citra
-
Upload
ismy-scutzstaffel -
Category
Documents
-
view
50 -
download
4
Transcript of citra
OPERASI DASAR
PENGOLAHAN CITRA
Citra digital direpresentasikan dengan matriks sehingga operasi pada citra digital pada
dasarnya memanipulasi elemen-elemen matriks. Operasi dasar pengolahan citra antara lain:
operasi titik, operasi global, operasi berbasis bingkai (frame), operasi geometri, operasi
bertetangga
3.1 OPERASI TITIK
Titik pada citra memiliki 2 karakteristik yaitu :
koordinat yang menunjukkan lokasi dari titik tersebut dalam citra
nilai yg menunjukan tingkat keabuan/warna dari titik tersebut
Operasi titik dilakukan dengan memodifikasi nilai skala keabuan dari titik (piksel) yang
ditinjau berdasarkan fungsi tertentu.
Fungsi yang digunakan adalah fungsi transformasi skala keabuan (gray scale
transformation/GST)
GST function = fungsi yang memetakan tingkat keabuan input (Ki) ke citra keabuan citra
output (Ko)
Ko = f (Ki)
Untuk citra true color fungsi ini diterapkan pada ketiga elemen warna :
Ro = fR (Ri)
Go = fG (Gi)
Bo = fB (Bi)
Beberapa operasi pengolahan citra, terkait operasi titik :
Modifikasi kecemerlangan (brightness modification)
Peningkatan Kontras (contrast enhancement)
Negasi (negation)
Pengambangan (thresholding)
1. MODIFIKASI KECEMERLANGAN (BRIGHTNESS MODIFICATION)
Pada dasarnya merubah nilai keabuan/warna dari gelap menuju terang atau sebaliknya
merubah citra yang terlalu cemerlang/pucat menjadi gelap.
Dengan pertolongan GST fungsi, dapat ditarik formula linier :
Ko = Ki + C atau f(x,y)’ = f(x,y) + C
Pengolahan CitraHarni Kusniyati ST.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘12 1
3
Dimana C adalah suatu konstanta yang bernilai positif untuk meningkatkan kecemerlangan
citra, bernilai negatif untuk mengurangi kecemerlangan citra.
Untuk citra true color :
Ro = Ri + CR
Go = Gi + CG
Bo = Bi + CB
2. PENINGKATAN KONTRAS (CONTRAST ENHANCEMENT)
Jika sebuah citra yang mempunyai nilai keabuan yang tidak terlalu berbeda untuk semua
titik, dimana titik tergelap dalam citra tidak mencapai hitam pekat dan titik paling terang
dalam citra tidak berwarna putih cemerlang
Dengan peningkatan kontras maka titik yang cenderung gelap menjadi lebih gelap dan yang
cenderung terang menjadi lebih cemerlang.
Peningkatan kontras dapat dilakukan dengan bermacam rumus, salah satunya adalah :
Ko = G (Ki – P) + P
G = Koefisien penguatan kontras
P = Nilai skala keabuan yang dipakai sebagai pusat pengontrasan
3. NEGASI
Operasi untuk mendapatkan citra negatif (negative image)
Meniru film negatif pada fotografi, yaitu titik yang berwarna putih pada citra mempunyai
warna hitam pada film negatifnya, demikian juga sebaliknya.
Dilakukan dengan cara mengurangi nilai intensitas piksel dari nilai keabuan maksimum.
Ko = Kmax – Ki
Misal pada citra dengan 256 derajat keabuan (8 bit) Kmax = 255 maka
Ko = 255 – Ki atau f(x,y)’ =255 – f(x,y)
4. KONVERSI CITRA TRUE COLOR MENJADI CITRA KEABUAN (GRAYSCALE)
Operasi konversi citra true color ke keabuan dengan rumus :
Ri + Gi + Bi
Ko = Ri + Gi + Bi /3
Bisa juga dengan memberi bobot (w) pada RGB karena mata manusia lebih sensitif pada
warna hijau, kemudian merah, terakhir biru.
Ko = wr Ri + wg Gi + wb Bi
Berdasarkan NTSC (National Television System Committee), dimana :
wr = 0.299
wg = 0.587
wb = 0.144
5. PENGAMBANGAN (THRESHOLDING)
Pengolahan CitraHarni Kusniyati ST.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘12 2
Operasi pengambangan digunakan untuk mengubah citra dengan format skala keabuan,
yang mempunyai kemungkinan nilai lebih dari 2 ke citra biner yang memiliki 2 buah nilai
(yaitu 0 dan 1).
Pengambangan Tunggal
Memiliki sebuah nilai batas ambang
Fungsi GST-nya
Pengambangan Ganda
Memiliki ambang bawah dan ambang atas. Dilakukan untuk menampilkan titik-titik yang
mempunyai rentang nilai skala keabuan tertentu
3.2 OPERASI GEOMETRI
Operasi Geometri pada pengolahan citra ditujukan untuk memodifikasi koordinat piksel
dalam suatu citra dengan pendekatan tertentu, tetapi dalam perkembangannya
dimungkinkan juga memodifikasi nilai skala keabuan.
Operasi Geometri berhubungan dengan perubahan bentuk geometri citra, antara lain :
Pencerminan (flipping)
Rotasi/pemutaran (Rotating)
Pemotongan (Cropping)
Penskalaan (Scaling/Zooming)
1. PENCERMINAN (FLIPPING)
Operasi pencerminan merupakan salah satu operasi geometri yang paling sederhana.
Efek pencerminan
horisontal : pencerminan pada sumbu Y
Pengolahan CitraHarni Kusniyati ST.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘12 3
vertikal : pencerminan pada sumbu X
kombinasi : pencerminan pada sumbu Y dan X
Formula/rumus yang digunakan untuk pencerminan horisontal.
x’ = –x
karena koordinat asal (x) bernilai nol atau positif, maka koordinat hasil (x’) yang diperoleh
dari rumus akan selalu bernilai nol atau negatif.
Padahal koordinat piksel citra tidak ada (tidak boleh) negatif.
Maka rumus dimodifikasi menjadi :
Untuk pencerminan vertikal, tinggal mengganti rumus, menjadi : y’ = –y
y’ = h – 1 – y
Untuk pencerminan kombinasi, rumus keduanya digabungkan.
Gambar 3.1 Pencerminan
Pengolahan CitraHarni Kusniyati ST.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘12 4
2. ROTASI (ROTATING)
Operasi rotasi dengan memutar koordinat yang akan dibahas adalah rotasi ¼ putaran (900)
dan ½ putaran (1800).
Gambar 3.2 Rotasi
3. PEMOTONGAN (CROPPING)
Adalah pengolahan citra dengan kegiatan memotong satu bagian dari citra.
Rumus yang digunakan :
Pengolahan CitraHarni Kusniyati ST.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘12 5
Gambar 3.3 Cropping
4. PENSKALAAN (SCALING)
Operasi penskalaan (scaling) dimaksudkan untuk memperbesar (zoom-in) atau memperkecil
(zoom-out) citra.
Pengolahan CitraHarni Kusniyati ST.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘12 6
Gambar 4.4 Pensaklaran
Operasi zoom in dengan faktor 2 (Sh=Sv=2) → menyalin setiap piksel sebanyak 4 kali, jadi
citra 2 x 2 piksel menjadi 4 x 4 piksel.
3.3 OPERASI BERBASIS BINGKAI (FRAME) = OPERASI MULTI IMAGE
Operasi multi image adalah operasi pengolahan terhadap lebih dari satu obyek citra dan
menghasilkan sebuah citra keluaran yang merupakan hasil operasi matematis
Operasi ini dilakukan titik per titik dengan lokasi yang bersesuaian pada citra-citra masukan.
Secara umum misal akan dioperasikan citra A dan citra B sehingga menghasilkan citra C,
maka dapat diformulasikan sbb :
C(x,y) = A(x,y) operator B(x,y)
Jika melibatkan lebih dari 2 citra, maka :
C(x,y) = A1(x,y) operator A2(x,y) operator A3(x,y)………
Dalam operasi yang melibatkan dua buah citra atau lebih, biasanya akan diterapkan operasi
aritmatika, sebagai contoh :
Penjumlahan C(x,y) = A(x,y) + B(x,y)
Pengurangan C(x,y) = A(x,y) – B(x,y)
Perkalian C(x,y) = A(x,y) * B(x,y)
Pembagian C(x,y) = A(x,y) / B(x,y)
Beberapa pengolahan citra yang berkaitan dengan operasi ini adalah :
1. Penggabungan citra (image blending)
2. Deteksi gerakan (motion detection)
3. Operasi Logika (logic Operation)
Pengolahan CitraHarni Kusniyati ST.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘12 7
1. PENGGABUNGAN CITRA (IMAGE BLENDING)
Penggabungan citra dilakukan dengan cara menimpakan sebuah citra pada citra yang lain
Dengan kata lain dilakukan operasi penjumlahan terhadap citra yang ada dengan pemberian
bobot pada masing-masing citra
C(x,y) = wa * A(x,y) + wb * B(x,y)
wa dan wb adalah bobot untuk citra A dan B, dan nilai jumlah total dari bobot adalah 1
wa + wb = 1
Gambar 3.5 Penggabungan image
2. DETEKSI GERAKAN
Deteksi gerakan secara sederhana dapat dilakukan dengan mencari beda antara 2 citra
yang berurutan pada hasil pencitraan menggunakan kamera video digital
Operator yang digunakan adalah pengurangan
Dengan operasi pengurangan ini :
bagian yang tidak bergerak akan menghasilkan nilai = 0
bagian yang bergerak menghasilkan nilai ≠ 0
C(x,y) = A(x,y) – B(x,y)
Dengan mengevaluasi nilai selisih tersebut, dapat diketahui apakah pada citra terdapat objek
yang bergerak
Bisa juga digunakan rumus pada operasi blending dengan memberi bobot
wa = 1 dan wb = – 1
Pengolahan CitraHarni Kusniyati ST.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘12 8
Gambar 3.6 Citra pendeteksi gerak
3. OPERASI LOGIKA
• Beberapa operasi logika dapat diterapkan pada 2 atau lebih citra, yaitu :
Operasi SUB mirip dengan operasi pengurangan, tetapi jika hasilnya negatif maka hasilnya
diganti dengan 0
Pengolahan CitraHarni Kusniyati ST.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘12 9
3.4 OPERASI GLOBAL
Proses yang dilakukan bergantung pada karakteristik global dari citra yang hendak
dimodifikasi
Karakteristik tersebut biasanya berupa sifat statistik dari citra itu sendiri yang
direpresentasikan dengan histogram tingkat keabuan = mempertimbangkan keseluruhan titik
pada citra tersebut.
Salah satu operasi global adalah Ekualisasi Histogram (Histogram Equalization)
1. EKUALISASI HISTOGRAM (Histogram Equalization)
adalah suatu proses perataan histogram, dimana distribusi nilai derajat keabuan pada suatu
citra dibuat rata.
Proses ekualisasi histogram secara ideal :
Gambar 3.7 proses ekualisasi histogram
Pengolahan CitraHarni Kusniyati ST.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘12 10
Pada gambar diatas, histogram citra hasil yang ideal memiliki jumlah titik yang sama untuk
setiap tingkat keabuan, jadi distribusi titik dalam citra asli harus disebarkan secara lebih
merata ke seluruh nilai keabuan.
Ci = cacah/distribusi kumulatif nilai skala keabuan ke – i dari citra asli
round = fungsi pembulatan ke bilangan terdekat, misal : 35,4 menjadi 35
Ko = nilai keabuan hasil histogram equalization
w = lebar citra
h = tinggi citra
Contoh :
Misal diketahui beberapa nilai piksel/nilai skala keabuan sebagai berikut :
2 4 3 1 3 6 4 3 1 0 3 2
Maka histogram dari data diatas adalah :
Gambar 3.8 Hasil Histogram
3.5 OPERASI BERTETANGGA / PERSEKITARAN (Neighborhood Operation)
Sebuah citra yang ideal, apabila mampu mencerminkan kondisi sesungguhnya dari suatu
obyek.
Mempunyai hubungan satu-satu (one to one), satu titik pada obyek dipetakan tepat satu
Pengolahan CitraHarni Kusniyati ST.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘12 11
pixel di citra digital.
Gambar 3.8 Korespodensi one to one antara obyek dan citra digital
Tetapi pada kenyataannya, hubungan yang ada antara titik dalam obyek dengan titik pada
citra digital adalah hubungan satu ke banyak (one to many) dan banyak ke satu (many to
one).
Ini dikarenakan :
sinyal yang dikirim oleh obyek citra mengalami penyebaran (divergensi), sehingga
yang diterima oleh sensor atau detector tidak lagi berupa suatu titik, namun
berupa luasan.
Atau sebaliknya satu titik pada sensor atau detector dapat menerima banyak
sinyal dari beberapa bagian.
Gambar 3.9 Hubungan sesungguhnya antara obyek citra dan citra digital
Operasi citra digital yang berhubungan dengan kondisi diatas disebut operasi
persekitaran/bertetangga (neighborhood operation).
Operasi persekitaran/bertetangga pada dasarnya adalah hubungan antara citra dengan
sebuah filter (mask / kernel)
Nilai dari filter/mask merupakan bobot kontribusi titik persekitaran terhadap operasi
Pengolahan CitraHarni Kusniyati ST.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘12 12
persekitaran.
Beberapa pengolahan citra yang berkaitan dengan operasi ini adalah :
1. Deteksi Tepi (Edge Detection)
2. Penghalusan Citra (Smoothing)
3. Penajaman Citra (Sharping)
4. Reduksi Noise
5. Efek Emboss
Pengolahan CitraHarni Kusniyati ST.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘12 13