Cermin Itu Bernama KIPP - arielheryanto.files.wordpress.com · Apakah KI PP akanmernbuat ... Atau...

1
Minggu, 31 Maret 1996 9 Cermin Itu Bernama KIPP Dleh Ariel Heryanto *) B ARU saja dilahirkan, Komite Independen PernantauPemilu (KIPP) langsung menyedot perhatian berbagai kalangan.· Apa sebenarnya kehebatan KIPP? Atau lebih mendasar lagi: apa benar KIPP memang ada hebatnya? KIPP merupakan karya budaya dan politik yang kreatif. Didirikan oleh sejumlah putra bangsa terbaik di zaman ini, yang integritasnya tak perlu diragukan. Namun sebaiknya kita berani bersikap jujur tentang ke- terbatasan KIPP. Indonesia jauh Ie- bih besar.dari KIPP, biarpun dengan sayap terkuak selebar-Iebarnya. KI- PP tak mungkiIi mene1an mentah- mentah seluruh kompleksitas proyek negara-bangsa yang bernama pe- milu. Tanpa mengurangi hormat dan penghargaan kepada para pendiri KIPP dan niatnya, haruslah diakui bahwa lembaga ini bukan sesuatu yangistimewa. Denganadanya KIPP, tak ada jaminan pemilu 1997 akan bersih dari intrik, intimidasi, keke- rasan, atau kecurangan. Apakah KI- PP akanmernbuat berkurangnya tin- dak pelanggaran dalam pemilu, jika pelanggaran itu tidak sepenuhnya lenyap? Mungkin. Tapi sulit meng- . harapkan akan banyak bedanya. Apakah denganadanya KIPP, pernilu 1997 akan memunculkan pernenang baru dari yang ada selama ini? rapan boleh-boleh saja. Tapi harapan itu agak muluk. . Kalau demikian, masih adakah yang dapat diharapkan dari KIPP? Kalau ada, apa? Kalaupun seandai- nya KIPP dibiarkan bebas bergerak, atau bahkan didukung oleh peme- rintah, apa yangdapat diharapkan darinya? Membongkar berbagai ke- curangan pemilu? Seandainya ke- curangan itu dilaporkan dengan bukti-bukti yang meyakinkan, apa- kah hasil akhir pemilu akan dengan sendirinya digugurkan? Apakah para pe1anggar akan dihukum beramai- ramai? Tanpa ada otoritas dan prosedur hukum yang jelas, rasanya kok sulit membayangkan semua itu terjadi. Sedangkan eksekusi keputusan lembaga peradilan yang konstitusio- nal saja tidak selalu mudah. Ini ter- lihat gamblang pada kasus gugatan Arief Budiman terhadap UKSW le- wat PTUN Semarang. Putusan se1a majlls hakim dilecehkan begitu saja oleh tergugat. KIPPbukanRatuAdilyangtiba- tipa turun dari Kahyangan untuk mernbela kebenaran. Di semua ne- gara yangpunya lembaga swasta pe- mantau pemilu, kecurangan tetap merajalela. Hal ini dapat disimak da- ri pengalaman di Filipina atau Mu- angthai, dua negara tetangga yang mengilhami pembentukan KIPP Uraian di muka hanya mengi7 ngatkan, agar kita tidak bermimpi dan menuntut KIPP berlebihan. De- nganmenyadari semua keterbatasan itu bukan berarti KIPP tak bisa diha- rapkan besar dan memainkan peran penting. Sekali lagi, kita dapat bela- jar dari pengalaman di negara-nega- ra tetangga. Di sana lembaga swasta pemantau pemilu terbukti dapat memberi jasa besar bagi kesehatan politik di negara masing-masing. Misalnya lembaga semacam itu dapat menjadi ajang pendidikan politik yang sangat praktis. Rakyat diajak mengenal, tapi bukan sekedar menghapal pasal-pasal peraturan pemilu. Juga alasan-alasan menda- sar mengapa pemilu itu penting. Apa hak dan tanggungjawab, baik pemi- lih maupun calon unggulan yang dipilih. Paling sedikit kesibukan pe- mantauan dan organisasinya inengu- rangi kebiasaan massa untuk adu ke- kerasan dalam menyelesaikan per- bedaan pandangan atau kepen- tingan. Pendidikan politik semacam ini ada miripnya dengan P4, tapi juga banyak bedanya. Pendidikan ini sifatnya sukarela. Yang lebih penting lagi, prosesnya berlangsung dari- oleh-untuk masyarakat. Ini sulit didapatkan di lembaga sekolah for- mal. Atau di partai-partai politik, parlemen, dan media massa. Ini me- rupakan pendidikan yang elementer, tapi sangat mendasar, se- hingga mutlak perlu. Pendidikan ini berwawasan kerakyatan dan kene- garaan seluas-Iuasnya, tanpa meng- unggulkan kepentingan golongan. Hadirnya lembaga swasta pe- mantau pemilu di negara tetangga juga sempat membuat oknum-ok- num yang terbiasa curang berpikir ulang sebelum meneruskan tradisi-. nya. Mungkin mereka sadar; bahwa lembaga swasta itu tidak cukup berkuasa untukmenghakimimereka. !!II!li!l Kecurangan dapat saja diteruskan. Tapi kecurangan itu semakin sulit di- lakukan, jalannya berbelit, dan resi- konya semakin mahal. Apalagi jika laporan lembaga swasta itu tersiar secara internasional. Bagaimana prospek KIPP bagi Indonesia menjelang akhir abad ke- 20? Iii punya "bakat" menjadi pen- dorong besar dalam proses demokra- tisasi. Kalau benar dernikian, penye- babnya bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa yang ada di dalam KIPP, tapi justru aktor-aktor dan faktor- faktor di luar KIPP. KIPP bisa menjadi besar bila bangsa Indonesia membuatnya besar. Ibarat pedang sakti di tangan pen- dekaryang bernama bangsa Indone- sia. Yakni sebagai forum atau front perjuangan menyelenggarakan pe- milu yang jujur dan adil. Hal itu bisa terjadi karena beberapa kemungkin- an. Misalnya, bila masyarakat sedang putus asa dan tidak tahu ke mana lagi menyalurkan aspirasinya - bila ke- percayaan dan kesabaran mereka pa- da saluran-saluran lain yang kon- stitusional sudah kandas. Sebalik- nya, bila masyarakat tak membu- tuhkannya KIPP ibarat pedang yang menganggur. Tak usah dilarang, di- cekal atau dibubarkan pun, ia akan runtuh dengan sendirinya. Masyarakat swasta bukan satu- satunya aktor di luar KIPP yang bisa mernbesarkan KIPp. Ada aktor-aktor lain, yakni para birokrat. Caranya? Lewat kecaman, tuduhan, dan kecu- riga an yang berlebihan. Malahan bisa lebih ekstrem. Misalnya dengan mernbubarkan pertemuan KIPP. Ini mengingatkan kita akan kisah gerak- an moral, Golongan Putih alias Gol- put, yang sudah berusia seperempat abad. Gerakan ini tidak besar karena unsur-unsur dalam dirinya sendiri. Mereka menjadi jauh lebih besar dari yang dimimpikan pendirinya, berkat kerajinan para pejabat tinggi ber- kampanye memusuhi mereka. Apakah berbagai kecaman ke alamat KIPP memang direkayasa untuk mengkampanyekan kehebat- an KIPP? Mungkin saja ada pihak yang berbuat demikian. Tapi pasti tidak semua pengecam berbuat demikian, karena terlalu "sayang" pada KIPP Motivasi di balik kecam- an bisa beraneka-warna. Mungkin ada yang tulus, yang berangkat dari perasaan terancam. Mungkin ada yang mengecam KIPP hanya karena naif. Seperti judul sebuah novel, reka itu korban "salah-asuhan", me- reka tidak mendapatkan pendidikan memadai di bidang demokrasi, hak asasi, dan kenegaraan modern. Dampak perdebatan tentang KI- PP tidak hanya dirasakan KIPP sendiri. Juga para peserta perde- batan. Berbagai pihak yang biasanya suka bungkam tiba-tiba buka suara. Lalu kelihatan aslinya. Tanggapan itu beraneka macam, ibarat pelangi. Masyarakat diberi kesempatan menilai corak dan kualitas pemimpin bangsa yang lebih gamblang ke- timbang di masa kampanye pemilu yangresmi. Ada yang menuduh KIPP in- konstitusional. Di Bekasi, aparat ke- amanan justru mernuji masyarakat yang berprakarsa di luar konstitusi melawan serangan perampok dan pemerkosa. Aparat negara yang se- cara konstitusional bertanggung ja- wab menjamin keamanan masyara- kat sudah kewalahan. KAMI, KAPPI dan Angkatan 66 yang ikut mem- bentuk Orde Baru juga inkonstitu- sional sewaktu dibentuk. Apalagi perjuangan kernerdekaannasional di zaman kolonial. Ada yang mengintimidasi akan menindas KlPP bila ia mengganggu pemilu. Secara formal pernyataan itu sulit ditolak. Yang aneh, mengapa justru hanya KIPP yang diberi pe- ringatan? Siapakah sebenarnya yang paling berkepentingan dan sekaligus paling berpeluang tergoda melaku- kan pelanggaran terhadap azas jujur dan adil dalam pemilu? Pasti bukan KIPP yang tak ikut bersaing. Dengan serunya perdebatan, KI- PP telah menjalankan fungsinya yang paling awal, jauh sebelum ber- langsungnya pemilu itu sendiri. Se- belum KIPP bekerja turun ke la- pangan, ia telah berfungsi menjer- nihkan pandangan masyarakat ten- tang peta dan kondisi kesehatan po- litik di negeri ini. KIPP menjadi se- macam cermin. Ada yang tersenyum melihat cermin itu. Ada yang sibuk berdandan. Ada yang santai dan tak perduli. Tapi ada pula yang takut dan ingin menyingkirkan KIPP Seperti kata pepatah, buruk muka cermin dibelah. *) Peneliti lepas, mukim di Salatiga. Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

Transcript of Cermin Itu Bernama KIPP - arielheryanto.files.wordpress.com · Apakah KI PP akanmernbuat ... Atau...

Minggu, 31 Maret 1996 9

Cermin Itu Bernama KIPP Dleh Ariel Heryanto *)

BARU saja dilahirkan, Komite Independen PernantauPemilu (KIPP) langsung menyedot

perhatian berbagai kalangan.· Apa sebenarnya kehebatan KIPP? Atau lebih mendasar lagi: apa benar KIPP memang ada hebatnya?

KIPP merupakan karya budaya dan politik yang kreatif. Didirikan oleh sejumlah putra bangsa terbaik di zaman ini, yang integritasnya tak perlu diragukan. Namun sebaiknya kita berani bersikap jujur tentang ke­terbatasan KIPP. Indonesia jauh Ie­bih besar.dari KIPP, biarpun dengan sayap terkuak selebar-Iebarnya. KI­PP tak mungkiIi mene1an mentah­mentah seluruh kompleksitas proyek negara-bangsa yang bernama pe­milu.

Tanpa mengurangi hormat dan penghargaan kepada para pendiri KIPP dan niatnya, haruslah diakui bahwa lembaga ini bukan sesuatu yangistimewa. Denganadanya KIPP, tak ada jaminan pemilu 1997 akan bersih dari intrik, intimidasi, keke­rasan, atau kecurangan. Apakah KI­PP akanmernbuat berkurangnya tin­dak pelanggaran dalam pemilu, jika pelanggaran itu tidak sepenuhnya lenyap? Mungkin. Tapi sulit meng-

. harapkan akan banyak bedanya. Apakah denganadanya KIPP, pernilu 1997 akan memunculkan pernenang baru dari yang ada selama ini? Ha~ rapan boleh-boleh saja. Tapi harapan itu agak muluk. .

Kalau demikian, masih adakah yang dapat diharapkan dari KIPP? Kalau ada, apa? Kalaupun seandai­nya KIPP dibiarkan bebas bergerak, atau bahkan didukung oleh peme­rintah, apa yangdapat diharapkan darinya? Membongkar berbagai ke­curangan pemilu? Seandainya ke­curangan itu dilaporkan dengan bukti-bukti yang meyakinkan, apa­kah hasil akhir pemilu akan dengan sendirinya digugurkan? Apakah para pe1anggar akan dihukum beramai­ramai?

Tanpa ada otoritas dan prosedur hukum yang jelas, rasanya kok sulit membayangkan semua itu terjadi. Sedangkan eksekusi keputusan lembaga peradilan yang konstitusio­nal saja tidak selalu mudah. Ini ter­lihat gamblang pada kasus gugatan Arief Budiman terhadap UKSW le­wat PTUN Semarang. Putusan se1a majlls hakim dilecehkan begitu saja oleh tergugat.

KIPPbukanRatuAdilyangtiba­tipa turun dari Kahyangan untuk mernbela kebenaran. Di semua ne­gara yangpunya lembaga swasta pe­mantau pemilu, kecurangan tetap merajalela. Hal ini dapat disimak da­ri pengalaman di Filipina atau Mu­angthai, dua negara tetangga yang mengilhami pembentukan KIPP

Uraian di muka hanya mengi7

ngatkan, agar kita tidak bermimpi dan menuntut KIPP berlebihan. De­nganmenyadari semua keterbatasan itu bukan berarti KIPP tak bisa diha­rapkan besar dan memainkan peran penting. Sekali lagi, kita dapat bela­jar dari pengalaman di negara -nega­ra tetangga. Di sana lembaga swasta pemantau pemilu terbukti dapat memberi jasa besar bagi kesehatan politik di negara masing-masing.

Misalnya lembaga semacam itu dapat menjadi ajang pendidikan politik yang sangat praktis. Rakyat diajak mengenal, tapi bukan sekedar menghapal pasal-pasal peraturan pemilu. Juga alasan-alasan menda­sar mengapa pemilu itu penting. Apa hak dan tanggungjawab, baik pemi­lih maupun calon unggulan yang dipilih. Paling sedikit kesibukan pe­mantauan dan organisasinya inengu­rangi kebiasaan massa untuk adu ke-

kerasan dalam menyelesaikan per­bedaan pandangan atau kepen­tingan.

Pendidikan politik semacam ini ada miripnya dengan P4, tapi juga banyak bedanya. Pendidikan ini sifatnya sukarela. Yang lebih penting lagi, prosesnya berlangsung dari­oleh-untuk masyarakat. Ini sulit didapatkan di lembaga sekolah for­mal. Atau di partai-partai politik, parlemen, dan media massa. Ini me­rupakan pendidikan polit~k yang elementer, tapi sangat mendasar, se­hingga mutlak perlu. Pendidikan ini berwawasan kerakyatan dan kene­garaan seluas-Iuasnya, tanpa meng­unggulkan kepentingan golongan.

Hadirnya lembaga swasta pe­mantau pemilu di negara tetangga juga sempat membuat oknum-ok­num yang terbiasa curang berpikir ulang sebelum meneruskan tradisi-. nya. Mungkin mereka sadar; bahwa lembaga swasta itu tidak cukup berkuasa untukmenghakimimereka.

!!II!li!l

Kecurangan dapat saja diteruskan. Tapi kecurangan itu semakin sulit di­lakukan, jalannya berbelit, dan resi­konya semakin mahal. Apalagi jika laporan lembaga swasta itu tersiar secara internasional.

Bagaimana prospek KIPP bagi Indonesia menjelang akhir abad ke-20? Iii punya "bakat" menjadi pen­dorong besar dalam proses demokra­tisasi. Kalau benar dernikian, penye­babnya bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa yang ada di dalam KIPP, tapi justru aktor-aktor dan faktor­faktor di luar KIPP.

KIPP bisa menjadi besar bila bangsa Indonesia membuatnya besar. Ibarat pedang sakti di tangan pen­dekaryang bernama bangsa Indone­sia. Yakni sebagai forum atau front perjuangan menyelenggarakan pe­milu yang jujur dan adil. Hal itu bisa terjadi karena beberapa kemungkin-

an. Misalnya, bila masyarakat sedang putus asa dan tidak tahu ke mana lagi menyalurkan aspirasinya - bila ke­percayaan dan kesabaran mereka pa­da saluran-saluran lain yang kon­stitusional sudah kandas. Sebalik­nya, bila masyarakat tak membu­tuhkannya KIPP ibarat pedang yang menganggur. Tak usah dilarang, di­cekal atau dibubarkan pun, ia akan runtuh dengan sendirinya.

Masyarakat swasta bukan satu­satunya aktor di luar KIPP yang bisa mernbesarkan KIPp. Ada aktor-aktor lain, yakni para birokrat. Caranya? Lewat kecaman, tuduhan, dan kecu­riga an yang berlebihan. Malahan bisa lebih ekstrem. Misalnya dengan mernbubarkan pertemuan KIPP. Ini mengingatkan kita akan kisah gerak­an moral, Golongan Putih alias Gol­put, yang sudah berusia seperempat abad. Gerakan ini tidak besar karena unsur-unsur dalam dirinya sendiri. Mereka menjadi jauh lebih besar dari yang dimimpikan pendirinya, berkat

kerajinan para pejabat tinggi ber­kampanye memusuhi mereka.

Apakah berbagai kecaman ke alamat KIPP memang direkayasa untuk mengkampanyekan kehebat­an KIPP? Mungkin saja ada pihak yang berbuat demikian. Tapi pasti tidak semua pengecam berbuat demikian, karena terlalu "sayang" pada KIPP Motivasi di balik kecam­an bisa beraneka-warna. Mungkin ada yang tulus, yang berangkat dari perasaan terancam. Mungkin ada yang mengecam KIPP hanya karena naif. Seperti judul sebuah novel, me~ reka itu korban "salah-asuhan", me­reka tidak mendapatkan pendidikan memadai di bidang demokrasi, hak asasi, dan kenegaraan modern.

Dampak perdebatan tentang KI­PP tidak hanya dirasakan KIPP sendiri. Juga para peserta perde­batan. Berbagai pihak yang biasanya suka bungkam tiba-tiba buka suara. Lalu kelihatan aslinya. Tanggapan itu beraneka macam, ibarat pelangi. Masyarakat diberi kesempatan menilai corak dan kualitas pemimpin bangsa yang lebih gamblang ke­timbang di masa kampanye pemilu yangresmi.

Ada yang menuduh KIPP in­konstitusional. Di Bekasi, aparat ke­amanan justru mernuji masyarakat yang berprakarsa di luar konstitusi melawan serangan perampok dan pemerkosa. Aparat negara yang se­cara konstitusional bertanggung ja­wab menjamin keamanan masyara­kat sudah kewalahan. KAMI, KAPPI dan Angkatan 66 yang ikut mem­bentuk Orde Baru juga inkonstitu­sional sewaktu dibentuk. Apalagi perjuangan kernerdekaannasional di zaman kolonial.

Ada yang mengintimidasi akan menindas KlPP bila ia mengganggu pemilu. Secara formal pernyataan itu sulit ditolak. Yang aneh, mengapa justru hanya KIPP yang diberi pe­ringatan? Siapakah sebenarnya yang paling berkepentingan dan sekaligus paling berpeluang tergoda melaku­kan pelanggaran terhadap azas jujur dan adil dalam pemilu? Pasti bukan KIPP yang tak ikut bersaing.

Dengan serunya perdebatan, KI­PP telah menjalankan fungsinya yang paling awal, jauh sebelum ber­langsungnya pemilu itu sendiri. Se­belum KIPP bekerja turun ke la­pangan, ia telah berfungsi menjer­nihkan pandangan masyarakat ten­tang peta dan kondisi kesehatan po­litik di negeri ini. KIPP menjadi se­macam cermin. Ada yang tersenyum melihat cermin itu. Ada yang sibuk berdandan. Ada yang santai dan tak perduli. Tapi ada pula yang takut dan ingin menyingkirkan KIPP Seperti kata pepatah, buruk muka cermin dibelah.

*) Peneliti lepas, mukim di Salatiga.

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>