Contoh Lapak (ijpst).pdf
Transcript of Contoh Lapak (ijpst).pdf
-
8/19/2019 Contoh Lapak (ijpst).pdf
1/7
IJPST Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
1
Formulasi Granul Ef fervescent Sari Kering Lidah Buaya (Aloe
vera L.) Sebagai Makanan Tambahan
Muthmaina Wijayati1, Nyi Mekar Saptarini2, Irma Erika Herawati1* 1Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Al Ghifari
2Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
AbstrakLidah buaya ( Aloe vera L.) memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, tetapi rasanya
pahit sehingga jarang dikonsumsi langsung. Rasa pahit ini diatasi dengan cara
dibuat sediaan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan granul
effervescent sari kering lidah buaya sebagai makanan tambahan. Tahapan
penelitian meliputi pembuatan sari kering, penapisan fitokimia, formulasi sediaan
granul effervescent , uji kualitas, dan uji kesukaan granul effervescent . Hasil freeze
drying berupa sari kering sebesar 7,57%. Penapisan fitokimia menunjukkan
adanya kuinon, flavonoid, dan saponin. Granul effervescent diformulasikan
dengan konsentrasi sari kering 20% (F1), 25% (F2), dan 30% (F3). Hasil uji
kualitas granul menunjukkan bahwa granul effervescent yang dibuat memenuhi
persyaratan yang baik dengan kadar air sebesar 0,20-0,21%, kerapatan curah
0,5341-0,5384 g/mL, kerapatan mampat 0,6154-0,6178 g/mL dengan indeks Carr
13,29±0,025%, kecepatan alir 9,61-9,71 g/s, sudut istirahat 27,15-27,79o, pH 5,82-
5,8, serta F1 sebagai formula yang paling disukai.
Kata kunci : Lidah buaya, sari kering, granul effervescent , makanan tambahan
Formulation of Effervescent granule of Aloe (Aloe vera L.) Dry
Juice as Food Supplement
AbstractAloe vera has high nutrition content, but bitter taste so direct consumption
infrequently. The bitter taste overcome with preparation. The aim of this study is
to make effervescent granule of dried aloe gel as food supplement. The steps in
this study consist of making of dried aloe gel, phytochemistry screening,
formulation of effervescent granule, quality tests, and hedonic test of effervescentgranule. Freeze drying produced 7,57% dried aloe gel. Phytochemistry screening
showed quinones, flavonoids, and saponins content. Effervescent granule
formulated with concentration of dried gel 20% (F1), 25% (F2), and 30% (F3). The
result of granule quality tests showed that effervescent granule meet good
requirements with moisture content 0.20-0.21%, bulk density 0.5341-0.5384
g/mL, tapped density 0.6154-0.6178 g/mL with Carr index 13.29±0.025%, flow
rate 9.61-9.71 g/s, rest angel 27.15-27.79o, pH 5,82-5,8, and F1 as the most
favorable formula.
Keywords : Aloe vera, dried gel, effervescent granule, food supplement
-
8/19/2019 Contoh Lapak (ijpst).pdf
2/7
IJPST Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
2
Pendahuluan
Lidah buaya ( Aloe vera L.) memiliki aktivitas biologis sebagai
imunostimulan, antiinflamasi,
menyembuhkan luka, mempercepat
kesembuhan akibat radiasi, anti
bakteri, anti virus, anti jamur, anti
diabetes, anti kanker, stimulan
hematopoiesis, dan antioksidan.1,2,3
Aktivitas biologis lidah buaya
diyakini bukan berasal dari senyawa
kimia tunggal, tetapi merupakan
kerja sinergis dari senyawa-senyawayang terkandung dalam lidah buaya.4
Komposisi kandungan kimia dalam
lidah buaya dapat dilihat pada Tabel
1.3,4,5
Lidah buaya memiliki aktivitas
biologis dan kandungan kimia yang
kompleks, sehingga lidah buaya
cocok untuk dibuat menjadi
suplemen makanan. Suplemen
makanan adalah produk yang
dimaksudkan untuk melengkapi
kebutuhan zat gizi makanan,
mengandung satu atau lebih bahan
berupa vitamin, mineral, asam amino
atau bahan lain (berasal daritumbuhan atau bukan tumbuhan)
yang memiliki nilai gizi dan/atau
efek fisiologis dalam jumlah
terkonsentrasi.6 Untuk memudahkan
penggunaan, mendapatkan khasiat
yang diinginkan, dan menutupi rasa
pahit, maka lidah buaya
diformulasikan menjadi bentuk
sediaan yang lebih praktis, salah
satunya adalah granul effervescent .
Granul effervescent berisi campuransubstansi asam dan karbonat yang
jika dimasukkan ke dalam air akan
mengeluarkan gas karbondioksida.7
Larutan dengan karbonat dapat
menutupi rasa yang tidak diinginkan,
sehingga cocok untuk produk dengan
rasa pahit dan asin.8 Pada penelitian
ini dilakukan formulasi sari kering
lidah buaya menjadi granul
effervescent , kemudian dilakukan uji
kualitas granul effervescent dan uji
kesukaan.
Tabel 1 Komposisi Kandungan Kimia Daun Lidah Buaya
Kelas Senyawa
Antrakuinon/
antron
Aloe-emodin, asam aloetat, antranol, aloin A dan B (barbaloin),
isobarbaloin, emodin, ester asam sinamat
Karbohidrat Manan murno, manan terasetilasi, glukomanan terasetilasi,
glukogalaktomanan, galaktan, galaktogalakturan, arabinogalaktan,
galaktoglukoarabinomanan, senyawa peptat, xilan, selulosaKromon 8-C-glukosil-(2’-O-sinamoil)-7-O-metilaloediol A, 8-C-glukosil-(S)-
aloesol, 8-C-glukosil-7-Ometil-(S)-aloesol, 8-C-glukosil-7-O-metil-
aloediol, 8-C-glukosil-noreugenin, isoaloeresin D, isorabaikromon,
neoaloesin A
Enzim Alkalin fosfatase, amilase, karboksipeptidase, katalase, oksidase,
siklooksidase, siklooksigenase, lipase, fosfoenolpiruvat karboksilase,
superoksidase dismutase
Senyawa
anorganik
Kalsium, klorin, kromium, tembaga, besi, magnesium, mangan,
kalium, fosfor, natrium, zink
Asam amino Alanin, arginin, asam aspartat, asam glutamat, fenilalanin, isoleusin,
leusin, lisin, glisin, histidin, hidroksiprolin, metionin, prolin, treonin,
-
8/19/2019 Contoh Lapak (ijpst).pdf
3/7
IJPST Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
3
tirosin, valin
Protein Lektin, senyawa seperti lektin
Sakarida Manosa, glukosa, L-ramnosa, aldopentosaVitamin B1, B2, B6, C, β-karoten, kolin, asam folat, α-tokoferol
Senyawa lain Asam arakhidonat, γ-asam linoleat, steroid (kampestrol, β-sitosterol,
kolesterol), trigliserida, triterpenoid, giberelin, lignin, kalium sorbat,
asam salisilat, asam urat
Metode
Pembuatan Sari Kering Lidah
Buaya Lidah buaya usia 6 bulan
dikumpulkan dari perkebunan lidah
buaya di Kali Jati, Subang, Bandung.
Sebanyak 15 kg lidah buaya dikupas
dan diambil dagingnya, kemudian
daging lidah buaya dipotong dadu
dan dimasukkan ke dalam air
mendidih selama 10 detik. Potongan
dihaluskan dengan blender dan
disaring, sehingga diperoleh sari
lidah buaya yang kemudian
dikeringkan dengan menggunakan
freeze dryer (Eyela FD-81).
Penapisan FitokimiaPenapisan fitokimia dilakukan
pada sari kering lidah buaya dengan
menggunakan metode Farnsworth.9
Formulasi Granul Effervescent
Tabel 2 Formulasi Granul Effervescent Sari Kering Lidah Buaya
Bahan (g) Formula 1 Formula 2 Formula 3Sari kering lidah buaya
Asam sitrat
Natrium bikarbonat
Laktosa
PVP
Aerosil
Perasa lemon
3,00
3,15
4,50
3,80
0,30
0,075
0,175
3,75
3,15
4,50
3,05
0,30
0,075
0,175
4,50
3,15
4,50
2,30
0,30
0,075
0,175
Komponen asam terdiri atas sari
kering lidah buaya, asam sitrat,laktosa, dan sebagian PVP dibasahi
dengan perasa lemon dalam alkohol
70% (1:4) hingga massa dapat
dikepal. Komponen basa terdiri atas
natrium bikarbonat dan sisa PVP
dibasahi dengan perasa lemon dalam
alkohol 70% (1:4) hingga massa
dapat dikepal. Masing-masing
komponen diayak dengan ayakan
No. 14, kemudian dikeringkan dalam
oven pada suhu 50o C selama 18 jam.
Granul diayak kembali dengan
ayakan No. 16. Komponen asam,komponen basa, dan aerosil
dicampur hingga homogen.
Pemeriksaan Kualitas Granul
Effervescent
Kadar Air. Kadar air 5 g granul
ditentukan dengan moisture meter
(G-Won Hitech) pada suhu 105° C
selama 5 menit.10
Kerapatan Curah dan
Kerapatan Mampat. Sebanyak 30 g
-
8/19/2019 Contoh Lapak (ijpst).pdf
4/7
IJPST Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
4
granul ditimbang, lalu dimasukkan
ke dalam gelas ukur dan dicatat
volumenya. Selanjutnya, kerapatanmampat didapatkan dengan cara
mengetukkan gelas ukur yang berisi
granul setinggi 2,5 cm dengan
interval dua detik. Setiap 10 ketukan
volume dicatat hingga volume tidak
berubah.11,12
Kecepatan Alir dan Sudut
Istirahat. Kecepatan alir diperoleh
dari waktu (detik) yang diperlukan
oleh 20 g granul untuk mengalir
melewati corong. Sudut istirahatdiperoleh dengan mengukur tinggi
dan diameter tumpukan granul yang
terbentuk.13
Pemeriksaan pH. Sebanyak 4 g
granul dilarutkan ke dalam 150 mL
air, setelah granul larut sempurna
dilakukan pengukuran pH larutan
dengan pH meter.
Uji Kesukaan. Uji kesukaan
dilakukan terhadap 30 panelis
dengan parameter uji adalah rasa dari
15 g granul effervescent yang
dilarutkan dalam 150 mL air. Skala
penilaian berupa sangat tidak suka
(1), tidak suka (2), netral (3), suka(4), dan sangat suka (5). Hasil
dianalisis secara statistik dengan
metode ANAVA pada 0,05 dengan
hipotesis nol adalah tidak ada
perbedaan dari ketiga formula. Hasil
ANAVA diuji rentang Newman-
Keuls untuk mengetahui keberartian
perbedaan uji kesukaan tersebut.
Hasil
Sebanyak 15 kg daun lidah buaya
menghasilkan 9,25 kg daging lidah
buaya. Hasil freeze drying berupa
700 g serbuk kering (rendemen
7,57%). Hasil penapisan fitokimia
menunjukkan sari kering lidah buaya
mengandung kuinon, flavonoid, dan
saponin. Serbuk kering diformulasi
menjadi tiga formula granul
effervescent dengan kualitas seperti
tertera pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Pemeriksaan Kualitas Granul Effervescent
Sifat fisik F1 F2 F3
Kadar air (%) 0,22 ± 0,05 0,21 ± 0,02 0,20±0,02
Kerapatan curah (g/mL) 0,5336 ± 0,0001 0,5348 ± 0,0016 0,5341±0,0007
Kerapatan mampat (g/mL) 0,6154 ± 0,0005 0,6160 ± 0,00007 0,6178±0,00007
Kecepatan alir (g/s) 9,61±0,73 9,64±0,84 9,71±0,65
Sudut istirahat (
o
) 27,15 ± 0,41 27,46 ± 0,40 27,79±0,80 pH 5,82 ± 0,03 5,83 ± 0,05 5,83±0,05
Analisis statistik pada uji
kesukaan (α 0,05) menunjukkan
bahwa F hitung lebih besar dari F
tabel, artinya terdapat perbedaan
kesukaan terhadap ketiga formula
granul effervescent sari kering lidah
buaya.
Pembahasan
Daging lidah buaya dimasukkan
ke dalam air mendidih untuk
menghilangkan zat pahit yang ada
pada lendir. Serbuk kering sari lidah
buaya berwarna putih kekuningan
dan sangat ringan (voluminous)
dengan rasa dan bau seperti lidah
-
8/19/2019 Contoh Lapak (ijpst).pdf
5/7
IJPST Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
5
buaya. Serbuk kering diformulasi
menjadi sediaan effervescent untuk
memperbaiki rasa sediaan. Semua bahan yang digunakan berupa
serbuk, sehingga aliran sediaan
bersifat kurang baik. Laju aliran
diperbaiki dengan granulasi basah
untuk membentuk granul
effervescent , granul mengalir lebih
cepat dan seragam dibandingkan
dengan serbuk. Asam sitrat
digunakan untuk memperoleh proses
effervescing karena asam sitrat akan
terhidrolisis oleh air sehinggamelepaskan asam yang akan bereaksi
dengan natrium bikarbonat untuk
menghasilkan gas karbon dioksida
dan air. Natrium bikarbonat juga
digunakan sebagai pengering
granul.8
Sediaan effervescent dapat juga
meningkatkan absorpsi zat aktif,
karena karbon dioksida yang
terbentuk oleh reaksi effervescent
dapat menginduksi permeabilitas zat
aktif sehingga mengubah jalur
paraselular.14 Jalur ini merupakan
rute utama absorpsi untuk zat aktif
yang hidrofilik karena solut berdifusi
ke dalam ruang interselular di antara
sel epitel. Karbon dioksida
memperluas ruang interselular di
antara sel, sehingga meningkatkan
absorpsi zat aktif yang dapat bersifat
hidrofilik dan hidrofobik.Peningkatan absorpsi zat aktif
hidrofobik disebabkan oleh molekul
gas karbon dioksida yang non polar
berpartisi pada membran sel,
sehingga meningkatkan lingkungan
yang hidrofob, menyebabkan zat
aktif yang hidrofob dapat
terabsorbsi.15
Pada awal penelitian digunakan
sukrosa sebagai pemanis, tetapi
sukrosa yang bersifat higroskopis,
menyebakan granul yang dihasilkan
cenderung basah dan sulit
dikeringkan. Masalah ini diatasidengan menggunakan laktosa
sebagai pemanis dan pengering
granul.16 Rasa manis laktosa lebih
rendah dari sukrosa, sehingga
digunakan aspartam dengan tujuan
meningkatkan rasa manis dari
sediaan yang dibuat.
Penggunaan PVP pada
konsentrasi 0,5-5% menghasilkan
granul yang kuat dan cepat larut.17
Pemanis dan perasa lemondigunakan untuk memberikan rasa
yang segar dan memperbaiki aroma
yang kurang menyenangkan dari sari
kering lidah buaya.
Kadar air granul yang rendah
menyebabkan granul menjadi terlalu
kering dan rapuh. Kerapuhan granul
yang baik adalah kurang dari 1%.7
Kadar air yang tinggi menyebabkan
granul yang basah dan memiliki daya
alir yang buruk, sehingga granul
akan mengalami kesulitan saat
pengemasan. Data menunjukkan
bahwa semakin banyak sari kering
lidah buaya yang ditambahkan, maka
semakin kecil kadar air yang
terkandung dalam sediaan. Hal ini
disebabkan karena sari kering lidah
buaya memiliki kadar air yang
rendah dengan partikel serbuk yang
kecil. Kandungan air dalam granuleffervescent dipengaruhi oleh
kelembaban ruangan. Keberadaan air
dalam granul effervescent memicu
adanya reaksi effervescing sebelum
pelarutan. Reaksi effervescing yang
terlalu awal menyebabkan reaksi
antara komponen asam dan basa
berjalan lambat dan reaksinya
hampir jenuh atau tidak terjadi reaksi
sama sekali ketika granul dilarutkan.
Hal ini ditunjukkan dengan lamanya
-
8/19/2019 Contoh Lapak (ijpst).pdf
6/7
IJPST Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
6
waktu yang diperlukan oleh granul
effervescent untuk larut secara
sempurna dan menjadi bagian yangterdispersi.
Granul memiliki aliran yang
baik, karena memiliki nilai 12-16,
sesuai dengan indeks konsolidasi
Carr .11,18 Nilai indeks Carr
dipengaruhi oleh ukuran partikel.
Jika terdapat perbedaan ukuran
partikel, maka partikel yang lebih
halus akan mengisi rongga partikel
yang lebih besar. Nilai indeks Carr
yang baik terjadi karena distribusimassa dan ukuran partikel granul
yang seragam, hal tersebut akan
mempermudah proses pabrikasi
ketika proses pengemasan. Granul
bersifat mudah mengalir dengan laju
alir sebesar 4-10 g/s11 dan memiliki
tipe aliran yang baik, yaitu 25-30º.18
Sudut istirahat lebih kecil atau
sama dengan 30o menunjukkan
bahwa bahan dapat mengalir bebas.19
Kecepatan alir yang tinggi
menyebabkan sudut istirahat yang
rendah dan akan menghasilkan
granul yang baik. Aliran yang baik
disebabkan karena adanya aerosil.
Aerosil menyerap kandungan air
dalam granul dan mengatasi
penempelan partikel satu dengan
yang lain, sehingga mengurangi
gesekan antar partikel. Aerosil
membentuk lapisan tipis pada partikel bahan padat dan
menyebabkan adsorbsi secara total
atau sebagian, hal ini bertujuan agar
granul tidak saling menempel ketika
proses pengemasan.
Granul effervescent yang telah
dihasilkan bersifat sedikit asam,
yaitu 5,82-5,83. Semakin banyak
serbuk lidah buaya yang
ditambahkan, pH granul semakin
asam. Hal ini disebabkan lidah buaya
yang mengandung senyawa
flavonoid yang merupakan senyawa
turunan dari fenol dan memiliki sifatasam. Rasa asam disebabkan oleh
banyaknya ion hidrogen dari
flavonoid yang terionisasi.
Analisis statistik menunjukkan F1
merupakan formula yang paling
disukai dengan konsentrasi sari
kering lidah buaya paling kecil, yaitu
20%. Hal ini disebabkan oleh rasa
lidah buaya yang kurang
menyenangkan, meskipun sudah
digunakan perasa lemon, tetapiaroma dan rasa yang kuat dari sari
kering lidah buaya masih terasa.
Rasa granul effervescent dapat
diperbaiki dengan penambahan
pemanis buatan seperti aspartam,
karena pengunaan pemanis alami
seperti sukrosa menyebabkan granul
basah, akibat sifat sukrosa yang
higroskopis.
Simpulan
Sari kering lidah buaya dapat
diformulasikan menjadi sediaan
granul effervescent yang memenuhi
persyaratan dengan kadar air 0,20-
0,21%, kerapatan curah 0,5341-
0,5384 g/mL dan kerapatan mampat
0,6154-0,6178 g/mL dengan indeks
Carr 13,14-13,55%, kecepatan alir
9,61-9,71 g/s, sudut istirahat 27,15-27,79o, pH 5,82-5,8 dan F1 sebagai
formula yang paling disukai.
Daftar Pustaka
1.
Reynolds T, Dweck AC. Aloe
vera gel: A Review Update. J.
Ethopharmacology, 1999, 68: 3-
37.
-
8/19/2019 Contoh Lapak (ijpst).pdf
7/7
IJPST Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
7
2. Talmadge J, Chavez J, Jacobs
L, Munger C, Chinnah T, Chow
JT, Williamson D, Yates K.Fractionation of Aloe vera L.
Inner gel, purification and
molecular profiling of activity.
Int Immunopharmacol,. 2004,
4(14): 1757-73.
3. Ni Y, Tizard IR. Analytical
methodology: the gel-analysis of
aloe pulp and its derivatives. In:
Reynolds (ed.) Aloes: The genus
Aloe. CRC Press, London, 2004,
p. 111-126.4. Dagne E, Bisrat D, Viljoen A,
van Wyk BE. Chemistry of Aloe
spesies. Current Organic
Chemistry, 2000, 4: 1055-78.
5.
Choi S, Chung MH. A review on
the relationship between Aloe
vera components and their
biologic effects. Seminar in
Integrative Medicine, 2003, v.1,
p.53-62.
6.
Kepala BPOM, 2004, SK
BPOM No. HK.00.05.23.3644
tentang Ketentuan Pokok
Pengawasan Suplemen
Makanan, Jakarta: BPOM.
7. Parrot EL. Pharmaceutical
Technology. Iowa: University of
Iowa, 1987.
8. Ansel HC. Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi, Terjemahan
Farida Ibrahim Edisi 4, Jakarta:UI Press, 1989
9. Fransworth NR. Biological and
Phytochemycal Screening of
Plants. J.Pharm. Sci. 1996; 1:
55.
10. Fausett H, Gayser C, Dash AK..
Evaluation of Quick
Disintegrating Calcium
Carbonate Tablets. 2000.
{Tersedia di
http://www.pharmscitech.com,
diakses 14 November 2013).
11.
Aulthon ME. Pharmaceutics TheScience of Dosage Form Design,
New York: Longman Group
Churchill Livingstone, 1988.
12.
Departemen Kesehatan RI.
Farmakope Indonesia, Edisi 4,
Jakarta: Departemen Kesehatan
RI. 1995.
13. Fudholi A. Metode Formulasi
Dalam Kompresi Direk. Medika,
1983, 7. 586-593.
14.
Eichman JD, Robinson JR.Mechanistic studies on
effervescent induced
permeability enhancement.
Pharmaceutical Research, 1998,
15(6): 925-930.
15. Eichman JD. Mechanistic
studies on effervescent induced
permeability enhancement,
Disertasi. University of
Wisconsin, Madison. 1997.
16.
Kuswahyuning R. Pengaruh
Laktosa dan Povidon dalam
Formula Tablet Ekstrak
Kaempferia galangal L. Secara
Granulasi Basah. Skripsi,
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. 2005.
17. Mohrle R. Effervescent Tablets,
in Lieberman, H.A., and
Lachman, L., Pharmaceutical
Dosage Form Tablet, Vol I, NewYork: Longman Group Churchill
Livingstone. 1989.
18. Voigt R. Buku Pelajaran
Teknologi Farmasi. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.,
1984., Ed 5. 169-586.
19.
Banker GS, Anderson NR. Teori
dan Praktek Farmasi Industri,
Jilid II, Terjemahan Siti Suyatmi
dan Iis Aisyah, Edisi II, Jakarta:
Universitas Indonesia. 1994.
http://www.pharmscitech.com/http://www.pharmscitech.com/http://www.pharmscitech.com/