Chapter XVI

36
Chapter XVI- Viper Rooftrellen berjalan mendekati Furion yang pusing karena terlalu banyak pikiran. Ia merasa kasihan melihat Furion, namun ia datang bukan yuntuk menghiburnya, malah menambah beban pikiran Furion. “Furion-“ kata Rooftellen kepadanya. “Jangan sekarang Rooftrellen, aku masih memikirkan Ymir dan Kardel...” balas Furion memotong. “Aku mengerti, Furion. Tetapi ini sangat penting, Kel’thuzad berusaha menjinakkan seekor naga terbaik di Azeroth.” Kata Rooftrellen. “Menjinakkkan naga terbaik di Azeroth? Maksudmu Viper yang di Sholazar itu?” tanya Furion. Rooftrellen mengangguk, ia berusaha membujuk Furion untuk melakukan sesuatu. “Biarkan saja mereka menjinakkan naga itu! Naga itu tidak mungkin bisa di jinakkan! Bahkan beberapa orang percaya Viper hanyalah sebuah mitos!” balas Furion. “Tetapi Kel’thuzad tidak bisa diremehkan, Furion. Bagaimana jika ia berhasil menjinakkan Viper? Sentinel pasti kalah, kita semua pasti mati!” kata Rooftrellen. “Baiklah, aku akan meminta Alleria untuk memimpin pasukan pemanah terbaiknya untuk menghentikan pasukan Kel’thuzad.” kata Furion. Tanpa berkata apa-apa lagi, Rooftrellen langsung pergi meningalkan Furion, sementara Furion meminta Alleria untuk memimpin pasukannya ke Sholazar. “Baik Furion, tetapi kurasa aku meminta seseorang untuk membantuku. Hmm, bagaimana kalau Aiushtha?” tanya Alleria. “Baiklah, silahkan minta Aiushtha membantumu.” Kata Furion. “Terima kasih Furion.” Kata Alleria kemudian pergi ke taman, tempat kesukaan Aiushtha karena taman itu dipenuhi beraneka ragam tumbuhan dan hewan, Aiushtha mencintai hewan. “Aiushtha, maukah kau membantuku ke Sholazar, untuk menghentikan pasukan Kelthuzad menjinakkan Viper?” tanya Alleria. “Viper? Maksudmu...” kata Aiushtha. “Ya, naga paling berbahaya di Azeroth.” Kata Alleria. “Tidak, kurasa lebih baik aku menjaga taman ini, hewan-hewn ini butuh perhatian.” kata Aiushtha kemudian memberi makan seekor kelinci. “Ayolah, mungkin kau dapat menemukan jenis hewan yang baru di Sholazar, seperti furbolg, beruang legendaris yang tinggal di Solazar. Kau belum pernah melihatnya kan?” bujuk Alleria. “Ah, dasar kau ini, tahu saja kelemahanku. Baiklah, aku akan ikut denganmu.” jawab Aiushtha. “Hahaha, baiklah kita segera ke Sholazar. Kel’thuzad tidak boleh memiliki Viper!” kata Alleria. Kemudian pergi ke Sholazar bersama Aiushtha serta sejumlah pemanah...

description

dotaaaaaaaaa

Transcript of Chapter XVI

Chapter XVI- Viper

Rooftrellen berjalan mendekati Furion yang pusing karena terlalu banyak pikiran. Ia merasa kasihan melihat Furion, namun ia datang bukan yuntuk menghiburnya, malah menambah beban pikiran Furion.Furion- kata Rooftellen kepadanya.Jangan sekarang Rooftrellen, aku masih memikirkan Ymir dan Kardel... balas Furion memotong.Aku mengerti, Furion. Tetapi ini sangat penting, Kelthuzad berusaha menjinakkan seekor naga terbaik di Azeroth. Kata Rooftrellen.Menjinakkkan naga terbaik di Azeroth? Maksudmu Viper yang di Sholazar itu? tanya Furion.Rooftrellen mengangguk, ia berusaha membujuk Furion untuk melakukan sesuatu.Biarkan saja mereka menjinakkan naga itu! Naga itu tidak mungkin bisa di jinakkan! Bahkan beberapa orang percaya Viper hanyalah sebuah mitos! balas Furion.Tetapi Kelthuzad tidak bisa diremehkan, Furion. Bagaimana jika ia berhasil menjinakkan Viper? Sentinel pasti kalah, kita semua pasti mati! kata Rooftrellen.Baiklah, aku akan meminta Alleria untuk memimpin pasukan pemanah terbaiknya untuk menghentikan pasukan Kelthuzad. kata Furion.Tanpa berkata apa-apa lagi, Rooftrellen langsung pergi meningalkan Furion, sementara Furion meminta Alleria untuk memimpin pasukannya ke Sholazar.Baik Furion, tetapi kurasa aku meminta seseorang untuk membantuku. Hmm, bagaimana kalau Aiushtha? tanya Alleria.Baiklah, silahkan minta Aiushtha membantumu. Kata Furion.Terima kasih Furion. Kata Alleria kemudian pergi ke taman, tempat kesukaan Aiushtha karena taman itu dipenuhi beraneka ragam tumbuhan dan hewan, Aiushtha mencintai hewan.Aiushtha, maukah kau membantuku ke Sholazar, untuk menghentikan pasukan Kelthuzad menjinakkan Viper? tanya Alleria.Viper? Maksudmu... kata Aiushtha.Ya, naga paling berbahaya di Azeroth. Kata Alleria.Tidak, kurasa lebih baik aku menjaga taman ini, hewan-hewn ini butuh perhatian. kata Aiushtha kemudian memberi makan seekor kelinci.Ayolah, mungkin kau dapat menemukan jenis hewan yang baru di Sholazar, seperti furbolg, beruang legendaris yang tinggal di Solazar. Kau belum pernah melihatnya kan? bujuk Alleria.Ah, dasar kau ini, tahu saja kelemahanku. Baiklah, aku akan ikut denganmu. jawab Aiushtha.Hahaha, baiklah kita segera ke Sholazar. Kelthuzad tidak boleh memiliki Viper! kata Alleria. Kemudian pergi ke Sholazar bersama Aiushtha serta sejumlah pemanah...

Traxex! Pimpin pasukan pemanahmu untuk berjaga di tebing itu! Aku merasakan akan mendpat serangan tidak lama lagi. perintah Demnok.Baiklah ghoul! Tebang pohon-pohon ini agar aku mendapatkan tanah yang luas untuk melakukan upacara memanggil api langit! Ia akan mampu mengalahkan Viper, dan Viper akan menjadi milik kita! perintah Demnok lagi kepada ghoul-ghoulnya.Traxex memimpin para pemanah melewati hutan yang lebat.Sebenarnya seperti apa Viper itu? Aku belum pernah melihatnya. tanya seorang pemanah kepada yang lain.Katanya Viper adalah naga paling mengerikan, semua yang melihatnya tidak pernah kembali. jawab pemanah yang ditanya olehnya.Omong kosong! Bagaimana mereka bisa tahu Viper adalah makhluk yang mengerikan sementara semua yang pernah melihatnya tidak pernah kembali!? kata pemanah yang lain.Stt! Kita sudah sampai! Naik ke atas tebing ini, kita menunggu musuh di sini! kata Traxex.Para pemanah itu naik ke atas tebing, beberapa dari mereka naik ke atas pohon yang sangat tinggi. Mereka menggunakan daun-daun untuk membuat diri mereka tidak terlihat...Setelah larut malam, Alleria dan Aiushtha akhirnya tiba di Sholazar. Cahaya bulan purnamalah yang membuat mereka masih bisa melihat.Elune memberkati kita! Di tengah malam ini, bulan purnama pun masih bersinar terang. kata Aiushtha.Stt! Diam! bisik Alleria kemudian membungkuk. Para pemanahnya juga membungkuk. Aiushtha pun juga ikut membungkuk meskipun ia tidak mengerti apa-apa.Alleria mengambil sebuah anak panah, dengan hati-hati dan tanpa suara, ia meletakan anak panah itu di busurnya, kemudian ia menariknya lalu mengarahkan ke atas sebuah pohon. Ia melepaskan anak panah itu, anak panah itu melesat masuk ke dalam daun-daun pohon.Apa yang kau lakukan? Mungkin saja kau baru membunuh seekor burung atau tupai! bisik AiushthaTunggu saja. Kata Alleria.Seseorang jatuh dari pohon itu, ia terkena anak panah Alleria. Tiba-tiba terdengar sauara ratusan anak panah yang dilepaskan.Semua, berlindung di balik batu! perintah Alleria.Dari atas tebing, muncul beratus-ratus anak panah. Sebuah anak panah berhasil mengenai jantung seorang pemanahnya Alleria. Sebuah anak panah yang lain juga berhasil mengenai kaki seorang pemanah, panah itu terlihat aneh, ujung anak panahnya berwarna biru mengkilap. Tiba-tiba kakinya yang terkena anak panah itu membeku, membuat ia tberjalan tertatih-tatih.Anak panah itu... bukankah... Tidak! Tidak mungkin! Ia tidak mungkin ada di sini! pikir Alleria.Alleria, apa yang harus kita lakukan menghadapi pemanah sebanyak ini!? tanya Aiushtha kemudian melempar sebuah tombak. Tombak itu melesat ke atas tebing dengan kecepatan tinggi, lalu mengenai seoang pemanah.Dalam hitungan yang ketiga, kita semua masuk hutan jawab Alleria.Terdengar suara ratusan busur di tarik dari atas tebing itu.1... kata Alleria.Anak panah-anak panah itu melayang di langit menutupi cahaya bulan bagai awan kegelapan.2... kata Alleria.Anak panah-anak panah itu mengenai batu yang melindungi mereka, jumlahnya yang banyak membuat suara berderap keras di seluruh Sholazar.3! teriak Alleria. Mereka semua keluar dari balik batu-batu itu dan berlari masuk ke hutan.Cepat! Cepat siapkan anak panah lagi! perintah Traxex.Cara seperti ini... mungkinkah yang memimpin para penyusup ini... Tidak! Tidak mungkin! Ia tidak mungkin ada di sini! pikir Traxex.Kami menunggu perintahmu. kata Lanya, salah seorang pemanah kepada Traxex. Wajahnya cukup cantik di antara pemanah yang lainnya.Sekarang tembak! Tunggu apa lagi! perintah Traxex.Anak panah-anak panah itu ditembakkan lagi, namun sudah terlambat, Alleria dan Aiushtha beserta para pemanahnya sudah masuk ke dalam hutan dan pohon yang lebat melindungi mereka.Tiba-tiba seorang pemanahnya Traxex jatuh, ia terkena sebuah anak panah yang unik. Terdapat lilitan daun di sekeliling anak panah itu.Panah secepat angin yang tak terlihat dan tanpa suara. Huh, Alleria, jadi itu kau. Semakin menarik saja... pikir Traxex...

Alleria, sampai kapan kita harus bersembunyi di tengah hutan ini? tanya Sylla, salah seorang pemanahnya Alleria. Ia adalah seorang lelaki tampan bertubuh cukup... kekar.Kita tunggu matahari terbit, agar kita tahu posisi para pemanah itu, kalian tidur saja, aku yang berjaga. jawab Alleria.Merekapun langsung tertidur lelap, namun Alleria terus memandang ke arah timur, untuk memperhatikan matahari terbit. Tiba-tiba hujan turun dengan lebat. Di tengah malam yang dingin itu, Alleria dan yang lain harus hidup tanpa sebuah perapian pun, karena jika merke membuat sebuah perapian, maka asap akan naik ke langit dan posisi mereka ketahuan.Traxex, sudah bertahun-tahun kita tidak bertemu. Apakah persahabatan kita masih berlanjut, ataukah... kau sudah melupakanku? tanya Alleria dalam hati.Sementara itu, Traxex juga tidak bisa tidur, ia masih memikirkan Alleria.Alleria, apakah kau masih mau berteman denganku? Atau kau datang hanya untuk membunuhku? tanya traxex dalam hati.Hujan akhirnya berhenti, sinar matahari yang berwarna merah menembus pohon-pohon yang lebat. Alleria segera sadar dari lamunannya, ia pun membangunkan Aiushtha dan para pemanahnya.Bangun! Hari sudah pagi! Kita harus segera pergi dari sini sebelum mereka melihat kita! kata Alleria.Ah, pagi sekali kau memabngunkan kita. kata Aiushtha sambil menguap.Kita harus secepatnya ke tengah hutan ini! Di sanalah Viper tinggal! kata Alleria.Baiklah. jawab Aiushtha.Bagaimana dengan kakikmu? Sudah dapat berjalan? tanya Alleria kepada seorang pemanah yang kakinya terkena anak panah Traxex.Su-sudah mendingan, sudah bisa jalan. jawab pemanah itu.Syukurlah, aku tidak ingin kehilangan para pemanah terbaikku. kata Alleria.Mereka kemudian berjalan menyusuri hutan itu selama berjam-jam.Huh, lama sekali! Memangnya hutan ini seluas apa sampai kita butuh berjam-jam untuk ke tengahnya!? Ah, aku lapar, di mana yah buah beri yang kubawa dari Astranaar? kata Aiushtha mengeluh kemudian membuka tas kecilnya yang ia ikatkan di pinggang.Hei! Semua buah beriku hilang! Pasti tertinggal di belakang sana... atau ada yang mengambilnya. kata Aiushtha tiba-tiba.Apa maksudmu ada yang mengambil buah berimu!? Aku dan pemanah-pemanahku tidak mungkin mencuri! kata Alleria.Yah, berati tertinggal, aku akan mengambilnya. kata Aiushtha.Tidak mungkin kau kembali! Sudah terlalu jauh! Lagi pula- Eh, apa itu!? Yang dibalik semak-semak, kelihatannya seperti buah beri! kata Alleria.Ya, tapi pasti bukan punyaku, karena semak-semak itu di depan kita, bukan di belakang kita. Kata Aiushtha.Alleria menghampiri semak-semak itu, lalu diambilnya buah beri itu.Aiushtha, kurasa ini punyamu! Di antara semak-semak itu juga terdapat jejak kaki yang persis demgam telapak kakimu! kata Alleria sambil menunjukkan buah beri yang ia ambil.Apa? Tidak mungkin. Biar kulihat. kata Aiushtha menghampiri Alleria.Hmm, memang benar buah beri ini milikku, dan itu adalah jejak kakiku. Tetapi.. bagaimana mungkin? tanya Aiushtha.Mungkin saja. Kita mungkin berputar-putar pada tempat yang sama, itu sebabnya kita sudah berjalan lama sekali, tetapi tidak sampai-sampai. kata Alleria.Kita terjebak di sini! Viper akan membunuh kita! kata seorang pemanah.Tidak, tidak ada yang akan membunuh kita! Lagipula Viper masih jauh dari kita, ia tinggal di tengah hutan ini! bantah Alleria.Tiba-tiba terdengar suara lolongan yang memekakan telinga. Sumber suara itu tidak jauh dari mereka.A-apa itu Viper? tanya pemanah yang ketakutan itu.Mari kita cari tahu. jawab Alleria kemudian mengikuti sumber suara itu.Mereka juga mengikuti Alleria, meskipun dipenuhi rasa takut. Mereka melihat seekor beruang besar tergeletak di bawah pohon, tubuhnya penuh dengan luka dan cakaran.Kasihan sekali, apakah itu... furbolg? tanya Aiushtha kemudian menghampiri makhluk malang itu.Aiushtha! Jangan! Kau tidak tahu makhluk itu buas atau tidak! bisik Alleria.Namun Aiushtha menghiraukan Alleria, ia terus berjalan perlahan ke arah beruang itu. Mula-mula beruang itu melakukan sedikit perlawanan.Aiushtha! teriak Alleria.Ia hanya takut! Biar aku yang menangani ini! jawab Aiushtha.Aiushtha mengulurkan tangannya ke wajah beruang itu. Beruang itu menggeram, tetapi dengan lembut Aiushtha menenangkannya.Tubuhmu penuh dengan luka, kasihan. Siapa yang melakukan ini terhadapmu? kata Aiushtha menenangkan makhluk itu sambil mengusap-usap wajah dan luka-luka di tubuhnya.Tiba-tiba beruang itu menunjuk ke suatu arah, seolah menjawab pertanyaan Aiushtha.A-apakah dia menjawab pertanyaanku? tanya Aiushtha kepada Alleria.Mungkin saja, ia adalah furbolg, beruang legendaris. Mungkin ia mengerti apa yang kau katakan. jawab Alleria.Namaku Aiushtha, siapa namamu? tanya Aiushtha kepada beruang itu.Beruang itu mencakar-cakar tanah dan membuat sebuah tulisan.U-L-F-S-A-A-R... Ulfsaar! Ulfsaar itu namamu? tanya Aiushtha.Beruang itu mengangguk. Aiushtha tersenyum kepada Alleria, Alleria juga balas tersenyum.Ulfsaar, bisa tolong tunjukkan jalan kepada kami ke tengah hutan ini? tanya Aiushtha.Ulfsaar menunjuk kepada arah yang sama dengan arah yang ia tunjukkan sebelumnya.Baiklah, terima kasih ya. kata Aiushtha kemudian memberi tanda kepada yang lain untuk pergi ke arah itu.Tetapi Ulfsaar menahan kaki Aiushtha, seolah ia tidak ingin mereka pergi ke sana. Ulfsaar menunjuk ke arah yang lain, ia berusaha menarik Aiushtha ke arah yang ia tunjukkan itu.A-apakah maksudmu kita harus pergi ke sana dulu? tanya Aiushtha.Ulfsaar menangguk sambil terus menarik Aiushtha. Ia sungguh tidak ingin Aiushtha pergi ke sana, ia ingin Aiushtha pergi ke arah yang lain.Baiklah. Aku akan pergi ke arah yang kau tunjukkan. kata Aiushtha kemudian memberi tanda kepada Alleria untujk oergi ke arah yang Ulfsaar tunjukkan.Mereka semua pergi ke arah itu. Tiba-tiba Ulfsaar juga berdiri, dengan tertatih-tatih ia berjalan ke arah yang sama. Kemudian ia terjatuh, luka di kakinya sungguh parah karena tertancap anak panah.Kau juga ingin pergi ke situ? Biar aku bantu. kata Aiushtha kemudian mencabut anak panah dari kaki Ulfsaar. Ulfsaar melolong kesakitan.Kemudian Aiushtha membantu Ulfsaar berdiri dan berjalan. Ulfsaar yang memimpin ke mana mereka harus pergi. Akhirnya mereka tiba di sebuah tempat, yang penuh dengan... beruang.A-apa ini!? Jadi ia hanya ingin kita ke rumahnya!? tanya Alleria jengkel.Ulfsaar tersenyum dan mengangguk, wajahnya terlihat sangat gembira.Kita sudah membuang-buang waktu hanya untuk ke rumahnya! Ayo kita pergi dari sini! perintah Alleria dengan marah.Wajah Ulfsaar terlihat sedih, tiiba-tiba ia berjalan ke arah beruang-beruang itu, ia menunjukkan kepada Aiushtha luka-luka di tubuh mereka semua. Kemudian ia menunjuk ke arah tengah hutan itu lalu mengangguk.Ma-maksudmu kalian semua terluka karena yang ada di tengah hutan ini!? tanya Aiushtha.Alleria hanya menggeleng kepala, ia sudah terlalu jengkel dan berusaha pergi dari tempat itu.Ulfsaar kemudian memegang tangan Aiushtha, lalu mengusap-usapkannya ke salah satu luka ditubuhnya. Kemudian ia mengangkat tangan Aiushtha dan mengarahkannya kepada beruang-beruang yang lainnya. Lalu ia melepaskan tangan Aiushtha, kemudian ia menunjuk lagi ke arah tengah hutan itu, tiba-tiba ia memukulkan kedua tangannya dengan kuat.Ap-apakah maksudmu kalau aku menyembuhkanmu dan teman-temanmu, maka kalian akan membantu kami mengalahkan yang berada di tengah hutan ini? tanya Aiushtha.Ulfsaar mengangguk, wajahnya kembali gembira.Alleria, jika kita menyembuhkan beruang-beruang ini, mereka akan membantu kita! kata Aiushtha.Baiklah, bantu mereka, tenaga mereka memang kita butuhkan. jawab Alleria sedikit jengkel.Aiushtha segera merawat beruang-beruang itu, dimulai dari Ulfsaar. Sementara Alleria bersantai sejenak di bawah sebuah pohon yang rindang bersama para pemanahnya.Setelah bosan karena berjam-jam hanya menonton Aiushtha menyembuhkan para furbolg itu, Alleria memutuskan untuk pergi melihat-lihat hutan itu, ia meminta para pemanahnya untuk menjaga para furbolg.Alleria melihat berbagai buah-buahan unik di hutan itu yang belum pernah dilihatnya, ia mengambil sebuah buah berwarna kuning yang penuh dengan duri. Alleria merasa lapar, ia ingin makan buah itu. tetapi karena wujud dan baunya yang aneh, Alleria memutuskan untuk tidak memakan buah itu, ia bahkan tidak tahu apakah buah itu dapat di makan atau tidak.Ia meletakkan buah itu di tanah, saat menunduk, Alleria mendengar bunyi sebuah anak panah yang melesat tepat di atas kepalanya. Anak panah itu menancap di sebuah batang pohon, Alleria segera menoleh untuk melihat anak panah itu. Sebuah anak panah dengan ujung berwarna biru mengkilap. Pohon yang tertancap anak panah itu perlahan membeku.Traxex! pikir Alleria.Ia segera menoleh ke arah dari mana anak panah itu ditembakkan. Sepasang mata bercahaya terlihat dari balik daun-daun. Perlahan sepasang mata itu menghilang. Traxex keluar dari daun-daun itu dan berlari entah ke mana.Alleria mencari Traxex, tiba-tiba sebuah anak panah melesat di samping kepala Alleria. Ia melihat Traxex sedang berada di balik pohon-pohon. Dengan segera Alleria menarik tali busurnya, ia menembakkan sebuah anak panah. Anak panah itu melesat ke arah tubuh Traxex, tetapi Traxex sempat menghindar, seolah tahu ada sebuah anak panah di belakangnya.Huh, inilah susahnya melawan teman. kata Alleria dalam hati.Alleria berlari mengejar Traxex, tiba-tiba sebuah anak panah melesat tepat di depan mukanya.Apa yang kau lakukan Traxex? Kau bisa saja langsung mengenai kepalaku, apakah kau hanya bermain-main atau... Ah, sial! pikir Alleria.Keluarlah, aku tahu kalian bersembunyi di sini. kata Alleria.Sejumlah pemanah yang mengelilingi Alleria keluar dari tempat persembunyiannya masing-masing.Kau masih seperti dulu Alleria, lambat untuk menyadari sesuatu. kata Traxex berjalan mendekati Alleria.Dan kau, masih saja suka bermain-main. Kau memang orang yang kejam, suka memainkan lawanmu! kata Alleria.Aku tidak bermain-main, Alleria. Aku menjebakmu dengan suatu maksud. jawab Traxex dengan tenang.Apa maksudmu? Apakah kau mau menjadikanku sandera sehingga kalian bisa menjebak teman-temanku!? Tidak akan pernah terjadi! bentak Alleria.Hahahahaha, kau akan tahu apa yang ku maksud. Bawa dia ke Demnok! perintah Traxex.Alleria di jadikan tawanan, ia mengikuti ke mana mereka berjalan. Sedikit saja Alleria menunjukkan tanda ingin pergi, para pemanah itu langsung menembak Alleria.Setelah beberapa saat, mulai terdengar suara pohon-pohon yang berjatuhan. Alleria sungguh ingin tahu apa yang mereka lakukan terhadap hutan ini. Untuk apa mereka menebangnya?Nah, kita sudah sampai. Bawa Alleria ke altar! perintah Traxex.Alleria tiba di sebuah lapangan yang luas, pohon-pohon sudah banyak yang ditebangi.Ap-apa yang kalian lakukan terhadap hutan ini!? Kalian telah merusak keindahannya! bentak Alleria.Kami membutuhkan sebuah lapangan yang luas untuk melakukan sebuah upacara. jawa Traxex.Dan kalian menginginkan apa dariku!? bentak Alleria lagi.Upacara harus selalu di lakukan dengan pengorbanan, aku akan memanggil api dari langit untuk melawan Viper! jawab Demnok yang sedang berdiri di samping sebuah altar.Lebih baik aku mati! teriak Alleria kemudian berlari tanpa arah.Traxex segera memanah kakinya, Alleria pun jatuh, kakinya perlahan membeku.Sayangnya kami tidak mau membunuhmu Alleria. kata Traxex.Tubuh Alleria di bawa ke atas altar untuk di jadikan korban upacara kegelapan itu.Badai, bumi, dan api! Jawablah panggilanku! teriak Demnok. Langit bergemuruh, terlihat sebuah bola api raksasa berwarna hijau yang jatuh dari langit seperti meteor, tepat ke arah tubuh Alleria.Alleria meneteskan air mata, ia bersiap untuk mati. Tiba-tiba ia mendengar keributan, dengan susah payah Alleria memandang sumber keributan tersebut. Ternyata Aiushtha serta para furbolg dan pemanah-pemanah Alleria menyerang.Alleria! Alleria! teriak Aiushtha.Tak akan ku biarkan kalian membunuh temanku! teriak Aiushtha lagi kemudian menombak seorang ghoul.Traxex sedikit tersentuh mendengar Aiushtha berkata itu. Ia pun adalah salah satu teman terbaik Alleria. Ia memandang Alleria, ia mengingat masa-masa kecil mereka.Tiba-tiba Traxex berlari ke arah Demnok, ia mengambil sebuah anak panah dan di arahkan ke lehernya.Bebaskan Alleria sekarang juga! bisiknya.Sudah terlambat! Api itu beberapa detik lagi akan menabraknya! teriak Demnok.Traxex langsung mendorong Demnok hingga Demnok jatuh. Ia berusaha untuk membuka ikatan yang mengikat tangan dan kaki Alleria.Traxex, apa yang kau lakukan? tanya Alleria dengan lemas.Berusaha membebaskanmu! jawab Traxex. Ia berhasil membuka ikatan yang mengikat tangan Alleria.Pergilah! Kau tidak akan sempat membuka ikatan kakiku, kau harus selamat! Kembalilah ke Astranaar! Kembalilah kerumah kita! kata Alleria kemudian mendorong Traxex.Tidak! teriak Traxex.Pada saat yang bersamaan, bola api itu menabrak Alleria dan menghancurkan altar itu. Traxex yang terlempar cukup jauh karena ledakan yang di timbulkan oleh bola api itu pun pingsan.Hahahahaha! Rencana kalian tidak berhasil! Aku berhasil memanggil sang Chaos! teriak Demnok.Bola api raksasa itu perlahan membuka, lalu membentuk tubuh seorang raksasa berapi.Oh, Roshan sang Chaos, pergilah! Lakukan apa yang harus kau lakukan! perintah Demnok kepada raksasa itu.Roshan langung berjalan ke tengah hutan Sholazar lalu di ikuti oleh Demnok. Sementara Aiushtha dan yang lain masih melawan para ghoul yang menghalangi mereka. Seekor ghoul hampir memukul Aiushtha dari belakang, namun ghoul itu tiba-tiba saja mati.Aiushtha menoleh untuk melihat ghoul itu. di kepalanya tertancap sebuah anak panah dengan ujung berwarna biru mengkilap, kemudian kepala ghoul itu perlahan membeku.Alleria memintaku untuk membantu kalian, mari kita lakukan ini bersama-sama! teriak Traxex kemudian mengambil sebuah anak panah lagi, lalu menembakkannya ke ghoul yang lain.Mereka bertarung melawan ghoul itu dengan mudah, bahkan para furbolg dapat membunuh 3 ghoul sekaligus dengan cakar mereka yang kuat.Setelah membunuh semua ghoul di tempat itu, mereka langsung mengejar Demnok dan raksasa apinya.Akhirnya mereka tiba di hutan itu, mereka dapat melihat Roshan sedang berkelahi dengan Viper, tampaknya mereka berdua tidak akan pernah menang, semua pukulan yang di ayunkan oleh Roshan selalu berhasil di hindari oleh Viper, dan semua racun yang di semprotkan ke Roshan tidak membuat efek apapun juga. Aiushtha tidak dapat melihat Demnok.Kita jelas membutuhkan tenaga yang sangat besar untuk melawan raksasa itu! kata Traxex.Hmm, aku tahu siapa yang kuat. Ulfsaar! panggil Aiushtha.Beruang itu berjalan mendekati mereka.Tolong hadang raksasa itu! Kami akan mencari dan membunuh Demnok! perintah Aiushtha.Ulfsaar hanya mengangguk, mereka segera menyerang Roshan dengan membabi buta, meskipun pukulan mereka tidak terasa oleh Roshan, mereka sudah cukup untuk menghadangnya.Pertarungan sengit terjadi, satu-persatu furbolg mati sia-sia.Pertarungan ini tidak akan pernah selesai! Aku harus melakukan sesuatu! pikir Ulfsaar.Ulfsaar langsung memegang kaki Roshan dan menahan api yang membakar tangannya. Ia memanjat tubuhnya, Roshan berusaha memukul Ulfsaar, namun pukulannya selalu meleset, tubuh Ulfsaar terlalu kecil bagi Roshan.Akhirnya Ulfsaar sampai di atas kepala Roshan, ternyata Demnok sedang duduk di atas kepalanya!Kau menganggu saja! teriak Demnok kemudian mengucapkan suatu mantra yang menyebabkan tubuh Ulfsaar terbakar.Ulfsaar menahan rasa sakit itu, ia kemudian menyerang Demnok, namun Demnok menggunakan berbagai macam mantra untuk melindungi dirinya.Sementara itu, Traxex dan Aiushtha sedang sibuk mencari Demnok, mereka tidak tahu bahwa Demnok ada di atas kepala Roshan.Untuk apa kita mencari Demnok? Kan kita harus membunuh Roshan, bukannya Demnok! tanya Aiushtha.Demnok menggunakan sebuah mantra untuk menghubungkan dirinya dengan Roshan. Kalau kita membunuh Demnok, maka Roshan juga mati. jelas Aiushtha.Kalau begitu, para furbolg itu menyerang Roshan dengan sia-sia? tanya Aiushtha.Tidak, mereka mengulur waktu kita untuk mencari Demnok. Sebaiknya kita segera mencarinya sebelum Viper berhasil dijinakkan oleh Roshan! jawab Traxex.Tunggu, kalau Demnok menggunkan mantra untuk menghubungkan dirinya dengan Roshan, Demnok pasti tidak mau jauh-jauh dari Roshan, kalau bisa sedekat mungkin. kata Alleria.Ya ampun! Kau benar, kita harus segera kembali! Demnok tidak mungkin jauh dari Roshan! kata Traxex.Dengan segera mereka berlari kembali. Mereka melihat seseorang di atas kepala Roshan.Itu adalah Ulfsaar! Apa yang ia lakukan di sana!? tanya Aiushtha.Ia sedang melawan... Demnok! kata Traxex.Saat itu juga, Roshan berhasil memegang buntu Viper, ia membanting tubuhnya ke tanah, lalu ia menahannya.Hahahahaha! Akhirnya Viper berhasil dijinakkan, aku tidak mempunyai waktu untukmu! teriak Demnok kemudian lompat ke atas tangan Roshan.Roshan meletakkan Demnok di atas Viper. Kemudian Demnok membisikkan suatu mantra ke telinga Viper. Viper tiba-tiba berhenti meronta, Roshan mengangkat kakinya agar Viper dapat berdiri. Demnok segera naik ke atas kepala Viper, ia menungganginya!Sementara Ulfsaar tidak mungkin turun dari atas kepala Roshan untuk melawan Demnok, para furbolg yang lainnya terlalu takut untuk mendekati Viper. Mereka tidak tahu apa yang harus di lakukan.Viper mulai terbang ke langit, tidak ada yang dapat menghentikannya.Sial, tak akan kubiarkan ini terjadi! kata Aiushtha kemudian melempar sebuah tombak ke arah Viper.Tombak itu menancap di tubuh Demnok dengan ajaib, jaraknya sudah terlalu jauh, namun Aiushtha masih dapat menombak Demnok. Demnok jatuh dari kepala Viper, saat itu juga api di sekeliling tubuh Roshan padam, Roshan berhenti memukuli Ulfsaar dikepalanya. Wujudnya sekarang berubah menjadi batu-batu raksasa yang disusun. Tiba-tiba tangannya copot dari badannya, lalu kakinya runtuh, kemudian kepalanya. Ulfsaar segera melompat dari kepala Roshan ketika kepalanya itu mendekati tanah. Batu-batu besar itu masuk ke dalam kawah di tengah hutan Sholazar.Anehnya, Viper tidak berhenti terbang ke Northrend, ia sepertinya dimantari permanen oleh Demnok.Sial! Kita telat! Viper menjadi milik Kelthzuzad! kata Aiushtha dengan kesal.Sebaiknya kita segera kembali ke Astranaar dan memberitahu Furion apa yang terjadi, semoga ia mau mendengarkan. kata Traxex.Traxex dan Aiushtha berjalan menghampiri Ulfsaar dan kawan-kawannya.Ulfsaar, terima kasih kau mau membantu kami, kami tidak akan pernah melupakan engkau. kata Aiuhtha sambil mengelus wajah Ulfsaar.Ulfsaar hanya tersenyum kemudian mengerang. Ia menunjukkan wajah gembira.Sylla, sekarang kau yang memimpin para pemanah ini, ku minta kau tinggalah di Sholazar bersama para furbolg. perintah Aiushtha.Baik. jawab Sylla dengan tegas.Lanaya! Kau ku perintahkan untuk menggantikkan aku memimpin para pemanah ini, kau bersama Sylla, bekerja samalah dengan baik.Baik. jawab Lanaya tegas.Setelah itu Traxex dan Aiushtha meninggalkan Sholazar, saat keluar dari hutan itu Traxex bertanya kepada Aiushtha.Aiushtha, tujuanku sebenarnya meminta Lanaya dan para pemanahku untuk tinggal di Sholazar adalah untuk melindungi para pemanah Alleria. Lanaya adalah pemanahku yang terbaik. Apa sebenarnya tujuanmu meminta para pemanah Alleria untuk menetap di Sholazar? tanya Traxex.Indera ke enamku mengatakan demikian. Mereka memang akan sangat dibutuhkan di Sholazar suatu saat nanti dan aku mempunyai perasaan Sylla suatu hari akan mengubah Azeroth. jawab Aiushtha.Hahahahaha, kita lihat nanti apakah perasaanmu benar atau tidak. Mungkin kau memilih Sylla menjadi pemimpin mereka, karena kau suka padanya. tawa Traxex.Ah, tidak. Yah, ia memang tampan, tetapi apa yang kurasakan benar-benar kuat. kata Aiushtha sambil tersenyum.Tanpa mereka sadari, seseorang mendengarkan penmbicaraan mereka melalui pohon-pohon.Akhirnya, ada juga yang mengerti... kata Rooftrellen sambil tersenyum.Mereka berjalan menuju Astranaar untuk memberitahu Furion bahwa Viper berhasil di jinakkan oleh Demnok, Furion harus menyiapkan sesuatu yang lebih untuk menghadapi Viper. Apakah itu...

Chapter XVII- Bloody Love

Magina melamun, ia dapat mendengar betapa banyak orang yang panik karena bahaya yang mengancam mereka. Para tentara baris-berbaris dan latihan perang. Magina masih membayangkan senyuman Mortred yang samar-samar. Senyuman dingin yang penuh kekejian, sayang Magina tidak menyadari lebih awal apa arti dari senyuman Mortred.Melalui para tentara yang sedang latihan perang, Magina dapat merasakan ada bayangan seorang wanita di antara pohon-pohon hutan. Bayangan wanita itu menyerupai Mortred yang sedang berdiri menatap Magina dengan penuh kebencian.Mortred... setelah kau membunuh Shendelzare, kau masih berani bertatap muka denganku? tanya Magina dalam hati.Saat itu juga, bayangan yang menyerupai Mortred masuk ke dalam hutan yang lebat. Magina memutuskan untuk keluar dari rumahnya dan mengejar bayangan itu.Saat ia membuka pintunya, Furion berdiri tepat di depan pintu itu.Magina, kau mau kemana? Mengapa tergesa-gesa? tanya Furion.Tidak apa-apa... hanya butuh... udara segar. jawab Magina sambil mengitip dari balik tubuh ayahnya. Sepertinya bayangan itu sudah pergi jauh, tidak mungkin Magina bisa mengejarnya.Magina, aku mau bicara denganmu... tentang Mortred dan Shendelzare. Aku tahu berat bagimu untuk kehilangan semua yang kau cintai, tapi kau tidak boleh terus menerus sedih seperti ini. Perang besar sebentar lagi akan di mulai, sebaiknya kau berlatih menggunakan moonblade. kata Furion.A-aku sedang tidak enak badan, aku butuh istirahat. kata Magina kemudia membanting pintu.Furion hanya bisa menggeleng kepala lalu ia kembali melatih tentara-tentaranya.Magina merenung kembali di jendelanya, tiba-tiba ia mendengar suara dari belakang.Magina... bisik seseorang wanita dengan suara dingin, bukan lembut.Mortred, mengapa kau masih ada di pikiranku!? teriak Magina.Saat itu juga Magina merasakan bayangan Mortred lagi di antara pohon-pohon.Kali ini kau tidak bisa lolos! bentak Magina kemudian mengambil kedua moonbladenya lalu keluar dari kamarnya, mengikuti bayangan Mortred masuk ke daklam kegelapan hutan... Felwood.Kau tidak bisa lari Mortred! Aku bisa mendengar langhkah kakimu! teriak Magina.Tiba-tiba Magina berhenti, ia tidak mendengar suara langkah Mortred lagi.Kemana kau pergi Mortred!? Kau bisa bersembunyi, tetapi tidak akan bisa lari dariku! bentak Magina.Saat itu juga Magina mendengar dua langkah Mortred, satu jauh darinya, dan satu lagi... tepat di belakangnya.Magina segera mengibaskan moonbladenya ke belakang, dan memotong sesuatu, tubuh Mortred. Namun tubuhnya menghilang begitu saja.Bayangan! Ini teknik terbarumu, Mortred!? bentak Magina.Sebuah pisau menancap di kaki Magina, membuatnya suklit berjalan.Sial! A-aku harus segera kembali ke Astranaar... [pikir Magina kemudian berlarui secepat yang ia bisa.Magina tidak dapat mendengar klangkah kaki Mortred karena Mortred berdiri di atas bayangan hitam yang dihasilkan oleh pisau yang menancap kaki Magina. Tetapi Maginma masih dapat merasakan Mortred mendekat.Si-sial, aku pasti tersusul. Aku harus... kata Magina kemudian perlahan menghilang dan dalam sekejap muncul di tempat lain.Suara langkah Mortred sudah terdengar dan Mortred sangat jauh, Magina dapat merasakannya.Mortred, bagaimana mungkin kau bisa melakukan halhal seperti ini, seperti... bukan kau... kata Magina dalam hati.Tiba-tiba Magina terkejut, ia mendengar dua suara langkah Mortred, salah satunya tepat dibelakangnya.Tidak mungkin! pikir Magina dan membalikan tubuhnya. Saat itu juga, sebuah pisau tertancap tepat di jantung Magina.Mo-Mortred... kata Magina sekarat.Magina... Mortred sudah mati. Namaku adalah Mercurial... katanya kemudian menebaskan Coup de Grae lalu pergi meninggalkan tubuh Magina tergeletak di tengah hutan itu...

Magina... tidak... bisik Shendelzare.Apa yang kau pikirkan Mortred? Kau sudah membunuhku dan sekarang... kau menghancurkan hatiku. Yang kau lakukan hanya membuat perang saudara ini berlanjut... bisiknya lagi.Saatnya aku menghancurkan hatimu, saudaraku... kata Shendelzare dengan Illidan di hadapannya.Illidan sedang berlatih menggunakkan teknik-teknik terbarunya.Aku bisa mendengarmu... kata Illidan tiba-tiba.Illidan, semua pembunuhan ini terjadi karenamu. Seandainya Mortred tidak jatuh cinta pada dirimu, semuanya pasti akan baik-baik saja. kata Shendelzare.Siapa kau!? tanya Illidan tersentak.Aku Shendelzare, Illidan... jawab Shendelzare.Shendelzare? Huh, kau datang tepat waktu, saatnya aku mempraktekkan teknikku yang terbaru . kata Illidan kemudian merubah dirinya menjadi sebuah bayangan hitam besar lalu membuat ilusi dari dirinya sehingga terlihat 3 Illidan.Illidan melempar-lempar bola api ke arah asal suatra Shendelzare. Setelah beberapa kali melempar bola api itu, Illidan berhenti.Sangat mudah mengalahkanmu! Kau memangf tidak akan pernah lebih baik dari pada kakamu! tawa Illidan.Kau memang tidak tuli Illidan. Tapi kau buta, kau tak dapat melihat wujudku yang sekarang. Aku telah mati dan yang kau hadapi adalah rohku. jawab Shendelzare yang tiba-tiba berada di belakang Illidan.Dalam bentuk roh? Semakin menarik saja... kata Illidan tersenyum kecil.Ia mengucapkan suatu mantra dan dari tempat roh Shendelzare berada, muncul sebuah bayangan yang menyerupai dirinya.Mari kita melawan roh dengan roh! tawa Illidan.Shendelzare melempar sebuah cahaya biru ke bayangan yang di buat oleh Illidan. Bayangan itu menghilang. Dengan segera Illidan menebaskan moonbladenya, namun ia tidak mengenai apa-apa.Huh, saatnya aku membunuhmu. kata Shendelzare dengan tenang lalu menebaskan moonbladenya membelah perut Illidan.Shendelzare... setelah aku mati... ke mana rohku pergi? tanya illidan sekarat.Kau begitu bodoh Illidan, menjual rohmu untuk kekuatan fana. Sekarang rohmu sudah tidak ada lagi. Kau akan mati layaknya binatang. kata Shendelzare.Saat itu juga sebuah tangan menepak pundak Shendelzare.Shendelzare. kata seorang lelaki.Magina? tanya Shendelzare.Mari kita melanjutkan kehidupan kita yang layak di dunia lain. kata Magina.Saat itu juga sinar bulan menerangi tempat itu, nampak wajah seorang wanita di bulan.Elune? tanya Shendelzare.Mari Shendelzare, pegang tanganku. kata Magina.Shendelzare segera memegang tangan Magina. Bersama, mereka berdua terangkat dan lenyap bersamaan dengan hilangnya sinar bulan.Tanpa disadari, sebuah roh menyaksikan semua kejadian itu. Sebuah roh penuh dengan kesepian, kebencian, kejahatan, dan iri hati. Beberapa menjulukinya sebagai racun dunia. Roh itu adalah...Mercurial.

Chapter XVIII- Three Prisoners

Kronos... seseorang berjalan di antara reruntuhan, reruntuhan sebuah kota. Ia memegang... tidak, ia tidak memegangnya! Ia melilitnya! Melilit sebuah gada besar yang mengeluarkan asap berwarna biru.Ymir mendapati dirinya tergeletak di tanah, ia memandang Kronos dengan penuh ketakutan. Ymir melempar sebuah pisau berkarat yang entah ia dapat dari mana. Saat pisau berkarat itu mengenai tubuh Kronos, dalam sekejap mata, Kronos sudah berdiri di depan Ymir.Hadapi aku! Bangun! Bangunlah dari tidurmu! Bangun! Bangun! teriaknya terus menerus.Ymir terbangun dan memukul seseorang dengan kepalanya. Ternyata yang ia pukul hanyalah Boush.Aduh, sakit sekali! Aku hanya membangunkanmu dan bayarannya hidungku patah! tangis Boush tanpa air mata.Kau... kau tadi yang menyuruhku bangun? tanya Ymir.Tentu saja! Memangnya siapa lagi!? Cepat bangun, kita sebentar lagi sampai! kata Boush kemudian naik ke atas dek kapal itu sambil terus memegangi hidungnya.Ti- tidak, ku pikir... kata Ymir ragu-ragu.Di- diakah Kronos? Yang di dalam mimpiku, apakah ia Kronos? tanya-tanya Ymir dalam hati.Tiba-tiba kapal itu menabrak sesuatu, tabrakannya sangat keras sampai-sampai sebuah kotak besar penuh dengan senjata yang diletakkan di atas tempat tidur Ymir, jatuh dan menimpa kepala Ymir.Aduh! teriak Ymir kesakitan.Ada apa? tanya Razzil dari atas dek.Ti-tidak apa-apa, hanya tertimpa oleh sebuah kotak- kecil. kata Ymir kemudian naik ke atas dek sambil terus memegani kepalanya.Itulah bayaran karena sudah mematahkan hidungku! Kau patahkan hidungku dengan kepalamu, dan sekarang kepalamu yang kesakitan! tawa Boush.Sudahlah, ayo kita segera turun. kata Rizzrak.Razzil memerintahkan ogrenya untuk menurunkan sebuah sekoci. Sekoci itu dijatuhkan oleh si ogre dengan sangat keras, sampai-sampai cipratan air itu mengenai wajah Razzil.Dasar bodoh! Jatah makanmu kukurangi! bentak Razzil.Ogre itu hanya melenguh, ia sangat patuh kepada Razzil.Ba-bagaimana cara Razzil menjinakkan ogre sebesar itu? tanya Ymir kepada Rizzrak.Entahlah, katanya pada saat ia berumur 70 tahun, ia menjebak ogre itu dengan menaburkan sejumlah uang di tanah dan di ujung dari taburan uang itu, ia meletakkan sebuah kue yang sudah diberi obat tidur. Lalu, katanya ia membutuhkan 30 tahun untuk menjinakkan ogre itu sepenuhnya, setiap hari ogre itu di beri makan dengan obat-obat tertentu yang kita tidak akan pernah tahu. jelas Rizzrak.Saat ia berumur 70 tahun!? Dan ia menjinakkan ogre itu selama 30 tahun, berarti... 100 tahun! Memangnya berapa umur dia sekarang!? tanya Ymir kaget.Tidak ada yang tahu. jawab Rizzrak singkat sambil tersenyum.Cepat turun! Jangan bercanda saja di atas! teriak Razzil dari sekoci. Ternyata ia sudah turun duluan.Merekapun segera turun ke sekoci, lalu mereka mendayung sampai mencapai garis pantai.Ah, senangnya dapat menginjak tanah! kata Boush.Cepat! Kita tidak punya waktu bersantai-santai di sini! kata Ymir.Ya, ya. jawab Boush jengkel.Mereka berjalan menuju Ironforge dipimpin oleh Ymir. Perjalanan pendek itu memakan waktu lama karena...Boush! Cepat, kita tidak mempunyai waktu untuk mengurusi hidungmu yang terbentur pohon itu! kata Ymir.Ya, tunggu sebentar. jawab Boush sambil terus mengelus hidunngya yang memerah.Aduh, mungkin ini hari kesialan hidungku! pikir Boush.Mereka melanjutkan perjalanan itu dan akhirnya tiba di Ironforge. Namun, apa yang mereka dapatkan? Gallywix sedang memasang sebuah senjata yang luar biasa besar dan di arahkannya ke tembok yang melindungi Olympus!Tidak dapat di percaya! bisik Razzil.Pengkhianatan! bisik Rizzrak kemudian mengangkat kakinya untuk berlari ke tempat itu.Tunggu! Seseorang datang! bisik Ymir.Naix berjalan mendekati Gallywix sepertinya terjadi perlawanan dari Gallywix. Gallywix membanting potongan senjata terakhirnya. Tetapi Naix mencakar tubuhnya sampai berdarah. Gallywix berkata sesuatu, lalu Naix pergi meninggalkan dia.Mereka memandangi Naix, ia berjalan mendekati sebuah kerumunan goblin, lalu mencakar seorang dari mereka. Gallywix berteriak sesuatu, lalu Naix berjalan mendekati Gallywix lagi. Gallywix mengambil potongan terakhir dari senjata besarnya, lalu ia memasangnya.Lalu Kelthuzad yang entah datang dari mana, berjalan mendekati senjata itu, ia berkata sesuatu kepada Gallywix, namun Gallywix menggeleng kepala. Naix segera berjalan mendekati kumpulan goblin, lalu ia mencakar seseorang dari antara mereka. Gallywix tetap menggeleng, lalu Naix mencakar goblin itu lagi. Akhirnya, Gallywix mengangguk, ia mengoperasikan senjata itu.Tak dapat kubiarkan! kata Razzil kemudian ia keluar dari tempat persembunyian mereka.Razzil, tunggu! bisik mereka semua, tetapi Razzil sudah keluar dan Naix melihat mereka.Apa yang kalian mau lakukan!? teriak Naix kemudian menyerang Razzil.Tolong aku! Mereka memaksaku membuat senjata ini! teriak Gallywix.Kelthuzad mendorong Gallywix, ia sekarang yang mengoperasikan senjata itu. Kelthuzad mengarahkan senjata itu ke arah tembok yang melindungi Olympus. Para dwarf di atasnya mulai berlarian dengan panik.Hahahahaha! Hancurlah tembok kalian! teriak Kelthuzad kemudian menembakkan senjatanya.Terdengar suara ledakan yang sangat besar, sebuah laser di tembakan oleh senjata itu.Tidak! teriak Ymir.Laser itu langsung meruntuhkan tembok yang melindungi Olympus.Sekarang serang! Tembok mereka sudah hancur! Serang! teriak Kelthuzad.Puluhan ribu ghoul berlari keluar dari tempat persembunyiaan mereka bagai serigala kelaparan yang keluar dari liangnya.Hahahahaha! Kalian tidak berhasil menghentikkan kami! tawa Naix kemudian melompat untuk menyerang Razzil.Diam! Makan ini! teriak Razzil.Ogrenya menangkap tubuh Naix dengan tangan kirinya, lalu tangan kanannya membuka mulut Naix secara paksa. Kemudian Razzil melempar sebuah bom ke dalam mulutnya.Naix berusaha memuntahkan kembali bom itu, namun ia tidak bisa karena bom itu sudah tertelan olehnya terlalu dalam. Ogre itu kemudian melempar Naix sejauh mungkin dan tubuh Naix pun meledak di udara.Bagaimana mungkin kau bisa membiarkan Naix menangkapmu!? tanya Boush dengan marah kepada Gallywix.A-aku tidak tahu, ternyata ia merasuki salah seorang wargaku, pada saat di kapal, ia keluar dari tubuh goblin itu, lalu menyuruh kami untuk berlayar ke Ironforge! Maafkan aku, aku sungguh tidak tahu! tangis Gallywix.Ah, sekarang penyerangan sudah di mulai, bagaimana mungkin kita bisa menghentikan semua ini?...

Sementara itu, Zeus yang berada di dalam Olympus sedang melakukan pertahanan.Barisan pertama dan kedua, bidik dqn tembak! Barisan ketiga, naik ke atas tempat yuang lebih tinggi, lalu tembaki ghoul-ghoul itu! Jangan biarkan seekor ghoul pun menyentuhmu! perintah Zeus.Bidik... tembak! teriak seorang dwarf.Peluru-peluru berterbangan, barisan depan para ghoul mati seketika itu juga.Isi! Cepat! teriak dwarf itu lagi.Zeus, amunisi kita tinggal sedikit, apa yang harus kita lakukan!? tanya Sven.Barisan pertama dan kedua mundur ambil senjata apapun yang dapat kalian temukan! Barisan tiga bertahan di atas tempat yang tinggi! perintah Zeus lagi.Barisan dwarf pertama dan kedua mengambil berbagai macam senjata yang mereka dapat temukan di dalam kota itu, mereka mengambil palu, pisau dapur, dan bahkan beberapa dari mereka hanya menggunakan sapu.Amunisi sudah habis! teriak seorang dwarf di barisan ke tiga.Barisan ke tiga mundur! Ambil semua senjata yang dapat kalian temukan! perintah Zeus.Lina, Sven, ayo kita maju! Kita harus melindungi kota ini dengan semua harga! Kalau kita mati, kita mati bersama! Tubuhku sudah tidak sekuat dulu lagi! kata Zeus.Baik, Zeus kami akan setia padamu! kata Lina dan Sven.Ghoul-ghoul itu semakin dekat, para dwarf bersiap untuk mati. Beberapa dari mereka hanya menggunakan tangan untuk berkelahi.Peperangan dimulai, dengan cepat ghoul-ghoul itu membunuh para dwarf di barisan pertama.Ah, tampaknya aku harus melakukan ini. kata Zeus dalam hati. Ia mengangkat palunya, kemudian awan mulai berputar di atasnya, petir menyambar-nyambar.Rasakan kekuatan Mjolnir! teriak Zeus kemudian mengarahkan palunya ke tanah, membuat petir-petir itu menyambar dan membunuh semua ghoul di sekeliling Zeus.Zeus, awas! teriak seseorang.Zeus menoleh ke belakang dan melihat seekor ghoul bersiap untuk mencakar Zeus. Namun Rizzrak membunuh ghoul itu dengan pisau di tangan robotnya.Zeus, kami datang sebagai bantuan dari Furion. kata Ymir di samping Rizzrak.Bantuan... Apakah Furion hanya mengirim segelintir dari tentaranya yang berlimpah? tanya Zeus.Maaf Zeus, banyak yang meninggal, termaksud Kardel, ceritanya panjang. jawab Ymir.Baiklah, sedikit atau tidak, kita tetap mempertahankan Ironforge bersama-sama! teriak Zeus kemudian berperang lagi.Ymir, Razzil, Boush, dan Rizzrak juga ikut berperang. Tetapi, dalam beberapa menit saja, mereka dipukul mundur ke Olympus.Kalian menjaga Olympus, aku akan ke Tartarus sendirian! perintah Zeus kepada tentara-tentaranya.Zeus masuk ke dalam tempat yang sepi itu, para ghoul mulai masuk ke dalam tempat itu juga.Tak boleh ada yang masuk ke sini! teriak Zeus kemudian menembakkan petir ke arah mereka.Namun Zeus semakin melemah, ia sudah tidak kuat lagi untuk menghadapi ghoul yang tidak ada habis-habisnya, sampai sebuah cahaya biru yang dingin mengenai Zeus. Zeus jatuh, ia melihat Kelthuzad di hadapannya.Zeus... bukan tugasku untuk membunuhmu... kata Kelthuzad.Dengan segera, para ghoul mengikat tangan Zeus yang sudah lemah itu. Kelthuzad memasukkan Kunci Emas ke dalam lubang kunci pintu yang di sebelah kiri. Keluar sesosok bayangan hitam yang besar dan dikelilingi oleh bola-bola api.I-itukah Kronos? bisik seekor ghoul.Hah! Jadi kau membebaskanku dan memberiku persembahan... kata bayangan itu.Tidak Nevermore, Zeus bukan untukmu, kau tahu dia untuk siapa... jawab Kelthuzad.Oh, tentu saja, tapi aku tetap menginginkan persembahan... kata Nevermore kemudian melirik seekor ghoul.Dalam sekjap mata, ghoul itu diselimuti bayangan hitam lalu lenyap menjadi sebuah bola cahaya kecil. Bola cahaya itu melayang masuk ke dalam tubuh Nevermore.Hmph! Roh yang busuk! Tetapi lebih baik daripada tidak sama sekali! kata Nevermore jengkel.Tanpa membuang waktu, Kelthuzad memasukkan Kunci Emas ke lubang pintu yang di sebelah kanan. Keluar sesosok cahaya ungu berwujud manusia tanpa kaki yang besar dan melayang-layang.Dia mungkin Kronos... bisik seekor ghoul.Saatnya, pembalasan dendam... Zeus! Saatnya membawa rohmu ke dalam mimpi buruk yang dalam dan kau tertidur selamanya! kata cahaya itu.Maaf Atropos, silahkan bawa roh yang lain ke dalam duniamu. Zeus hanya untuk Kronos! kata Kelthuzad jengkel.Benar... bagaimana kalau rohmu, Kelthuzad? tanya Atropos mendekatkan wajahnya ke wajah Kelthuzad.Kurasa... saudaramu tidak menginginkan itu, bukan? balas Kelthuzad.Mungkin saja... mungkin saja tidak... kita lihat saja nanti... seberapa kau berharga... kata Atropos menjauhkan wajahnya dari Kelthuzad.Atropos memandang seorang ghoul, lalu ghoul itu jatuh tertidur. Rohnya terlihat melayang di udara, namun Atropos membuka mulutnya dan menyedot roh itu.Sebuah roh lagi terbawa ke dalam mimpi abadi... kata Atropos.Baiklah, saatnya untuk membebaskan Kronos! kata Kelthuzad kemudian memasukkan Kunci Emas itu ke dalam lubang kunci di pintu tengah. Zeus dengan penuh ketakutan memandang pintu itu terbuka perlahan-lahan.Zeus... kata sebuah suara berat dari balik pintu yang sedang terbuka itu.Kau sudah... melemah... anakku... kata suara berat itu lagi.Diam! Aku bukan anakmu! bentak Zeus dengan lemah.Waktu tidak berpihak padamu... sedangkan aku, waktu adalah diriku sendiri... kata Kronos.Buktikanlah! Kejahatan murni sepertimu tidak akan pernah menang! Apapun yang memihak padamu, atau apapun dirimu, kau tidak akan pernah menang!!! bentak Zeus.Hahahahaha! Kau pikir dengan mengurung diriku selama umur dunia ini, akan melemahkanku? Kau salah, kau perlu belajar lebih banyak! kata Kronos.Mengapa kita hanya dapat mendengar suaranya? bisik seekor ghoul.Katanya ia tidak bisa dilihat karena terlalu cepat. bisik ghoul yang lain.Saat itu juga, ghoul yang menjawab pertanyaan ghoul yang pertama, langsung mati. Tempurung kepalanya pecah berkeping-keping. Di belakangnya, berdiri sesosok makhluk berbentuk manusia aneh berwarna biru dan memegang sebuah gada yang mengeluarkan asap biru.Dia benar, aku memang tidak terlihat karena aku terlalu cepat. kata makhluk aneh itu.Kro-Kronos? Kukira Kronos betubuh besar... kata seekor ghoul yang ketakutan tapi berusaha berani.Betapa bodohnya... kata Kronos berjalan melewati ghoul itu. Ghoul itu mati dengan badan hancur, tetapi tidak seorangpun melihat Kronos memukul.Tubuhku kecil... karena aku belum memiliki sebuah tongkat bernama... Black King Bar... tongkat yang seharusnya menjadi milikku! Tetapi hilang... karena Zeus... kata Kronos.Hah! Baguslah kalau begitu, tongkat itu sudah hilang sejak berjuta-juta tahun yang lalu! tawa Zeus.Oh ya? Kau pikir aku tidak punya rencana? Kau pikir Azgalor hanya mencuri 5 batu portal? Kau masih terlalu muda untuk mengerti semuanya... Semua rencana ku berhasil selama ini! kata Kronos.Tidak, tidak semua rencanamu berhasil, Kronos! Kau tidak berhasil membunuhku! bentak Zeus.Itu karena ibumu, Rheia, ia mengkhianatiku! Dan kau sudah membunuh banyak dari saudara-saudaraku! Kaldr! Lucifer! Leviathan! Meskipun aku tidak melihat mereka mati, tetapi aku masih bisa mendengar mereka dari dalam penjara Tartarus ini! Sekaranglah saatnya, untuk aku membunuhmu... kata Kronos kemudian memukuli Zeus.Dunia... masih mempunyai harapan! Meskipun aku mati, kau pasti tetap kalah! teriak Zeus. Saat itu juga, petir di langit menyambar-nyambar dengan liar. Bahkan laut Maelstrom tidak pernah seribut ini, seluruh langit Azeroth penuh dengan petir.Kronos mengayunkan gadanya sekuat tenaga, ia membunuh Zeus. Saat itu juga, petir di langit berhenti, hujan turun dengan deras.Baiklah, saatnya aku dan kedua saudaraku pergi. Tugasmu adalah... kata Kronos membisikkan Kelthuzad sesuatu... yang sangat rahasia.Te-tetapi... kata Kelthuzad.Diam! Kau harus patuhi perintahku! Aku bisa saja membunuhmu sekarang, tetapi kau masih berguna, jadi aku hanya tidak membunuhmu... sekarang. kata Kronos.Ba-baiklah... kata Kelthuzad.Dan mulai sekarang, panggilah aku... Darkterror... katanya kemudian menghilang bersama kedua saudaranya...

Zeus... bisik Lina tiba-tiba.Sven! Zeus sudah... kata Lina.Aku tahu Lina, ia mengorbankan dirinya demi keselamatan dunia ini, ia tahu apa yang ia lakukan. Ia percaya masih ada harapan bagi dunia ini. kata Sven.Sven, kurasa sudah saatnya untuk kita semua pergi dari sini, Ironforge sudah jatuh, tidak ada yang dapat kita lakukan! kata Ymir.Ymir benar, kita terlambat menyelamatkan Ironforge, tapi belum terlambat untuk menyelamatkan dunia. kata Razzil membenarkan Ymir.Sven menunduk sedih, di dalam hatinya terdapat pergumulan berat. Ironforge adalah rumahnya, tetapi ia harus meninggalkan begitu sajaSemua tentara, mundur! Tinggalkan Ironforge, masuklah ke dalam hutan! Kita pergi ke Astranaar! perintah Sven tiba-tiba.Barisan tentara mulai menyusun membentuk satu garis lurus. Mereka mundur dengan dilindungi oleh Ymir dan yang lainnya.Berhenti! Pecundang-pecundang itu tidak perlu dikejar! Kita sudah dapat apa yang kita inginkan, dan yang kita inginkan dapat menghancurkan mereka. perintah Kelthuzad.Kita sudah aman... hela Boush.Tak ada waktu bersantai, kita harus segera ke Astranaar! kata Sven.Mereka semua pergi ke Astranaar, berharap apa yang mereka lakukan adalah benar. Meskipun harapan hampir tidak ada, tentu masih ada harapan.

Chapter XIX- Four Ancient Beasts

Petir menyambar-nyambar, angin bertiup dengan kencang. Tiba-tiba saja semua berhenti, hujan turun dengan sangat deras dan membanjiri Atranaar.Tidak, Zeus... kata Furion dalam hati.Harapan sudah hilang, Alleria dan Aiushtha sampai sekarang masih belum kembali. Apakah mereka sudah meninggal? tanya Furion terus menerus.Ymir, Kardel... mereka mungkin sudah meninggal di Ironforge. Aku kehilangan banyak sekali tentara terbaikku... pikir Furion lagi.Bahkan para orc pun belum memberi bantuan ke sini. katanya lagi.Dan dimana Magina? Ia sudah terlalu lama mengurung dirinya di kamar! katanya lagi.Furion! Sepertinya Alleria dan Aiushtha sudah kembali! Lihat! teriak Davion yang sedang menjaga Furion saat itu sambil menunjuk ke arah pintu masuk Astranaar.Mereka kembali! Kita mungkin belum kalah! kata Furion senang.Wanita berkerudung itu bukanlah Alleria. Alleria sudah meninggal. kata Rooftrellen tiba-tiba.Apa!? Salah satu tentara kita meninggal lagi. kata Furion.Aiushtha! Kemana semua pemanah yang di kirim untuk memburu Viper? tanya Davion.Mereka berada di tempat yang lebih baik, Davion. jawab Rooftrellen sebelum Aiushtha menjawab.Aku Traxex, aku teman baik Alleria dan mungkin juga yang paling bertanggung jawab atas kematiannya, aku sungguh menyesal. kata Traxex memperkenalkan diri sambil berlutut.Furion, Demnok berhasil menjinakkan Viper! Kita harus segera mencari sesuatu yang daspat mengalahkan Viper! jelas Aiushtha dengan segera.Legenda mengatakan, ada seekor naga buas yang tinggal di dalam gunung Hyjal, ia tinggal tepat di bawah Nordrassil, Pohon Dubia. Naga itu di kenal dengan nama Jakiro, ia mempunyai 2 kepala yang bisa menyemburkan es dan api. Kulitnya yang lebih keras dari intan membuatnya sangat sulit di bunuh. kata Rooftrellen.Tetapi Jakiro tidak lebih dari cerita anak-anak sebelum tidur. kata Furion.Masih banyak hal yang kau pelajari, Furion muda. Suatu saat kau akan memenangkan perang ini, aku bisa melihat masa depanmu. Harapan kita tidak boleh di sia-siakan. Kita harus segera menjinakkan Jakiro! kata Rooftrellen.Baiklah, aku akan memimpin sejumlah tentara untuk menjinakkan naga itu. kata Davion.Tidak! Kau harus sendirian menjinakkan Jakiro, jika kau membawa sejumlah tentara, Jakiro akan membunuh kalian semua. Kau harus datang dengan damai dan hati yang bersih. jelas Rooftrellen.Baiklah Rooftrellen, sebaiknya aku segera naik ke gunung Hyjal sendirian. kata Davion.Kau yakin sanggup melakukannya? tanya Furion.Kaulah satu-satunya harapan kami sekarang, kami semua sangat bergantung padamu. sambung Furion.Aku sanggup, aku tidak akan mengecewakan kalian. jawab Davion kemudian mengambil pedang, perisai, serta baju zirahnya yang tebal...

Abaddon, aku mendapat perintah dari Kelthuzad untuk mengirim sejumlah tentara ke Astranaar. Kabarnya mereka ingin menjinakkan Jakiro. kata seorang kurir utusan Kelthuzad.Illidan dan Mortred suda mati. Kematian mereka berdua sedikit memberatkanku, huh... kata Abaddon kemudian menghela napas.Kurasa sudah saatnya aku membangkitkan ayah dari kuburnya... lanjut Abaddon kemudian keluar dari ruangannya.Ia berjalan menuju sebuah peti mati yang terbuat dari batu. Di bawahnya terdapat tulisan Raja Leoric.Abaddon menancapkan pedangnya dan memecahkan kubur batu tersebut. Di dalamnya terdapat tulang-tulang manusia yang cukup besar. Abaddon mengambil sebuah pedang lengkung dan perisai kayu, lalu meletakkannya di dekat peti batu itu. Kemudian ia melepaskan mahkota emasnya lalu memasangkan mahkota itu di tengkorak Leoric.Saat itu juga, tulang-tulang itu menyusun kembali membentuk tubuh seorang manusia tanpa daging maupun kulit. Tengkorak itu mengambil pedang lengkung dan perisai kayu yang diletakkan di samping petinya. Kemudian ia melihat ke arah Abaddon meskipun ia tidak mempunyai mata.Arthas, kesetiaanmu sudah teruji. Akhirnya kau sejalan denganku. kata Leoric.Namaku sudah bukan Arthas lagi, ayah. Arthas namaku yang dulu, sekarang namaku ialah Abaddon. jelas Abaddon.Baiklah, sepertinya kau sudah benar-benar mengikuti jalanku... kata Leoric.Ayah, aku meminta kepadamu untuk membangkitkan tentara-tentaramu beserta dengan penasihatmu itu. Aku memerlukanmu untuk menyerang Astranaar. jelas Abaddon.Astranaar? Hahahahaha! Akhirnya kesempatanku datang juga, setelah berpuluh-puluh tahun menunggu di bumi dan di neraka! tawa Leoric.Leoric berjalan keluar dari istana Scarlet di ikuti oleh Abaddon. Ia berjalan menuju sebuah kuburan yang penuh dengan peti batu. Sebuah peti batu yang paling besar berada di tengah kuburan itu. Terdapat tulisan Pugna.Leoric mengayunkan pedangnya ke aerah batu kubur itu dari jarak beberapa meter. Sebuah cahaya merah mengalir dari tangan hingga ke ujung pedangnya dengan cepat, cahaya merah itu adalah sebuah bola api lalu memecahkan batu kubur itu.Ah, tuanku. Akhirnya kau membebaskanku dari kubur ini, setelah menunggu bertahun-tahun! kata tengkorak di dalam kubur itu.Pugna, bangkitkanlah tentara-tentara ini dari kuburnya, siapkan mereka untuk berperang! perintah Leoric.Dengan segera tuanku! jawab Pugna kemudian menancapkan tongkatnya di tanah. Sebuah kekuatan sihir yang besae terasa mengalir di tanah kuburan itu. Tidak lama kemudian keluar tengkorak-tengkorak dari dalam kuburannya masing-masing.Prajurit! Kalian semua dibangkitkan untuk berperang bersamaku, merebut kejayaan yang dulu pernah kita miliki! Kita mulai dengan menyerang Astranaar! teriak Leoric.Pugna, ada satu yang lupa kau bangunkan... kata Leoric.Ya, hampir saja aku melupakannya. kata Pugna kemudian berdiri di atas sebuah tanah yang cukup lapang.Pugna menancapkan tongkatnya di tanah itu. Tiba-tiba tanah terbelah dan terbuka. Terlihat sebuah tengkorak naga.Auroth... kata Leoric.Naga yang terbuat dari tulang itu bangun, dari matanya keluar cahaya biru sedingin es. Leoric menunggangi naga itu dengan bangga.Kelthuzad, kau melupakan hartamu... kata Leoric.Dari kejauhan, Kelthuzad memandangi semua kejadian yang terjadi di Stratholme.Lihatlah, tampaknya Abaddon sudah mempersiapkan tentaranya untuk berperang. kata Kelthuzad.Jumlah tentara yang luar biasa... kata Rotundjere tercengang.Leoric sudah membangkitkan Auroth, tuanku! sambung Rotundjere.Kelthuzad membanting tangannnya di tahtanya. Kemudian ia berdiri.Jadi... Kau sudah berani menentangku, Abaddon? pikir Kelthuzad.Siapkan sebanyak-banyaknya ghoul! Kita akan bertemu di Astranaar! perintah Kelthuzad tiba-tiba.Baik tuanku! kata Rotundjere.Juga siapkan Viper, tampaknya tiga makhluk legendaris akan bertemu sebentar lagi... kata Kelthuzad...

Fiuh, tinggi sekali gunung ini! Baju zirah dan pedang ini memberatkan saja... keluh Davion dalam hati kemudian melepaskan semua barang yang dibawanya.Ia kemudian duduk dan memandangi pemandangan yang indah. Langit biru di penuhi awan putih, tiba-tiba ia menyadar isesuatu. Terdapat segumpalan awan hitam langit kejauhan. Dia mengenali tempat itu karena dia pernah ke sana. Terlihat sejumlah besar pasukan berjalan menuju AtranaarStratholme... katanya dalam hati.Di sisi lain, ia melihat sejumlah besar pasukan berjalan dari Northrend menuju Astranaar.Tidak, aku harus cepat sebelum mereka mencapai Astranaar! katanya kemudian pergi meninggalkan barang-barangnya begitu saja.Dia terus berlari tidaa henti mendaki gunung itu sampai akhirnya ia tiba di sebuah lapangan luas di atas gunung Hyjal. Dihadapannya terdapat sebuah pohon raksasa dengan ukuran akar jauh lebih besar dari semua kota di dunia.Terdapat sebuah jalan yang disusun dari batu menuju ke dalam sebuah lubang yang terletak di antara akar pohon itu.Jalan masuk menuju tempat tinggal Jakiro! Aku harus cepat sebelum terlambat! pikir Davion kemudian berlari mengikuti jalan itu dan masuk ke dalam lubang.Ia memotong serabut-serabut akar yang memenuhi lubang itu, sampai akhirnya, sampailah ia tepat di bawah di bawah Nordrassil.Dimana Jakiro? Aku tidak melihatnya... tanya Davion dalam hati.Ia melihat sekelilingnya. Sebuah ruangan berukuran raksasa dengan sekumpulan pohon di dinding-dindingnya dan satu pohon yang entah mengapa, lebih menarik dari pohon lainnya, di atas sebuah pulau kecil.Pohon Yggdrasil. Mungkin aku harus menebang pohon itu untuk memanggil Jakiro. pikir Davion kemudian mengambil kapaknya sambil berjalan mendekati pohon itu.Baru setengah jalan, terdengar suara keributan dari dua sisi, sisi kanan dan sisi kirinya. Davion segera berlari mendekati pohon itu.Itu dia! Tangkap! Jangan sampai ia menyentuh tanah hijau itu! perintah Kelthuzad dari sisi kanan. Sementara Abaddon ataupun Leoric tidak melakukan apa-apa, tentara mereka hanya bersembunyi di balik akar raksasa Nordrassil, mereka sepertinya menunggu sesuatu.Davion berlari secepat mungkin, menghindari anak panah-anak panah yang ditembakkan dari sisi kanan. Ia menjatuhkan kapaknya, lalu mengeluarkan perisainya dari balik jubahnya kemudian menarik pedangnya. Davion akhirnya berhasil menginjakkan kakinya di tanah itu.Saat itu juga bumi bergetar, pemanah-pemanah tengkorak yang memanahi Davion pun berjatuhan.Akhirnya, Tiga Makhluk Legendaris bertemu... Sekaranglah saatnya untuk menyerang! teriak Abaddon.Tentara Abaddon! Tembakan panah ke tentara-tentara Abaddon! Ghoul siap dio barisan depan! perintah Kelthuzad kemudian terbang dengan Viper ke tenag h medan perang.Kelthuzad jadi kau menunggangi Viper si racun. Lihatlah, aku menunggangi Auroth si es! teriak Abaddon kemudian terbang dengan Auroth ke medna perang.Davion berusaha lari dari medan pertempuran itu, ia berlari ke arah pohon-pohon di dinding ruangan itu kemudian bersembunyii di sana.Tiba-tiba gempa terjadi sekali lagi. Seekor naga kepala dua masuk melalui celah-celah akar Nordrassil. Dia menyemburkan es ke air di lantai ruangan itu, membuat kaki semua ghoul dan tengkorak yang terbenam di dalam air, terjebak dan mereka tidak dapat bergerak sedikitpun. Lalu Jakiro menyemburkan api ke arah kumpulan ghoul dan tengkorak itu. Mereka semua hangus terbakar.Pemanah! Serang Jakiro! perintah Abaddon dan Kelthuzad bersamaan.Jakiro! Akhirnmya! Tetapi, bagaimana cara aku menjinakkannya? tanya Davion dalam hati.Semua anak panah yang ditembakkan terpental mengenai kulit keras Jakiro, namun sebuah anak panah tepat sedang mengarah ke salah satu kepalanya saat Jakiro terbang rendah. Saat itu juga, Davion melompat lalu menangkis anak panah itu dengan perisainya.Davion jatuh ke punggung Jakiro. Jakiro berusaha menyingkirkan Davion dengan terbang menikung tajam atau bahkan terbang terbalik. Namun Davion berhasil berpegangan pada kulit keras makhluk itu. Yang Davion lakukan adalah menangkis semua anak panah yang ditembakkan ke Jakiro. Tubuh Davion berdarah-darah karena tergores oleh anak panah yang ditembakkan itu.Tiba-tiba Jakiro terbang keluar ruangan itu, Jakiro mendarat perlahan di tanah dan menurunkan Davion.Terima kasih Davion, kau mempunyai hati nurani yang bersih dan jiwa yang berani, jiwa sang pahlawan. Sebagai balasannya, aku akan mengobati luka-lukamu dengan air mataku milikku. Kau adalah keturunan naga, Davion. Setelah kau dionati, darah nagamu akan kuat kembali. Kau, adalah salah satu Makhluk Legendaris, kau adalah... Arc Honist. kata Jakiro melalui kemampuan telepatinya.A- aku adalah Makhluk Legendaris? tanya Davion tidak percaya.Ya Davion. Sekarang tidak ada waktu lagi, tunjukkan salah satu lukamu kepadaku. Kata Jakiro.Davion segera menunjukkan sebuah luka gores yang sangat lebar ditangan kananya. Lalu ia mendekatkan tangannya ke salah satu kepala Jakiro. Jakiro menintikkan air matanya ke luka itu. Saat itu juga sluka di seluruh tubuh Davion pulih. Davion juga merasa darahnya semakin panas, jantungnya berdetak lebih kencang.Davion naik ke atas punggung Jakiro lalu terbang kembali untuk berperang bersama Abaddon dan Kthuzad. Davion memasukkan pedangnya ke dalam sarungnya lagi, lalu mengikatkan perisainya pada punggungnya. Davion melompat ke tengah kerumunan ghoul dan tengkorak yang sedang berperang. Mereka semua berhenti berperang satu dengan yang lain dan mulai memperhatikan Davion.Aku adalah Davion! Pergilah dari sini sekarang juga! teriak Davion. Para ghoul dan tengkorak mulai menyerangnya, mereka mengerumuni Davion sampai ia tidak terlihat lagi.Tiba-tiba mereka semua terpental. Davion telah berubah menjadi Arc Honist. Arc Honist menyemburklan api yang membakar seluruh tentara ghoul dan tengkorak itu. Lalu Arc Honist terbang menyerang Kelthuzad dan Abaddon yang sedang berperang.Apa!? sekerang ada Empat Makhluk Legendaris!? seru Abaddon.Arc Honist, keturunan naga legendaris yang dapat berubah menjadi manusia. Mereka semestinya sudah punah! seru Kelthuzad.Pergilah sekarang juga! teriak Arc Honist sambil menyemburkan api ke Viper dan Auroth.Viper segera menyemburkan racunnya dan Auroth menyemburkan esnya ke Arc Honist. Tetapi Jakiro segera datang dan menyemburkan apinya, melelehkan es dan membakar racun.Satu lawan satu lawan dua, pertarungan yang unik. pikir mereka semua sesaat. Mereka bertatap muka satu dengan yang lain.Viper mulai terbang menukik, bersiap menyerang Jakiro dari bawah. Namun Arc Honist terbang menabrak Viper, menjatuhkan Kelthuzad ke tanah sementara Arc Honist dan Vioper bergulat.Saat itu juga Auorth menembakkan sebuah kristal es ke Viper dan Arc Honist yang sedang bergulat. Kristal itu mengenai tubuh Arc Honist dan pecah menjadi serpihan-serpihan kecil yang tajam Serpihan-serpihan itu menusuk leher Viper, Viper berteriak kesakitan, ia menembakkan sebuah racun ke Auroth. Saat itu dimanfaatkan oleh Arc Honist untuk mencabik tubuh Viper lalu menggigit lehernya.Viper! Cukup! Kita pergi dari sini! perintah Kel'thuzad. Viper berhasil menghindari serangan Arc Honist dna terbang menjauh dari tempat itu diikuti oleh tentara Kel'thuzad. Arc Honist pingsan karena terkena racun dari Viper.Auroth yang terkena racun, membekukan dirinya dalam bongkahan es yang di buatnya. Sementara Abaddon segera lompat ke tanah. Jakiro menyemprotkan api ke es itu tetapi percuma, es itu begitu dinmgin sehingga apipun padam.Bongkahan es yang membungkus Auroth berubah warna menjadi hijau, lalu es itu mencair. Ternyata racun yang diberikabn Viper berhasil ia keluarkan.Auroth segera terbang menyerang Jakiro. Jakiro terbang menjauh lalu ia menyemprotkan es ke depan Auroth, membuat jalan Auroth terhalang. Jakiro terbang menukik dan menyemprotkan api ke Auroth dari bawah.Auroth pun jatuh ke tanah, ia bangun lagi dan bersiap untuk terbang.Auroth! Cukup! Kita mundur dulu! Terlalu berat untuk melawan Jakiro. perintah Abaddon. Auroth pun terbang mendekati Abaddon, Abaddon menungganginya.Abaddon mundur ke Stratholme bersama tentara-tentaranya.Setelah mereka semua pergi, Jakiro terbang mendekati Arc Honist yang perlahan sedang berubah menjadi manusia biasa kembali.Jakiro menaikkan tubuh Davion yang terluka parah ke punggungnya, ia terbang ke Astranaar.Furion! Lihatlah Jakiro terbang ke sini! Elune memberkati kita! Kita masih mempunyai harapan! kata Mirana senang.Benar Mirana, kita punya harapan... kata Furion dengan senyuman indah terlukis diwajahnya.

Chapter XX- Two Kings, One Throne

Leoric mengatur formasi tentaranya, sementara Pugna mengatur strategi perang, Abaddon hanya dapat duduk memikirkan bagaimana cara merebut Frozen Throne. Sebutir salju jatuh ke tangannya, tangannya yang dingin tidak melelehkan butir salju itu, ia seperti orang mati.Barisan tentara berpedang didepan sebanyak dua lusin dengan satu barisan berisi 100 tentara. Barisan pemanah di belakang sebanyak setengah lusin dengan satu baris berisi 100 pemanah. Dan 500 pemanah bersembunyi di atas gunung untuk mengejutkan musuh. Bagaimana Pugna? tanya Leoric.Sembunyikan juga 1000 tentara berpedang dan 500 pemanah di balik pohon atau semak-semak, tuanku, sehingga Kelthuzad akan berpikir tentara kita sedikit. jawab Pugna.Abaddon berdiri dari tahtanya lalu menghampiri Leoric dan Pugna. Ia memperlihatkan butir salju di tangannyaKastil Scarlet tertutup rapat, butir salju tidak mungkin masuk ke dalam. Kelthuzad dan tentara-tentara ghoulnya sudah semakin dekat, kita harus segera bersiap. Kata Abaddon kemudian berjalan kembali ke tahtanya.*****

Rotundjere, berapa necromancer yang kau sudah siapkan? tanya Kelhuzad.Sebanyak 30. jawab Rotundjere.Abaddon pasti sudah tahu kalau kita sebentar lagi menyerang. Dia mungkin akan menyembunyikan sejumlah pemanah di atas kedua gunung yang menghimpit jalan masuk ke Stratholme. Majukan 500 pemanah dan beberapa necromancer. Perintahkan mereka untuk membersihkan kedua gunung itu! perintah Kelthuzad.Siap, tuanku. jawab Rotundjere.Tentara-tentara itu pun bergerak ke jalan antara gunung itu. Semua pemanah di atas gunung melihat mereka, tali busur ditarik, anak panah di arahkan.Arahkan ke belakang mereka, tunggu angin bertiup dari selatan. Bisik pemimpin pemanah itu.Tidak lama kemudian angin bertiup dari selatan, anak panah ditembakkan ke belakang tentara-tentara di lembah, namun angin membelokkan anak panah itu dan membuat seolah anak panah itu ditembakkan dari belakang mereka.Pemanah dibelakang! teriak seorang necromancer.Semua pemanah menembakkan panah ke belakang namun tidak mengenai apa-apa.Sekumpulan anak panah turun dari gunung dan dibelokkan lagi, kali ini mereka semua dapat melihat para pemanah di atas gunung.Musuh di atas gunung! Tembak! perintah seorang necromancer.Terjadi tembak menembak di antara mereka, satu persatu pemanah di atas gunung berjatuhan, sementara para pemanah di dalam lembah tak ada yang tergeletak satupun. Pemanah yang mati segera dihidupkan kembali oleh para necromancer.Tembaki necromancer itu! perintah pemimpin para pemanah.Segera sampaikan ke raja Abaddon bahwa Kelthuzad memiliki necromancer yang dapat menghidupkan kembali tentara yang sudah mati! perintahnya lagi ke seorang pemanah, namun saat itu juga kepalanya tertembak panah dari belakang.Pemanah itu berlari beberapa puluh meter, namun sebuah anak panah menembus jantungnya, lalu ia mati.Gunung berhasil dibersihkan, tuanku. lapor Rotundjere.Berapa dari kita yang tersisa? tanya Kelthuzad.Semuanya selamat, tidak ada yang mati. jawab Rotundjere bangga.Dengan adanya necromancer ini, Scourge akan mengalahkan Abaddon dan Sentinel... kata Kelthuzad gembira.Kerahkan seluruh pasukan ke Stratholme. Perintahnya tiba-tiba.*****

Tiba-tiba terdengar suara drum perang dari balik kabut tebal, Kelthuzad dan tentaranya sudah sangat dekat.Pertahankan posisi! Bersiap jika menerima kontak dengan musuh! perintah Leoric, yang memimpin tentaranya bersembunyi di balik pohon dan semak-semak.Suasana dingin mencekik mereka semua meski mereka undead. Suara drum semakin kencang, bagi Leoric serasa drum itu sudah tepat di depan telinganya, atau memang sudah tepat di depan telinganya. Tanpa menunggu lagi Leoric mengibaskan pedangnya, memotong ghoul yang memukul drum itu di depannya.Kita di serang! Membentuk formasi! Semua necromancer, bersiap! perintah Rotundjere.Setiap ghoul yang mati segera dihidupkan kembali oleh necromancer itu, mereka melakukan ritual membangkitkan dengan sangat cepat.Semua pemanah, tembaki necromancer-necromancer itu! Jangan biarkan mereka menarik nafas! perintah Leoric.Semua pemanah menembaki necromancer itu, belasan necromancer mati.Lindungi necromancer! Jangan sampai mereka mati semua! perintah Rotundjere.Para ghoul berusaha melindungi necromancer dengan mengorbankan dirinya untuk dipanah, namun tentu saja ghoul itu langsung dibangkitkan lagi.Mereka tidak ada habis-habisnya! Kita hanya membuang tenaga, semua mundur! Mundur ke Stratholme! perintah Leoric kemudian melempar bola api dari ujung pedangnya untuk membakar pohon-pohon itu, cukup untuk menghambat jalan para ghoul.Leoric beserta tentara-tentaranya yang sudah tinggal sedikit mundur untuk bergabung ke dalam formasi tentara di Startholme.Mereka mempunyai necromancer. Tentara mereka tidak ada habis-habisnya! lapor Leoric.Kalau begitu yang kita bisa lakukan hanyalah membunuh lebih banyak dari pada yang dihidupkan kembali. jawab Pugna.Para ghoul sudah kelihatan, namun para necromancer masih tersembunyi di bali kabut.Pemanah tahan tembakan kalian! Barisan depan siap bertempur! perintah Pugna.Ghoul-ghoul itu menyerang barisan pertama mereka seperti serigala kelaparan, meski yang diserang hanya tengkorak tak berdaging.Barisan pertama hancur dengan cepat! lapor seorang tentara.Barisan kedua siap bertempur! Pemanah masih menahan tembakan! perintah Pugna.Dengan cepat barisan kedua juga hancur dan para necromancer mulai terlihat dari balik kabut.Barisan ketiga siap bertempur! Pemanah tembaki necromancer itu! perintah Pugna.Para pemanah itu melepaskan ratusan anak panah yang mengarah ke 30 necromancer.Tidak! Segera lindungi necromancer! perintah Rotundjere.Namun sudah terlambat, necromancer yang tersisa bisa dihitung dengan jari dan kebanyakan dari mereka terluka parah. Mereka segera berlindungBagus! Jumlah yang mereka hidupkan sekarang lebih sedikit dari yang kita bunuh! kata Leoric.Seluruh barisan siap bertempur! Pemanah di sayap kanan dan kiri menembaki musuh di barisan depan, pemanah di tengah menembaki ncercomancer yang masih hidup! perintah Pugna.Kita tidak dapat seperti ini terus! Kita semua pasti mati! Menghidupkan seorang necromancer oleh necromancer lainnya akan membutuhkan waktu berjam-jam, terlalu lama! lapor Rotundjere.Tenang saja, kau tahu bagaimana aku menghancurkan tembok Ironforge? tanya Kelthuzad santai.Maaf tuanklu, saya tidak tahu, saya tidak ada di sana waktu itu. jawab Rotundjere.Keltuhzad menoleh kebelakang, sebuah bayangan raksasa terlihat di balik kabut. Bayangan itu perlahan mendekat dan menunjukkan sosok suatu senjata yang luar biasa besar.*****

Lihat para ghoul itu, lemah bagai semut di banding tentara kita! kata Abaddon.Tuanku! Tentara barisan depan melaporkan mereka melihat bayangan sebuah mesin raksasa di balik kabut, bayangan itu berjalan ke arah kita! lapor Pugna.Abaddon dan Leoric berjalan mendekat untuk melihat bayangan besar itu, mulai terdengar suara mesin yang sedang berjalan.Aku harus melihat lebih dekat. Pikir Abaddon kemudian menunggangi Auroth lalu terbang ke dalam kabut.Abaddon melihat senjata berupa mesin seperti penembak dengan Kelthuzad berdiri di atasnya. Senjata itu berjalan perlahan dan saat jaraknya sudah cukup dekat dengan Scarlet, senjata itu berhenti. Para pemanah menyadari keberadaan Auroth dilangit, mereka berusaha memanahinya namun tubuh Auroth terlalu keras. Abaddon memutuskan untuk kembali ke Scarlet.Abaddon, mesin itu sudah berhenti, suara bisingnya sudah hilang. Kata Leoric.Ayah, mesin itu bukan mesin raksasa biasa, tetapi itu adalah senjata raksasa yang mematikan, sepertinya buatan goblin. jelas Abaddon.Apa? Kalau begitu segera ku perintahkan tentara untuk menyerang mesin itu! kata Leoric kemudian memberi perintah.Tiba-tiba suara bising itu terdengar kembali, kali ini suaranya semakin keras dan semakin nyaring, terlihat setitik cahaya berwarna kuning di bali kabut itu.Apa itu!? Semua cepat serang! perintah Leoric sekali lagi.Titik kuning itu menghilang untuk sesaat, tetapi terdengar suara yang memekakan telinga, sebuah laser ditembakkan ke Scarlet, menghancurkan istana itu menjadi puing-puing sementara Abaddon, Pugna, Leoric, dan Auroth masih berada di dalamnya. Seluruh tentara yang berada di Stratholme mati karena kekuatan laser itu terlalu besar.Hahahahaha! Kau tak akan pernah berhasil merebut tahthaku, Abaddon! Ramalan berhasil ku patahkan! Aku telah membunuhmu! tawa Kelthuzad.Tetapi tawanya segera berhenti ketika ia melihat sekilas cahaya hijau sebelum puing-puing bangunan menutupinya. Tiba-tiba perkataan-perkataan Kronos yang dibisikan kepaadanya di Ironforge, kembali terdengar dan terulang terus menerus di kepalanya.Ada masalah, tuanku? tanya Rotundjere.Ti-tidak, abaikan saja. Sekarang kita harus segera bergerak untuk menyerang Ashenvale. perintah Kelthuzad.

Chapter XXI- Preparation

Furion menangis tanpa henti saat ia mengetahui bahwa Magina sudah meninggal. Ia sekarang tidak mempunyai anak sama sekali.Furion, Magina sudah di atas sana. Ia pasti diterima oleh Elune. kata Mirana berusaha menenangkan Furion, meskipun ia juga menangis.Siapa yang akan menggantikkan aku memimpin Sentinel kalau bukan Magina? Rasanya dunia akan berakhir dan memang benmar! Dunia sudah pasti akan berakhir! teriak Furion. Ia melihat ke balik pohon-pohon, tampaknya terdapoat sekumpulan tentara.Kelegaan timbul di hatinya saat ia melihat Ymir bersama kumpulan dwarf dari kejauhan, namun saat dilihat lebih dekat, jumlah tentara itu tidak lebih dari 100 orang.Lebih baik dari tidak ada sama sekali... kata Mirana menenangkan Furion kemuidan memberikan secangkir teh margeroyal.Untuk menenangkan pikiranmu. sambung Mirana.Mirana, kau memang tahu yang terbaik untukku. Kata Furion mencium Mirana.Atas nama Zeus dari Ironforge! Kami datang untuk memberikan bantuan sebagai tanda ikatan aliansi dan lebih dari itu, untuk menyelamatkan dunia! teriak Sven.Sven! Lina! Terima kasih telah mau datang ke sini! Dan Ymir bersama teman-teman goblinnya, terima kasih! Tanpa kalian bantuan mungkin tak akan pernah datang! kata Furion dengan senang, menahan kesedihan di dalam hatinya.Sabar yah... bisik Ymir menenangkan Razzil yang wajahnya sudah merah padam.Ymir bersama Boush, Razzil, dan Rizzrak masuk ke kamar mereka. Razzil membanting barangnya di lantai.Kami sudah susah-susah membantu tetapi hanya di sebutkan sebagai teman goblinnya!? teriak Razzil.Tenanglah nama kalian terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu, lagi pula Furion belum mengenal Rizzrak. kata Ymir menenangkan.Ah, dasar sopan santun orang jaman sekarang tidak ada! bantah Razzil.Ymir menggeleng kepala kemudian ia melirik Rizzrak yang sedang terkagum-kamu dengan pohon yang tak terhitung jumlahnya.Aku dapat membuka usaha baru di sini dan bahkan lebih sukeses! Aku akan menjadi goblin yang sangat kaya! kata Rizzrak.Kalau saja si tua Furion itu mengijinkan, maka kau benar Rizzrak. kata Razzil.Hei kalian dengar itu? Sepertinya suara drum perang, mungkin bantuan yang lain. kata Boush kemudian keluar dari rumah itu, menghampiri asal suaranya.Sque, Spleen, dan Spoon mungkin saja bersama mereka kata Ymir kemudian lari mengikuti Boush.Razzil menoleh ke Rizzrak kemudian ia juga ikut berlari. Rizzrak hanya berjalan santai menikmati jumlah pohon yang tak ada habisnya.Bangsa orc dari selatan memberi bala bantuan! kata Mirana.Furion berdiri untuk melihatnya. Jumlah tentara orc itu sekitar 500.Orc-orc itu kemudian memasuki Astranaar dipimpin oleh Thrall. Thrall maju ke hadapan Furion didampingi oleh Yurnero dan Chen.Bantuan kami mungkin tidk sebanyak yang kau dambakan, kasmi mengalami beberapa hambatabn selama perjalanan. Bangsa troll mengkhianati kami. Untunglah troll hutan mau membantu kami, meski jumlah mereka tidak banyak. kata Thrall.Bangsa troll? Voljin? tanya Furion memastikan.Benar, Furion. Jawab Thrall.Bagaimana dengan tauren, ogre, dan centaur? tanya Furion.Kami masih belum mendapat kabar dri mereka Furion. jawab Thrall.Baiklah, yang terpenting sekarang kalian sudah ada di sini, Kelthuzad dapat menyerang kapan saja. Kita harus berjaga. kata Furion.Bangsa orc itu mendirikan tendanya tidak jauh dari Astranaar. Yurnero sedang mengasah pedangnya setajam mungkin, amarah dilampiaskan olehnya.Pedang ini harus tajam, setajam mungkin untuk membalas kematian Squee, Spleen, dan Spoon. Kata Yurnero dalam hati.Yurnero. bisik seseorang dari balik kain tendanya.Yurnero mengangkat kain tenda tersebut, Ymir bersama Boush, Razzil, dan Rizzrak segera masuk ke dalam tenda itu.Yurnmero, apakah Squee, Spleen, dan Spoon ada? tanya Ymir.Yurnero memejamkan matanya, ia mengangkat pedang pajamnya yang masih panas dari tungku pemabakaran kemudian ia mendekatkannya ke Ymir.Pedang ini di asah penuh dengan rasa amarah, amarah karena kehilangan teman. Saya m,erupakan teman dari Squee, Spleen, dan Spoon. Mereka sudah meninggal. Jelas Yurnero.Bagimana mungkin!? tanya Boush.Seorang troll memberitahu, mereka meninggal karena mengorbankan diri mereka untuk menyelamatkan troll itu. jawab Yurnero.Baiklah Yurnero, kurasa sudah cukup. Saatnya kita semua beristirahat, agar nanti dapat berperang dengan baik, membawa kemenangan untuk Senitnel dan juga untuk Squee, Spleen, dan Spoon! kata Ymir.Benar Ymir, kau benar. jawab Yurnero mengangguk kemudian meletakkan kembali pedangnya.Mereka semua berjalan kembali ke kamar mereka tanpa berkata sedikitpun. Ymir mebngasah kapaknya, Boush memperbaiki mesin-mesinnya, Razzil memberi makan ogrenya, dan Rizzrak mempertajam pisau-pisau pada robotnya.Boush mengangkat sebuah robot yang seukuran dengan tubuhnya lalu menempatkannya di sudut ruangan.Aku yakin, suatu hari kau akan berguna robot clockwerk. kata Boush dalam hati.Saat mereka semua sedang mengurus urusannya masing-masing, terdengar sangkakala dari arah lautan.Bantuan macam apa yang kali ini datang? tanya Ymir dalam hati kemudian keluar melihat ke lautan.Berpuluh-puluh armada kapal datang ke arah mereka. Jangkar diturunkan serentak hingga suara cipratan airn terdengar bagai badai. Sekoci-sekoci diturunkan mereka adalah bangsa manusia.Atas nama Tresdin dari Threamore, bangsa manusia telah memberi bantuan kepada Sentinel sebagai tanda ikatan aliansi dan dengan kehormatan besar, untuk melindungi dunia! teriak seorang tentara.Sebuah sekoci yang lebih besar dan mewah terlihat di antara mereka. Saat sekoci mewah itu mencapai daratan, pintunya membuka dan keluar seseorang menunggangi kuda dengan seorang wanita mendampinginya.Tresdin dan Rylai! Di mana Kunkka dan Ezalor? tanya Furion.Mereka sudah meninggal, Furion. jawab Tresdin.Saat kami berjalan menuju ke sini, kami melihat tentara Kelthuzad yang beribu-ribu jumlahnya sedang bergerak dengan cepat. Sehingga kami memutuskan untuk mengambil jalur air. sambung Tresdin.Mereka sebentar lagi akan tiba di sini, mungkin subuh ini. lanjut Rylai.Kalu begitu kita harus cepat! Sebentar lagi subuh, segera buat barisan! perintah Furion.Tentara manusia, orc, dan elf segera membentuk formasi di depan Astranaar, menunggu kedatangan Scourge.*****

Mereka sudah tau kita akan datang, mereka membentuk barisan melindungi Astranaar. kata Rotundjere.Tetapi jumlah kita berbanding dengan jumlah mereka adalah satu banding seribu. jawab Kelthuzad.Tetapi belum seluruh bantuan mereka dapatkan, tuanku. kata Rotundjere.Bantuan apa yang mungkin akan mereka dapatkan lagi? tanya Kelthzuad.Tentara hebat dari tanah selatan tuanku. Tauren, ogre dan centaur. Kekuatan satu dari mereka sama dengan 10 ghoul kita. jawab Rotundjere.Berapa necromancer yang siap, Rotundjere? tanya Kelthuzad.20. jawab Rotundjere.Hmm mereka mendapat bantuan dari tentara tanah selatan. Maka segera kirimkan pesan kepada tentara tanah utara! Kirimkan pesan ke bangsa nerub kita membutuhkan bantuan mereka secepatnya. perintah Kelthuzad.Segera, tuanku. kata Rotundjere.Kita akan segra sampai Astranaar tepat saat matahari terbit. Kata Kelthuzad dalam hati.