Contoh Medical Staf Bylaws

27
BUKU II MEDICAL STAFF BY LAWS BAB V NAMA, TUJUAN Pasal 9 1) Nama kelompok Dokter dan Dokter Gigi yang berhak memberikan pelayanan medik di Rumah Sakit ini adalah Staff Medik Fungsional ( SMF ) RSU Imanuel Waingapu 2) Pengelompokan anggota SMF berdasarkan bidang spesialisasi medik yang ada di RSU Imanuel Waingapu 3) Untuk Kelompok Dokter Umum masuk dalam SMF dokter umum dan untuk Kelompok Dokter gigi dan dokter gigi speasialis masuk dalam SMF dokter gigi. 4) Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) masuk dalam SMF sesuai dengan spesialisasi yang sedang diikuti.

description

MEDICAL STAF BY LAWS

Transcript of Contoh Medical Staf Bylaws

BUKU II

MEDICAL STAFF BY LAWS

BAB V

NAMA, TUJUAN

Pasal 9

1) Nama kelompok Dokter dan Dokter Gigi yang berhak memberikan pelayanan medik di Rumah Sakit ini adalah Staff Medik Fungsional ( SMF ) RSU Imanuel Waingapu

2) Pengelompokan anggota SMF berdasarkan bidang spesialisasi medik yang ada di RSU Imanuel Waingapu

3) Untuk Kelompok Dokter Umum masuk dalam SMF dokter umum dan untuk Kelompok Dokter gigi dan dokter gigi speasialis masuk dalam SMF dokter gigi.

4) Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) masuk dalam SMF sesuai dengan spesialisasi yang sedang diikuti.

5) Nama wadah profesional medis yang keanggotaannya berasal dari ketua-ketua staf medis fungsional dan atau yang mewakili disiplin ilmu tertentu adalah Komite Medik RSU Imanuel Waingapu.

Pasal 10

Tujuan dan pengorganisasian Staf Medis Fungsional adalah agar staf medis di RSU Imanuel Waingapu dapat lebih menata diri dengan fokus terhadap kebutuhan pasien sehingga menghasilkan pelayanan medis yang berkualitas dan bertanggung jawab.

Pasal 11

Secara administrasi Staf Medis Fungsional berada di bawah direktur RSU Imanuel Waingapu namun secara Fungsional sebagai profesi, anggota Staf Medis Fungsional bertanggung jawab kepada Komite Medik melalui ketua SMF.

BAB VI

PENERIMAAN, PENERIMAAN KEMBALI DAN PEMBERHENTIAN

ANGGOTA SMF

Pasal 12

Persyaratan Penerimaan Calon anggota SMF

1. Mempunyai kualifikasi pendidikan yang sah

2. Sehat jasmani dan rohani

Pasal 13

Prosedur Penerimaan Calon Anggota

Prosedur penerimaan calon anggota dilakukan sesuai dengan Standar Prosedur operasional penerimaan Staf Medis Fungsional yang disusun oleh Komite Medik.

Pasal 14

Penerimaan kembali anggota SMF

1) Apabila seorang anggota SMF dengan alasan tertentu pindah/ cuti diluar tanggungan negara sehingga tidak bisa menjalankan tugas sebagai anggota SMF

2) Apabila yang bersangkutan akan kembali anggota SMF maka yang bersangkutan diharuskan untuk mendaftar ulang sesuai dengan peraturan yang berlaku

3) Bagi anggota SMF yang pensiun bila ingin bekerja kembali di RSU Imanuel Waingapu maka 1 bulan sebelum SK pensiun keluar yang bersangkutan diharuskan untuk mengajukan permohonan untuk bekerja di RSU Imanuel Waingapu sebagai dokter tidak tetap.

Pasal 15

Tenaga Medik anggota staf Medik Fungsional di RSU Imanuel Waingapu dapat diberhentikan keanggotaanya oleh Direktur bila:

1. Meninggal dunia.

2. Memasuki masa pensiun

3. Pindah bertugas dari lingkungan RSU Imanuel Waingapu

BAB VII

KEANGGOTAAN

Pasal 16

a. Mempunyai Ijazah dari fakultas Kedokteran / Kedokteran gigi Pemerintah / swasta yang diakui Pemerintah dan memilki surat penugasan yang masih berlaku dari Departemen Kesehatan.

b. Telah melalui proses penerimaan calon anggota SMF RSU Imanuel Waingapu yang dilaksanakan oleh Komite Medik dan Direktur RSU Imanuel Waingapu

c. Memiliki surat keputusan penugasan sebagai anggota SMF dari Direktur RSU Imanuel Waingapu

d. Mengikuti program pengenalan tugas lingkungan kerja di RSU Imanuel Waingapu

e. Bersedia hanya bekerja di RSU Imanuel Waingapu pada jam kerja.

Pasal 17

1) Kategori keanggotaan SMF

a. Anggota tetap SMF, adalh dokter tetap RSU Imanuel Waingapu

b. Anggota tidak tetap SMF adalah dokter tidak tetap Rumah Sakit Umum Imanuel Waingapu

2) Masa berlaku

Keanggotaan berlaku sejak keputusan Direktur dikeluarkan sampai seluruh hak klinik anggota dicabut sesuai dengan kategori keanggotaannya.

Pasal 18

1) Tugas Staf Medik Fungsional :

a. Memberikan pelayanan Medik yang bermutu kepada penderita sesuai dengan standar pelayanan medik yan telah ditentukan oleh SMF dan disahkan oleh Direktur, dan menghormati hak pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada peserta didik yang ada dalam program SMF dan Rumah Sakit.

2) Tanggung Jawab Staf Medis Fungsional

1. Menyelesaikan dan melengkapi rekam medis penderita yang menjadi tanggung jawabnya dalam tempo 2 x 24 jam.

2. Bertanggung Jawab atas pelayanan medis yang dilaksanakan oleh PPDS yang sedang menjalani pendidikan dibawah bimbingannya.

3) Kewajiban Staf Medis Fungsional

1. Mentaati Peraturan Internal Staf Medis/Medical Staf Bylaws.

2. Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab.

3. Mengindahkan kode etik Kedokteran Indonesia dan Etika

4) Rumah Sakit Indonesia.

5) Mempunyai surat ijin praktek di Rumah Sakit Umum Imanuel Waingapu.

6) Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan Standar Presedur Operasional serta kebutuhan medis pasien.

7) Mematuhi kebijakan RSU Imanuel Waingapu tentang penggunaan obat dan formularium RS Informed Consent dan Rekam Medis Rumah Sakit Umum Imanuel Waingapu.

8) Merujuk ke staf medis yang mempunyai kemampuan/keahlian yang lebih baik apabila tidak mampu melakukan pemeriksaan atau pengobatan.

9) Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

10) Melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lian yang bertugas dan mampu melakukannya.

11) Meningkatkan pengetahuan dan mempuannya secara terus menerus dengan ikut serta secara aktif dalam program pendidikan, pelatihan, dan penelitian yang berkesinambungan dan program-program pengembangan medik lainnya yang diatur SMF dan Rumah Sakit.

12) Membangun dan membina kerjasama yang baik dengan sesama sejawat anggota SMF, paramedis dan pegawai rumah sakit lain demi kelancaran pelayanan medik.

13) Bersedia ikut dalam panitia-panitia Komite Medik dan Rumah Sakit.

14) Ikut dan aktif pada penelitian yang diprogram oleh SMF dan Rumah Sakit.

15) Tidak melibatkan diri dalam kegiatan yang patut diduga dapat merugikan penderita dan rumah sakit.

Pasal 19

Hak-hak Anggota SMF

1. Menggunakan hak klinik di RSU Imanuel Waingapu

2. Mendapatkan gaji dan tunjangan lain, hak cuti serta hak lain sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

3. Mendapatkan imbalan jasa pelayanan sesuai dengan peraturan RSU Imanuel Waingapu

4. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesinya sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku.

Pasal 20

Hak -Hak Klinik

1) Hak Klinik adalah kewenangan dari anggota SMF untuk melaksanakan pelayanan Medik sesuai dengan profesi dan keahliannya. Tanpa hak klinik maka seorang tenaga medik tidak dapat menjadi anggota SMF dan bekerja di Rumah Sakit Umum Imanuel Waingapu.

2) Hak Klinik diberikan oleh Direktur atas Rekomendasi Komite Medik / Panitia Kredensial , sesuai dengan prosedur penerimaan anggota SMF.

3) Hak Klinik diberikan kepada seorang anggota SMF untuk jangka waktu 5 tahun. Pemberian hak Klinik ulang dapat diberikan setelah yang bersangkutan mendapat resertifikasi dari organisasi profesi.

Pasal 21

Pembatasan Hak Klinik

1) Komite Medik bila memandang perlu dapat memberi rekomendasi agar anggota SMF dibatasi hak kliniknya kepada Direktur (Utama), atas rekomendasi dari Panitia Kredensial agar anggota SMF dilakukan pembatasan hak kliniknya.

2) Pembatasan hak klinik ini dapat dipertimbangakan bila anggota SMF tersebut dalam pelaksanaan tugasnya di RSU Imanuel Waingapu dianggap tidak melaksanakannya sesuai dengan standar pelayanan medis yang berlaku, dapat dipandang dari sudut kinerja klinik, sudut etik profesi dan sudut hukum.

3) Panitia Kredensial membuat rekomendasi pembatasan hak klinik anggota SMF setelah terlebih dahulu :

a. Ketua SMF mengajukan surat untuk mempetimbangkan pencabutan hak klinik dari anggota SMF nya kepada ketua Komite Medik.

b. Komite Medik meneruskan permohonanan tersebut kepada panitia kredensial untuk meneliti kinerja klinis dan etika profesi dan anggota SMF yang bersangkutan.

c. Panitia kredensial berhak memanggil anggota SMF yang bersangkutan untuk memberikan penjelasan dan membela diri setelah sebelumnya diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari bukti-bukti tertulis tentang pelanggaran yang dibuatnya.

d. Panitia kredensial dapat meminta pendapat dari pihak lain yang terkait.

Pasal 22

Pencabutan Pembatasan Hak Klinik

1) Pencabutan pembatasan hak klinik dilaksanakan oleh Direktur atas usul Komite Medik bila SMF tersebut telah melaksanakan sesuai waktu yang telah ditentukan pada saat sanksi pembatasan.

Pasal 23

Pencabutan Hak Klinik

Pencabutan Hak Klinik dilaksanakan apabila :

1. Pindah dari lingkungan RSU Imanuel Waingapu.

2. Meninggal dunia

BAB VIII

PENGORGANISASIAN STAF MEDIS FUNGSIONAL

Pasal 24

Struktur Organisasi

1) Anggota SMF dikelompokkan dalam masing-masing Staf Medik Fungsional ( SMF ) sesuai dengan profesi dan keahliannya.

2) Susunan Kepengurusan SMF terdiri dari :

a. Ketua SMF merangkap anggota.

b. Sekertaris merangkap anggota.

c. Koordinator Pelayanan merangkap anggota.

d. Koordinator Penelitian dan Pemgembangan merangkap anggota.

3) Masa bakti kepengurusan SMF adalah 5 tahun.

Pasal 25

Ketua SMF

1. Pemilihan Calon Ketua SMF dilakukan dalam rapat pleno SMF dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh Komite Medik.

2. Ketua SMF ditentukan oleh Direktur dari 2 (dua) calon yang diajukan.

3. Dalam menetukan ketua SMF tersebut, bila dianggap perlu Direktur dapat meminta pendapat Komite Medik.

4. Bila anggota SMF kurang dari 3 orang , maka penentuan ketua SMF dilakukan oleh Direktur setelah mendapat saran/masukan dari Komite Medik.

5. Ketua SMF terpilih menjadi anggota Komite Medik.

6. Tugas Ketua SMF adalah mengkoordinasikan semua kegiatan anggota SMF serta menyusun uraian tugas, wewenang dan tata kerja anggota SMF dalam SMF yang dipimpinnya.

7. Ketua SMF mempunyai kewenangan mengatur anggota SMF yang mempunyai jabatan rangkap di struktural. Bila dianggap perlu maka ketua SMF dapat membebas tugaskan yang bersangkutan dari kegiatan rutin di SMF dan menerima kembali setelah yang bersangkutan selesai dengan tugas jabatan strukturalnya.

Pasal 26

Sekretaris

1) Sekretaris dipilih oleh Ketua SMF dari anggota tetap SMF.

2) Sekretaris SMF bertugas membantu Ketua SMF dalam bidang administrasi dan manajemen.

Pasal 27

1) Koordinator Pelayanan dipilih oleh Ketua SMF dari anggota tetap SMF

2) Koordinator Pelayanan SMF bertugas membantu Ketua SMF dalam mengkoordinir kegiatan pelayanan medis.

Pasal 28

1. Koordinator Penelitian dan Pengembangan dipilih oleh Ketua SMF dan anggota tetap SMF.

2. Koordinator Penelitian dan Pengembangan SMF bertugas membantu Ketua SMF dalam mengkoordinasikan kegiatan penelitian, pengembangan dan pelatihan anggota SMF.

Pasal 29

SMF mempunyai tugas untuk melakukan pelayanan medis, penelitian pengembangan pelayanan medis sesuai dengan kemajuan ilmu kedoktern, meningkatkan keterampilan dan ilmu pengetahuan, serta memberikan pendidikan dan pelatihan kepada mahasiswa kdokteran dan tenaga kesehatan lain.

Pasal 30

Kewajiban Staf Medis Fungsional

1) SMF wajib menyusun Standar Prosedur Operasional yang terdiri dari:

a. Standar Prosedur Operasional Pelayanan Medis yang terdiri dari Standar Palayanan Medis dan Standar Prosedur Operasional Tindakan Medis . Penyusunan Standar Prosedur Opersional ini di bawah koordinasi Komite Medik.

b. Standar Prosedur Operasional bidang administrasi / manajerial yang meliputi pengaturan tugas dan wewenang anggota staf medis, jadual rapat kelompok SMF, pengaturan pertemuan klinik / presentasi kasus, pengaturan prosedur konsultansi dan peraturan lain yang dianggap perlu Penyusunan Standar Prosedur Operasional bidang Administrasi ini dibawah koordinasi Direktur Rumah Sakit.

2) SMF wajib menyusun indikator kinerja mutu klinis / mutu pelayanan medis Indikator mutu yang disusun adalah indicator output atau outcome.

Pasal 31

Kewenangan Staf Medis Fungsional

1. Memberikan rekomendasi tentang penempatan anggota SMF baru dan penempatan ulang anggota SMF kepada Direktur melalui Ketua Komite Medik.

2. Melakukan evaluasi kinerja anggota SMF didalam kelompoknya dan bersama-sama dengan komite klinis bidang medis menentukan kompetensi dari anggota SMF tersebut.

3. Melakukan evaluasi dan revisi ( bila diperlukan ) terhadap perturan internal staf medis, standar pelayanan medis , standar prosedur operasional tindakan medis dan standar prosedur operasional bidang administrasi / manejerial.

BAB IX

KOMITE MEDIK

Bagian Pertama

Nama dan struktur Organisasi

Pasal 32

(1) Nama organisasi : Komite Medik adalah wadah profesional medis yang anggotanya terdiri dari Ketua-ketua Staf Medis Fungsional dan atau yang mewakili disiplin ilmu tertentu.

(2) Komite Medik mempunyai otoritas tertinggi dalam pengorganisasian staf medis.

(3) Susunan kepengerusan Komite Medik terdiri dari :

a. Ketua merangkap anggota.

b. Wakil Ketua merangkap anggota

c. Sekretaris buka anggota

d. Anggota

(4) Masa bakti kepengurusan Komite Medik adalah 5 tahun.

(5) Kepengurusan Komite Medik dipilih melalui rapat pleno untuk memilih ketua, wakil ketua dan sekretaris.

(6) Pemilihan dilaksanakan sesuai prosedur tetap yang telah diatur di dalam Medical Staf Bylaws.

Bagian Kedua

TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG

Pasal 33

Tugas

Tugas Komite Medik :

a. Membantu Direktur RSU Imanuel Waingapu menyusun standar pelayanan medis dan pemantau pelaksanaannya.

b. Membantu Direktur RSU Imanuel Waingapu menyusun medical staff bylaws dan memantau pelaksanaannya.

c. Membantu Direktur RSU Imanuel Waingapu menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait medico-legal dan etiko-legal.

d. Melakukan koordinasi dengan Direktur dalam melaksanakan pemantauan dan pembinaan pelaksanaan tugas SMF.

e. Mengatur kewenangan profesi dan SMF.

f. Melaksanakan pembinaan etika profesi, disiplin profesi dan mutu profesi.

g. Melakukan pemantauan dan evaluasi mutu pelayanan medis.

h. Meningkatkan program pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan dalam bidang medis.

Pasal 34

Fungsi

Fungsi Komite Medik adalah sebagai pengarah dalam pemberian pelayanan medis, sedangkan SMF adalah pelaksana pelayanan medis.

Pasal 35

Wewenang

Wewenang Komite Medik :

a. Memberikan usul rencana kebutuhan dan peningkatan kualitas tenaga medis.

b. Meberikan pertimbangan tentang rencana pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan peralatan pelayanan medis dan peralatan penunjang medis serta pengembangan pelayanan medis.

c. Membentuk Tim Klinis yang mepunyai tugas menangani kasus-kasus pelayanan medis yang memerlukan koordinasi lintas profesi.

d. Memantau dan mengevaluasi penggunaan obat di Rumah sakit.

e. Memantau dan mengevaluasi efisiensi dan efektivitas penggunan alat kedokteran di Rumah Sakit.

f. Melaksanakan pembinaan Etika Profesi serta mengatur kewenangan profesi anggota Staf Medik Fungsional.

g. Memberikan rekomendasi tentang kerjasama anatara Rumah Sakit dan Fakultas Kedokteran / Kedokteran Gigi / Instalasi pendidikan lain.

h. Menetapkan tugas dan kewajiban Sub Komite/Panitia dalam lingkungan Komite Medik.

Pasal 36

Sub Komite / Panitia

1) Sub Komite / Panitia adalah kelompok kerja khusus yang bertugas membantu pelaksanaan tugas tugas Klinik Bidang Medis.

2) Sub Komite / Panitia dibentuk sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

3) Sub Komite / Panitia kepengurusannya ditetapkan oelh Surat Keputusan Direktur Utama.

4) Keanggotaan Sub Komite / Panitia terdiri dari anggota tetap staf medis fungsional dan tenaga lain secara ex officio.

5) Susunan Kepengurusan Sub Komite / Panitia terdiri :

a. Ketua Merangkap Anggota.

b. Sekretaris merangkap Anggota.

c. Anggota.

6) Tata Kerja Sub Komite / Panitia

a. Sub Komite / Panitia membuat kebijakan , program dan prosedur operasional.

b. Sub Komite / Panitia membuat laporan berkala dan laporan tahunan kepada Komite Medik Laporan tahunan berisi evaluasi kegiatan dan rencana kegiatan berikutnya.

c. Biaya operasional dibebankan pada anggaran rumah sakit.

7) Sub Komite / Panitia yang ada di RSU Imanuel Waingapu adalah KPRS,

8) Jumlah panitia / sub komite dapat ditambah atau di kurang sesuai dengan kebutuhan.

BAB X

KERAHASIAN, INFORMASI MEDIS

Pasal 37

Kerahasian Pasien

1) Kerahasian Pasien rumah sakit sebagaimana diatur dalam Bab Pasal di muka.

2) Pengungkapan kerahasian pasien dimungkinkan pada keadaan :

a. Atas ijin / otorisasi pasien.

b. Menjalankan undang-undang (ps 50 KUHP).

c. Perintah jabatan (ps 51 KUHP).

d. Bela diri (ps 49 KUHP).

e. Daya paksa (ps 48 KUHP)

f. Pendidikan dan penelitian.

Pasal 38

Informasi Medis

1) Hak-hak pasien yang dimaksud adalah hak-hak pasien sebagaimana yang terdapat didalam Peraturan Menteri Kesehatan RI

2) Informasi medis yang harus diungkapkan dengan jujur dan benar adalah mengenai :

a. Keadaan kesehatan pasien.

b. Rencana terapi dan alternatif nya.

c. Manfaat dan resiko masing-masing alternatif tindakan.

d. Prognosis.

e. Kemungkinan Komplikasi.

BAB XI

AMANDEMEN/PERUBAHAN

Pasal 39

1) Perubahan terhadap Hospital Bylaws dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhannya.

BAB XII

PENUTUP

Pasal 40

Ketentuan Penutup

1) Hospital Bylaws (Statuta ) ini berlaku sejak tanggal 13 Januari 2011

2) Semua peraturan rumah sakit yang dilaksanakan sebelum berlakunya statuta ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan statuta ini.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 13 Januari 2011

YayasanYayasan Imanuel Sumba

Ketua