Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

107
DEMOKRATISASI PENYIARAN : PERKEMBANGAN TANTANGAN & PELUANG Oleh AMIR EFFENDI SIREGAR KETUA PEMANTAU REGULASI DAN REGULATOR MEDIA (PR2MEDIA) PEMIMPIN UMUM MAJALAH WARTA EKONOMI PAKAR PENDAMPING RUU PENYIARAN KOMISI I DPR ANGGOTA DEWAN PERS (2003-2006) 1

description

Week 14 class material on 12 Dec 2013 Universitas Indonesia - IKP Pengantar Penyiaran

Transcript of Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Page 1: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

DEMOKRATISASI PENYIARAN : PERKEMBANGAN

TANTANGAN & PELUANG

Oleh AMIR EFFENDI SIREGAR

KETUA PEMANTAU REGULASI DAN REGULATOR MEDIA (PR2MEDIA) PEMIMPIN UMUM MAJALAH WARTA EKONOMI

PAKAR PENDAMPING RUU PENYIARAN KOMISI I DPR ANGGOTA DEWAN PERS (2003-2006)

1

Page 2: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

PENGANTAR Sejak 1998, lewat reformasi, Indonesia memilih

demokrasi sebagai jalan hidup berbangsa dan bernegara dengan Pancasila dan UUD 1945 (termasuk amandemen) sebagai landasan filsafat dan ideologinya. Berbagai peraturan perundang-undangan, khususnya di

bidang media dan penyiaran telah dilahirkan untuk membangun sebuah sistem media dan penyiaran yang demokratis yang menjamin keanekaragaman isi dan

kepemilikan

2

Page 3: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

PENGANTAR

Yang terjadi saat ini adalah berpindahnya kontrol yang terpusat oleh negara sebagai ciri negara otoriter ke dalam pelukan modal lewat pasar bebas yang tidak terkontrol, seringkali

mengabaikan kepentingan publik. Dikhawatirkan dapat melahirkan

otoritarianisme dalam bentuk baru, yaitu otoritaritarianisme kapital yang pada

gilirannya dapat juga membunuh demokrasi.

3

Page 4: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Filsafat dan ideologi media l  Dalam menyusun sebuah peraturan perundang-undangan,

khususnya undang-undang di bidang media dan penyiaran, maka menurut pendapat saya yang pertama kali harus dipahami adalah undang-undang ini haruslah

merupakan turunan dari filsafat dan ideologi negara. Sebuah usaha untuk membangun sebuah sistem penyiaran

yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Selanjutnya adalah memahami

bahwa undang-undang ini merupakan juga turunan dari prinsip-prinsip universal yang berlaku di dunia dalam

membangun sebuah sistem komunikasi, media dan penyiaran yang demokratis.

4

Page 5: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

DEMOKRASI INDONESIA

l Pancasila dan UUD 1945 tidak hanya menjamin hak-hak politik dan sipil, tapi

juga hak-hak ekonomi, sosial dan budaya bangsa Indonesia.

l Prinsip keadilan mendapat tempat yang sangat penting, yaitu kemanusiaan yang adil

dan beradab dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

l  5

Page 6: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

DEMOKRASI INDONESIA l  Indonesia secara tegas menyatakan ingin menegakkan

desentralisasi melalui otonomi daerah yang luas sesuai dengan UUD 1945 pasal 18, 18A, 18B . Tidak hanya

mengutamakan prinsip menjamin kebebasan berbicara, berpendapat, berorganisasi, berkomunikasi dan

berpolitik semata atau hanya menjamin adanya hak politik dan sipil saja sebagaimana tercantum pada pasal

27, 28 dan 29. Namun juga menjamin adanya hak ekonomi, sosial dan budaya masyarakat sebagaimana

tercantum pada pasal 31, pasal 32, pasal 33 dan pasal 34.

6

Page 7: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

DEMOKRASI INDONESIA

l  Semua ini memperlihatkan bahwa Republik Indonesia bergerak dari sistem otoriter yang

sentralistis ke sistem demokratis yang desentralistis. Negeri ini bukanlah negara liberal-kapitalistik atau otoriter, tapi negara demokrasi

yang tidak hanya menjamin hak sipil dan politik, tetapi juga hak ekonomi, sosial dan budaya yang

membutuhkan pelaksanaan keadilan dan penghargaan terhadap minoritas.

7

Page 8: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Memerlukan: 1.  Jaminan terhadap “freedom of expression,

speech and of the press”. 2.  Jaminan terhadap “diversity of ownership,

content and voices”. 3.  Jaminan terhadap distribusi informasi dan

media yang tepat sasaran

8

DEMOKRATISASI MEDIA

Page 9: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

REGULASI MEDIA Media Cetak:

Pengaturan diri sendiri (“Self Regulatory”) lebih menentukan

(dominan). Terdapat Dewan Pers sebagai “ Independent Self Regulatory Body”. Terutama menggunakan

UU Pers.

Media Elektronik:

Peranan Badan Regulasi Independen (“Independent Regulatory Body”) seperti Komisi Penyiaran Indonesia yang merupakan lembaga negara lebih menentukan (dominan) karena media

elektronik mempergunakan ranah publik. Terutama menggunakan UU Penyiaran

9

Page 10: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

REGULASI MEDIA

UNDANG-UNDANG PERS NO 40/1999 DAN

UNDANG-UNDANG PENYIARAN NO 32/2002 Berikut Dengan Peraturan Pemerintah.

Dan UU Lain terkait seperti UU Telkom, UU Larangan Praktek Monopoli & Persaingan Usaha Tidak Sehat, UU

Informasi dan Transaksi Elektronik, UU Keterbukaan Informasi Publik. Dan lain lain.

10

Page 11: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

REGULASI MEDIA PENYIARAN

Highly Regulated karena : Pertama, media ini mempergunakan ranah publik.

Kedua, frekuensi yang dipakai bersifat terbatas (scarcity theory). Bila nanti teknologi digital mulai dipergunakan, jumlah lembaga penyiaran bisa dan akan lebih banyak,

tapi tetap terbatas. Ketiga, siaran televisi dapat memasuki dan menembus

ruang keluarga, ruang tidur kita secara serentak dan meluas, tanpa kita undang (pervasive presence theory).

11

Page 12: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

SITUASI DAN PETA MEDIA SAAT INI:

1.BERGESERNYA OTORITARIANISME NEGARA KE OTORITARIANISME KAPITAL,

2. INDEPENDENSI MEDIA DIPERTANYAKAN 3. MEDIA UMUMNYA ELITIS, ISINYA SERAGAM &

HIBURAN DOMINAN. 4.KONSENTRASI TERJADI, KEANEKARAGAMAN ISI

DAN KEPEMILIKAN DIABAIKAN 5.LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK & KOMUNITAS

TIDAK CUKUP DIPERHATIKAN

12

Page 13: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

MENGAPA TERJADI ? 1. Lemahnya pemahaman terhadap Konstitusi dan Demokrasi.

2. Peraturan dan kebijakan lainnya tidak konsisten dengan undang-undang.

3. Regulasi yang disalah tafsirkan oleh pengusaha yang sekaligus mempergunakan celah hukum.

4. Pasar dibiarkan bergerak liar tanpa kontrol, kepentingan publik cendrung terabaikan. Sistem penyiaran tidak jelas

termasuk “ rating system”. 5. Penegakan hukum lemah atau sama sekali tidak dilakukan

oleh regulator terutama oleh pemerintah. 6. Kooptasi kapital terhadap berbagai pihak.

13

Page 14: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

PETA MEDIA CETAK

l  Sebenarnya, media yang paling elit, atau yang peredaran dan jangkauannya paling kecil

dibandingkan dengan radio dan televisi, adalah media cetak. Jumlahnya sebesar 1.324 yang terdiri 630 suratkabar harian dan mingguan, 694 tabloid dan

majalah . Total sirkulasinya sekitar 23,3 juta dengan 10 juta juta eksamplar suratkabar harian/mingguan untuk 240 juta penduduk (SPS 2013). Jumlah itu

sangat kecil dibanding dengan negara maju, seperti Amerika, Jepang dan lainnya yang jumlah

sirkulasinya sebanding dengan jumlah penduduk 14

Page 15: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

PETA MEDIA CETAK

15

Jumlah yang kecil ini memang sangat berhubungan secara signifikan dengan keadaan ekonomi dan potensi pembaca yang bila dilihat dari jumlah penduduk yang berpendidikan dan sudah berkerja SMA keatas jumlahnya hanya sekitar 36 juta dari 110,8 juta penduduk yang

bekerja (BPS 2012).

Page 16: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

PETA MEDIA CETAK l  Tiap suratkabar atau majalah di Indonesia sirkulasinya

berkisar antara ribuan dan puluhan ribu hanya beberapa saja yang ratusan ribu, sementara di negara maju banyak sekali yang ratusan ribu bahkan jutaan. Di Indonesia, media cetak beredar terutama didaerah

urban dan kota besar. Sebagian media cetak menggunakan internet untuk memperluas peredaran. Meskipun pengguna internet tumbuh pesat, penetrasi internet di Indonesia baru sekitar 24,23% persen atau sekitar 63 juta penduduk (APJII 2012 ). Sementara di

negara maju penetrasi internet sekitar 70% ke atas.

16

Page 17: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Model Bisnis Baru Media Cetak Pendapatan yang berasal dari sirkulasi saat ini sangat

kecil sementara iklan diperebutkan oleh banyak penerbitan. Disamping itu teknologi komunikasi,

khususnya internet berkembang sangat pesat. Untuk tetap hidup dan berkembang, saat ini diperlukan model

baru bisnis media cetak, yang tidak hanya mengandalkan revenue konvensional seperti sirkulasi yang semakin

mengecil dan iklan yang diperebutkan banyak penerbit. Diperlukan program pendapatan baru yang melibatkan pembaca dan komunitas yang bernilai ideal sekaligus

komersial. 17

Page 18: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Model Baru Bisnis Media Cetak

Svida Alisjahbana dalam pertemuan CEO Media di Manado Februari lalu menyajikan secara sangat menarik

model baru bisnis media cetak kelompok FEMINA. Presentasinya yang berjudul Brand Relevance

memperlihatkan secara jelas kekuatan komunitas ( the Power of Community ) dalam mempertahankan dan

mengembangkan bisnis majalah FEMINA. Bayangkan Femina membangun komunitas yang disebut dengan Women Entrepreneur, Career Woman, Food Lovers,

Beauty, Finance Manager, Smart Shopper, Fashion Lover, Traveller.

18

Page 19: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Model Baru Bisnis Media Cetak

l  Bambang Harymurti, CEO Majalah Tempo memberikan penekanan khusus pada model bisnis

hibrida. Digital tidak dianggap sebagai ancaman. Versi Cetak dan digital harus berjalan secara bersama-sama. Meskipun saat ini penghasilan dari versi digital dalam

kasus Indonesia masih sangat kecil, namun masa depannya sangat menjanjikan. Model bisnis hibrida ini sudah terbukti manjur. Bambang mengambil The New York Times sebagai contoh. Sirkulasi digital berbayar sebanyak 830 ribu sementara sirkulasi versi cetak 780

ribu ( Pers Kita, Maret 2013) 19

Page 20: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Model Baru Bisnis Media Cetak l Demikian juga yang terjadi dengan dengan Majalah Swa dan Warta Ekonomi, kegiatan di luar cetak (off-print) dalam bentuk seminar,

workshop, penelitian, pemberian penghargaan dan lainnya merupakan revenue baru yang tinggi.

Komposisi pendapatan (revenue) menjadi berubah. Sirkulasi yang tadinya cukup besar saat ini hanya sekitar 10-15%, sementara dari iklan menjadi sekitar 35-45% dan dari aktivitas off-

print (events)sekitar 35-45 %. Meskipun sebenarnya seluruh aktivitas itu terintegrasi . 20

Page 21: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Model Baru Bisnis Media Cetak l  Inilah yang disebut sebagai model baru bisnis media cetak. Media cetak tidak bisa lagi berdiri

sendiri. Harus memanfaatkan teknologi dan kawin dengan versi online nya. Membangun, mengorganisir dan memanfaatkan pembaca/komunitasnya. Melakukan kegiatan yang

bermanfaat bagi komunitas dan penerbitannya, baik secara ideal maupun komersial.

Menggunakan dan bekerjasama dengan media lainnya, termasuk radio dan televisi. Semuanya

terintegrasi secara baik. 21

Page 22: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Model Baru Bisnis Media Cetak l Namun, titik sentral dan penting dari semua

aktivitas itu adalah membuat isi atau content sebaik-baiknya, karena dari isi yang prima dan

kredibitel itulah dibangun kepercayaan terhadap media (brand image) dan penjabaran aktivitas lainnya. Isi media yang baik memang seharusnya menampilkan wajah, aktivitas dan kepentingan pembaca/komunitas bukan wajah

dan aktivitas pemilik.

22

Page 23: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Televisi

l Televisi swasta ternyata baru menjangkau sekitar 78 % penduduk yang 67 % diantaranya atau sekitar 122 juta mempunyai akses (Media

Scene, 2011). TVRI yang diharapkan menjangkau luas dan menjadi

alternatif belum mendapat perhatian yang layak.

23

Page 24: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

TELEVISI l  Isi stasiun televisi swasta, lebih diorientasikan

untuk penduduk urban, bersifat sangat seragam dan elitis. Betapa tidak, mayoritas stasiun televisi yang sekitar 218 dari 300 stasiun televisi dikuasai

oleh 10 stasiun televisi Jakarta/Nasional yang mendasarkan dirinya pada rating yang dibuat

Nielsen yang melakukan penelitian hanya di 10 kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Semarang,

Surabaya, Yogyakarta, Medan, Makassar, Palembang, Banjarmasin, Den Pasar dengan lebih

dari 50 % sampelnya berada di Jakarta. 24

Page 25: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Radio l Radio yang jangkauannya paling luas di

Indonesia. Ini adalah media yang paling demokratis dalam hal keanekaragaman isi dan kepemilikan. Terdapat sekitar 1178

stasiun radio dengan sekitar 775 radio komersial , sisanya adalah radio publik lokal, komunitas . Kemudian terdapat

sekitar 77-80 stasiun RRI. Namun perlu diperkuat dan diberdayakan lagi.

25

Page 26: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

MEDIA BARU

26

Penetrasi Internet –  Singapura 77,2 % ( 3,6 juta org) –  Jerman 82,7 % (67,7 juta org) –  Taiwan 70,0 % (16,1 juta org) –  Malaysia 61,7 % ( 17,7 juta org) –  China 38,4 % (513 juta org ) –  Phillipines 33,0 % (33,6 juta org) –  Thailand 27,4 % ( 18,3 juta org) –  Indonesia 22,4 % ( 55 juta orang) Sumber Internet World Stats ( 31 Dec 2011 and updated March 2012)

Page 27: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

PENGUASA MEDIA 1. MNC GROUP, 2. CT CORP,

3. EMTEK, 4. VISI MEDIA ASIA, 5. METRO/MEDIA GROUP, 6. KOMPAS/GRAMEDIA,

7. JAWA POS GROUP, 8. BERITA SATU MEDIA/LIPPO, 9. TEMPO GROUP, 10. FEMINA,

l 11. MRA MEDIA, 12. MAHAKA MEDIA. (Nugroho, et al.2012)

27

Page 28: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

PENGUASA TELEVISI l 1. MNC memiliki dan menguasai RCTI, Global

TV dan MNC TV/TPI dengan jaringan di daerah. 2. EMTEK menguasai SCTV dan

Indosiar dengan jaringan. 3. CT Corp menguasai Trans TV dan Trans 7 dengan

jaringan. 4. Visi Media Asia (Viva) menguasai ANTV dan TV One berikut jaringan.

l 5. Metro TV dan jaringan. l Sekitar 218 LPS yang jumlahnya sekitar 300

dikuasai oleh 5 kelompok usaha tersebut.

28

Page 29: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

ISI DAN RATING TV SWASTA Riset di lakukan oleh Nielsen terhadap 10 kota

(Nielson April 2010). l  : 1. Jakarta (57%),

l 2. Surabaya 19 %, 3. Yogyakarta (5%), l 4. Bandung (4%), 5. Medan (4%),

l 6. Palembang (3%), 7. Semarang (2%), l 8. Makassar (2%), 9. Denpasar (2%),

l 10. Banjarmasin (1%) l Total Penduduk 49.525.103

29

Page 30: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Isi dan Rating TV

l Banyak orang menduga bahwa berita yang disajikan oleh stasiun televisi dengan gaya dan bentuknya sekarang ini memperoleh rating tinggi dan keuntungan komersial. Ternyata tidak! Jauh panggang dari api!

(Kompas 24 April 2010)

30

Page 31: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

ISI DAN RATING TV

l  Berdasarkan data dari AGB Nielsen Indonesia pada 28/3 sampai dengan 10/4/2010, dalam hal rating dan market share, posisi stasiun televisi

yang menjadikan berita sebagai menu utama, yaitu TV ONE dan Metro TV, berada pada posisi 9 dan

10 diantara 10 stasiun televisi swasta lainnya. Riset inilah yang dipakai sebagai referensi oleh

pemasang iklan (Kompas 24 April 2010)

31

Page 32: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

ISI DAN RATING TV

l Rating dan market share berita (news) jauh di bawah program non news, terlempar jauh dibawah peringkat 75. Yang nilainya tinggi dan masuk 10 besar antara lain program non news seperti Opera Van Java, Cinta Fitri, Take Celebrity Out dan Termehek-mehek.

32

Page 33: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

ISI DAN RATING TV

l Mereka yang bergerak di dunia bisnis pertelevisian mengetahui bahwa hanya

setasiun televisi peringkat 1 sampai 4 yang bisa mendapat iklan besar dan memperoleh untung, sementara stasiun televisi peringkat 5 kebawah, “berdarah-darah” dan merugi.

(Kompas 24 April 2010)

33

Page 34: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

ISI DAN RATING TV SWASTA Riset di lakukan oleh Nielsen terhadap 10 kota

(Nielsen May 2013). l  : 1. Jakarta (60,71%),

l 2. Surabaya 17,26 %, 3. Yogyakarta (4,75%), l 4. Bandung (4,69 %), 5. Medan (3,99 %),

l 6. Palembang (2,93 %), 7. Semarang (3,16 %), l 8. Makassar (2,68 %), 9. Denpasar (2,12 %),

l 10. Banjarmasin (1,26 %) l Total Penduduk 46.887.780

34

Page 35: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

ISI DAN RATING TV SWASTA Sampel terhadap 10 kota (Nielsen 28 April - 4 May 2013). l  : 1. Jakarta (2031 = 24,79 %), 2. Surabaya (1295=15,62

%), 3. Yogyakarta (708=8,54% %), l  4. Bandung (680=8,20% %), 5. Medan (661=7,97 %),

l  6. Palembang (641=7,73 %), 7. Semarang (611=7,37 %), l  8. Makassar (585=7,05%), 9. Denpasar (657=7,92 %),

l  10. Banjarmasin (421=5,07%) l  Jumlah Sample 8290

35

Page 36: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

16 Besar Program (28 April – 4 Mei 2013)

l  1. Tukang Bubur Naik Haji (RCTI), l  2. X Factor (RCTI),

l  3. Berkah (RCTI), 4. On The Spot (Trans 7 ), 5. Raden Kian Santang (MNC TV),

6.SCTV Music Awards, 7. Opera Van Java (Trans 7), 8. Cinta 7 Susun (RCTI),

9. Telekuis Music Awards (SCTV), 10. ISL : Madura vs Persib (ANTV),

36

Page 37: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

16 Besar Program (28 April – 4 Mei 2013)

l  11. Al Ustadz Jefri (SCTV),

12. Teman Makan Teman (IVM), 13. Yang Muda Yang Bercinta (RCTI), 14. Indonesia Mencari Bakat (Trans),

15. 7 Hari Ustadz Jefri (SCTV), 16. Tukang Sayur Kebelet Kawin (SCTV).

37

Page 38: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Berita dan Informasi

73. Liputan 6 Siang (SCTV). 77. Liputan 6 Petang (SCTV), 79. Liputan 6 Terkini (SCTV),

82. Sekilas Info (RCTI), 87. Kabar Kabari (RCTI),

96. Insert Investigasi (Trans), 100. Selebrita (Trans 7),

125. Reportase Sore (Trans), 129. Reportase (Trans),

140. Seputar Indonesia (RCTI). 38

Page 39: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Berita dan Informasi

l 220. Lawyers Club (TV One), 223. Topik Petang (ANTV),

l 256. Apa Kabar Indonesia (TVOne), l 488. Prime News (Metro TV)

39

Page 40: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Top I0 Market Share

1. RCTI 19,5, 2. SCTV 15,9, 3. Trans7 12.0, 4. Trans 10.4, 5. MNC TV 10.3, 6. IVM 7,8, 7. Global TV 6,7. 8. ANTV 6, 9. TV One 4,9. 10. Metro TV 1.8.

40

Page 41: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

ISI DAN RATING TV l Kita membutuhkan kehidupan dan isi media yang sehat. Media terikat pada ideologi bangsa

dan ideologi media. Terutama media yang mempergunakan ranah publik harus ditujukan

untuk kepentingan publik. Untuk itu perlu sebuah sistem penyiaran yang demokratis dan sehat, yang menjamin keanekaragaman isi dan

kepemilikan yang melahirkan banyak dan berbagai macam institusi rating.

41

Page 42: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

BELANJA IKLAN (2012) Rp. 89,3 T

l MEDIA ELEKTRONIK Televisi 57, 18 T (64%), Radio 0,705 T (0,8%)

l MEDIA CETAK Newspaper 27,73 T (31%),

Magazine 1,71 T (2,1%), Tabloid 0,772 (1.0%) MEDIA OUTDOOR

1,23 T (1,6%) Sumber Media Scene Vol 24: 2012/2013 42

Page 43: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

BELANJA IKLAN (2012)

l MEDIA ELEKTRONIK ( TV & Radio) 63 % l MEDIA CETAK 36 % l MEDIA ONLINE 1 %

l  Jumlah : Rp. 87, 4 T ( Sumber Nielsen-SPS) l Catatan : TV 62 %, Radio 1%, Suratkabar 33%,

Tabloid/Mag 3-4%. 43

Page 44: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

1.  Lembaga Penyiaran Swasta 2.  Lembaga Penyiaran Publik

3.  Lembaga Penyiaran Komunitas 4.  Lembaga Penyiaran Berlangganan

44

LEMBAGA PENYIARAN

Page 45: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

1. Lihat secara garis besar sistem penyiaran di

Eropa, Amerika Serikat dan Indonesia. 2.

Posisi Lembaga Penyiaran Publik di Indonesia.

45

PERBANDINGAN LEMBAGA PENYIARAN

Page 46: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK l  Main Principles of Public Service Broadcasting Neither commercial nor state-controlled, public

broadcasting’s only raison d’etre is public service. It is public’s broadcasting organization;

it speaks to everyone as a citizen. Public broadcasters encourage access to and

participation in public life. They develop knowledge, broaden horizons and enable people

to better understand themselves by better understanding the world and others. (World Radio

and Television Council 2002).

46

Page 47: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Lembaga Penyiaran Publik

l Lembaga ini diharapkan menjadi alternatif dan penyeimbang lembaga penyiaran swasta, bukan sebagai saingan. Itulah

sebabnya undang-undang yang baru nanti harus mengatur secara terperinci jelas,

lengkap dan tegas, agar transformasi yang saat ini belum terjadi secara baik , dapat

berjalan tuntas.

47

Page 48: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Melihat kompleksitas permasalahan lembaga penyiaran publik di Indonesia, sebaiknya

memang uu penyiaran untuk lembaga penyiaran publik dan lembaga penyiaran

swasta dipisah.

48

REGULASI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK

Page 49: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Stasiun Berjaringan l  Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, untuk Indonesia, sistem yang tepat adalah sistem penyiaran yang berlandaskan pada stasiun televisi

berjaringan dan stasiun lokal. Induk stasiun berjaringan tidak harus terletak di ibukota negara,

tapi juga bisa terdapat dan dibangun di daerah, misalnya ibukota propinsi. Suatu hari nanti

diharapkan akan lahir puluhan stasiun jaringan, ribuan stasiun televisi lokal yang bisa independen,

berafiliasi dan dimiliki jaringan.

49

Page 50: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Pengaturan Kepemilikan

l  Pemusatan kepemilikan oleh satu orang atau satu badan hukum terhadap lembaga penyiaran swasta

baik yang merupakan stasiun lokal dan stasiun berjaringan harus diatur ketat. Menurut pendapat saya, kepemilikan dan penguasaan oleh seseorang

atau suatu badan hukum apapun, ditingkat manapun terhadap lebih dari satu stasiun jaringan

harus sangat dibatasi demikian juga terhadap stasiun televisi lokal.

50

Page 51: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Regulator Penyiaran & Perijinan

l  Di negara demokrasi, regulator utama penyiaran adalah lembaga negara independen sebagaimana

FCC di Amerika Serikat, OFCOM di Inggris, ACMA di Australia, ICASA di Afrika Selatan, CSA di Perancis dan banyak negara demokrasi

lainnya. Demikian juga seharusnya di di Indonesia, yaitu Komisi Penyiaran Indonesia

(KPI)

51

Page 52: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Independensi dan Netralitas dalam Jurnalisme dan Media

l Beberapa konsep penting perlu dijelaskan, antara lain tentang jurnalisme dan

jurnalistik, independensi dan netralitas serta jenis dan bentuk media. Sehingga kita

mengetahui secara jelas independen dan netral itu apa dan terhadap siapa ? Kepada

siapa jurnalis dan media seharusnya berpihak ? Apa sanksinya ?

52

Page 53: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Independensi dan Netralitas l  Jurnalisme adalah sebuah paham tentang kegiatan

jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan

menyampaikan informasi dengan menggunakan media. Dalam jurnalisme terkandung idealisme. Ada ideologi, yaitu usaha memberikan informasi

untuk pemberdayaan masyarakat. Bill Kovach dan Tom Rosentiel merumuskan bahwa tujuan

utama jurnalisme adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan publik agar mereka bisa hidup

merdeka dan mengatur diri sendiri.

53

Page 54: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Independensi dan Netralitas

l Jurnalisme bukan hanya sesuatu yang bersifat teknis penyajian, tapi

terdapat idealisme. Jurnalistik adalah implementasi dari ideologi

jurnalisme.

54

Page 55: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Independensi dan Netralitas l  Dalam jurnalisme dan kegiatan jurnalistik

terdapat prinsip independensi dan netralitas yang harus ditegakkan. Independen dalam arti

merdeka menjalankan ideologi jurnalisme. Netral artinya berimbang, akurat, tidak memihak kecuali kepentingan publik. Independensi dan netralitas

itu memang berbeda tapi merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Bila ingin

menjadi media yang baik, kedua prinsip itu harus dijalankan

55

Page 56: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Independensi & Netralitas

Itu sebabnya Kode Etik Jurnalistik yang disahkan oleh Dewan Pers merumuskan

secara sangat bagus dalam satu tarikan nafas: “ Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang,

dan tidak beriktikad buruk “ Dengan penafsiran yang sangat jelas bahwa prinsip

independensi dan netralitas harus dilaksanakan (Pasal 1).

56

Page 57: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Independensi & Netralitas

l Sementara itu Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS)

yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia juga juga menyatakan dalam satu tarikan nafas : “ Lembaga penyiaran wajib

menjaga independensi dan netralitas isi siaran dalam setiap program siaran “

l  ( Pasal 11 ayat 2 P3) . 57

Page 58: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Independensi & Netralitas Dalam SPS diatur secara lebih detil dan tegas

bahwa independensi dan netralitas harus dijaga dengan antara lain menyatakan bahwa

program siaran wajib dimanfaatkan untuk pentingan publik, tidak untuk kelompok tertentu dan dilarang untuk kepentingan

pribadi pemilik dan kelompoknya. (Pasal 11 SPS). Selanjutnya dalam program jurnalistik harus akurat, adil, berimbang, tidak berpihak.

(Pasal 40 SPS). 58

Page 59: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Independensi & Netralitas Dapatkah pemberitaan suratkabar memuat berita

tentang pemiliknya setiap hari dengan porsi yang besar kemudian memuji-muji diri sendiri.

Tidak ada larangan secara hukum terhadap media cetak yang tidak mempergunakan ranah publik ini sepanjang tidak mencemarkan nama

baik orang lain. Sanksinya adalah etik dan sosial. Kredibiltas media menjadi turun, masyarakat menjadi muak dan bosan. Suratkabarnya ditinggalkan pembaca.

59

Page 60: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Independensi dan Netralitas Bagaimana bila itu terjadi di Televisi maupun

Radio yang mempergunakan frekuensi dan ranah publik. Regulator harus menegur dan melarangnya dengan sanksi etik dan hukum mulai dari yang ringan sampai dengan berat

sesuai dengan peraturan yang berlaku. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), KPU,

Kemenkominfo serta Dewan Pers harus secara tegas menegakkan etika dan hukum.

60

Page 61: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Independensi dan Netralitas

l Mungkinkah media itu independen dan netral 100%. Tidak akan pernah ! Itu

sebabnya perlu dikontrol secara internal maupun eksternal. Semakin tinggi derajat independensi dan netralitasnya, semakin

tinggi kredibiltasnya, semakin disukai dan semakin mampu membentuk opini publik.

61

Page 62: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Digitalisasi & Multipleksing

l  Penyiaran kini memasuki era digitalisasi, akan terdapat 2 (dua) lembaga penyiaran:

l  1. Lembaga penyiaran yang menyediakan berbagai macam program dan

l  2. Lembaga penyiaran yang menyalurkan program-program, yaitu lembaga penyelenggara

mulktipleksing.

62

Page 63: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Digitalisasi & Multipleksing l Untuk menjamin terselenggaranya penyiaran yang demokratis, seharusnya penyelenggara multiplleksing ini adalah

sebuah badan usaha yang independen dan profesional. Bisa merupakan konsorsium

dari banyak banyak badan usaha, atau merupakan badan usaha milik negara.

Negara harus mengontrol dan tidak melepaskannya begitu saja kepada pasar

63

Page 64: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

DIGITALISASI TV VERSI

PERMEN 22 DIBATALKAN MA

Mahkamah Agung (MA) pada 3 April 2013 membatalkan Permen No 22 dengan mengabulkan

gugatan Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) dan Asosiasi Televisi Jaringan Indonesia

( ATVJI). Namun tampaknya pemerintah bersikeras menjalankan digitalisasi berdasarkan permen dan tak

akan membatalkan keputusan.

64

Page 65: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Implikasi Putusan MK MK pada 3/10/2012 menolak permohonan Koalisi

Independen Untuk Demokratisasi Penyiaran (KIDP) yang meminta tafsir tunggal tentang pemusatan kepemilikan.

Namun, ketika membaca pertimbangan hukumnya, secara implisit mereka "menerima". MK menolak memberi

tafsir, tapi sebenarnya memberi tafsir. Terdapat 2 Hakim yang melakukan “dissenting opinion”.

Kini, banyak badan hukum yang memiliki lebih dari 1 LPS di satu daerah dengan jaringan di daerah lain.

Menurut KIDP itu dilakukan karena tafsir yang keliru.

65

Page 66: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Anggota KIDP 1. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia,

2. AJI Jakarta, 3. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers , 4. Yayasan 28, 5. Pemantau Regulasi dan Regulator Media (PR2MEDIA), 6. Media Lintas Komunitas (MEDIALINK), 7. Yayasan TIFA,

8.Jaringan Radio Komunitas (JRKI), 9. Remotivi, 10. Masyarakat Cipta Media, 11. Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP), 12. Institute for

Criminal Justice Reform (ICJR)

66

Page 67: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Implikasi Putusan MK

l MK menolak melakukan tafsir karena tafisrnya sudah jelas terdapat dalam

Undang-Undang Penyiaran dan PP No. 50/ 2005. Sehingga bila terjadi penyimpangan, bukanlah masalah konstitusionalitas tapi soal implementasi norma Keputusan MK

jelas menolak pemusatan kepemilikan yang sekarang terjadi.

67

Page 68: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

PEMBATASAN KEPEMILIKAN l  UU Penyiaran menetapkan 3 pasal penting, yaitu

pasal 18 ayat (1) yang menyatakan: l  Pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga

Penyiaran Swasta oleh satu orang atau satu badan hukum, baik di satu wilayah siaran maupun di

beberapa wilayah siaran, dibatasi. l  Kemudian, Pasal 20 yang menyatakan:

l  Lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran televisi masing-masing hanya dapat menyelenggarakan 1 (satu) siaran dengan 1

(satu) saluran siaran pada 1 (satu) cakupan wilayah siaran.

l  68

Page 69: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

PEMBATASAN KEPEMILIKAN Pasal 34 Ayat (4):

Izin penyelenggaraan penyiaran dilarang dipindahtangankan kepada pihak lain.

Penjelasan Pasal 34 Ayat (4): Yang dimaksud dengan Izin penyelenggaraan penyiaran dipindahtangankan

kepada pihak lain, misalnya izin penyelenggaraan penyiaran yang diberikan kepada badan hukum

tertentu, dijual, atau dialihkan kepada badan hukum lain atau perseorangan lain.

69

Page 70: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

PEMBATASAN KEPEMILIKAN Pasal 34 Ayat (4):

Izin penyelenggaraan penyiaran dilarang dipindahtangankan kepada pihak lain.

Penjelasan Pasal 34 Ayat (4): Yang dimaksud dengan Izin penyelenggaraan penyiaran dipindahtangankan

kepada pihak lain, misalnya izin penyelenggaraan penyiaran yang diberikan kepada badan hukum

tertentu, dijual, atau dialihkan kepada badan hukum lain atau perseorangan lain.

70

Page 71: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

PEMBATASAN KEPEMILIKAN l  PP No. 50 /2005 tentang LPS Pasal 32 ayat (1) menyatakan:

l  “Pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta jasa penyiaran televisi oleh 1 (satu) orang

atau 1 (satu) badan hukum, baik di satu wilayah siaran maupun di beberapa wilayah siaran, di seluruh wilayah

Indonesia dibatasi sebagai berikut: a. 1 (satu) badan hukum paling banyak memiliki 2 (dua) izin penyelenggaraan

penyiaran jasa penyiaran televisi, yang berlokasi di 2 (dua) provinsi yang berbeda; b. paling banyak memiliki saham

sebesar 100% (seratus perseratus) pada badan hukum ke-1 (kesatu); c. paling banyak memiliki saham sebesar 49%

(empat puluh sembilan perseratus) pada badan hukum ke-2 (kedua); dan seterusnya.

71

Page 72: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

KEPEMILIKAN SILANG Kepemilikan silang baik langsung maupun tidak

langsung dibatasi: a.  1 LPS Radio dan 1 LPB dengan 1 media cetak

di wilayah yang sama, b.  b. 1 LPS TV dan 1 LPB dengan 1 (satu)

perusahaan media cetak. c.  c. 1 LPS Radio dan 1 LPS TV dengan 1 LPB

(Pasal 33 PP No 50 Tahun 2005)

72

Page 73: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Implikasi Putusan MK 1. Pemerintah dan atau Regulator Penyiaran harus menegakkan

hukum dan mengeluarkan kebijakan yang sesuai peraturan perundang-undangan.

2. Berbagai pihak dapat melakukan gugatan kepada pemerintah dan atau Regulator Penyiaran karena telah melakukan pembiaran atas

terjadinya pelanggaran hukum. 3. Berbagai pihak yang merasa dirugikan dapat melakukan gugatan

hukum. 4. Undang-undang penyiaran yang baru harus secara jelas dan tegas

merumuskan pembatasan kepemilikan agar tidak terjadi lagi manipulasi hukum . RUU ini memberikan batas waktu penyesuaian

untuk radio 1 ½ tahun dan televisi 3 tahun.

73

Page 74: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

MENGAWAL RUU PENYIARAN TERUTAMA ISU PENTINGNYA

l Setelah melalui perdebatan panjang, RUU Penyiaran yang baru sebagai inisiatip DPR telah disahkan melalui rapat paripurna pada

tanggal 23 Oktober 2012. Isinya secara prinsip bagus dan demokratis tentu saja dengan beberapa catatan. RUU ini perlu dikawal secara ketat agar lebih baik dan

tetap demokratis.

74

Page 75: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

RUU PENYIARAN VERSI DPR VERSUS PEMERINTAH

l Pemerintah akhir Mei lalu telah menyerahkan RUU Penyiaran Pendamping

Versi Pemerintah yang sangat otoriter cendrung fasis dan memberikan banyak

kesempatan bagi terjadinya praktek “rent seeking”

75

Page 76: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Landasan Filosofis RUU DPR dimulai dengan pemikiran filosofis yang demokratis dan bagus. Kemerdekaan berpendapat

harus dijamin dan dijalankan secara bertanggungjawab. Spektrum frekuensi radio adalah

milik publik dan sumber daya alam terbatas yang harus digunakan untuk kemakmuran rakyat.

Keanekaragaman kepemilikan dan isi harus dijamin dan dilaksanakan untuk menjaga pluralisme

masayarakat, otonomi daerah, integrasi dan identitas nasional guna mewujudkan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan pemikiran yang bersifat filosofis ini ruu ini disusun.

76

Page 77: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Regulator Penyiaran

l RUU ini tegas menetapkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Pemerintah

sebagai regulator penyiaran dengan KPI sebagai regulator utamanya. Di banyak

negara demokrasi, memang yang menjadi regulator utama penyiaran adalah lembaga

negara independen.

77

Page 78: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Regulator Penyiaran

l  KPI antara lain bertugas menjamin masyarakat menerima isi siaran yang sehat dan menciptakan tatanan informasi nasional yang adil merata dan

seimbang. Kemudian KPI berwenang memberikan Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP),

membentuk peraturan penyelenggaraan penyiaran, menetapkan Standar Program Siaran dan

memberikan sanksi atas pelanggaran. Pemerintah mengeluarkan Izin Penetapan Frekuensi untuk

penyiaran. 78

Page 79: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Regulator Penyiaran Namun RUU ini memberikan KPID wewenang mengeluarkan

IPP di daerah. KPI Pusat juga mengeluarkan IPP. Apa bedanya ? Apakah IPP dari KPI Pusat khusus untuk

Induk LPS ? RUU tidak memberikan penjelasan. Ini dapat membuat terjadinya pertikaian dan kesulitan banyak pihak.

Seharusnya hubungan KPI dan KPID bersifat hirarkis dan juga bersifat koordinatif. Pengaturan penyiaran yang juga mengatur

penggunaan frekuensi terikat pada ketentuan International Telecommunication Union (ITU) yang sifatnya juga hirarkis

dan koordinatif. Oleh karena itu sebaiknya IPP hanya dikeluarkan oleh KPI Pusat namun harus melalui proses dan

rekomendasi dari KPID. 79

Page 80: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Penyiaran Publik Sebagai penyeimbang, kehadiran Lembaga

Penyiaran Publik (LPP) adalah keharusan. RUU menyatakan bahwa LPP adalah Radio Televisi Republik Indonesia (RTRI) yang merupakan

gabungan RRI dan TVRI. Agar LPP tumbuh dan berkembang pesat, RTRI akan diatur dengan undang-undang terpisah yang masih dalam

pembahasan di DPR. Ini adalah suatu hal yang positip namun harus segera dilakukan dan lahir

bersamaan dengan UUP 80

Page 81: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Penyiaran Komunitas Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK) mendapat

tempat penting disamping lembaga penyiaran publik, swasta, dan berlangganan. LPK didirikan oleh

komunitas di wilayah tertentu atau oleh komunitas yang terikat dengan kepentingan tertentu, bersifat independen, nirlaba, serta melayani kepentingan komunitasnya. Sumber pembiayaan berasal dari

komunitasnya dan atau sumbangan, hibah, sponsor. Konsep LPK ini mendekati konsep penyiaran

komunitas di Eropa Barat dan public broadcasting service di Amerika Serikat.

81

Page 82: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Penyiaran Komunitas

l Yang menarik dan baru adalah LPK dapat memancarluaskan siaran melalui jaringan

LPK. Itu berarti LPK Universitas Indonesia dapat berjaringan dengan LPK UGM dan

perguruan tinggi lainnya. Jaringan ini tidak harus nasional, tapi bisa regional. Ide

jaringan LPK adalah ide yang bagus namun memerlukan pengaturan lebih lanjut .

82

Page 83: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Penyiaran Swasta & Jaringan l Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) yang

kini dominan tentu saja penting dalam RUU ini. LPS yang ingin

memancarluaskan siaran ke lebih dari satu wilayah siar wajib melalui sistem

jaringan. Lembaga Penyiaran lokal yang menjadi bagian dari sistem siaran

jaringan wajib berbadan hukum dan berlokasi di daerah wilayah siar.

83

Page 84: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Penyiaran Swasta & Jaringan

Dengan demikian nantinya, disetiap daerah bisa terdapat 1. LPS yang merupakan induk jaringan , 2. LPS yang merupakan anggota jaringan dan

dimiliki oleh induk, 3. LPS anggota jaringan tapi tidak dimiliki

induk, 4. LPS yang independen bukan anggota

jaringan.

84

Page 85: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Kepemilikan LPS

l Untuk menjamin keanekaragaman kepemilikan, RUU ini mengatur secara ketat kepemilikan media free to air ini. Sebagai contoh, satu

orang atau satu badan hukum dapat menguasai dan memiliki lebih dari 1 dan paling banyak 2

LPS televisi dalam bentuk induk stasiun jaringan dengan yang ke 2 terletak di wilayah

siar lain dan tidak berada dalam posisi 1 sampai dengan 4 dalam perolehan iklan televisi swasta

nasional. 85

Page 86: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Kepemilikan LPS l Kemudian hanya dapat menguasai dan

memiliki 1 LPS televisi di satu wilayah siar. Boleh memiliki lebih dari 1 LPS televisi lokal diberbagai wilayah siar dan boleh menjangkau

secara nasional sepanjang 20 % secara proporsional ditujukan di daerah kurang maju/

termarjinalkan. l Selanjutnya, RUU dengan tegas menekankan

bahwa perubahan saham pengendali yang memiliki dan menguasai LPS harus dilaporkan

dan mendapat izin dari KPI. 86

Page 87: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Digitalisasi

RUU memberikan dasar hukum pelaksanaan penyiaran dengan tekonologi digital. Penyebarluasan program dan isi

siaran dalam tekonologi digital akan dilakukan oleh Lembaga Penyelenggara Penyiaran Multipleksing (LPPM). 1 kanal atau frekuensi yang tadinya hanya untuk 1 saluran program, kini bisa menjadi 12 saluran program. Sehingga nantinya terdapat : 1. Lembaga penyiaran yang membuat

program dan isi, dan 2. LPPM yang bisa dimiliki oleh konsorsium, badan usaha milik swasta ataupun milik

negara. LPPM wajib menjaga netralitas, independensi dan profesionalitas.Kesempatan terbuka sama untuk seluruh

badan hukum penyiaran termasuk yang baru.

87

Page 88: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

KEGIATAN JURNALISTIK

88

Muatan jurnalistik dalam isi siaran lembaga penyiaran harus mengikuti Kode Etik Jurnalistik dan standar program siaran. Penyelesaian sengketa terkait dengan

kegiatan jurnalistik penyiaran dilakukan oleh KPI sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Page 89: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Pidana

l RUU awalnya menghilangkan pasal pidana, namun ternyata masih tercantum. Pidana ini

menyangkut pendirian lembaga penyiaran asing dan larangan menyiarkan isi siaran yang bersifat fitnah, menghasut, bohong yang menimbulkan kekacauan, korban luka dan meninggal dunia.

l Pekerjaan di media adalah pekerjaan kolektif, terutama yang menyangkut pemberitaan.

Sebaiknya pasal dengan ancaman kurungan dan denda ini dicabut. Sanksi administratif termasuk

mencabut IPP sudah lebih berat dari itu ? 89

Page 90: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Isu Penting Lainnya

1. Kode Etik & Dewan Kehormatan KPI l 2. Lembaga Penyiaran Berlangganan,

l 3. Standar Program Siaran, l 4. Periklanan Penyiaran.

90

Page 91: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Isu Penting RUU Radio Televisi Republik Indonesia

Versi DPR 4 Juni 2012

l 1. Dalam ketentuan menimbang dan pen jelasan dinyatakan bahwa RTRI adalah

penyatuan antara RRI dan TVRI. l 2. RUU RTRI adalah turunan dan bagian

UUPenyiaran. l 3. Ruang lingkup adalah penyiaran nasional, lokal, regional dan internasiomal yang diterima

melalui radio, tv dan media dalam jaringan.

91

Page 92: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Isu Penting RTRI

l 4. RTRI Berkedudukan sebagai lembaga negara penyelenggara penyiaran publik

Republik Indonesia. l 5. RTRI menyelenggarakan siaran dengan

sistem penyiaran nasional berjaringan yang wajib menjangkau seluruh wilayah NKRI.

Disamping itu juga menyelenggarakan sistem penyiaran lokal

92

Page 93: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Isu Penting RTRI l 6. Susunan organisasi terdiri dari Pengurus

dan Dewan Penyiaran Publik. Pengurus dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan

paling banyak 8 orang Deputi. Dewan Penyiaran Publik terdiri dari 7 orang terdiri dari unusr RTRI (2), praktisi penyiaran (2), unsur masyarakat (1), unusr akademisi (1), dan unsur perwakilan daerah tertinggal (1).

93

Page 94: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Isu Penting RTRI l 7. Isi Siaran harus memenuhi ketentuan Standar Program Siaran yang dibuat KPI. Stasiun peerwakilan di Ibukota Provinsi harus memproduksi paling banyak 25% demikian juga dengan yang berada di

kabupaten/kota. l 8. Penyiaran Publik Dengan Penyiaran

Digital belum lengkap dan detil.

94

Page 95: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

Isu Penting RTRI l 9. Ketentuan Peralihan memuat antara lain soal penyelesaian soal penyelesaian aset RRI dan TVRI, status dan hak kepegawaian PNS

TVRI Dan RRI. l 10. Dalam peralihan sebaiknya memasukkan

kegiatan audit total baik aset dan sumberdaya manusia. Ini menjadi perintah UU kepada

Pengurus. Agar Pengurus dapat melakukan kegiatan dan tindakan secara tegas dan jelas

95

Page 96: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

RUU PENYIARAN PEMERINTAH l  KESIMPULAN UMUM

l  RUU pemerintah penuh dengan semangat ingin mendominasi. Artinya peranan pemerintah dominan yaitu sebagai pembuat kebijakan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian. RUU pemerintah ini justru akan melahirkan sistem penyiaran yang otoriter dan dikontrol sepenuhnya oleh pemerintah dengan

menghapuskan peranan “independent regulatory body” seperti Komisi Penyiaran Indonesia. Ini adalah pergeseran kembali ke

dalam sebuah sistem otoriter orde baru, mencegah desentralisasi dan membangun kembali sentralisasi. Melemahkan peranan

masyarakat dan bahkan peranan dan kekuatan industri. Disamping itu banyak sekali peraturan turunan yang harus dibuat pemerintah yang menyebabkan akan terjadi banyak perundingan,

negosiasi dan tawar menawar, yang dikhawatirkan akan melahirkan kegiatan “rent seeking”.

96

Page 97: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

KESIMPULAN KHUSUS

1. Pada bagian menimbang dan mengingat, RUU versi pemerintah menghilangkan/membuang pasal 18, 18 A, 18 B. Pasal pasal ini adalah tentang otonomi daerah yang sangat penting untuk untuk membangun demokratisasi dan desentralisasi ekonomi dan politik.

2. Pada bagian kepentuan umum terlihat juga bahwa peranan pemerintah dominan misalnya Izin Penyelengaraan Penyiaran (IPP) diberikan oleh pemerintah. Lembaga Penyiaran Publik didirikan oleh Pemerintah. Padahal dalam negara demokrasi seharusnya LPP bukan milik dan corong pemerintah.

3. Pemerintah adalah Regulator Utama dan Pembina Penyiaran (Bab II Bagian Kesatu Pasal 6)

97

Page 98: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

KESIMPULAN KHUSUS 4. Pada bagian Sistem Penyiaran Nasional, Pasal 8, semakin

detil pemerintah ingin menguasai dan mengontrol segalanya dengan menyatakan antara lain spektrum frekuensi radio dikelola oleh pemerintah, penyelenggara penyiaran adalah pemerintah, pemerintah dapat memberikan hak penyelenggaraan penyiaran kepada lembaga penyiaran dalam bentuk izin penyelenggaraan penyiaran.

5. Pemerintah mengambil, mengontrol dan menguasai LPP. Dinyatakan jelas bahwa LPP didirikan oleh Pemerintah. LPP terdiri dari LPP Radio Televisi Republik Indonesia (RTRI)

dan LPP Lokal. Selanjutnya Dewan Pengawas RTRI diangkat oleh Presiden dan Direksi ditetapkan oleh Menteri. Demikian juga dengan LPP Lokal, peranan Gubernur dan Bupati/Walikota menjadi dominan terhadap LPP Lokal. Ini bertentangan dengan dengan prinsip demokrasi. 98

Page 99: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

KESIMPULAN KHUSUS 6. Pasal 16 RUU versi pemerintah ini masih mengecilkan

peranan Lembaga Penyiaran Komunitas menjadi hanya sekedar lembaga penyiaran untuk komunitas tertentu dan layanan siaran terbatas.

7. Tentang Lembaga Penyiaran Swasta (LPS).RUU Pemerintah ini tidak jelas ingin membangun sistem penyiaran apa. Semuanya bisa, baik melalui sistem penyiaran nasional, lokal maupun berjaringan.

8. Soal kepemilikan saham pada LPS baik langsung ataupun tidak langsung. RUU ini tampaknya mengatur sangat ketat namun harus diuji dengan pertanyaan, bisakah berjalan ? Justru terdapat kecendrungan mematikan industri . Referensinya tidak jelas. Ketentuan lebih lanjut lewat peraturan menteri justru berbahaya !

99

Page 100: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

KESIMPULAN KHUSUS 9. Tentang Perizinan, seluruh pasal-pasalnya

memperlihatkan bahwa pemerintah adalah regulator utama yang mengatur dan mengeluarkan izin serta mencabut izin.

10. Tentang penyiaran dengan teknologi Digital, RUU versi pemerintah menyatakan antara lain bahwa Lembaga Penyelenggara Multipleksing (LPM) diselenggarakan oleh : a. badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan layanan multipleksing untuk penyiaran; b. LPP RTRI.

100

Page 101: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

KESIMPULAN KHUSUS 11. RUU versi pemerintah memotong peranan Komisi

Penyiaran Indonesia yang ada selama ini. Menggantinya dengan Komisi Pengawas Isi Siaran (KPIS) yang sama sekali sebenarnya bukan regulator utama dan bukan regulator pendamping pemerintah.

12. Tentang kegiatan jurnalisitik ( Pasal 87), RUU versi pemerintah ini tampak menghindari UU Pers.

13. Tentang Iklan Rokok RUU Pemerintah hanya membatasi.

101

Page 102: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

CATATAN AKHIR l Untuk Publik, RUU DPR secara paradigmatik

dan banyak hal lainnya sudah sesuai dengan prinsip demokrasi. Tentu saja masih

membutuhkan perbaikan dan penyempurnaan. Mengawal dan menyempurnakan itu saja sudah merupakan pekerjaan yang berat. Apalagi harus berhadapan dan berjuang menolak RUU versi Pemerintah yang otoriter dan anti demokrasi. Ini jauh lebih berat. Masyarakat Sipil perlu

bergerak bersama membangun sistem penyiaran yang demokratis.

102

Page 103: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

REFERENSI Australian Communication and Media Authority (2012), Commercial TV

Broadcasting Licenses, Date Published 06/01/2012. www. acma.gov.au Albarran, Alan B., (2006) Management of Electronic Media, Edition 3,Thomson

Wadsworth, Belmont, CA, USA Albarran, Alan B., (2010) Management of Electronic Media, 4thEdition,Thomson

Wadsworth, Belmont, CA, USA. Banerjee, Indrajit and Seneviratne, Kalinga.,(2006), Public Broadcasting Service

in the Age of Globalization, AMIC, Singapore. Davie, William R., Upshaw, James R., (2006), Principles of Electronic Media,

Second Edition, Pearson Education Inc. Boston, USA. Dominick, Joseph R., Messere, Fritz., Sherman, Barry L.,(2004). Broadcasting,

Cable, the Internet, and Beyond. McGraw-Hill, New York, USA. Dominick, Joseph R. (2007), The Dynamics Of Mass Communications, Media in l  Digital Age, McGraw-Hill, New York,USA. Dominick, Joseph R., Messere, Fritz., Sherman, Barry L.,(2012). Broadcasting,

Cable, the Internet, and Beyond. McGraw-Hill, New York, USA.

103

Page 104: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

l  DPR RI, Komisi I (2012), Rancangan UU Penyiaran (Inisiatip DPR RI) l  DPR RI, Komisi I (2012) ,RUU Radio Televisi RI ( Belum menjadi RUU Inisiatip) l  Federal Communications Commission (2011, March 22), FCC’s Review of the

Broadcast Ownership Rules, Federal Communications Commission, Consumer and Govermental Affairs Bureaus, Washington, DC. USA. www.fcc.gov/cgb

l  Federal Communications Commission (2011, December 22), FCC 11-186, Notice of Proposed Rulemaking, In the Matter of 2010 Quadrennial Regulatory

Review – Review of the Commission’s Broadcast Ownership Rules and Other Rules Adopted Pursuant to Section 202 o fthe Telecommunications Act of 1996 and Promoting Diversification of Ownership in the Broadcasting Services. www.fcc.gov/document/fcc-release-not

l  Garden, Dr John Gardiner and Chown Jonathan ( 2006 ), Media Ownership Regulation in Australia, www.aph.gov.au

l  Rodloytuk, Palphol, (2011), Thai Public Broadcasting Service, Towards Building a Civic-Minded Society, AMIC and Nanyang Technological University, (SCI-NTU) Singapore.

l  Kemenkominfo, Siaran Pers No. 55/DJPT.1/Kominfo/5/2008 l  kontan.co id. (25 Desember 2011), TV Jaringan Minta Pemerintah Selesaikan

Aturan Multiplexing. l  l 

104

Page 105: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

l  Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika R.I. No22/Per/M.Kominfo/11/ 2011 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar ( Free to Air )

l  Serikat Perusahaan Pers (SPS), Media Directory 2013, Jakarta, Indonesia. l  Siregar,Amir Effendi (2010), Bisnis dan Ideologi Media, Harian Kompas, 24

April 2010. l  Subiakto, Henry DR (2012), Kebijakan Tentang Penyiaran Digital Di

Indonesia, Disampaikan pada Diskusi yang dislenggarakan oleh Media Link, AJI Jakarta dan Yayasan TIFA, 12 Januari 2012. Jakarta.

l  The Working Committee: Frans Suharto (Chairman) (2011), Media Scene, Volume 22. 2010-2011. Jakarta.

l  TVNewsCheck.Com (2010, April 7), The Business of Broadcasting, Top 30 Station Groups,

l  Tribunnews.com (18 Desember 2011), Jakarta Jadi Kota Pertama Penerapan TV Digital.

l  Tribunnews.com (19 Desember 2011), Siapkah Masyarakat Beralih ke TV Digital ?

105

Page 106: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

l  Undang-Undang Pers No 40 Tahun 1999. l  Undang-Undang Dasar 1945. l  Undang-Undang Penyiaran No. 32, Tahun 2002 l  VIVAnews, (18 Desember 2011), Pemerintah Diminta Tuntaskan Regulasi

Digital. l  Working Group Master Plan Frekuensi Penyiaran (2008), Model Usaha

Dalam Penyelenggaraan TV dan Radio Digital, Postel.go.id

106

Page 107: Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar

TERIMA KASIH

107