Chapter I_2.pdf

5
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peluang pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia sangat besar dikarenakan faktor lingkungan yang sesuai dengan pertanaman sekaligus merupakan salah satu penentu perkembangan perkebunan kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat dari luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia sebelum tahun 1983 kurang dari satu juta hektar, namun berdasarkan publikasi terakhir dari data statistik Ditjen Perkebunan tahun 2010, luas 8.04 juta hektar dengan produksi 19.76 juta ton CPO (Ditjenbun, 2010) Sebagian besar areal perkebunan kelapa sawit saat ini berada di Sumatera diperkirakan 5.29 juta hektar dan sebagian lagi tersebar di pulau Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Irian. Sejalan dengan perkembangan areal tersebut maka kebutuhan akan benih asal bahan tanam terus meningkat yang memacu pekebun semakin giat dalam mengembangkan dan meningkatkan produksi. Pada saat ini produksi-produksi benih kelapa sawit di dalam negeri yang dihasilkan oleh delapan sumber benih adalah 170.648.000 butir dengan rincian sebagai berikut : (a) PPKS 40 juta butir, (b) PT. Socfin Indonesia 40 juta butir, (c) PT. London Sumatera 18.500.000 butir, (d) PT. Bina Sawit Makmur 24 juta butir, (e) Kenyataan akan penggunaan bahan tanam asal benih sampai saat ini masih menjadi unggulan. Berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan kecambah asal benih yang bermutu dan ekonomis dari aspek finansial (Beugree et all, 2009). Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter I_2.pdf

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Peluang pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia sangat besar

    dikarenakan faktor lingkungan yang sesuai dengan pertanaman sekaligus merupakan

    salah satu penentu perkembangan perkebunan kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat dari

    luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia sebelum tahun 1983 kurang dari satu

    juta hektar, namun berdasarkan publikasi terakhir dari data statistik Ditjen

    Perkebunan tahun 2010, luas 8.04 juta hektar dengan produksi 19.76 juta ton CPO

    (Ditjenbun, 2010)

    Sebagian besar areal perkebunan kelapa sawit saat ini berada di Sumatera

    diperkirakan 5.29 juta hektar dan sebagian lagi tersebar di pulau Kalimantan,

    Sulawesi, Jawa dan Irian. Sejalan dengan perkembangan areal tersebut maka

    kebutuhan akan benih asal bahan tanam terus meningkat yang memacu pekebun

    semakin giat dalam mengembangkan dan meningkatkan produksi.

    Pada saat ini produksi-produksi benih kelapa sawit di dalam negeri yang

    dihasilkan oleh delapan sumber benih adalah 170.648.000 butir dengan rincian

    sebagai berikut : (a) PPKS 40 juta butir, (b) PT. Socfin Indonesia 40 juta butir, (c)

    PT. London Sumatera 18.500.000 butir, (d) PT. Bina Sawit Makmur 24 juta butir, (e)

    Kenyataan akan penggunaan bahan tanam asal benih sampai saat ini masih

    menjadi unggulan. Berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan kecambah asal

    benih yang bermutu dan ekonomis dari aspek finansial (Beugree et all, 2009).

    Universitas Sumatera Utara

  • PT. Damai Mas Sejahtera 21 juta butir, (f) PT. Tunggal Yunus Estate 25 juta butir,

    (g) PT. Tania Selatan 3.148.000 butir, (h) PT. Bakti Tani Nusantara 10 juta butir.

    (Anonim, 2011)

    Benih sebagai bahan tanam memegang peranan penting dalam pembangunan

    pertanian. Pengadaan benih bahan tanaman atau disebut sebagai teknologi benih

    pada kelapa sawit tidak semudah seperti pada tanaman lain. Benih sawit termasuk

    benih yang sulit ditumbuhkan karena memerlukan perlakuan sebelum plumula

    muncul. Secara alami dibutuhkan waktu beberapa bulan dan persentase tumbuhnya

    rendah. Kulit (cangkang) bijinya cukup keras sehingga menyulitkan perkecambahan

    dalam waktu yang cepat (Lubis, 1993). Kenyataan ini berkaitan dengan sifat benih

    yang mengalami apa yang disebut sebagai masa dormansi. Kulit benih yang keras ini

    menghambat proses absorbsi air dan oksigen yang sangat dibutuhkan benih untuk

    berkecambah. Menurut Delouche (1985), dormansi pada kulit benih (fisik) dapat

    diatasi dengan stratifikasi yaitu perlakuan panas dalam jangka waktu yang pendek

    Kekurangan benih kelapa sawit bersertifikat di Indonesia pernah

    menyebabkan adanya penjualan benih palsu yang menyebabkan menurunnya

    produktivitas kelapa sawit Indonesia sampai 50% dibanding dengan penggunaan

    benih unggul bersertifikat (Anonim, 2005). Kekurangan benih tersebut ditutupi

    dengan impor benih dari Malaysia, Papua Nugini dan Costa Rica. Sejak tahun 2004

    kekurangan benih sawit dalam negri dapat dikurangi dengan munculnya produsen

    benih kelapa sawit yang baru. Produsen tersebut adalah Asian Agri, Sinar Mas,

    Wilmar dan Sampoerna.

    Universitas Sumatera Utara

  • sebelum perlakuan dingin. Metode yang sudah lama diterapkan untuk pematahan

    dormansi benih kelapa sawit adalah sistem pemanasan kering (dry heat treatment)

    selama 60 hari pad suhu 39 40 C (Chaerani, 1992).

    Di PPKS pematahan dormansi benih telah dilakukan secara rutin dengan

    perlakuan pemanasan pada suhu 38 40 C selama 60 hari dan telah berhasil dengan

    baik. Namun sejalan perkembangan bisnis kelapa sawit yang marak saat ini

    belakangan terjadi perubahan permintaan dari pihak konsumen. Adakalanya benih

    yang telah siap untuk berkecambah tidak segera dikecambahkan karena tertundanya

    pembelian dari pihak konsumen. Hal ini menjadi salah satu permasalahan bagi

    lembaga pensuplai benih untuk dapat mempertahankan mutu benih senantiasa berada

    dalam keadaan yg optimum jika suatu hari kelak akan dikecambahkan. Benih yang

    sudah dipersiapkan untuk memproduksi kecambah menjadi urung (dicegah)

    berkecambah. Hal ini menjadi menarik karena belum pernah dilakukan di PPKS.

    Sekelompok benih yang urung berkecambah ini akan ditempatkan dalam ruang

    penyimpanan dengan temperatur 18 - 22C, kemudian benih yang disimpan ini

    selanjutnya dipanasi kembali untuk memacu proses perkecambahan.

    Mempertahankan viabilitas benih pasca pematahan dormansi setelah disimpan

    memerlukan perlakuan yang khusus terhadap benih. PPKS mengupayakan agar benih

    kelapa sawit mampu kembali berkecambah dengan melakukan pemanasan ulang

    untuk memacu perkecambahan. Tahap selanjutnya setelah pemanasan ulang benih

    kembali direndam selama 2 hari. Hal ini didasari dari kebiasaan yang dilakukan di

    PPKS dalam mengupayakan agar benih kembali berkecambah khususnya terhadap

    Universitas Sumatera Utara

  • benih yang tidak mau juga berkecambah setelah pematahan dormansi. Kepada

    sekelompok benih seperti ini dilakukan pemanasan selama 20 hari. Tahap selanjutnya

    kembali direndam selama 4 (empat) hari. Jika tidak berkecambah juga, benih

    diperiksa daya tumbuhnya dan jika tidak juga berkecambah dapat dimusnahkan saja

    (Lubis, 1993).

    Berhubung belum ada informasi tentang pola viabilitas serta deteriorasi

    benih kelapa sawit pasca pematahan dormansi selama di penyimpanan, maka penulis

    tertarik melakukan penelitian ini.

    1.

    Perumusan Masalah

    2.

    Benih Kelapa Sawit setelah pelaksanaan pematahan dormansi ada kalanya

    tidak dapat langsung dikecambahkan sehingga kembali disimpan untuk kurun

    waktu tertentu.

    3.

    Penyimpanan dapat menurunkan viabilitasnya sehingga memerlukan upaya

    pemanasan ulang untuk memacu pertumbuhan kecambah yang diharapkan.

    Belum ada informasi rinci tentang pengaruh penyimpanan dan pemanasan

    ulang terhadap viabilitas benih kelapa sawit pasca perlakuan pematahan

    dormansi.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan pasca

    pematahan dormansi dan efek pemanasan ulang terhadap viabilitas benih kelapa

    sawit.

    1.

    Hipotesis Penelitian

    2.

    Penyimpanan akan menurunkan viabilitas benih pasca pematahan dormansi.

    3.

    Pemanasan ulang akan merangsang pertumbuhan kecambah.

    4.

    Terdapat interaksi antara periode simpan dengan pemanasan ulang terhadap

    viabilitas benih kelapa sawit pasca pematahan dormansi.

    Terdapat lama pemanasan ulang benih kelapa sawit yang optimum dalam

    merangsang perkecambahan.

    Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembang

    kelapa sawit maupun lembaga penyedia benih untuk mengkaji upaya di dalam

    mempertahankan mutu benih yang baik.

    Universitas Sumatera Utara