Cerita Kontruksi Sosial AURIDHO NIM 81

2
KONSTRUKSI SOSIAL ( AURIDHO P.P.D. ) NIM 151610101081 FKG UNEJ Cerita Kontruksi sosial Assalamualaikum.Wr.Wb. Ini adalah cerita saya mengenai konstruksi social. Sebelumnya saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Auridho Prasetyo Putra Ditya NIM 151610101081 FKG UNEJ. Saya berasal dari Lumajang tepatnya SMAN 2 Lumajang. Akan lebih baik jika saya paparkan riwayat pendidikan saya. Saya menempuh jenjang awal pendidikan di TK KUNCUP HARAPAN Pabrik Gula Pradjekan Bondowoso, hanya 3 tahun disana saya pun diasuh oleh pembantu karena kedua orang tua saya berkerja, di bondowoso mayoritas berbahasa Madura apalagi pembantu orang tua saya berbicara bahasa Madura kepada diri saya sehingga saya pun sedikit-demi sedikit bisa bahasa Madura. Kemudian beranjak ke Sekolah Dasar saya pindah ke Lumajang tepatnya SDN KALIBOTOLOR 01 Jatiroto. Di lumajang memang ada daerah khusus bahasa Madura seperti randuagung tetapi untuk di jatiroto tidak terlalu dominan. Sehingga diawal saya berkenalan dengan rekan saya menggunakan sedikit-sedikit bahasa Madura. Teman-teman SD saya menganggap orang berbahasa Madura sedikit dikucilkan entah mengapa sempat ingat bahwa orang berbahasa Madura terkesan jahat seperti pencuri terutama begal yang merupakan ciri khas orang lumajang. Dari sana saya mulai merubah dan melupakan bahasa Madura sehingga hanya sedikit yang saya tahu tentang bahasa Madura. Sselanjutnya saya pindah mengikuti ibu saya ke Pabrik Gula Kedawoeng di Pasuruan. Pindah kelas 6 di SDN KEDAWOENG WETAN 01 sampai lulus di SMPN 1 KOTA PASURUAN . Secara tidak sadar saya membawa logat dan bahasa-bahasa dari pasuruan untuk pindah lagi kembali ke Lumajang tepatnya PG DJATIROTO, disana saya melanjutkan SMA di SMAN 2 LUMAJANG. Saya disana terbiasa menggunakan kata “KOEN” sebagai kata “KAMU”. Beberapa orang menganggap bahasa saya sangat kasar terutama orang orang lumajang bagian selatan yang memang jarang sekali orang Madura. Jadi beberapa orang lumajang jawa asli menganggap “KOEN” sangat kasar padahal dipasuran bahasa saya sehari-hari

description

cxs

Transcript of Cerita Kontruksi Sosial AURIDHO NIM 81

Page 1: Cerita Kontruksi Sosial AURIDHO NIM 81

KONSTRUKSI SOSIAL ( AURIDHO P.P.D. ) NIM 151610101081 FKG UNEJ

Cerita Kontruksi sosialAssalamualaikum.Wr.Wb.

Ini adalah cerita saya mengenai konstruksi social. Sebelumnya saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Auridho Prasetyo Putra Ditya NIM 151610101081 FKG UNEJ. Saya berasal dari Lumajang tepatnya SMAN 2 Lumajang. Akan lebih baik jika saya paparkan riwayat pendidikan saya. Saya menempuh jenjang awal pendidikan di TK KUNCUP HARAPAN Pabrik Gula Pradjekan Bondowoso, hanya 3 tahun disana saya pun diasuh oleh pembantu karena kedua orang tua saya berkerja, di bondowoso mayoritas berbahasa Madura apalagi pembantu orang tua saya berbicara bahasa Madura kepada diri saya sehingga saya pun sedikit-demi sedikit bisa bahasa Madura. Kemudian beranjak ke Sekolah Dasar saya pindah ke Lumajang tepatnya SDN KALIBOTOLOR 01 Jatiroto. Di lumajang memang ada daerah khusus bahasa Madura seperti randuagung tetapi untuk di jatiroto tidak terlalu dominan. Sehingga diawal saya berkenalan dengan rekan saya menggunakan sedikit-sedikit bahasa Madura. Teman-teman SD saya menganggap orang berbahasa Madura sedikit dikucilkan entah mengapa sempat ingat bahwa orang berbahasa Madura terkesan jahat seperti pencuri terutama begal yang merupakan ciri khas orang lumajang. Dari sana saya mulai merubah dan melupakan bahasa Madura sehingga hanya sedikit yang saya tahu tentang bahasa Madura.

Sselanjutnya saya pindah mengikuti ibu saya ke Pabrik Gula Kedawoeng di Pasuruan. Pindah kelas 6 di SDN KEDAWOENG WETAN 01 sampai lulus di SMPN 1 KOTA PASURUAN . Secara tidak sadar saya membawa logat dan bahasa-bahasa dari pasuruan untuk pindah lagi kembali ke Lumajang tepatnya PG DJATIROTO, disana saya melanjutkan SMA di SMAN 2 LUMAJANG. Saya disana terbiasa menggunakan kata “KOEN” sebagai kata “KAMU”. Beberapa orang menganggap bahasa saya sangat kasar terutama orang orang lumajang bagian selatan yang memang jarang sekali orang Madura. Jadi beberapa orang lumajang jawa asli menganggap “KOEN” sangat kasar padahal dipasuran bahasa saya sehari-hari seperti itu kepada sesama teman. Akhirnya mulai merubah untuk menyesusaikan dengan orang Lumajang. Melanjutkan kuliah di FKG UNEJ ada lagi pengalaman konstruksi social. Dalam hal ini juga dijelaskan oleh dosen Bapak Djoko bahwa meso berawalan huruf “J” itu lumrah di Surabaya, Malang. Oleh karena itu beberapa teman FKG saya dari kota tersebut terbiasa menggunakannya sebagai kalimat tambahan terutama berawalan “C”. Contohnya “ Yokopo iki C**” hal itu sangat biasa ya tentu saja saya yang mulai merubah dengan social budaya lumajang merasakan bahwa hal itu kasar meskipun beberapa orang mengatakan tidak. Ya tentu saya inilah konstruksi social saya, dimana memang kehidupan saya bisa dikatakan nomaden atau berpindah-pindah jadi penyesuaian social budaya diperlukan sekaligus mengetahui konstruksi social yang berbeda-beda tiap daerah dan konstruksi social itu tidak berlaku universal meskipun dalam satu provinsi yakni Provinsi Jawa Timur.

Sekian cerita saya mengenai pengalaman konstruksi social yang akan digunakan dalam rangka pemenuhan tugas Bapak Achmad Munir selaku dosen ISBD. Mohon maaf sebelumnya apabila ada salah kata atau kata yang kurang berkenan. Wassalamualaikum Wr.Wb.