Chapter I

4
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan bata dan batako sebagai bahan bangunan pembuat dinding sudah populer dan menjadi pilihan utama masyarakat di Indonesia sampai dengan saat ini, namun dari bahan-bahan bangunan ini mempunyai kelemahan tersendiri yaitu berat permeter kubiknya yang cukup besar sehinggah berpengaruh terhadap besarnya beban mati yang bekerja pada struktur bangunan. Beban mati pada struktur bangunan dapat diminimalkan dengan pengurangan berat sendiri yaitu dengan menggunakan bahan-bahan yang ringan. Berbagai macam cara ditempuh untuk mengantisipasi, yaitu penggunaan bahan-bahan alternatif berupa penggunaan bahan limbah dari jenis bahan organik dan anorganik. Salah satu jenis bahan limbah yang bersifat organik tersebut adalah sekam padi yang merupakan limbah yang terdapat pada lingkungan penggilingan padi yang saat ini belum optimal dalam pemanfaatannya. Berbagai bahan bangunan alternatif dibuat dengan tujuan untuk memberikan berbagai kemudahan dan kecepatan dalam mewujudkan sebuah bangunan. Bicara soal dinding lagi misalnya. Membuat dinding dari bata merah mulai dirasa lama. Ini antara lain karena ukuran bata kecil-kecil (6cm x 10cm x 20cm), sehingga ketika harus merangkainya menjadi sebuah dinding (katakanlah 3m x 3m) dibutuhkan waktu lebih satu hari. Untuk satu meter persegi dinding, paling tidak seorang tukang harus menyusun 40 – 50 bata dan merangkainya satu per satu dengan adonan semen. Waktu pembuatan bisa dipercepat bila menggunakan bahan alternatif seperti batako atau beton ringan aerasi. Jika menggunakan batako atau beton ringan aerasi berukuran 10 cm x 20 cm x 40 cm, membangun dinding bisa lebih cepat. Untuk membuat satu meter persegi dinding, paling tidak si Universitas Sumatera Utara

description

aa

Transcript of Chapter I

Page 1: Chapter I

16

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penggunaan bata dan batako sebagai bahan bangunan pembuat dinding

sudah populer dan menjadi pilihan utama masyarakat di Indonesia sampai dengan

saat ini, namun dari bahan-bahan bangunan ini mempunyai kelemahan tersendiri

yaitu berat permeter kubiknya yang cukup besar sehinggah berpengaruh terhadap

besarnya beban mati yang bekerja pada struktur bangunan.

Beban mati pada struktur bangunan dapat diminimalkan dengan pengurangan

berat sendiri yaitu dengan menggunakan bahan-bahan yang ringan. Berbagai

macam cara ditempuh untuk mengantisipasi, yaitu penggunaan bahan-bahan

alternatif berupa penggunaan bahan limbah dari jenis bahan organik dan

anorganik. Salah satu jenis bahan limbah yang bersifat organik tersebut adalah

sekam padi yang merupakan limbah yang terdapat pada lingkungan penggilingan

padi yang saat ini belum optimal dalam pemanfaatannya.

Berbagai bahan bangunan alternatif dibuat dengan tujuan untuk memberikan

berbagai kemudahan dan kecepatan dalam mewujudkan sebuah bangunan. Bicara

soal dinding lagi misalnya. Membuat dinding dari bata merah mulai dirasa lama.

Ini antara lain karena ukuran bata kecil-kecil (6cm x 10cm x 20cm), sehingga

ketika harus merangkainya menjadi sebuah dinding (katakanlah 3m x 3m)

dibutuhkan waktu lebih satu hari. Untuk satu meter persegi dinding, paling tidak

seorang tukang harus menyusun 40 – 50 bata dan merangkainya satu per satu

dengan adonan semen. Waktu pembuatan bisa dipercepat bila menggunakan

bahan alternatif seperti batako atau beton ringan aerasi. Jika menggunakan batako

atau beton ringan aerasi berukuran 10 cm x 20 cm x 40 cm, membangun dinding

bisa lebih cepat. Untuk membuat satu meter persegi dinding, paling tidak si

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter I

17

 

tukang cukup merangkai 10 - 15 batako atau beton aerasi ringan. (Rasantika M.

Seta: 2010)

Dari sejumlah abu yang dihasilkan dalam proses pembakaran batubara, maka

sebanyak 55% - 85 % berupa abu terbang (fly Ash) dan sisanya berupa abu dasar

(Bottom Ash). Menurut laporan teknik PT PLN (Persero) di Indonesia produksi

limbah abu terbang dan abu dasar dari PLTU diperkirakan akan mencapai 2 juta

ton pada tahun 2006, dan meningkat menjadi hampir 3,3 juta ton pada tahun 2009.

Sedangkan sekam padi mengandung senyawa kimia Silika (SiO2) (Balai

Penelitian Pasca Panen 2006) sehingga sesuai juga digunakan sebagai bahan

baku pembuatan batako. Dengan optimalisasi pemanfaatan limbah debu batubara,

batu apung dan abu sekam padi ini diharapkan akan dapat mengurangi limbah

yang mencemari lingkungan dan memberi nilai tambah tersendiri.

(http://dafi017.blogspot.com/2009/03/pemanfaatan-fly-ash-abu-terbang-dari.html

Limbah pabrik sering menjadi sumber pencemaran yang dapat mengganggu

aktivitas dan kesehatan masyarakat di lingkungan sekitar pabrik. Selama ini

pemanfaatan limbah padat industri khususnya limbah sisa pembakaran batubara

dan limbah sekam padi. Fly ash atau silica fume sering digunakan untuk

menghasilkan beton mutu tinggi (Syarif Hidayat, 2009). Sedangkan sekam padi

mengandung senyawa kimia Silika (SiO2) (Balai Penelitian Pasca Panen 2006)

sehingga sesuai juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan batako. Dengan

optimalisasi pemanfaatan limbah debu batubara, batu apung dan sekam padi ini

diharapkan akan dapat mengurangi limbah yang mencemari lingkungan dan

memberi nilai tambah tersendiri.

Dalam penelitian ini debu sisa pembakaran batubara, batu apung dan abu sekam

padi, sebagai bahan baku utama untuk menambah kekuatan dan memperingan

batako, sehingga diharapkan dapat tercipta batako berkualitas tinggi dan lebih

ringan dengan biaya operasional yang murah.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter I

18

 

Debu batubara diperoleh dari sisa pembakaran batubara pada pembangkit listrik

tenaga uap (PLTU) Labuhan Angin di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera

Utara yang selama ini menggunung tidak termanfaatkan. Sedangkan abu sekam

padi sangat mudah diperoleh dari sisa penggilingan di tempat-tempat penggilingan

padi yang selama ini hanya dibakar di alam lepas dan untuk batu apung diperoleh

dari sungai Binge Kabupaten Langkat, Sumatera Utara dimana penduduk

setempat belum dapat memanfaatkannya dengan optimal.

1.2. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah debu batubara dapat digunakan sebagai bahan substitusi semen

dalam campuran pembuatan batako?

2. Apakah batu apung dapat digunakan sebagai bahan substitusi pasir untuk

memperingan batako?

3. Apakah abu sekam padi dapat digunakan sebagai bahan substitusi pasir

untuk memperingan batako?

4. Apakah pemberian debu batubara, batu apung dan abu sekam padi dapat

merubah karakteristik batako?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Memanfaatkan debu batubara, batu apung dan abu sekam padi sebagai

substitusi semen dan pasir pada pembuatan batako.

2. Mengadakan Uji Karakteristik batako.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat:

1. Memberi informasi tentang debu batubara, batu apung dan abu sekam padi

sebagai alternatif bahan substitusi/pengganti semen dan pasir dalam

pembuatan batako.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter I

19

 

2. Menghasilkan batako yang lebih ringan yang kualitasnya tidak kalah dari

batako yang ada di pasaran.

1.5. Batasan Masalah

Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Produk bahan bangunan yang dibuat dalam penelitian ini dibatasi hanya

pada pembuatan batako.

2. Debu batubara yang dipakai diambil dari PLTU Labuhan Angin di

Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

3. Batu apung yang dipakai diambil dari sungai Bingei Kabupaten Langkat,

Sumatera Utara.

4. Abu Sekam padi yang dipakai diambil dari Kilang padi di sekitar Tanjung

Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

5. Pasir yang dipakai adalah pasir sungai.

6. Semen yang dipakai adalah semen portland jenis I.

7. Uji karakteristik yang dilakukan adalah : densitas, daya serap air, kuat patah,

kuat tekan dan kuat impak.

Universitas Sumatera Utara