CDK Vertigo

download CDK Vertigo

of 4

Transcript of CDK Vertigo

  • 7/25/2019 CDK Vertigo

    1/4

    CDK-198/ vol. 39 no. 10, th. 2012738

    TINJAUAN PUSTAKA

    PENDAHULUAN

    Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere

    yang berarti berputar, dan igo yang berarti

    kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari diz-

    ziness yang secara definitif merupakan ilusi

    gerakan, dan yang paling sering adalah pe-

    rasaan atau sensasi tubuh yang berputar ter-

    hadap lingkungan atau sebaliknya, lingku-

    ngan sekitar kita rasakan berputar. Vertigo

    juga dirasakan sebagai suatu perpindahan

    linear ataupun miring, tetapi gejala seperti ini

    lebih jarang dirasakan. Kondisi ini merupakan

    gejala kunci yang menandakan adanya gang-

    guan sistem vestibuler dan kadang merupak-

    an gejala kelainan labirin. Namun, tidak jarang

    vertigo merupakan gejala dari gangguan siste-

    mik lain (misalnya, obat, hipotensi, penyakit

    endokrin, dan sebagainya).1-3

    Berbeda dengan vertigo, dizzinessatau pusing

    merupakan suatu keluhan yang umum

    terjadi akibat perasaan disorientasi, biasanya

    dipengaruhi oleh persepsi posisi terhadap

    lingkungan. Dizziness sendiri mempunyai

    empat subtipe, yaitu vertigo, disekuilibrium

    tanpa vertigo, presinkop, dan pusing

    psikofisiologis (lihat tabel di bawah ini).1,2

    Vertigo Presinkop Disekuilibrium Light headedness

    Deskripsi Ilusi gerakan, biasanya

    perasaan diri berputar

    terhadap lingkungan

    sekitar, atau sebaliknya

    Sensasi yang akan

    terjadi menjelang kehi-

    langan kesadaran

    Tidak seimbang atau

    imbalans

    Secara definitif tidak

    jelas, sering disebut de-

    ngan pusing, giddiness,

    wooziness

    Kemaknaan

    klinis

    Banyak kemungkinan

    penyebab dan memer-

    lukan pemeriksaan lebih

    lanjut

    Penurunan aliran darah

    serebral yang berasal

    dari sistem kardiova-

    skuler

    Gangguan neurologis,

    kelemahan muskulos-

    keletal, dan penurunan

    fungsi penglihatan

    Istilah ini sekarang

    digunakan bergantian

    dengan presinkop

    EPIDEMIOLOGI

    Dari keempat subtipe dizziness, vertigo terjadi

    pada sekitar 32% kasus, dan sampai dengan

    56,4% pada populasi orang tua.1 Sementara

    itu, angka kejadian vertigo pada anak-anak ti-

    dak diketahui,tetapi dari studi yang lebih baru

    pada populasi anak sekolah di Skotlandia,

    dilaporkan sekitar 15% anak paling tidak per-

    nah merasakan sekali serangan pusing dalamperiode satu tahun. Sebagian besar (hampir

    50%) diketahui sebagai paroxysmal vertigo

    yang disertai dengan gejala-gejala migren

    (pucat, mual, fonofobia, dan fotofobia).2

    PATOFISIOLOGI17

    Etiologi vertigo adalah abnormalitas dari organ-

    organ vestibuler, visual, ataupun sistem propi-

    oseptif. Labirin (organ untuk ekuilibrium) terdiri

    atas 3 kanalis semisirkularis, yang berhubungan

    dengan rangsangan akselerasi angular, serta

    utrikulus dan sakulus, yang berkaitan dengan

    rangsangan gravitasi dan akselerasi vertikal.

    Rangsangan berjalan melalui nervus vestibu-

    laris menuju nukleus vestibularis di batang

    otak, lalu menuju fasikulus medialis (bagian

    kranial muskulus okulomotorius), kemudian

    meninggalkan traktus vestibulospinalis (rang-

    sangan eksitasi terhadap otot-otot eksten-sor kepala, ekstremitas, dan punggung untuk

    mempertahankan posisi tegak tubuh). Selan-

    jutnya, serebelum menerima impuls aferen dan

    berfungsi sebagai pusat untuk integrasi antara

    respons okulovestibuler dan postur tubuh.

    Fungsi vestibuler dinilai dengan mengevaluasi

    reeks okulovestibuler dan intensitas nistag-

    mus akibat rangsangan perputaran tubuh dan

    rangsangan kalori pada daerah labirin. Reeks

    ABSTRAK

    Vertigo didefinisikan sebagai ilusi gerakan, yang paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap lingkungan atau

    sebaliknya, lingkungan sekitar kita rasakan berputar. Vertigo juga dirasakan sebagai suatu perpindahan linear ataupun miring, tetapi gejala

    seperti ini relatif jarang dirasakan. Secara et iologis, vertigo disebabkan oleh adanya abnormalitas organ-organ vestibuler, visual, ataupun sistem

    propioseptif. Selain anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang dapat dilakukan untuk menentukan diagnosis dari kondisi ini. Penatalaksanaan

    vertigo bergantung pada lama keluhan dan ketidaknyamanan akibat gejala yang timbul serta patologi yang mendasarinya.

    Kata kunci:vertigo, visual, organ vestibuler, sistem propioseptif

    Vertigo

    Kupiya Timbul WahyudiMedical Department, PT. Kalbe Farma Tbk., Jakarta, Indonesia

    ABSTRACTVertigo is defined an illusion of movement, the most common is a feeling orsensation of a rotationbody to the environment or otherwise, feelin

    gthe environment around us felt spinning. Vertigo is also perceived as a linear displacement or sloping, but these symptoms are rare. In etiology,

    vertigo may be caused by abnormality of the vestibular organ, visual or propioseptive system. In addition to history, physical examination and

    investigation can be conducted to determine diagnosis of this condition. The management of vertigo depends on the duration and discomfort

    of the symptoms and the underlyting pathology. Kupiya Timbul Wahyudi. Vertigo.

    Key words:vertigo, visual, vestibular organ, propioseptive system

    CDK 198_vol39_no10_th2012 ok bgt.indd 738CDK-198_vol39_no10_th2012 ok bgt.indd 738 10/25/2012 11:10:32 AM10/25/2012 11:10:32 AM

  • 7/25/2019 CDK Vertigo

    2/4

    739CDK-198/ vol. 39 no. 10, th. 2012

    TINJAUAN PUSTAKA

    okulovestibuler bertanggung jawab atas fiksa-

    si mata terhadap objek diam sewaktu kepala

    dan badan sedang bergerak. Nistagmus mer-

    upakan gerakan bola mata yang terlihat seba-

    gai respons terhadap rangsangan labirin, sertajalur vestibuler retrokoklear, ataupun jalur ves-

    tibulokoklear sentral. Vertigo sendiri mungkin

    merupakan gangguan yang disebabkan oleh

    penyakit vestibuler perifer ataupun disfungsi

    sentral oleh karenanya secara umum vertigo

    dibedakan menjadi vertio perifer dan vertigo

    sentral. Penggunaan istilah perifer menunjuk-

    kan bahwa kelainan atau gangguan ini dapat

    terjadi pada end-organ(utrikulus maupun ka-

    nalis semisirkularis) maupun saraf perifer.

    Lesi vertigo sentral dapat terjadi pada daerah

    pons, medulla, maupun serebelum. Kasus

    vertigo jenis ini hanya sekitar 20% - 25% dariseluruh kasus vertigo, tetapi gejala gangguan

    keseimbangan (disekulibrium) dapat terjadi

    pada 50% kasus vertigo. Penyebab vertigo

    sentral ini pun cukup bervariasi, di antaranya

    iskemia atau infark batang otak (penyebab

    terbanyak), proses demielinisasi (misalnya, pada

    sklerosis multipel, demielinisasi pascainfeksi),

    tumor pada daerah serebelopontin, neuropati

    kranial, tumor daerah batang otak, atau sebab-

    sebab lain. Perbedaan gambaran klinis antara

    vertigo sentral dan perifer adalah sebagai

    berikut:

    rotransmiter kolinergik, monoaminergik,

    glutaminergik, dan histamin. Beberapa obat

    antivertigo bekerja dengan memanipulasi

    neurotransmiter-neurotransmiter ini, sehing-

    ga gejala-gejala vertigo dapat ditekan. Gluta-

    mat merupakan neurotransmiter eksitatorik

    utama dalam serabut saraf vestibuler. Gluta-

    neurologis perlu diperhatikan, misalnya apakah

    ada gangguan (hilangnya) pendengaran,

    perasaan penuh, perasaan tertekan, ataupun

    berdenging di dalam telinga. Jika terdapat

    keluhan tinitus, apakah hal tersebut terjadi

    terus-menerus, intermiten, atau pulsatif. Apakah

    ada gejala-gejala gangguan batang otak atau

    kortikal (misalnya, nyeri kepala, gangguan

    visual, kejang, hilang kesadaran).

    PEMERIKSAAN FISIK1,2

    Pemeriksaan fisik yang menyeluruh sebaiknya

    difokuskan pada evaluasi neurologis terhadap

    saraf-saraf kranial dan fungsi serebelum,

    misalnya dengan melihat modalitas motorik

    dan sensorik. Penilaian terhadap fungsi

    serebelum dilakukan dengan menilai fiksasi

    gerakan bola mata; adanya nistagmus

    (horizontal) menunjukkan adanya gangguan

    vestibuler sentral.

    Pemeriksaan kanalis auditorius dan membran

    timpani juga harus dilakukan untuk menilaiada tidaknya infeksi telinga tengah, malformasi,

    kolesteatoma, atau fistula perilimfatik.

    Dapat juga dilakukan pemeriksaan tajam

    pendengaran.

    Tes keseimbangan

    Pemeriksaan klinis, baik yang dilakukan unit

    gawat darurat maupun di ruang pemeriksaan

    lainnya, mungkin akan memberikan banyak

    informasi tentang keluhan vertigo. Beberapa

    * In late stage of Meniere disease and late vestibular neuritis, the duration of an attack can be reduced to seconds but more

    frequent

    ** Typical headache and aura ca be absent

    Recently recognised disease entity caused by congenital breakage in the labyrith capsule. The breakage lead to hypersensi-

    tivity to vestibular labirynth to changes in pressure and sound causing vertigo. There are only about 100 reported cases.

    Bagan 1Algoritma diagnosis vertigo

    mat ini memengaruhi kompensasi vestibuler

    melalui reseptor NMDA (N-metil-D-aspar-

    tat). Reseptor asetilkolin muskarinik banyak

    ditemukan di daerah pons dan medulla, dan

    akan menimbulkan keluhan vertigo denganmemengaruhi reseptor muskarinik tipe M2,

    sedangkan neurotransmiter histamin banyak

    ditemukan secara merata di dalam struktur

    vestibuler bagian sentral, berlokasi di pre-

    dan postsinaps pada sel-sel vestibuler.

    ASPEK KLINIS1

    Riwayat kesehatan merupakan data awal yang

    paling penting untuk menilai keluhan pusing

    ataupun vertigo. Adanya aura dan gejala-gejala

    Tabel 1Perbedaan vertigo vestibuler perifer dan sentral

    Vertigo vestibuler perifer Vertigo vestibuler sentral

    Kejadian Episodik, onset mendadak Konstan

    Arah nistagmus (spinning) Satu arah Bervariasi

    Aksis nistagmus Horizontal atau rotatorik Horizontal, vertikal, oblik, atau rotatorik

    Tipe nistagmus Fase lambat dan cepat Fase ireguler atau setimbang (equal)

    Hilang pendengaran, tinitus Bisa terjadi Tidak ada

    Kehilangan kesadaran Tidak ada Dapat terjadi

    Gejala neurologis lainnya Tidak ada Sering disertai defisit saraf kranial serta

    tanda-tanda serebelar dan piramidal

    Beberapa penyakit ataupun gangguan siste-

    mik dapat juga menimbulkan gejala vertigo.

    Begitu pula dengan penggunaan obat, se-

    perti antikonvulsan, antihipertensi, alkohol,

    analgesik, dan tranquilizer. Selain itu, vertigojuga dapat timbul pada gangguan kardio-

    vaskuler (hipotensi, presinkop kardiak mau-

    pun non-kardiak), penyakit infeksi, penyakit

    endokrin (DM, hipotiroidisme), vaskulitis, serta

    penyakit sistemik lainnya, seperti anemia,

    polisitemia, dan sarkoidosis.

    Neurotransmiter yang turut berkontribusi

    dalam patofisiologi vertigo, baik perifer

    maupun sentral, di antaranya adalah neu-

    True vertigo

    Yes

    Duration of an attack

    Minutes to hoursSeconds

    * Induced by

    positional

    change

    Benign

    paroxysmal

    positional

    vertigo

    Perilymphatic

    stulaMeniere

    disease

    Transient

    ischaemic

    attackor stroke

    Migraineous

    vertigoVestibular neuritis+

    Central pathology:

    multiple sclerosis,

    stroke, transient

    ischaemic

    attack, stroke,cerebellopontine

    angle tumour

    Psychogenic

    vertigo

    Hearing loss

    Labyrinthitis

    Superior

    semicircular

    canal

    dehiscence15

    * History of

    trauma

    * Pilotorscuba diver

    * Induced by

    loud noise

    and increasedpressure (eg.

    coughing,

    blowing,

    straining)

    * Fluctuating

    heaning loss

    * Tinnitus, auralfullness

    * Cardiovascular

    risk factor,

    no hearingneurological

    symptoms

    * History of

    migraine,

    headache. ++

    visual aura ++

    * Severe nausea

    and vomiting

    * History ofupper respiratory

    infection or

    middle ear

    infection

    * Imbalance

    * Other

    neurologicalfeatures

    * History of

    anxiety, panic

    disorder ordepression

    Hours to days Days to weeks

    Consider other causes of dizziness

    No

    CDK 198_vol39_no10_th2012 ok bgt.indd 739CDK-198_vol39_no10_th2012 ok bgt.indd 739 10/25/2012 11:10:33 AM10/25/2012 11:10:33 AM

  • 7/25/2019 CDK Vertigo

    3/4

    CDK-198/ vol. 39 no. 10, th. 2012740

    TINJAUAN PUSTAKA

    pemeriksaan klinis yang mudah dilakukan

    untuk melihat dan menilai gangguan

    keseimbangan diantaranya adalah: Tes

    Romberg. Pada tes ini, penderita berdiri dengan

    kaki yang satu di depan kaki yang lain, tumityang satu berada di depan jari-jari kaki yang lain

    (tandem). Orang yang normal mampu berdiri

    dalam sikap Romberg ini selama 30 detik atau

    lebih. Berdiri dengan satu kaki dengan mata

    terbuka dankemudian dengan mata tertutup

    merupakan skrining yang sensitif untuk

    kelainan keseimbangan. Bila pasien mampu

    berdiri dengan satu kaki dalam keadaan mata

    tertutup, dianggap normal.

    Tes melangkah di tempat (stepping test)

    Penderita harus berjalan di tempat dengan

    mata tertutup sebanyak 50 langkah dengan

    kecepatan seperti berjalan biasa dan tidakdiperbolehkan beranjak dari tempat semula. Tes

    ini dapat mendeteksi ada tidaknya gangguan

    sistem vestibuler. Bila penderita beranjak

    lebih dari 1 meter dari tempat semula atau

    badannya berputar lebih dari 30 derajat dari

    keadaan semula, dapat diperkirakan penderita

    mengalami gangguan sistem vestibuler.

    Tes salah tunjuk (past-pointing)

    Penderita diperintahkan untuk merentangkan

    lengannya dan telunjuk penderita di-

    perintahkan menyentuh telunjuk pemeriksa.

    Selanjutnya, penderita diminta untuk me-

    nutup mata, mengangkat lengannya tinggi-

    tinggi (vertikal) dan kemudian kembali pada

    posisi semula. Pada gangguan vestibuler, akan

    didapatkan salah tunjuk.

    Manuver Nylen-Barany atau Hallpike

    Untuk menimbulkan vertigo pada penderita

    dengan gangguan sistem vertibuler, dapat di-

    lakukan manuver Nylen-Barany atau Hallpike.

    Pada tes ini, penderita duduk di pinggir ran-

    jang pemeriksaan, kemudian direbahkan sam-

    pai kepala bergantung di pinggir tempat tidur

    dengan sudut sekitar 30 derajat di bawah ho-

    rizon, lalu kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemu-dian diulangi dengan kepala melihat lurus dan

    diulangi lagi dengan kepala menoleh ke kanan.

    Penderita harus tetap membuka matanya agar

    pemeriksa dapat melihat muncul/tidaknya

    nistagmus. Kepada penderita ditanyakan apa-

    kah merasakan timbulnya gejala vertigo.

    Tes kalori

    Tes kalori baru boleh dilakukan setelah

    dipastikan tidak ada perforasi membran

    timpani maupun serumen. Cara melakukan tes

    ini adalah dengan memasukkan air bersuhu

    30 C sebanyak 1 mL. Tes ini berguna untuk

    mengevaluasi nistagmus, keluhan pusing,

    dan gangguan fiksasi bola mata.

    Pemeriksaan lain dapat juga dilakukan, dan

    selain pemeriksaan fungsi vestibuler, perlu

    dikerjakan pula pemeriksaan penunjang

    lain jika diperlukan. Beberapa pemeriksaan

    penunjang dalam hal ini di antaranya adalahpemeriksaan laboratorium (darah lengkap,

    tes toleransi glukosa, elektrolit darah, kalsium,

    fosfor, magnesium) dan pemeriksaan fungsi

    tiroid. Pemeriksaan penunjang dengan CT-scan,

    MRI, atau angiografi dilakukan untuk menilai

    struktur organ dan ada tidaknya gangguan

    aliran darah, misalnya pada vertigo sentral.

    MANAJEMEN VERTIGO1,2,6,7

    Penatalaksanaan vertigo bergantung pada lama

    keluhan dan ketidaknyamanan akibat gejala

    yang timbul serta patologi yang mendasarinya.

    Pada vertigo, beberapa tindakan spesifik

    dapat dianjurkan untuk mengurangi keluhan

    vertigo. Pada penyakit Meniere, misalnya,

    pengurangan asupan garam dan penggunaan

    diuretik disarankan untuk mengurangi tekanan

    endolimfatik. Untuk BPPV (benign paroxysmal

    positional vertigo), dapat dicoba dengan

    bedside maneuver yang disebut dengan Epley

    particle repositioning maneuver, seperti pada

    gambar di bawah ini2:

    Penatalaksanaan Medikamentosa7

    Secara umum, penatalaksanaan medika-

    mentosa mempunyai tujuan utama:(i) mengeliminasi keluhan vertigo, (ii)

    memperbaiki proses-proses kompensasi

    vestibuler, dan (iii) mengurangi gejala-gejala

    neurovegetatif ataupun psikoafektif. Beberapa

    golongan obat yang dapat digunakan untuk

    penanganan vertigo di antaranya adalah:

    a. Antikolinergik

    Antikolinergik merupakan obat pertama yang

    digunakan untuk penanganan vertigo, yang

    paling banyak dipakai adalah skopolamin

    dan homatropin. Kedua preparat tersebut

    dapat juga dikombinasikan dalam satu

    sediaan antivertigo. Antikolinergik berperan

    sebagai supresan vestibuler melalui reseptor

    Gambar 1Manuver Dix-Hallpike 1

    Gambar 2Epley particle repositioning maneuver

    1. Sit patient on exa nimition couch and explain procedure

    2. Reassure the patient that, altaugh they may feel dizzy, they will not be allowed to fall3. Turn the patient head 45 degree to one side4. Lie patient supine with their head over the end of the examination on bed, supporting their head

    with a hand on each side of head. Maintain the 45 degree head turn as you lie the patient down5. Inspect the eyes for nysta gmus, and ask patient if they feel dizzy6. Hold this a position for at least 30 seconds, and for 1 minute if there is no response7. The result is positive if the patient develops symptoms (vertigo) and nystagmus

    8. Repeat on the opposite side

    CDK 198_vol39_no10_th2012 ok bgt.indd 740CDK-198_vol39_no10_th2012 ok bgt.indd 740 10/25/2012 11:10:34 AM10/25/2012 11:10:34 AM

  • 7/25/2019 CDK Vertigo

    4/4

    741CDK-198/ vol. 39 no. 10, th. 2012

    TINJAUAN PUSTAKA

    muskarinik. Pemberian antikolinergik per oral

    memberikan efek rata-rata 4 jam, sedangkan

    gejala efek samping yang timbul terutama

    berupa gejala-gejala penghambatan reseptor

    muskarinik sentral, seperti gangguanmemori dan kebingungan (terutama pada

    populasi lanjut usia), ataupun gejala-gejala

    penghambatan muskarinik perifer, seperti

    gangguan visual, mulut kering, konstipasi,

    dan gangguan berkemih.

    b. Antihistamin

    Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker)

    saat ini merupakan antivertigo yang paling

    banyak diresepkan untuk kasus vertigo,dan

    termasuk di antaranya adalah difenhidramin,

    siklizin, dimenhidrinat, meklozin, dan pro-

    metazin. Mekanisme antihistamin sebagai

    supresan vestibuler tidak banyak diketahui,tetapi diperkirakan juga mempunyai efek ter-

    hadap reseptor histamin sentral. Antihistamin

    mungkin juga mempunyai potensi dalam

    mencegah dan memperbaiki motion sickness.

    Efek sedasi merupakan efek samping utama

    dari pemberian penghambat histamin-1. Obat

    ini biasanya diberikan per oral, dengan lama

    kerja bervariasi mulai dari 4 jam (misalnya, sikl-

    izin) sampai 12 jam (misalnya, meklozin).

    c. Histaminergik

    Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang

    digunakan sebagai antivertigo di beberapa

    negara Eropa, tetapi tidak di Amerika. Betahistin

    sendiri merupakan prekrusor histamin. Efek

    antivertigo betahistin diperkirakan berasal

    dari efek vasodilatasi, perbaikan aliran darah

    pada mikrosirkulasi di daerah telinga tengah

    dan sistem vestibuler. Pada pemberian per

    oral, betahistin diserap dengan baik, dengan

    kadar puncak tercapai dalam waktu sekitar 4

    jam. efek samping relatif jarang, termasuk di

    antaranya keluhan nyeri kepala dan mual.

    d. Antidopaminergik

    Antidopaminergik biasanya digunakan untuk

    mengontrol keluhan mual pada pasiendengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar

    antidopaminergik merupakan neuroleptik.

    Efek antidopaminergik pada vestibuler tidak

    diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan

    bahwa antikolinergik dan antihistaminik (H1)

    berpengaruh pada sistem vestibuler perifer.Lama kerja neuroleptik ini bervariasi mulai

    dari 4 sampai 12 jam. Beberapa antagonis

    dopamin digunakan sebagai antiemetik,

    seperti domperidon dan metoklopramid. Efek

    samping dari antagonis dopamin ini terutama

    adalah hipotensi ortostatik, somnolen, serta

    beberapa keluhan yang berhubungan dengan

    gejala ekstrapiramidal, seperti diskinesia tardif,

    parkinsonisme, distonia akut, dan sebagainya.

    e. Benzodiazepin

    Benzodiazepin merupakan modulator GABA,

    yang akan berikatan di tempat khusus pada

    reseptor GABA. Efek sebagai supresan vesti-buler diperkirakan terjadi melalui mekanisme

    sentral. Namun, seperti halnya obat-obat

    sedatif, akan memengaruhi kompensasi ves-

    tibuler. Efek farmakologis utama dari benzo-

    diazepin adalah sedasi, hipnosis, penurunan

    kecemasan, relaksasi otot, amnesia antero-

    grad, serta antikonvulsan. Beberapa obat go-

    longan ini yang sering digunakan adalah lora-

    zepam, diazepam, dan klonazepam.

    f. Antagonis kalsium

    Obat-obat golongan ini bekerja dengan

    menghambat kanal kalsium di dalam sistem

    vestibuler, sehingga akan mengurangi jum-

    lah ion kalsium intrasel. Penghambat kanal

    kalsium ini berfungsi sebagai supresan ves-

    tibuler. Flunarizin dan sinarizin merupakan

    penghambat kanal kalsium yang diindikasi-

    kan untuk penatalaksanaan vertigo; kedua

    obat ini juga digunakan sebagai obat migren.

    Selain sebagai penghambat kanal kalsium,

    ternyata unarizin dan sinarizin mempunyai

    efek sedatif, antidopaminergik, serta antihis-

    tamin-1. Flunarizin dan sinarizin dikonsumsi

    per oral. Flunarizin mempunyai waktu paruh

    yang panjang, dengan kadar mantap tercapai

    setelah 2 bulan, tetapi kadar obat dalam darahmasih dapat terdeteksi dalam waktu 2-4 bulan

    setelah pengobatan dihentikan. Efek samping

    jangka pendek dari penggunaan obat ini teru-

    tama adalah efek sedasi dan peningkatan be-

    rat badan. Efek jangka panjang yang pernah

    dilaporkan ialah depresi dan gejala parkinso-nisme, tetapi efek samping ini lebih banyak

    terjadi pada populasi lanjut usia.

    g. Simpatomimetik

    Simpatomimetik, termasuk efedrin dan

    amfetamin, harus digunakan secara hati-hati

    karena adanya efek adiksi.

    h. Asetilleusin

    Obat ini banyak digunakan di Prancis. Meka-

    nisme kerja obat ini sebagai antivertigo tidak

    diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan

    bekerja sebagai prekrusor neuromediator

    yang memengaruhi aktivasi vestibuler aferen,serta diperkirakan mempunyai efek sebagai

    antikalsium pada neurotransmisi. Beberapa

    efek samping penggunaan asetilleusin ini di

    antaranya adalah gastritis (terutama pada do-

    sis tinggi) dan nyeri di tempat injeksi.

    i. Lain-lain

    Beberapa preparat ataupun bahan yang

    diperkirakan mempunyai efek antivertigo di

    antaranya adalahginkgo biloba, piribedil (ago-

    nis dopaminergik), dan ondansetron.

    SIMPULAN

    1. Vertigo merupakan gejala dari berbagai

    kelainan, baik pada organ pendengaran mau-

    pun otak (medulla, pons, dan serebelum),

    sehingga secara umum dikelompokkan atas

    vertigo sentral dan perifer.

    2. Diagnosis dan penatalaksanaan ver-

    tigo secara umum dapat dilakukan di pusat

    layanan kesehatan primer. Beberapa tindakan

    pemeriksaan keseimbangan sederhana (tes

    Romberg, tes salah tujuk) dapat dilakukan

    pada praktik sehari-hari.

    3. Terapi medikamentosa (obat antivertigo)

    sangat banyak pilihannya, dan harus

    dipertimbangkan antara manfaat dan risikopenggunaannya.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Huang Kuo C., Phang L., Chang R. Vertigo. Part 1-Assesement in General Practice.Australian Family Physician 2008; 37(5):341-7.

    2. MacGregro DL. Vertigo. Pediatric in Review 2002:23(1):9-19.

    3. Troost BT. Dizziness and Vertigo in Vertebrobasilar Disease. Part I: Pheripheral and Systemic Causes Dizziness. Stroke 1980:11:301-03.

    4. Troost BT. Dizziness and Vertigo in Vertebrobasilar Disease. Part II: Pheripheral and Systemic Causes Dizziness. Stroke 1980:11:413-15.

    5. Mehmet K. Central Vertigo and Dizziness: Epidemiology, Differential Diagnosis, and Common Causes. The Neurologist: 2008;14(6):355-64.

    6. Baloh RW. Vertigo. The Lancet 1998;352:1841-46.

    7. Rascol O., Hain TC., Brefel C., et al. Antivertigo Medications and Drugs-Induced Vertigo. A Pharmacological Review. Drugs 1995;50(5):777-91.

    CDK 198_vol39_no10_th2012 ok bgt.indd 741CDK-198_vol39_no10_th2012 ok bgt.indd 741 10/25/2012 11:10:35 AM10/25/2012 11:10:35 AM