Chapter I

6
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan tempat tinggal (rumah) pada dewasa ini semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Peningkatan kebutuhan akan perumahan secara otomatis kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat pula. Peningkatan akan kebutuhan bahan bangunan harus disikapi dengan pemanfaatan dan penemuan bahan bangunan yang mampu memberikan alternatif kemudahan pengerjaan serta hemat biaya. Berbagai penelitian telah dilakukan dengan harapan akan ditemukannya alternatif teknik kontruksi yang efisien serta penyediaan bahan bangunan dalam jumlah besar dan ekonomis. Alternatif yang sedang menjadi perhatian dewasa ini adalah pemanfaatan limbah-limbah industri. Limbah industri untuk bahan campuran genteng ternyata mampu meningkatkan kuat tekan . Pada penelitian ini penulis mencoba meneliti penggunaan limbah industri ampas tebu dan abu terbang batu bara (Fly ash) sebagai alternatif bahan pembuatan genteng. Genteng merupakan bahan bangunan sebagai alternatif pengganti seng yang dibuat dari campuran, semen, pasir dan air dengan komposisi tertentu dan berfungsi sebagai atap. Komposisi bahan ini sangat menentukan terhadap kualitas Di negara – negara maju pemakaian fyl ash sebagai bahan tambahan dalam pembuatan beton sudah dikenal luas.Campuran didesain dipilih campuran 75 % pemakaian fly ash untuk membuat beton yang seramah mungkin pada lingkungan ( www.fly ash .com) Dalam pembuatan beton dengan campuran fly Universitas Sumatera Utara

description

q

Transcript of Chapter I

Page 1: Chapter I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan tempat tinggal (rumah) pada dewasa ini semakin meningkat

seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Peningkatan

kebutuhan akan perumahan secara otomatis kebutuhan akan bahan bangunan

semakin meningkat pula. Peningkatan akan kebutuhan bahan bangunan harus

disikapi dengan pemanfaatan dan penemuan bahan bangunan yang mampu

memberikan alternatif kemudahan pengerjaan serta hemat biaya.

Berbagai penelitian telah dilakukan dengan harapan akan ditemukannya

alternatif teknik kontruksi yang efisien serta penyediaan bahan bangunan dalam

jumlah besar dan ekonomis. Alternatif yang sedang menjadi perhatian dewasa ini

adalah pemanfaatan limbah-limbah industri. Limbah industri untuk bahan campuran

genteng ternyata mampu meningkatkan kuat tekan .

Pada penelitian ini penulis mencoba meneliti penggunaan limbah industri

ampas tebu dan abu terbang batu bara (Fly ash) sebagai alternatif bahan pembuatan

genteng. Genteng merupakan bahan bangunan sebagai alternatif pengganti seng yang

dibuat dari campuran, semen, pasir dan air dengan komposisi tertentu dan berfungsi

sebagai atap. Komposisi bahan ini sangat menentukan terhadap kualitas

Di negara – negara maju pemakaian fyl ash sebagai bahan tambahan

dalam pembuatan beton sudah dikenal luas.Campuran didesain dipilih campuran

75 % pemakaian fly ash untuk membuat beton yang seramah mungkin pada

lingkungan ( www.fly ash .com) Dalam pembuatan beton dengan campuran fly

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter I

ash diperkirakan kekuatan 5000 psi pada 28 hari ternyata perkiraan meleset

menjadi 7000 psi pada 28 hari. (www.fly ash. com ).

Secara kimia abu terbang batu bara (fly ash) merupakan mineral alumino

sillika yang mengandung unsur Ca,K,dan Na,disamping juga mengandungsejumlah

unsure C dan N tersusun dari partikel terkecil yang mempunyai karakteristik

berkapasitas pengikat dari sedang sampai tinggi serta mempunyai sifat-sifat

pembentuk semen.

Pemakaian fly ash sebagai bahan subsitusi didasarkan atas sifat yang dapat

mengikat jika dicampur dengan air dan pasir .Dewasa ini hasil produksi limbah abu

terbang batu bara yang dihasilkan dari Pembagkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

berkisar 700.000 – 1000.000 ton/tahun.

Melihat begitu banyak limbah fly ash yang dihasilkan maka masalah yang

akan timbul adalah masalah pengrusakan lingkungan. Berdasarkan permasalahan

inilah maka diupanyakan pemanfaatan limbah agar tidak mencemari lingkungan

danbila perlu limbah tersebut menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.

Sebagian besar kandungan yang terdapat dalam fly ash adalah silika

yang mempunyai sifat pengikat bila dicampur dengan air. Sifat silika yang

dapat mengganggu keamanan lingkungan bila tidak ditangani secara memadai (

Hidayat 1993 ).

Selain mempergunakan limbah fyl ash dalam pembuatan genteng juga

dipergunakan limbah serat baggase dari hasil penggilingan ke lima ampasd tebu.

Dengan menambahkanserat kedalam adukan beton dapat meningkatkan dan

memberikan keuntungan beberapa sifat beton baik sifat fisis mau pun sifat kimia

.Dari penelitian yang dilaksanakan (Neville dan Books 1987 dalam Dwiyono 2000)

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter I

Dalam hal ini bahan tambahan dalam mortar yang di pergunakan adalah serat tebu

dan fly ash mengandung senyawa sillika (SiO2) sebagai bahan pengisi dan subsitusi

agregat dan semen.

Abu terbang batu bara memiliki sifat sebagai pengikat jika dicampur dengan

air. Di samping itu juga pengikat pasir. Pasir sillika mempunyai sifat hidrophilie

yaitu memiliki sebuah material untuk menarik dan mengikat pada permukaannya.

Ikatan diantara abu terbang batu bara dan pasir/ serat ampas tebu mengakibatkan

berkurangnya celah atau pori-pori diantara butiran pasir/ serat ampas tebu

Pemanfaatan serat baggase dalam pembuatan genteng ditinjau dari kandungan

silika yang cukup banyak 70 % dari bahan.Serat baggase juga mempunyai sifat

sebagai bahan pengisi/agregat yang abi dalam pembuatan genteng.Telah banyak

dilakukan uji coba pemakaian serat baggase dalam pencampuran semen yang

antara lain dengan perbandingan 1 semen : 2 serat baggase,ternyata memberi

hasil yang lebih kuat terhadap kondisi agresif serta dengan biaya yang

ekonomis Juga pada pembuatan panel gypsum dengan serat baggase dipakai

sebagai bahan tambahan mampu menghasilkan panel gypsum yang memiliki

kuat lentur yang baik. Ikatan yang dibentuk antara butiran pasir dan abu terbang

batu bara (fly ash) merupakan ikatan fisis bahan anorganik. Ikatan ini juga

menurunkan kelembapan sehingga akan mengeras dan ikatannya akan lebih sukar

terurai. Penambahan unsur pengikat diharapkan akan menaikkan kekuatan tekan.

1.2 Identifikasi Masalah.

Genteng beton sebagai penutup atap saat ini kebutuhannya meningkat.Namun

sesuai dengan sifat dasar beton sebagai bahan dasar pembuatannya memiliki sifat

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter I

kurang mampu menahan terik,lentus,bersifat getas,dan tidak cukup menahan

berat.Usaha peningkatan kualitas genteng beton sampai sekarang masih terus

dilakukan.Baik peningkatan kuat lentur ,kuat tekan,bahkan sampai upanya membuat

genteng itu ringan.Penambahan serat dalam adukan mortar beton dapat

meningkatkan kuat tarik,kuat lentur dan beton yang dihasilkan akan lebih

ringan(Dwiyono,2000).Penambahan serat dalam adukan memberikan perbaikan

beberapa sifat beton.Panjang serat yang ditambahkan dalam adukan genteng beton

harus memenuhi ketentuanaspek rasio yaitu perbandinganantara panjang dan

diameter serat.Aspek rasio yang ideal 50 – 100mm(Sudarmoko 1987 dalam Dwiyono

2000).Serat yang terlalu pendek akan mudah tercabut dan terlalu panjang akan

menggumpal,dan jumlah yang terlalu sedikit tidak berpengaruh dan terlalu banyak

akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan genteng beton.

1.3.Perumusan Masalah

Limbah padat fly ash akan memberikan nilai tambahan jika dapat digunakan

sebagai bahan dasar pembuatan genteng yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini.

a. Apakah limbah padat abu terbang batu bara (fly ash) dapat dipakai sebagai

perekat semen dan ampas tebu sebagai pengisi genteng.

b. Bagamana prosedur pembuatan genteng dengan menggunakan limbah padat

abu terbang batu bara (fly ash) dengan limbah ampas tebu sebagai pengisi

genteng.

c. Bagaimana peranan limbah serat alami ampas tebu dan abu terbang batu

bara (fly ash) terhadap karakteristik dari genteng.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter I

1.4.Tujuan Penelitian.

- Memanfaatkan hasil limbah abu terbang batu bara (fly ash) untuk

pembuatan genteng.

- Manfaat limbah abu terbang batu bara (fly ash) dan limbah padat pabrik gula

ampas tebu dalam pembuatan genteng.

- Mengetahui nilai serapan air pada genteng dengan bahan tambahan fly

ash dan serat baggase pada variasi komposisi yang direncanakan..

- Mengetahui seberapa besar pengaruh abu terbang batu bara (fly ash) dan

limbah alami ampas tebu terhadap karakteristik genteng.

- Pengurangan kerusakan lingkungan.

1.5. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat di antaranya

adalah:

1) Bahan masukan kepada masyarakat sekitar pabrik PLTU dan pabrik gula

Sei Semayang.

2) Dapat diketahui pengaruh dari penggunaan bahan ikat tambahan abu

terbang dalam pembuatan genteng.

3) Secara akademis dapat memberikan wawasan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi khususnya dalam pembuatan genteng.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter I

6

4) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi industri bahan

bangunan atau dunia usaha genteng yang memakai bahan susunan semen,

pasir, tanah liat.

1.6. Batasan Masalah

Data yang diharapkan dari penelitian ini yaitu tentang uji kuat tekan, uji kuat

patah, uji densitas, serapan air pada genteng dengan bahan pengikat abu batu bara

(fly ash) dan bahan tambahan ampas tebu.

Limbah pada PLTU Sibolga yang digunakan adalah abu terbang batu bara (fly

ash) yang berwarna abu – abu kebiruan dan semua butiran lolos ayakan 100 mehs.

Serat baggase yang dipergunakan dalam penelitian ini berkondisi jenuh kering

muka atau SSD (Saturated Surface Dry) dan dipotong –potong dengan panjang.

kira –kira 1 – 2 cm dan persentase 2%,4%,6%,8%,10% terhadap berat pasir yg

digunakan.

Perbandingan volum karakteristiknya diambil dua nilai optimum yaitu semen :

pasir adalah 80% : 20% dan 70% : 30%.

Variabel pada genteng beton adalah komposisi serat baggase,2%. 4%, 6%, 8 %.

Dan 10 %

Uji terhadap genteng beton adalah uji kuat tekan, uji kuat patah, uji densitas,

. dan penyerapan air.

Universitas Sumatera Utara