Chapter I
-
Upload
viqi-kun-arch -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
description
Transcript of Chapter I
16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penggunaan bata dan batako sebagai bahan bangunan pembuat dinding
sudah populer dan menjadi pilihan utama masyarakat di Indonesia sampai dengan
saat ini, namun dari bahan-bahan bangunan ini mempunyai kelemahan tersendiri
yaitu berat permeter kubiknya yang cukup besar sehinggah berpengaruh terhadap
besarnya beban mati yang bekerja pada struktur bangunan.
Beban mati pada struktur bangunan dapat diminimalkan dengan pengurangan
berat sendiri yaitu dengan menggunakan bahan-bahan yang ringan. Berbagai
macam cara ditempuh untuk mengantisipasi, yaitu penggunaan bahan-bahan
alternatif berupa penggunaan bahan limbah dari jenis bahan organik dan
anorganik. Salah satu jenis bahan limbah yang bersifat organik tersebut adalah
sekam padi yang merupakan limbah yang terdapat pada lingkungan penggilingan
padi yang saat ini belum optimal dalam pemanfaatannya.
Berbagai bahan bangunan alternatif dibuat dengan tujuan untuk memberikan
berbagai kemudahan dan kecepatan dalam mewujudkan sebuah bangunan. Bicara
soal dinding lagi misalnya. Membuat dinding dari bata merah mulai dirasa lama.
Ini antara lain karena ukuran bata kecil-kecil (6cm x 10cm x 20cm), sehingga
ketika harus merangkainya menjadi sebuah dinding (katakanlah 3m x 3m)
dibutuhkan waktu lebih satu hari. Untuk satu meter persegi dinding, paling tidak
seorang tukang harus menyusun 40 – 50 bata dan merangkainya satu per satu
dengan adonan semen. Waktu pembuatan bisa dipercepat bila menggunakan
bahan alternatif seperti batako atau beton ringan aerasi. Jika menggunakan batako
atau beton ringan aerasi berukuran 10 cm x 20 cm x 40 cm, membangun dinding
bisa lebih cepat. Untuk membuat satu meter persegi dinding, paling tidak si
Universitas Sumatera Utara
17
tukang cukup merangkai 10 - 15 batako atau beton aerasi ringan. (Rasantika M.
Seta: 2010)
Dari sejumlah abu yang dihasilkan dalam proses pembakaran batubara, maka
sebanyak 55% - 85 % berupa abu terbang (fly Ash) dan sisanya berupa abu dasar
(Bottom Ash). Menurut laporan teknik PT PLN (Persero) di Indonesia produksi
limbah abu terbang dan abu dasar dari PLTU diperkirakan akan mencapai 2 juta
ton pada tahun 2006, dan meningkat menjadi hampir 3,3 juta ton pada tahun 2009.
Sedangkan sekam padi mengandung senyawa kimia Silika (SiO2) (Balai
Penelitian Pasca Panen 2006) sehingga sesuai juga digunakan sebagai bahan
baku pembuatan batako. Dengan optimalisasi pemanfaatan limbah debu batubara,
batu apung dan abu sekam padi ini diharapkan akan dapat mengurangi limbah
yang mencemari lingkungan dan memberi nilai tambah tersendiri.
(http://dafi017.blogspot.com/2009/03/pemanfaatan-fly-ash-abu-terbang-dari.html
Limbah pabrik sering menjadi sumber pencemaran yang dapat mengganggu
aktivitas dan kesehatan masyarakat di lingkungan sekitar pabrik. Selama ini
pemanfaatan limbah padat industri khususnya limbah sisa pembakaran batubara
dan limbah sekam padi. Fly ash atau silica fume sering digunakan untuk
menghasilkan beton mutu tinggi (Syarif Hidayat, 2009). Sedangkan sekam padi
mengandung senyawa kimia Silika (SiO2) (Balai Penelitian Pasca Panen 2006)
sehingga sesuai juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan batako. Dengan
optimalisasi pemanfaatan limbah debu batubara, batu apung dan sekam padi ini
diharapkan akan dapat mengurangi limbah yang mencemari lingkungan dan
memberi nilai tambah tersendiri.
Dalam penelitian ini debu sisa pembakaran batubara, batu apung dan abu sekam
padi, sebagai bahan baku utama untuk menambah kekuatan dan memperingan
batako, sehingga diharapkan dapat tercipta batako berkualitas tinggi dan lebih
ringan dengan biaya operasional yang murah.
Universitas Sumatera Utara
18
Debu batubara diperoleh dari sisa pembakaran batubara pada pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU) Labuhan Angin di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera
Utara yang selama ini menggunung tidak termanfaatkan. Sedangkan abu sekam
padi sangat mudah diperoleh dari sisa penggilingan di tempat-tempat penggilingan
padi yang selama ini hanya dibakar di alam lepas dan untuk batu apung diperoleh
dari sungai Binge Kabupaten Langkat, Sumatera Utara dimana penduduk
setempat belum dapat memanfaatkannya dengan optimal.
1.2. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah debu batubara dapat digunakan sebagai bahan substitusi semen
dalam campuran pembuatan batako?
2. Apakah batu apung dapat digunakan sebagai bahan substitusi pasir untuk
memperingan batako?
3. Apakah abu sekam padi dapat digunakan sebagai bahan substitusi pasir
untuk memperingan batako?
4. Apakah pemberian debu batubara, batu apung dan abu sekam padi dapat
merubah karakteristik batako?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Memanfaatkan debu batubara, batu apung dan abu sekam padi sebagai
substitusi semen dan pasir pada pembuatan batako.
2. Mengadakan Uji Karakteristik batako.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat:
1. Memberi informasi tentang debu batubara, batu apung dan abu sekam padi
sebagai alternatif bahan substitusi/pengganti semen dan pasir dalam
pembuatan batako.
Universitas Sumatera Utara
19
2. Menghasilkan batako yang lebih ringan yang kualitasnya tidak kalah dari
batako yang ada di pasaran.
1.5. Batasan Masalah
Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Produk bahan bangunan yang dibuat dalam penelitian ini dibatasi hanya
pada pembuatan batako.
2. Debu batubara yang dipakai diambil dari PLTU Labuhan Angin di
Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
3. Batu apung yang dipakai diambil dari sungai Bingei Kabupaten Langkat,
Sumatera Utara.
4. Abu Sekam padi yang dipakai diambil dari Kilang padi di sekitar Tanjung
Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.
5. Pasir yang dipakai adalah pasir sungai.
6. Semen yang dipakai adalah semen portland jenis I.
7. Uji karakteristik yang dilakukan adalah : densitas, daya serap air, kuat patah,
kuat tekan dan kuat impak.
Universitas Sumatera Utara