Contoh PTK

download Contoh PTK

of 35

description

kuliah

Transcript of Contoh PTK

  • A. JUDULIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPESTUDENT-TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERBANTUANLKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWAKELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 2 SELAT KARANGASEM

    B. LATAR BELAKANG

    Perkembangan masyarakat sekarang ini adalah merupakan suatu proses

    dorongan dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan industrialisasi. Hal

    tersebut mensyaratkan kemajuan atas praktik dalam bidang pendidikan.

    Karena pendidikanlah yang sanggup mengantisipasi suatu zaman yang

    menjadikan suatu masyarakat yang terdidik dengan baik, lebih percaya diri,

    dan lebih bersemangat dalam menghadapi lingkungan yang berskala global

    serta semakin kompetitif sifatnya. Dengan demikian pendidikan merupakan

    suatu kunci utama masa depan suatu bangsa. Dimana kualitas suatu bangsa itu

    dapat diukur dari kemajuan dalam proses pendidikan serta keluaran dari hasil

    pendidikan itu sendiri.

    Pendidikan seperti sekarang ini tidak mengenal usia dimana orang-

    orang dapat menempuh pendidikan kapan dan dimana mereka mau.

    Pendidikan tidak akan habis walapun mereka pelajari tanpa mengenal ruang

    dan waktu, karena pendidikan merupakan suatu proses yang mengalami suatu

    perubahan dari waktu ke waktu. Sehingga sering dikatakan pendidikan itu

    sepanjang hayat tanpa mengenal akhir. Karena dengan pendidikan akan

    bertujuan untuk menciptakan pribadi yang berpengetahuan tinggi, berwawasan

    luas, dan memiliki budi pekerti yang luhur, sehingga pendidikan merupakan

    suatu cara bagi suatu negara atau bangsa untuk menyiapkan kualitas sumber

    daya manusia yang diperlukan dalam pembangunan. Manusia pembangunan

    adalah manusia yang membuat suatu perubahan dengan menciptakan gagasan

    serta hasil yang baru, bukan hanya memanfaatkan pilihan yang sudah

    disediakan oleh orang lain.

    Masalah kualitas pendidikan merupakan suatu masalah yang kursial

    dalam bidang pendidikan yang sedang dihadapi oleh negara-negara

    berkembang, karena kualitas pendidikan yang dimiliki suatu negara

    1

  • merupakan cerminan dari kualitas negara bersangkutan. Negara Indonesia

    merupakan salah satu negara yang mengalami masalah serupa yaitu masalah-

    masalah kualitas, masalah kuantitas, masalah efektivitas, masalah efisiensi,

    serta masalah relevansi.

    Kondisi seperti itu juga dialami oleh Sekolah Dasar Negeri No. 2 Selat,

    yang mana guru-guru dalam mengajar masih menggunakan model

    pembelajaran yang tradisional yaitu dengan ceramah. Hal ini mengakibatkan

    hasil belajar IPA pada siswa kelas VI belum memenuhi kreteria ketuntasan

    minimum (KKM) yang ditetapkan, yang mana nilai rata-rata kelas hasil

    belajar IPA pada kelas VI Sekolah Dasar Negeri 2 Selat yaitu 6,1 masih berada

    di bawah dari KKM yang ditetapkan yaitu 6,5.

    Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah untuk menangani

    masalah tersebut seperti peningkatan kualifikasi guru, perubahan dan

    perbaikan kurikulum, serta pengadaan sarana prasarana, namun upaya yang

    dilakukan ini merupakan upaya yang masih umum, karena uapaya ini belum

    menyentuh langsung masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu kelas. Karena

    telah kita sadari bahwa sebaik apapun kurikulum pendidikan yang ada tapi

    apabila tidak diimbangi oleh pengimplementasian yang maksimal dan tepat

    guna yang dilakukan baik guru maupun siswa, maka hasil pendidikan yang

    diharapkan tidak akan tercapai secara maksimal. Seperti contohnya masalah

    yang paling mendasar adalah masih adanya guru yang menggunakan model

    pembelajaran tradisional dalam menyampaikan materi pelajaran, sehingga

    dalam proses belajar mengajar belangsung siswa tidak ikut aktif didalamnya.

    Pemerintah dalam hal ini Depdiknas sudah berupaya utuk meningkatkan

    kualitas pendidikan termasuk didalamnya kualitas pendidikan Ilmu

    Pendidikan Alam di sekolah dasar antara lain melalui pengadaan sarana dan

    prasarana penunjang pendidikan tersebut, peningkatan kualitas tenaga

    pengajar, baik melalui penataran, pelatihan serta seminar, program

    Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), program kemitraan, antara

    sekolah dengan lembaga pendidikan, tenaga kependidikan dan pengembangan

    kurikulum.

    2

  • Jika pendidikan selalu dikaitkan dengan kurikulum maka uapaya yang

    dilakukan pemerintah dalam bidang kurikulum untuk meningkatkan kualitas

    pendidikan adalah dengan mengadakan usaha pembaharuan kurikulum dari

    kurikulun 1994 sampai pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK).

    Perubahan kurikulum 2004 yaitu kurikulum berbasis kompetensi dimaksudkan

    sebagai kurikulum yang mampu memfasilitasi siswa dalam pengembangan

    kompetensi mereka yang meliputi 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif

    dan ranah psikomotor serta minat siswa pada setiap mata pelajaran yang

    tercantum dalam kurikulum dan kemudian dilanjutkan dengan kurikulum

    tingkat satuan pendidikan (KTSP).

    Kurikulum merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan yang menjadi

    landasan program pembelajaran. Pembelajaran merupakan upaya yang

    dilakukan guru untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan

    dalam kurikulum. sedangkan penilaian merupakan salah satu kegiatan yang

    dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum dan

    berhasil tidaknya proses pembelajaran tersebut.

    Dalam proses belajar mengajar siswa diharapkan bergaul secara aktif

    dengan lingkungan disekitarnya. Winkel (2005) menyatakan:

    dalam proses belajar mengajar seperti bagaimana yang berlangsungdalam kelas, dapat kita temukan beberapa komponen yang bersama-sama mewujudkan proses belajar, diantaranya prosedur didaktif, mediapengajaran, pengelompokan siswa dan materi pelajaran. Prosedurdidaktis adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pengajaryang menyangkut penyajian materi pelajaran agar siswa dapat mencapaitujuan intruksional tertentu.Untuk menciptakan suasana proses belajar mengajar yang kondusif

    diperlukan suatu upaya dari tenaga pengajar untuk menerapkan strategi

    pengajaran. Dalam kaitannya untuk meningkatkan proses pembelajaran

    khususnya pembelajaran IPA di sekolah dasar, maka sikap, fungsi dan peran

    guru haruslah mengalami pergeseran yaitu: (1) konservatif-tradisional menuju

    progresif-futuristik; (2) penceramah-menggurui menuju pendengar yang

    empati, fasilitator dan mediator pembelajaran; dan (3) sumber otoritas

    pengetahuan menuju manager informasi.

    Dengan demikian para guru khususnya guru mata pelajaran IPA di

    sekolah dasar sudah saatnya berbenah diri dari model pembelajaran

    3

  • konvensional beralih ke model pembelajaran yang berdasarkan atas paradigma

    kontruktivis. Paham kontruktivis sangat memandang perlu pergeseran

    paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered) menjadi

    pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered). Pada pandangan

    kontruktivis belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses modifikasi

    gagasan yang sudah ada dalam pikiran pebelajar, dimana belajar merupakan

    proses modifikasi gagasan-gagasan yang telah ada dalam pebelajar. Belajar

    merupakan pembentukan pengertian atas pengalaman-pengalaman dalam

    hubunganya dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

    Dari uraian tersebut perlunya mengembangkan suatu model

    pembelajaran IPA di sekolah dasar yang dilandasi oleh paradigma student

    centered dimana siswa cenderung lebih aktif dalam pembelajaran. Adapun

    model pembelajaran yang memakai siswa sebagai pusat dalam pembelajaran

    (student-centered) adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model

    pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan cara pembelajaran yang

    membagi siswa ke dalam empat sampai lima kelompok yang disetiap

    kelompok terdiri sebaran siswa yang memiliki prestasi yang beragam. Tidak

    semua tipe dari model pembelajaran kooperatif tersebut bisa dipakai dalam

    kondisi belajar tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi bila ingin

    mencapai hasil maksimal.

    Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu

    alternatif atas pembelajaran model tradisional. Model pembelajaran kooperatif

    tipe STAD diangkat dari suatu kepercayaan bahwa pembelajaran akan lebih

    efektif apabila siswa terlibat aktif didalamnya, saling bertukar ide, serta

    bekerja secara bersama-sama untuk melengkapi tugas yang dibebankan pada

    guru. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan instruksional

    yang efektif untuk pengembangan kognitif siswa.

    Dari hal yang dipaparkan di atas untuk mengetahui apakah model

    pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA,

    maka penelitian ini diberi judul Implementasi Model Pembelajaran

    Kooperatif Tipe Stad Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa

    Kelas VI Sekolah Dasar Negeri No. 2 Selat Karangasem.

    4

  • C. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang, maka diajukan permasalahan yang

    dirumuskan sebagai berikut.

    1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STADdapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa Kelas VI Sekolah DasarNegeri No. 2 Selat?

    D. TUJUAN PENULISAN

    Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, maka tujuan yang ingin

    dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STADdalam meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa Kelas VI Sekolah DasarNegeri No. 2 Selat.

    E. MANFAAT

    Dengan adanya penelitian ini yaitu mengenai pengaruh model

    pembelajara kooperatif tipe STAD terhadap peningkatan hasil belajar siswa

    diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas

    pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Adapun secara lebih rinci, kontribusi yang

    dapat dipetik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1. Bagi pengembangan teori belajar

    Secara teoritis hasil dari akan menambah khasanah ilmu pengetahuan di

    bidang pendidikan.

    2. Bagi siswa Dengan pemakaian model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalampembelajarn IPA di Sekolah Dasar, diharapkan siswa mampu lebihmemahami materi yang diajarkan oleh guru.

    3. Bagi guruHasil penelitian ini dapat menambah wawasan guru tentang penerapanmodel pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA dan

    5

  • dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaranpendidikan dalam menyusun strategi pembelajaran yang bertujuanmeningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

    4. Bagi peneliti dan mahasiswa

    Bagi peneliti, penelitian ini memberikan pengalaman langsung bagi

    peneliti sebagai calon guru dalam upaya menerapkan pengetahuannya

    tentang pembelajaran inovatif yang diperoleh dalam perkuliahan dan bagi

    mahasiswa yang belum melakukan penelitian ini dapat dipakai sebagai

    suatu kajian teori dalam melangkah kejenjang mata kuliah penelitian.

    F. KAJIAN TEORIF.1 Hakekat Belajar IPA

    IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat peristiwa-

    peristiwa yang tegrjadi di alam. IPA dapat juga didefinisikan sebagai kumpulan

    pengetahuan yang sistematik dari gejala-gejala alam. Unsur utama yang

    terdapat dalam IPA yaitu sikap manusia, proses dan produk yang satu sama lain

    tidak dapat terpisahkan. Rasa ingin tahu pada masalah yang terjadi di alam

    merupakan sikap manusia, manusia kemudian mencoba memecahkan masalah

    yang dihadapinya, pada tahapan digunakan proses atau metode dengan cara

    menyusun hipotesis, melakukan kegiatan untuk membuktikan kebenaran

    hipotesisnya, dan mengevaluasi apa yang telah dilakukannya. Hasil atau

    produk kegiatan yang telah dilakukannya tersebut berupa fakta-fakta, prinsip-

    prinsip, atau teori-teori.

    Hakekat IPA dapat dilihat dari tiga segi, yaitu. a) IPA sebagai proses,

    IPA sebagai proses yaitu bagaimana cara mendapatkan ilmu pengetahuan

    tersebut. Penekanan dari hakekat IPA sebagai proses adalah bagaimana deorang

    siswa menemukan sendiri apa yang sedang dipelajarinya. b) IPA sebagai

    produk, IPA sebagai produk yaitu lebih menekankan pada memahami apa yang

    sudah dihasilkan oleh IPA itu sendiri misalnya, prinsip-prinsip, hukum-hukum,

    dan rumus-rumus.

    Usaha pemahaman siswa terhadap prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan

    penggunaan ruimus-rumus yang berlaku dalam IPA menunjukkan hakekat IPA

    6

  • sebagai produk. c) IPA sebagai pengembangan sikap diyakini dapat melatih

    atau menanamkan sikiap dan nilai positif dalam diri siawa. Jujur, dapat bekerja

    sama, teliti, tekun, hati-hati, toleran, merupakan sikap dan nilai yang dapat

    terbentuk melalui pembelajaran sains. Pembelajarn IPA yang dapat terlaksana

    dengan baik, akan dapat membentuk sikap dan nilai positif dalam diri siswa

    sebagai bekal yang diperlukannya dalam mengatasi permasalahan yang

    dihadapinya dalam kehidupan, tentunya hal tersebut daoat tercapai jika

    pembelajaran IPA dipandang sebagai proses tidak hanya sekedar mempelajari

    produk saja.

    F.2 Model Kooperatif

    Model pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa

    yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,

    menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan

    lainnya. Model pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman

    sebaya yang berinteraksi antar sesama sebagai sebuah tim dalam

    menyelesaikan atau membahas suatu tugas.

    Hal-hal yang harus dipenuhi dalam model pembelajaran kooperatif

    adalah sebagai berikut.

    a. Para siswa yang bergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwamereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yangharus dicapai.

    b. Para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwamasalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok, dan berhasil atautidaknya kelompok itu adalah tanggung jawab bersama seluruh anggotakelompok.

    c. Untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalamsuatu kelompok harus berkomunikasi satu sama lain dalam mendiskusikanmasalah yang dihadapi.

    Ada tiga tahapan penting dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu :

    a. Think (berpikir), maksudnya setiap siswa berpikir dalam memecahkanmasalah yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif.

    7

  • b. Pair (berpasangan), maksudnya siswa-siswa dibagi menjadi beberapakelompok tertentu (berpasangan) untuk mendiskusikan permasalahan yangdihadapi.

    c. Share (bertukar pendapat), artinya siswa dapat saling bertukar pendapatdengan pasangannya (kelompoknya).

    Sebagai suatu model, pembelajaran kooperatif sudah tentu memiliki

    unsur-unsur suatu model. Menurut Bruce Joyce-Marsha Well (dalam Parwati,

    2000), unsur-unsur yang dimiliki model pembelajaran kooperatif adalah

    sebagai berikut.

    a. Sintak dan Prinsip Reaksi

    Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa fase dan prinsip-prinsip

    reaksi sebagai berikut.

    FASE PRINSIP REAKSIFase-1

    Menyampaikan tujuan dan

    memotivasi siswa

    Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin

    dicapai melalui pembelajaran tersebut, dan

    memotivasi siswa untuk belajarFase-2

    Menyajikan informasi

    Guru menyajikan informasi kepada siswa

    dengan melakukan demonstrasi atau melalui

    bahan bacaanFase -3

    Mengorganisasikan siswa ke

    dalam kelompok-kelompok

    belajar

    Guru menjelaskan kepada siswa tentang tata

    cara membentuk kelompok belajar, serta

    membantu setiap kelompok agar melakukan

    transisi secara efisienFase-4

    Membimbing kelompok bekerja

    dan belajar

    Guru membimbing kelompok-kelompok

    belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

    atau bahan diskusiFase-5

    Evaluasi

    Guru mengadakan evaluasi terhadap prestasi

    belajar atau hasil diskusi, misalnya dengan

    kegiatan presentasi masing-masing kelompok

    tentang hasil diskusi kelompoknyaFase-6

    Memberikan penghargaan

    Guru mencari cara-cara terbaik untuk

    memberikan penghargaan, baik itu terhadap

    upaya ataupun prestasi belajar individu dan

    kelompok

    8

  • b. Sistem Sosial

    Adapun lingkungan belajar dalam pembelajaran kooperatif, ditandai dengan

    adanya proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang

    harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Guru menerapkan struktur

    tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan mendefinisikan semua

    prosedurnya, namun siswa tetap diberikan kebebasan dalam mengendalikan

    kegiatan belajar di kelompoknya.

    c. Sistem Pendukung

    Untuk menerapkan suatu model pembelajaran sudah tentu memerlukan

    adanya sistem pendukung. Demikian halnya dengan model pembelajaran

    kooperatif, memerlukan suatu sistem pendukung berupa segala sesuatu yang

    menyentuh kebutuhan siswa untuk menggali berbagai informasi yang sesuai

    dan diperlukan untuk melakukan kerja kelompok. Misalnya laboratorium,

    perpustakaan, lembar masalah/kegiatan, serta media pembelajaran yang

    relevan.

    d. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

    Sebagai suatu model, pembelajaran kooperatif memiliki suatu dampak

    instruksional dan dampak pengiring sebagai berikut.

    1) Dampak instruksional

    Karena model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk beberapa

    materi tertentu dengan indikator tertentu, maka dampak instruksional dari

    model kooperatif adalah sesuai dengan Tujuan Instruksional Khusus

    (TIK) dari pembelajaran yang menerapkannya.

    2) Dampak Pengiring

    Adapun dampak pengiring dari penerapan model pembelajaran

    kooperatif adalah sebagai berikut.

    a) Membantu siswa dalam proses pembentukkan konsepb) Membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berdialogc) Membantu siswa untuk berinteraksi dengan siswa lainnyad) Membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan bekerjasama

    9

  • e) Membantu siswa meningkatkan kemampuan menghargai pendapatorang lain.

    Menurut Lundgren (dalam Erni Maidayah, 1994), agar suatu

    pembelajaran kooperatif dapat berjalan secara efektif, maka perlu diperhatikan

    beberapa hal berikut.

    a. Para siswa harus memiliki persepsi sink and swim together, artinyabahwa kesuksesan ataupun kegagalan kelompoknya ditanggung bersama-sama.

    b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain di kelompoknya,selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yangdihadapi.

    c. Siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yangsama di kelompoknya.

    d. Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya diantara anggota kelompoknya.

    e. Siswa akan diberi suatu evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruhterhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

    Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran secara

    kelompok seperti biasa, karena dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak

    hanya bertanggung jawab kepada dirinya sendiri, tetapi juga bertanggung

    jawab kepada kelompoknya.

    Ada lima elemen utama model pembelajaran kooperatif yang perlu

    diperhatikan, yaitu sebagai berikut.

    a. Ketergantungan positif1) Masing-masing anggota diperlukan untuk kesuksesan kelompoknya.2) Setiap anggota kelompok memiliki kontribusi yang sesuai dengan

    kemampuannya.b. Interaksi

    Adapun interaksi yang terjadi antar siswa dalam pembelalajaran kooperatif,

    yaitu.

    1) Menjelaskan pemecahan masalah.

    2) Mengajarkan pada temannya.

    3) Mengecek pemahaman.

    10

  • 4) Mendiskusikan konsep yang dipelajari.

    5) Menghubungkan konsep yang telah dipelajari sebelumnya.

    c. Tanggung jawab individu dan kelompok

    Untuk memaksimalkan tanggung jawab setiap siswa, perlu diperhatikan

    beberapa hal berikut.

    1) Jaga ukuran kelompok (mungkin semakin kecil ukuran kelompok, makinbesar tanggung jawab individu);

    2) Memberikan tes individual untuk setiap siswa;3) Menunjuk secara random (acak) anggota untuk mewakili kelompoknya;4) Observasi setiap group (kelompok) dan catat kontribusi tiap individu

    dalam kelompoknya;5) Tunjuk seorang siswa untuk mengecek pekerjaan temannya (cek silang).

    d. Kemampuan individu dan kelompok

    Adapun kemampuan sosial yang didapat siswa antara lain:

    1) Pemimpin;2) Pengambil keputusan;3) Membangun percaya diri;4) Berkomunikasi;5) Kemampuan manajemen.

    e. Proses kelompok

    Adapun proses pembelajaran yang terjadi dalam kelompok, yaitu:

    1) Anggota kelompok mendiskusikan cara yang ditempuh untuk mencapaitujuan;

    2) Mendeskripsikan aktivitas anggota kelompok bermanfaat atau tidak;3) Membuat keputusan tentang tingkah laku, dilanjutkan atau diubah.

    Tantra (dalam Ardana, 2000), mengatakan bahwa peran setiap individu

    dapat dimaksimalkan dalam pembelajaran kooperatif, karena beberapa hal

    berikut ini.

    a. Sumbangan setiap anggota diakui;b. Siswa belajar mengintegrasikan beraneka ragam pandangan siswa yang lain

    dalam kelompok;c. Siswa belajar memilih beberapa alternatif yang tersedia, untuk mengetes

    pendapat mereka atau pendapat orang lain;

    11

  • d. Siswa melakukan beraneka ragam tugas yang selalu disesuaikan dengankemampuan masing-masing, namun dibantu oleh siswa yang lain dikelompoknya;

    e. Setiap anggota kelompoknya dapat dievaluasi berdasarkan atas kriteriasendiri.

    Adapun teori yang mendasari model pembelajarn kooperatif adalah

    teori motivasi dan teori kognitif. Menurut teori motivasi, bahwa memberikan

    suatu penghargaan kepada suatu individu akan memberikan suatu penguatan

    secara sosial. Motivasi siswa dalam pembelajaran kooperatif, terutama terletak

    pada bagaimana bentuk hadiah (penghargaan) dan struktur pencapaian tujuan

    saat siswa melaksanakan kegiatan belajar. Teori kognitif dapat dikelompokkan

    menjadi dua kategori, yaitu teori perkembangan dan teori elaborasi kognitif.

    Teori perkembangan bertolak dari asumsi, bahwa interaksi siswa dalam tugas-

    tugas yang sesuai akan meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-

    konsep. Sebaliknya, teori elaborasi kognitif bertolak dari asumsi bahwa jika

    informasi harus ditinggalkan dalam suatu memori dan terkait dengan informasi

    yang telah ada dalam memori tersebut, maka siswa akan terlibat dalam

    beberapa macam kegiatan restruktur (elaborasi kognitif) atas suatu materi.

    Sebagai contoh, membuat rangkuman dari suatu kegiatan belajar mengajar

    akan lebih baik dibandingkan dengan membuat catatan, sebab dengan membuat

    rangkuman, siswa akan memiliki kemampuan mengorganisasikan dan memiliki

    materi yang penting.

    Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai dua

    tujuan pembelajaran, yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan

    memberikan peluang kepada siswa untuk belajar bekerja sama dan

    berkolaborasi.

    F.3 STAD (Student-Team Achievement Division)

    Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menekankan pada ciri

    pembelajaran langsung dan merupakan model yang sangat mudah untuk

    diterapkan dalam pembelajaran. Model ini didasarkan pada prinsip bahwa

    siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap

    belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri.

    12

  • Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, kelompok yang

    terdiri atas 4-5 siswa harus mewakili keseimbangan kelas dalam kemampuan

    akademik, jenis kelamin, dan ras. Slavin menyarankan peringkat para siswa

    dalam kemampuan akademik sebaiknya dibuat terlebih dahulu. Masing-masing

    kelompok terdiri atas siswa dari kelompok atas, seorang dari kelompok bawah

    dan dua orang siswa dengan kemampuan rata-rata. Hal ini bertujuan agar

    diperoleh kesetaraan pada masing-masing kelompok tersebut. Peneliti

    memandang tipe STAD sebagai tipe yang paling sederhana dari tiga tipe

    kooperatif lainnya. Tipe STAD memberikan keleluasaan kepada siswa untuk

    berdiskusi serta memecahkan masalah dalam pembelajaran. Tipe STAD juga

    dapat melatih keterampilan sosial siswa karena siswa belajar dalam kelompok

    yang heterogen dari segi kemampuan akademik, ras, umur, dan jenis kelamin.

    Kemampuan untuk menghargai pendapat orang lain, siap menerima kritik dan

    saran dari orang lain, juga dapat dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif

    tipe STAD.

    Dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini,

    menurut Slavin (1995:71-73), ada lima komponen utama yang perlu

    diperhatikan, yaitu tahap penyajian kelas, belajar dalam kelompok, tes/kuis,

    skor kemajuan individu, dan penghargaan kelompok. Menurut Slavin (dalam

    Aryana, 2006:8), sintaks pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai

    berikut.

    a. Presentasi kelas

    Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode

    ceramah dan diskusi. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama guna

    persiapan untuk mengikuti tes berikutnya.

    b. Kerja kelompok

    Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, peran siswa

    bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan

    jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja

    sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami

    materi-materi pelajaran.

    13

  • c. Tes (kuis)

    Setelah kegiatan presentasi guru dan kelompok, siswa diberikan tes secara

    individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling

    membantu.

    d. Peningkatan skor individu

    Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor hasil tes yang tinggi

    karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-

    rata kelompok.

    e. Penghargaan kelompok

    Kelompok yang mencapai rata-rata tinggi (sesuai dengan yang telah

    ditetapkan sebelumnya), diberikan sertifikat atau penghargaan.

    Menurut Slavin (1995) keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe

    STAD adalah sebagai berikut.

    a. Siswa tidak bisa bekerja sama dalam mengerjakan soal yang diberikan guru.b. Siswa termotivasi untuk meningkatakan prestasi belajar.c. Suasana belajar selama kegiatan PBM nampak bebas, ceria gairah, dan

    kondusif.d. Siswa mudah memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses

    pembelajaran.e. Siswa lebih terangsang dan terbiasa mengerjakan tugas secara mandiri

    maupun kelompok.f. Dapat menumbuhkan motivasi intrinsik. g. Dapat menumbuhkan sikap siswa untuk lebih tertarik, tidak mudah

    menyerah dan aktif menyelesaikan tugas.h. Dapat berkolaborasi dengan teman.i. Guru dapat menggunakan cara sendiri untuk mengelola kelas.

    Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

    adalah sebagai berikut.

    a. Tidak bisa digunakan untuk pembelajaran yang membutuhkan penjelasanobjektif.

    b. Ada siswa yang paling menonjol.c. Guru dituntut membantu persiapan mengajar yang mantap dan ditunjang

    penguasaan materi bahan ajar yang luas.

    14

  • d. Siswa terbiasa mengerjakan soal secara berkelompok. e. Adanya perbedaan perbedaan metode dalam memberikan pelajaran.

    Menurut Slavin (dalam Yuliantara, 2007:8) menyatakan STAD terdiri

    dari siklus kegiatan pembelajaran sebagai berikut.

    a. Mengajar/Penyajian Kelas

    Guru menyajikan materi pelajaran. Penyajian materi meliputi tiga

    komponen, yakni pendahuluan, pengembangan dan praktek terbimbing.

    Dalam pendahuluan, guru membangkitkan keingintahuan siswa terhadap

    materi yang akan diajarkan. Dalam latihan terbimbing siswa diberikan

    kesempatan mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan guru.

    b. Belajar Dalam Kelompok

    Belajar dalam kelompok ini, siswa diajarkan untuk belajar bekerja sama

    dalam latihan keterampilan yang sedang dipelajarinya dan untuk mengakses

    dirinya sendiri dan teman sesama tim. Siswa bekerja sama dalam kelompok

    masing-masing untuk menguasai materi pelajaran. Dengan bertukar

    pendapat, jawaban atas materi atau soal yang sedang dibahas anggota

    kelompok dapat berinteraksi dimana anggota yang pintar dapat menjadi

    tutor bagi anggota yang berkemampuan kurang.

    c. Tes

    Siswa mengerjakan kuis atau penilaian lainnya secara individual. Hal ini

    bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami materi

    ajar yang telah dipelajari dalam diskusi kelompok. Serta menentukan skor

    yang akan mereka peroleh guna menentukan skor kelompok.

    d. Penghargaan Kelompok

    Penghitungan skor kelompok didasarkan pada skor peningkatan anggota

    kelompok. Adapun penghitungan poin peningkatan dan kriteria penghargaan

    kelompok menurut Slavin (1995) menggunakan acuan sebagai berikut :

    Tabel 01. Perhitungan Nilai PeningkatanNo Skor Tes Skor Kemajuan

    1 Lebih dari 10 point di bawah skor awal 5

    2 Antara 1 sampai 10 poin di bawah skor awal 10

    15

  • 3 Antara 0 sampai 10 poin di atas skor awal 20

    4 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

    5 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

    Tabel 02. Kriteria dan Predikat Kemajuan Kelompok KooperatifNo Kriteria (Rerata

    Kelompok)Predikat

    1 X < 15 Tanpa Predikat

    2 15 X < 20 Kelompok Cukup (good team)

    3 20 X < 25 Kelompok Baik (great team)

    4 X 25 Kelompok Sangat Baik (super team)

    F.4 Lembar Kerja Siswa (LKS)

    Teori belajar yang melandasi belajar dengan menggunakan LKS adalah

    teori belajar Cognitive Development dari Piaget teori belajar Discovery

    Learning dari Bruner (dalam Gatrini, 2005: 31). Kedua teori belajar tersebut

    menekankan bahwa dalam proses belajar selalu dituntut adanya aktivitas dari

    siswa. aktivitas-aktivitas itu dapat menunjang proses perkembangan

    intelektual, dapat menunjang perkembangan mental siswa, sehingga dalam

    proses belajar mengajar diharapkan siswa tidak hanya mendengar dan mencatat

    tetapi dapat berinteraksi secara langsung dengan objek atau lingkungannya.

    Yang dimaksud dengan lembar kerja siswa (LKS) adalah lembar

    duplikat yang dibagikan kepada siswa di suatu kelas untuk melakukan kegiatan

    (aktivitas) belajar mengajar (Tim PKG matematika dalam Bajeggiarta, 2003:

    18). Lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisikan informasi serta

    intruksi yang ditujukan untuk mengarahkan siswa bertingkah laku sebagaimana

    diharapkan pembuatnya (pengajar). Lembar kerja siswa yang baik adalah

    lembar kerja siswa yang mampu menjadikan pelajar mempunyai keinginan

    untuk beraktivitas sesuai dengan intruksi. Pada dasarnya lembar kerja siswa

    sangat tepat digunakan untuk tujuan menjadikan pelajar bekerja secara mandiri.

    16

  • Lebih lanjut Depdikbud 1995 (dalam Riani, 2001: 7) menyatakan

    bahwa lembar kerja siswa adalah lembar kerja yang isinya berisi informasi dan

    tugas guru kepada siswa, agar dapat mengerjakan sendiri suatu aktivitas belajar

    melalui praktek atas penerapan hasil belajar untuk mencapai tujuan pendidikan.

    Jadi berdasakan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

    lembar kerja siswa merupakan lembar yang ditujukan untuk mengarahkan

    siswa agar bertingkah laku sebagaimana diharapkan oleh pembuat (pengajar)

    yang berisi informasi dan tugas guru kepada siswa, serta berisi pedoman bagi

    siswa untuk melakukan kegiatan agar siswa memperoleh pengetahuan dan

    keterampilan yang perlu dikuasai.

    Pada dasarnya LKS sangat tepat digunakan untuk menjadikan siswa

    lambat laun bekerja secara mandiri. Selain itu melalui LKS siswa akan mampu

    mengingat suatu konsep lebih lama bahkan permanen karena konsep tersebut

    diperolehnya melalui keterlibatan mental/berpikir mandiri.

    Menurut Suwarti (dalam Naya, 2006), pemberian LKS berpengaruh

    positif terhadap pemahaman konsep dibandingkan tanpa LKS. Hal ini

    disebabkan karena adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses

    pembelajaran memegang peranan penting menuju tercapainya interaksi belajar

    siswa secara optimal.

    Dalam pembelajaran LKS mempunyai empat fungsi sebagai berikut.

    a. Sebagai kegiatan latihanKemampuan merupakan perwujudan dari perbuatan dan pikiran sepertimenghitung, mengukur, mengidentifikasi, mengamati, menyimpulkan,menerapkan dan mengkomunikasikan yang dapat dikembangkan melaluilatihan. LKS dapat digunakan sebagai sarana latihan bagi siswa yang dapatmembantu siswa memahami materi. Semakin sering latihan siswa semakiningat dengan konsep-konsep yang digunakan untuk menyelesaikan tugasyang terdapat dalam LKS.

    b. Untuk kegiatan diskusiPermasalahan yang terdapat dalam LKS digunakan siswa untuk kegiatandiskusi dalam kelompok kecil yang dibentuk oleh guru atas kesepakatansiswa dengan guru. Interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa denganguru menyebabkan proses pembelajaran menjadi lebih dinamis. Sejalandengan hal tersebut interaksi banyak arah akan dapat mengoptimalkan

    17

  • proses pembelajaran seperti yang dikemukakan Yomanto (dalam Naya,2006) bahwa proses pembelajaran yang optimal terjadi apabila siswamaupun guru yang membelajarkan siswa memiliki kesadaran dankesengajaan dalam proses pembelajaran. Diskusi antar siswa dalamkelompok akan banyak manfaatnya bagi siswa sendiri sebagaimanadiungkapakan Ruseffendi (dalam Naya, 2006) bahwa dalam diskusi siswadituntut selalu aktif berpartisipasi, siswa dilatih berpikir kritis, siapmengemukakan pendapat dengan tepat, berpikir secara objektif danmenghargai pendapat orang lain.

    c. Untuk penemuanDalam LKS siswa dibimbing untuk menyelidiki suatu situasi atau keadaantertentu agar menemukan pola situasi tersebut sehingga dapat membuatsuatu hipotesa, perkiraan atau dugaan. Penemuan yang dimaksud disinibukan penemuan sungguhan, sebab apa yang ditemukan itu sebenarnyasudah ditemukan sebelumnya akan tetapi belajar menemukan itu pentingsebab dengan menemukan sendiri siswa akan lebih paham dengan apa yangdipelajari.

    d. Untuk penerapanMelelui LKS, siswa dibimbing menuju suatu metode penyelesaian soaldengan menggunakan konsep-konsep yang dimiliki oleh siswa. Hal ini akanberguna jika penyelesaian soal aplikasi yang memerlukan banyak langkahatau menerangkan gambar/diagram yang berlatar belakang pengetahuanyang berbeda.

    Adapun manfaat yang diproleh dari proses pembelajaran yang

    menggunakan lembar kerja siswa menurut Suwindra (2001: 30) adalah sebagai

    berikut.

    a. Dapat meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan lembarkerja siswa mereka harus dituntut membaca buku materi yang sesuai denganyang ada pada lembar kerja siswa, sehingga arah belajar lebih jelas.

    b. Siswa akan menyadari kekeliruannya atau kesalahannya tentang apa yangmereka kerjakan dalam lembar kerja siswa setelah diadakan diskusi danmereka dituntut untuk berupaya memperbaikinya.

    c. Siswa mampu mengukur kemampuannya karena dalam lembar kerja siswasudah ada upaya memunculkan daya nalar siswa dan menyimpulkan suatukonsep.

    18

  • d. Proses pembelajaran akan menjadi lebih terencana karena setiap kalimengerjakan lembar kerja siswa suatu konsep diharapkan terselesaikan.

    e. Pemahaman konsep akan menjadi lebih terstruktur, karena urutan pemberianmateri telah terencana dalam lembar kerja siswa.

    Menurut Nurdiana (2002: 20) menyatakan peranan LKS adalah sebagai

    berikut.

    a. Adapun peranan LKS bagi guru adalah sebagai berikut.1) Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau

    memperkenalkan suatu kegiatan tertentu.2) Dapat mempercepat proses pembelajaran atau menghemat waktu belajar.3) Dapat disiapkan sewaktu jam bebas sebelum memasuki kelas serta dapat

    dibagikan secara cepat kepada siswa untuk dapat segera dipelajari.4) Dapat memudahkan penyelesaian tugas perorangan atau kelompok kecil

    karena siswa dalam menyelesaikan tugas itu sesuai dengan kecepatannyakarena tidak setiap siswa dapat memahami keadaan itu pada setiapkeadaan dan waktu yang sama.

    5) dapat meringankan kerja guru dalam memberi bantuan perorangan ataumelakukan remidial untuk pengelolaan kelas besar.

    b. Sedangkan peranan LKS bagi siswa adalah sebagai berikut.1) Dapat membangkitkan minat siswa dalam belajar jika LKS disusun

    secara menarik.Jika LKS disusun secara menarik seperti tulisannya yang sistematis,berwarna dan bergambar maka akan dapat meningkatkan minat siswauntuk mengerjakannya. Meningkatnya minat siswa sangat besarpangaruhnya terhadap pemahaman siswa.

    2) Sebagai pembimbing siswa dalam memecahkan masalah.Belajar tidak harus dilakukan dalam kelas di bawah bimbingan guru akantetapi dapat pula dilakukan dimana saja sepanjang siswamenginginkannya. Agar siswa menjadi terbimbing dan memperoleh hasilberupa pemahaman konsep yang maksimal maka perlu diarahkan denganmenggunakan LKS.

    19

  • Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Suwarti(dalam Naya, 2006)

    bahwa setiap siswa yang mengerjakan tugas dengan menggunakan LKS akan

    lebih berhasil dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan LKS.

    F.5 Hasil Belajara. Pengertian Hasil Belajar

    Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses, terjadinya interaksi

    guru-siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yakni kegiatan

    belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Titik berat proses pembelajaran ialah

    kegiatan siswa belajar. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya

    perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi

    tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku manusia terdiri

    dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan aspek-

    aspek tersebut. Gagne, Coombs (dalam Sudjana, 2005:8) menyatakan hasil

    belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh dari kegiatan belajar.

    Mulyono (2003:37) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan yang

    diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dari pendapat yang

    disampaikan kedua tokoh di atas, dapat dijelaskan bahwa terdapat kesamaan

    tentang batasan hasil belajar yaitu perubahan tingkah laku maupun kemampuan

    akibat dari kegiatan belajar.

    Pendapat lain mengenai hasil belajar dikemukakan oleh John. M Kaller

    (dalam Mulyono, 2003:38) menyampaikan hasil belajar sebagai keluaran dari

    suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi. Sejalan

    dengan itu, AJ. Romiszowski (dalam Mulyono, 2003:38) menyatakan hasil

    belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan

    (inputs). Dari pendapat yang telah disampaikan selain berbentuk perubahan

    tingkah laku maupun kemampuan hasil belajar juga dapat diartikan lebih luas

    yaitu sebagai keluaran (outputs) dari pemrosesan masukan (inputs) yang

    berupa informasi.

    Batasan-batasan mengenai hasil belajar lebih jelas dikemukakan oleh

    Dimyati dan Moedjiono (1994:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu

    interaksi tindak mengajar. Dalam hal ini ditekankan harus adanya interaksi

    dari tindakan mengajar atau menstransfer ilmu pengetahuan.

    20

  • Dari batasan-batasan tersebut hasil belajar dapat didefinisikan sebagai

    kemampuan aktual yang dapat diukur dan berwujud penguasaan ilmu

    pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai yang dicapai siswa sebagai

    hasil dai proses belajar. Hasil yang diperoleh akan dinyatakan dalam bentuk

    nilai yang disebut hasil belajar. Hasil belajar tidak hanya menyangkut aspek

    kognitif saja, tetapi juga mengenai aspek afektif yang menyangkut perubahan

    sikap serta aspek psikomotorik yang memberikan suatu keterampilan pada

    peserta didik yang perlu ditanamkan dan dibina melalui mata pelajaran yang

    telah diberikan.

    Berdasar pada beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

    batasan mengenai hasil belajar yaitu kemampuan atau keluaran (outputs) yang

    dapat diukur mengenai penguasaan di bidang kognitif (penguasaan intelektual),

    bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai), serta psikomotor

    (berhubungan dengan penguasaan keterampilan) yang dicapai siswa sebagai

    hasil dari dilakukannya proses belajar.

    Menurut Benjamin S. Bloom (dalam Mulyono, 2003:38) menyatakan

    ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afekif dan psikomotorik.

    Sejalan dengan itu Sudjana (2005:49) menyatakan bahwa, tujuan pendidikan

    yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang

    kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungn dengan sikap dan

    nilai), serta bidang psikomotor (kemampuan/keterampilan

    bertindak/berperilaku). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

    belajar dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

    Sedangkan Gagne (dalam Suastana, 2007:13) menyatakan lima macam

    hasil belajar antara lain : 1) informasi verbal, 2) keterampilan-keterampilan

    intelektual, 3) strategi kognitif, 4) sikap-sikap, dan 5) keterampilan-

    keterampilan motorik.

    Dari pendapat di atas, hasil belajar dibedakan menjadi lima macam.

    Tetapi dari kelima macam hasil belajar tersebut dapat digolongkan kedalam

    tiga ranah atau domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

    Sedangkan Kingsly (dalam Suastana, 2007:14) membagi tiga macam

    hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan

    21

  • pengertian, (c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing digolongkan dapat diisi

    dengan bahan ditetapkan dalam kurikulum sekolah. Dari pendapat ini

    diketahui macam hasil belajar juga dikelompokkan kedalam tiga ranah atau

    domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

    Jadi dari beberapa pernyataan tentang macam hasil belajar di atas, dapat

    disimpulkan bahwa hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu aspek

    kognitif (penguasaan intelektual), aspek afektif (berhubungan dengan sikap dan

    nilai), serta aspek psikomotor (kemampuan/keterampilan

    bertindak/berperilaku).

    b. Ciri-ciri Hasil Belajar

    Setiap bahan pelajaran yang disajikan oleh pembimbing dalam

    pelajaran akan selalu mengukur suatu keberhasilan lewat hasil belajar. Dimyati

    dan Mudjiono (1994:110) mengungkap hasil belajar yang sering dilihat di

    lapangan, yaitu mencakup: (1) kemampuan untuk mengingat kembali

    informasi bahan ajar, (2) kemampuan untuk mengungkap kembali hal yang

    dimengerti, (3) kemampuan untuk menerapkan informasi, (4) kemampuan

    untuk menilai informasi. Pemaparan yang dikemukakan di atas ialah hasil

    belajar yang sering ditemui di lapangan pada siswa atau pada diri si pebelajar.

    Jadi, jelas bahwa hasil belajar merupakan hasil dari adanya suatu

    interaksi tindak belajar dan tindak mengajar sehingga menyebabkan perubahan

    tingkah laku peserta didik dalam aspek kognitif (pemahaman), aspek

    psikomotorik (keterampilan), dan aspek afektif (sikap). Dari sisi guru tindak

    mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar terhadap siswa yang

    dinyatakan dengan kecakapan atau keterampilan tertentu.

    c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dalam diri siswa

    (internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal).

    Soemadi Suryabrata (1981:7) menyatakan bahwa hasil belajar

    dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar individu. Faktor dalam meliputi:

    keadaan indera, kematangan, intelegensi, bakat, minat dan sebagainya.

    Pendapat ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh A.A.

    Agung (2001:2) menyatakan hasil pembelajaran atau pelatihan dapat

    22

  • dipengaruhi oleh faktor raw input (pengetahuan awal peserta didik,

    kemampuan, dan lain-lain) dan faktor environmental input, serta proses belajar

    mengajar/pelatihan. Dari pendapat tersebut diketahui bahwa hasil belajar

    dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar

    individu.

    Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdapat dalam

    sistem pendidikan. Hal ini juga dinyatakan oleh Tabrani Rusyan (1993:32)

    hasil belajar yang dicapai siswa banyak ditentukan oleh faktor psikologis

    seperti : kecerdasan, motivasi, perhatian, penginderaan dan cita-cita peserta

    didik, kebugaran fisik, dan mental serta lingkungan belajar yang menunjang.

    Dari pendapat tersebut juga dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi

    hasil belajar pada intinya bersumber dari luar dan dalam diri individu.

    Suharsimi Arikunto dan Cepi Saffarudin Abdul Jabar (2004:2)

    menyatakan:

    Tiga faktor yang berpengaruh dan menentukan tinggi rendahnyaprestasi belajar peserta didik yaitu : 1). Keadaan fisik dan psikis siswayang ditunjukkan oleh IQ (kecerdasan intelektual), EQ (kecerdasanemosi), kesehatan, motivasi, ketekunan, ketelitian, keuletan dan minat.2). Guru yang mengajar dan membimbing siswa seperti latar belakangpenguasaan ilmu, kemampuan mengajar, perlakuan terhadap siswa. 3).Sarana pendidikan yaitu, ruang tempat belajar, alat-alat belajar, mediayang digunakan guru dan buku sumber belajar.

    Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor dari

    dalam dan faktor dari luar individu. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

    tidak hanya berkaitan dengan proses belajar saja, tetapi juga faktor lain yang

    bisa membawa dampak terhadap pencapaian hasil belajar yang optimal.

    F.6 Kerangka Berpikir

    Pada saat ini, masih seringkali ditemukan adanya pembelajaran IPA

    yang masih bersifat teacher centered, dimana guru lebih mendominasi dalam

    proses pembelajaran. Guru berasumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan

    secara utuh dari pikiran guru kepikiran siswa. Seperti yang sudah dikemukakan

    di deskripsi teoritis di atas, bahwa pembelajaran dengan menggunakan

    pendekatan kontekstual mampu membawa konteks kehidupan sehari-hari siswa

    23

  • ke dalam materi pembelajaran, siswa mampu mengkonstruksi atau membangun

    pengetahuannya sendiri melalui keterlibatan siswa dalam memecahkan suatu

    permasalahan.

    Salah satu pembelajaran yang menonjolkan aspek pengetahuan awal

    dan guru dapat mengetahui lebih efektif setiap karakteristik siswa adalah

    pembelajaran dengan model kooperatif. Di lain hal, model pembelajaran

    kooperatif merupakan salah satu alternatif dalam memecahkan masalah dalam

    proses belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif akan membantu siswa

    dalam memecahkan masalahnya sendiri melalui proses pemecahan masalah

    dalam kelompoknya.

    Model pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa lebih banyak

    melakukan sendiri proses belajarnya dan menjadikan pelajaran yang

    diperolehnya lebih bermakna. Siswa dituntut selalu berpikir untuk menghadapi

    masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan materi pelajaran yang

    dibahas. Dari proses berpikir ini siswa diharapkan dapat menyelesaikan

    masalah-masalah yang dihadapi.

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada upaya

    peningkatan dalam bidang pendidikan. Pendekatan kontekstual mengubah

    paradigma belajar dari yang semula proses pembelajaran berpusat pada guru

    (teacher center) berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa

    (student center).

    Perlunya guru menciptakan suasana kelas yang kolaboratif bukan

    nuansa yang sifatnya kompetitif atau dengan kata lain sifat ego antar siswa

    masih tinggi tidak mau berbagi dengan yang lain, nuansa kompetitif harus

    dihindari dengan tujuan memunculkan interaksi siswa yang positif untuk

    mencapai tujuan belajar bersama. Salah satu pembelajaran yang memiliki

    aspek kolaborasi antar siswa adalah model pembelajaran kooperatif

    Dalam pembelajaran koperatif siswa memiliki tanggung jawab terhadap

    pembelajaran, mampu mengembangkan keterampilan berpikir, saring dengan

    teman yang sebaya atau guru. Dari karakteristik pembelajaran IPA yang

    bersifat tidak tetap kebebasan memegang kunci dalam belajar IPA dan belajar

    IPA tidaklah terlepas dari dunia nyata. Selain menerapkan model pembelajaran

    24

  • inovatif secara umum, dalam proses pembelajaran, guru juga harus

    memperhatikan berbagai macam karakteristik anak didik mulai dari cara

    mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap, kecerdasan dan masih

    banyak karakteristik siswa lainnya, guna menapai proses belajar yang

    maksimal.

    F.7 Hipotesis

    Berdasarkan teori dan kerangka berfikir di atas, dapat diajukan hipotesis

    yang dirumuskan sebagai berikut.

    a. Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapatmeningkatkan hasil belajar IPA pada siswa Kelas VI Sekolah Dasar NegeriNo. 2 Selat

    G. METODE PENELITIANG.1 Jenis Penelitian

    Penelitian yang akan dilaksanakan ini termasuk jenis penelitian

    tindakan kelas (PTK). Penelitian dirancang dalam tiga siklus, dimana setiap

    siklus melibatkan empat tahap diantaranya tahap perencanaan tindakan,

    pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Alur penelitiannya

    dapat digambarkan seperti berikut.

    Gambar 1. Model PTK Tiga Siklus

    25

    Siklus 3Perencanaan 3Tindakan 3Obsevasi dan evaluasi 3Refleksi 3

    Siklus 2Perencanaan 2Tindakan 2Obsevasi dan evaluasi 2Refleksi 2

    Siklus 1Perencanaan 1Tindakan 1Obsevasi dan evaluasi 1Refleksi 1

    Laporan

  • (diadaptasi dari Kismmis dan Taggart)

    G.2 Penelitian dan Tempat Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di SD Negeri No. 2 Selat. Subjek penelitian ini

    adalah siswa kelas VI SD Negeri No. 2 Selat tahun ajaran 2009/2010 yang

    berjumlah 20 orang dengan 10 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa

    perempuan. Siswa ini dipilih menjadi subjek penelitian mengingat di kelas VI

    ini ditemui permasalahan-permasalahan seperti yang telah dipaparkan dalam

    latar belakang.

    G.3 Objek Penelitian

    Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPA

    G.4 Rancangan Penelitian

    Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga

    siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan,

    (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Secara lebih rinci prosedur

    penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.

    a. Refleksi awal

    Kegiatan refleksi awal ini meliputi wawancara, dan observasi kelas dengan

    guru IPA kelas VI SD Negeri No.2 Selat Karangasem. Observasi dan

    wawancara ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas

    mengenai masalah yang dihadapi di sekolah bersangkutan terkait dengan

    pembelajaran IPA. Hasil wawancara dan observasi kelas telah dipaparkan

    pada bagian latar belakang.

    Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kelas selanjutnya diperoleh

    kesepakatan untuk memecahkan masalah yang dipaparkan dalam latar

    belakang (rendahnya hasil belajar IPA), dengan menerapkan model

    pembelajaran kooperatif tipe STAD.

    b. Pelaksanaan Tindakan

    Pelaksanaan penelitian terdiri atas beberapa kegiatan sebagai berikut.

    26

  • 1) Persiapan

    Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai

    berikut.

    a) Mensosialisasikan rencana penerapan model pembelajarankooperatif tipe STAD berbantuan LKS.

    b) Membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang dengankemampuan akademik yang heterogen.

    c) Menentukan materi ajar serta mengelompokkannya ke dalam 3siklus.

    d) Menyusun rencana pembelajaran untuk siklus 1.e) Mempersiapkan LKS.f) Menyusun instrumen penelitian.g) Penyamaan persepsi dengan guru mata pelajaran IPA kelas VI SD

    Negeri No. 2 Selat Karangasem mengenai penerapan modelpembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan LKS.

    2) Pelaksanaan penelitian

    Dalam penelitian ini akan dilakukan tindakan yang dibagi

    menjadi 3 siklus.

    Siklus I

    Dalam siklus ini akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai

    berikut.

    a) Perencanaan tindakan

    Perencanaan tindakan pada siklus I kegiatannya sama seperti pada

    tahap persiapan sebagaimana dipaparkan di atas. Kegiatannya disini

    adalah mensosialisasikan rencana penerapan model pembelajaran

    kooperatif dengan belajar mandiri berbantuan LKS, membentuk

    kelompok yang beranggotakan 4-5 orang dengan kemampuan

    akademik yang heterogen, menentukan materi ajar serta

    mengelompokkannya ke dalam 3 siklus, menyusun rencana

    pembelajaran untuk siklus 1, mempersiapkan LKS, menyusun

    instrumen penelitian, penyamakan persepsi dengan guru mata

    pelajaran IPA kelas VI SD Negeri No. 2 Selat Karangasem mengenai

    27

  • penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan

    LKS.

    b) Pelaksanaan tindakan

    Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, guru melaksanakan

    pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun

    pada tahap perencanaan yaitu rencana pembelajaran yang mengacu

    pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

    berbantuan LKS. Pada kesempatan ini peneliti melakukan observasi

    kelas dengan berlandaskan pada instrumen yang telah disusun pada

    tahap persiapan. Dalam melaksanakan pembelajaran di kelas guru

    juga berpegang pada strategi pembelajaran yang telah disepakati

    pada saat penyamaan persepsi.

    c) Observasi dan Evaluasi

    Seperti yang telah diuraikan di atas, peneliti melakukan observasi

    kelas untuk memperoleh gambaran mengenai hambatan yang dialami

    serta hasil yang diperoleh dari penerapan pembelajaran yang telah

    disepakati dengan guru. Kemudian atas dasar observasi kelas yang

    dilakukan beberapa kali selama kegiatan siklus I, peneliti bersama

    guru melakukan evaluasi terhadap hasil yang dicapai dari penerapan

    tindakan yang direncanakan, sehingga dapat dirumuskan kembali

    penyempurnaan tindakan yang telah dilakukan.

    d) Refleksi

    Pada akhir siklus I ini peneliti bersama guru melakukan refleksi

    terhadap hasil yang dicapai selama ini. Berdasarkan hasil refleksi ini

    peneliti bersama guru mencoba merumuskan tindakan baru sebagai

    penyempurnaan terhadap tindakan yang telah dilaksanakan selama

    ini. Tindakan yang dihasilkan melalui kegiaatan refleksi pada akhir

    siklus I ini, akan dipakai pada tindakan dalam siklus II.

    Siklus II

    Kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini pada prinsipnya sama

    dengan kegiatan pada siklus I yaitu terdiri atas tahap persiapan,

    28

  • pelaksanaan tindakan, observasi, dan evaluasi, serta refleksi akhir

    siklus. Hanya saja pada siklus ini tindakan yang dilaksanakan adalah

    tindakan berupa tindakan yang merupakan hasil penyempurnaan

    terhadap tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I. Kemudian

    hasil refleksi pada akhir siklus II akan digunakan sebagai dasar untuk

    penyempurnaan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus III.

    Siklus III

    Kegiatan yang dilakukan pada siklus III ini pada prinsipnya sama

    dengan kegiatan pada siklus II. Hanya saja, pada siklus ini tindakan

    yang dilaksanakan adalah berupa tindakan yang merupakan hasil

    penyempurnaan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus II. Dengan

    demikian, tindakan pada siklus III pada dasarnya telah mengalami

    penyempurnaan sebanyak dua kali, sehingga diharapkan telah mampu

    mencapai tujuan yang diinginkan pada penelitian ini. Dengan kata lain,

    semua permasalahan yang dirumuskan di atas telah dipecahkan. Pada

    akhir siklus III ini akan dilakukan suatu refleksi yang merupakan

    refleksi akhir, guna merumuskan hasil dari semua kegiatan yang

    dilaksanakan dalam penelitian ini.

    3) Refleksi

    Dalam penelitian ini refleksi yang dilakukan terdiri atas refleksi

    pada akhir siklus dan refleksi pada akhir kegiatan penelitian. Refleksi

    pada akhir silkus I dimaksudkan untuk menyempurnakan tindakan yang

    telah dilaksanakan pada siklus I tersebut sehingga tindakan yang

    dilaksanakan pada siklus II lebih baik dari pada siklus I. Kemudian

    refleksi pada akhir siklus II dimaksudkan untuk memperoleh bahan

    pertimbangan guna menyempurnakan tindakan yang telah dilaksanakan

    pada siklus II tersebut sehingga tindakan yang dilaksanakan pada siklus

    III lebih baik dari pada siklus II. Setelah terlaksananya tindakan pada

    siklus III, pada akhir siklus III akan dilakukan suatu refleksi kembali

    guna memperoleh gambaran mengenai hasil penelitian secara

    keseluruhan.

    29

  • G.5 Metode Pengumpulan Data

    Data yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah hasil belajar

    siswa pada mata pelajaran IPA. Metode pengumpulan data yang digunakan

    adalah tes. Metode tes adalah suatu tugas yang harus dikerjakan oleh seorang

    atau sekelompok orang yang di tes dan dari tes itu menghasilkan skor, dan

    selanjutnya skor tersebut dibandingkan dengan suatu kriteria atau standar

    tertentu (A.A Gede Agung, 2003). Pada bagian lain dinyatakan bahwa tes

    adalah alat ukur yang diberiksn kepada individu untuk mendapatkan jawaban-

    jawaban yang diharapkan baik secara tertulis, secara lisan, ataupun secara

    perbuatan (Nana Sudjana,1988: 100)

    Tabel 0.1 Metode Pengumpulan Data

    No Variabel Metode Instrumen Sumber Data Sifat Data

    1 Hasil belajar

    IPA

    Tes Tes hasil

    belajar

    Siswa Interval

    (Skor)

    Mengolah data yang telah dikumpulkan dari hasil penelitian kemudian

    dianalisis dengan memakai metode analisis statistik deskriptif dan metode

    deskriptif analisis kuantitatif.

    a. Metode Analisis Statistik Deskriptif

    Metode analisis statistik deskriptif adalah suatu cara pengolahan data

    yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif

    seperti: frekuensi, grafik, angka, rata, median, modus untuk

    menggambarkan suatu objek tertentu sehingga kesimpulan umum (A.A

    Gede Agung, 2003: 76).

    Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk: a) tabel distribusi,

    b) menghitung modus, median dan mean c) grafik poligon d) mencari

    tingkat keaktifan dan hasil belajar. Rumus-rumus yang digunakan dalam

    menganalisis data pada penelitian ini adalah.

    1) Menghitung Mean (M)Untuk menghitung mean digunakan rumus rumus sebagai berikut.

    30

  • nf

    iMTM'

    (Jampel, 2005: 120)Keterangan :

    M : MeanMt : Mean Terkaan = fki : Panjang kelas interval X : Simpangan pada daerah Mtf : Frekuensin : Banyaknya data = f

    2) Menghitung Median (Me)Untuk menghitung Median rumus yang digunakan adalah sebagaiberikut.

    fm

    fkbniBMe 2

    1

    (Jampel, 2005: 123)

    Keterangan :

    Me : MedianB : batas bawahi : panjang intervalFm : Frekuensi pada daerah median fkb : Frekuensi komulatif di bawah kelas interval yang

    mengandung median

    3) Menghitung Modus (Mo)Untuk menghitung Modus digunakan rumus sebagai berikut.

    21

    1

    bbbiBMo

    (Jampel, 2005: 123)Keterangan :

    Mo : ModusB : Batas bawah kelas interval yang mengandung modusi : Panjang Intervalb1 : Frekuensi tertinggi frekuensi terendah kelas interval yang

    lebih rendahb2 : Frekuensi tertinggi frekuensi terendah kelas interval yang

    lebih tinggi

    b. Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif

    31

  • Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengumpulan

    data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk

    angka-angka dan atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti

    sehingga diperoleh kesimpulan umun (A.A Gede Agung, 1998: 76). Metode

    ini digunakan untuk menentukan hasil belajar siswa yang dikonversikan ke

    dalam penilaian acuan patokan (PAP Skala 5).

    Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil belajar adalah sebagai

    berikut.

    P= MSMI x 100%

    Keterangan: P = persentase tingkat penguasaan kelas

    M = skor rata-rata SMI = Skor Maksimal IdealHasilnya dikonversikan dengan PAP Skala 5 sebagai berikut.

    Prsentase RentangSkor

    Nilai Huruf Nilai Angka Kriteria

    (1) (2) (3) (4) (5)

    90%-100% 54-60 A 1 Sangat baik

    80%-89% 48-53 B 2 Baik

    *65%-79% 39-47 C 3 Cukup baik

    55%-64% 33-38 D 4 Kurang baik

    0%-54% 0-32 E 5 Sangat kurang

    Keterangan

    Untuk kolom (2) 54-60 dari 90/100 x 60= 54 dan 100/100 x 60 = 60,

    demikian seterusnya.

    Berdasarkan tabel konversi di atas dapat dinyatakan bahwa batas lulus siswa

    yang memiliki penguasaan 65% adalah mencapai skor sekurang-kurangnya

    39. Sedangkan yang mencapai skor 38 ke bawah dinyatakan tidak lulus.

    (A.A Gede Agung, 2001: 61-62)

    32

  • 33

  • DAFTAR PUSTAKA

    Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesuitan Belajar.Cetakan Kedua. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

    Agung, A. A. Gede. 1998. Pengantar Evaluasi Pengajaran. Singaraja: STKIPNegeri Singaraja.

    Agung, A.A. Gede. 2001. Evaluasi Pendidikan. Singaraja: STKIP NegeriSingaraja.

    Ardana, I Made. 2000. Pengembangan Pembelajaran Kooperatif TAIBerwawasan Konstruktivis sebagai upaya Penyesuaian StrategiPembelajaran dengan Kemampuan Siswa yang beragam di SLTP N 1Singaraja. Hasil penelitian (tidak diterbitkan). STKIP Singaraja.

    Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

    Aryana, I W. 2006. Penerapan Kerangka Pembelajaran TANDUR DisertaiStrategi POLYA untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan MasalahMatematika Siswa Kelas VII A SMP Negeri 4 Sukasada (tidak diterbitkan).Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

    Dimyati & Mudjono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: ProyekPembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan. DirektoratJendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

    Gatrini, Dewi Made. 2005. Penerapan Pendidikan Kontekstual Berbantuan LKSBerbasis Masalah Untuk Meningkatkan Sikap Kreatif dan PenguasaanKonsep Fisika Kelas VII SMP Laboratorium IKIP Negeri Singaraja.Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

    Jampel, I Nyoman. 2005. Statistika Deskriptif. Singaraja: IKIP N Singaraja.

    Nurdiana, I Gusti Ngurah Komang.2002. Penerapan Model Belajar MandiriMelalui Pendekatan Pemecahan Masalah Sebagai Upaya MeningkatkanHasil Pembelajaran Matematika kelas 1.2 SMU Laboratorium IKIPNegeri Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: IKIP NegeriSingaraja.

    Parwati, N. 2004. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalamRangka Mengefektifitaskan Pelaksanaan Kurikulum Berbasis KompetensiInovasi Pembelajaran Matematika di SMP Negeri 2 Singaraja. JurnalPenelitian IKIP Singaraja.

    Riani, Made. 2001. Penggunaan Lembar Kerja Siswa pada Mata PelajaranGiografi di Kelas II D Sekolah LTPN 4 Menguwi Tahun Ajaran2000/2001. Tugas Akhir (tidak diterbitkan). Singaraja: IKIP NegeriSingaraja.

    34

  • Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning Teory Reaserch And Practice SecondEditions USA: A Simon & Schoter Company.

    Suastana, I Ketut. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe StudentTeams Achievement Divisions (STAD) dengan Video Pembelajaran dalamMeningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Biologi pada Siswa Kelas XSemester I Tahun Ajaran 2007/2008 di SMA Negeri 1 Sawan (tidakditerbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

    Sudjana, H.D. 2005. Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. CetakanKeempat, Edisi Revisi. Bandung : Fallah Production.

    Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PTRemaja Rosdakarya

    Sumardi, Suryabrata. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali.

    Suryabrata, Soemardi. 1983. Pisikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa.

    Suwarti, Nyoman. 1996. Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Antara SiswaYang belajar Menggunakan LKS dan Yang Tidak Menggunakan LKS diKelas III Semester V SLTP TP 45 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan)Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam: STKIPSingaraja.

    Suwindra, I Nyoman. 2001. Penerapan Model Pembelajaran KooperatifBerbantuan LKS Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar FisikaSiswa Kelas III E SLTP Negeri 3 Singaraja. Laporan Penelitian. STKIPSingaraja.

    Tim Instruktur PKG Matematika.1983. Laporan Khusus Bidang akademikPenyelenggaraan PKG Matematika SLU Putaran IV, Kantor WilayahDepdikbud Provinsi Bali. Jakarta: Denpasar.

    Winkel. 2005. Media Pengajaran, Pengelompokan Siswa, Materi: PsikologiPengajaran. Yogyakarta: Gramedia.

    Wisna, I Putu., I Nyoman Gita., I Made Ardana. 2003. Pembelajaran MatematikaMenggunkan Lembar Kerja Berpendekatan Kontruktivisme UntukMeningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran MatematikaSekolah SMU. Laporan Penelitian. IKIP Negeri Singaraja.

    Yuliantara, Adi. 2007. Pembelajaran Tim Siswa Model Pembelajaran STAD (tidakditerbitkan). Singaraja: Undiksha.

    35