cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan...

21

Click here to load reader

Transcript of cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan...

Page 1: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali

MAKALAH

Filsafat Umum

" RASIONALISME "

Disusun oleh:

Kelompok 8

Ai Marlina

Dede Ilmi

Deuis Siti Sarah

Kelas III E PAI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUKBUMIMata Kuliah : Filsafat Umum

Dosen Pengampu : Cecep Hilman, M,Ag

i

Page 2: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya,

sehingga penyusun dapat menyelasaikan makalah dengan judul “ RASIONALISME ” dengan

baik. Meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Makalah ini dibuat untuk melengkapi

tugas mata kuliah FILSAFAT UMUM.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, penyusun

mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini dapat lebih baik

lagi. Semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun umumnya bagi pembaca.

Sukabumi, Oktober 2018

Penyusun

i

Page 3: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1

C. Tujuan Masalah.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasionalisme...................................................................................................3

B. Tokoh-tokoh yang menganut rasionalisme.......................................................................3

C. Pemikiran tokoh-tokoh yang menganut rasionalisme.......................................................4

D. Bidang yang digunakan rasionalisme...............................................................................6

E. Manfaat dan kekurangan rasionalisme..............................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................................11

B. Saran...............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

i

Page 4: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat.

Perkembangan filsafat banyak sekali memiliki cabang-cabang aliran dalam

perkembangannya. Faham filsafat terdapat rasionalisme yang berlandaskan pada unsur

rasional dalam menerima pengetahuannya. Filsafat Rasionalisme satu aliran filsafat modern,

yaitu empirisme. Rasionalisme sangat bertentangan dengan empirisme. Rasionalisme

menyatakan bahwa pengenalan yang sejati itu berasal dari rasio, sehingga pengenalan

inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur. Lebih detail, Rasionalisme

merupakan faham atau aliran yang berdasarkan rasio, ide-ide yang masuk akal. Selain itu

tidak ada sumber kebenaran yang hakiki. Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan

abad ke 17 sampai akhir abad ke 18. Pada zaman modern, hal yang khas bagi ilmu

pengetahuan yaitu penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan

kebenaran. Ternyata, untuk menggunakan akal budi yang demikian tidak akan sia-sia, melihat

tambahan ilmu pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan yang pesat dari ilmu-

ilmu alam. Filsafat sebagai suatu ilmu yang berusaha mencari kebenaran telah memberikan

banyak pelajaran, misalnya tentang kesadaran, kemauan dan kemampuan manusia dengan

posisinya sebagai mahkluk individu, mahluk sosial dan mahluk Tuhan untuk diaplikasikan

dalam kehidupan. Filsafat diharapkan manusia mampu memahami sesuatu yang belum ada

dan memberikan pengetahuan dalam kehidupan manusia.

B. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang diatas, penting bagi penulis

membahas sebuah permasalahn dan perlu pengangkatan suatu rumusan masalah

seperti berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan rasionalisme ?

2. Siapakah tokoh-tokoh yang menganut rasionalisme ?

3. Bagaimana pemikiran tokoh-tokoh yang menganut rasionalisme ?

4. Dalam bidang apa saja rasionalisme digunakan?

5. Apakah kelebihan dan kekurangan rasionalisme ?

i

Page 5: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari rasionalisme

2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang menganut rasionalisme

3. Untuk mengetahui pemikiran tokoh-tokoh yang menganut rasionalisme

4. Untuk mengetahui dalam bidang apa saja rasionalisme digunakan

5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan rasionalisme

i

Page 6: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian rasionalisme

Rasionalisme merupakan faham filsafat yang menyatakan bahwa akal (reason) adalah

terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut rasionalisme, sesuatu pengetahuan

diperoleh dengan cara berfikir. Rasio adalah sumber kebenaran. Hanya rasio saja yang bisa

membawa orang pada kebenaran. Yang benar adalah tindakan akal yang terang benderang

yang disebutnya Ideas Claires el Distintes (pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah).

Idea terang benderang ini diberikan Tuhan sebelum orang dilahirkan (idea innatae : ide

bawaan). Sebagai pemberian Tuhan tidak mungkin tidak benar. Rasionalisme tidak dapat

mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, pengalaman indera

diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal

dapat bekerja. Akan tetapi, untuk sampainya manusia kepada kebenarann adalah semata-mata

dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme ialah merupakan bahan yang belum jelas,

kacau. Bahan ini kemudian dipertimbagkan oleh akal dalam pengalaman berfikir. Akal

mengatur bahan itu sehingga terbentuklah pengetahuan yang benar. Jadi akal bekerja karena

ada bahan dari indera. Akan tetapi, akal dapat juga menghasilkan pengetahuan yang tidak

berdasarkan bahan inderawi sama sekali, tapi akal juga dapat menghasilkan pengetahuan

tentang objek yang betul-betul abstrak.

Rasionalisme ialah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat

terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. sedangkan empirisme

mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka

rasionalisme mangajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Alat dalam

berpikir itu menggunakan kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika.

B. Tokoh-tokoh yang menganut rasionalisme

Para tokoh rasionalisme adalah

1. Descartes (1596- 1650 M),

Descartes dilahirkan pada tahun 1596 dan meninggal pada tahun 1650. Buku yang

terpenting dalam filsafat murninya adalah DIscours de la methode (1637) dan

i

Page 7: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali

meditations (1642). Kedua buku ini saling melengkapi satu sama lain. Di dalam

dua buku inilah dia menuangkan metodenya yang terkenal itu, metode keraguan

discartes (carteisan doubt). Metode ini juga sering disebut dengan Cogito

Descartes, atau metode cogito saja.

2. Spinoza (1632-1677 M), dan leibnis (1646-1716 M).

Spinoza dilahirkan pada tahu 1632 dan meninggal pada tahun 1677. Nama asli

dari Spinoza adalah Baruch Spinoza, setelah ia mengucilkan diri dari agama

Yahudi, dia mengubah namanya menjadi Benedictus de Spinoza. Dia hidup di

pinggiran kota Amsterdam ( Solomon, 1981 ;71 ).

3. Leibniz ( 1646 – 1716 )

Gotifried Wilhelm von Leibniz lahir tahun 1646 dan meninggal tahun 1716. Ia

adalah seorang filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan sejarahwan. Lama

menjadi pegawai pemerintah, menjadi etase, pembantu pejabat tinggi Negara.

Pusat metafisikanya adalah idea tentang subtansi yang dikembangkan dalam

konsep monad.

C. Pemikiran tokoh-tokoh yang menganut rasionalisme

Sejarah rasionalisme sudah tua sekali, Thales telah menerapkan rasionalisme dalam

filsafatnya. Ini dilanjutkan jelas sekalipada prang-orang sofis dan tokoh penentangnya

( Socrates , Plato, aristoteles ) dan juga beberapa tokoh sesuadah itu (lihat Runes, 1971:275).

Pada zaman modern tokoh filsafat, tokoh pertama rasionalisme adalah Descartes yang

dibicarakan setelah ini. Dengan bersamaan itu akan dibicarakan juga tokoh besar

rasionalisme lainnya, yaitu baruch Spinoza dan Leibniz. Setelah periode ini rasionalisme

dikembangkanb secara sempurna oleh Hegel yang kemudian terkenal sebagai tokoh

rasionalisme dalam sejarah.

Descartes dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Bertrand Russel, anggapan

itu benar. Kata “Bapak” pantas diberikan kepada Descartes karena dia adalah orang pertama

pada zaman modern itu yang membangun filsafat berdasarkan atas keyakinan diri sendiri

yang dihasilkan oleh pengetahuan akliah. Dia juga orang pertama di akhir abad pertengahan

yang telah menyusun argumentasi kuat dan tegas yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat

haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci dan bukan yang lainnya. Hal ini

disebabkan karena perasaan yang tidak puas terhadap perkembangan filsafat yang amat

lamban dan banyak memakan korban. Dia melihat tokoh-tokoh Gereja yang mengatas

namakan agama telah menyebabkan lambannya perkembangan itu. Dia menginginkan filsafat

i

Page 8: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali

dilepaskan dari dominasi agama Kristen, selanjutnya kembali kepada semangat filsafat

Yunani, yaitu filsafat yang berbasis pada akal.

Descartes sangat menyadari tidak mudah untuk meyakinkan tokoh-tokoh Gereja bahwa

dasar filsafat haruslah rasio. Tokoh-tokoh Gereja pada waktu itu masih berpegang teguh pada

keyakinan bahwa dasar filsafat haruslah iman sebagaimana tersirat dalam jargon credo ut

intelligam yang dipopulerkan oleh Anselmus. Untuk meyakinkan oranglain bahwa dasar

filsafat haruslah akal, dia akhirnya menyusun argumentasinya dalam sebuah metode yang

sering disebut cogito Descartes, atau metode cogito saja. Metodenya tersebut dikenal dengan

metode keraguan Descartes (Cartesian Doubt).

Lebih jelasnya uraian Descartes tentang bagaimana memperoleh hasil yang sahih dari

metode yang dia akan canangkan dapat dijumpai dalam bagian kedua dari karyanya

Anaximenes Discourse on Methode yang menjelaskan perlunya memperhatikan empat hal

berikut ini:

1. Tidak menerima hal apapun sebagai kebenaran, terkecuali bila saya melihat hal itu

sungguh-sungguh jelas dan tegas, sehingga tidak ada suatu keraguan apa pun yang

mampu merobohkannya.

2. Pecahkan setiap kesulitan ataupun masalah itu sebanyak mungkin , sehingga tidak ada

suatu keraguan apa pun yang mampu merobohkannya.

3. Bimbinglah pikiran secara teratur, dengan memulainya dari hal yang sederhana dan

mudah diketahui, kemudian secara bertahap sampai pada yang paling sulit dan

kompleks.

4. Dalam proses pencarian dan penelaahan suatu hal yang sulit, selamanya harus dibuat

perhitungan yang sempurna serta pertimbangan-pertimbangan yang menyeluruh,

sehingga kita bisa menjadi yakin bahwa tidak ada satu pun yang terabaikan atau

ketinggalan dalam penjelajahan itu.

Atas dasar aturan-aturan itulah Descartes mengembangkan pikiran filsafatnya. Ia

meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan. Pertama dia mulai meragukan hal-hal yang

berkaitan dengan panca indera. Dia meragukan adanya badan sendiri. Keraguan itu mungkin

ada karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi dan pengalaman tentang roh halus, ada

yang sebenarnya itu tidak jelas. Dari keempat hal itu seseorang dapat mengalami sesuatu

seolah-olah dalam keadaan yang sesungguhnya. Di dalam sebuah mimpi, seolah-olah kita

mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, persis seperti tidak mimpi.

i

Page 9: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali

Begitupun, pada pengalaman sebuah halusinasi, ilusi dan hal gaib. Tidak ada batas yang

tegas antara mimpi dan jaga. Oleh sebab itu, Descartes mengatakan, ”Aku dapat meragukan

bahwa aku di sini sedang siap untuk pergi ke luar; ya, aku dapat meragukan itu karena

kadang-kadang aku bermimpi persis seperti itu, padahal aku berada di tempat tidur sedang

menikmati mimpi”. Jadi, siapakah yang bisa menjamin bahwa apa yang sedang kita alami

sekarang adalah kejadian yang sebenarnya dan bukan mimpi?

Pada langkah pertama, Descartes telah berhasil meragukan semua benda yang dapat

diinderakan. Sekarang , apa yang bisa dipercaya dan yang memang sungguh-sungguh ada?

Menurutnya ( Descartes ), dalam keempat keadaan itu (mimpi, halusinasi, ilusi dan hal gaib),

juga  dalam jaga, selalu ada yang muncul. Ada yang selalu muncul baik dalam jaga maupun

dalam mimpi, yaitu gerak, jumlah  dan besaran (volume). Ketiga hal tersebut adalah

matematika. Untuk membuktikan dari ketiga hal ini benar-benar ada atau tidaknya, maka

Descartes pun meragukannya. Ia mengatakan bahwa matematika bisa salah. Saya seringkali

salah menjumlahkan angka, salah mengukur besaran, demikian pula pada gerak. Jadi, ilmu

pasti pun masih dapat saya ragukan, meskipun matematika lebih pasti dari benda. Kalau

semacam itu, apa yang pasti itu dan dapat kujadikan dasar bagi filsafatku? Aku ingin yang

pasti, yang distinct.

Sampailah dia kepada langkah yang ketiga dalam metode cogito. Satu-satunya hal yang

tidak dapat diragukan adalah eksistensi dirinya sendiri yang sedang ragu-ragu. Mengenai hal

seperti ini tidak ada satu manusia pun yang dapat menipunya termasuk setan licik dan botak

sekali pun. Bahkan jika dikemudian hari dia disesatkan dalam berpikir bahwa dia ada, maka

penyesatan itu pun bagi Descartes merupakan bukti bahwa ada seseorang yang sedang

disesatkan. Ini bukan khayalan, melainkan kenyataan. Batu karang kepastian seorang

Descartes ini diekspresikan dalam bahasa latin cogito ergo sum (saya berpikir, karena itu saya

ada).

Dalam usaha untuk menjelaskan kebenaran yang satu ini (saya berpikir, maka saya ada)

ialah benar, Descartes berkesimpulan bahwa dia merasa diyakinkan oleh kejelasan dan

ketegasan dari ide tersebut. Pada dasar ini ia telah menalar bahwa semua kebenaran dapat kita

kenal karena kejelasan dan ketegasan yang timbul dalam pikiran kita:” Apa pun yang dapat

digambarkan secara jelas dan tegas adalah benar.

i

Page 10: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali

Dengan demikian, falsafah rasional itu dapat mempercayai bahwa pengetahuan yang bisa

diandalkan bukanlah turunan dari dunia pengalaman melainkan dari dunia pikiran. Descartes

mengakui bahwa pengetahuan dapat dihasilkan oleh indera, tetapi karena dia mengakui

bahwa indera itu bisa menyesatkan seperti dalam mimpi atau khayalan, maka dia terpaksa

mengambil kesimpulan bahwa data keinderaan tidak dapat diandalkan. Cogito ergo sum

dikenali sebagai fase yang paling penting dalam filsafat Descartes yang disebut sebagai

kebenaran filsafat yang pertama (primum philosophium). Aku sebagai sesuatu yang sedang

berpikir adalah suatu substansi yang seluruh tabiat dan hakikatnya terdiri dari pikiran dan

keberadaannya tidak butuh kepada suatu tempat atau sesuatu yang bersifat bendawi.

Untuk menguatkan gagasannya, dia sendiri mengemukakan ide-ide bawaannya (innate

ideas). Descartes berpendapat bahwa didalam dirinya mempunyai tiga ide bawaan yang telah

ada pada dirinya sejak lahir, yaitu pemikiran, Tuhan dan keluasan. Argumen tentang ide

bawaannya itu ialah ketika saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berpikir, maka

harus diterima bahwa pemikiran merupakan hakikat saya. Ketika seseorang memiliki ide

yang sempurna, maka pasti ada penyebab sempurna bagi ide tersebut, karena akibat tidak

mungkin melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak lain adalah Tuhan. Adapun

sebab tentang keluasaan karena saya mengerti ada materi sebagai keluasan, sebagaimana

diketahui dan dipelajari dalam ilmu geometri.

Mengenai substansi tersebut, Descartes telah menyimpulkan bahwa selain dari Tuhan ada

dua substansi, yaitu jiwa yang hakikatnya adalah pemikiran dan materi yang hakikatnya

adalah keluasan. Tetapi, karena dia telah menyangsikan adanya dunia di luar dirinya, maka

dia kesulitan membuktikan adanya dunia luar tersebut. Bagi Descartes, satu-satunya alasan

untuk menerima adanya dunia luar adalah bahwa Tuhan akan menipu saya sekiranya Ia

memberi ide keluasan. Namun tidak mungkin bahwa Tuhan memiliki wujud yang sempurna

akan menipu saya. Jadi, di luar saya benar-benar ada dunia material.

Adapun Spinoza berfikir bahwa hanya ada satu substansi saja, yaitu Tuhan. Jika

Descartes membagi substansi menjadi tiga, yaitu tubuh (bodies), jiwa (mind) dan Tuhan,

maka Spinoza menyimpulkan hanya ada satu substansi. Adapun bodies dan mind bukan

substansi yang berdiri sendiri, melainkan sifat dari satu substansi yang tak terbatas. Ketika ia

ditanya,”Bagaimana membedakan atribut bodies dan mind?” Spinoza memberikan jawaban

yang sangat mengejutkan: ”Anda hanyalah satu bagian dari substansi kosmik (universe)”.

Jika demikian, alam semesta juga adalah Tuhan. Bagi Spinoza, Tuhan dan alam semesta

i

Page 11: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali

merupakan satu dan sama. Dan, Spinoza percayai Tuhan, tetapi Tuhan yang dimaksudkannya

adalah alam semesta ini. Tuhan Spinoza itu tidak memiliki berkemauan, tidak melakukan

sesuatu, tak mempedulikan manusia dan tak terbatas (ultimate). Inilah penjelasan logis dan

dapat diketahui tentang Tuhan menurut Spinoza.

Sebagai penganut rasionalisme, Spinoza dianggap sebagai orang yang tepat dalam

memberikan gambaran tentang apa yang dipikirkan oleh penganut rasionalisme. Dia telah

berusaha menyusun sebuah sistem filsafat yang menyerupai sistem ilmu ukur (geometri).

Semisal orang Yunani, Spinoza berkata bahwa dalil-dalil ilmu ukur merupakan kebenaran-

kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Spinoza meyakini jika saja seseorang memahami

makna yang dikandung oleh kata-kata yang dipergunakan dalam ilmu ukur, maka ia pasti

akan memahami makna yang terkandung dalam pernyataan “sebuah garis yang lurus adalah

jarak terdekat di antara dua buah titik maka kita harus mengakui kebenaran pernyataan

tersebut. Kebenaran yang menjadi aksioma.

Contoh ilmu ukur (geometri) telah dikemukakan oleh Spinoza di atas ialah salah satu

contoh favorit kaum rasionalis. Mereka berpendapat aksioma adalah dasar geometri seperti,

“sebuah garis lurus merupakan jarak yang terdekat antara dua titik”, adalah idea yang jelas

dan tegas yang baru kemudian dapat diketahui oleh manusia. Dari aksioma dasar itu bisa

dideduksikan menjadi sebuah sistem yang terdiri dari subaksioma-subaksioma. Hasilnya akan

menjadi sebuah jaringan pernyataan yang formal dan konsisten yang secara logis tersusun

dalam batas-batas yang telah digariskan oleh suatu aksioma dasar yang sudah pasti.

i

Page 12: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali

D. Bidang yang digunakan rasionalisme

Rasionalisme terbagi menjadi dua macam dalam bidangnya, yaitu :

1. Dalam bidang agama,

Dalam bidang ini rasionalisme ialah lawan autoritas dan biasanya digunakan

untuk mengkritik ajaran agama.

2. Dalam bidang filsafat,

Dalam bidang ini rasionalisme adalah lawan empirisme dan sangat berguna

sebagai teori pengetahuan.

Hanya saja empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan jalan

mengetahui objek empirisme, sedangkan rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan

diperoleh denga cara berfikir, pengetahuan dari empirisme di anggap sering menyesatkan

karena dianggap tidak rasionalis. Dalam ralat berfikir rasionalisme adalah dengan akidah-

akidah yang bersifat logis. Sebagai lawan dari empirisme, rasionalisme berpendapat bahwa

sebagian dan bagian penting pengetahuan datang dari penemuan akal. Contoh yang paling

jelas adalah pemahaman kita tentang logika dan matematika. Rasioanlisme menegaskan

bahwa untuk sampai kepada manusia sebuah kebenaran adalah semata-mata dengan akal.

Namun demikian, rasionalisme juga tidak mengingkari kegunaan indera dalam

memperoleh pengetahuan, pengetahuan indera diperlukan untuk merangsang akal dan

memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja.Penemuan-penemuan logika

dan matematika begitu pasti. Kita tidak bisa melihatnya sebagai kebenaran, tetapi lebih dari

itu kita melihatnya sebagai kebenaran yang tidak mungkin salah, kebenarannya universal.

Pada zaman ini filsafat, tokoh pertama rasionalisme ialah Descartes, lalu menyusul Baruch

spinoza dan Leibniz.

E. Kelebihan dan kekurangan rasionalisme

Kelebihan Rasionalisme salahsatunya ialah dalam menalar dan menjelaskan pemahaman-

pemahaman yang rumit, kemudian Rasionalisme memberikan kontribusi pada mereka yang

tertarik untuk menggeluti masalah – masalah filosofi. Rasionalisme berpikir menjelaskan dan

menekankan kala budi sebagai karunia lebih yang dimiliki oleh semua manusia, mampu

menyusun sistem-sistem kefilsafatan yang berasal dari manusia.

Kekurangan rasionalisme adalah memahami objek di luar yang menjadi cakupan

rasionalitas sehingga titik kelemahan itu mengundang kritikan tajam, sekaligus memulai

permusuhan baru dengan sesama pemikir filsafat yang kurang setuju dengan sistem-sistem

filosofis yang subjektif tersebut, doktrin-doktrin filsafat rasio lebih cenderung mementingkan

i

Page 13: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali

subjek dari objek, sehingga rasionalisme hanya berpikir yang keluar dari akal budinya saja

yang benar, tanpa memerhatikan objek – objek rasional secara peka.

i

Page 14: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rasionalisme merupakan faham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat penting

dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Rasioanlisme menjelaskan

untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengan akal atau rasio.

Rasionalisme juga tidak dapat mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh

pengetahuan, pengetahuan indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-

bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akal dan indera digunakan dalam faham

rasionalisme, dapat diketahui bahwa aliran rasionalisme dapat menerima pengetahuan dan

subtansinya dari ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan oleh akal. Adapun tokoh dari

rasionalisme yaitu Descartes, Spinoza dan Leibnis. Spinoza mempunyai sebuah pemikiran

yang hanya ada satu substansi, yaitu Tuhan. Dan substansi tersebut meliputi baik dunia

maupun manusia. Itulah sebabnya pendirian Spinoza disebut penteisme, Tuhan disamakan

dengan segala sesuatu yang ada. Spinoza juga berfikiran satu substansi itu mempunyai ciri-

ciri yang tak terhingga jumlahnya. Namun demikian kita hanya bisa mengenal dua ciri saja,

pemikiran dan keluasan. Kepada manusialah kedua ciri itu terdapat bersama-sama pemikiran

(jiwa) dan serentak juga keluasan tubuh. Pandangan Spinoza bahwa Tuhan dan alam, Spinoza

membedakan subtansi dengan atribut, yaitu sifat atau ciri khas yang melekat pada subtansi.

Sifat subtansi bersifat abadi, tidak terbatas, mutlak dan tunggal. Spinoza menyusun etikanya

dengan mengutip sebuah “prinsip ilmu ukur” (ordine geometrico ia mengawalinya dengan

menetapkan suatu dalil umum dan selanjutnya menarik dengan konsekuensi logis lainnya

secara deduktif.

B. Saran

1. Memperbanyak referensi buku sumber untuk menambah kedalaman materi,

terutama yang berkaitan dengan dengan masa kejayaan faham ini.

i

Page 15: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali

2. Menyadari banyaknya kekurangan dari makalah kelompok kami, agar pembaca

memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.

i

Page 16: cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com  · Web viewPengetahuan itu diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Hlm. 127

Dr. Ramlani Lina Sinaulan, Berfikir Filsafat menuju FILSAFAT ILMU, Daulat Press Jakarta

i