Contoh Lapak (ijpst).pdf

download Contoh Lapak (ijpst).pdf

of 7

Transcript of Contoh Lapak (ijpst).pdf

  • 8/19/2019 Contoh Lapak (ijpst).pdf

    1/7

     

    IJPST Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 

    1

    Formulasi Granul Ef fervescent  Sari Kering Lidah Buaya (Aloe

    vera  L.) Sebagai Makanan Tambahan

    Muthmaina Wijayati1, Nyi Mekar Saptarini2, Irma Erika Herawati1* 1Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Al Ghifari

    2Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

    [email protected]

    AbstrakLidah buaya ( Aloe vera L.) memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, tetapi rasanya

     pahit sehingga jarang dikonsumsi langsung. Rasa pahit ini diatasi dengan cara

    dibuat sediaan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan granul

    effervescent   sari kering lidah buaya sebagai makanan tambahan. Tahapan

     penelitian meliputi pembuatan sari kering, penapisan fitokimia, formulasi sediaan

    granul effervescent , uji kualitas, dan uji kesukaan granul effervescent . Hasil freeze

    drying   berupa sari kering sebesar 7,57%. Penapisan fitokimia menunjukkan

    adanya kuinon, flavonoid, dan saponin. Granul effervescent   diformulasikan

    dengan konsentrasi sari kering 20% (F1), 25% (F2), dan 30% (F3). Hasil uji

    kualitas granul menunjukkan bahwa granul effervescent   yang dibuat memenuhi

     persyaratan yang baik dengan kadar air sebesar 0,20-0,21%, kerapatan curah

    0,5341-0,5384 g/mL, kerapatan mampat 0,6154-0,6178 g/mL dengan indeks Carr

    13,29±0,025%, kecepatan alir 9,61-9,71 g/s, sudut istirahat 27,15-27,79o, pH 5,82-

    5,8, serta F1 sebagai formula yang paling disukai.

    Kata kunci : Lidah buaya, sari kering, granul effervescent , makanan tambahan

    Formulation of Effervescent granule of Aloe (Aloe vera L.) Dry

    Juice as Food Supplement

    AbstractAloe vera has high nutrition content, but bitter taste so direct consumption

    infrequently. The bitter taste overcome with preparation. The aim of this study is

    to make effervescent granule of dried aloe gel as food supplement. The steps in

    this study consist of making of dried aloe gel, phytochemistry screening,

    formulation of effervescent granule, quality tests, and hedonic test of effervescentgranule. Freeze drying produced 7,57% dried aloe gel. Phytochemistry screening

    showed quinones, flavonoids, and saponins content. Effervescent granule

    formulated with concentration of dried gel 20% (F1), 25% (F2), and 30% (F3). The

    result of granule quality tests showed that effervescent granule meet good

    requirements with moisture content 0.20-0.21%, bulk density 0.5341-0.5384

    g/mL, tapped density 0.6154-0.6178 g/mL with Carr index 13.29±0.025%, flow

    rate 9.61-9.71 g/s, rest angel 27.15-27.79o, pH 5,82-5,8, and F1  as the most

    favorable formula.

    Keywords : Aloe vera, dried gel, effervescent granule, food supplement

  • 8/19/2019 Contoh Lapak (ijpst).pdf

    2/7

     

    IJPST Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 

    2

    Pendahuluan

    Lidah buaya ( Aloe vera L.) memiliki aktivitas biologis sebagai

    imunostimulan, antiinflamasi,

    menyembuhkan luka, mempercepat

    kesembuhan akibat radiasi, anti

     bakteri, anti virus, anti jamur, anti

    diabetes, anti kanker, stimulan

    hematopoiesis, dan antioksidan.1,2,3

    Aktivitas biologis lidah buaya

    diyakini bukan berasal dari senyawa

    kimia tunggal, tetapi merupakan

    kerja sinergis dari senyawa-senyawayang terkandung dalam lidah buaya.4 

    Komposisi kandungan kimia dalam

    lidah buaya dapat dilihat pada Tabel

    1.3,4,5 

    Lidah buaya memiliki aktivitas

     biologis dan kandungan kimia yang

    kompleks, sehingga lidah buaya

    cocok untuk dibuat menjadi

    suplemen makanan. Suplemen

    makanan adalah produk yang

    dimaksudkan untuk melengkapi

    kebutuhan zat gizi makanan,

    mengandung satu atau lebih bahan

     berupa vitamin, mineral, asam amino

    atau bahan lain (berasal daritumbuhan atau bukan tumbuhan)

    yang memiliki nilai gizi dan/atau

    efek fisiologis dalam jumlah

    terkonsentrasi.6  Untuk memudahkan

     penggunaan, mendapatkan khasiat

    yang diinginkan, dan menutupi rasa

     pahit, maka lidah buaya

    diformulasikan menjadi bentuk

    sediaan yang lebih praktis, salah

    satunya adalah granul  effervescent .

    Granul effervescent   berisi campuransubstansi asam dan karbonat yang

     jika dimasukkan ke dalam air akan

    mengeluarkan gas karbondioksida.7 

    Larutan dengan karbonat dapat

    menutupi rasa yang tidak diinginkan,

    sehingga cocok untuk produk dengan

    rasa pahit dan asin.8  Pada penelitian

    ini dilakukan formulasi sari kering

    lidah buaya menjadi granul

    effervescent , kemudian dilakukan uji

    kualitas granul effervescent   dan uji

    kesukaan.

    Tabel 1 Komposisi Kandungan Kimia Daun Lidah Buaya

    Kelas Senyawa

    Antrakuinon/

    antron

    Aloe-emodin, asam aloetat, antranol, aloin A dan B (barbaloin),

    isobarbaloin, emodin, ester asam sinamat

    Karbohidrat Manan murno, manan terasetilasi, glukomanan terasetilasi,

    glukogalaktomanan, galaktan, galaktogalakturan, arabinogalaktan,

    galaktoglukoarabinomanan, senyawa peptat, xilan, selulosaKromon 8-C-glukosil-(2’-O-sinamoil)-7-O-metilaloediol A, 8-C-glukosil-(S)-

    aloesol, 8-C-glukosil-7-Ometil-(S)-aloesol, 8-C-glukosil-7-O-metil-

    aloediol, 8-C-glukosil-noreugenin, isoaloeresin D, isorabaikromon,

    neoaloesin A

    Enzim Alkalin fosfatase, amilase, karboksipeptidase, katalase, oksidase,

    siklooksidase, siklooksigenase, lipase, fosfoenolpiruvat karboksilase,

    superoksidase dismutase

    Senyawa

    anorganik

    Kalsium, klorin, kromium, tembaga, besi, magnesium, mangan,

    kalium, fosfor, natrium, zink

    Asam amino Alanin, arginin, asam aspartat, asam glutamat, fenilalanin, isoleusin,

    leusin, lisin, glisin, histidin, hidroksiprolin, metionin, prolin, treonin,

  • 8/19/2019 Contoh Lapak (ijpst).pdf

    3/7

     

    IJPST Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 

    3

    tirosin, valin

    Protein Lektin, senyawa seperti lektin

    Sakarida Manosa, glukosa, L-ramnosa, aldopentosaVitamin B1, B2, B6, C, β-karoten, kolin, asam folat, α-tokoferol

    Senyawa lain Asam arakhidonat, γ-asam linoleat, steroid (kampestrol, β-sitosterol,

    kolesterol), trigliserida, triterpenoid, giberelin, lignin, kalium sorbat,

    asam salisilat, asam urat

    Metode

    Pembuatan Sari Kering Lidah

    Buaya Lidah buaya usia 6 bulan

    dikumpulkan dari perkebunan lidah

     buaya di Kali Jati, Subang, Bandung.

    Sebanyak 15 kg lidah buaya dikupas

    dan diambil dagingnya, kemudian

    daging lidah buaya dipotong dadu

    dan dimasukkan ke dalam air

    mendidih selama 10 detik. Potongan

    dihaluskan dengan blender   dan

    disaring, sehingga diperoleh sari

    lidah buaya  yang kemudian

    dikeringkan dengan menggunakan

     freeze dryer (Eyela FD-81).

    Penapisan FitokimiaPenapisan fitokimia dilakukan

     pada sari kering lidah buaya dengan

    menggunakan metode Farnsworth.9 

    Formulasi Granul Effervescent  

    Tabel 2  Formulasi Granul Effervescent  Sari Kering Lidah Buaya

    Bahan (g) Formula 1 Formula 2 Formula 3Sari kering lidah buaya

    Asam sitrat

     Natrium bikarbonat

    Laktosa

    PVP

    Aerosil

    Perasa lemon

    3,00

    3,15

    4,50

    3,80

    0,30

    0,075

    0,175

    3,75

    3,15

    4,50

    3,05

    0,30

    0,075

    0,175

    4,50

    3,15

    4,50

    2,30

    0,30

    0,075

    0,175

    Komponen asam terdiri atas sari

    kering lidah buaya, asam sitrat,laktosa, dan sebagian PVP dibasahi

    dengan perasa lemon dalam alkohol

    70% (1:4) hingga massa dapat

    dikepal. Komponen basa terdiri atas

    natrium bikarbonat dan sisa PVP

    dibasahi dengan perasa lemon dalam

    alkohol 70% (1:4) hingga massa

    dapat dikepal. Masing-masing

    komponen diayak dengan ayakan

     No. 14, kemudian dikeringkan dalam

    oven pada suhu 50o C selama 18 jam.

    Granul diayak kembali dengan

    ayakan No. 16. Komponen asam,komponen basa, dan aerosil

    dicampur hingga homogen.

    Pemeriksaan Kualitas Granul

    Effervescent  

    Kadar Air. Kadar air 5 g granul

    ditentukan dengan moisture meter  

    (G-Won Hitech) pada suhu 105° C

    selama 5 menit.10 

    Kerapatan Curah dan

    Kerapatan Mampat. Sebanyak 30 g

  • 8/19/2019 Contoh Lapak (ijpst).pdf

    4/7

     

    IJPST Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 

    4

    granul ditimbang, lalu dimasukkan

    ke dalam gelas ukur dan dicatat

    volumenya. Selanjutnya, kerapatanmampat didapatkan dengan cara

    mengetukkan gelas ukur yang berisi

    granul setinggi 2,5 cm dengan

    interval dua detik. Setiap 10 ketukan

    volume dicatat hingga volume tidak

     berubah.11,12 

    Kecepatan Alir dan Sudut

    Istirahat. Kecepatan alir diperoleh

    dari waktu (detik) yang diperlukan

    oleh 20 g granul untuk mengalir

    melewati corong. Sudut istirahatdiperoleh dengan mengukur tinggi

    dan diameter tumpukan granul yang

    terbentuk.13 

    Pemeriksaan pH. Sebanyak 4 g

    granul dilarutkan ke dalam 150 mL

    air, setelah granul larut sempurna

    dilakukan pengukuran pH larutan

    dengan pH meter.

    Uji Kesukaan. Uji kesukaan

    dilakukan terhadap 30 panelis

    dengan parameter uji adalah rasa dari

    15 g granul effervescent   yang

    dilarutkan dalam 150 mL air. Skala

     penilaian berupa sangat tidak suka

    (1), tidak suka (2), netral (3), suka(4), dan sangat suka (5). Hasil

    dianalisis secara statistik dengan

    metode ANAVA pada  0,05 dengan

    hipotesis nol adalah tidak ada

     perbedaan dari ketiga formula. Hasil

    ANAVA diuji rentang Newman-

    Keuls untuk mengetahui keberartian

     perbedaan uji kesukaan tersebut.

    Hasil

    Sebanyak 15 kg daun lidah buaya

    menghasilkan 9,25 kg daging lidah

     buaya. Hasil  freeze drying   berupa

    700 g serbuk kering (rendemen

    7,57%). Hasil penapisan fitokimia

    menunjukkan sari kering lidah buaya

    mengandung kuinon, flavonoid, dan

    saponin. Serbuk kering diformulasi

    menjadi tiga formula granul

    effervescent dengan kualitas seperti

    tertera pada Tabel 3.

    Tabel 3 Hasil Pemeriksaan Kualitas Granul Effervescent  

    Sifat fisik F1  F2  F3 

    Kadar air (%) 0,22 ± 0,05 0,21 ± 0,02 0,20±0,02

    Kerapatan curah (g/mL) 0,5336 ± 0,0001  0,5348 ± 0,0016 0,5341±0,0007

    Kerapatan mampat (g/mL) 0,6154 ± 0,0005  0,6160 ± 0,00007 0,6178±0,00007

    Kecepatan alir (g/s) 9,61±0,73 9,64±0,84 9,71±0,65

    Sudut istirahat (

    o

    ) 27,15 ± 0,41 27,46 ± 0,40 27,79±0,80 pH 5,82 ± 0,03 5,83 ± 0,05 5,83±0,05

    Analisis statistik pada uji

    kesukaan (α 0,05) menunjukkan

     bahwa F hitung lebih besar dari F

    tabel, artinya terdapat perbedaan

    kesukaan terhadap ketiga formula

    granul effervescent   sari kering lidah

     buaya.

    Pembahasan

    Daging lidah buaya dimasukkan

    ke dalam air mendidih untuk

    menghilangkan zat pahit yang ada

     pada lendir. Serbuk kering sari lidah

     buaya berwarna putih kekuningan

    dan sangat ringan (voluminous)

    dengan rasa dan bau seperti lidah

  • 8/19/2019 Contoh Lapak (ijpst).pdf

    5/7

     

    IJPST Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 

    5

     buaya. Serbuk kering diformulasi

    menjadi sediaan effervescent   untuk

    memperbaiki rasa sediaan. Semua bahan yang digunakan berupa

    serbuk, sehingga aliran sediaan

     bersifat kurang baik. Laju aliran

    diperbaiki dengan granulasi basah

    untuk membentuk granul

    effervescent , granul mengalir lebih

    cepat dan seragam dibandingkan

    dengan serbuk. Asam sitrat

    digunakan untuk memperoleh proses

    effervescing   karena asam sitrat akan

    terhidrolisis oleh air sehinggamelepaskan asam yang akan bereaksi

    dengan natrium bikarbonat untuk

    menghasilkan gas karbon dioksida

    dan air. Natrium bikarbonat juga

    digunakan sebagai pengering

    granul.8 

    Sediaan effervescent   dapat juga

    meningkatkan absorpsi zat aktif,

    karena karbon dioksida yang

    terbentuk oleh reaksi effervescent  

    dapat menginduksi permeabilitas zat

    aktif sehingga mengubah jalur

     paraselular.14  Jalur ini merupakan

    rute utama absorpsi untuk zat aktif

    yang hidrofilik karena solut berdifusi

    ke dalam ruang interselular di antara

    sel epitel. Karbon dioksida

    memperluas ruang interselular di

    antara sel, sehingga meningkatkan

    absorpsi zat aktif yang dapat bersifat

    hidrofilik dan hidrofobik.Peningkatan absorpsi zat aktif

    hidrofobik disebabkan oleh molekul

    gas karbon dioksida yang non polar

     berpartisi pada membran sel,

    sehingga meningkatkan lingkungan

    yang hidrofob, menyebabkan zat

    aktif yang hidrofob dapat

    terabsorbsi.15 

    Pada awal penelitian digunakan

    sukrosa sebagai pemanis, tetapi

    sukrosa yang bersifat higroskopis,

    menyebakan granul yang dihasilkan

    cenderung basah dan sulit

    dikeringkan. Masalah ini diatasidengan menggunakan laktosa

    sebagai pemanis dan pengering

    granul.16  Rasa manis laktosa lebih

    rendah dari sukrosa, sehingga

    digunakan aspartam dengan tujuan

    meningkatkan rasa manis dari

    sediaan yang dibuat.

    Penggunaan PVP pada

    konsentrasi 0,5-5% menghasilkan

    granul yang kuat dan cepat larut.17 

    Pemanis dan perasa lemondigunakan untuk memberikan rasa

    yang segar dan memperbaiki aroma

    yang kurang menyenangkan dari sari

    kering lidah buaya.

    Kadar air granul yang rendah

    menyebabkan granul menjadi terlalu

    kering dan rapuh. Kerapuhan granul

    yang baik adalah kurang dari 1%.7 

    Kadar air yang tinggi menyebabkan

    granul yang basah dan memiliki daya

    alir yang buruk, sehingga granul

    akan mengalami kesulitan saat

     pengemasan. Data menunjukkan

     bahwa semakin banyak sari kering

    lidah buaya yang ditambahkan, maka

    semakin kecil kadar air yang

    terkandung dalam sediaan. Hal ini

    disebabkan karena sari kering lidah

     buaya memiliki kadar air yang

    rendah dengan partikel serbuk yang

    kecil. Kandungan air dalam granuleffervescent   dipengaruhi oleh

    kelembaban ruangan. Keberadaan air

    dalam granul effervescent memicu

    adanya reaksi effervescing sebelum

     pelarutan. Reaksi effervescing   yang

    terlalu awal menyebabkan reaksi

    antara komponen asam dan basa

     berjalan lambat dan reaksinya

    hampir jenuh atau tidak terjadi reaksi

    sama sekali ketika granul dilarutkan.

    Hal ini ditunjukkan dengan lamanya

  • 8/19/2019 Contoh Lapak (ijpst).pdf

    6/7

     

    IJPST Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 

    6

    waktu yang diperlukan oleh granul

    effervescent   untuk larut secara

    sempurna dan menjadi bagian yangterdispersi.

    Granul memiliki aliran yang

     baik, karena memiliki nilai 12-16,

    sesuai dengan indeks konsolidasi

    Carr .11,18  Nilai indeks Carr  

    dipengaruhi oleh ukuran partikel.

    Jika terdapat perbedaan ukuran

     partikel, maka partikel yang lebih

    halus akan mengisi rongga partikel

    yang lebih besar. Nilai indeks Carr  

    yang baik terjadi karena distribusimassa dan ukuran partikel granul

    yang seragam, hal tersebut akan

    mempermudah proses pabrikasi

    ketika proses pengemasan. Granul

     bersifat mudah mengalir dengan laju

    alir sebesar 4-10 g/s11  dan memiliki

    tipe aliran yang baik, yaitu 25-30º.18 

    Sudut istirahat lebih kecil atau

    sama dengan 30o  menunjukkan

     bahwa bahan dapat mengalir bebas.19 

    Kecepatan alir yang tinggi

    menyebabkan sudut istirahat yang

    rendah dan akan menghasilkan

    granul yang baik. Aliran yang baik

    disebabkan karena adanya aerosil.

    Aerosil menyerap kandungan air

    dalam granul dan mengatasi

     penempelan partikel satu dengan

    yang lain, sehingga mengurangi

    gesekan antar partikel. Aerosil

    membentuk lapisan tipis pada partikel bahan padat dan

    menyebabkan adsorbsi secara total

    atau sebagian, hal ini bertujuan agar

    granul tidak saling menempel ketika

     proses pengemasan.

    Granul effervescent   yang telah

    dihasilkan bersifat sedikit asam,

    yaitu 5,82-5,83. Semakin banyak

    serbuk lidah buaya yang

    ditambahkan, pH granul semakin

    asam. Hal ini disebabkan lidah buaya

    yang mengandung senyawa

    flavonoid yang merupakan senyawa

    turunan dari fenol dan memiliki sifatasam. Rasa asam disebabkan oleh

     banyaknya ion hidrogen dari

    flavonoid yang terionisasi.

    Analisis statistik menunjukkan F1 

    merupakan formula yang paling

    disukai dengan konsentrasi sari

    kering lidah buaya paling kecil, yaitu

    20%. Hal ini disebabkan oleh rasa

    lidah buaya yang kurang

    menyenangkan, meskipun sudah

    digunakan perasa lemon, tetapiaroma dan rasa yang kuat dari sari

    kering lidah buaya masih terasa.

    Rasa granul effervescent   dapat

    diperbaiki dengan penambahan

     pemanis buatan seperti aspartam,

    karena pengunaan pemanis alami

    seperti sukrosa menyebabkan granul

     basah, akibat sifat sukrosa yang

    higroskopis.

    Simpulan

    Sari kering lidah buaya dapat

    diformulasikan menjadi sediaan

    granul effervescent   yang memenuhi

     persyaratan dengan kadar air 0,20-

    0,21%, kerapatan curah 0,5341-

    0,5384 g/mL dan kerapatan mampat

    0,6154-0,6178 g/mL dengan indeks

    Carr 13,14-13,55%, kecepatan alir

    9,61-9,71 g/s, sudut istirahat 27,15-27,79o, pH 5,82-5,8 dan F1 sebagai

    formula yang paling disukai.

    Daftar Pustaka

    1. 

    Reynolds T, Dweck AC.  Aloe

    vera  gel: A Review Update. J.

    Ethopharmacology, 1999, 68: 3-

    37.

  • 8/19/2019 Contoh Lapak (ijpst).pdf

    7/7

     

    IJPST Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 

    7

    2.  Talmadge J, Chavez J, Jacobs

    L, Munger C, Chinnah T, Chow

    JT, Williamson D, Yates K.Fractionation of  Aloe vera  L.

    Inner gel, purification and

    molecular profiling of activity.

    Int Immunopharmacol,. 2004,

    4(14): 1757-73.

    3.   Ni Y, Tizard IR. Analytical

    methodology: the gel-analysis of

    aloe pulp and its derivatives. In:

    Reynolds (ed.) Aloes: The genus

    Aloe. CRC Press, London, 2004,

     p. 111-126.4.  Dagne E, Bisrat D, Viljoen A,

    van Wyk BE. Chemistry of Aloe

    spesies. Current Organic

    Chemistry, 2000, 4: 1055-78.

    5. 

    Choi S, Chung MH. A review on

    the relationship between  Aloe

    vera  components and their

     biologic effects. Seminar in

    Integrative Medicine, 2003, v.1,

     p.53-62.

    6. 

    Kepala BPOM, 2004, SK

    BPOM No. HK.00.05.23.3644

    tentang Ketentuan Pokok

    Pengawasan Suplemen

    Makanan, Jakarta: BPOM.

    7.  Parrot EL. Pharmaceutical

    Technology. Iowa: University of

    Iowa, 1987.

    8.  Ansel HC. Pengantar Bentuk

    Sediaan Farmasi, Terjemahan

    Farida Ibrahim Edisi 4, Jakarta:UI Press, 1989

    9.  Fransworth NR. Biological and

    Phytochemycal Screening of

    Plants. J.Pharm. Sci. 1996; 1:

    55.

    10.  Fausett H, Gayser C, Dash AK..

    Evaluation of Quick

    Disintegrating Calcium

    Carbonate Tablets. 2000.

    {Tersedia di

    http://www.pharmscitech.com, 

    diakses 14 November 2013).

    11. 

    Aulthon ME. Pharmaceutics TheScience of Dosage Form Design,

     New York: Longman Group

    Churchill Livingstone, 1988.

    12. 

    Departemen Kesehatan RI.

    Farmakope Indonesia,  Edisi 4,

    Jakarta: Departemen Kesehatan

    RI. 1995.

    13.  Fudholi A. Metode Formulasi

    Dalam Kompresi Direk. Medika,

    1983, 7. 586-593.

    14. 

    Eichman JD, Robinson JR.Mechanistic studies on

    effervescent induced

     permeability enhancement.

    Pharmaceutical Research, 1998,

    15(6): 925-930.

    15.  Eichman JD. Mechanistic

    studies on effervescent induced

     permeability enhancement,

    Disertasi. University of

    Wisconsin, Madison. 1997.

    16. 

    Kuswahyuning R. Pengaruh

    Laktosa dan Povidon dalam

    Formula Tablet Ekstrak

     Kaempferia galangal L. Secara

    Granulasi Basah. Skripsi,

    Universitas Gadjah Mada,

    Yogyakarta. 2005.

    17.  Mohrle R. Effervescent Tablets,

    in Lieberman, H.A., and

    Lachman, L., Pharmaceutical

    Dosage Form Tablet, Vol I, NewYork: Longman Group Churchill

    Livingstone. 1989.

    18.  Voigt R. Buku Pelajaran

    Teknologi Farmasi. Yogyakarta:

    Universitas Gadjah Mada.,

    1984., Ed 5. 169-586.

    19. 

    Banker GS, Anderson NR. Teori

    dan Praktek Farmasi Industri,

    Jilid II, Terjemahan Siti Suyatmi

    dan Iis Aisyah, Edisi II, Jakarta:

    Universitas Indonesia. 1994.

    http://www.pharmscitech.com/http://www.pharmscitech.com/http://www.pharmscitech.com/