Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

42
Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID March 2016

Transcript of Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

Page 1: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

Cerita Perubahan

yang Paling

Signifikan dari

Kinerja USAID March 2016

Page 2: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

1 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Daftar Isi

Pendahuluan ........................................................................................................................................... 2

Proses MSC .............................................................................................................................................. 4

Perubahan Paling Signifikan .......................................................................................................... 11

Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat ............................................................................................ 11

Perubahan Mindset .................................................................................................................................................. 11

Nilai Kemanusiaan .................................................................................................................................................... 15

Persalinan Aman ...................................................................................................................................................... 17

Tidak Harus Menunggu Sampai Sore ....................................................................................................................... 20

Ada Petugas dari Pagi ............................................................................................................................................... 20

Kota Singkawang, Kalimantan Barat ................................................................................................ 21

Hak Pasien ................................................................................................................................................................ 21

Petugas Sudah Lebih Ramah .................................................................................................................................... 22

Demi Nyawa ............................................................................................................................................................. 23

Komunikasi Petugas Kesehatan dan Pasien ............................................................................................................. 26

Regulasi ASI Eksklusif ............................................................................................................................................... 28

Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ............................................................................................... 31

Peran Serta Masyarakat ........................................................................................................................................... 31

Usulan Yang Dilaksanakan........................................................................................................................................ 33

Si Jempol Mancep, Pelayanan Cepat ....................................................................................................................... 35

Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur ................................................................................................ 37

Umi Persamida dan Bunda Kespro ........................................................................................................................... 37

Alur Rujukan Yang Lebih Jelas .................................................................................................................................. 39

Referensi dan sumber lain ......................................................................................................................... 40

Page 3: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

2 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Pendahuluan

Desentralisasi di Indonesia telah membawa perubahan yang cukup besar bagi penyediaan pelayanan

publik. Pemerintah daerah memiliki otoritas dan tanggungjawab yang lebih besar untuk mengelola

sumber daya di daerah dan menyediakan pelayanan publik yang bermutu. Namun, masih banyak

pemerintah daerah yang mengalami kendala untuk memberikan pelayanan, terutama di pelayanan

dasar seperti kesehatan, yang berkualitas, sesuai standar dan kebutuhan masyarakat. Pembagian tugas

yang tidak jelas diantara para petugas kesehatan, stok obat yang kurang, dan program sosialiasi

kesehatan yang masih lemah merupakan beberapa contoh buruknya tata kelola layanan kesehatan.

Untuk mengatasi tantangan ini, USAID Kinerja membantu meningkatkan kapasitas pemerintah daerah,

puskesmas dan sekolah sebagai penyedia layanan agar mereka dapat meningkatkan kualitas layanan

publik. Pada saat yang sama, program ini mendorong masyarakat sebagai pengguna layanan untuk

melakukan advokasi dan meminta pelayanan publik yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan

memberikan umpan balik kepada penyedia layanan.

Kinerja merupakan program lima tahun yang didanai oleh United States Agency for International

Development (USAID) dan dilaksanakan oleh RTI International dan konsorsiumnya. Sejak 2011 hingga

pertengahan tahun 2015, Kinerja bekerja di 20 kabupaten/ kota di lima provinsi: Aceh, Jawa Timur,

Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Papua. Selama periode tersebut, Kinerja meningkatkan

pelayanan pendidikan, kesehatan, dan penyederhanaan izin usaha. Saat ini, Kinerja mendapatkan dana

tambahan untuk melanjutkan programnya di Papua, dan fokus pada layanan kesehatan dan pendidikan

terutama manajemen berbasis sekolah.

Pendekatan Kinerja berdasarkan empat prinsip tata kelola yang baik: keterbukaan (transparency),

akuntabilitas (accountability), daya tanggap (responsiveness), dan keterlibatan masyarakat (public

participation). Kinerja mendorong pemerintah daerah serta unit layanan kesehatan, pendidikan, dan

perizinan usaha untuk mengadopsi prinsip-prinsip ini dalam upaya mereka untuk meningkatkan mutu

pelayanan publik.

Mengingat Kinerja bekerja di dua sisi, penyedia dan pengguna layanan, pendekatan perubahan yang

paling signifikan (MSC) dapat menjadi metode yang cocok untuk mengetahui perubahan yang dihasilkan

oleh program Kinerja. Selama ini, kerangka monitoring dan evaluasi yang digunakan Kinerja menekankan

kuantitas hasil intervensi program. Tapi, metode kuantitatif ini tidak dapat memberikan gambaran

praktis tentang bagaimana dampak dan perubahan dapat dicapai oleh program-program serupa di masa

depan.

Dalam metode MSC, pemangku kepentingan diminta untuk bercerita tentang perubahan-perubahan

yang mereka lihat, atau alami. Cerita merupakan sebuah media yang ideal untuk membantu memahami

dampak program dan mengerti nilai-nilai mitra – apa yang penting, dan mengapa?

Kinerja memilih MSC untuk evaluasi akhir program karena metode ini partisipatif. Berbagai pemangku

kepentingan dapat terlibat mulai dari pengumpulan data hingga analisis. Ketika para pemangku

kepentingan memilih cerita perubahan yang paling signifikan, mereka berpartisipasi dalam proses

musyawarah tentang nilai setiap hasil. Selain berfungsi dalam monitoring dan evaluasi, MSC juga

Page 4: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

3 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

menyatukan visi serta menyediakan materi materi yang dapat digunakan untuk publikasi dan

komunikasi

Namun, MSC seharusnya tidak menjadi satu-satunya cara untuk menilai hasil dan dampak program.

Metode ini seharusnya menjadi pelengkap evaluasi akhir program. Cerita-cerita yang muncul dari proses

MSC dapat menjadi sumber yang kaya untuk membuat hipotesa tentang bagaimana perubahan terjadi.

MSC juga dapat mengidentifikasikan perubahan yang tidak diharapkan atau tidak diprediksi tapi yang

tetap berdampak positif. Menggunakan metode ini, Kinerja mendokumentasikan perspektif dan

pendapat pemangku kepentingan tentang perubahan paling signifikan yang dihasilkan oleh program

tersebut.

Selanjutnya, MSC dipilih sebagai salah satu teknik untuk memonitor dan mengevaluasi dampak program

Kinerja di Papua. Dengan demikian, studi MSC tahun 2015 menjadi sangat penting karena pembelajaran

dari penerapan studi ini akan menentukan monitoring dan evaluasi program Kinerja di Papua.

Studi MSC ini dilakukan oleh Isma Novitasari Yusadiregja dan Rika Setiawati pada Agustus dan

September 2015. Laporan ini disusun oleh kedua peneliti tersebut serta Kate Walton dan Andri

Pujikurniawati dari Kinerja pada bulan Desember 2015.

Terima kasih atas keterlibatan semua kawan-kawan yang berbagi pengalaman dan ceritanya, dan juga

kepada staf Kinerja yang mengikuti proses pemilihan cerita yang paling penting.

Page 5: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

4 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Ringkasan temuan studi Studi ini menunjukkan bahwa perubahan positif dapat terjadi dalam pelayanan publik jika tiga unsur

utama (unit penyedia layanan kesehatan, pemerintah, dan masyarakat) bekerjasama mencapai tujuan

bersama, yaitu pelayanan publik yang lebih baik. Dengan mempertemukan sisi supply (unit penyedia

layanan kesehatan dan pemerintah) dan sisi demand (masyarakat), dan meningkatkan kapasitas mereka,

pelayanan kesehatan yang berkualitas dapat lebih tersedia dan terjangkau oleh masyarakat.

Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan kesehatan ini dapat dibuktikan dengan berkurangnya

pengaduan masyarakat tentang mutu layanan, kepuasan pengguna layanan meningkat, dan frekuensi

penggunaan layanana juga meningkat.

Penyedia Layanan

Kerelaan penyedia layanan di daerah mitra Kinerja untuk menggunakan alat dan inisiatif yang inovatif

diidentifikasikan oleh responden studi sebagai metode kunci untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Komitmen penyedia layanan untuk meninjau kembali programnya, dan tidak lagi hanya melakukan

kegiatan ‘seperti biasanya’ membawa perubahan-perubahan kecil yang berdampak besar. Misalnya,

program kemitraan bidan dan dukun sudah lama dicanangkan oleh pemerintah pusat, namun selama ini

hanya bersifat top-down sehingga tidak berjalan dengan baik. Namun, ketika penyedia pelayanan

melibatkan dukun bayi sejak awal pelaksanaan program kemitraan bidan dan dukun, lebih banyak dukun

bersedia terlibat dalam program, dan kemitraan menjadi lebih kuat. Hasilnya, lebih banyak ibu bersalin

di fasilitas kesehatan. Jika semua unsur dan mitra merasa dihormati, didengarkan, dan dilibatkan dengan

aktif, program kesehatan lebih mungkin berhasil dan berdampak positif pada indikator kesehatan.

Sebagai contoh, dua puskesmas di Kalimantan Barat mengatakan bahwa sebelum mereka mempunyai

program kemitraan bidan-dukun yang berprinsip tata kelola yang baik, sekitar 50% persalinan di wilayah

tersebut ditolong oleh dukun; sekarang, hanya satu atau dua persalinan per tahun ditolong dukun,

sisanya dtolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

Anggota masyarakat yang diwawancarai dalam studi ini mengidentifikasikan empat perubahan utama

yang terjadi oleh karena program Kinerja: 1) hubungan antara pasien dan tenaga kesehatan menjadi

lebih baik; 2) sumber daya dan pelayanan lebih tersedia dan memadai, termasuk menurunnya waktu

menunggu layanan; 3) kenyamanan puskesmas meningkat; dan 4) mutu pelayanan kesehatan

meningkat. Masyarakat menganggap bahwa tenaga kesehatan sudah menjadi pendengar yang lebih baik

dan melayani pasien dengan lebih ramah dan hormat, serta lebih sering memberikan informasi terinci

tentang kehamilan, pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan menyusui. Responden juga merasa bahwa

sekarang tenaga kesehatan datang tepat waktu dan berada di puskesmas sampai sore. Tenaga

kesehatan juga dianggap lebih semangat dan bekerja lebih keras agar bisa menangani lebih banyak

pasien setiap hari; hal ini dapat mengurangi waktu menunggu pelayanan.

Selain itu, responden juga mengidentifikasi banyak perubahan fisik yang terjadi di puskesmas setelah

ada program Kinerja. Pasien mengatakan bahwa puskesmas sudah lebih bersih, nyaman, dan terawat.

Mutu pelayanan kesehatan juga dianggap meningkat karena berbasis standar pelayanan.

Kunci dalam semua perubahan ini adalah perubahan pola pikir (mindset). Kepala puskesmas dari wilayah

mitra Kinerja mengatakan bahwa pola pikir staffnya sudah banyak berubah. Sejak diperkenalkan dengan

Page 6: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

5 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

prinsip tata kelola yang baik seperti transparansi dan keterlibatan masyarakat, staff puskesmas sadar

bahwa ternyata mereka bisa mendorong peningkatan mutu pelayanan dan mereka menjadi agen

perubahan (agents of change) di puskesmas. Banyak staf sudah tidak menjalankan kegiatannya

berdasarkan rutinitas biasa, dan mulai mengubahkan cara kerja mereka. Staf menjadi lebih semangat,

senang dan ramah, sementara kepuasan pasien meningkat dan indikator kesehatan menjadi lebih baik.

Pemerintah

Komitmen pemerintah untuk mendukung penyedia layanan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

dan melibatkan anggota masyarakat juga sangat terlihat dalam hasil studi ini. Dengan memperkuat

kebijakan dan peraturan yang sudah ada, dan membuat peraturan baru untuk memenuhi kesenjangan,

pemerintah bisa memperlihatkan komitmennya untuk melaksanakan prinsip tata kelola yang baik.

Ketika pemerintah benar-benar ingin mendengarkan masyarakat dan memenuhi haknya, persoalan lebih

mudah diidentifikasi dan mutu pelayanan dapat ditingkatkan.

Pasien, penyedia layanan, dan staf pemerintah yang terlibat dalam studi ini mengakui bahwa kebijakan

dan peraturan setempat menjadi kunci terhadap perubahan yang terjadi di puskesmas. Sebagai contoh,

peraturan (daerah/ Bupati) tentang ASI eksklusif dan inisiasi menyusu dini paling sering diidentifikasikan

oleh staff pemerintah sebagai faktor terbesar yang mendorong fasilitas kesehatan melaksanakan

program pro-ASI.

Masyarakat

Terakhir, di daerah mitra Kinerja, semangat masyarakat berperan sangat penting dalam perbaikan

layanan kesehatan. Jika masyarakat melakukan pengawasan pelayanan publik melalui forum

masyarakat, seperti forum multi-stakeholder (MSF) yang dikenalkan oleh Kinerja, mereka dapat

mendorong perubahan dengan cara mengidentifikasi masalah, bersama dengan penyedia layanan

mencari alternative solusi, dan melakukan advokasi perbaikan layanan. Jika masyarakat dilibatkan dalam

pembuatan program layanan kesehatan, anggaran dan rencana kerja unit penyedia layanan akan leboh

sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan mereka akan dapat mencari solusi masala yang dihadapi

dengan lebih baik. Selain itu, jika pasien dan masyarakat mengetahui hak kesehatan mereka dan

menuntut hak tersebut dipenuhi, unit penyedia layanan akan lebih termotivasi untuk menyediakan

pelayanan sesuai standar.

Anggota masyarakat di daerah mitra Kinerja mengatakan sekarang mereka lebih percaya bahwa

pemerintah mendengarkan masukan dari masyarakat dan bahwa staf pemerintah sudah sadar tentang

pentingnya kerjasama masyarakat, pemerintah, dan pemberi layanan untuk meningkatkan mutu

pelayanan. Anggota MSF mengatakan bahwa mereka menjembatani penyedia layanan dan masyarakat,

dan membantu menyelesaikan masalah yang sebelumnya mungkin tidak diatasi karena hubungan antar-

pihak yang kurang baik. Banyak anggota MSF juga mengatakan bahwa mereka sering ikut

mensosialisaskan informasi kesehatan dari puskesmas. Menurut mereka, informasi yang disampaikan

melalui MSF mampu mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat, terutama tentang persalinan aman

dan ASI eksklusif.

Page 7: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

6 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Kesimpulan

Studi ini menunjukkan bahwa pelaksanaan prinsip tata kelola yang baik – transparansi, akuntabilitas,

responsiveness, dan keterlibatan masyarakat – dalam pelayanan publik dapat berdampak positif. Pasien

lebih sadar pada haknya; tenaga kesehatan lebih sadar pada tanggungjawabnya; dan pemerintah lebih

sadar pada apa yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi dan

terpercaya.

Dalam jangka panjang, perubahan ini akan menyebabkan perbaikan tingkat kesehatan. Perbaikan kecil

sudah dapat dilihat di wilayah mitra Kinerja. Melalui tata kelola yang baik, kematian ibu dan bayi dapat

ditekan, lebih banyak ibu akan mengalami persalinan aman, dan lebih banyak anak akan mulai

kehidupannya dengan baik.

Page 8: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

7 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Proses MSC

1. Metode

Pada awalnya, metode MSC terdiri dari sepuluh langkah pelaksanaan:

1. Identifikasi mitra penting atau champion, dan membangun ketertarikan untuk

menggunakan pendekatan MSC

2. Definisi domains of change (lokasi dan jenis perubahan)

3. Definisi periode untuk diteliti

4. Pengumpulan cerita perubahan

5. Review cerita dalam kerangka tertentu

6. Pemberian umpan balik dari proses review kepada para mitra

7. Identifikasi proses verifikasi cerita yang dikumpulkan

8. Kuantifikasi data

9. Analisis data sekunder

10. Revisi proses MSC

Evaluator tidak wajib mengikuti seluruh langkah pelaksanaan MSC, meskipun semuanya penting.

Mengingat keterbatasan waktu dan sumber daya manusia, Kinerja hanya melakukan tahap yang

dianggap paling penting:

Identifikasi lokasi dan pemangku kepentingan

Lokasi dan pemangku kepentingan diidentifikasi oleh evaluator dan manajemen program Kinerja.

Berikut adalah lokasi yang dipilih untuk studi MSC:

Provinsi Kabupaten/Kota

Jawa Timur Probolinggo Bondowoso Kalimantan Barat Sambas

Kota Singkawang

Page 9: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

8 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Berdasarkan tujuan MSC Kinerja, cerita dikumpulkan dari responden terpilih. Secara umum, ada kriteria

untuk responden: yaitu, responden harus terlibat sebagai pengguna layanan atau pemberi layanan baik

sebelum dan sesudah program Kinerja. Berikut adalah kriteria responden yang dapat terlibat di studi

MSC Kinerja:

1. Staf Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota: Kepala Dinas atau staf dari bidang kesehatan ibu dan

anak yang sadar tentang program Kinerja dan sudah terlibat selama minimal dua tahun.

2. Staf Puskesmas: Kepala Puskesmas, bidan koordinator, atau bidan yang sadar tentang program

Kinerja dan sudah terlibat selama minimal dua tahun.

3. Masyarakat: Ibu hamil yang sudah melakukan pemeriksaan kehamilan untuk kehamilan ini, dan

juga pernah hamil sebelum kali ini. Ibu tersebut harus sudah mencari bantuan kesehatan selama

kehamilan pertama atau saat persalinan pertama. Ibu dengan anak di bawah dua tahun juga

boleh menjadi responden. Kriteria di atas juga berlaku untuk ibu dengan anak di bawah dua

tahun.

4. Anggota Multi-Stakeholder Forum (MSF): Anggota yang sudah aktif selama minimal dua tahun.

5. Jurnalis warga: Orang yang sudah aktif sebagai jurnalis warga selama minimal dua tahun.

2. Identifikasi tempat dan jenis perubahan (domains of change) Domains of change adalah kategori umum yang dapat membantu analisis cerita perubahan. Sebelum

mengumpulkan cerita dalam beberapa domains of change, staf Kinerja dan konsultan penelitian

memutuskan bahwa cerita perubahan yang akan didokumentasi akan lebih banyak memotret

perubahan di sisi penyedia layanan dan di tingkat Puskesmas. Diasumsikan bahwa cerita perubahan

yang diceritakan oleh responden akan terkait isu aspek pelayanan publik, tata kelola, dan keterlibatan

masyarakat.

3. Pengumpulan cerita Pengumpulan cerita perubahan dilakukan oleh dua konsultan penelitian. Keterlibatan konsultan

eksternal (bukan staf Kinerja) bermanfaat karena cerita yang dikumpulkan akan menjadi netral dan

obyektif. Hal ini terjadi karena responden yang berbagi cerita akan bercerita berdasarkan pengalaman

yang sebenarnya. Agar memastikan konsistensi dalam informasi yang direkamkan di daerah yang

berbeda, kedua konsultan menggunakan sebuah panduan wawancara saat pengumpulan cerita. Seperti

dikatakan di atas, peneliti bertujuan untuk mengumpulkan cerita dengan tiga fokus:

1. Perubahan pelayanan publik;

2. Perubahan tata kelola;

3. Perubahan keterlibatan masyarakat.

Pengumpulan data dilakukan di empat daerah yang sebelumnya dipilih. Selama proses MSC, lebih dari

40 cerita dikumpulkan. Setelah proses pembersihan data, 30 cerita dipilih dari semua daerah.

Cerita dikumpulkan melalui wawancara mendalam (in-depth interviews) dengan responden terpilih.

Sebelum interview, evaluator bertanya kepada responden apakah mereka bersedia dan setuju untuk

mengikuti penelitian MSC, dan menjelaskan tujuan wawancara. Evaluator juga minta izin untuk

merekam wawancara tersebut dengan alat perekam digital.

Page 10: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

9 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Tiap wawancara didokumentasikan dengan menggunakan nama asli pencerita, baik di file audio maupun

di file tertulis (transkript dan catatan). Semua file disimpan oleh peneliti dan tim Kinerja di komputer

yang terkunci dengan kata sandi. Data tersebut akan disimpan selama sekitar lima tahun sejak awal

studi. Setelah ditulis dalam transkript, semua transkripsi digunakan untuk menulis ringkasan 1-2

halaman per cerita.

4. Proses pemilihan cerita Pada tahap ini, Kinerja melakukan lokakarya mini untuk memilih cerita yang paling signifikan sebagai

bahan pembelajaran ke depan. Lokakarya yang dihadiri oleh staff Kinerja ini bertujuan mendapatkan

validasi dan verifikasi dari staff Kinerja.

Para peserta mendapatkan 39 cerita dan ditugaskan untuk mendiskusikan dalam kelompok dan memilih

lima cerita yang dianggap menunjukkan perubahan yang paling signifikan. Setiap kelompok membaca

cerita yang mereka pilih dengan nyaring dan menjelaskan alasannya. Kemudian, semua peserta diminta

untuk memberikan tanggapan dan mendiskusikan cerita tersebut, hingga akhirnya mereka dapat

membuat kesepakatan tentang cerita-cerita perubahan yang paling signifikan. Cerita yang terpilih dapat

dilihat di bab berikutnya, Perubahan yang Paling Penting.

Setelah diskusi terakhir, semua peserta sepakat ada tiga cerita perubahan yang paling signifikan, yaitu:

1. ‘Demi nyawa’: Kota Singkawang, Kalimantan Barat

Cerita ini berisi ringkasan informasi dari tiga pencerita yang berbeda. Setiap pencerita adalah

anggota MSF di Kota Singkawang. Cerita ini dipilih karena menunjukkan informasi penting sebagai

berikut:

Melalui Kinerja, anggota MSF di Kota Singkawang dapat mengakses informasi terkait

kebijakan pemerintah. Pencerita (Mayuri) menjelaskan bahwa sebelum proram Kinerja,

anggota masyarakat sering tertipu di unit pelayanan kesehatan, dan mereka bingung

terhadap tarif dan prosedur rujukan. Setalah Kinerja bekerja di Kota Singkawang,

masyarakat merasa lebih berdaya karena mereka mendapat informasi yang jelas. MSF

berperan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat. Seluruh peserta lokakarya

sepakat bahwa cerita ini menunjukkan perubahan, yaitu peningkatan transparansi dan

keterbukaan informasi, yang diharapkan muncul karena program Kinerja.

Peserta lokakarya setuju bahwa cerita ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan

masyarakat. Pencerita (Alusia) menjelaskan bahwa dia menggunakan informasi tentang

persalinan aman yang diperoleh dari pelatihan Kinerja untuk mendorong para suami

memperhatikan istrinya yang sedang hamil. Selanjutnya, Alusia memberikan contoh tentang

seorang suami yang tidak peduli terhadap istrinya yang sedang hamil anak pertama sehingga

istri tersebut keguguran. Namun, setelah mendapat penjelasan dari Alusia, suami tersebut

lebih peduli terhadap istrinya dan anak keduanya lahir selamat. Peserta lokakarya

menganggap cerita ini sebagai bukti perubahan pendapat masyarakat dan sangat

berdampak positif kepada kesehatan si ibu tersebut.

Page 11: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

10 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

2. ‘Perubahan mindset’: Sambas, Kalimantan Barat

Cerita ini dipilih sebagai salah satu cerita terpenting oleh peserta lokakarya, dengan alassan

sebagai berikut:

Pencerita percaya bahwa program Kinerja merubahkan mindset (pola pikir) staf

Puskesmas. Sekarang, staf tersebut menganggap diri mereka sebagai agents of change

(agen perubahan) dalam peningkatan status kesehatan masyarakat setempat.

Perubahan mindset juga terjadi di tingkat masyarakat. Perubahan ini dapat dilihat

dengan keterlibatan masyarakat dalam MSF, melalui mengikuti survei pengaduan dan

memberikan umpan balik kepada staf Puskesmas.

3. ‘Si Jempol Mancep, pelayanan cepet:’ Probolinggo, Jawa Timur

Peserta lokakarya menyetujui bahwa tujuan utama program Kinerja adalah peningkatan

pelayanan publik. Cerita dari Probolinggo ini menggambarkan inovasi lokal yang menggunakan

sistem fingerprint (sidik jari) untuk menemukan data pasien. Sistem ini dianggap sebagai sistem

yang berhasil karena berdampak sangat positif kepada kepuasan masyarakat terhadap

pelayanan Puskesmas. Inovasi ini juga dianggap dapat meningkatkan jumlah masyarakat yang

menggunakan puskesmas.

4. Keterbatasan Pada awalnya, studi ini dilaksanakan untuk menjelaskan perubahan di sisi pengguna layanan yang fokus

pada puskesmas sebagai unit analisis. Oleh karena ini, cerita di luar dua kriteria ini tidak dapat

didokumentasikan.

Selama periode pengumpulan cerita, sebagian pengguna layanan (anggota masyarakat) hanya diam dan

malu karena mereka tidak nyaman bicara dengan orang yang baru mereka kenal. Karena wawancara

dilakukan berdasarkan persetujuan sukarela, cerita yang dikumpulkan dapat menjadi bias dan lebih

didominasi oleh pencerita yang lebih percaya diri dan suka bicara.

Tantang lain dalam penggunaan MSC adalah kesulitan pemilihan cerita oleh peserta lokakarya karena

hamper semua cerita dianggap penting. Selain itu, pencerita sering menceritakan pengalaman mereka

dengan banyak detil, sehingga peserta lokakarya sering tidak yakin tentang poin yang ingin disampaikan

oleh si pencerita.

Terakhir, proses pemilihan cerita yang paling signifikan memakan cukup banyak waktu, dan perlu waktu

panjang untuk mereview, menganalisis, dan memilih cerita.

Page 12: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

11 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Perubahan Paling Signifikan

Berikut adalah 15 cerita yang dianggap terpenting oleh peserta lokakarya pemilihan cerita perubahan paling

signifikan.

Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat

Perubahan Mindset (Marzini, Kepala Puskesmas Semparuk)

Gambar 1. Marzini, Kepala Puskesmas Semparuk

Pak Marzini adalah Kepala Puskesmas

Semparuk, Kabupaten Sambas, Provinsi

Kalimantan Barat, yang telah menjabat di

fasilitas layanan kesehatan ini sejak satu tahun

yang lalu (2014). Sebelumnya, dia menjabat

menjadi Kepala Puskesmas Sungai Kelambu,

masih di Kabupaten Sambas. Walaupun baru

menjabat satu tahun di Semparuk, Pak Marzini

telah mengetahui program Kinerja sesuai

jabatannya di waktu itu dan aktif mengikuti

kegiatan yang diselenggarakan. Kegiatan-

kegiatan itu diantaranya adalah lokakarya janji

layanan, berbagai pertemuan di berbagai

tingkat, baik itu di tingkat kecamatan,

kabupaten, sampai tingkat provinsi. Bahkan

selama 1 tahun menjabat di Semparuk, dia

sudah 3 kali menjadi narasumber untuk

menyampaikan perubahan yang terjadi di

puskesmas tersebut setelah ada program

KINERJA. Salah satunya, dia menyampaikan

testimoni dalam acara berbagi ke kabupaten

lain, bertempat di Pontianak.

Dari kegiatan yang dia ikuti dengan aktif, Pak

Marzini dapat merasakan banyak perubahan

yang terkait dengan Kinerja pelayanan

Puskesmas terhadap penyedia layanan.

Menurutnya, dasar dari perubahan itu dan yang

juga merupakan perubahan paling penting

adalah perubahan mindset (cara berpikir).

“...Karena apapun segala yang kita lakukan

tindakan kita tuh berawal dari apa yang kita

pikirkan. Nah kalau kita sebagai petugas sudah

mau merubah puskesmas jadi lebih baik,

apapun yang kita lakukan ini kan juga

mindsetting yang ada di masyarakat. Nah kalau

dia menganggap yang memberi masukan ke

puskesmas maka mereka akan memberi

masukan sesuai alur. Jadi bukan dengan

emosional. Ya jadi menurut saya yang

terpenting dari sini dengan adanya Kinerja yang

paling saya rasakan adanya perubahan pola

“Dengan adanya Kinerja yang di puskesmas perubahan signifikan yang dirasakan adalah perubahan pola pikir. Pertama, kita sebagai petugas tidak hanya mengerjakan rutin tapi kita ini sebagai agen perubahan yang membuat puskesmas itu semakin maju…”

- Marzini Kepala Puskesmas Semparuk

Page 13: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

12 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

“Jadi, intinya kalau dulu mungkin dengan

adanya kritikan puskesmas merasa ada

perlawanan gitu kan, tapi dengan sekarang

justru puskesmas ini ingin dikritik terus...”

- Marzini

Kepala Puskesmas Semparuk

pikir mindset daripada semua elemen yang ada

di masyarakat...”

Dari perubahan mindset ini, Pak Marzini

menyebutkan dampaknya. Dulu, fungsi

perencanaan hanya menjadi tugas pimpinan

puskesmas. Para petugas di bawah

kepemimpinan kepala puskesmas hanya

menjalankan tugas. Setelah cara berpikir

berubah dari semua staf, mereka memiliki

pemikiran bagaimana ingin memajukan

puskesmas dan memiliki rasa tanggung jawab

untuk bersama mengubah puskesmas menjadi

lebih baik.

Contoh dari ide-ide itu adalah masukan terkait

tampilan fisik puskesmas, misalnya tampilan

loket, ruang tunggu, dan tampilan poster, yang

semuanya ditujukan agar orang yang datang

berkunjung merasa nyaman. “..seperti hotel

begitu...artinya 50% orang yang datang ke sini

tuh sudah sembuh penyakitnya..”, begitu

katanya. Pak Marzini dapat melihat ada petugas

puskesmas yang betul-betul menjadi petugas di

loket sebagai petugas yang menjalankan 3 S,

Senyum Salam Sapa. Dalam hal ruang tunggu

dan tampilan poster, para petugas di Puskesmas

memberikan usulan ide dan modelnya, dan ide

tersebut dilaksanakan.

Selain perubahan cara berpikir dari para

petugas puskesmas, Pak Marzini juga melihat

adanya perubahan keterbukaan dari mereka

untuk menerima masukan dari masyarakat.

Sebelum ada program Kinerja, cara pandang

puskesmas terhadap pengaduan dari

masyarakat sebagai suatu kritik. Sekarang,

setelah ada perubahan cara berpikir dan

keterbukaan, puskesmas memiliki kesiapan

untuk memandangnya sebagai masukan dan

saran.

Gambar 2. Tata Cara Pengaduan di Puskesmas

Semparuk

Masukan dari masyarakat ditampung dalam

sistem puskesmas ke dalam alur pengaduan.

Saluran yang digunakan adalah call center, baik

itu SMS atau telepon, dan formulir pengaduan

apabila pasien langsung datang ke puskesmas.

Puskesmas akan tanggap dalam menerima

pengaduan itu selama pasien pun mengikuti

alurnya. Adanya informasi mengenai hal

tersebut yang disosialisasikan puskesmas

kepada masyarakat, telah dirasakan

manfaatnya.

Misalnya ada keluhan dari pasien mengenai

lamanya menunggu di puskesmas. Masukan ini

dibahas agar pelayanan lebih cepat dan mudah.

Para petugas membuat alur pelayanan. Alur

Page 14: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

13 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

pelayanan itu dibuat sistematis sehingga tidak

berbelit-belit. Pasien mendaftarkan diri di loket,

dari loket langsung ke pemeriksaan fisik,

dilanjutkan ke bagian pelayanan, ke apotik

untuk mengambil obat, dan langsung pulang.

Ketika ditanya perbedaannya dengan dulu, dia

menyebutkan, dulu tidak ada alur yang

ditentukan dan dipajang, sehingga tidak

diketahui pasien.

Pak Marzini menyebutkan contoh lainnya.

Pernah menerima pengaduan tentang bidan

desa dari masyarakat yang masuk melalui

telepon. Pengaduan itu adalah mengenai

pembayaran tarif yang di luar ketentuan.

Tahapan yang dilakukan kemudian adalah

mencatat pengaduan tersebut ke dalam

formulir pengaduan yang ada di puskesmas.

Kemudian, Pak Marzini memanggil bidan yang

bersangkutan untuk ditanyakan kejadiannya.

Ternyata, permasalahan tersebut disebabkan

oleh kesalahan penyampaian dan pemahaman.

Yang menurutnya juga, hal itu umum terjadi.

Setelah itu, pihak puskesmas memanggil warga

yang menyampaikan pengaduan dan

menjelaskan permasalahannya. Saat itu, kata

Pak Marzini, kedua belah pihak dapat menerima

dan menyelesaikan masalahnya. Kepala

puskesmas ini menambahkan, seandainya

masalah tak dapat diselesaikan di puskesmas,

maka akan dibahas di tingkat dinas. Namun, hal

ini belum terjadi dan masalah yang ada dapat

diselesaikan di puskesmas.

Selain perubahan paling penting dan menjadi

dasar dari perubahan yang telah disebutkan,

Pak Marzini menyampaikan adanya perubahan

dalam sistem pemantauan di pelayanan KIA,

khususnya untuk peta ibu hamil dan kantung

persalinan berkelanjutan. Perbaikan dalam peta

ibu hamil memudahkan dan menjadi alarm

untuk memantau masalah di desa.

Dalam kantung persalinan, dia mengatakan dulu

kantung persalinan itu hanya 1 dan tidak

berkelanjutan. Sekarang, dibuat menjadi

kantung persalinan berkelanjutan. Hal ini

memudahkan untuk melihat ibu hamil risiko

tinggi. Setelah bersalin, datanya dipindahkan ke

kantung IMD, kemudian setelah selesai

dilanjutkan ke kantung ASI eksklusif, berpindah

ke kantung BGM jika dibutuhkan setelah 6

bulan. Adanya warna yang berbeda pun

memudahkan untuk dipantau. Warna tidak

berisiko tinggi yang hijau, yang ringan berwarna

biru, dan yang tinggi berwarna merah. Dengan

demikian, pemantauan tidak hanya selesai pada

saat masa bersalin. Para petugas KIA dapat

mengetahui dan memantau sampai proses

kelahiran dan pertumbuhan balitanya. Namun

demikian, Pak Marzini menyadari, hal ini

memerlukan pemantauan terus menerus. Kalau

tidak dipantau, kartu-kartu itu kemungkinan

tidak berpindah dari satu kantung ke kantung

lainnya.

Gambar 3. Bupati Sambas melihat dokumentasi

perbaikan layanan di Puskesmas Semparuk

Sementara untuk keberadaan dan partisipasi

Multi Stakeholder Forum (MSF) dan Jurnalis

Warga (JW), Pak Marzini menyebutkan, peran

mereka sangat penting dan membantu. Pada

awal keberadaan MSF dan JW, ketika belum ada

keterbukaan dari pihak puskesmas, kedua

institusi ini dianggap sebagai pihak yang

mencari-cari kesalahan. Namun seiring waktu,

pihak puskesmas menjadi lebih menerima dan

para petugas bisa bersikap profesional, hal ini

sudah tidak menjadi masalah.

Page 15: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

14 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Kehadiran MSF dan JW sangat membantu

dalam menjadi saluran aspirasi antara

masyarakat dan puskesmas. Mereka

mempermudah koordinasi karena biasanya

masyarakat sering emosional ketika

menyampaikan keluhan-keluhannya. Namun

demikian, masih ada beberapa dari anggota

MSF yang masih belum paham, sehingga

memperlambat proses komunikasi. Menurut

Pak Marzini, pemahaman mereka perlu

ditingkatkan terutama dalam memahami peran

dan fungsi masing-masing lembaga.

Selain itu, MSF dan JW belum memiliki wadah

yang jelas setelah program Kinerja selesai.

Sehingga, yang sekarang terjadi, tingkat

partisipasi mereka menurun. Ada beberapa

anggota yang aktif, namun banyak juga yang

menjadi pasif. Dalam hal ini, Pak Marzini

sebagai Kepala Puskesmas, tetap mengundang

mereka dan berupaya melibatkan jika ada

pertemuan. Dengan cara itu, sampai sekarang,

masih ada yang aktif mengikuti, walau tinggal

dua orang. Pak Marzini berpikir, akan lebih baik

jika keberadaan MSF dan JW diakui oleh

pemerintah. Sehingga mereka memiliki wadah

yang kuat yang menaungi mereka, walau

program pendampingan Kinerja sudah selesai.

Page 16: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

15 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Nilai Kemanusiaan (Nurul Fauzah, MSF Sejangkung)

Gambar 1. Ibu Nurul Fauzah, MSF Sejangkung

berpose bersama konsultan Kinerja.

Ibu Nurul Fauzah adalah salah seorang anggota

Forum Multi-Stakeholder (MSF), bergabung

sejak tahun 2011, di Kecamatan Sejangkung,

Kabupaten Sambas. Selain sebagai anggota

MSF, Bu Nurul juga adalah anggota Dewan

Kesehatan Rakyat, kader posyandu, dan kader

PAUD. Unsur-unsur MSF dan Jurnalis Warga di

Kecamatan Sejangkung berasal dari KUA, PKK,

Remaja Siaga, organisasi donor darah, Badan

Penyantun Puskesmas, dan lain-lain. Anggota

MSF ada 10 orang, dengan keaktifan 80% saat

pendampingan dan sudah hanya tinggal

setengahnya saat sekarang. Kegiatan yang

diikuti oleh Bu Nurul adalah berbagai pelatihan,

termasuk pelatihan jurnalisme warga, lokakarya

mini, dan pertemuan di tingkat kabupaten.

Dalam kegiatan jurnalisme warga, Bu Nurul

mengatakan dia tidak terlalu aktif dan lebih

fokus ke MSF. Namun, dia tahu apa yang

dilakukan oleh jurnalisme warga adalah

menyebarkan informasi tentang kejadian ibu

dan anak, perkembangan posyandu, dan

kegiatan di kecamatan dan desa. Informasi

dikirimkan oleh JW kecamatan ke PKBI sebagai

koordinatornya. Namun karena sarana terbatas,

tanpa ada laptop dan kamera, maka informasi

disampaikan via SMS/telepon.

Bu Nurul cukup memahami tugasnya sebagai

anggota MSF. “....kita ini sebagai corong

masyarakat juga sebagai corong dari

pemerintah dan lembaga kesehatan. ..yang

paling kami rasakan yah berkaitan dengan

kebijakan pemerintah. Ohhh.. aturan seperti ini

ini, karena ini harus alurnya begini. Kemudian

kita bisa menyampaikan ke masyarakat, ya

paling tidak lingkungan kita pribadi kita

termasuk posyandu, kemudian temen-temen

dekat kita sampaikan. Ohhh alur kegiatan

puskesmas gini ini... bayar kontribusi

sumbangan itu disampaikan.. ketika itu kan

jampersal masih ada. Jadi kita ikut

sosialisasikan jampersal bahwa jangan sampai

melahirkan tidak standar lah, kita arahkan ke

puskesmas atau ke polindes. Itu yang kita

inginkan...”

Banyak perubahan yang dirasakan oleh Bu

Nurul, baik sebagai pribadi maupun sebagai

bagian dari masyarakat setelah adanya MSF. Dia

menjadi tahu berbagai jejaring yang terkait

dengan pelayanan kesehatan publik. Dia

melihat, jam pelayanan di puskesmas sudah

lebih tepat waktu. Puskesmas menyampaikan

alur pelayanan yang mempermudah masyarakat

memeriksakan diri. Ada juga masyarakat yang

merasa fasilitas di puskesmas berubah,

contohnya dulu kursi kayu biasa saja, sekarang

sudah lumayan bagus. Sehingga masyarakat

merasa senang ketika berada di puskesmas.

Dulu, masyarakat tidak memiliki akses informasi

untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang

berlaku termasuk transparansi dana. Saat ada

MSF, informasi ini dapat diakses. Misalnya

ketika ada Jampersal, MSF tahu aturannya dan

disampaikan kepada masyarakat. Begitu juga

saat ada perubahan, di mana Jampersal

dihapuskan, diganti oleh BPJS, MSF

menyampaikannya. Walau kemudian, menjadi

tantangan bagi MSF ketika kebijakan berubah

dari yang awalnya gratis menjadi tidak gratis.

Ketika menyampaikan Jampersal, MSF merasa

Page 17: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

16 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

mudah karena memang program itu

memudahkan masyarakat dan mereka tinggal

mengarahkan. Namun saat diubah menjadi

BPJS, masyarakat mengeluh dan pernah ada

yang kembali ke dukun kampung untuk

melahirkan, khususnya bagi keluarga miskin.

Untungnya, di Sejangkung, kemitraan bidan dan

dukun kampung sudah dibuat. Sehingga,

walaupun masyarakat datang ke dukun, tetap

terarah untuk melahirkan dengan bidan.

Perubahan lain yang dirasakan Bu Nurul adalah

perubahan pengetahuan tentang pembuatan

kebijakan, diantaranya memahami BLUD (Badan

Layanan Umum Daerah) dan cara menghitung

pemasukan dan pengeluaran di puskesmas.

Selain pengetahuan, dia merasa kepeduliannya

makin bertambah.

Perubahan ini dirasakan karena saat menghadiri

lokakarya yang dilakukan PKBI, mereka

menyampaikan studi banding di wilayah lain,

NTB dan NTT. Dari kasus 20 kematian bayi tiap

tahun, menjadi nol. Informasi itu membuat Bu

Nurul dapat melihat bahwa kondisi itu bisa

diperbaiki, bayi dapat diselamatkan, dengan

bekerja dengan semua stakeholder.

Pemahaman ini, membuat rasa

kemanusiaannya semakin berkembang. Dia

menjadi senang sebagai anggota MSF karena

merasa memiliki teman seperjuangan. Selain

itu, wadah ini membuatnya dapat mengakses

berbagi informasi yang dia butuhkan dan untuk

saling membantu sesuai kemampuan.

Perubahan paling penting yang dirasakan Bu

Nurul adalah perubahan pelayanan publik tadi

dan yang mendasarinya adalah pengembangan

rasa kemanusiaan. Rasa kepedulian sebagai

bagian dari nilai kemanusiaan ini, menurutnya,

merupakan dasar yang penting untuk

melakukan perubahan.

“...memang kita ini harus peduli dengan kader-

kader sekitar terutama untuk penanganan ibu-

ibu. Ini karena rawan masalah kematian ibu dan

anak ini. Saat melahirkan ini yang perlu kita

garis bawahi kalau menurut saya..”

Selain berbagai perubahan positif ini, Bu Nurul

menyayangkan tidak adanya pengukuhan MSF

sebagai lembaga yang diakui. Menurutnya, jika

MSF memiliki SK, MSF akan punya keleluasaan

untuk bergerak dan setidaknya ada anggaran

yang dialokasikan. MSF sebenarnya tidak

menuntut harus ada gaji. Namun setidaknya,

anggaran dapat digunakan untuk dana

transportasi untuk pergi menghadiri pertemuan

atau melakukan kunjungan ke desa-desa lain.

Khususnya desa yang jauh ke arah pantai dan ke

arah pedalaman.

Ide lain yang disebutkan Bu Nurul adalah

keanggotaan MSF sebaiknya menggunakan

sistem perwakilan desa atau dikuatkan melalui

lembaga di desa yang ada, misalnya PKK.

Dengan sistem perwakilan, setiap anggota MSF

di desa dapat meminta kepada pemerintah desa

untuk mengalokasikan anggaran. Ketika

keanggotaan MSF berbasis unsur di kecamatan,

menurutnya, menjadi sulit karena tidak punya

saluran pendanaan.

“Saya juga dulu kan ndak begitu perhatian

yah dengan ibu hamil segala macam kan.

Orang meninggal melahirkan dan

meninggal karena kita anggap itu takdir

Tuhan. Ya itu pemahaman kita. Ternyata

itu banyak dipengaruhi oleh manusia. Kita

mau peduli. Jadi itu udah menimbulkan

semangat bahwa kita harus peduli dengan

tetangga kita dengan siapa saja yang

mengalami itu...”

- Nurul Fauzah

MSF Sejangkung

Page 18: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

17 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Persalinan Aman (Bu Narti & Bu Eliah, Bidan Puskesmas Semparuk)

Gambar 1. Salah satu bidan Puskesmas Semparuk

berpose di depan kantong persalinan

Ibu Narti dan Ibu Eliah adalah bidan dari

Puskesmas Semparuk, Kabupaten Sambas dan

bekerja di wilayah cakupannya. Mereka tidak

mengikuti kegiatan pendampingan langsung

yang dilakukan oleh staf dari Kinerja, namun

mengikuti pertemuan bulanan yang difasilitasi

kepala puskesmas. Dalam pertemuan itu, apa

yang didapatkan dari Kinerja oleh kepala

puskesmas dan bidan koordinator, disampaikan

ke mereka. Sehingga, mereka turut merasakan

pengaruh dan perubahan dari adanya Kinerja.

Perubahan-perubahan yang dirasakan oleh

kedua bidan ini sangat banyak. Perubahan itu

diantaranya adalah kemitraan bidan dan dukun

kampung yang terkait dengan persalinan aman,

adanya pojok laktasi, kualitas IMD (Inisiasi

Menyusui Dini), pentingnya ASI Eksklusif, peta

ibu hamil dan kontrolnya, juga kepuasan pasien

yang ditampung dengan kotak saran.

Keberadaan MSF disebutkan juga oleh mereka

sebagai bagian penting dari perubahan

tersebut, walaupun mereka tidak terlalu paham

dengan rinciannya.

Kedua bidan ini menjelaskan lebih jauh dari

masing-masing perubahan. Dalam hal kepuasan

pasien, mereka menyebutkan ada kuesioner

yang diberikan kepada ibu dan pasien. Setiap

bagian dari pelayanan dan petugasnya,

ditanyakan kepada pasien dan mereka mengisi

sendiri. Bidan kadang hanya memandu dalam

penjelasan pertanyaannya. Setelah diisi,

kuesioner itu dimasukkan ke dalam kotak saran.

Namun, hak untuk membuka kuesioner itu

adanya di bidan koordinator yang dilakukan

sebulan sekali. Mereka tidak tahu hasilnya.

Menampung aspirasi pasien tidak hanya

dilakukan di puskesmas dengan cara

menggunakan kuesioner. Menurut mereka,

pentingnya partisipasi pengguna layanan

ditanamkan untuk dijalankan di posyandu.

Puskesmas Semparuk pernah menerima

masukan dan saran dari ibu balita dalam

menjalankan pelayanan di posyandu. Misalnya,

ibu balita meminta agar kegiatan penimbangan

balita dan pemeriksaan kehamilan dilakukan

terpisah, tidak digabung. Ide tersebut

didengarkan oleh bidan dan langsung

dijalankan.

Perubahan dalam persalinan aman sudah terasa

juga. Persalinan aman ini adalah persalinan

dengan tenaga kesehatan, bukan oleh dukun

kampung. Sebelumnya, banyak sekali

masyarakat yang masih melahirkan ke dukun

kampung. Sekarang ini, dengan adanya

kemitraan bidan dan dukun kampung,

persalinan aman jadi meningkat.

“...kadang masih ada dengan dukun juga. Kalau

dulu kan sebelumnya kan mungkin dengan

alasan katanya sih kepepet, ndak sempat

dibawa kebanyakan kan gitu. Alasannya, jadi

sekarang itu kan emang ditekankan supaya

bersalin tu di fasilitas kesehatan. Itu banyak

membantu. Membantu kami lah petugas yang

di desa kenapa karena kita kalau ke rumah

pasien tuh, kan belum tentu kita bisa bawa alat

banyak-banyak kan, naaah itu biasanya jadi

membantu sekali...”

Page 19: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

18 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Pertemuan-pertemuan dilakukan terlebih

dahulu di tingkat dusun sampai kemudian ke

tingkat desa untuk menjelaskan pentingnya

persalinan oleh tenaga kesehatan. Dari

pertemuan tersebut, dilakukan

penandatanganan surat kesepakatan antara

bidan dan dukun kampung. Setelah ada

sosialisasi, para dukun kampung mau

menandatangani surat kesepakatan dan saat ini

peran mereka menjadi lebih sebagai

pendamping saja. Dengan adanya kemitraan ini,

tentunya ada konsekuensi menanggung intensif

untuk dukun kampung saat mendampingi

kelahiran oleh bidan. Mereka memberikan uang

senilai Rp30.000 kepada dukun kampung.

Sementara penghasilan lain, biasanya dukun

kampung mendapatkannya dari pihak keluarga.

Di acara selamatan bayi, biasa disebut

dulangan, dukun kampung biasanya

mendapatkan beras, kain, ikan, dll.

Dampak dari kemitraan ini, setidaknya di desa

cakupan kedua bidan, persalinan oleh tenaga

kesehatan sudah 100%. Tapi kadang memang

terjadi kelahiran normal yang mudah dan tidak

berisiko, disebut oleh bidan “langsung berojol”.

Dukun kampung biasanya tetap menelepon dan

menghubungi mereka untuk memberitahukan

kejadian tersebut.

Perubahan lainnya adalah adanya pojok laktasi.

Dulu, tidak ada ruang khusus bagi ibu menyusui

yang datang ke puskesmas untuk memeriksakan

diri. Kini, di ruang ini, sudah dibuat pojok laktasi

dan para ibu menyusui menjadi merasa

nyaman.

IMD kini sudah menjadi bagian dari SOP

pelayanan bidan untuk melahirkan. Dulu,

setelah memotong tali pusat bayi, biasanya bayi

langsung dibersihkan. Sekarang, tidak

dibersihkan dulu tapi ditempel ke dada ibunya

agar dapat mencari puting susu sendiri.

Terkait ASI Eksklusif, sekarang ini, bidan lebih

menekankan pentingnya menyusui dengan ASI

saja selama 6 bulan kepada ibu bayi karena

sudah mengerti alasannya. Rata-rata, ibu bayi

paham dengan hal itu. Namun terkadang, nenek

dari bayi atau keluarga besar lainnya menyuruh

hal lain. Jadinya, ada saja yang tidak jujur. Ibu

bayi mengatakan memberikan ASI Eksklusif,

kenyataannya mereka memberikan makanan

tambahan. Ketika menghadapi hal itu, bidan

memperlihatkan atau menyebutkan bayi lain

yang mendapatkan ASI Eksklusif termasuk

pertumbuhannya. Biasanya, hal ini dapat

mengubah pemikiran ibu bayi kembali.

Adapun perubahan penempatan data di

kantong persalinan berkelanjutan dan peta ibu

hamil, kedua bidan menyebutkan pengaruh

baiknya. Mereka dapat lebih mudah memantau

kasus ibu dan bayi risiko tinggi. Dengan

demikian, mereka bisa bersiap dan

mengantisipasi risikonya. Data tersebut

diperbaharui setiap satu bulan satu kali.

Gambar 2. Dukun menandatangani MoU Kemitraan

Bidan dan Dukun

Kedua bidan mengakui bahwa

program kemitraan bidan dan

dukun kampung sudah ada dari

dulu. Bedanya dengan program

Kinerja ini, tahapannya dirinci dan

sangat jelas.

Page 20: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

19 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Dari semua perubahan tersebut, kedua bidan

menyebutkan, yang paling penting adalah

perubahan dalam persalinan aman.

“....gini bu ya, kalo melahirkan sama dukun

misalnya kita kan ndak tau, risiko itu pada ibu

hamil, kapan-kapan aja bisa terjadi bu.

Pendarahan misalnya, kalau dengan dukun.

Tapi kalau dengan petugas kesehatan kan kita

tau bu. Ooh ini kalau [persalinan] ndak maju-

maju aaah langsung kita rujuk. Nah makanya

lebih penting dari yang semua-semua lah...”

Page 21: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

20 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

“Iya, kalau ada yang cepet mau itu [dilayani]

kan jam 8 sudah ada [petugas] gitu kan. Jadi

pagi-pagi kan bisa. Gak harus nunggu sore,

siang.“

- Ria Ibu Hamil, Puskesmas Semparuk

Tidak Harus Menunggu Sampai Sore (Ria, Ibu Hamil di Semparuk)

Ibu Ria (25 tahun) merupakan salah satu

pengguna layanan dari Puskesmas di Semparuk.

Ibu Ria sedang hamil anak kedua, dengan usia

kandungan tujuh bulan. Beliau menikah pada

tahun 2011, kemudian mengalami kehamilan

pertama pada tahun 2012 dan kehamilan kedua

pada tahun 2015. Selama kehamilannya, Ibu Ria

selalu menggunakan jasa pelayanan dari

Puskesmas Semparuk baik pada kehamilan

pertama maupun yang kedua. Pemeriksaan

yang dilalui oleh Ibu Ria diantaranya

pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi

badan, dan pemeriksaan detak jantung bayi.

Berdasarkan pernyataan Ibu Ria, beliau juga

diberi vitamin, obat penambah darah, dan susu.

Selain itu, pihak Puskesmas memberikan

beberapa saran untuk beristirahat yang cukup

dan makan makanan yang bergizi untuk

kesehatan anak.

Ibu Ria memaparkan bahwa Puskesmas

Semparuk ini telah mengalami perubahan-

perubahan selama beliau menggunakan jasa

Puskesmas, diantaranya perubahan dari segi

bangunan, penambahan jumlah pegawai,

perubahan dalam hal ketepatan waktu dimana

Puskesmas sudah mulai beroperasi dari jam 8

pagi (sebelumnya tidak), dan peningkatan

kebersihan. Dari semua perubahan yang ada,

beliau menyatakan bahwa yang paling penting

dari perubahan itu adalah ketepatan waktu,

sesuai dengan pemaparannya.

Secara keseluruhan Ibu Ria menyatakan bahwa

pelayanan di Puskesmas Semparuk memuaskan.

Ada Petugas dari Pagi (Aster, Ibu Balita Sejangkung)

Ibu Aster (38 tahun) merupakan ibu dari 4 orang

anak, yaitu anak pertama berusia 13 tahun,

anak kedua berusia 10 tahun, anak ketiga

berusia 6 tahun, dan terakhir baru lahir pada

tahun 2015. Ibu Aster sudah lama tinggal di

Sejangkung dan dirinya menyatakan telah

cukup tahu juga mengenai Puskesmas di

Sejangkung. Selama beliau hamil, Ibu Aster

selalu memeriksakan kandungannya secara

rutin setiap bulannya di Puskesmas Sejangkung.

Selama pemeriksaan beliau mengaku telah

menerima pelayanan, walaupun tidak semua

dia ikuti, misalnya dalam meminum

obat/vitamin yang berbentuk tablet.

“…biase lah tiap bulan perikse kan... pegang

perut ini ape bunyi ini dug dug dug geye geye

lah pegang pala… imunisasi ikut... keluhan kite

lah yah kuncian berate kan diberi obat biase aku

kan sakit pala, darah aga kurang, beri vitamin

tapi aku terus terang ngomong si, aku takut

makan obat pun minum obat ase leket aku

hamil anakku seminggu suke muntah sampe ga

di makan ape belum telan dah uoooo keluar

lagi, tapi habis melahirkan ndak lagi…”

Perubahan di Puskesmas Sejangkung sampai

saat ini (2015) telah cukup dirasakan sendiri

oleh Ibu Aster. Perubahan yang paling terlihat

oleh Bu Aster adalah perubahan jam kerja

petugas. Dia melihat dari pagi, sudah ada

petugas yang jaga.

Perawat dan bidan di Puskesmas yang awalnya

hanya sampai jam 12; sekarang telah lebih

lama. Saat dia perlu ke bidan, bidan dan

perawat ada di tempat walau sudah sore hari

(jam lima).

“....berubahnya anu lah ba hari ade orang

jage, dulu kan gak ade...”

- Aster Ibu Balita, Puskesmas Semparuk

Page 22: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

21 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Kota Singkawang, Kalimantan Barat

Hak Pasien (Bidan Koordinator, Puskesmas Singkawang Utara)

Selama 25 tahun bekerja di Singkawang Utara,

perubahan-perubahan yang terjadi pada saat

program Kinerja dilaksanakan, dapat

tergambarkan cukup baik oleh Bidan

Koordinator yang satu ini. Program yang

meliputi ASI, IMD, dan hal lainnya yang

mencakup program KIA yang didampingi oleh

Kinerja ini sudah termasuk dalam tupoksi para

petugas kesehatan. Sehingga perubahan

pertama yang dirasakan merupakan

penyempurnaan dari program kesehatan baik

dengan adanya pendampingan rutin,

pertemuan, dan kunjungan ke fasilitas

kesehatan di daerah Singkawang Utara.

Sebelumnya, di puskesmas tidak terdapat ruang

laktasi, setelah ada pendampingan dari KINERJA

ruang laktasi tersedia. Sama halnya dengan ASI

eksklusif dan IMD, perilakunya dapat terlihat

pada saat setelah pendampingan KINERJA

dilakukan. Begitu pula dengan pasien. Setelah

pendampingan, hak-hak pasien tertempel di

puskesmas, sehingga pada saat pasien ingin

mengetahui mengenai urusan kehamilan,

mereka mendapatkan penjelasan mengenai apa

saja hak-hak mereka, dan apa saja yang harus

mereka dapatkan, dari mulai pemeriksaan

laboratorium, 10T, dan lain-lain.

Sebelum pendampingan dari Kinerja, pasien

hanya menerima pelayanan saja. Tidak ada

informasi terhadap pasien mengenai hal-hal apa

saja yang seharusnya mereka dapatkan sebagai

haknya.

Pada saat pasien mengetahui haknya,

contohnya dalam hal persalinan, salah satu

contoh yang paling sering terjadi sebelumnya

adalah pemisahan bayi dan ibunya ketika proses

persalinan selesai dilakukan. Banyak pasien

yang menahan diri dengan kondisi seperti itu.

Mereka tidak berani mengutarakan permintaan

untuk didekatkan dengan bayinya hanya karena

pemisahan dilakukan oleh bidan. Setelah hak-

hak pasien disosialisasikan, mereka tahu bahwa

pada kondisi tersebut, meminta untuk tidak

dipisahkan dengan bayinya merupakan hak

mereka.

Pasien yang mengetahui hak nya, merupakan

perubahan paling penting yang dirasakan oleh

Bidan Koordinator dari Singkawang Utara ini.

Beliau menegaskan alasannya dengan kalimat

berikut.

“Ya perlu lah kita instropeksi kita bidan ya, pemberi pelayanan, kekurangan kita di mana, untuk meningkatkan mutu juga. Mutu pelayanan kita, kualitas pelayanan kita... nah, paling ndak itu merupakan bukan mengkritik kita, tapi kita bisa mengintropeksi kita kurangnya di mana gitu.”

- Bidan Koordinator, Puskesmas Singkawang Utara

Page 23: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

22 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Petugas Sudah Lebih Ramah (Lusi, Ibu Balita, Singkawang Selatan)

Ibu Lusi (35 tahun) adalah ibu balita, sekaligus

kader posyandu. Beliau memiliki tiga orang

anak, anaknya yang paling kecil berusia 3,5

tahun dan dilahirkan di Singkawang. Beliau

jarang pergi ke puskesmas, alasannya karena

pekerjaannya yang memang merupakan kader

posyandu sehingga lebih terbiasa langsung

datang ke posyandu daripada ke puskesmas.

Beliau mengatakan bahwa pihak posyandu

selalu siap melayani kapanpun. Di Posyandu

sendiri, pelayanan yang telah diberikan

diantaranya pemberian vitamin, pemeriksaan

tekanan darah, pemeriksaan kandungan,

pemberian makanan tambahan, dan

penyuluhan oleh petugas yang datang.

Penyuluhan yang diberikan diantaranya tentang

gizi, penggunaan air bersih, pemeriksaan ISPA,

dan pemeriksaan deteksi dini.

Menurut Ibu Lusi perubahan dari segi pelayanan

di posyandu sudah lumayan. Perubahan yang

terasa yaitu kecepatan dalam respon

pelayanan, diistilahkan oleh beliau adalah

“cepat tanggap” beliau menyatakan bahwa “…

kini tidak ada istilah ‘ga bisa bu’ karena tetap

langsung ada penggantinya, jadi tidak ada

penundaan untuk pelayanan balita dan ibu

hamil.”

Kemudian beliau membedakan metode

perlakaun bayi sesaat setelah melahirkan, di

mana beliau alami sendiri. Anaknya yang

pertama dan kedua (yang lahir di luar daerah

Singkawang) setelah dilahirkan, langsung

dibersihkan sebelum selanjutnya disusui

pertama kalinya. Sedangkan anaknya yang lahir

di Singkawang yaitu anak ketiganya, setelah

dilahirkan tidak dibersihkan terlebih dahulu,

langsung dibiarkan mencari puting susu ibunya.

Sedangkan anak pertama dan kedua berbeda,

dimana inisiasi menyusui dini diberi arahan

dengan menggunakan kain saat mencari puting

ibunya.

Saat pertama kali memiliki anak yang kedua, Ibu

Lusi mengakui bahwa anaknya tidak diberikan

ASI Eksklusif, beliau hanya sempat memberikan

ASI selama satu bulan, “kebetulan anak ke 2 itu

habis melahirkan saya sakit malaria jadi ga

boleh nyusu terus,” begitu alasannya. Untuk

anaknya yang ketiga beliau mengatakan bahwa

anaknya diberi ASI Ekslusif selama 6 bulan.

Perubahan secara fisik yang terlihat oleh Ibu

Lusi yaitu kondisi lingkungan yang awalnya

kurang tertata sekarang sudah lumayan. Ada

peningkatan di mana disebutkan bahwa kondisi

di dalam sudah lumayan nyaman dibandingkan

di luar.

“…Kalau di dalam sudah bagus sedangkan

kondisi di luar mungkin akan riskan saat hujan

gerimis atau saat keadaan puskesmas penuh

sepertinya lebih berantakan…”

Perubahan yang paling penting menurut beliau

adalah aspek pelayanan di puskesmas,

terutama pelayanan oleh petugas.

Menurutnya, keramahan sangat penting, karena

ketika merasa sakit dan dilayani dengan ramah,

sudah sedikit mengobati.

“…petugasnya lebih ramah bu sekarang sekarang…”

- Lusi Ibu Balita, Puskesmas

Singkawang Selatan

Page 24: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

23 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Demi Nyawa (Bu Hatijah, Bu Yeti, Bu Alusia, Pak Waldi, dan Pak

Mayuri – MSF Singkawang)

Gambar 1. Suasana pertemuan MSF dan puskesmas

Kelima anggota MSF Singkawang ini ditemui

setelah mereka mengikuti sesi sosialisasi

rencana survey kepuasaan dari Dinas Kesehatan

Kota Singkawang. Empat dari lima orang

tersebut (dari MSF Singkawang Utara,

Singkawang Selatan, dan Singkawang Barat)

adalah orang yang aktif saat program

pendampingan langsung dari Kinerja dilakukan

dari sejak tahun 2012 sampai dengan 2014.

Satu yang lain, yaitu Bu Alusia, adalah MSF dari

Singkawang Timur yang baru dibentuk oleh

Dinas Kesehatan Kota Singkawang sebagai

tindak lanjut untuk meneruskan program

Kinerja secara mandiri. Kelima orang yang

diwawancarai ini adalah juga kader dan tokoh

masyarakat di tempat tinggalnya, sekaligus

sebagai PSM (Petugas Sosial Masyarakat) yang

dinaungi oleh Dinas Sosial.

Sebelum MSF yang kemudian dinamai Forum

Peduli Kesehatan Kota Singkawang, mereka

sudah terbiasa berhadapan dengan masyarakat

untuk mendukung berbagai penyelesaian kasus

sosial dan kesehatan. Misalnya untuk kekerasan

rumah tangga, kasus HIV/AIDS, TB, dan lain-lain.

Dengan adanya MSF, kini cakupan pekerjaan

mereka menjadi semakin luas ke arah KIA juga.

Perubahan yang mereka rasakan setelah adanya

program Kinerja adalah terkait program

pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), namun

berdampak juga pada bidang kesehatan secara

umum. Perubahan itu diantaranya adalah

adanya janji perbaikan layanan. Pelayanan dari

petugas yang awalnya banyak yang tidak ramah,

sekarang menjadi banyak yang ramah. Alur

pelayanan jelas, sehingga mempermudah

pasien untuk berobat. Secara fisik, letak loket

dan kursi, baik penempatan dan jumlahnya,

menjadi lebih memudahkan dan teratur.

Kemitraan bidan dan dukun kampung menjadi

semakin menguat dan bertambahnya dukun

kampung yang mau bermitra. Penyadaran IMD

dan ASI Eksklusif menjadi semakin menyeluruh.

Terkait ASI, di puskesmas pun sudah disediakan

ruang menyusui khusus. Kesadaran masyarakat,

khususnya ibu balita untuk mengikuti pelayanan

posyandu, semakin meningkat.

Selain itu, jejaring mereka sendiri semakin luas

dan hal ini mempermudah mereka untuk

berkoordinasi dengan puskesmas. Puskesmas

menjadi lebih banyak memberikan dan

kemudahan terhadap peranan MSF. Satu

kejadian mengesankan lain disebutkan, mereka

lebih dilibatkan lagi dalam membuat video

mengenai Forum Peduli Kesehatan Kota

Singkawang.

Dari perubahan-perubahan yang dirasakan

tersebut, beberapa diantaranya diperjelas oleh

mereka. Pak Mayuri mengatakan, bahwa alur

rujukan yang jelas mempermudah masyarakat.

Mereka tahu kapan dan bagaimana ketika kasus

dirujuk ke puskesmas sampai ke rumah sakit. Itu

artinya, menurutnya, kehadiran MSF sudah

menjalar ke rumah sakit juga.

Sebagai forum, MSF dapat mengadukan hal

tersebut kepada dinas kesehatan. Ibu Yeti

menambahkan, alur pelayanan di puskesmas

memperjelas pasien untuk tahu, setelah

mendaftar ke loket, mereka harus ke mana.

Page 25: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

24 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Jejaring kemitraan para kader PSM(Petugas

Sosial Masyarakat) ini, setelah masuk menjadi

anggota MSF, meluas ke para pemangku

kebijakan kesehatan terkait. “...dengan adanya

MSF ini kami juga lebih kenal MSF itu karena

dari Dinas Kesehatan ini sering mengundang

kepala Puskesmas, nah, di sini kami dikenalkan

oleh kepala dinas kesehatan, kami adalah MSF.

Tetapi diluar sana kami juga adalah dikenal dari

dinas-dinas tertentu sebagai PSM gitu. Jadi

kami semakin semakin kuat gitu. Kami ini kan

tidak dibayar... ya yang jelasnya kami semakin

banyak orang yang peduli, kepada pekerjaan

sosial ini, untuk membantu orang lain nah kami

semakin seneng gitu. Mangkanya kami dari

Timur, Barat, Selatan, Utara, itu akan kami

jejaki semuanya agar semua dapat terbantu

dengan baik...”

Terkait perubahan kesadaran masyarakat

tentang ASI Eksklusif, Bu Hatijah menyampaikan

contoh kejadian. Dalam pemberian ASI

Eksklusif, ada mitos-mitos yang diyakini oleh

masyarakat. Misalnya, ketika puting susu belah,

ibu tidak memberikan ASI.

“...’kalau anak saya meninggal, lagi

bagaimana?’ Katanya bu ya. ‘Ndak,’ kata saya,

‘Alhamdulillah terjamin. Dicoba.’ Saya bilang

‘Ibu, dibersihkan karena kalau ibu dah hamil

empat bulan, kepala puting ini sudah kita

bersihkan, setiap hari mandi, vitamin makan

makanan yang ini bu. Untuk mengandung air

susu, ibu hamil sekian makanannya. Kayak ini

ada di dalam buku [buku KIA].’ Soalnya dia kan

ndak sekolah juga, jadi kita liat di buku KIA, cara

caranya... Buku KIA kan bergambar, kalau

tanda-tanda ibu hamil, yang berisiko seperti ini

cepat dikasihtahu. Lalu untuk ini, dia belum

melahirkan. Masa hamilnya udah hampir

sampai dia sembilan bulan, saya suruh, coba bu

nanti ini setiap dia ke Posyandu saya liat bu,

kepala putingnya, agaknya udah ndak ndak gitu

lagi bu. Ndak berbelah. Itulah dicuci, dengan

saya tadi dapet ilmu dari ibu bidan yang di itu,

saya turunkan ke ibu yang hamil. Jadi setiap ibu

hamil, setiap bulannya saya kumpulkan, saya

tanya hamil ke berapa, kalau sudah [kehamilan]

ketiga itu, saya sarankan tidak boleh

melahirkan lagi. Kesian dengan adek-adeknya

yang lain nanti tidak bisa sekolah...”

Gambar 2. Bidan Puskesmas Singkawang berfoto bersama ibu dan balita pengguna layanan puskesmas.

Terkait dengan kelahiran oleh tenaga

kesehatan, Bu Hatijah menyebutkan ada upaya

yang dilakukan agar jumlahnya meningkat. Ibu

hamil diajak olehnya untuk terus memeriksakan

diri di posyandu. Bu Hatijah juga menyebutkan,

khusus di desanya, karena ayahnya adalah

kepala desa, dia memasukkan kelahiran oleh

tenaga kesehatan ke dalam kebijakan desa.

Kebijakan desa itu mencantumkan, jika

kelahiran dibantu oleh dukun kampung, anak

tidak akan mendapatkan akta kelahiran. Dengan

cara itu, ibu-ibu memilih melahirkan oleh

tenaga kesehatan dibandingkan oleh dukun

kampung. Bu Hatijah pernah mengetahui

kejadian menyedihkan di mana ada bayi

meninggal karena sudah 3 hari bayi tidak lahir-

lahir dan sudah ada komplikasi. Ketika dibawa

ke puskesmas, sudah terlambat dan tak dapat

diselamatkan. Maka dari itu, kebijakan wajib

lahir oleh tenaga kesehatan menurutnya sangat

penting.

Dari perubahan-perubahan tersebut, Bu Alusia

menyebutkan, perubahan yang paling penting

adalah pengetahuan tentang kesehatan ibu

Page 26: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

25 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

hamil. Dia pernah berhasil mengubah keadaan

keacuhan suami kepada istrinya yang tengah

hamil. Ada seorang ibu hamil yang sering

keguguran dan menanyakan apa yang menjadi

masalahnya. Setelah ditelusuri, ternyata walau

sedang hamil, suaminya tidak membantunya

ketika harus mengerjakan pekerjaan fisik yang

berat.

“Bayangkan bu, [si suami] membeli beras, dia

suruh istrinya yang bawa. Dipikul. Itu kita liat

sendiri, makanya kita panggil suaminya...”

Setelah dipanggil, mereka berikan penjelasan.

Rupanya memang dia tidak tahu. Setelah

diberitahu, akhirnya perilaku suaminya

berubah. Sekarang kehamilan istrinya sudah

menginjak usia sekitar 7 bulan. Suaminya tidak

lagi membiarkannya melakukan pekerjaan

berat. Dan perubahan yang dirasakan Bu Alusia

ini tidak mungkin terjadi kalau dia tidak menjadi

anggota MSF, yang memang diberikan informasi

mengenai KIA.

Semua anggota MSF ini sepakat bahwa

pengetahuan sangat penting. Mereka berupaya

menambah pengetahuan masyarakat dengan

berbagai penyuluhan. Namun, memang selalu

ada saja yang tetap sulit berubah. Ketika

menghadapi situasi ini, MSF biasanya

melakukan pendekatan dan penyuluhan pintu

ke pintu. Cara ini lumayan berhasil walau

memang butuh waktu.

Perubahan paling penting menurut kelima

orang ini berbeda-beda. Seperti yang

ditekankan sebelumnya, Pak Mayuri melihat

perubahan paling penting adalah kemudahan

bagi MSF untuk mendapatkan informasi terkait

kebijakan, contohnya soal tarif tadi. Sementara

Bu Yeti melihat bahwa alur rujukan dan

dukungan dinas terhadap ini sangatlah penting.

Sehingga, dengan mudah dia dapat

mendampingi pasien dan masalah cepat selesai.

Hal ini sama dengan yang dilihat oleh Pak Waldi.

Bu Alusia menyebutkan perubahan paling

penting adalah perubahan pengetahuan

mengenai KIA itu sendiri, seperti yang sudah dia

sebutkan di kasus suami yang membiarkan dan

menyuruh istrinya mengerjakan hal berat.

Sementara Bu Hatijah, memilih yang paling

penting adalah upaya peningkatan kesehatan

KIA sendiri sampai tingkat masyarakat.

Ketika ditanya alasan mengapa memilih pilihan

tersebut, Bu Hatijah dengan nyaring langsung

mengatakan, “...ya demi nyawa, bu! Apa lagi

kan, kalau bukan itu alasannya?”. Pernyataan

ini ditanggapi dengan senyuman oleh yang lain,

yang juga setuju dengan pernyataannya.

Dibukanya informasi kepada masyarakat

sangat menyadarkan masyarakat. Misalnya,

mengenai jampersal, jamkesda, BPJS. Dulu,

masyarakat sering dibodoh-bodohi oleh

oknum mengenai tarif. Sekarang sudah tidak

terjadi lagi karena tarif dan alur pelayanan

sudah jelas dan disosialisasikan oleh MSF.

Page 27: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

26 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Komunikasi Petugas Kesehatan dan Pasien (Ibu Sri Sumiati, Kepala Puskesmas Singkawang

Utara)

Gambar 1. Kepala Puskesmas dan staffnya berpose

bersama

Ibu Sri Sumiati adalah Kepala Puskesmas

Singkawang Utara yang menjabat di posisi

tersebut sejak bulan April 2015. Sebelum

menjadi kepala di puskesmas ini, dia menjabat

sebagai Kepala Puskesmas Singkawang Barat

dari sejak tahun 2013. Sehingga, Ibu Sri sudah

tahu dan terlibat dalam program pendampingan

dari Kinerja sejak beberapa tahun lalu.

Selama pendampingan, Ibu Sri melihat bahwa

program tersebut bagus dan dia menandatangi

janji perbaikan layanan. Semua petugas patuh

dengan apa yang dijalankan, ruangan diperbaiki

sehingga lebih menyamankan, SOP sudah ada,

alur dibuat, semuanya sudah siap. Jam kerja

yang asalnya masuk jam 9 dan pulang jam 12,

menjadi masuk jam 8 dan pulang jam 13.30. Di

tengah perubahan yang menurut Ibu Sri positif,

ada petugas baru yang dimutasi ke Singkawang

Barat. Mungkin, karena dia terkejut, petugas

baru tersebut tidak terbiasa dan menganggap

pimpinan jelek. Dia memprovokasi dan

langsung dipindahkan. Sehingga program tetap

dijalankan dan sudah membawa perubahan.

Hal lain yang disebutkan Ibu Sri yang turut

berpengaruh pada perubahan adalah kehadiran

MSF. Mereka menyampaikan keluhan

masyarakat.

“...Aduan itu pun ndak kita terima mentah. Kita

lihat dulu, kita dengar benar ndak. Ah siapa

pelaksananya, akhirnya kita tatap langsung.

Saya bertanya lagi dengan petugasnya, apa

benar? Dia gak ngasih jawaban cuman

alasannya banyak, biasa lah ya. Tapi kita udah

paham yaa. Ya itulah...(tertawa)”

Di Puskesmas Singkawang Barat, Ibu Sri

memfokuskan pada program Ramah KIA. Dia

memfasilitasi bagaimana agar pelayanan di KIA

seramah mungkin. Dan menurutnya, hal ini

sudah berubah. SOP sudah dibuat. Kantong

persalinan sudah tersedia. Dibuat juga

kebijakan PWS untuk persalinannya, dipajang di

dalam satu dan di luar satu. Di dalam untuk

persalinannya, di luar untuk publik. Hal ini telah

diterapkan oleh kepala puskesmas Singkawang

Utara dan dipertahankan oleh Ibu Sri.

Menurut Ibu Sri, saat dia masuk ke Puskesmas

Singkawang Utara, puskesmas ini sudah masuk

daftar ISO untuk akreditasi. Dokumentasi dan

administrasi sudah baik. SK-SK disempurnakan.

“Dulu, sebelum dijalankan, Puskesmas Singkawang Barat sepi sekali dari pasien. Para petugas tidak ramah. Ruangan sangat buruk, kotor, dan jorok. Setelah SOP dijalankan dan janji perbaikan layanan ditandatangani, para petugas mulai berubah. Mereka sadar mereka harus ramah. Ruangan menjadi bagus, bersih, dan tidak jorok lagi”.

- Sri Sumiati Kepala Puskesmas Singkawang

Selatan

Page 28: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

27 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Ibu Sri menyebutkan, kotak kepuasan

pelanggan ada di setiap ruangan bidang.

Adapun perubahan yang paling penting dengan

adanya program Kinerja ini, di kedua

puskesmas, adalah komunikasi dua arah yang

lebih baik antara bidan atau petugas kesehatan

dengan pasien. Keterbukaan antara pasien dan

bidan menurutnya sangat penting. Pasien bisa

terbuka menyampaikan keluhan dan

pertanyaan terkait kehamilan dan anaknya.

Bidan pun dapat lebih proaktif. Ketika pasien

merasa lebih terlayani, maka keluhan mereka

akan berkurang. Hal ini, menurut Bu Sri, dapat

membantu menaikkan akreditasi juga.

Page 29: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

28 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Regulasi ASI Eksklusif (Ibu Muwati, Staff KIA Dinas Kesehatan

Singkawang)

Ibu Haji Muwati adalah staff Dinas Kesehatan

dari Seksi KIA di Kota Singakawang. Pada tahun

2012 hingga 2014, beliau menjabat sebagai staff

di bidang kespro yang menangani KB, lansia,

dan remaja. Lalu kemudian, pada saat evaluasi

program Kinerja dilakukan di tahun 2015, Ibu

Muwati menjabat sebagai staff di bidang KIA.

Pada akhir tahun 2011, sosialisasi program

Kinerja mulai dilakukan. Menurut pengakuan

Ibu Muwati, pada tahun tersebut beliau masih

menjadi bagian dari staff KIA Dinas Kesehatan.

Sehingga beliau sempat mengikuti beberapa

kegiatan dalam program Kinerja dan dapat

melihat beberapa perubahan yang menurutnya

terasa signifikan.

Ibu Muwati menyebutkan bahwa program

Kinerja berpusat pada peningkatan mengenai

IMD dan ASI Eksklusif terutama dalam hal

regulasi dan pendampingan-pendampingan

khususnya di tiap puskesmas Kota Singkawang.

Regulasi yang disampaikan menurut beliau lebih

kepada aturan tertulis yang diterapkan

semenjak program Kinerja berjalan. Salah

satunya adalah kemitraan bidan dan dukun.

Pada dasarnya, kemitraan bidan dan dukun

tersebut sudah berjalan jauh sebelum program

Kinerja dilakukan, namun hal tersebut tidak

berjalan dengan efektif terkait belum

tersedianya legalitas kemitraan antara bidan

dan dukun yang berlaku. Setelah program

Kinerja diterapkan, masalah tersebut dapat

diatasi dengan membentuk MoU di antara

bidan dan dukun yang juga melibatkan pihak-

pihak lintas sektoral seperti pemerintah desa,

tokoh masyarakat, hingga tingkat walikota yang

langsung masuk dalam tahap finalisasi

peraturan walikota mengenai persalinan aman.

Kemitraan antara bidan dan dukun merupakan

salah satu bagian di dalam peraturan tersebut.

“..kemarin sebenarnya mau kita sandingkan

dengan perwako IMD dan ASI eksklusif. Cuma

kalau di daerah lain kan kalau Sambas

kayaknya disatukan ya, disatukan dalam

persalinan aman. Kalau kita di sini Singkawang,

jatuhnya ASI ya ASI, jadi lebih fokus. Lebih fokus

ke program itu.”

Gambar: Bidan memberikan penyuluhan

tentang ASI bagi ibu pengunjung puskesmas

Pernyataan Ibu Muwati tersebut menunjukkan

bahwa perubahan program Kinerja terkait

adanya regulasi dapat mendorong kebijakan

pemerintah Kota Singkawang untuk lebih

mendukung hal terkait Kesehatan Ibu dan Anak.

Ibu Muwati pun menambahkan, dengan adanya

aturan walikota tersebut, proses kemitraan

antara bidan dengan dukun memiliki

dasar/pondasi untuk diberlakukan.

Sedangkan pendampingan-pendampingan

dalam program Kinerja, menurut beliau hal

tersebut dikhususkan pada sistem manajemen

pelayanan, seperti kantung-kantung persalinan

di tiap puskesmas yang sebelumnya berjalan

sendiri-sendiri. Setelah adanya pendampingan,

kantung-kantung tersebut kini sudah

terintegrasi satu sama lain dari mulai hari

kelahiran, IMD, ASI eksklusif, hingga nilai gizi.

Bagian dari pendampingan yang tak kalah

pentingnya adalah pembentukkan MSF oleh

Kinerja baik di tingkat kota maupun kecamatan

Page 30: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

29 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

yang telah di-SK-kan dan disetujui oleh

Bappeda. Bu Muwati menerangkan bahwa MSF

ini dibentuk berdasarkan sistem perwakilan dari

kota dan kecamatan. Perwakilan tersebut terdiri

dari tokoh masyarakat, kader-kader, dan unsur

masyarakat lainnya. Saat ini, MSF yang berjalan

terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan

Singkawang Barat, Kecamatan Singkawang

Utara, dan Kecamatan Singkawang Selatan.

Bu Muwati pun menyebutkan bahwa dengan

adanya MSF pihak petugas kesehatan sangat

terbantu dan menjadi lebih leluasa terutama

dalam menyampaikan informasi kepada

masyarakat. Sebelumnya hal tersebut

terhalangi oleh beberapa faktor di antaranya

keterbatasan tenaga dan waktu para petugas

kesehatan. Semua hal banyak dibebankan

kepada bidan desa.

Setelah MSF terbentuk, komunikasi dua arah

antara masyarakat dan petugas kesehatan

dapat terjalin. Contohnya pada saat sosialisasi

program, kebanyakan masyarakat sulit

memahami terkait program kesehatan,

sehingga diperlukan sosialisasi yang jelas dan

efektif kepada masyarakat. Di sisi lain, tenaga

para petugas kesehatan pun terbatas

jumlahnya. Setelah adanya MSF, sosialisasi

dapat tersampaikan dengan baik dan bahkan

informasi dari masyarakat seperti keluhan-

keluhan yang dirasakan juga dapat

tersampaikan kepada petugas kesehatan

melalui mereka.

Selain sosialisasi, kegiatan yang dilakukan oleh

MSF juga salah satunya adalah pertemuan rutin

yang dilaksanakan setiap bulan. Pertemuan

rutin ini biasanya dilakukan pada hari Sabtu,

tergantung dari MSF itu sendiri. Dalam

pertemuan rutin itulah MSF mengundang pihak

Dinas Kesehatan untuk menyampaikan

informasi mengenai program-program terbaru

terkait kesehatan yang perlu disampaikan

kepada masyarakat.

Pada dasarnya, MSF merupakan sekumpulan

unsur masyarakat multi-pihak yang peduli

terhadap kerja-kerja sosial namun fokus pada

bidang kesehatan.

Melihat MSF dari tiga kecamatan yang sudah

berjalan dengan baik, pihak Dinas Kesehatan

memutuskan untuk mereplikasi sistem

pembentukan MSF ini di dua kecamatan lain di

Singkawang yang tidak mendapatkan

pendampingan dari program Kinerja. Dua

kecamatan tersebut adalah Singkawang Tengah

dan Singkawang Timur.

Dari sekian perubahan-perubahan yang terjadi

setelah program Kinerja selesai dilaksanakan,

Ibu Muwati menegaskan bahwa perubahan

yang paling penting dan terasa signifikan

menurutnya adalah regulasi terkait ASI

eksklusif. Beliau menjelaskan bahwa, walaupun

bidan memiliki pengetahuan terkait IMD pada

saat pendidikan kebidanan, namun ilmu bisa

saja berkembang menyesuaikan dengan

kebutuhan. Sebelumnya, peraturan mengenai

IMD hanya berlaku untuk setengah jam saja,

saat ini sudah berubah menjadi minimal satu

jam. Selain itu, sebelum terbentuknya regulasi

mengenai ASI ini, banyak penggunaan susu

formula yang masuk baik di klinik maupun di

Rumah Sakit.

Jika ada pasien yang memerlukan

pertolongan, anggota MSF segera

membawanya ke puskesmas. Kadang juga,

ketika Dinas Kesehatan memerlukan

donor darah, MSF langsung bergerak

mencari pendonor. Posisi MSF benar-

benar memediasi antara masyarakat

dengan pihak petugas kesehatan.

Masyarakat merasa terbantu dengan

kehadiran mereka.

Page 31: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

30 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Setelah regulasi berjalan dan mulai

diberlakukan, kualitas kesehatan mulai

menunjukkan perubahan dengan beralih pada

regulasi yang berlaku. Regulasi ASI eksklusif ini

juga turut digalakan dan mendapat dukungan

penuh dari Rumah Sakit-Rumah Sakit yang ada

di Singkawang.

“Kalau IMD jelas tujuannya untuk

keberhasilan ASI eksklusif ya, itu

kelanjutannya tadi. Kalau IMDnya

dilaksanakan dengan sesuai standar, atau

sesuai prosedur, ASInya Insya Allah akan

baik.”

- Muwati Dinas Kesehatan Kota Singkawang

Page 32: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

31 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur

Peran Serta Masyarakat (Dr Wahyu, Kepala Puskesmas Sumberasih)

Walau baru menjabat sebagai Kepala

Puskesmas Sumberasih kurang dari satu tahun

lamanya, Dr Wahyu dapat merasakan

perubahan-perubahan dalam hal peningkatan

kualitas layanan di Puskesmas maupun peran

serta masyarakat, jika dibandingkan dengan

tempat tugasnya yang terdahulu, yang

kebetulan tidak menjadi puskesmas dampingan

Kinerja.

Narasumber mencatat bahwa di wilayah

Puskesmas Sumberasih, partisipasi masyarakat

sangat menonjol sekali. Kerjasama masyarakat

yang diwakili oleh kader posyandu dan MSF

sangat baik dan erat. Setiap tiga bulan sekali,

ada pertemuan MSF dan puskesmas untuk

berdiskusi mengenai masalah atau masukan-

masukan dari masyarakat. MSF juga dinilai

sudah melaksanakan fungsinya sebagai

penjembatan antara Puskesmas dan

masyarakat. Biasanya MSF sangat dilibatkan

dalam kegiatan Puskesmas. Masyarakat juga

dianggap berperan aktif dengan menyampaikan

pendapat atau saran ke dalam kotak saran yang

disediakan di puskesmas.

MSF juga berperan dalam melakukan survei

pengaduan kepada masyarakat. Survey ini

bertujuan untuk mendapatkan masukan-

masukan langsung dari masyarakat mengenai

pelayanan puskesmas dan kesehatan pada

umumnya. Mengenai aktifnya MSF di

wilayahnya, narasumber mengaku tidak merasa

diawasi atau diselidiki oleh MSF.

“… kalau saya lihat MSF di sini berperan aktif

sekali dan berkontribusi. Kami tidak merasa

dihakimi kok, justru senang mendapat

masukan-masukan, lagipula kerja MSF ndak

seperti LSM-LSM yang cuma mencari-cari

kesalahan.”

Untuk meningkatkan kinerja petugas kesehatan,

Dr Wahyu mengatakan bahwa beberapa upaya

telah dilakukan sebagai terobosan. Diantaranya

menetapkan Manager on Duty (MoD) secara

bergiliran yang bertugas untuk memastikan

bahwa pelayanan puskesmas berlangsung

optimal. Setiap Hari Jumat juga diadakan “Kelas

Nakes” yang berfungsi sebagai tempat berbagi

ilmu atau informasi-informasi terbaru diantara

staf puskesmas. Seminggu sekali juga diadakan

“hari refleksi bersama”, yaitu pemberian

motivasi kepada petugas melalui cerita-cerita

inspiratif yang dinamakan cerita ceria.

Gambar: Kotak Pengaduan di Puskesmas

Sumberasih

Terobosan hasil dari survei pengaduan yang

dilaksanakan adalah diterapkannya sistem

pendaftaran/loket menggunakan fingerprint

(sidik jari). Sistem fingerprint ini bertujuan

untuk mengurangi waktu tunggu pasien dalam

pendaftaran dan mengantri obat. Dengan

teknologi paperless (tanpa kertas) ini,

Puskesmas Sumberasih juga merasa sudah

banyak melakukan penghematan. Di masa

mendatang puskesmas juga berencana

mengguanakan teknlogi touch screen seperti di

bank untuk alur pasien di Puskesmas.

Page 33: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

32 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Penguatan SOP dan standar layanan juga

dilaksanakan dalam masa pendampingan

Kinerja. Menurut Dr Wahyu, sekarang petugas

kesehatan melakukan pemeriksaan selalu

berdasarkan standar. Kartu kendali diakui

sangat membantu didalam memastikan bahwa

pelayanan telah diberikan sesuai standar.

Apalagi pasien pun diminta untuk mengecek

pemeriksaan-pemeriksaan yang mereka terima.

Kelas ibu hamil pun menjadi semakin aktif pada

saat pendampingan Kinerja. Pada saat kelas ibu

hamil ini, ibu hamil diberikan informasi-

informasi mengenai kesehatan pada saat hamil,

tempat persalinan serta ASI ekslusif. Diakui juga

banyak terjadi interaksi aktif antara ibu hamil

dan petugas kesehatan adalah salah satu cara

yang efektif untuk meningkatkan pengetahun

ibu hamil.

Di samping karena puasnya pasien terhadap

pelayanan Puskesmas, juga dikarenakan

aktifnya kader untuk melakukan “penyisiran”

terhadap ibu hamil diwilayahnya. Ditambah lagi

dengan sudah bermitranya hampir seluruh

dukun yang biasa menolong persalinan di

wilayah Sumberasih, membuat juga cakupan

persalinan di fasilitas kesehatan serta

puskesmas meningkat dari waktu kewaktu,

walau diakui penghapusan jampersal pada

tahun 2014 memberikan sedikit pengaruh

terhadap cakupan persalinan di tenaga

kesehatan.

Ketika ditanyakan mengenai perubahan yang

paling dianggap penting dan berdampak, Dr

Wahyu menerangkan bahwa peningkatan

partisipasi masyarakat merupakan perubahan

yang ia rasakan memberikan dampak luar biasa

terhadap peningkatan kesehatan di

Sumberasih. Beliau menerangkan bahwa tidak

mungkin petugas kesehatan bekerja dengan

baik tanpa kerjsama efektif dengan masyarakat.

Sejak pendampingan oleh Kinerja, dirasakan

bahwa hubungan antara puskesmas dan

masyarakat dan juga MSF sangat meningkat.

Contohnya untuk menekan angka persalinan di

dukun, puskesmas beserta MSF melakukan

pendekatan-pendekatan persuasif kepada

dukun sehingga mereka bersedia untuk tidak

menolong persalinan lagi. Partsipasi masyarakat

juga dirasakan dalam keaktifan mereka dalam

mengisi kotak saran agar Kinerja puskesmas

semakin meningkat dimasa mendatang.

Dampak dari terobosoan-terobosan

tersebut yang diakui sejak pendampingan

Kinerja adalah meningkatnya indikator-

indikator kesehatan di Puskesmas

Sumberasih. Sekarang, berdasarkan data

dari Dr Wahyu, hampir tidak ada ibu hamil

yang tidak melakukan pemeriksaan.

Page 34: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

33 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Usulan Yang Dilaksanakan (Dewi, Anggota MSF Kab. Probolinggo)

Bu Dewi sudah lama sadar tentang program

Kinerja, dan program yang terjadi sebelumnya,

yaitu LGSP. LGSP adalah suatu program yang

melibatkan CSO (Civil Society Organization)

untuk berpartisipasi didalam pengawasan

anggaran. Walaupun sempat rehat beberapa

waktu karena berkeluarga, sejak anak Bu Dewi

mulai besar, dia menjadi aktif lagi di CSO hingga

membawa dia terlibat dengan Kinerja.

Menurut Bu Dewi, telah terjadi perubahan di

bidan kesehatan yang menuju ke arah yang

lebih baik. Diantaranya adalah terbentuknya

posisi Duta ASI sejak tahun 2014. Awalnya Duta

ASI terbentuk di tingkat kabupaten, bahkan Ibu

Bupati sendiri yang menjadi Duta ASI. Lalu Duta

ASI juga dibentuk di tingkat kecamatan, jadi

setiap Puskesmas memiliki Duta ASI dan Bu

Dewi sendiri juga menjadi Duta ASI.

Perubahan lain yang Bu Dewi melihat dan

merasakan adalah berjalannya Survei

Pengaduan. Menurut Bu Dewi, Survei

Pengaduan telah berjalan dengan cukup baik

dan menghasilkan pengaduan yang sangat

membantu dalam proses peningkatan mutu

pelayanan.

Di bidang pelayanan kesehatan, khususnya KIA,

sekarang pelayanan dari petugas kesehatan

menjadi lebih ramah karena sudah

mengaplikasikan 3S (Senyum, Sapa, dan Salam).

Hal lain dalam perubahan terkait dengan

pelayanan kesehatan adalah staf puskesmas

semakin sigapnya dalam melayani pasien.

“Contohnya di loket pembayaran, saya melihat

beberapa puskesmas sudah menerapkan finger

print, sehingga mempercepat pelayanan. [Jadi]

di Sumberasih, saat ini sangat jarang sekali

warga yang mengeluh mengenai lamanya

waktu tunggu di loket pendaftaran.”

Sebagai anggota MSF, Bu Dewi merasakan

bahwa pelatihan yang diberikan oleh Kinerja

sangat bermanfaat.

“Kami mendapatkan banyak pelatihan

termasuk pelatihan mengenai teknik penulisan

dan topik-topik apa saja yang harus ditulis.

Pelatihan yang paling berkesan untuk saya

adalah pelatihan mengenai gender. Setelah

dilatih mengenai materi gender, kami menjadi

lebih menyadari bahwa banyak hal yang terkait

antara isu kesehatan dan gender. Ketimpangan

yang banyak terjadi di bidang kesehatan terjadi

karena masalah gender. Contohnya dalam

pengambilan keputusan. Masih banyak ibu-ibu

hamil di Probolinggo yang dalam pengambilan

keputusan untuk tempat melahirkan ditentukan

oleh suami atau ibu mertua.”

Menurut Bu Dewa, salah satu perubahan lain

yang sangat penting adalah saat ini pemerintah

daerah cukup responsif mengenai usulan-usulan

dari masyarakat. Contohnya, MSF di Kab.

Probolinggo pernah menulis sebuah concept

paper berisi dengan analisis dari kebijakan-

kebijakan Dinas Kesehatan. Beberapa usulan

yang tertuang di dalam concept paper tersebut

ternyata banyak yang direspons oleh Dinas

““… Duta ASI di tingkat kecamatan ini

diberi tugas untuk membuat program di

tingkat kecamatan. Di wilayah saya, saya

mengusulkan pembuatan Kelompok

Pendukung ASI, dan Alhamdulillah program

ini masuk dalam pembahasan di APBD

Perubahan. Sehingga saya menilai saat ini

program-program usulan dari MSF mulai

direspon [dengan baik] oleh Pemerintah

Daerah.”

Dewi MSF, Kabupaten Probolinggo

Page 35: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

34 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Kesehatan. Salah satu dari usulan MSF adalah

membuat sebuah gerakan yang dapat

menyelamatkan ibu dan bayi di Probolinggo.

Hal ini direspons pemerintah daerah dengan

mendirikan GEMASIBA atau Gerakan Bersama

Selamatkan Ibu dan Bayi.

“Saya sangat senang dan bangga sekali sebagai

anggota MSF dapat berkontribusi dalam bidang

kesehatan ini. Dampaknya sekarang adalah,

seolah bahwa kesehatan ibu dan bayi menjadi

sangat diprioritaskan oleh pemkab Probolinggo.

Kalau dulu hanya puskesmas dampingan Kinerja

saja yang terlihat berusaha meningkat

pelayanan, namun sekarang seolah seluruh

puskesmas berlomba-lomba untuk memberikan

layanan terbaik.”

Page 36: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

35 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Si Jempol Mancep, Pelayanan Cepat (H.Syukron, anggota MSF Kecamatan Sumberasih)

Gambar: Puskesmas Sumberasih menggunakan

finger print untuk mencari data pasien

H.Syukron mulai terlibat di kegiatan Multi

Stakeholder Forum (MSF) di Kec. Sumberasih

sejak tahun 2012, namun lebih aktif lagi setelah

pensiun dari Dinas Pendidikan pada tahun 2013.

Banyak perubahan-perubahan yang dirasakan

oleh H.Syukron khususnya dalam hal pelayanan

kesehatan di Kecamatan Sumberasih dan Kab.

Probolinggo pada umumnya.

Sebagai anggota MSF, H.Syukron merasakan

bahwa kini peran MSF sejak adanya program

Kinerja menjadi lebih berperan dalam

menjembatani antara masyarakat dan instansi-

instansi terkait, misalnya dengan Dinas

Kesehatan untuk bidang pelayanan kesehatan.

Menurut H. Syukron, kemampuan anggota MSF

untuk menjadi penghubung antara masyarakat

dan instansi terkait tak lepas dari pelatihan-

pelatihan atau lokakarya yang diadakan oleh

Kinerja, misalnya pelatihan mengenai cara

menjembatani tentang kejadian-kejadian yang

ada disekitar masyarakat dan disampaikan ke

instansi yang bersangkutan dengan teknik

advokasi. H. Syukron mencontohkan salah satu

kejadian yang dipandangnya berhasil:

“… Satu contoh di desa yang bermasalah itu

tentang biaya ADD atau Anggaran Dana Desa,

khususnya yang [untuk] Posyandu. Saya

mencoba mengangkat masalah ini ke forum

tingkat kabupaten, dan ketika bertemu teman-

teman sesama anggota MSF di kecamatan lain,

ternyata mereka juga memiliki permasalahan

yang sama. Lalu kami sama-sama mengangkat

masalah [ADD] ini, sehingga akhirnya

direspon…”

Menurut H.Syukron, dengan keberadaan MSF

ini Forum Kesehatan Desa yang sebelumnya

kurang menonjol, saat ini menjadi aktif. Diawali

dengan pembentukan Forum Kabupaten Sehat

di tingkat Kabupaten, di desa forum ini bernama

Forum Pokja Sehat. Banyak anggota MSF yang

menjadi anggota forum ini. Dalam

melaksanakan perannya, MSF kecamatan selalu

bekerjasama dengan Muspika (Musyawarah

Pimpinan Kecamatan). H.Syukron juga

mencontohkan, ketika didapatkan informasi

mengenai masih adanya dukun yang masih

menolong persalinan, maka MSF dan unsur

Muspika mendatangi rumah dukun tersebut

dan diajak diskusi persuasif, sehingga pada

akhirnya ibu dukun tersebut bersedia untuk

tidak menolong persalinan lagi.

Perubahan lain yang menonjol menurut

H.Syukron setelah pendampingan Kinerja

adalah meningkatnya pelayanan Puskesmas

kepada masyarakat. Karena berdasarkan hasil

survei pengaduan pada awal program, banyak

masyarakat yang mengeluh mengenai waktu

tunggu, maka Puskesmas meresponsnya

dengan menerapkan sistem finger print untuk

pendafaran di loket. Hal ini menurut H.Syukron

berdampak luas, karena sekarang dirinya

hampir tidak pernah merasakan atau

mendengar keluhan masyarakat mengenai

waktu tunggu yang terlalu lama. Petugas

kesehatan juga dirasakan menjadi lebih ramah

dan menjelaskan dengan lebih terperinci

kepada pasien.

Saat ini kemitraan bidan-dukun juga telah

dirasakan berdampak besar dengan

Page 37: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

36 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

menurunnya secara drastis angka persalinan

yang ditolong oleh dukun.

H.Syukron memilih meningkatnya pelayanan

Puskesmas sebagai perubahan yang dirasakan

paling penting dan berdampak. Menurut beliau,

pelayanan terutama dengan diterapkannya

sistem finger print di Puskesmas memiliki arti

penting karena beliau sendiri melihat dan

merasakan bahwa pelayanannya menjadi

sangat cepat dan memuaskan pasien.

“…..Iya jempol mancep, pelayanan cepat.. itu

dirasakan sekali oleh masyarakat …“

Pada masa mendatang, H.Syukron sangat

optimis bahwa MSF akan tetap berjalan di Kab.

Probolinggo. Hal ini dikarenakan telah

terbentuknya suatu wadah FP3KP (Forum Peduli

Pelayanan Publik Kab. Probolinggo) dengan misi

dan semangat yang sama dengan MSF yang

telah dikuatkan selama pendampingan Kinerja.

Forum ini dirasakan akan tetap berkembang

dan berjalan sesuai fungsinya, terlebih saat ini

FP3KP telah mendapakan SK dari Bupati,

sehingga dianggap memberikan kepercayaan

diri yang kuat untuk anggotanya untuk

berkontribusi dalam meningkatkan layanan

publik di Kab. Probolinggo.

Bahkan di desanya sendiri, H.Syukron

menuturkan hampir tidak ada ibu yang

melahirkan ditolong oleh dukun.

Penguatan Kemitraan Bidan dan Dukun

serta didukung oleh aktifnya unsur MSF

dan Muspika diakui memberikan kontribusi

positif kepada penurunan angka persalinan

non-nakes.

Page 38: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

37 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur

Umi Persamida dan Bunda Kespro (Dr Titik, Kabid Kesga Dinkes Kab.Bondowoso)

Dr Titik telah bertugas di Dinas Kesehatan Kab.

Bondowoso bagian Kesga sejak kurang lebih dua

tahun yang lalu, sehingga sedikit banyaknya

mengetahui mengenai program pendampingan

Kinerja di Kab. Bondowoso. Sebelum bertugas

di Dinas Kesehatan, Dr Titik adalah seorang

Kepala Puskesmas di salah satu puskesmas di

Bondowoso. Hal-hal yang ditekankannya adalah

merupakan perubahan-perubahan yang telah

terjadi di Kabupaten Bondowoso, khususnya

yang berkaitan dengan Kesehatan Ibu dan Anak.

Gambar 1. Pengukuhan istri Bupati sebagai Umi

Persamida

Perubahan pertama yang dirasakan oleh Dr Titik

adalah terbentuknya janji perbaikan layanan di

tiap Puskesmas. Pada awalnya janji perbaikan

layanan hanya dilaksanakan di ke-empat

puskesmas mitra Kinerja, sekarang janji layanan

tersebut sudah direplikasikan ke 10 Puskesmas

lain. Janji layanan ini dianggap oleh Dur Titik

memang membantu atau merupakan sebuah

langkah awal bagi akreditasi Puskesmas.

Diakui oleh Dr Titik, meski aturan mengenai

survei pengaduan telah tertuang didalam

Peraturan Menteri, namun jika tidak diingatkan,

jajaran pemerintah daerah mudah tidak

melaksanakannya. Sehingga adanya

pendampingan dari Kinerja sangat membantu

Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kesehatan

untuk melaksanakan peraturan pemerintah

tersebut.

Umi Persamida dan Bunda Kespro diharapkan

akan memberi dampak positif untuk dapat

menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Untuk mendukung kegaiatan ini, Dinas

Kesehatan sudah mengalokasikan dana yang

diambil dari APBD agar terjadi peningkatan

kapasitas Umi Persamida, sampai mereka dapat

memberi penyuluhan mengenai kesehatan

reproduksi dan KIA sendiri dan tidak terlalu

bergantung pada tenaga kesehatan. Sedikit

demi sedikit manfaat dari Umi Persamida ini

adalah meningkatnya angka cakupan,

khususnya kunjungan K1 dan K4. Kegiatan yang

menitikberatkan pada kesehatan reproduski ini

juga melibatkan siswa SMP dan SMA sebagai

pendidik sebaya.

Perubahan kedua yang dianggap penting

adalah terbentuknya Umi Persamida dan

Bunda Kespro. Umi Persamida dan Bunda

Kespro bertujuan untuk menurunkan angka

pernikahan dini maupun angka kematian ibu

dan bayi yang cukup tinggi di Bondowoso.

Saat ini, Umi Persamida dan Bunda Kespro

sudah ada hingga di tingkat kecamatan dan

desa dengan harapan para tokoh masyarakat

dapat membantu mensosialisasikan kepada

masyarakat agar tidak terjadi lagi pernikahan

di bawah umur.

Page 39: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

38 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Gambar 2. Pelatihan kesehatan reproduksi untuk

remaja sebagai salah satu upaya memberantas

pernikahan anak

MSF yang beranggotakan tokoh-tokoh

masyarakat setempat juga dianggap Dr Titik

saat ini sudah bermitra baik dengan Puskesmas,

khususnya MSF tingkat kecamatan. MSF ini

sudah dapat memberikan masukan-masukan

kepada Puskesmas terkait pelayanan.

Untuk kemitraan bidan dan dukun juga

dirasakan ada perubahan sejak pendampingan

oleh Kinerja. Dahulu, menurut Dr Titik, mereka

langsung melakukan pendekatan dengan cara

mengumpulkan para dukun dan langsung diberi

sosialiasi. Namun saat ini dengan dukungan

narasumber yang difasilitasi oleh Kinerja,

pendekatan kepada dukun menjadi lebih

personal, relevan dan efektif.

“Alhamdulillah dengan adanya gambarannya

Bu Agnes [konsultan Kinerja], kan modelnya

beda. Kalau kita dulu langsung ke dukunnya

diomongin gini gini gini, tetapi kan kalau

metodenya Bu Agnes sendiri-sendiri. Ya, apa

kelebihannnya dukun, apa kelebihannya kita.

Jadi kayaknya lebih mengena…”

Efek dari kemitaran bidan dan dukun ini mulai

dirasakan dengan menurunnya angka

persalinan ditolong oleh tenaga dukun.

Sebagian besar dukun di Kabupaten Bondowoso

sudah bermitra. Kegiatan ini didukung oleh

dana Bantuan Operasinal Kesehatan (BOK).

Adanya kartu kendali juga merupakan salah

satu perubahan yang dirasakan sejak

pendampingan oleh Kinerja. Dampaknya tenaga

kesehatan mitra lebih dapat bertindak sesuai

dengan prosedur dan standar.

Dari seluruh perubahan yang ada, Dr Titik

memilih adanya Umi Persamida dan Bunda

Kespro sebagai perubahan yang dirasa paling

penting. Di tingkat kabupaten, adanya Umi

Persamida dan Bunda Kespro dinilai memiliki

dampak yang luas. Dengan adanya kegiatan ini

tokoh-tokoh masyarakat dari istri Bupati hingga

istri Kepala Desa dapat dirangkul, sehingga

diharapkan masyarakat akan dapat mengikuti

pesan-pesan yang disampaikan oleh tokoh

masyarakat tersebut.

Page 40: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

39 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Alur Rujukan Yang Lebih Jelas (Dr Titi, Kepala Puskesmas Tegal Ampel)

Dr Titi telah bertugas di Bondowoso sejak lulus

menjadi dokter, dan bertugas di Puskesmas

Tegal Ampel, Bondowoso, sejak 2010. Dr Titi,

yang menjabat sebagai Kepala Puskesmas,

mengetahui program Kinerja sejak awal

diimplementasikan di Bondowoso. Diakui oleh

Dr Titi, apa yang ditawarkan oleh Kinerja adalah

sebagai penguatan beberapa program yang

sudah ada. Program-program tersebut adalah:

1) Survei layanan; 2) Diajarkan cara membuat

SOP, standar, dan alur layanan yang baik; 3)

kemitraan bidan dan dukun; serta 4) kantung

persalinan continuum (kantung persalinan, IMD,

ASI, dan gizi).

Dr Titi berpendapat bahwa dengan survei

pengaduan masyarakat yang dilaksanakan oleh

MSF, ia dan jajarannya di Puskesmas dapat

mengetahui kekuarangan Puskesmas ada di

mana saja. Menurut pengakuan Dr Titi, dirinya

berserta seluruh staf di Puskesmas Tegal Ampel

tidak pernah merasa dihakimi dengan adanya

survei pengaduan tersebut, karena mereka

menyadari setiap pekerjaan pasti ada

kekurangan nya.

Setelah ada hasil survei, Kepala Puskesmas mengumpulkan seluruh stafnya dan mengajak berdiskusi untuk menindaklanjuti survei pengaduan ini. Langkah selanjutnya adalah mencari solusi untuk menjawab keluhan dari survei pengaduan, seperti contohnya pemasangan banner-banner untuk menjawab keluhan mengenai kebingungan masyarakat atas alur BPJS.

Untuk pembuatan SOP dan standar layanan, Dr Titi mengatakan bahwa sebenarnya puskesmas telah memiliki SOP dan standar, namun kebanyakan adalah tidak tertulis, sehingga seolah seperti berjalan otomatis. Dengan adanya pendampingan dari Kinerja ini, mereka merasa mendapatkan pelajaran bagaimana

membuat SOP dan standar yang dapat diterapkan, atau dengan kata lain membuat adminsitrasi puskesmas yang lebih baik.

Untuk kantung persalinan, Dr Titi mengatakan

bahwa sebenarnya sebelum ada pendampingan

dari Kinerja pun telah melaksanakan

pembuatan kantung persalinan tersebut,

namun saat ini kantung persalinannya lebih

ditingkatkan lagi menjadi kantung kontinuum

yang juga memantau IMD, ASI Eksklusif, dan

gizi. Hal ini mengakibatkan cakupan ASI Ekslusif

di wilayahnya meningkat dibanding tahun-

tahun sebelumnya.

Ketika ditanyakan dari beberapa program yang

telah diperkuat selama pendampingan Kinerja

yang memberi dampak paling signifikan, Dr Titi

mengemukakan bahwa survei pengaduan

merupakan program yang dirasakanya paling

memberikan pengaruh kepada layanan

puskesmas. Untuk survei dirasakan bahwa

hasilnya membuat dirinya beserta staf

puskesmas lain untuk dapat segera merespon

keluhan dan saran yang disampaikan

masyarakat. Contohnya adalah dengan

menempelkan alur layanan dan alur rujukan

bagi pasien sehingga dampaknya keluhan

pasien mengenai rujukan sudah berkurang

drastis sejak alur rujukan ditempel di dinding

puskesmas.

“Karena kita memang menyadari kerja ya mesti ada kekurangnnya, terus maunya masyarakat itu seperti apa.”

- Dr. Titi Kepala Puskesmas Tegal Ampel

Page 41: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

Referensi dan sumber lain Dart, J.J. 2000. Stories for Change: A Systematic Approach to Participatory Monitoring. Proceedings of

Action Reseach and Process Management (ALARPM) and Participatory Action-Research (PAR) World Conference. Ballarat, Australia.

Davies, R. and Dart, J. 2005. The ‘Most Significant Change’ Technique: A Guide to Its Use. Kinerja. 2014. Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif [modul].

http://www.kinerja.or.id/pdf/889f4355-4828-4272-9612-e02d8d5e68eb.pdf Kinerja. 2014. Tata Kelola Persalinan Aman [modul].

http://www.kinerja.or.id/pdf/b583809b-15bf-40b3-9702-1f00804fa7f3.pdf Kinerja. 2015. Berbagi Praktik Baik Tata Kelola Kesehatan.

http://www.kinerja.or.id/pdf/d50dbae5-31a4-4c9a-b081-f154366a75bc.pdf

Page 42: Cerita Perubahan yang Paling Signifikan dari Kinerja USAID

41 Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kinerja.or.id

Kinerja USAID

Sampoerna Strategic Square

South Tower, 18th Floor

Jl. Jend. Sudirman Kav. 45-46, Jakarta 12930

email: [email protected]

www.kinerja.or.id

Kinerja USAID

Kinerja is implemented by