Contoh Referat Bronkopneumoni Pada Anak
-
Upload
gehaghaffar -
Category
Documents
-
view
441 -
download
1
Transcript of Contoh Referat Bronkopneumoni Pada Anak
BAB I
REKAM MEDIK
I. IDENTIFIKASI
Nama : By Y
Umur : 2 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Palembang
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
MRS : 9 april 2011
II. ANAMNESIS
(alloanamnesis dengan ibu penderita, tanggal 11 April 2011)
Keluhan Utama
Sesak nafas
Keluhan tambahanBatuk berdahak dan demam
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 6 hari SMRS ibu os mengeluh anaknya menderita batuk. Batuk
berdahak warna putih. Demam tinggi ada, terus menerus tidak hilang timbul.
Ibu os kemudian membawa os berobat ke bidan dan diberi sirup parasetamol.
Keluhan demam berkurang namun batuk dan pilek masih dirasakan.
Sejak 3 hari SMRS ibu os mengeluh anaknya mengalami sesak nafas
yang dirasakan tiba-tiba dan semakin memberat. Sesak napas tidak
berhubungan dengan aktivitas dan cuaca. Keluhan sesak nafas tidak disertai
adanya suara nafas berbunyi (mengi) atau mengorok, Buang air besar dan
buang air kecil tidak ada keluhan. Ibu os kemudian membawa os berobat ke
bidan dan dirujuk ke RSUD Bari.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan batuk serta sesak nafas dalam keluarga
disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah anak kedua dari pasangan Tn. A usia 30 tahun dengan
pendidikan terakhir SMA dan bekerja sebagai Pegawai swasta dengan Ny. F
usia 25 tahun dengan pendidikan terakhir SMA tidak bekerja. Kesan: status
ekonomi cukup
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : compos mentis
Denyut jantung : 126x/menit, reguler isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 66x/menit
Temperatur : 38,30C
Berat Badan : 4,9 kg
Tinggi Badan : 58 cm
Status gizi :
BB/U = 4,9/5,2 x 100%=94,23%
TB/U = 58/58 x 100% = 100%
BB/TB=4,9/5,2 x 100%=94,23%
Kesan : gizi baik
Pemeriksaan Khusus
Kepala:
Normocephali
Mata: conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), nistagmus tidak ada; pupil
normal, isokor, reflek cahaya +/+
Hidung : Pernapasan cuping hidung (+/+), sekret (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (+) suprasternal
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Auskultasi : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-).
Pulmo
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis.
Palpasi : fremitus kanan dan kiri simetris.
Perkusi : sonor, kiri = kanan
Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronki basah halus nyaring(+) di seluruh
lapangan paru kanan, wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : datar, lemas, retraksi (+) epigastrium
Auskultasi : bising usus (+) N
Perkusi : timpani
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-).
Extermitas : akral hangat, edema - /-
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Hb : 11,8 g/dl Ht : 34 % Leukosit : 15.500/mm3 Trombosit : 210.000/mm3
GDS : 90 mg/dl
V. PEMERIKSAAN ANJURAN
Rontgen thoraks AP
VI. RESUME
Seorang bayi laki-laki berusia 2 bulan, dengan berat badan 4,9 kg
dan panjang badan 58 cm, beralamat dalam kota datang dengan keluhan
utama sesak nafas
Dari alloanamnesis dengan ibu korban Sejak 6 hari SMRS ibu os
mengeluh anaknya menderita batuk. Batuk berdahak warna putih. Demam
tinggi ada, terus menerus tidak hilang timbul. Ibu os kemudian membawa os
berobat ke bidan dan diberi sirup parasetamol. Keluhan demam berkurang
namun batuk dan pilek masih dirasakan.
Sejak 3 hari SMRS ibu os mengeluh anaknya mengalami sesak nafas
yang dirasakan tiba-tiba dan semakin memberat. Sesak napas tidak
berhubungan dengan aktivitas dan cuaca. Keluhan sesak nafas tidak disertai
adanya suara nafas berbunyi (mengi) atau mengorok, Buang air besar dan
buang air kecil tidak ada keluhan. Ibu os kemudian membawa os berobat ke
bidan dan dirujuk ke RSUD Bari.
Pada pemeriksaan umum didapatkan peningkatan frekuensi
pernapasan 66x/menit dan demam dimana temperatur 38,30C. Dari
Pemeriksaan spesifik didapatkan NCH (+/+), retraksi (+) di suprasternal dan
epigastrium dan RBHN (+) di seluruh lapangan paru kanan. Pemeriksaan
penunjang didapatkan leukositosis dimana nilai leukosit 15.500/mm3.
VII. DIAGNOSIS BANDING
Bronkopneumonia
Bronkiolitis akut
VIII. DIAGNOSIS
Bronkopneumonia
IX. PENATALAKSANAAN
1. O2 nasal 2-3 liter/ menit sampai sesak hilang
2. Infus D5 % 1/5 NS gtt xx/menit (mikro)
3. Stop oral, ASI melalui NGT
4. Ampicillin inj 2 x 250 mg/hari
5. Ceftazidim inj 2 x 100 mg/hari
6. Paracetamol syr 3 x ½ cth, sampai demam turun
7. Ambroksol syr 3 x ½ cth
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang
terlokalisir yang biasanya mengenai bronkus dan juga mengenai alveolus
disekitarnya.1
B. Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi bakteri
Diplococcus Pneumoniae
Pneumococcus
Streptococcus Pneumoniae
Staphylococcus Aureus
Merupakan bakteri penyebab bronkopneumonia pada bayi dan anak-
anak berumur muda, yang berat, serius dan sangat progresif dengan
mortalitas tinggi.
Eschericia Coli
b. Infeksi Virus
Respiratory Syncytial Virus, Virus Sitomegalo, Virus Influenza,
Virus Parainfluenza 1,2,3, Virus Adeno, Virus Rino, Virus Epstein-Barr
2. Faktor non infeksi
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esofagus meliputi1,10 :
a. Bronkopneumonia lipoid
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak
secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang
mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian
makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian
makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis.
Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi.
Jenis minyak hewani yang mengandung asam lemak tinggi bersifat
paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan.
b. Bronkopneumonia hidrokarbon
Terjadi karena aspirasi zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah
dan bensin.
C. Patogenesis
Dalam keadaan sehat, paru-paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru-paru merupakan ketidakseimbangan
antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak
dan berakibat timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme ke
dalam saluran nafas dan paru-paru dapat melalui berbagai cara, antara lain :
1. Inhalasi langsung dari udara
2. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
3. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain
4. Penyebaran secara hematogen
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui
jalan nafas sampai ke bronkus, bronkiolus dan alveoli yang menyebabkan
radang pada jaringan sekitarnya.1,10
Mikroorganisme yang terinhalasi ke dalam saluran nafas akan
menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas yang dapat menimbulkan
gejala-gejala seperti batuk, pilek, dan demam ringan.
Apabila hal ini tidak diobati dengan segera dan sistem imun tubuh
sedang menurun maka infeksi akan berlanjut ke saluran nafas bawah. Hal ini
akan direspon dengan mengaktivasi silia dan mengeluarkan sekresi mukus
untuk mengeluarkan benda asing yang masuk. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya batuk produktif pada penderita bronkopneumonia.
Selain itu, mikroorganisme yang difagosit oleh makrofag akan
mengeluarkan sitokin berupa interleukin-1 (IL-1) yang mengakibatkan
hipotalamus menginduksi pelepasan prostaglandin E-2 (PGE-2) yang akan
menaikkan set point. Hal inilah yang akan menyebabkan terjadinya
demam.1,10
Selanjutnya, timbul edema yang merupakan reaksi jaringan yang akan
mempermudah proliferasi kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang
terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi sebukan sel polimorfo nuklear
(PMN), fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli.
Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Kemudian, deposisin fibrin
akan semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan
terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi
kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag mengalami peningkatan di alveoli, sel
akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang.
Stadium ini disebut stadium resolusi. Namun, sistem bronkopulmoner
jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.9
D. Stadium
1. Stadium kongesti (4-12 jam pertama)
Kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat
jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa netrofil dan makrofag.
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung
udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam
alveolus didapatkan fibrin, leukosit, neutrofil, eksudat dan banyak sekali
eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
3. Stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari)
Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu.
Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin
dan leuksoit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus. Kapiler tidak lagi
kongestif.
4. Stadium resolusi (7-12 hari)
Eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit
mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan
menghilang. Secara patologi anatomi bronkopneumonia berbeda dari
pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan
distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotik urutan stadium
khas ini tidak terlihat.
E. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah,
dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan
sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada
awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada
awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.1
F. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Hal-hal yang dapat ditanyakan selama anamnesis meliputi9 :
a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, alamat,
umur orang tua, pendidikan dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama : sebagian besar balita penderita bronkopneumonia
dibawa karena sesak nafas.
c. Riwayat perjalanan penyakit :
Demam
Batuk dan pilek
Sesak nafas
d. Riwayat penyakit sebelumnya
e. Riwayat imunisasi
f. Riwayat makanan : ASI, PASI
g. Riwayat kontak dengan orang lain yang menderita penyakit tertentu
h. Riwayat berobat
2. Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi dapat dijumpai keadaan sebagai berikut9 :
a. Gelisah
b. Malaise
c. Merintih
d. Batuk
e. Sesak nafas
f. Nafas cuping hidung
g. Retraksi dada suprasternal, intercostal ataupun subcostal
h. Sianosis
Sedangkan pada perkusi dan auskultasi bronkopneumonia dijumpai
ronki basah halus nyaring tersebar, pekak tidak nyata. Namun, perkusi dan
auskultasi dari bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisiknya tergantung
pada luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak
dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki
basah gelembung halus sampai sedang.1
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu ( konfluens ) mungkin
pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada
auskultasi terdengar mengeras.17
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 –
40.000/ mm3 dengan predominan PMN. Terjadi pergeseran ke kiri.
Leukopenia (< 5000/mm3) menunjukkan prognosis yang buruk.
Leukositosis hebat ( > 30.000/mm3) hampir selalu menunjukkan
adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakteremia,
dan resiko terjadinya komplikasi lebih tinggi.9
Nilai hemoglobin (Hb) biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
Peningkatan Laju Endap Darah (LED).
Kultur dahak dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak
diobati. Selain kultur dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara
hapusan tenggorok (throat swab) namun pada balita hal ini sulit
untuk dilakukan.16
Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada
kasus berat. Pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.16
b. Pemeriksaan radiologi
Ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa
bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,
disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.16
G. Pengobatan
Pengobatan bertujuan untuk mengeradikasi infeksi, menurunkan
morbiditas dan mencegah komplikasi.
Pada bronkopneumonia, karena termasuk dalam gejala pneumonia berat
maka merupakan indikasi untuk dirawat di rumah sakit.
Pengobatan bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
1. Pemberian antibiotika polifragmasi selama 10 - 15 hari, meliputi :
a. Ampicillin 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis ditambah
klorampenikol dengan dosis :
Umur < 6 bulan : 25-50 mg/KgBB/hari
Umur > 6 bulan : 50-75 mg/KgBB/hari
Dosis dibagi dalam 3-4 dosis
b. Atau ampicillin 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis ditambah
gentamisin dengan dosis 3-5 mg/KgBB/hari diberikan dalam 2 dosis
c. Pada penderita yang dicurigai resisten dengan obat tersebut
berdasarkan riwayat pemakaian obat sebelumnya, atau pneumonia
berat dengan tanda bahaya, atau tidak tampak perbaikan klinis dalam
3 hari, maka obat diganti dengan cephalosporin generasi ke-3 (dosis
tergantung jenis obat) atau penderita yang tadinya mendapat
kloramfenikol diganti dengan gentamisin dengan dosis 3-5
mg/kgBB/hr diberikan dalam 2 dosis.
2. Terapi cairan
Cairan IV desktrose 5 % ditambah NaCl 15 %
3. Tindak lanjut
a. Pengamatan rutin :
Frekuensi nafas, denyut nadi, tekanan vena, hepatomegali, tanda
asidosis, dan tanda komplikasi.
b. Indikasi pulang :
Bila tidak sesak dan intake adekuat.
H. Komplikasi
Bila bronkopneumonia tidak ditangani secara tepat, maka komplikasinya
adalah sebagai berikut 1,10 :
1. Otitis media akut (OMA) : Terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang
berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara,
kemudian gendang telinga akan tertarik kedalam dan timbul efusi.
2. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru.
3. Efusi pleura.
4. Emfisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
6. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
7. Endokarditis bakterial yaitu peradangan pada katup endokardial.
I. Prognosis
Sembuh total bila didiagnosis dini dan ditangani secara adekuat. Mortalitas
lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-
protein dan datang terlambat untuk pengobatan.1
BAB III
ANALISIS KASUS
Pada laporan kasus ini seorang bayi laki-laki berusia 2 bulan datang
dengan keluhan utama sesak nafas. Dari alloanamnesa dengan ibu korban
didapatkan sejak 6 hari SMRS anaknya menderita batuk. Batuk berdahak warna
putih. Demam tinggi (+), terus menerus tidak hilang timbul. Ibu os kemudian
membawa os berobat ke bidan dan diberi sirup parasetamol. Keluhan demam
berkurang namun batuk dan pilek masih dirasakan. Sejak 3 hari SMRS sos
menderita sesak nafas yang dirasakan tiba-tiba dan semakin memberat. Sesak
napas tidak berhubungan dengan aktivitas dan cuaca. Keluhan sesak nafas tidak
disertai adanya suara nafas berbunyi (mengi) atau mengorok, Buang air besar dan
buang air kecil tidak ada keluhan. Ibu os kemudian membawa os berobat ke bidan
dan dirujuk ke RSUD Bari.
Pada pemeriksaan umum didapatkan peningkatan frekuensi pernapasan
66x/menit dan demam dimana temperatur 38,30C. Dari Pemeriksaan spesifik
didapatkan NCH (+/+), retraksi (+) di suprasternal dan epigastrium dan RBHN (+)
di seluruh lapangan paru kanan. Pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis
dimana nilai leukosit 15.500/mm3.
Penderita datang dengan keluhan utama sesak nafas. Dari keluhan ini
dapat dipikirkan adanya kelainan pada paru-paru, jantung, kelainan metabolic
seperti asidosis dan uremia serta adanya kelainan di otak. Dari alloanamnesis
tidak didapatkan keluhan BAK sehingga kemungkinan kelainan metabolic dapat
disingkirkan. Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan penurunan kesadaran
sehingga kelainan disentral dapat disingkirkan, selain itu dari hasil pemeriksaan
pada jantung didapatkan dalam batas normal sehingga kelainan pada jantung
dapat disingkirkan. Oleh karena itu dapat dipastikan merupakan kelainan pada
paru-paru.
Dari alloanamnesis didapatkan pasien mengalami batuk serta demam,
sehingga dapat dipikirkan adanya suatu penyakit infeksi. Selain itu, didapatkan
ronki basah halus nyaring serta leukositosis yang khas untuk gejala
bronkopneumonia, sehingga diagnosis bronkopneumonia pada pasien ini dapat
ditegakkan.
Terapi untuk pasien ini diberikan O2 nasal 2-3 liter/menit karena pasien
mengalami sesak nafas. Dilakukan stop oral pada pasien ini dan pemberian ASI
lewat NGT karena dikhawatirkan terjadi aspirasi karena pasien masih sesak.
Diberikan antibiotik spektrum luas berupa ampicillin dan ceftazidim untuk
membantu mengeliminasi kuman penyebab. Diberikan pula ambroxol sirup untuk
mengatasi keluhan batuk serta paracetamol untuk menurunkan demam.
Prognosis penderita ini adalah dubia ad bonam untuk quo ad vitam dan
functionam karena pada pasien ini telah dilakukan pengobatan yang adekuat serta
belum ada tanda-tanda yang mengarah pada komplikasi.
Laporan Kasus
BRONKOPNEUMONIA
Oleh :Widyastuti, S.Ked. (04104705107)
Pembimbing :Dr.H.Gandi, Sp.A(K)
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FK UNSRIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH BARI
PALEMBANG2011
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus dengan judul:
BRONKOPNEUMONIA
Oleh:
Widyastuti, S.Ked. (04104705107)
Pembimbing:
Dr. H.Gandi, Sp.A(K)
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya / Rumah Sakit Muhammad Hoesin Palembang.
Palembang, Maret 2011
Pembimbing,
Dr. H.Gandi, Sp.A(K)
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak . Infomedika . Jakarta. 2010; 11:1228-1233.
2. World Health Organization.Pneumonia Kills More Children Than Any Other Diseases; 2005.Available from : (http://www.who.int)
3. Ginting, Susi.. Pneumonia, Penyebab Kematian Balita Nomor Satu. Januari 2009.Diunduh dari : (http://www.kematian.biz/pdf/article/health/pneumonia-penyebab-kematian-balita-nomor-satu.pdf)
4. Saroso, Sulianti.. Pneumonia. Februari 2007. Diunduh dari : (http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=48)5. Muchtar D, Ridwan. Kendala Pernafasan Infeksi Saluran Pernafasan
Akut. Cermin Dunia Kedokteran. 1992; 80: 47-48.6. Hidayat. Askep pada Anak dengan Bronkopneumonia; 2009.
Diunduh dari : (http://hanikamioji.wordpress.com)7. World Health Organization. Reducing child deaths from pneumonia; 2009.
Available from : (http://www.who.int)8. Yuwono, Djoko. Besaran Penyakit pada Balita di Indonesia; 2007.
Diunduh dari : (http://www.bmf.litbang.depkes.go.id)9. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Respirologi Anak. 2008; I : 350-365. 10. Behrman,Richard E, dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan I.
Jakarta:EGC. 2000. p.883-889.