Chapter I

5
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah salah satu unsur penting yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi zat-zat gizi yang sangat penting dan dibutuhkan oleh tubuh maka, untuk itu kecukupan gizi memegang peranan utama dalam proses tubuh kembang tubuh. Anak Indonesia merupakan generasi penerus bangsa dan sebagai modal pembangunan. Sudah sewajarnyalah perlu mendapat pembinaan dan peningkatan taraf kesehatannya agar terjamin kelangsungan hidup dan perkembangan baik secara fisik maupun mental. Dengan demikian proses yang dikenal dengan tumbuh kembang dapat berlangsung secara optimal (Dep Kes RI, 1994) Hari depan Indonesia banyak tergantung pada mutu dan kesehatan bayi dan anak yang kini sedang tumbuh. Mutu kehidupan bayi dan anak–anak tersebut banyak kaitannya dengan jumlah dan mutu makanan yang dikonsumsi oleh mereka (Winarno, 1990) Anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya, tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh intake ( masukan) zat gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk mengukur status gizi. Kecukupan gizi merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, prestasi belajar dan produktifitas kerja. Hal ini sangat dipengaruhi oleh masukan zat gizi dari makanan Universitas Sumatera Utara

description

Chapter I

Transcript of Chapter I

  • BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Makanan adalah salah satu unsur penting yang mempengaruhi kesehatan

    seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi

    zat-zat gizi yang sangat penting dan dibutuhkan oleh tubuh maka, untuk itu

    kecukupan gizi memegang peranan utama dalam proses tubuh kembang tubuh.

    Anak Indonesia merupakan generasi penerus bangsa dan sebagai modal

    pembangunan. Sudah sewajarnyalah perlu mendapat pembinaan dan peningkatan

    taraf kesehatannya agar terjamin kelangsungan hidup dan perkembangan baik secara

    fisik maupun mental. Dengan demikian proses yang dikenal dengan tumbuh kembang

    dapat berlangsung secara optimal (Dep Kes RI, 1994)

    Hari depan Indonesia banyak tergantung pada mutu dan kesehatan bayi dan

    anak yang kini sedang tumbuh. Mutu kehidupan bayi dan anakanak tersebut banyak

    kaitannya dengan jumlah dan mutu makanan yang dikonsumsi oleh mereka (Winarno,

    1990)

    Anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang

    dimilikinya, tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh intake ( masukan) zat

    gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Pertumbuhan fisik sering dijadikan

    indikator untuk mengukur status gizi. Kecukupan gizi merupakan salah satu faktor

    terpenting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, prestasi belajar dan

    produktifitas kerja. Hal ini sangat dipengaruhi oleh masukan zat gizi dari makanan

    Universitas Sumatera Utara

  • yang dimakan setiap harinya, yaitu menu makanan seimbang yang terdiri atas

    makanan pokok (nasi, roti, umbiumbian, dan jagung), lauk (sumber hewani dan

    nabati), sayur mayur, buah dan ditambah susu (Sjahmien, 2003).

    Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang mengandung

    sembilan asam amino esensial dalam jumlah cukup (leusin, isoleusin, valin, triptofan,

    fenilalanin, metionin, treonin, lisin dan histidin), seperti telur, susu, daging, unggas,

    ikan, kerang. Begitu pula dengan makanan sumber protein nabati seperti tempe, tahu,

    dan kacng-kacangan. Ada sepuluh macam asam amino yang tidak dapat dibentuk

    oleh tubuh yang sangat dibutuhkan anak untuk pertumbuhan(Almatsier, 2003).

    Pertumbuhan tinggi badan ini bisa terhambat bila seorang anak mengalami

    defisiensi protein (meskipun konsumsi energinya cukup), sedangkan bobot badan

    lebih banyak dipengaruhi oleh cukup tidaknya konsumsi energi. Pada anak yang

    mengalami kurang energi protein akan terhambat pertumbuhannya, rentan terhadap

    penyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya prestasi belajar

    anak. Oleh karena itu maka, keadaan gizi balita perlu mendapat perhatian yang besar

    (Almatsier, 2003).

    Masa balita merupakan masa yang penting dalam pertumbuhan fisik maupun

    perkembangan struktur dan fungsi tubuh, emosi, intelektual, serta tingkah laku.

    Perkembangan moral dan dasardasar kepribadian juga terbentuk pada masa ini

    (Uripi, 2004).

    Pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keturunan, makanan,

    kesehatan, lingkungan yang baik dan sebagainya. Pemberian makanan yang baik

    merupakan faktor yang vital. Kecukupan pemberian makanan pada balita sangat

    Universitas Sumatera Utara

  • penting sebab kekurangan energi atau zatzat gizi esensial dapat mengganggu

    pertumbuhan yang optimal dan dapat pula menimbulkan penyakit gangguan gizi yang

    dapat disembuhkan maupun tidak (Pudjiadi, 1992).

    Survei di Jepang pada tahun 1982 menunjukkan bahwa remaja pria pada usia

    14 tahun yang lahir sesudah Perang Dunia II mempunyai tinggi badan 7,6 cm lebih

    tinggi dibanding mereka yang dilahirkan sebelum Perang Dunia II. Perubahan pola

    pertumbuhan ini disebabkan oleh meningkatnya konsumsi protein hewani.

    Rendahnya kualitas asupan gizi ini juga yang kemudian disinyalir sebagai

    sebab mengapa kualitas fisik orang Indonesia lebih rendah dari bangsa yang lain. Hal

    ini ditunjukkan dari laporan Unicef pada tahun 2000 lalu, yang menyebutkan bahwa

    anak-anak Indonesia yang berusia dua tahun ternyata memiliki berat badan lebih

    rendah dua kilogram dan tinggi tubuh lebih rendah lima sentimeter, bila dibandingkan

    anak-anak negara lain (Anonim, 2000).

    Tahun 2002 lalu diketahui terdapat 1,4 juta balita Indonesia dianggap tidak

    memiliki asupan gizi yang baik. Hal ini membuat 1,4 juta balita kehilangan

    kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Maka bisa diprediksi kelak

    mereka tidak akan menunjukkan performa fisik dan intelektual yang maksimal

    ( Anonim, 2002)

    Menurut Wibowo yang dikutip oleh Aminah (2005) secara langsung masalah

    gizi timbul karena tidak tersedianya zatzat gizi dalam jumlah dan kualitas yang

    cukup untuk memenuhi kebutuhan anak balita yang sedang dalam pertumbuhan cepat

    sehingga kebutuhan relatif besar bila dibanding kebutuhan orang dewasa. Konsumsi

    makanan merupakan faktor utama yang memenuhi kebutuhan tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • Dalam penyelenggaraan makanan balita ibu berperan sangat besar terhadap

    pola makan balita yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan keadaan gizi balita,

    terutama pada usia mulai mengonsumsi makanan yaitu pada umur 6 bulan yang mana

    sangat berpengaruh untuk pertumbuhannya nanti.

    Bagan Deli merupakan daerah yang terletak di dekat laut dan mayoritas

    penduduknya nelayan. Dilihat dari lokasinya untuk mendapatkan makanan sumber

    protein khususnya ikan sangatlah mudah, namun dari 480 anak baduta terdapat 94

    anak 6 24 bulan (19.5%) yang panjang badannya kurang.

    Oleh karena itu, peneliti tertarik melihat pola konsumsi protein dan panjang

    badan anak 6 24 bulan, di mana pola konsumsi yang baik biasanya diiringi dengan

    pertumbuhan yang baik.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang

    menjadi rumusan masalah adalah bagaimana pola konsumsi protein dan panjang

    badan anak umur 6 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun

    2008.

    1.3. Tujuan Penelitian

    1.3.1. Tujuan Umum

    Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pola konsumsi protein

    dan panjang badan anak umur 6 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan

    Belawan Tahun 2008.

    Universitas Sumatera Utara

  • 1.3.2. Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui jenis makanan khususnya makanan sumber protein yang

    dikonsumsi anak umur 6 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan

    Belawan tahun 2008.

    2. Untuk mengetahui jumlah dan frekuensi makanan sumber protein yang

    dikonsumsi anak umur 6 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan

    Belawan tahun 2008.

    3. Untuk mengetahui panjang badan anak umur 6 24 bulan di Bagan Deli

    Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008.

    1.4. Manfaat Penelitian

    1. Memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya

    ibu yang mempunyai balita akan pentingnya konsumsi protein bagi anak.

    2. Sebagai informasi dan masukan dalam menyusun menu untuk meningkatkan

    status gizi dan pertumbuhan anak.

    Universitas Sumatera Utara