: 106), secara garis besar langkah-

    langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut:

    1) 

    Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

    dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

    mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

    2) 

    Laksanakan sejauh mungkin kegiatan konvensional untuk semua

    topik.

    3) 

    Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

    4) 

    Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).

    5) 

    Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

    6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

    7) 

    Lakukan penilaian yang sebenarnya.

     b. 

    Pembelajaran Problem Solving

    Pembelajaran dengan  problem solving  (pemecahan masalah)

    dipandang sebagai pembelajaran yang meningkatakan kemampuan

    siswa dalam berpikir tinggi. Karena siswa setiap harinya selalu

    dihadapkan pada suatu masalah, disadari atau tidak. Karena itu

     pembelajaran dengan  problem solving sejak dini diperlukan agar siswa

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    23/81

    20 

    dapat menyelesaikan problematika kehidupannya. Dalam pembelajaran

    matematika ini aspek pemecahan masalah menjadi semakin penting. Ini

    dikarenakan matematika merupakan pengetahuan yang logis, sistematis,

     berpola, abstrak, dan yang tak kalah penting menghendaki pembuktian.

    Istilah problem solving sering digunakan dalam berbagai bidang

    ilmu dan memiliki pengertian yang berbeda-beda pula. Tetapi  problem

    solving dalam matematika memiliki kekhasan tersendiri. Secara garis

     besar terdapat tiga macam interpretasi istilah  problem solving menurut

    Branca, N. A.dalam Krulik, S. & Reys, R. E. (1980: 3-6)  dalam

     pembelajaran matematika, yaitu:

    1) 

    Problem solving sebagai tujuan

    Para pendidik, matematikawan, dan pihak yang menaruh perhatian

     pada pendidikan matematika seringkali menetapkan problem solving

    sebagai salah satu tujuan pembelajaran matematika. Bila  problem

    solving ditetapkan atau dianggap sebagai tujuan pengajaran maka ia

    tidak tergantung pada soal atau masalah yang khusus, prosedur, atau

    metode, dan juga isi matematika. Anggapan yang penting dalam hal

    ini adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan

    masalah (solve problems) merupakan “alasan utama” ( primary

    reason) belajar matematika.

    2)  Problem solving sebagai proses

    Pengertian lain tentang  problem solving adalah sebagai sebuah

     proses yang dinamis. Dalam aspek ini,  problem solving dapat

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    24/81

    21 

    diartikan sebagai proses mengaplikasikan segala pengetahuan yang

    dimiliki pada situasi yang baru dan tidak biasa. Dalam interpretasi

    ini, yang perlu diperhatikan adalah metode, prosedur, strategi dan

    heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.

    Masalah proses ini sangat penting dalam belajar matematika dan

    yang demikian ini sering menjadi fokus dalam kurikulum

    matematika. Sebenarnya, bagaimana seseorang melakukan proses

     problem solving dan bagaimana seseorang mengajarkannya tidak

    sepenuhnya dapat dimengerti. Tetapi usaha untuk membuat dan

    menguji beberapa teori tentang pemrosesan informasi atau proses

     problem solving telah banyak dilakukan. Dan semua ini memberikan

     beberapa prinsip dasar atau petunjuk dalam belajar  problem solving

    dan aplikasi dalam pengajaran.

    3) 

    Problem solving sebagai keterampilan dasar

    Pengertian  problem solving sebagai keterampilan dasar lebih dari

    sekedar menjawab tentang pertanyaan: apa itu problem solving?

    Problem solving  adalah suatu pendekatan pembelajaran dalam

    menghadapi masalah. Problem solving juga merupakan suatu prosedur

    yang didalamnya terdapat langkah-langkah yang harus diikuti dalam

    memecahkan sebuah masalah yang dihadapi seseorang sebagai

     perorangan atau seseorang bagai pemimpin organisasi atau anggota

    organisasi. Sedangkan menurut Dr.Marlow Ediger ” problem solving is

    a vital skill for all to develop. Developmentally and at increasing levels

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    25/81

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    26/81

    23 

    2)  Untuk menarik minat siswa akan nilai matematika, dengan isi yang

     berkaitan dengan masalah kehidupan nyata.

    3)  Untuk memotivasi siswa, membangkitkan perhatian siswa pada topik

    atau prosedur khusus dalam matematika dengan menyediakan

    kegunaan kontekstualnya (dalam kehidupan nyata).

    4)  Untuk rekreasi, sebagai sebuah aktivitas menyenangkan yang

    memecah suasana belajar rutin.

    5)  Sebagai latihan, penguatan keterampilan dan konsep yang telah

    diajarkan secara langsung (mungkin ini peran yang paling banyak

    dilakukan oleh kita selama ini).

    Suatu soal dapat dijadikan sebagai sarana dalam pembelajaran

    dengan  problem solving, jika dipenuhi syarat-syarat antara lain: siswa

    memiliki pengetahuan prasyarat untuk mengerjakan soal yang

    diberikan, siswa belum tahu algoritma/cara pemecahan soal, soal

    terjangkau oleh siswa, siswa mau dan berkehendak untuk

    menyelesaikan soal. Sedangkan ciri-ciri suatu soal disebut ” problem”

    dalam perspektif ini paling tidak memuat dua hal yaitu: soal tersebut

    menantang pikiran (challenging) dan soal tersebut tidak otomatis

    diketahui cara penyelesaiannya (non routine).

    Jika problem solving ini diterapkan, maka langkah-langkah yang

    dapat ditempuh guru adalah sebagai berikut:

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    27/81

    24 

    1)  Guru mengajarkan materi pelajaran seperti biasanya, pemanfaatan

    alat peraga atau media masih dimungkinkan, apalagi untuk anak

    Sekolah Dasar.

    2) 

    Guru dengan tanya jawab memberikan contoh soal.

    3) 

    Guru memberikan satu atau dua soal yang harus dipecahkan siswa

     berdasarkan persyaratan soal sebagai sebuah problem solving.

    4) 

    Siswa dengan dipandu guru menyelesaikan soal yang dipakai

    sebagai bahan ajar dalam pembelajaran dengan problem solving.

    (Suyadi, 2009: 30)

    c. 

    Pembelajaran Konvensional

    Pembelajaran konvensional adalah salah satu pembelajaran yang

    sudah lama dikenal dan merupakan suatu pengajaran di mana dalam

     proses belajar mengajar, penyampaian pelajaran masih mengandalkan

    metode ceramah yaitu suatu metode mengajar dengan menyampaikan

    informasi atau pengetahuan secara lisan kepada siswa yang pada

    umumnya mengikuti secara pasif.

    Dalam pembelajaran ini guru berperan sangat aktif, dan siswa

     berkesan pasif, hanya mendengarkan guru secara teliti serat mencatat

    hal-hal penting yang dikemukakan oleh guru. Guru memegang peranan

    yang penting dalam menentukan urutan-urutan langkah-langkah dalam

    menyampaikan isi atau materi pelajaran kepada siswa. Hal ini

    mengakibatkan siswa menjadi jenuh, kurang kreatif, kurang inisiatif,

    sangat tergantung oleh guru dan tidak terlatih untuk berdiri sendiri

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    28/81

    25 

    dalam belajar. Siswa tidak diberi kesempatan untuk menetukan konsep

    yang diajarkan, sehingga siswa tidak mampu menguasai bahan yang

    diajarkan.

    Adapun ciri-ciri dari pembelajaran antara lain:

    1. 

    Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok, kepada kelas sebagai

    keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individual.

    2. 

    Kegiatan pembelajaran umumnya berbentuk ceramah, tugas tertulis,

    dan media lain menurut pertimbangan guru.

    3. 

    Siswa umumnya bersifat pasif, karena yang utama mendengarkan

    uraian guru.

    4. 

    Kecepatan belajar siswa tergantung dari kecepatan guru mengajar.

    5. 

    Keberhasilan belajar siswa umunya dinilai guru secara subyektif.

    6. 

    Guru berfungsi sebagai penyebar atau penyalur pengetahuan

    (sebagai sumber informasi/pengetahuan).

    Belajar dengan pembelajaran konvensional menyebabkan siswa

    menjadi belajar menghafal (rote learning) yang kurang mengakibatkan

    timbulnya pengertian. Siswa menjadi pasif dan daya kritis siswa akan

    terhambat. Untuk itu diperlukan suatu pembaharuan metode

     pembelajaran yang dapat mengarah pada peningkatan prestasi belajar

    siswa. Suatu metode yang dapat membuat siswa aktif dalam belajar,

    membentuk siswa yang kreatif, berpikir logis, kritis, dan inovatif.

    Adapun keuntungan atau kebaikan konvensional adalah:

    1) Guru dapat menguasai seluruh arah kelas.

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    29/81

    26 

    2) Organisasi kelas sederhana.

    Sedangkan keburukannya adalah:

    1) Guru sukar mengetahui sampai di mana murid-murid telah mengerti

     pembicaraannya.

    2) 

    Murid sering kali memberi pengertian lain dari hal yang

    dimaksudkan guru.

    3. 

    Motivasi

    Motivasi berasal dari kata “motif” yang artinya daya upaya yang

    mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

    sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan

    aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata

    “motif”, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah

    menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu bila kebutuhan

    untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

    Menurut Gambrell (2001) motivation theory has been discussed as

    an important aspect of students’ success in schools. Research has shown

    that motivation influences students’ involvement and academic

    achievement. There also is a growing interest in understanding the

    relationships between motivation and teacher-students’ relationship. This

    study seeks to investigate the nature and magnitude of relationship

    between students’-faculty interactions, students’ critical thingking skills,

    students’-to-students’ relations and students’ motivation.

    Teori motivasi membicarakan tentang aspek yang penting bagi

    kesuksesan siswa di sekolah. Dalam penelitian mengatakan motivasi

    mempengaruhi keterlibatan dan prestasi akademik siswa. Penelitian ini

    menumbuhkan minat untuk mengerti hubungan antara motivasi dan

    hubungan guru-siswa. Belajar mencari penelitian yang alami dan besarnya

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    30/81

    27 

    hubungan antara siswa, kemampuan berinteraksi, keahlian berpikir kritis

    siswa pada hubungan siswa dan motivasi siswa.

    Menurut Sartain dalam Ngalim Purwanto (1990: 61), “motivasi

    adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organism yang

    mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal)  atau perangsang

    (incentive)”. Tujuan (goal) adalah yang menentukan atau membatasi

    tingkah laku organism itu. Jika yang kita tekankan ialah faktanya atau

    objeknya, yang menarik organism itu, maka kita pergunakan istilah

    “perangsang (incentive)”. Sedangkan menurut Merrian dan Brockett

    (1997) dan Knowles (1990) “motivation is particularly crucial in adult

    learning because a higher degree of autonomy is desirable and

    appropriate for adults” yaitu motivasi merupakan penelitian yang penting

    dalam pembelajaran pendewasaan seseorang karena dianggap berderajat

    tinggi yang layak diharapkan dalam pendewasaan seseorang.

    Dari beberapa definisi motivasi tersebut, pada dasarnya

    mengandung arti atau maksud yang sama yaitu bahwa motivasi adalah

    dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perbuatan guna mencapai

    suatu tujuan. Yang dimaksud motivasi dalam hal ini adalah motivasi

     belajar, yaitu suatu dorongan atau kemauan seseorang untuk melakukan

    aktivitas belajar agar prestasi belajar dapat dicapai. Atau motivasi belajar

    merupakan kekuatan ( power motivation), daya pendorong (driving force),

    atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta

    didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    31/81

    28 

    menyenangkan dalam rangka perubahan tingkah laku, baik dalam aspek

    kognitif, afektif, maupun psikomotor.

    Motivasi mempunyai tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan,

    mengarahkan dan menopang tingkah lakuk manusia. Adapun

     penjelasannya sebagai berikut:

    a.  Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu,

    memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya

    kekuatan dalam hal ingatan, respons-respons efektif, dan

    kecenderungan mendapat kesenangan.

     b. 

    Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan

    demikian individu menyediakan suatu orientasi tujuan.

    c. 

    Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus

    menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan serta kekuatan

    individu.

    (Ngalim Purwanto, 1990: 72)

    Menurut sifatnya motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi

    intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah

    motivasi/dorongan yang dikarenakan orang tersebut senang

    melakukannya. Sebagai contoh orang yang senang membaca, tidak usah

    ada yang menyuruh atau mendorong, ia sudah rajin mencari buku-buku

    untuk dibacanya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap

     perilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Sebagai

    contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    32/81

    29 

    harapan mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji pacar atau temannya.

    Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 28-29) tinggi

    rendahnya motivasi belajar siswa dapat terlihat dari indikator motivasi itu

    sendiri. Mengukur motivasi belajar dapat diamati dari sisi-sisi, antara lain:

    durasi belajar, sikap terhadap belajar, frekuensi belajar, konsistensi

    terhadap belajar, kegigihan dalam belajar, loyalitas terhadap belajar, visi

    dalam belajar, achievement  dalam belajar.

    B. 

    Penelitian yang Relevan

    Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu yang akan mendukung

    teori dan konsep penelitian yang akan dilakukan, diantaranya oleh Fitri Nur

    Rohmah (2005) yang menyimpulkan bahwa adanya perbedaan prestasi belajar

    matematika siswa ditinjau dari penggunaan model pengajaran dan motivasi

     pada pokok bahasan bilangan bulat, dan tidak ada interaksi antara model

     pengajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika

     pada pokok bahasan bilangan bulat.

    Disamping penelitian di atas peneliti juga mengambil tinjauan pustaka

    dari penelitian yang dilakukan oleh Wigig Waskito (2008), Tri Andari (2010),

    Setiawan (2003) dan Wahyu Wijayanti (2009). Pada penelitian yang dilakukan

    oleh Wigig Waskito (2008) menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika

    siswa yang bermotivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang

     bermotivasi belajar sedang, tetapi keduanya lebih baik daripada siswa yang

     bermotivasi belajar rendah.

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    33/81

    30 

    Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Tri Andari (2010)

    menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan

    kontekstual pada materi pokok bangun datar menghasilkan prestasi belajar

    matematika yang lebih baik disbanding dengan menggunakan pendekatan

    konvensional. Penelitian yang dilakukan Setiawan (2003) menyimpulkan

     pembelajaran efektif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

    kemampuan  problem solving  pada matematika terutama taraf keefektifan

    kategori “cukup tinggi” dan “kurang tinggi”, lainnya tidak signifikan. Dan

    menurut Wahyu Wijayanti (2009) menyimpulkan siswa yang mengikuti

     pembelajaran matematika menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual

     bermedia VCD pada pokok bahasan geometri dan pengukuran bangun ruang

    mempunyai kompetensi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan

    siswa yang mengikuti pembelajaran matematika menggunakan pendekatan

     pembelajaran kontekstual yang bermedia LKS.

    C. 

    Kerangka Berpikir

    Prestasi belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam

     penelitian ini antara lain pendekatan pembelajaran dan motivasi belajar siswa

    yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Pendekatan pembelajaran yang

    diteliti adalah pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL),  problem solving 

    dan konvensional, sebagai usaha dalam kegiatan belajar mengajar sehingga

    diperoleh prestasi yang maksimal. Pada penelitian ini diungkapkan pengaruh

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    34/81

    31 

     pendekatan pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar

    matematika siswa.

    Pembelajaran konstektual (Contextual Teaching and Learning) adalah

    konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan

    dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

    antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

    mereka sehari-hari. Sehingga penerapan pendekatan pembelajaran

    kontekstual menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan

     pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

     pendekatan pembelajaran kontekstual dapat menghasilkan prestasi belajar

    matematika yang lebih baik.

    Sedangkan pembelajaran matematika yang menggunakan  problem

    solving  akan lebih efektif dan lebih baik, jika dibandingkan dengan

     pembelajaran dengan konvensional. Karena dengan  problem solving  dapat

    memotivasi siswa untuk mengembangkan keterampilan siswa, meningkatkan

    kemampuan siswa dalam berpikir tinggi, akan lebih merangsang indera siswa

    dan akan membawa kesan yang mendalam sehingga lebih lama tersimpan

    dalam diri siswa. Dengan demikian dapat diduga prestasi belajar matematika

    siswa yang pembelajarannya menggunakan  problem solving  lebih baik

    daripada menggunakan konvensional.

    Selain pendekatan pembelajaran, prestasi belajar matematika juga

    dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa. Karena jika tidak ada motivasi dari

    siswa untuk belajar, maka selamanya siswa tidak akan tertarik dengan

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    35/81

    32 

     pelajaran matematika dan tidak memperoleh kepuasan dari belajar

    matematika dan belajar menjadi tidak bermakna. Siswa yang mempunyai

    motivasi tinggi dalam proses belajar mengajar akan lebih cepat memahami

    konsep yang dipelajarinya dan menguasai materi matematika yang diberikan.

    Jadi, dalam mempelajari materi pelajaran matematika siswa yang mempunyai

    motivasi belajar tinggi kemungkinan besar prestasi belajarnya akan lebih baik

    dibandingkan dengan siswa yang motivasi belajarnya rendah. Dengan

    demikian motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi

     belajar matematika.

    Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa, pendekatan pembelajaran

    dan motivasi belajar siswa adalah faktor penting yang harus diperhatikan oleh

    guru dalam proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang digunakan

    adalah dalam penelitian in adalah kontekstual,  problem solving, dan

    konvensional. Di mana pendekatan pembelajaran merupakan faktor dari luar

    siswa sedangkan motivasi belajar siswa merupakan faktor dari dalam siswa.

    Untuk siswa yang mempunyai motivasi tinggi, jika diberikan

     pembelajaran dengan  problem solving  akan mempunyai prestasi belajar

    matematika lebih baik karena dengan  problem solving  siswa dapat

    memecahkan problematika kehidupannya dan meningkatkan kemampuan

    siswa untuk berpikir tinggi sehingga memberikan kesan yang mendalam dan

    tersimpan lama dalam diri siswa. Sedangkan untuk siswa yang mempunyai

    motivasi sedang, jika diberikan pembelajaran dengan kontekstual dan

     problem solving akan mempunyai prestasi belajar matematika yang sama.

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    36/81

    33 

    Untuk siswa yang mempunyai motivasi rendah, jika diberikan pembelajaran

    dengan kontekstual akan mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik

    karena siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

    dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara sederhana skema

    kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

    Keterangan:

    A : Penggunaan Pendekatan Pembelajaran

    1.  Kelompok Eksperimen (Pembelajaran Matematika dengan kontekstual

    dan problem solving)

    2.  Kelompok Kontrol (Pembelajaran Matematika Konvensional)

    B : Motivasi Belajar Siswa

    Y : Prestasi Belajar Siswa

    Gambar 2.1

    Paradigma Penelitian

    Prestasi belajar

    Matematika (Y)

    Motivasi Belajar Siswa (B)

    Pendekatan Pembelajaran

    (A)

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    37/81

    34 

    D. 

    Hipotesis

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

    1. 

    Pendekatan pembelajaran kontekstual memberikan prestasi belajar

    matematika lebih baik daripada pendekatan pembelajaran problem solving,

     pendekatan pembelajaran kontekstual memberikan prestasi belajar

    matematika lebih baik daripada konvensional, dan pendekatan

     pembelajaran  problem solving  memberikan prestasi belajar matematika

    lebih baik daripada konvensional.

    2. 

    Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi lebih tinggi

    lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi lebih rendah.

    3. 

    Pada motivasi tinggi prestasi belajar matematika dengan  problem solving 

    lebih baik daripada kontekstual, dan keduanya lebih baik daripada

    konvensional, sedangkan untuk motivasi sedang prestasi belajar

    matematika dengan kontekstual dan  problem solving  sama dan keduanya

    lebih baik daripada konvensional dan untuk motivasi rendah prestasi

     belajar matematika dengan kontekstual  lebih baik daripada  problem

    solving dan keduanya lebih baik daripada konvensional.

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    38/81

    35 

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A.  Tempat dan Waktu Penelitian

    1. 

    Tempat Penelitian

    Tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah SD

     Negeri se-Kecamatan Kunduran Blora.

    2.  Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran

    2010/2011, adapun pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

    a. 

    Tahap perencanaan dimulai pada bulan Juli 2010 sampai dengan

    September 2010. Dalam tahap perencanaan meliputi: penyusunan

    usulan penelitian, instrumen, skenario pembelajaran, pengajuan ijin

     penelitian, konsultasi instrumen dan skenario pembelajaran dengan

    guru dan kepala sekolah tempat penelitian.

     b.  Tahap pelaksanaan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan

     November 2010. Dalam tahap ini meliputi: uji coba instrumen,

    melaksanakan proses penelitian dan mengumpulkan data.

    c.  Tahap penyelesaian pada bulan November 2010 sampai dengan

    Februari 2011. Tahap ini meliputi proses analisis data, penyusunan

    laporan penelitian.

    35

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    39/81

    36 

    B. 

    Metode Penelitian

    Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian yang

    digunakan adalah penelitian semu (quasi experimental). Tujuan

    eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan

     perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang

    sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan

    atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Manipulasi variabel dalam

     penelitian ini dilakukan pada variabel bebas yaitu model pembelajaran

    dengan kontekstual dan  problem solving  untuk kelas eksperimen dan

    konvensional untuk kelas kontrol. Sedangkan variabel lain yang ikut

    mempengaruhi variabel terikat adalah motivasi belajar siswa.

    C.  Populasi, Sampel, dan Pengambilan Sampel

    1. 

    Populasi

    Populasi adalah subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:130).

    Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

    kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kunduran Blora.

    2.  Sampel

    Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

    (Suharsimi Arikunto, 2006:131). Pada penelitian ini ada 9 SD Negeri

    yang dijadikan sampel, yaitu 3 SD Negeri untuk kelas eksperimen dengan

     pembelajaran kontekstual, 3 SD Negeri untuk kelas eksperimen dengan

     pembelajaran problem solving dan 3 SD negeri untuk kelas kontrol. Hasil

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    40/81

    37 

     penelitian terhadap sampel ini akan digunakan untuk melakukan

    generalisasi terhadap populasi yang ada.

    3.  Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah stratified cluster random sampling. Adapun langkah-langkah yang

    ditempuh dalam pengambilan sampel adalah: dari populasi, seluruh siswa

    kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kunduran Blora yang berjumlah 44 SD

     Negeri, dibagi berdasarkan peringkat nilai UAN,yaitu :

    1) 

    SD Negeri peringkat atas ( 14 SD)

    2) 

    SD Negeri peringkat tengah ( 14 SD )

    3) 

    SD Negeri peringkat bawah ( 16 SD)

    Dari masing – masing peringkat dipilih secara random 3 SD Negeri

    melalui teknik random sampling. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

    Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

    Kontekstual Problem Solving Konvensional

    SD Negeri Sendangwates SD Negeri Gagaan SD Negeri Kunduran 3

    SD Negeri Jagong 1 SD Negeri Jagong 2 SD Negeri Kunduran 2

    SD Negeri Ngilen 1 SD Negeri Sambiroto SD Negeri Bejirejo

    D. 

    Teknik Pengumpulan Data

    1. 

    Identifikasi Variabel

    Dalam penelitian ini ada dua variabel yang penulis amati yaitu

    variabel bebas dan variabel terikat.

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    41/81

    38 

    a.  Variabel Bebas

    1) 

    Pendekatan Pembelajaran

    a) Definisi operasional: pendekatan pembelajaran pada dasarnya

    merupakan bentuk pembelajaran yang didalamnya mewadahi,

    menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran,

    yang meliputi kelas eksperimen dengan menggunakan konteksual

    dan  problem solving, sedangkan kelas kontrol dengan

    konvensional.

     b) 

    Indikator: berupa langkah-langkah dari masing-masing model

     pembelajaran.

    c) 

    Skala pengukuran: skala nominal dengan tiga kategori

    d) 

    Simbol: , i = 1,2,32) Motivasi

    a) 

    Definisi operasional: motivasi belajar matematika adalah suatu

    dorongan atau kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas

     belajar matematika.

     b) Indikator: hasil skor angket yang dikerjakan siswa.

    c) 

    Skala pengukuran: skala interval diubah ke skala ordinal dengan

    tiga kategori yaitu motivasi tinggi, sedang, rendah.

    i. 

    Kelompok tinggi: SD X  X 2122   +>  

    ii.  Kelompok sedang: SD X  X SD X 2

    1

    2

    1222   +≤≤−  

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    42/81

    39 

    iii.  Kelompok rendah: SD X  X 2

    122   −<  

    Dengan =2 X  skor motivasi siswa.

    =2 X  rata-rata skor motivasi siswa.

    =SD standar deviasi skor motivasi siswa.

    d) 

    Simbol: , j = 1, 2, 3

     b. 

    Variabel Terikat

    Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah prestasi belajar

    matematika siswa.

    1) 

    Definisi operasional: prestasi belajar matematika adalah hasil

    kegiatan belajar matematika yang dinyatakan dalam bentuk angka,

    huruf maupun kalimat dan merupakan pencerminan hasil belajar

    yang dicapai dalam periode tertentu.

    2) 

    Indikator: nilai tes matematika dengan simbol (AB)

    3) 

    Skala pengukuran: skala interval.

    4) 

    Simbol: ij X  , i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3. 

    2. 

    Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah:

    a. 

    Metode Angket

    Angket atau yang juga dikenal sebagai kuesioner merupakan

    cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan

    tertulis kepada subjek penelitian, responden, atau sumber data dan

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    43/81

    40 

     jawabannya diberikan secara tertulis. Alat pengumpul data dengan

    kuesioner adalah berupa daftar pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti

    untuk disampaikan kepada responden yang jawabannya diisi oleh

    responden sendiri.

    Dalam penelitian ini, metode angket (kuesioner) digunakan

    untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar siswa dalam

     pelajaran matematika. Angket yang digunakan adalah pilihan ganda

    yaitu suatu bentuk angket dimana siswa memilih jawaban yang

    disediakan. Bentuk angket yang digunakan yaitu angket langsung

    tutup. Langsung artinya angket tersebut diisi secara langsung oleh

    subjek penelitian. Tertutup artinya alternatif jawaban sudah ada dan

    subjek diminta untuk memilih satu alternatif saja.

     b. 

    Metode Tes

    Tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan

    sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subjek

     peneliti. Dalam mengukur ada atau tidaknya serta besarnya

    kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes. Untuk manusia,

    instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur

    kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi.

    Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengetahui prestasi

     belajar matematika siswa. Tes tersebut berbentuk soal-soal obyektif

    tentang materi operasi bilangan bulat.

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    44/81

    41 

    c.  Metode Dokumentasi

    Penelitian ini menggunakan metode bantu dokumentasi.

    Menurut Suharsimi Arikunto (2006:158) dokumentasi di sini yaitu

    mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

    transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda,

    dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data nilai

    ulangan pada materi sifat-sifat operasi hitung bilangan yang digunakan

    untuk uji keseimbangan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

    3. 

    Uji Instrumen

    Sebelum angket dan tes digunakan pada penelitian terlebih

    dahulu diujicobakan pada siswa-siswa sekolah lain yang memiliki

    karakteristik yang hampir sama dengan tempat penelitian. Uji coba

    dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan valid,

    reliabel dan juga untuk mengetahui tingkat kesukaran dan daya pembeda

    soal.

    a.  Validitas Isi

    Suatu instrumen dikatakan valid menurut validitas isi apabila

    isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari

    keseluruhan isi hal yang akan diukur. Validitas tidak dapat ditentukan

    dengan mengkorelasikan instrumen dengan suatu kriteria sebab tes itu

    adalah kriteria dari suatu kinerja. Agar memiliki validitas isi,

    instrumen tes prestasi belajar menurut Budiyono (2003: 58) harus

    diperhatikan hal-hal berikut:

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    45/81

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    46/81

    43 

     b.  Konsistensi Internal

    Tujuan uji konsistensi internal ini adalah untuk mengetahui

    apakah instrumen tes prestasi telah konsisten, yaitu kesemuaan butir

    harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang

    sama pula. Konsistensi internal tiap butir soal dapat dilihat dari

    korelasi antara skor tiap butirnya dengan skor total.

    Untuk menghitung konsistensi internal butir ke-i, rumus yang

    digunakan adalah rumus korelasi momen produk   dari Karl Pearson,

    sebagai berikut: 

       ∑  ∑ ∑

      ∑   ∑  ∑   ∑  

    Keterangan:

    = xyr  indeks konsistensi internal untuk butir ke-i

    =n  banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen)

    = X  skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba)

    =Y  total skor (dari subyek uji coba)

    Jika terdapat n buah butir, maka akan dilakukan perhitungan

    sebanyak n kali. Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i

    kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang.

    (Budiyono, 2003: 65)

    c. 

    Reliabilitas

    Suatu instrumen disebut reliabel, menurut Budiyono (2003:

    65), jika seseorang melakukan pengukuran instrumen yang sama pada

    waktu yang berbeda maka hasil pengukurannya adalah sama. Atau

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    47/81

    44 

     jika dilakukan oleh orang yang berbeda tetapi dengan kondisi yang

    sama, maka pengukuran dengan instrumen yang sama akan memberi

    hasil yang sama.

    Tes prestasi belajar dalam penelitian ini menggunakan tes

     pilihan ganda, dengan setiap jawaban benar akan diberi skor 1 dan

    setiap jawaban salah akan diberi skor 0. Sehingga untuk mengukur

    reliabilitas dari tes prestasi belajar menggunakan teknik Kuder-

    Richardson atau biasa disebut dengan KR-20 yaitu:

    ⎥⎥⎦

    ⎢⎢⎣

    ⎡   −⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    −=

      ∑2

    2

    111

    iit 

    s

    q ps

    n

    nr 

     

    Dengan:

    =11r  indeks reliabilitas instrumen

    =n  banyaknya butir instrumen

    =i p  proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i

    ii  pq   −=1

    =2t s variansi total

    (Budiyono, 2003: 69)

    Sedangkan uji reliabilitas yang dilakukan untuk mengetahui

    apakah instrumen angket reliabel atau tidak, dengan menggunakan

    Rumus Alpha. Suharsimi arikunto (2006: 196) berpendapat bahwa

    ”Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang

    skornya bukan 1 adan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian”.

    Adapun Rumus Alpha adalah:

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    48/81

    45 

    ⎥⎥⎦

    ⎢⎢⎣

    ⎡−⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    −=

      ∑2

    2

    11 11

    i

    s

    s

    n

    nr 

     

    Dengan:

      indeks reliabilitas instrumen  banyaknya butir instrumen

    =2is variansi belahan ke-i, i= 1, 2, 3, ...,k ( )nk  ≤  

    Atau variansi butir ke-i, i= 1, 2, 3, 4, ..., n

    =2

    t s variansi skor-skor yang diperoleh subyek uji coba

    (Budiyono, 2003: 70)

    Instrumen dengan indeks reliabilitas lebih dari 0,7 atau 7,011  >r   saja

    yang dapat dianggap baik atau dapat digunakan dalam kaitannya

    dengan uji reliabilitas.

    (Budiyono, 2003: 72)

    d.  Tingkat Kesukaran

    Sebuah butir mempunyai tingkat kesukaran baik, dalam arti

    dapat memberikan distribusi yang menyebar, tidak terlalu sukar dan

    tidak terlalu mudah. Tingkat kesukaran didapat dengan menggunakan

    rumus: JS 

     BTK  =

     

    TK = indeks kesukaran setiap butir soal

    B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal

    JS = banyaknya siswa yang memberi jawaban

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    49/81

    46 

    Setelah diperoleh, kemudian diinterpretasikan sebagai berikut:

    00,170,0   ≤< TK  : butir soal mudah

    70,030,0   ≤< TK  : butir soal sedang

    30,000,0   ≤< TK  : butir soal sukar

    Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika tingkat kesukarannya

    adalah 0,30 0,70.  Butir soal yang tidak memiliki indekskesukaran baik harus dihitung atau diperbaiki.

    e. 

    Daya Pembeda

    Suatu butir soal mempunyai daya pembeda baik jika kelompok

    siswa pandai menjawab benar butir soal lebih banyak daripada

    kelompok siswa tidak pandai. Untuk menghitung daya pembeda

    digunakan rumus, yaitu:

      ∑  ∑ ∑

      ∑   ∑  ∑   ∑  

    Keterangan:

    =d  indeks konsistensi internal untuk butir ke-i

    =n  banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen)

    = X  skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba)

    =Y  total skor (dari subyek uji coba)

    Setelah diperoleh, kemudian diinterpretasikan sebagai berikut:

    30,0≥d  : butir digunakan

    30,0

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    50/81

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    51/81

    48 

    d.  Daerah Kritik

    n L L L DK  ,/ α >=  

    n L ,α   diperoleh dari tabel Lilliefors pada tingkat signifikansi α   dan

    derajat bebas n (ukuran sampel).

    e. 

    Keputusan Uji

    0 H   ditolak jika  DK  L ∈  atau 0 H   tidak ditolak jika  DK  L∉ .

    (Budiyono, 2009:170)

     b. 

    Uji Homogenitas

    Sebelum data yang diperoleh dianalisis, maka terlebih dahulu

    diuji homogenitasnya untuk mengetahui bahwa populasi-populasi

    homogen. Dalam uji homogenitas ini penulis menggunakan uji Bartlett.

    Langkah-langkah yang ditempuh dalam uji Bartlett adalah:

    a. 

    Hipotesis

    :0 H           

    :1 H     paling sedikit ada dua  yang tidak sama

     b.  Tingkat Signifikansi, 05,0=α   

    c.  Statistik Uji

    ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−=   ∑

    =

    2

    1

    2 loglog303,2

     j

     j

     j s f  RKG f c

     χ 

     

    Dengan:

    2

    1,

    2~ −k α  χ  χ   

    Dimana:

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    52/81

    49 

    k = cacah populasi

     N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)

    n j = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j

    f  j = n j -1 = derajat kebebasan untuk s j2; j = 1, 2, ...,k

    f = N – k = ∑    = derajat kebebasan untuk RKG

    ⎥⎥⎦

    ⎢⎢⎣

    ⎡=

    ∑∑

     j

     j

     f 

    SS  RKG ;

    ( )

     j

     j

     j jn

     X  X SS 

    2

    2   ∑∑   −=  

    ( )2

    1  j j sn   −=  

    ( )   ⎟⎟

     ⎠

     ⎞

    ⎜⎜

    ⎝ 

    ⎛ −

    −+=   ∑

     f  f k c

     j

    11

    13

    11

     

    d.  Daerah Kritik

    { }1;222 /   −>= k  DK    α  χ  χ  χ   

    Untuk beberapa α dan (k-1), nilai2

    1,   −k α  χ  dapat dilihat pada tabel nilai

    chi-kuadrat dengan derajat kebebasan (k-1).

    e. 

    Keputusan Uji

    0 H   ditolak jika  DK ∈2

     χ  atau tidak ditolak jika  DK ∉2 χ  .

    (Budiyono, 2009:176)

    2.  Uji Keseimbangan

    Uji keseimbangan dilakukan pada saat sebelum ketiga kelompok

    dikenai perlakuan yang berbeda. Uji ini bertujuan untuk mengetahui

    apakah ketiga kelompok tersebut dalam keadaan seimbang. Dengan kata

    lain secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari tiga

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    53/81

    50 

     populasi yang independen. Statistik uji yang digunakan adalah anava satu

     jalan dengan sel tak sama. Adapun model untuk data pada populasi pada

    analisis anava satu jalan dengan sel tak sama adalah:

          

    Dengan :

    =ij X  data ke-i pada perlakuan ke-j

    =µ  rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)

    =−=   µ µ α   j j efek perlakukan ke-j pada variabel terikat

    =−=  jijij  X    µ ε  deviasi data   terhadap rerata populasinya yang

     berdistribusi normal dengan rerata 0.

    i = 1, 2, 3, …, ; j = 1, 2, 3, …, k

    k = cacah populasi (cacah perlakuan, cacah klasifikasi)

    Tabel 3.1

    Tata Letak Data Anava Satu jalan Sel Tak Sama      ....    TotalData Amatan   

      …

     1 

        …

     2 

        …

      Cacah Data

    Jumlah Data

    Rerata

    Jumlah Kuadrat

    Suku Koreksi

    Variasi

      

      

     

     

     

      

      

     

     

     

      

      

     

     

        

     

     

     

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    54/81

    51 

    Dari tabel di atas, perlu diketahui bahwa:

         

    k T T T T G   +++== ∑ ...21  

     N 

    G X   =

     

     j

     j

     j

     j jn

    T  X SS 

    2

    2 −= ∑  

    Adapun langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

    a.  Hipotesis

    3210 :   µ µ µ    == H   

    :1 H   paling sedikit ada dua rerata yang tidak sama

     b. 

    Tingkat Signifikansi: α = 0, 05

    c. 

    Statistik Uji

    ( ) N 

    G 21   =

     

    ( )   ∑= ji

    ij X ,

    22

     

    ( )   ∑= j  j

     j

    n

    T 2

    3

     

    Berdasarkan besaran-besaran itu, JKA, JKG, dan JKT diperoleh:

    JKA = (3) – (1)

    JKG = (2) – (3)

    JKT = (2) – (1)

    Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat itu adalah:

    dkA = k – 1

    dkG = N – k

    dkT = N – 1

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    55/81

    52 

    Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masig-masing

    diperoleh rerata sebagai berikut:

    dkA

     JKA RKA =

      dkG

     JKG RKG =

     

    Maka statistik ujinya adalah:

     RKG

     RKAF  =

     

    d. 

    Daerah Kritik

    k  N k F F F  DK  −−>= ,1;/ α   

    e. 

    Keputusan Uji

    0 H    ditolak apabila harga statistik yang bersesuaian melebihi harga

    daerah kritiknya. Harga kritik tersebut diperoleh dari tabel distribusi F

     pada tingkat signifikasi α  .

    3. 

    Uji Hipotesis

    a. 

    Tahap 1 (Uji Anava Dua Jalan Sel Tak Sama)

    Dalam pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan

    3 x 3 dengan frekuensi sel tak sama. Model dari analisis variansi dua

     jalan dengan sel tak sama yaitu:

    ( ) ijk ij jiijk  X    ε αβ  β α µ    ++++=  

    Keterangan:

    =ijk  X  data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j

    =µ   rerata dari seluruh data amatan (rerata besar, grand mean)

    =iα  efek baris ke-i pada variabel terikat

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    56/81

    53 

    = j β  efek kolom ke-j pada variabel terikat

    ( )   =ijαβ  kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel

    terikat

    =ijk ε  deviasi data amatan terhadap rerata populasinya ijµ    yang

     berdistribusi normal dengan rerata 0, deviasi amatan terhadap rerata

     populasi tersebut disebut galat.

    i= 1, 2, 3

     j= 1, 2, 3

    k= 1, 2, ...,n

      banyaknya data amatan pada baris ke-i dan kolom ke-j.

    Tabel 3.2

    Tata Letak Data Anava Dua jalan Sel Tak Sama

    Motivasi

    Tinggi (B1) Sedang (B2) Rendah (B3)

    Pendekatan pembelajaran

    konstekstual (A1) (AB)11 (AB)12 (AB)13

    Pendekatan pembelajaran

     problem solving (A2) (AB)21  (AB)22  (AB)23 

    Metode pembelajaran

    konvensional (A3)(AB)31 (AB)32 (AB)33

    1) 

    Langkah Pengujian Hipotesis

    :0 A H  0=iα  untuk setiap i= 1, 2, 3

    :1 A H   paling sedikit ada satu iα  yang tidak nol

    :0 B H  0= j β  untuk setiap j= 1, 2, 3

    :1 B H   paling sedikit ada satu  j β   yang tidak nol

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    57/81

    54 

    :0 AB H    ( ) 0=ijαβ  untuk setiap i= 1, 2, 3 dan j= 1, 2, 3

    :1 AB

     H   paling sedikit ada satu ( )ij

    αβ  yang tidak nol

    2) 

    Komputasi

    a) 

    Komponen komputasi

    Tabel 3.3

    Rerata dan Jumlah Rerata

    Motivasi SiswaTotal

     b1  b2  b3

    kontekstual a1 11 AB   12 AB   13 AB   A1

    Problem

    solvinga2  21 AB   22 AB   23

     AB 

    A2 

    konvensional a3 31 AB   32 AB   33 AB   A3

    Total B1 B2 B3 G

    Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama,

    didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut:

    ∑   == ji

    ijn N ,

     banyaknya seluruh data amatan

    =ijn  banyaknya data amatan pada sel ij

    =hn rerata harmonik frekuensi seluruh sel =

    ∑ ji   ijn

     pq

    ,

    ij

    ijk 

    ijk ijn

     X 

     X SS 

    2

    2

    ⎟ ⎠

     ⎞⎜⎝ 

    ⎛ 

    −=∑

    ∑  

    = jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    58/81

    55 

    =ij AB rerata pada sel ij

    == ∑iiji  AB A  jumlah rerata pada baris ke-i

    == ∑ j

    ij j AB B  jumlah rerata pada baris ke-j

    == ∑ ji

    ij ABG

    ,

     jumlah rerata semua sel

    Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran

    (1), (2), (3), (4), dan (5) sebagai berikut:

    ( ) pq

    G 21   =   ( )   ∑=

     j

     j

     p

     B2

    4  

    ( )   ∑= ji

    ijSS ,

    2   ( )   ∑= ji

    ij AB,

    2

    5  

    ( )   ∑=i

    i

    q

     A2

    3

     

     b) 

    Jumlah Kuadrat

    ( ) ( ){ }13   −= hn JKA  

    ( ) ( ){ }14   −= hn JKB  

    ( ) ( ) ( ) ( ){ }4351   −−+= hn JKAB  

    ( )2= JKG 

     JKG JKAB JKB JKA JKT    +++=  

    Dimana:

    JKA = Jumlah Kuadrat Baris

    JKB = Jumlah Kuadrat Kolom

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    59/81

    56 

    JKA B = Jumlah Kuadrat Interaksi

    JKG = Jumlah Kuadrat Galat

    JKT = Jumlah Kuadrat Total

    c) 

    Derajat Kebebasan

    1−=  pdkA  

    1−= qdkB  

    ( )( ) 111   +−−=−−= q p pqq pdkAB  

    ( )  pq N ndkG ijij

      −=−= ∑ 1  

    1−= N dkT   

    d)  Rerata Kuadrat

    dkA

     JKA RKA =  

    dkAB

     JKAB RKAB =  

    dkB

     JKB RKB =  

    dkG

     JKG RKG  =

     

    Statistik uji

     RKG

     RKAF a  =  

     RKG

     RKBF b  =  

     RKG

     RKABF ab  =  

    e) 

    Daerah Kritik

    i. 

    Daerah kritik untuk  adalah DK=  pq N  paa F F F  −−> ,1;/ α   

    ii. 

    Daerah kritik untuk  adalah DK=  pq N qbb F F F  −−> ,1;/ α   

    +

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    60/81

    57 

    iii. 

    Daerah kritik untuk   adalah DK=

    ( )( )  pq N q pabab F F F  −−−> 11;/ α   

    f) 

    Keputusan Uji

    0 H    ditolak apabila harga statistik yang bersesuaian melebihi

    harga daerah kritiknya. Harga kritik tersebut diperoleh dari

    tabel distribusi F pada tingkat signifikasi α  .

    g)  Rangkuman Analisis

    Tabel 3.4Rangkuman Anava Dua Jalan Sel Tak Sama

    Sumber

    variansi

    dk JK RK Statistik uji Ftabel

    A (baris) p-1 JKA RKA=JKA/dkA Fa=RKA/RKG F*

    B (kolom) q-1 JKB RKB=JKB/dkB F b=RKB/RKG F* 

    AB

    (interaksi)

    (p-1)(q-1) JKAB RKAB=JKAB/dkAB Fab=RKAB/RKG F* 

    G (galat) N-pq JKG RKG=JKG/dkG -

    Total N-1 JKT - -

    Keterangan: untuk N > 120, Nilai Ftabel (F*) diperoleh dari software 

    Minitab agar perhitungan lebih akurat.

    h)  Kesimpulan Uji Hipotesis

    (Budiyono, 2009: 229-231)

     b. 

    Tahap 2 (Uji Komparasi Ganda)

    Untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris,

    setiap pasangan kolom dan setiap pasangan sel pada baris dan kolom

    yang sama dilakukan uji komparasi ganda dengan menggunakan

    metode Scheffe.

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    61/81

    58 

    Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji Scheffe adalah

    sebagai berikut:

    1)  Identifikasi semua pasangan komparasi.

    2) 

    Menentukan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi.

    3) 

    Mencari harga statistik uji F antara lain:

    a) 

    Komparasi rerata antar baris

    ( )

    ⎟⎟

     ⎠

     ⎞

    ⎜⎜

    ⎝ 

    ⎛ +

    −=

    ⋅⋅

    ⋅⋅

    ⋅−⋅

     ji

     ji

     ji

    nn RKG

     X  X F 

    11

    2

     

     b) 

    Komparasi rerata antar kolom

    ( )

    ⎟⎟

     ⎠

     ⎞

    ⎜⎜

    ⎝ 

    ⎛ +

    −=

    ⋅⋅

    ⋅⋅

    ⋅−⋅

     ji

     ji

     ji

    nn RKG

     X  X F 

    11

    2

     

    c) 

    Komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama

    ( )

    ⎟⎟

     ⎠

     ⎞

    ⎜⎜

    ⎝ 

    ⎛ +

    −=−

    kjij

    kjij

    kjij

    nn RKG

     X  X F 

    11

    2

     

    d) 

    Komparasi rerata antar sel pada baris yang sama

    ( )

    ⎟⎟

     ⎠

     ⎞

    ⎜⎜

    ⎝ 

    ⎛ +

    −=−

    ik ij

    ik ij

    ik ij

    nn RKG

     X  X F 

    11

    2

     

    Keterangan:

    =⋅−⋅  jiF   nilai obsF   pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j.

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    62/81

    59 

    =⋅−⋅  jiF  nilai obsF   pada pembandingan kolom ke-i dan kolom

    ke-j

    =−kjijF  nilai obsF   pada pembandingan rerata pada sel ke-ij dan

    rerata pada sel ke-kj

    =⋅i X  rerata pada baris ke-i

    =⋅ j X   rerata pada baris ke-j

    =⋅i X   rerata pada kolom ke-i

    =⋅ j X   rerata pada kolom ke-j

    RKG = rerata kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan

    analisis variansi.

    =⋅in ukuran sampel baris ke-i

    =⋅ jn  ukuran sampel baris ke-j

    =⋅in  ukuran sampel kolom ke-i

    =⋅ jn  ukuran sampel kolom ke-j

    =ijn  ukuran sampel sel ij

    =kjn  ukuran sampel sel kj

    =ik 

    n  ukuran sampel sel ik

    4) 

    Menentukan daerah kritik (DK) dengan menggunakan rumus

    sebagai berikut:

    ( )  pq N  p ji ji ji F qF F  DK  −−⋅−⋅⋅−⋅⋅−⋅   −>= ,1;1/ α   

    ( )  pq N q ji ji ji F qF F  DK  −−⋅−⋅⋅−⋅⋅−⋅   −>= ,1;1/ α   

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    63/81

    60 

    ( )  pq N  pqkjijkjijkjij F  pqF F  DK  −−−−−   −>= ,1;1/ α   

    ( )  pq N  pqik ijik ijik ij F  pqF F  DK  −−−−−   −>= ,1;1/ α   

    5) 

    Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasangan

    komparasi rerata atau 0 H  ditolak jika  DK F  ∈ .

    6)  Menentukan kesimpulan dari uji yang sudah ada.

    (Budiyono, 2009: 215)

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    64/81

    61 

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A.  Hasil Uji Coba Instrumen

    Instrumen tes maupun angket motivasi diujicobakan pada kelas yang

    relevan dan normal tetapi bukan kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

    1. 

    Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika

    Dari hasil uji coba tes prestasi belajar matematika pada pokok

     bahasan operasi bilangan bulat adalah sebagai berikut:

    a. 

    Validitas Isi

    Tes prestasi belajar matematika pada pokok bahasan Operasi

    Bilangan Bulat terdiri dari 30 soal obyektif. Dari dua orang validator,

    yaitu Reni Indriastuti, S.Pd. guru kelas SD Negeri Sendangwates dan

    Suwardi, A.Ma.Pd. guru kelas SD Negeri Bejirejo yang masing-masing

    merupakan guru senior di sekolahnya, diperoleh bahwa 30 soal tes

     prestasi belajar dinyatakan valid karena telah memenuhi kriteria yang

    diberikan. (Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6).

     b.  Daya Pembeda

    Hasil perhitungan uji daya pembeda tes prestasi belajar

    matematika dari 30 butir soal yang diujicobakan diketahui bahwa ada 5

     butir soal yang tidak dapat digunakan sebagai instrumen penelitian

    yaitu butir nomor 8, 11, 16, 17, dan 25. (Selengkapnya tentang

    61

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    65/81

    62 

     perhitungan daya pembeda soal tes prestasi belajar matematika siswa

     pada Lampiran 7).

    c.  Tingkat Kesukaran

    Setelah dilakukan perhitunagn tingkat kesukaran soal tes

     prestasi belajar matematika, dapat diketahui bahwa 30 butir soal dapat

    dipergunakan. (Selengkapnya tentang perhitungan tingkat kesukaran

    soal tes prestasi belajar matematika siswa pada Lampiran 7).

    d. 

    Reliabilitas

    Dari hasil perhitungan uji reliabilitas tes prestasi belajar

    matematika diperoleh 0,811   0,7  dari 25 butir soal. Sehinggadapat disimpulkan bahwa instrumen tes reliabel. (Selengkapnya tentang

     perhitungan reliabilitas uji coba instrumen tes pada Lampiran 8).

    e.  Kesimpulan

    Dari uji validitas isi, daya pembeda, tingkat kesukaran dan

    reliabilitas soal, maka soal yang digunakan sebanyak 25 butir soal

    untuk tes prestasi belajar matematika.

    2.  Hasil Uji Coba Angket Motivasi Belajar Matematika

    a. 

    Validitas Isi

    Angket motivasi belajar matematika siswa terdiri dari 30 soal

    obyektif. Dari dua orang validator, yaitu Reni Indriastuti, S.Pd guru

    kelas SD Negeri Sendangwates dan Suwardi, A.Ma.Pd. guru kelas SD

     Negeri Bejirejo yang masing-masing merupakan guru senior di

    sekolahnya, diperoleh bahwa 30 soal tes prestasi belajar dinyatakan

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    66/81

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    67/81

    64 

    normalitas dengan Lilliefors untuk setiap kelas dengan tingkat signifikansi

    0,05 dapat dilihat dari tabel rangkuman berikut:Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Uji Normalitas

    Kelompok     Keputusan uji

    Kontekstual 0,066 0,103  diterima

    Problem Solving 0,072 0,091 diterima

    Konvensional 0,069 0,107 diterima

    Berdasarkan tabel di atas, untuk masing-masing sampel nilai

    dari Lobs < L0,05;n, sehingga H0 diterima. Ini berarti bahwa masing-masing

    sampel berdistribusi normal.. (Hasil perhitungan selengkapnya pada

    Lampiran 12).

    2. 

    Uji Homogenitas

    Hasil analisis uji homogenitas variansi kelompok eksperimen dan

    kontrol dengan uji Bartlet pada tingkat signifikansi 0,05 menunjukkan bahwa    2,989. Daerah kritik untuk uji ini

      ,;   5,991. Ini berarti  diterima.

    Berdasarkan tabel di atas, harga dari χ 2

    obs  < χ 2

    0,05;k-1  sehingga

    dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.

    (Hasil perhitungan selengkapnya pada Lampiran 13).

    3. 

    Uji Keseimbangan

    Dari hasil uji keseimbangan dengan anava satu jalan dengan taraf

    signifikansi 0,05 diperoleh   1,875 dengan   3,03, sehingga

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    68/81

    65 

      diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ketiga kelompok pembelajaran mempunyai kemampuan awal yang seimbang. (Perhitungan

    selengkapnya pada Lampiran 14).

    C.  Deskripsi Data Prestasi Belajar

    Dalam penelitian ini diperoleh data, yaitu berupa data skor motivasi

     belajar matematika siswa dari instrumen penelitian berupa angket dan nilai

     prestasi belajar matematika yang berasal dari instrumen penelitian berupa tes

    matematika yang ditulis dan dikembangkan penulis. Data-data tersebut

    adalah:

    1. 

    Data Nilai Tes Matematika Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran

    Pendekatan pembelajaran yang digunakan ada tiga yaitu

    kontekstual,  problem solving  dan konvensional. Data prestasi belajar

    matematika siswa untuk masing-masing kelompok pendekatan

     pembelajaran sebagai berikut:

    Tabel 4.2 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika

    Kelompok Cacah siswa Rata-rata Modus Median

    Kontekstual 74 63,51 60 64

    Problem Solving 94 58,26 56 60

    Konvensional 68 56,76 48 56

    2.  Data Skor Motivasi Belajar Matematika Siswa

    Data motivasi belajar matematika siswa diperoleh dari angket

    tentang motivasi belajar siswa, selanjutnya data tersebut dibagi menjadi

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    69/81

    66 

    tiga kategori berdasarkan rata-rata gabungan   dan standar deviasigabungan (SD). Dari hasil perhitungan ketiga kelompok diperoleh    65,33 dan SD = 11,21.

    Penentuan kategori motivasi belajar adalah tinggi jika    71,sedang jika 60   71, dan rendah jika    60, sehingga untuk skoryang kurang dari 60 dikategorikan sebagai motivasi belajar rendah, skor

    antara 60 dan 71 dikategorikan sebagai motivasi belajar sedang, dan skor

    yang lebih dari 71 dikategorikan sebagai motivasi belajar tinggi.

    Banyaknya siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, sedang, dan

    rendah disajikan pada tabel 4.3. (Data selengkapnya pada Lampiran 15).

    Tabel 4.3 Deskripsi Data Motivasi Belajar Matematika

     NoMotivasi

    Belajar

    Cacah Siswa

    Jumlah

    Kontekstual Problem Solving Konvensional

    1 Tinggi 24 30 27 81

    2 Sedang 24 29 22 75

    3 Rendah 26 35 19 80

    Jumlah 74 94 68 236

    D. 

    Analisis Variansi

    1.  Uji Prasyarat

    a. 

    Uji Normalitas

    Dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah uji Lilliefors

    dengan tingkat signifikansi 0,05, adapun rangkumannya adalah:

  • 8/17/2019 contoh tesis kuantitatif

    70/81

    67 

    Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas

    Kelompok     Keputusan UjiKontekstual 0,084 0,103 diterima

    Problem Solving 0,090 0,091 diterimaKonvensional 0,106 0,107 diterima 

    Tinggi 0,097 0,098 diterima Sedang 0,092 0,102 diterima Rendah 0,098 0,099 diterima 

    Dari rangkuman hasil analisis uji normalitas dengan uji

    normalitas  menunjukkan bahwa data kelompok kontekstual,  problem

    solving, dan konvensional serta motivasi belajar siswa tinggi, sedang,

    maupun rendah berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

    (Perhitungan selengkapnya pada Lampiran16).

     b. 

    Uji Homogenitas

    Dalam penelitian ini uji homogenitas variansi yang digunakan