contoh 1

14
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM TAHUN AJARAN 2014 - 2015 TASK READING 29

description

contoh

Transcript of contoh 1

Slide 1

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAMTAHUN AJARAN 2014 - 2015

HIPERTERMIA MALIGNATASK READING 29

Hipertermia adalah kondisi kegagalan pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) akibat ketidak mampuan tubuh melepaskan / mengeluarkan panas (misal pada heat stroke) atau produksi panas yang berlebihan oleh tubuh dengan pelepasan panas dalam laju yang normal.

*Suhu Normal (WHO) : 37,2 - 37,5C

Definisi

1:15.000Epidemiologi

1:40.000

Dengan Tingkat Kematian 70% namun diagnosis dini dan penggunaan dantrolene dapat mengurangi hingga 5%

ETIOLOGI

SUKSINILKOLIN

Fenotiazin

PATOFISIOLOGIkontraksi otot-> pelepasan asetilkolin->berdifusi membran postsynaptic yang terikat pada reseptor kolinergik >menghasilkan gelombang depolarisasi -> tubulus transversal (bertindak sebagai saluran untuk membawa potensial aksi Retikulum Sarkoplasma (SR) dengan Ca2

Pada hipertermi maligna, kontraksi otot terjadi tanpa penyebaran gelombang depolarisasi dan bersifat lama dan mungkin irreversibel

Produksi panas selama periode akut hipertermia maligna diperoleh dari metabolisme aerob, glikolisis, netralisasi ion H+ dan energi dalam proses transportasi ion, kontraksi dan relaksasi. Pada fase awal, produksi panas disebabkan oleh peningkatan metabolisme aerob dan pembentukan laktat memproduksi panas pada fase selanjutnya.

TANDA & GEJALATakikardi

Takipnea

Hipertensi/hipotensi

Hipertermi

Skin mottling

Urin warna kecoklatan

DIAGNOSIS BANDINGMalignant Hyperthermia Like Syndrome

Neuroleptic Malignant syndrome

Serotonin Syndrome

Thyroid Storm

PENATALAKSANAANLangkah awalPanggil bantuanHentikan prosedur operasi segeraHentikan pemakaian anestesi segeraHiperventilasi dengan oksigen 100%, lebih dari 10 L/menit untuk mengurangi kelebihan CO2.Ukur suhu tubuh.Larutkan 20 mg dantrolen dengan 60 ml air murni steril tiap vial. Satu vial dantrolen mengandung 3 g manitol.Berikan dantrolen dengan dosis awal 2,5 mg/kg dengan cepat. Ulangi sampai and-tidal CO2 turun. Dosis ulangan dapat ditingkatkan sampai 10 mg/kg bila perlu.Pastikan jalur intravena yang adekuat.Pastikan pemasangan arteri line.Pastikan pemasangan kateter urin.Bila operasi harus dilanjutkan, gunakan teknik/obat anestesi yang tidak memicu hipertermi maligna. Infus kontinyu propofal 100-200 mg/kg/menit dikombinasi dengan opioid.

PENATALAKSANAANPendinginan suhu tubuh < 380CMengatur temperatur yang lebih rendah pada ruang operasi.Hentikan semua alat penghangat. Tempatkan pak es disekitar pasien.Berikan larutan salin dingin lewat nasogastric tube.Irigasi luka pembedahan dengan larutan salin dingin.

Pemeriksaan laboratoriumSerial blood gasElektrolitFungsi koagulasiPemeriksaan darah rutinKreatinin kinaseMyoglobinLaktat Urinalisis

PENATALAKSANAANTerapi KomplikasiAsidosis metabolik : berikan natrium bicarbonat 1-2 mEq/kg.Hiperkalemia : hiperventilasi, calsium chloride 10 mg/kg atau calsium gluconas 10-50 mg/kg; glukosa/insulin 0,15 U insulin reguler /kg dan 1 ml/kg 50% glukosa.Aritmia ventrikuler : biasanya membaik pada terapi asidosis dan hiperkalemia. Dapat juga diberikan prokainamid 1,5 mg/kg tiap 5 menit sampai dosis total 15 mg/kg, atau dengan lidocain 1 mg/kg. Calsium channel blocker dikontraindikasikan, bersama pemberian dantrolen, karena dapat menyebabkan hiperkalemia dan Cardiac arrest.Rhabdomyolisis : Diuresis dengan furosemid dan bikarbonat untuk alkalinisasi urin dan mencegah penimbunan myoglobin dalam ginjal.

PENATALAKSANAANPenatalaksanaan LanjutanTeruskan dantrolen IV 1 mg/kg tiap 6 jam selama 36 jam atau lebih jika gejala masih ada.Teruskan pemeriksaan serial laboratorium tiap 6 jam.Teruskan terapi hipertermi, asidosis, hiperkalemia dan myoglobinuria. Cek glukosa darah tiap 1-2 jam bila diberikan insulin.Pastikan urin output > lebih dari 2 ml/kg/jam.Observasi munculnya kembali gejala dan tanda grisode akut hipertermi maligna.Penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang kejadian hipertermi maligna.

Chandra, Andien.2011. Hiperthermia (dalam http://andienchandra.wordpress.com/b-i-o-l-o-g-i/termoregulasi/hiperthermia/ , diakses 09 Desember 2014)Rice P, Martin E, Ju-Ren He, et.al Febrile-Range Hyperthermia Augments Neutrophil Accumulation and Enhances Lung Injury in Experimental Gram-Negative Bacterial Pneumonia. 2005. The Journal of Immunology, 174: 367685Ellis GS, Carlson DE, Hester L. G-CSF, but not corticosterone, mediates circulating neutrophilia induced by febrile-range hyperthermia. 2005. J Appl Physiol 98: 17991804El-Radhi AS, Caroll J, Klein N. Clinical Manual of Fever in Children. 2009. Springer-Verlag. Berlin Heidelberg: 25-43 Meinander A, Thomas S. Soderstrom, Kaunisto A. et.al. 2007. Fever-Like Hyperthermia Controls T Lymphocyte Persistence by Inducing Degradation of Cellular FLIPshort1. The Journal of Immunology, 178: 394453

Daftar Pustaka

Duke AM, Hopkins PM, Halsall PJ, Steele DS. Mg2+ dependence of Ca2+ release from the sarcoplasmic reticulum induced by sevoflurane or halothane in skeletal muscle from humans susceptible to malignant hyperthermia. 2006. British Journal of Anaesthesia 97 (3): 3208Nybo L. Hyperthermia and fatigue. 2008. J Appl Physiol 104: 871878Gonzalez-Alonso J, Crandall CG, and Johnson JM. The cardiovascular challenge of exercising in the heat. 2008. J Physiol 586.1:4553Aaron L. Chu, Ollie Jay, and Matthew D. White. The effects of hyperthermia and hypoxia on ventilation during low-intensity steady-state exercise. 2007. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol 292: R195R203Dalal S, Zhukovsky DS, Pathophysiology and Management of Fever. 2006. J Support Oncol;4: 916

Daftar Pustaka