Cdk 010 Kesuburan

41

Transcript of Cdk 010 Kesuburan

No.10,1977.

Mother and child . karya Mary Cassatt.

Alamat redaksi :Majalah CERMIN DUNIA KEDOKTERANP.O. Box 3105 - Jakarta.Penanggung jawab dr. Oen L.H.Redaksi pelaksana dr. E.NugrohoDewan redaksi : dr. Oen L.H,dr. E.Nugroho , dr. B.Suharro,dr. .S.PringgoutomoPembantu khusus :dr. SL Purwanto, dr. 8.Setiawan Ph.D.drs. J.Setijono , drs. Oka Wangsaputra,dra. Nina Gunawan.No. ijin : 151/SK/DitJen PPG/STT/1976.tgl. 3 Juli 1976.

CerminDuniaKedokteranMajalah triwulanditerbitkan dengan bantuan

P.T. KALBE FARMAdipersembahkan secara cuma-cuma

Daftar isi

4 EDITORIAL

TOKOH KITA5 Suwarcljono Surjaningrat

A R T I K E L

10 MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

15 PERKEMBANGAN DALAM PANDANGAN TENTANG ABORTUS

18 RISIKO KEMATIAN SEHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN KONTRA-SEPSI DIBANDINGKAN DENGAN RISIKO KEHAMILAN/PERSALINAN

24 PENGHAMBATAN OVULASI DENGAN TABLET KONTRASEPTIPAGESTIN

26 PENGALAMAN MENGGUNAKAN AGESTIN ED

27 EFEK SAMPING PIL KONTRASEPSI DAN CARA MENGATASINYA

29 PROSTAGLANDIN

31 KEMANDULAN PADA PRIA

36 KONDOM : BAGAIMANA CARA MENGUJI KWALITASNYA ?

43 HUMOR ILMU KEDOKTERAN

44 CATATAN SINGKAT

45 RUANG PENYEGAR DAN PENAMBAH ILMU KEDOKTERAN46 KAMI TELAH MEMBACA UNTUK ANDA: ABSTRAK—ABSTRAK

49 UNIVERSITARIA

Proses reproduksi yang dimulai dengan pertemuan dan peleburan ovum danspermatozoa yang terus berkembang menjadi foetus dan dikeluarkannya seorangindividu lengkap 40 minggu kemudian merupakan suatu peristiwa kehidupanyang sangat menakjubkan.

Dewasa ini biologi telah berhasil membongkar sebagian besar rahasia yangtersimpan dalam proses alamiah ini dan pengetahuan ini telah dimanfaatkansebaik-baiknya oleh ilmu kedokteran untuk kesejahteraan manusia. Ini dapat berupasemua jenis pemeriksaan dan tindakan untuk menolong sepasang suami-isteridalam usaha memperoleh keturunan. Akan tetapi pengetahuan tersebut dapatjuga diterapkan untuk mencegah proses pembuahan atau memutus rantai prosesreproduksi seperti yang kini telah dilakukan dalam pengendalian peledakan jumlahpenduduk di dunia.

Dalam nomor ini telah disajikan pembahasan beberapa aspek yang bertajiandengan proses pengendalian kesuburan

4 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977

TOKOH KITA

Suwardjono SurjaningratProyek yang dipimpinnya memakan beaya 8,6 milyard rupiah tiap tahun.Meskipun di luar Departemen Kesehatan, dia ikut berkecimpung juga di dalambidang kesehatan --- inilah Suwardjono Surjaningrat, obstetricus yang baru-baru ini mendapat Bintang Mahaputra Utama (III) atas jasa-jasanya dalam me-ngembangkan Keluarga Berencana di lndonesia . la menjabat Ketua BKKBNPusat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) yang dibentuk padatahun 1970 untuk menangani masalah koordinasi berbagai badan yang berhu-bungan dengan KB.

Tentu ada rasa ingin tahu kita akan pribadi orang ini, orang yang diserahisuatu proyek yang oleh para ahli kependudukan di dalam maupun di luar negeridianggap dapat menentukan nasib negara Rl dalam masalah kependudukan.Untuk itu kami telah mewawancarai Ketua BKKBN Pusat ini untuk mengetahuilatar belakang keluarga, latar belakang pendidikan serta pengalaman-pengalamanlainnya yang mungkin bermanfaat untuk dike tahui oleh generasi muda, untukmencontoh yang patut dicontoh. Dalam wawancara ini juga disinggung beberapamasalah KB di lndonesia.

"Apa tidak keliru memilih saya ini" , de-mikian kalimat pertama yang diucapkan-nya setelah kami utarakan maksud kamiuntuk mewawancarai Ketua BKKBN Pu-sat ini. Halus dan sederhana, itulah kesanpertama yang dapat kami tangkap dari se-luruh sikap dan gerak-geriknya. Pada usia54 tahun dia masib tampak segar, sedikitgemuk. Hanya satu dua helai uban tam-pak di antara rambutnya.

Obstetricus ini dibesarkan di Wates,sebuah kota kecil di dekat Yogya . Ayah-nya, yang pada masa itu berpangkat bu-pati Wates, banyak memberi bimbingandalam hal-bal kejiwaan dan kemanusiaandengan contoh-contoh perbuatannya.

"Ayah saya itu orangnya sederhana, te-tapi rasa kemanusiaannya sampai seka-rang masih saya ingat. Misalnya ada se-orang wanita yang flatus di depan umum,ayah saya tak segan-segan mengorbankandiri dengan mengaku bahwa ia yang me-lakukannya", demikian ia mengenangayahnya, "Itu dilakukannya untuk meno-long orang dari kesukaran, dan ini seringdiceritakan olehnya " . Prinsip kejujuranjuga ditekankan oleh bupati itu. Dr. Su-wardjono masih ingat suatu kejadian padamasa kecilnya : Pada suatu hari kakaknyamenemukan pisau di luar rumah. Sebagaianak kecil tentu saja kakaknya sangat se-nang dengan penemuannya. Tetapi ketika

ayahnya mengetahui, kontan disuruhnyamengembalikan ke polisi karena itu bu-kan haknya.

Sebagai bupati, turun ke desa-desa me-rupakan kegiatan rutin ayah dr. Suwar-djono ini dan anak-anaknya sering ikutserta. Hal yang berkesan bagi KetuaBKKBN Pusat ini ialah bahwa dalam me-ngatasi berbagai masalah di desa, selalupak lurah yang diberi komando olehayahnya: mengatasi masalab banjir,musim paceklik, bahkan mobil mogok,semua pak lurah yang menyeiesaikan."lni memberi pengetahuan kemasyarakat-an pada saya tanpa kuliah-kuliah ter-tentu", kata dr. Suwardjono. Ternyatapengalaman-pengalaman itu di kemudianhari mempengaruhi pelaksanaan programKB yang harus dibawanya ke desa-desa,yaitu mengikut-sertakan seluruh masyara-kat dalam program, dengan bantuan daripemimpin-pemimpin dalam masyarakatitu sendiri, pak lurah misalnya.

Setelah menyelesaikan HBS sampai ke-las 5, dia sempat menganggur beberapasaat karena Jepang masuk ke Indonesiadan sekolah-sekolah ditutup.Akan tetapi kemudian dr. Suwardjonodapat meneruskan sekolahnya lagi diJakarta, di Universitas Indonesia. Disini dia indekost pada pamannya, seorangtokoh nasional yang tentu kita kenal,Ki Hadjar Dewantoro . Tepatnya tokohini adalah kakak dari ayah dr. Suwardjo-no. Diceritakannya bahwa waktu makanbersama, Ki Hadjar sering memberi we-jangan-wejangan tentang nasionalisme,tentang kemanusiaan, masalah-masalahsosial dsb. Dengan ini rasa nasionalisme-nya makin dipupuk. Dorongan yang di-timbulkan oleh ajaran-ajaran tersebutdemikian kuat sehingga pada tahun1945, tanpa memperdulikan studinya,dia bergabung dalam BKR (Badan Keamanan Rakyat ). Seperti kita ketahui,dalam perkembangannya , BK R kemudianberubah menjadi TKR, TRl dan akhirnyaTNI. Pada saat itu dia masih duduk ditingkat 3. Karena ikut dalam BKR, de-ngan sendirinya dia tak dapat terus ting-gal di Jakarta, tetapi ikut berpindah-pin-dah bersama pasukan ke Cikampek, keKrawang, kemudian mengungsi ke Yogya,ke Solo dsb. Meskipun terus berpindah-pindah, ini tidak berarti bahwa studinyaterhenti sama sekali; dia masib tetapmengikuti pelajaran-pelajaran denganmempelajari diktat-diktat yang dipinjam

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 5

dari teman-temannya. Bila ada ujian, dia menyelundup seben-tar untuk ikut ujian, kemudian bergabung dengan pasukanlagi. "Jadi sampai tingkat doktoral II saya praktis tidak ikutkuliah" , ujarnya. Selama itu dr. Suwardjono ikut menanganimasalah kesehatan anggota-anggota pasukan di dalam divisinya

Setelah perang fisik dengan Belanda selesai,- dr. Satrio —yang waktu itu menjabat direktur RSPAD - memanggilnyake RSPAD untuk menyelesaikan pendidikannya sambil bekerjadi situ. Maklumlah, karena waktu itu belum ada dokter-dokter-.nya, para ko-asisten juga mengerjakan pekerjaan dokter.Di samping itu, mulai tahun 1951 dia, sambil mengikuti.kuliahbekerja juga sebagai asisten di Bagian Kebidanan. "Ini karenatak ada yang mau bekerja di bagian itu", tambahnya. Pada ta-hun 1954 selesailah pendidikannya sebagai dokter umum danbrevet ahli kebidanan berhasil diraihnya pada tahun 1957.Tokoh-tokoh kebidanan yang sempat ikut membimbingnyatermasuk : dr. lmam Sujudi, Prof. Sarwono, Prof. Hanifah,dr. Goelam, Prof. Joedono dll.

Karier dr. Suwardjono di bidang Keluarga Berencana dimu-lai pada tahun 1962, ketika ia ditawari untuk melanjutkan stu-di di Amerika. Sebagai klinikus, dipilihnya bidang infertility& contraseptive research. Di Amerika, sebagian besar studinyadilakukannya di Margaret Sanger Research Bureau , tetapi diapernah juga mengikuti pendidikan di beberapa universitasterkenal seperti Columbia University, Harvard University,Johns Hopkins dll meskipun masing-masing cuma satu duabulan. Dari Amerika, sebelum pulang dia sempat mampir keJepang untuk membeli sendiri alat-alat konn-asepsi : sampoon,diafragma dll. Karena pada saat itu pemakai kontrasepsiterbatas sekali jumlahnya, persediaan alat-alat tersebut sampaisekarang masih ada sisanya di gudang dan tidak terpakaikarena telah tersusul olch alat kontrasepsi lain yang lebihpopulcr yaitu pil dan kondom.

Setelah kembali di Indonesia, dr. Satrio memberi pesanuntuk mengembangkan KB di divisi Siliwangi, tetapi janganbanyak omong-omong, "silent operation", karena waktu ituBung Karno tidak setuju dengan ide KB. Beberapa tahun ke-mudian, pada tahun 1967, usaha pengembangan KB mulai di-lakukan dengan terang-terangan. Dengan bekerja-sama denganUNPAD, diselenggarakan simposium KB (Family Planning)yang pertama di lndonesia. Pada tahun itu juga dr. Suwardjonoditugaskan untuk membentuk Lembaga Keluarga BerencanaABRI (LKB ABRI). Di samping itu dia juga bekcrja sebagaipart-timer di LKBN (waktu itu belum ada BKKBN). SetelahBKKBN terbentuk pada tahun 1970, diputuskan bahwa LKBABRI mengikuti BKKBN, dan dia diangkat sebagai KetuaBKKBN Pusat. "Waktu saya diserahi tugas-tugas itu, saya teri-ma bukan tanpa keragu-raguan mengingat bidangnya yang be-gitu luas. Tetapi karena ini tugas, saya jalankan", ujarnya me-ngenang saat permulaan kariernya sebagai Ketua BKKBN.

Awal kegiatan di BKKBN

Tentang tindakan-tindakannya segera setelah diangkat seba-gai Ketua BKKBN, dr. Suwardjono mengisahkan sebagai ber-ikut :"Mula-mula saya pikirkan apa yang menyebabkan suatuprogram sering macet. Menurut saya, pertama karena aparatur-nya yang kurang baik. Oleh sebab itu saya pusatkan perhatianpada pembinaan aparatur tersebut. Tetapi program sering tak

6 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977

dapat dikuasai karena tak adanya reporting system". Demiki-anlah maka waktu US AID (US Agency for International Deve-lopment) memberi tawaran untuk membantu melakukan riset,dr. Suwardjono segera meminta pengembangan sistem laporan/reporting system. Usaha-usaha yang dirintisnya itu kini mem-bawa hasil yang sangat memuaskan, dan sistem laporan terse -

but boleh dikatakan paling berhasil dikembangkan. Dalamwaktu singkat 95 % dari semua laporan dapat masuk setiap bu-lan, padahal sebelumnya tak bisa. Bagaimana hal tersebut da-pat dilaksanakan? "Kuncinya ialah karena ada guidance, adaform yang jelas dan sederhana, sehingga tidak terlalu membe-ratkan petugas-petugasnya " , demikian jawabnya, , dan ditam-bahkannya. "Dalam hal ini pembantu-pembantu . saya banyakjasanya".Selama wawancara ini dr. Suwardjono berkali-kali menekan-kan pentingnya sistem laporan yang baik. Sebagai dokter mili-ter, pengalamannya di lapangan selama bertahun-tahun ditahun 1945 menunjukkan bahwa penguasaan wilayah tidakmungkin berhasil tanpa laporan yang baik. Konsep penguasaanwilayah ini, yang sebenarnya merupakan konsep militer, dite-rapkannya dalam pelaksanaan program KB. "Kalau tak ada re-porting system yang baik, tidak ada kontrol, kita laporan asalbabe senang saja", ujarnya.

Dcngan semakin banyaknya Iaporan yang harus diolah dansemakin luasnya daerah yang digarap, pengolahan laporan de-ngan sendirinya jadi makin rumit. Kim di seluruh Indonesiaada 31.888 Tenaga Pembantu Pembina KB Desa, 6595 orangpetugas lapangan, 3620 klinik KB, dan sarana pelayanan KB la-innya yang secara langsung maupun tak langsung memheri la-poran untuk diolah. Ini merupakan behan yang amat berat bilaharus diolah tanpa bantuan komputer. Akan tetapi kalaumembeli komputer sendiri, dalam waktu singkat katakan-lah dua atau tiga tahun - komputcr itu sudah tidak up-to-date lagi karena ada yang baru atau karena data/laporan yangdimasukkan terlalu banyak. Untuk menghindarkan hal terse-hut, diputuskan bahwa BKKBN tidak membeli komputer sen-

SARANA PROGRAM

Sarana K.I.E. (Komunikasi, lnformasi & Edukasi)

1. Mobil Unit Penerangan KB 221

2. Team Penerangan KB Kecamatan 2618

3. Pengawas PLKB 116

4. Pemimpin Kelompok PLKB 1 347

5. PLKB (Petugas Lapangan) 6595

6. Tenaga Guru Kependudukan SD 5490S.M.P. 2130S.M.A. 1260

Luar sekolah 3360

7. Perpustakaan Jaringan Nasional lnformasi & Dokumen-tasi Bidang KBK 217

Sarana Pelayanan KB

1481. Rumah Sakit Post Partum

2. Klinik K.B. 36203. Team Medis Keliling 21134. Dokter Praktek Swasta

±

± 70005. Tenaga Pembantu Pembina KB Desa 318886. Sarana komersil ± 50000

diri, tetapi mengontrak perusahaan pengolahan data. Sekaranglaporan-laporan tersebut diolah di Pansystem. Dengan diper-gunakannya komputer ini, selain pengolahan laporan dapat di-lakukan dengan cepat, laporan-laporan juga dapat dicheck de-ngan mudah. Bila ada laporan yang agak aneh, kita dapat men-check kebenarannya. Dengan semakin mantapnya sistem la-poran, komputer kemudian dibebani juga dengan masalahlogistik, dan akhir-akhir ini juga dengan masalah keuangan(finance). Tentang pembebanan komputer ini dr. Suwardjonomengatakan :"Kita katakan boleh membebani komputer,tetapi harus hati-hati. Jangan sampai overloaded, nanti bisaambruk". Jadi sekarang sistem laporan telah mencakup pela-yanan klinik (clinical services), logistik (supply IUD, Pil dll)dan keuangan. (Tentang penggunaan komputer tersebut, Prof.R.Freedman dari University of Michigan dan B.Berelson darithe Population Council memberi komentar seperti tercantumpada catatan-kaki di bawah ini – RED.)

Sehubungan dengan sistem laporan tersebut, seorang petu-gas lapangan tidak hanya ditugaskan untuk membuat registrasisaja, tetapi yang penting juga membuat peta dari padukuhanatau desanya. Peta ini penting artinya untuk penguasaan wila-yah, karena dengan membuat peta itu mereka akan tahu "inibu Wiryo, ini bu Karyo, ini pakai pil, itu pakai IUD, daerah inimasih kosong - jadi masih harus digarap. Bila kita melihatmasih banyak yang pakai pil, dapat dilihat apakah continua-tion rate cukup baik atau tidak", demikian ditegaskannya.

Dasar pendekatan program KB BKKBN

BKKBN, sebagai koordinator, tidak mempunyai klinik samasekali, tidak memberikan pelayanan klinik secara langsung.Tugasnya ialah membentuk intergrated planning; koordinasidan implementasi. lni berarti bahwa semua instansi, para peja-bat dan petugas yang dikoordinasi olehnya harus ikut bertang-gungjawab dalam segala hal, termasuk perencanaan dan pelak-sanaannya. Oleh dr. Suwardjono ini justru dianggap sebagaikuncinya. "Prinsip ini kita pegang teguh dan menjadi dasarfalsafah pendekatannya", demikian dikatakannya. Untuk me-nanamkan rasa tanggung jawab itu diperlukan persuasi dankomunikasi yang baik, sehingga terjalin suatu , team kerja yangkompak. "Yang penting koordinator jangan sok mau menon-jol, make evervbody important. Jangan mematikan inisiatiforang lain", ujarnya. Meskipun prinsip tersebut terus dide-ngung-dengungkan olehnya, diakuinya bahwa pada permula-an sukar menyuruh orang agar tidak menonjolkan diri, tetapi

" Di antara negara-negara besar di Asia, Indonesia mempunyai ke-unikan bahwa ia mcmiliki catatan dari 10 perscn sampte akscptorklinik yang disimpan di datam komputer di Jakarta. File ini tidakhanya dipergunakan untuk mcmpelajari sifat-sifat akseptor, tetapijuga sebagai basis untuk mcngambit samplc akscptor dalam pencliti-an follow-up untuk mencheck kebenaran laporan ktinik,

continuationrate dan prcgnancy rate. Bahwa informasi ini dapat mengalirdari dcsa-desa ke ibukota dan kemudian kembali lagi ke tingkatadministrasi yang tebih rcndah untuk dievaluasi, mcrupakan indikasidari efisicnsi administrasi."

FREEDMAN R. : Professor of Sociology and Associate Director,Population Studies Center, University of MichiganBERELSON B. : President Emeritus . The Population Council

lama-kelamaan berhasil juga. Ditegaskannya bahwa BKKBNhanya bisa berhasil bila instansi-instansi lain berhasil, bilaPKB1 berhasil, bila Dep.Kes berhasil dan seterusriya.Falsafah ini sebenarnya diwarisi oleh Ketua BKKBN ini dariKi Hadjar Dewantoro yang menganjurkan Tut Wuri Handaya-ni :"Jika mau menghasilkan sesuatu, harus pandai memba-ngun aspirasi. Mula-mula kita memberi contoh yang baik didepan; tetapi bila orang-orang yang diajak sudah mau ikut ser-ta, kita harus mendorongnya dari belakang. Jangan terus maudi depan saja".

Sasaran program KB terutama ditujukan kepada masyarakatdesa, karena disitulah 70 persen rakyat lndonesia berada. Me-ngingat situasi dan kondisi di desa-desa, di mana "seorang ibuyang diajak bicara tentang KB hanya tertawa-tawa saja karenatidak mengerti", program nasional ini tidak,akan berhasil ka-lau tidak dilakukan mobilisasi total, artinya menggunakan se-luruh fasilitas dan aparatur yang ada. Sebagai contoh, takmungkin mengharapkan. ibu-ibu untuk datang sendiri ke klinikKB, apalagi bila harus menempuh jarak yang cukup jauh. Me-nurut survey BKKBN, sebuah klinik yang terletak 20 km jauh-nya dari tempat tinggal penduduk boleh mengharapkan untuktidak dikunjungi. "Mengeluarkan 50 rupiah untuk membayarSPP saja ada yang tidak mampu, apalagi untuk membayarongkos naik kendaraan ke klinik", kata dr. Suwardjono, "Jadikita harus turun", sambungnya.Dalam keadaan inilah jasa pak lurah dapat dimanfaatkan; PilKB dapat diserahkan padanya untuk dibagi-bagikan olehnyasetiap bulan. Tctapi harus diingat juga bahwa pak lurah mem-punyai atasan, yaitu camat dan di atas camat masih ada bupatidan gubernur. Oleh sebab itu bukan hanya pak lurah yang ha-rus diberi tanggung jawab, tetapi semua aparatur tersebut, ter-masuk bupati dan gubernur. Tanggungjawab yang demikian itutelah berhasil dituangkan dalam suatu keputusan Presiden,yaitu KEPPRES No. 33 tahun 1972. Dengan demikianBKKBN benar-benar keluar dari klinik dan berfungsi sebagaikoordinator.

Tentang masyarakat desa, dr. Suwardjono mengatakanbahwa sebenarnya masyarakat desa itu masyarakat yang se-derhana. Mereka tidak selalu mengharapkan balas jasa berupauang; dengan penghargaaan yang layak mereka sudah bersediabekerja giat. Contohnya, untuk mengikutsertakan dukun-dukun dalam program KB, mereka diminta memegangi kakipasien waktu pemasangan IUD. Dengan ini saja mereka sudahbangga karena seolah-olah diberi tanggung jawab. Demikianjuga, dalam pembangunan pos KB di desa, pemimpin-pemim-pin desa itu se.ndiri diberi kebebasan untuk menentukan letakpos KB itu asal sesuai dengan rencana. lni memberi gambaranbahwa pemerintah memberi tanggung jawab kepada merekadan secara tak langsung berarti memberi penghargaan dan ke-percayaan. Dalam situasi demikian keluarlah bermacam-macaminisiatif dari mereka. Pos KB yang dirasakan sebagai milik ma-syarakat desa itu sendiri diberi nama menurut pilihan merekasendiri, sehingga ada yang bernama pos KB Beo, ada yang me-milih pos KB Kutilang; untuk daerah penghasil bunga merekamenamakan pos KB Mawar, pos KB Melati dsb. Di Yogya, me-reka memilih nama Apsari, artinya akseptor lestari. "Ini kitabiarkan saja, sehingga mereka tidak merasa didikte", demikiandikatakannya.

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 7

Penilaian program KB

BKKBN kim telah berusia tujuh tahun. Program-programsecara bertahap telah dilaksanakan. Sekarang masalahnya ba-gaimana hasil program KB tersebut dinilai? Apakah cukup de-ngan mengumumkan target yang dicapai? Tentang persoalanini dr. Suwardjono menerangkan :"Memang dahulu banyakdaerah yang masih target-oriented. Tetapi sekarang dengantekun kita terangkan bahwa yang penting ialah protection ter-hadap pasangan-pasangan yang subur (eligible couples), jadibukan banyaknya pil atau kondom yang berhasil kita bagi-bagikan. Jadi yang penting ialah sampai berapa jauh angka ke-lahiran dapat kita tekan". Data tentang angka kelahiran ini su-dah dicoba untuk dimasukkan dalam sistem laporan yang ada.Yang jelas, berdasarkan Survey Penduduk Antar Sensus yangdiselenggarakan oleh Biro Pusat Statistik dan World FertilitySurvey diperkirakan bahwa pada tahun 1976 Angka KelahiranKasar (Crude birth rate) untuk Jawa Bali telah berada padatingkat rata-rata 34 - 36 perseribu dibandingkan dengan per-kiraan tahun 1970-1971 sebesar 43 - 44 perseribu. Jadi turundengan kurang lebih 8 - 9 angka atau sekitar 15 persen. Penu-runan terbesar terdapat di Jawa Timur dan Bali. Di JawaTimur, dari 36 turun menjadi 30; sedangkan di Bali dari 42 tu-run menjadi 28 atau penurunan sebesar 33,3 persen (LihatTabel yang memuat Angka Kelahiran Kasar untuk Jawa danBali). Angka tersebut sempat mengejutkan kalangan ahli kependudukan di luar negeri. Seperti kita ketahui, tujuan demo-grafi dalam program KB ini mentargetkan penurunan tingkatfertilitas sebesar 50 persen pada tahun 2000 dibandingkan dengan tahun 1971. Tetapi "kalau melibat gejala-gejala ini, kalausemua desa digarap dengan cara sebaik ini, maka mungkin sebelum tahnn 2000 sudah turun dengan 50 persen, khususnyauntuk daerah Jawa Bali dan beberapa daerah lain sepertiSulawesi Utara, Sumatera Utara dan mungkin propinsi-propin-si lain".

Perbandingan Angka Kelahiran Kasarmenurut Sensus 71 dan Supas 76.

Sensus 71

DKI Jkt Jabar

43 44

Jateng Dl

38

Yogya Jatim

32 36

Bati

421 967 - 71

Supas 7639/40 40 32 30 30 28

1 976

Sumber : Fertility and family planning in Java and Bali, based onthe 1976 Java Bali Fertility survey and other sources, by

Jeanne Cairns Sinquefield and Bambang Sungkono.

Perbandingan Total Fertility Ratemenurut Sensus 71 dan Supas 76.

DKI Jkt Jabar Jateng DI Yogya Jatim Bali

Sensus 715,12 5,87 5,27 4,69 4,65 5,83

1967 - 70

Supas 76 4,54 5,34 4,41 4,44 3,92 3,841976

Sumber : Fertility and family planning in Java and Bali, based on

the 1976 Java Bali Fertility survey and other sources, byJeanne Cairns Sinquefield and Bambang Sungkono.

Meskipun tujuan akhir dari program KB ialah turunnyaangka kelahiran, secara tak langsung program itu juga dituju-kan agar ide KB itu membudaya di dalam masyarakat, sehinggadi masa mendatang masyarakat menganggap bahwa programitu bukan berasal dari pemerintah atau instansi lain, tetapidari masyarakat sendiri : program masyarakat, dari masyara-kat, untuk masyarakat.Perlu diingatkan di sini bahwa yang dimaksud dengan ma-syarakat di sini adalah seluruh rakyat lndonesia, seluruhinstansi pemerintah maupun swasta, termasuk dokter-dokter.Dengan demikian diharapkan bahwa nanti akan ada semacamkewajiban moril (moral obligation) untuk menjalankan KB;kalau tidak ikut KB dan hanyak anak merasa malu sendiri."Tetapi jangan menanyakan anak saya berapa", kata KetuaBKKBN ini sambil tertawa, "Anak saya lima. Ini contoh jelek,contoh untuk tidak ditiru. Sudah terlanjur !".

Agar lebih jelas, kami tanyakan apakah yang dimaksuddengan melembagakan/membudayakan KB di masyarakatpada Ketua BKKBN ini. la menerangkan bahwa ini berartiharus diusahakan agar semua orang selalu ingat akan ideKB, agar norma keluarga kecil yang sejahtera dan bahagia(a small and happy family) membudaya di dalam masyarakat.Semua instansi pemerintah dan swasta harus ikut memban-tu pengembangan ide tersebut. Misalnya Departcmen P dan Kikut serta dengan memberikan population education di seko-lah-sekolah. Sistemnya tidak perlu merupakan matapelajarantersendiri. tetapi dimasukkan dalam matapelajaran lain.Ini sudah mulai digarap, bahkan sekarang madrasah-madrasahjuga sudah mulai digarap. Departemen Nakertranskop, melaluiDirJen Transmigrasi, juga dapat membantu program KB de-ngan menyediakan pelayanan KB bagi ibu-ibu yang akan ditransmigrasikan, misalnya dengan memasang IUD lebih dahu-lu. Bantuan Departemen Keuangan dapat berupa pembebasanimport pil kontrasepsi dari bea masuk dan pajak-pajak lain.Pabrik obat/industri farmasi dan apotik juga dapat banyakmembantu bila mau menjual pil kontrasepsi dengan mengam-bil untung sekeeil mungkin. "Ada pil kontrasepsi yang daripabriknya harganya 75 rupiah, tetapi setelah lewat pedagangbesar farmasi dan apotik barganya jadi 300 rupiah. lni me-nunjukkan bahwa ide KB belum benar-benar membudaya",demikian ditegaskannya. Dokter partikelirpun harus lebih ba-nyak mengambil bagian dalam program ini, misalnya denganmenarik honorarium serendah-rendahnya untuk pemasanganIUD dan konsultasi yang berhubungan dengan KB. Akhirnyaaparatur universitas yang melakukan riset atau membuat pro-gram yang berhubungan dengan KB juga tak lupa disinggung-nya :"Jangan semuanya mau mengerjakan tetapi beayanyaharus dari BKKBN. Yang tidak perlu beaya, mereka mintabeaya. Itu tidak boleh. ltu juga tanda bahwa ide ini belummembudaya", katanya. Meskipun demikian, kalau programyang direncanakan itu dirasakan benar-benar akan bermanfaatbagi generasi yang akan datang, Ketua BKKBN ini tidak segan-segan membantu. Kalau mereka membutuhkan mini-kompu-ter, BKKBN akan memberikannya, dan "saya tidak akan ber-kata : ini kita beri, tetapi ini milik BKKBN. Beri ya beri. Kalausudah diberi, akan ada semacam kewajiban moril untuk melak-sanakan sebaik-baiknya dan untuk selanjutnya mereka tidakakan minta ini, minta itu lagi".

8 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977

Di desa-desa, proses pembudayaan tadi mulai menunjukkantanda-tanda yang menggembirakan. Sebagai contoh, di Balimula-mula hanya ada 50 Banjar (pada tahun 1974), tetapi pa-da akhir tahun 1976 sudah seluruhnya atau 3608 Banjar mem-punyai program KB yang dikelola oleh masyarakat sendiri.Di Jawa Timur mulai tumbuh kelompok-kelompok akseptor/paguyuban KB yang ditangani oleh para peserta KB sendiri.Hal serupa juga sedang berkembang di daerah-daerah lain diJawa dan di beberapa propinsi di luar Jawa. Di daerah sema-cam itu, di mana masyarakat mulai merasa memiliki programKB sendiri, dinamika masyarakat mulai kelihatan menjuruskepada usaha memenuhi kebutuhan untuk mencapai masya-rakat bahagia dan sejahtera dengan usaha-usaha dalam bidang-bidang lain, seperti kesehatan, gizi, masak memasak, menyaji-kan makanan sehat, anyam menganyam, jahit-menjahit dsb.Tetapi pada fase yang lebih tinggi lagi, kegiatan kelompok akanmulai hilang, sehingga kegigtan KB menjadi sesuatu yang wajardan melembaga dalam kelompok keluarga masing-masing; Padafase itu seakan-akan usaha KB tidak ada sama sekali, tetapi se-benarnya hampir setiap pasangan telah menjadi peserta KByang ideal. Contohnya di Jepang.. Beralih ke masalah lain, kami tanyakan masalah yang seringdiperdebatkan dalam pembicaraan sehari-hari, yaitu : bila KBberhasil di kalangan golongan yang mampu dan terdidik, se-dang pada golongan petani dan golongan yang kurang pandaitidak berhasil, apakah nanti tidak ada kepincangan karena go-longan yang kurang pandai makin lama makin besar ? Dia men-jawab bahwa faktanya tidak demikian :"Di Jawa Bali 88,44 %akseptor berpendidikan. SD ke bawah, sedang diluar Jawa Baliangka tersebut adalah 80,10 %. Di Jawa Bali 73,47 % akseptorberasal dari keluarga petani, buruh, nelayan & tidak bekerja.Di samping itu juga sudah ada tanda-tanda adanya pergeseranakseptor ke golongan usia yang lebih muda (younger agegroup). Itu semua merupakan tanda-tanda yang baik. Faktatersebut kadang-kadang dilupakan orang", demikian dikata-kannya. Di samping itu yang penting program KB jangan diar-tikan sebagai pembatasan jumlah populasi yang kurang terdi-dik atau golongan yang kurang mampu saja, karena "kita jus-tru membantu keluarga-keluarga tersebut. Dengan pengurang-an jumlah anak, mereka akan dapat menyekolahkan anak-anaknya". Dengan demikian anak akan merupakan modal/ka-pital untuk maju, bukan untuk statis.

Ciri-ciri peserta KB

Jawa Bali Luar Jawa Bali

Rata-rata umur 26,95 tahun 34,26 tahunRata-rata paritas (anak hidup) 2,62 anak 5,29 anakPendidikan (tamat SD kebawah) 88,44 % 80,10 %Suami peserta dengan pekerjaan 73,47 %petani, buruh, nelayan & tidak

61,82 %

bekerja.

Peserta denpan 3 orang anak 17,92 %yang tidak menginginkan anaklagi.

16,71 %

Tanpa terasa jam menunjukkan jam setengah lima sore. Ma-tahari telah condong ke barat dan sinarnya menembus jendelakaca kamar kerja dr. Suwardjono ini. Lewat jendela itu, tepatdi sebelah gedung BKKBN ini, tampak bangunan bertingkat

Peserta Baru menurut metode

Tahun

1969/1970

Jumlah

53.103

%Pil

27,2

%IUD54,9

%Kondom

-

%Vag.-

%Lain17,9

1 970/1971 181.059 44,1 42,2 - - 13,7

1 971/1972 519.330 54,3 40,9 3,1 1,7 -

1972/1973 1.078.889 56,3 35,2 7,2 1,3 -

1973/1974 1.369.077 62,6 21,4 15,4 0,6 -1974/1975* 1.592.891 68,3 11,7 18,9 0,2 0,9

1975/1976* 1.966.585 67,7 12,8 18,2 0,1 1,31 976/1977* 2.212.790 66,9 18,1 12,6 0,1 2,3

J u m 1 a h 8.973.724 64,0 20,4 14,2 0,4 1,0

Peserta lestari pada 31 Maret 1977.

P r o p i n s iJumlahP.U.S.

Pesertatestari

Pesertalestari per

1977. Maret 77 100 wanitamenikah.

DKI Jakarta 965.042 144.035 14,93Jawa Barat 4.140.528 783.187 18,92Jawa Tengah 3.875.541 766.342 19,77D.I. Yogyakarta 387.282 73.763 19,05Jawa Timur 4.719.772 1.594.335 33,78B a 1 i 351.401 124.661 35,48D.I. Aceh 367.432 16.751 4,56Sumatera Utara 1.034.288 68.305 6,60Sumatera Barat 449.623 24.600 5,47Sumatera Selatan 605.971 30.876 5,10L a m p u n g 556.013 26.539 4,77Nusa Tenggara Barat 392.585 20.115 5,12Kalimantan Barat 343.457 12.539 3,65Kalimantan Selatan 311.845 23.136 7,42Sulawesi Utara 248.515 44.703 17,99Sulawesi Selatan 895.527 55.004 6,14

yang sedang dibangun. Beberapa pekerja bangunan masih me-ngerjakan bagian-bagian dari gedung tersebut, sedang yanglain mungkin telah pulang. Mungkin mereka tak pernah me-nyadari bahwa di gedung BKKBN ini, tak jauh dari tempatmereka bekerja, pejabat-pejabat BKKBN tengah memikirkankehidupan mereka - kaum buruh, petam & nelayan - agar tam-bahan penghasilan mereka tidak habis tertelan pertambahananak. Dan kamipun meminta diri pada Ketua BKKBN ini.

(dr. E. Nugroho)

Tahukah anda bahwa................................ ?

Clonidine adalah suatu obat hipertensi. Penghcntian mcndadakpcnggunaan clonidine yang tclah bcrjalan lama dapat mcnimbul-kan suatu rejala putus obat (abstinence syndrome) berupapeningkatan tekanan dxrah yang cukup berbahaya. Kematiankarena hypertensive encephalopathy telah dilaporkan akibatpenghentian mendadak obat ini. Gejala yang menonjot adalahgelisah dun cemas, dapat juga discrtai gejala lain seperti sakit ke-pala, sakit perut, enek dan muntah-muntah.Gejala itu discbabkan aktifitas yang berlehihan dari sistem sarafsimpatis dan ini terbukti dari meningkatnya kadar katekholamindatam darah dan urine.

New Engl J Med 293: 1179-1180, 1975

Cermin Dunia Kedokteran No. 10. 1977 9

MASALAH

KEPENDUDUKAN

DI INDONESIA *

Apabila kita perhatikan secara saksama, maka masalah ke-pendudukan di Indonesia ditandai oleh beberapa ciri (karak-teristik) :

1. Besar dan cepatnya laju perkembangan penduduk.

Seperti halnya negara-negara lain terutama negara-negarayang sedang berkembang, maka lndonesia 'pada akhir abadke-20 ini tidak luput dari gejala duma yaitu "Peledakan Pen-duduk" (Population explosion). Berdasarkan sensus penduduk1961, lndonesia berpenduduk lebih kurang 97 juta jiwa danjumlah im meningkat menjadi 119,2 juta pada tahun 1971.Bilamana tingkat pertambahan penduduknya tetap beradapada taraf yang tinggi (di atas 2% per tahun), maka dalamtahun 2001 penduduk lndonesia akan menjadi tiga kali lipatjumlah pada tahun 1961.

Ditinjau dari segi besarnya jumlah penduduk di dunia, makalndonesia menempati kedudukan nomor lima sesudah RRC,India, Uni Sovyet dan USA.

Tingkat perkembangan penduduk disekitar tahun 1960adalah sebesar lebih kurang 2,52% per tahun sebagai selisihtingkat kelahiran kasar sehesar 4,76% per tahun dan tingkatkematian sebesar 2,24% per tahun.Cepatnya perkembangan penduduk ini disamping disehabkanoleh tingginya tingkat kelahiran, juga disebabkan oleh menu-runnya tingkat kematian. Kalau tingkat kematian kasar padamasa scbelum Perang Dunia 11 adalah lebih kurang 3% pertahun, maka pada sekitar tahun 1960 angka tersebutmenuruninenjadi 2,24%. Demikian pula harapan hidup rata-rata (lifeexpectancy at birth) pada semua tingkat umur telah mening-kat. Kalau pada tahun 1940 harapan hidup rata-rata adalah32,5 tahun, maka pada sekitar tahun 1960 telah meningkatmenjadi 42,5 tahun.

Peningkatan harapan hidup rata-rata disebabkan oleh turun-nya tingkat kematian bayi dari sekitar 30% per tahun padamasa sebelum Perang Dunia 11 menjadi kira-kira 17,5% padasekitar tahun 1960. Dengan proyeksi tinggi atau tanpa penu-runan fertilitas, menurut asumsi Lembaga Demografi FakultasEkonomi U.I. pada tahun 1981 jumlah penduduk meningkatmenjadi lebih kurang 161 juta dan pada tahun 2001 meningkatlagi menjadi lebih kurang 280 juta atau tiga kali lipat pendu-duk tahun 1961.

* Pusat Jaringan Nasional Informasi dan Dokumentasi Bidang Ke-luarga Berencana dan Kependudukan-BKKBN.

Tingkat kelahiran kasar pada tahun 2001 diperkirakan sebesar4,65% (proyeksi tinggi), sedangkan tingkat kematian kasarscbcsar 1,65% (proyeksi tinggi).

Jika tidak diambil langkah-langkah yang menyeluruh untukmempraktekkan Keluarga Berencana, maka dapat diperkira-kan bahwa tingkat dan pola kelahiran di lndonesia akan secarakonstan berada pada taraf yang tinggi.

2. Penyebaran penduduk yang tidak merata.

Kenyataan menunjukkan bahwa penyebaran penduduktidak seimbang antara daerah (pulau) yang satu dengan daerah(pulau) yang lain. Sebanyak 76,1 juta penduduk atau 63,8%dari seluruh penduduk lndonesia menetap di Pulau Jawadan Madura, yang luas wilayahnya hanya meliputi 6,6% dariseluruh luas wilayah lndonesia.

Keadaan ini menimbulkan perbedaan yang besar padatingkat kepadatan penduduk antara berbagai daerah (pulau).Sebagai contoh, kepadatan penduduk di Jawa dan Maduraberkisar pada angka 565 orang per km 2 , Bali sebesar 377 orangper km2, Sumatera 38 orang per km 2 , Kalimantan 9 orang perkm 2 , Sulawesi 37 orang per km 2 , sedangkan lrian Jaya hanyamempunyai kepadatan penduduk sebesar 2 orang per km 2 .

3. Komposisi penduduk menurut umur dan kelamin.

Ditinjau dari segi komposisi umur, maka tingkat fertilitasyang tinggi membawa akibat-akibat yang cukup gawat.

Apabila kita perhatikan komposisi penduduk Indonesiamenurut golongan umur dan kelamin, maka penduduk darigolongan umur 0 - 14 tahun berjumlah 44,1% , golonganumur 15 - 64 tahun 53,4%, dan golongan umur 65 tahunkeatas 2,5%.

Banyaknya penduduk pada ketiga kelompok umur inisangat besar artinya bagi kchidupan masyarakat karena merekayang berumur di bawah 15 tahun merupakan golongan yangbelum produktip. Mereka yang produktip adalah dari golonganumur-kerja (15 - 64 tahun). Dari prosentase tersebut dapatdisimpulkan, bahwa beban ketergantungan untuk lndonesiabesarnya adalah 87,3. Ini berarti bahwa ditinjau dari segiumur, di antara setiap 100 orang yang potensiil produktipterdapat 87,3 orang yang nafkahnya tergantung dari 100 orangtersebut.

Jika tingkat fertilitas tetap berada pada taraf yang tinggi,maka proporsi anak-anak di bawah umur 15 tahun akanmemngkat pada akhir abad ini menjadi 45,1%. Sebaliknya

10 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977

kalau tingkat fertilitas menurun seperti pada proyeksi rendah(asumsi Dr. lskandar - Lembaga Demografi Fakultas EkonomiU.I .), maka proporsi ini menurun menjadi 33,3%.

Besarnya proporsi ini sangat menentukan potensi produksinasional dan beban pemeliharaan pendidikan, pemeliharaankesehatan serta pemeliharaan fasilitas-fasilitas sosial lainnya.

Tentang perbandingan jumlah pria dan wanita, sensustahun 1971 menunjukkan angka yang lebih besar untuk wanitadibandingkan dengan pria, yaitu 100 orang wanita terhadap96,8 pria. Menurut sensus 1961 jumlah wanita usia subur(dari golongan umur 15 - 44 tahun) adalah sebesar 22,3 jutaatau 22,6% dari seluruh masyarakat wanita. Jumlah ini me-ningkat menjadi 26,5 juta pada tahun 1971. Angka-angka inimenunjukkan suatu potensi perkembangan penduduk yangtinggi.

4. Arus urbanisasi yang tinggi.Sebab dari pada urbanisasi belumlah jelas, akan tetapi

salah satu di antaranya adalah keinginan di kalangan orang-orang di daerah pedesaan untuk mengadu nasib dan menge-jar kemungkinan kehidupan yang lebih baik di kota-kotabesar.

Merosotnya tingkat hidup akibat relatip tingginya tingkatkelahiran di daerah pedesaan terutama disebabkan oleh me-nurunnya luas tanah garapan per kapita (land-man ratio) disektor pertanian.

lni merupakan salah satu pendorong yang menyebabkansebagian penduduk daerah pedesaan pindah kekota-kota besarguna mengejar kehidupan ya.ng lebih baik. Adanya arus perpin-dahan ini menyebabkan cepatnya perkembangan pendudukdi daerah perkotaan.

Cepatnya perkembangan penduduk di daerah perkotaanselain disebabkan oleh urbanisasi, juga disebabkan tinggiuyapertambahan alami penduduk daerah perkotaan itu sendiri.

Sebagai contoh, kalau antara tahun 1920 - 1930 jumlahpenduduk secara keseluruhan meningkat 23%, maka pendudukdaerah perkotaan meningkat 55%. Begitu pula pada periode-periode berikutnya prosentase peningkatan adalah 60 diban-dingkan dengan 75,5 untuk 1930 - 1961 dan 21 dibandingkandengan 57 untuk 1961 - 1971.

Berdasarkan angka-angka tersebut di atas dapatlah dike-mukakan, bahwa hampir 1/3 dari jumlah pertambahan pen-duduk Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir ini (1961 -1971) ditampung oleh daerah perkotaan.

Di antara kota-kota besar di Indonesia yang kecepatanpertambahan penduduknya memperlihatkan angka-angkayang menyolok pada periode 1961 - 1971 adalah pertamaJakarta yaitu sebesar lebih kurang 5,3% per tahun, kemudianmenyusul Surabaya sebesar lebih kurang 5,0%, Bandung se-besar 2,3%.Khusus untuk Jakarta dapat ditambahkan, bahwa pendudukdaerah ini pada tahun 1961 berjumlah 2.907.000 dan padatahun 1971 meningkat menjadi 4.576.000 jiwa. Ini berartibahwa dalam jangka waktu 10 tahun pertambahan pendudukdaerah ini bergerak rata-rata 6,5% setiap tahun.

Dengan memperhatikan data-data tersebut, dapat disim-pulkan bahwa perkembangan penduduk di daerah perkotaandi Indonesia lebih cepat dari pada perkembangan penduduk

secara keseluruhan. Kenyataan ini menunjukkan betapa besar-nya arus urbanisasi ke kota-kota besar.

IMPLIKASI FAKTOR KEPENDUDUKAN

Perkembangan penduduk yang cepat mempunyai implikasipada berbagai bidang seperti tenaga kerja, pendidikan, kesehat-an, pangan, perumahan dan lain-lain.

Bertambahnya penduduk dengan cepat mengakibatkantekanan pada sektor penyediaan fasilitas pada masing-masingbidang tersebut, baik kwantitatip maupun kwalitatip. Meng-ingat kemampuan kita yang masih sangat terbatas terutama disegi sumber-sumber pembiayaan, maka perlu diadakan Keluar-ga Berencana guna memperlambat laju perkembangan pendu-duk ini. Dengan berhasilnya Keluarga Berencana memperlam-bat laju perkembangan penduduk, maka biaya-biaya yangsedianya diperuntukkan penyediaan fasilitas guna mengejarkebutuhan masyarakat yang meningkat akibat cepatnya per-kembangan penduduk itu, dapat di-realokasikan untuk kepen-tingan-kepentingan lainnya atau untuk menaikkan kwalitasdari pada fasilitas-fasilitas tersebut. Perbaikan dalam bidang-bidang tersebut secara kwantitatip maupun kwalitatip, teruta-ma bidang pendidikan dan kesehatan, merupakan humaninvestment yang kelak akan menghasilkan generasi pemba-ngunan yang berkwalitas tinggi baik fisik maupun mental-spirituil. Hanya dengan potensi bangsa yang memenuhi per-syaratan kesehatan, kecerdasan, kemampuan, rasa tanggungjawab serta semangat pengabdian yang tinggi-lah akselerasipembangunan dan modernisasi dapat dilaksanakan denganbaik, sehingga makin dekat-lah kita pada cita-cita suatu bang-sa yang tertib, percaya atas kemampuan sendiri (self reliance)dan terhormat dimata dunia internasional.

1. Masalah tenaga kerja.Akibat tingkat fertilitas yang tinggi maka sebagian pendu-

duk menjadi terlalu muda untuk masuk angkatan kerja, se-hingga pertambahan penduduk ini hanya meningkatkanpotensi tenaga kerja secara kurang proporsionil. Hal ini kurangmenguntungkan usaha pembangunan karena golongan mudaini merupakan beban.

Pengeluaran konsumsi yang tinggi oleh golongan bukantenaga kerja ini akan membatasi tabungan, baik tabungan yangdilakukan oleh Pemerintah maupun Swasta.Hal ini berarti mengurangi kemampuan untuk mengadakaninvestasi guna mempertinggi kapasitas produksi, sehinggamenghambat pula perluasan kesempatan kerja.

2. Masalah pendidikan.Jika tingkat fertilitas tetap tinggi, maka proporsi anak-

anak di bawah umur 15 tahun akan meningkat terus dan:padatahun 2001 akan mencapai proporsi sebesar 45,1%. Besarnyaproporsi ini membawa akibat-akibat yang gawat terutama dibidang pendidikan.Seperti kita ketahui pendidikan adalah kunci daripada kemaju-an. Melalui pendidikan akan dapat dipercepat penemuan tek-nologi baru sehingga mendorong proses pembangunan. Di sam-ping itu pendidikan mempercepat pula proses perobahan nilai/pola lama yang sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan zamanseperti misalnya kepercayaan bahwa "banyak anak - banyak

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 13

rezeki". Menurut sensus tahun 1961 prosentase anak yang ber-sekolah (enrollme.nt ratio) dari kelompok umur 5 - 6 tahun,7 - 13 tahun, 14 - 16 tahun dan 17 - 19 tahun masing-masingadalah 0,12; 0,55; 0,29 dan 0,13. lni berarti bahwa dari se-luruh penduduk kelompok umur 5 - 6 tahun (5,856 juta),hanya 12% saja yang tertampung di Taman Kanak-kanak;demikian pula dengan kelompok umur-umur lainnya.

Tanpa Keluarga Berencana, maka betapapun kerasnyausaha untuk mengatasi masalah pendidikan ini, sebagian besaranak-anak tetap tidak akan tertampung dalam sekolah-sekolahatau tidak mendapatkan mutu pendidikan yang memadai, se-hingga hal ini menimbulkan masalah gawat bagi generasi muda.

3. Masalah kesehatan.Salah satu tujuan pembangunan adalah memperbaiki dan

meningkatkan kesehatan masyarakat. Perbaikan kesehatanini pada dirinya bertujuan meningkatkan produktivitas kerjaguna mempercepat proses pembangunan. Perbaikan kesehat-an masyarakat haruslah dinilai sebagai investasi, yaitu inves-tasi dalam bentuk manusia. Meskipun dalam bidang kesehatantelah banyak dicapai kemajuan, sebagaimana tercermin darimakin menurunnya tingkat kematian, namun demikianmutukesehatan masyarakat pada umumnya masih jauh dari memu-askan.

Belum meratanya kesadaran untuk hidup secara sehat,tidak saja terdapat di daerah-daerah pedesaan tetapi juga dikota-kota. Data-data menunjukkan bahwa di lndonesia inibaru 42% penduduk yang menggunakan jasa-jasa kesehatanPemerintah dan 4% yang menggunakan jasa-jasa kesehatanSwasta, sedangkan. selebihnya (lebih dari 50% penduduk)belum menggunakan pelayanan kesehatan Pemerintah mau-pun Swasta. Hal ini mencerminkan ketidak sadaran masyarakatakan pentingnya arti kesehatan. Di samping itu fasilitas ke-sehatan yang masih belum baik perlu ditingkatkan kwalitasmaupun kwantitasnya. Selama tingkat fertilitas masih tetaptinggi, maka usaha mengejar perbaikan dalam fasilitas pelayan-an kesehatan ini akan menjadi terlampau berat, sehingga tidakbisa diharapkan untuk meningkatkan mutu kesehatan masya-rakat. Kurang sehatnya sebagian besar masyarakat akan mem-pengaruhi produktivitas nasional.

Dengan makin bertamhah baiknya mutu pelayanan kese-hatan masyarakat serta bertambah majunya teknologi medis,maka tingkat kematian terutama pada anak-anak akan menu-run terus.

Harapan hidup pada tahun 2001 diproyeksikan setinggi49,6 tahun untuk pria dan 52,5 tahun untuk wanita. Denganbertambah kecilnya risiko kematian pada anak-anak, makafungsi "banyak anak" sebagai cadangan terhadap kemungkin-an kematian pada anak, secara ber-angsur-angsur tidak akanberlaku lagi. Keadaan ini menunjang ide "Keluarga Kccil"dan menguntungkan program Keluarga Berencana.

4. Masalah pangan.Kegawatan masalah beras yang sering menimpa negara kita

akan menempatkan kita dalam kedudukan yang tidak mcng-untungkan karena adanya kecenderungan bahwa masalahberaspun tidak terlepas dari pengaruh politik negara-negarabesar. Di samping itu kegawatan ini dapat mengganggu stabili-tas sosial, ekonomi dan keamanan yang merupakan prasyarat

bagi lancarnya pembangunan ekonomi.Pada tahun 1963 penduduk lndonesia diperkirakan ber-

jumlah 100,8 juta. Korisumsi beras per tahun pada waktu ituadalah 85 kg per kapita. Sepuluh tahun kemudian jumlahpenduduk meningkat menjadi lebih kurang 130,9 juta, sedang-kan konsumsi beras per tahun lebih kurang 1 12,0 kg per kapita

Konsumsi beras dalam tahun 1973 secara keseluruhan ada-lah sebesar 14,68 juta ton, sedangkan produksinya hanya se-banyak 14,49 juta ton, sehingga terdapat kekurangan sebesar0,19 juta ton. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwaproduksi dan konsumsi beras tiap tahunnya sudah tidak se-imbang lagi.

Cepatnya tingkat pertambahan penduduk, bertambahnyagolongan penduduk yang makan beras serta meningkatnyakonsumsi beras per kapita tidak seimbang dengan kemampuanproduksi beras dalam negeri.

5. Bidang-bidang lainnya.Bidang-bidang lainnya seperti penyediaan fasilitas transpor-

tasi, fasilitas komunikasi, fasilitas perumahan, dan lain-lainjuga mengalami tekanan-tekanan berat akibat cepatnya lajupertambahan penduduk. Hal ini disebabkan karena programkerja di tiap bidang didasarkan atas target yang makin mening-kat baik kwantitatip maupun kwalitatip.

Berbicara mengenai perumahan, sebagian besar pendudukdi . daerah pedesaan dan di kota-kota mendiami rumah-rumahdengan kwalitas yang jauh dibawah standar kesehatan.Masalahperumahan di daerah perkotaan bersumber pada ketidak se-larasan jumlah rumah dengan jumlah penduduk karena tinggi-nya tingkat kepadatan penduduk di daerah perkotaan.

Cepatnya laju perkembangan penduduk mempunyai akibatpada bidang ekonomi dan sosial seperti kcschatan, pendidikan,perumahan dan lain-lain. Kalau tingkat perkembangan pendu-duk di lndonesia tetap berada di atas angka 2% per tahun, ma-ka menurut proyeksi Dr. N. lskandar (Lembaga Demografi Fa-kultas Ekonomi U.I.) jumlah penduduk yang menurut sensustahun 1971 sebesar kira-kira 119,2 juta jiwa itu akan mening-kat menjadi kira-kira 280 juta jiwa pada tahun 2001, suatupeningkatan tiga kali lipat daripada jumlah.penduduk tahunI96I (Iebih kurang 97 juta jiwa). Tingginya tingkat kelahiran/fertilitas ini menimbulkan keprihatinan nasional. Pesatnya per-tambahan-jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan naik-nya tingkat produksi akan mengakibatkan kegelisahan/kete-gangan sosial yang secara potensiil merupakan faktor ancamanyang serius terhadap Ketahanan Nasional.

Tahukah anda bahwa................................ ?

Cara penetapan ovulasi dengan BBT (Basal Body Tempera-turc) Rhythm method telah diselidiki ketcpatannya di USA danlnggris. Hasilnya menunjukkan bahwa derajat kegagalan cara inidalam menetapkan saat ovulasi adalah 20 % di USA dan 25 dilnggris. Dari penyelidikan itu juga disimpulkan bahwa tidakadanya peningkatan suhu basal tubuh tidak sclalu berarti tidakada ovulasi.

Intern FPDigest 3. June 1977

14 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977

Perkembangan dalampandangan tentang ABORTUS

dr. Ratna Suprapti SamilBagian Obstetri dan GinekologiFakultas Kedokteran Universitas IndonesiaR.S. Dr. Tjipto MangunkusumoJakarta

Masalah abortus merupakan masalah yang tetap aktuil dan ba-nyak dipersoalkan. Memang abortus provocatus sudah sejak la-ma dan hingga kini masih dilakukan, walaupun di beberapa ne-gara dilarang oleh hukum. Di beberapa negara (termasuk lndo-nesia) abortus provocatus dilarang oleh undang-undang (ilegal),di beberapa negara tertentu dibolehkan dengan pembatasan,sedangkan di beberapa negara lainnya dibolehkan tanpapembatasan (abortion on request). Problem abortus adalahsoal yang sangat rumit dan saya kita di dunia ini belumlahtercapai kesepakatan tentang pengaturan secara legal, sosialmaupun medik daripada abortus ini. Demikian pula sukarditemukan agama yang seluruh ummatnya setuju dengan dasarmoral daripada abortus.Tetapi seluruh dunia menyetujui satu hal ialah bahaya secaramedik daripada abortus gelap (abortus criminalis). Kewajibankita sebagai karyawan kesehatan adalah mempertahankan danmeningkatkan kesehatan rakyat dengan menurunkan angka ke-matian, menurunkan angka sakit dan mengadakan usaha-usahapencegahan. Abortus spontan maupun artifisial dapat menye-babkan kematian dan penyakit. Hanya dengan cara pengohat-an yang modern oleh orang-orang yang terdidik angka sakitdan angka kematian karena abortus dapat diturunkan. Abortusprovocatus secara ilegal meningkatkan angka kcmatian dan te-rutama angka sakit termasuk sakit mental dan sosial.Cepatnya perobahan-perobahan dalam hukum yang terjadimengenai abortus ini di berbagai negara, umpamanya Rusia,yang mula-mula sangat liberal (1920) sampai herobah menjadiketat (1955) dan di Amerika Serikat yang sejak lama melarangtiap-tiap abortus provocatus dengan undang-undang sampaimenjadi abortus atas permintaan (abortus on demand) sejak1971, hanya memperlihatkan kepada kita semua : ketidak-ten-tuan dan keadaan yang terus-menerus berohah mengenai halini.

Sterilisasi dan abortus merupakan prosedur yang tidak po-puler karena sering sikap masyarakat masih negatif terhadapprosedur ini; lagi pula undang-undang yang melarang melaku-kannya, masih berlaku, kecuali dalam keadaan yang darurat.

Menurut WHO, kesehatan adalah kesehatan optimal secarafisik, mental dan sosial. Mutu kehidupan dan kesehatan jiwapreventif dengan demikian harus pula diperhatikan. Di Indone-sia lkatan Dokter Indonesia pada tahun 1964 telah menyeleng-garakan simposium abortus disusul dengan seminar Kriminolo-

gi (Hukum) yang telah mengadakan simposiumnya yang kedua(1973). Kongres Obstetri dan Ginekologi lndonesia (KOGI)kedua di Surahaya (1973) mengadakan simposium ahortus pu-la, sehingga masyarakat Indonesia sudah mulai tergerak ikutmemikirkan persoalan ini. Peraturan-peraturan hendaknya be-rupa undang-undang. Mengingat kewajiban kita sehagai karya-wan kesehatan dan mengingat bahwa abortus provocatus ilegalmenyebabkan angka kematian dan angka sakit yang tinggi,maka dianjurkan oleh simposium-simposium tersebut untukmengadakan apa yang disebut liberalisasi undang-undang abor-tus dengan memperluas indikasi-indikasi abortus provocatusmedicinalis.

Di beberapa negara berbagai panitia secara jujur telah mem-pelajari persoalan-persoalan yang berhubungan dengan abortusini. Akan saya kemukakan beberapa kesimpulan dan rekomen-dasi yang telah diberikan oleh panitia yang diketua oleh SIRJOHN PEEL (hekas Presiden IFGO) di Inggris Raya (1972).

l.• Telah dibuktikan secara jelas , bahwa kehamilan yang ti-dak direncanakan (unplanned pregnancies) dewasa ini terjadilebih banyak. Ini terutama ditemukan pada golongan usia dibawah umur 20 tahun.2. •Meskipun konsensus yang paling ideal adalah bahwa tiap-

tiap kehamilan merupakan kehamilan yang direncanakan, se-buah kehamilan yang tidak direncanakan tidak usah merugi-kan, semua bergantung kepada suatu aspek yang kompleks daripada sikap (behaviour), motivasi dan keadaan sekelilingnya.3.• Kehamilan di luar perkawinan berkurang di golongan

usia yang lanjut, tetapi tetap meningkat pada wanita-wanita dibawah usia 20 tahun dan akhir-akhir ini pada golongan usia14 - 16 tahun.4.• Pada golongan usia muda beberapa faktor memegang pe-

ranan :(a) kurangnya pengawasan dan disiplin orang tua.(b) meningkatnya waktu senggang yang tidak disupervisi.(c) penolakan otoritas.(d) eksploitasi secara komersiil daripada remaja-remaja (teen

agers) olch produser-produser film, majalah-majalah, san-diwara-sandiwara, penyanyi-penyanyi-pop dan lain-lain.

5.• Dalam masyarakat modern masa kini lebih banyak fak-tor yang memungkinkan hubungan seksuil sebelum dan di luarperkawinan daripada tersedianya alat-alat KB.

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 15

6. • Terbukti dengan jelas bahwa di dalam perkawinan, keha-milan yang tidak direncanakan mungkin berada sekitar 20 %sampai 25 %, tetapi hanya 10 % saja merupakan kehamilanyang ditolak secara mutlak (totally rejected).7.• Perhatian diminta terhadap angka-angka perceraian yang

tinggi (± 40% dari seluruhnya) daripada mereka yang kawin se-belum berusia 20 tahun.8. •Dibuktikan bahwa faktor-faktor lingkungan, terutama

lingkungan keluarga, adalah faktor yang lebih penting dalampenetapan manusia yang akhirnya diwujudkan pada seoranganak.

9. •Meskipun telah dibuktikan adanya keuntungan bagi se-orang bayi yang lahir di luar perkawinan jika ia diserahkan un-tuk diadopsi, tetapi kecenderungan masa kini adalah bahwabayi tersebut diadopsi dalam keluarganya; masih belum dike-tahui dengan jelas bagaimana proses-proses emosionil yang ter-jadi pada jiwa ibu muda jika ia memelihara bayinya sendiri danjika ia menyerahkannya untuk diadopsi.10.• Hukum-hukum mengenai paternitas (ayah) tidak wajar.Masyrakat menyibukkan diri dengan peranan wanita dantanggung jawabnya, tetapi peranan ayah dalam kehamilan diluarperkawinan umumnya tidak diindahkan.11. • Dewasa ini (di Inggris) suatu kehamilan yang terjadi padaseorang gadis muda yang di luar perkawinan umumnya diakhirikarena ketiga alternatif -- perkawinan, melahirkan bayi danmenahannya atau diadopsi - semuanya akan merugikan.12. • Menghindari kehamilan-kehamilan yang tidak direncana-kan dapat dicapai dengan penyediaan pelayanan KB yang kom-prehensif, melakukan sterilisasi dan terminasi kehamilan jikaada indikasi.

Ada kebutuhan yang semakin meningkat akan penelitian(research) tentang pendidikan seks dan kegagalan totalnya,yang tampak dari peningkatan jumlah kehamilan yang tidak di-rencanakan pada wanita-wanita remaja.

Rekomendasi-rekomendasi dari Panitia RCOG dcngan Ke-tua J. PEEL antara lain berupa usul-usul untuk penelitianmengenai :

(a) Komplikasi-komplikasi pada abortus provocatus, fisik danpsikik terutama pada wanita-wanita muda.

(b) Apa yang terjadi dengan wanita yang kehamilannya tidakditerminasi, apa yang terjadi dengan mereka dan anak-anak mereka dikemudian hari.

(c) Apakah motivasi untuk "request of termination" datangdari si wanita atau dari orang tua, pacar atau suaminya.

(d) Kesukaran-kesuakaran yang timbul dalam pelayanan dirumah-rumah sakit karena peningkatan beban pekerjaandan terganggunya pelayanan maupun mutu pelayanan pe-nyakit ginekologik umumnya.

(e) Wanita-wanita yang menderita penyakit-penyakit kan-dungan lainnya dirugikan karena tempat tidur maupun fa-silitas kamar bedah dipergunakan untuk kasus-kasus abor-tus,

(f) Sehingga terminasi dalam kehamilan muda paling baik di-lakukan di poliklinik.

(g) Karena hubungan seksuil diantara remaja meningkat de-ngan meningkatnya pula insidens penyakit kelamin, hen-daknya penentuan dini mutlak perlu, sehingga dapat dice-gah komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul.

1 6 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977

Untuk hampir semua negara pengendalian kepadatan pen-duduk adalah suatu soal yang sangat penting dan mendesaksebagaimana BERTRAND RUSSELL katakan :

"Penanggulangan yang dikehendaki tidak terletak dalammemperbaiki ratio mortalitas ke angkanya yang dahulunyatelah tercapai, juga tidak terletak dalam memungkinkan wa-bah-wabah baru. Tidak sekali-kali terletak pada peperanganyang baru yang akan membawa destruksi massal, tetapi pa-da pengaturan penambahan penduduk yang bertanggungjawab ".Abortus bukan suatu hal yang datang dari Barat. Di antara

suku-suku bangsa yang masih hidup mengembara huhungan"incest" adalah indikasi untuk abortus, kadang-kadang dengankonsekwensi-yang luas. Demikian pula perzinahan , antara duaorang dari golongan yang tidak dapat diterima.

Mengenai soal abortus Dr. C. TIETZE dari Population Co-uncil pernah mengajukan beberapa pertanyaan :

1. Apakah dari suatu fertilisasi sebuah zygote, embryo ataufetus merupakan manusia dengan hak untuk perlindungan ter-hadap permusnahan yang hendak dikerjakan terhadapnya ?2. Kalau hak perlindungan itu dimiliki oleh emhryo atau fe-

tus in utero, bilakah hak tersebut mulai? Pada nidasi, akhir tri-mester I, waktu terasa pergerakannya oleh si ihu, pada viahili-tasnya atau pada saat lahirnya ?3. Apakah wanita hamil memiliki hak untuk mengadakan

terminasi(pengakhiran) kehamilannya atau memiliki hakmembiarkan kehamilannya diakhiri ?4. Jika seorang wanita hamil ada hak untuk mengakhiri keha-

milannya, sejauh mana hak itu dimiliki dalam kehamilan ?Sampai saat implantasi, akhirnya trimester I, sampai terasa ge-rak fetus, sampai viabilitas; atau sampai saat lahirnya bayi ?

5. Jika fetus memiliki hak untuk dilindungi dan wanita me-miliki hak untuk mengakhiri kehamilannya, pada keadaan ma-na hak pertama lebih kuat dari hak kedua ?6. Jika kedua-duanya fetus dan wanita hamil — memiliki

hak, yang pertama untuk hidup dan yang kedua untuk meng-akhiri kehamilannya, siapa yang competent (mempunyai hakyang sah) untuk memutuskan dan apakah kwalifikasi untukkedudukan tersebut ?7. Apakah masyarakat harus menyokong hak fetus untuk hi-

dup dengan hukum-hukum abortus atau haruskah itu diserah-kan saja kepada keputusan wanita yang hamil ?8. Apakah masyarakat harus menyokong hak wanita untuk

mengakhiri kehamilannya dengan menyediakan fasilitas-fasi-litas untuk abortus dan siapa yang harus membayar fasilitas-fasilitas tersebut, masyarakat atau wanita hamil tersebutkah?

Marilah kita tinjau keadaan-keadaan khusus, yang ada hu-bungannya dengan abortus dan memajukan bcberapa perta-nyaan dalam hubungan tersebut.9. Apakah hak-hak fetus tergantung kepada keadaannya, um-

pama: sebuah fetus yang diketahui mempunyai cacat bawaanyang luas, apakah haknya kurang daripada fetus yang normal?10. Kalau keadaan menunjukkan bahwa ada kemungkinan fe-tusyang dikandung mempunyai cacat yang berat tetapi ke-mungkinan tersebut belum dibuktikan, apakah keadaan terse-but membenarkan suatu abortus.11. Pada tingkat kemungkinan caeat yang mana fetus kehi-langan hak hidup.

12. Mengenai kemungkinan bahwa pada tingkat-tingkat yanglanjut fetus mungkin menderita sakit atau "distress", apa ke-putusan-keputusan untuk mengakhiri kehamilan itu sepertipada abortus ?13. Kalau sebuah kehamilan diakhiri dan fetusnya hidup, apa-kah harus diusahakan agar fetus tetap hidup dengan resikobahwa anak tersebut harus dibesarkan dengan cacat-cacat or-ganik yang luas ?14. Peranggapan, bahwa wanita hamil mempunyai hak untukmemutuskan pro/kontra abortus, apakah orang lain sepertisuaminya atau orang tuanya (kalau ia masih belum dewasa)mempunyai hak untuk menolak keputusan tersebut dan jikademikian, bilamana ?15. Apakah masyarakat mempunyai hak untuk memutuskanpengakhiran kehamilan terhadap seorang wanita hamil dankalau demikian bilamana ?16. Kalau sekarang terdapat hukum abortus (legal) atas per-mohonan seorang wanita hamil (on request): Apakah cara-carayang harus ditetapkan untuk melindungi wanita terutama wa-nita miskin, wanita yang tergolong minoritas secara ethnik, ga-dis-gadis muda dan wanita yang jiwanya terganggu terhadaptekanan untuk menjalani abortus maupun terhadap penolak-an mereka terhadap pengakhiran kehamilan tersebut.17. Apakah hak dan kewajiban dokter-dokter dan karyawan-karyawan kesehatan berkenaan dengan prosedur abortus.18. Jika terdapat experimentasi pada fetus-fetus yang pre -

viable, sebelum atau sesudah dikeluarkan dari uterus, harus-kah experimen tersebut dikekang seperti yang terdapat padamanusia-manusia biasa.

Pembicaraan ini saya titik beratkan pada segi moral danlegal dari abortus provocatus. Tetapi menurut ,saya segi yangterutama .adalah segi moral, karena ini akan menetapkan be -

narnya atau tidak benarnya melakukan abortus prcvocatus.Sedang dalam soal hukum akan ditetapkan benar/tidaknya in-dikasi-indikasinya.

KEPUSTAKAAN

1. CALLAHAN D : Abortion law, choice & morality. New York,MacMillan Co., 1970.

2. Departemen Kesehatan Kumpulan naskah-naskah SimposiumAbortus di Surabaya, 2 Agustus 1973, Jakarta 1974.

3. HERMANS EH : Recent Mcdisch Ethisch Denken 11. N.Y., Ley-den, Stafleu in Wetenschappelijke Uitgeversmaatschappy, 1970.

4. PAGE, VILLE-VILLEE : Human reproduction. In Core contentof obstetrics, gynecology and perinatal medicine, 2 cd., Philadel-phia. WB Saunders Co., 1976.

5. Report of the Working Party, RCOG : Unplanned pregnancy.London, 1972.

6. WILLIAMS RH: To live and to die. When, whv and how.Springcr Vcrlag, 1973.

7. SIMON BIESH : Protection of human rights in the light of scien-tific and technological progress in biology and medicine. Geneve,

WHO, 1974.

lt is ositively proved thatPROCOLD is absorbedFaster,and higher concentrationsin the blood level arereached and maintained.

Composition :Each tablet containsPa raceta m o l 500 mg.Trimethylxanthine.............................. 30 mg.Phenylpropanolamine HCI................ 25 mg.Chlorpheniramine Maleate................ 2 mg.

As yet PROCOLD has the best dissolution among well knownCOLD preparations

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 17

Risiko Kematiansehubungan denganpemakaian kontrasepsi

dibandingkan dengan ,

Risiko Kehamilan/Persalinan

dr. Felix GunawanSeksi Keluarga BerencanaPusat Karya Dharma Kesehatan Indonesia(PERDHAKI)

Akhir-akhir ini banyak berita-berita tentang terjadinyakomplikasi-komplikasi pemakaian kontrasepsi, yang kadang-kadang menimbulkan kematian. Timbul pertanyaan, apakahdengan demikian pemakaian kontrasepsi bisa dipertanggung-jawabkan ? Untuk menilai baik buruknya perlulah dibuatsuatu perbandingan antara risiko kematian jika ibu-ibu meng-gunakan kontrasepsi dan risiko kematian akibat komplikasikehamilan/persalinan jika ibu-ibu tidak menggunakan salahsatu cara pencegahan kehamilan.

RISIKO KEMATIAN

A.Risiko kematian ibu akibat komplikasi kehamil-an /persalinanTiga macam komplikasi kehamilan/persalinan yang sering

menyebabkan kematian ibu ialah : toxaemia, perdarahan dansepsis. Besar kecilnya risiko dipengaruhi oleh umur, paritas danjarak waktu persalinan. Risiko ini dipengaruhi pula oleh kese-hatan si ibu (anemia, tuberkulosis paru-paru, diabetes melitus,dll.) dan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia. Di daerahpedesaan di negara-negara yang sedang berkembang, risiko inilebih tinggi karena pada umumnya keadaan kesehatan ibu ti-dak begitu baik dan juga fasilitas pelayanan kesehatan belummemadai. CHEN L.C. dkk. dalam penyclidikan di daerah pede-saan di Bangladesh (di Matlab thana) tahun 1967 - 1968 me-nemukan 41 kematian ibu sehubungan dengan kehamilan/per-salinan, dengan perincian sebab-sebab sebagai berikut: 10 ka-sus eklampsia, 16 kasus perdarahan, 6 kasus infeksi, 1 kasuskehamilan ektopik, 4 kasus dengan keadaan kesehatan ibuyang kurang baik (anemia, dll) dan 4 kasus sebab-sebab lainnya.

B. Risiko kematian ibu akibat komplikasi pemakaiankontrasepsi.1. Pil Anti Hamil.

Pil yang banyak dipakai ialah yang mengandung kombinasiprogestin-oestrogen. Kematian akibat komplikasi Pil disebab-kan penyakit-penyakit tromboembolik (emboli paru-paru dantrombosis otak) dan infark jantung. Risiko terjadinya kompli-kasi ini pada orang-orang perokok lebih tinggi daripada orang-orang yang tidak merokok. Selain kebiasaan merokok, keada-an-keadaan hipertensi, kadar cholesterol darah yang tinggi,obesitas dan diabetes mellitus juga menambah risiko tersebut.Menurut beberapa pengarang, di negara-negara yang sedangberkembang kasus-kasus tromboembolik dan infark jantungpada pemakai Pil lebih sedikit dibandingkan kasus-kasus di ne-gara maju. Hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan kebiasaanhidup dari rakyat.

18 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977

TABEL I

Kelompok umur Jumlah kematian Jumlah kematian akibat komplikasi(tahun) akibat komplikasi

kehamilan/persalinan PIL **-

IUD ** TUBEKTOMI ***

15 - 19 10,8 1,320-24 8,5 1,3 1 -25-29 12,1 1,3 1 10 - 2030 - 34 25,1 4,8 1 10 - 2035 - 39 41,0 6,9 1 12,5 - 2540 - 44 69,1 24,5 1 15 - 30

* per 100.000 kelahiran hidup, per tahun.** per 100.000 akseptor, per tahun.*** per 100.000 operasi tubektomi .

2. IUDKematian karena komplikasi IUD kebanyakan disebabkan olehseptic abortion dan kehamilan ektopik. Septic abortion teruta-ma terjadi pada pemakai IUD tipe Dalkon Shield. Menurut be-berapa pengarang, di negara-negara yang sedang berkembangkasus-kasus komplikasi IUD Iebih banyak. Diduga karena ka-sus-kasus infeksi pelvis kurang memperoleh perawatan/pengo-batan yang selayaknya.

3. Kondom/diafragmaTidak ada laporan kematian akibat komplikasi pada pemakaiankondom/diafragma.

4. Operasi pemandulanCara KB dengan operasi pemandulan hanya dapat diperguna-kan oleh ibu-ibu yang bermaksud membatasi jumlah keluarga -

nya (tidak menginginkan kehamilan lagi untuk selanjutnya).Ada dua cara yaitu: tubektomi pada wanita dan vasektomi pa-da pria.

TABEL II : JUMLAH KELAHIRAN HIDUP PER 100.000WANITA TIDAK MANDUL PER TAHUN

Kelompok umur Jumlah kelahiran hidup

15 - 19 tahun 49.25020 - 24 tahun 59.26025 - 29 tahun 54.29030 - 34 tahun 49.16035 - 39 tahun 37.81040 -44 tahun 18.250

TABEL III : JUMLAH KELAHIRAN HIDUP PER 100.000WANITA TIDAK MANDUL SELAMA SISA MASA

REPRODUKSINYA, DIHITUNG MULAI UMUR PADASAAT KEPUTUSAN DIAMBIL

Umur waktu keputusan diambil Jumlah kelahiran hidup

25 tahun 861.38030 tahun 598.06035 tahun 348.15040 tahun 149.860

Komplikasi akibat tubektomi sangat tergantung dari caraoperasi (minilaparotomi, laparoskopi, kuldoskopi, kolpotomi,tubektomi yang dilakukan bersamaan dengan sectio cessaria,dll) Sebab-sebab kematian yang dilaporkan : peritonitis,em-boli paru-paru dan pelukaan pada usus (accidental bowel in-jury). Tidak ada laporan tentang kematian akibat komplikasivasektomi. Menurut beberapa pengarang, di negara-negara yangsedang berkembang kasus-kasus komplikasi operasi pemandul-an lebih banyak. Diduga karena fasilitas operasi belum sebaikseperti di negara-negara maju.

PERBANDINGAN RISIKO-RISIKO KEMATIANTIEZE dkk. mengumpulkan data-data angka kematian her-

dasarkan penyelidikan di USA dan Inggris (lihat tabel I).TIEZE dkk. menggunakan komputer untuk menghitung

jumlah kelahiran hidup yang akan terjadi pada 100.000 wanitatidak mandul, jika tidak menggunakan salah satu cara pence-gahan kehamilan. Untuk ibu-ibu yang bermaksud menjarang-kan kehamilan/persalinan dibuat perhitungan per tahun, se-dang untuk ibu-ibu yang bermaksud membatasi jumlah kelu-arga dibuat perhitungan untuk selama sisa masa reproduksinya,mulai dari umur pada waktu keputusan diambil (lihat Tabel IIdan III).

Dengan data-data dan perhitungan-perhitungan diatas, me-reka membandingkan risiko kematian sehubungan dengan pe-makaian kontrasepsi dan risiko kematian akibat komplikasi ke-hamilan/persalinan jika tidak menggunakan salah satu carapencegahan kehamilan.Risiko kematian sehubungan dengan pemakaian kontrasepsi,terdiri dari dua risiko, yaitu risiko akibat komplikasi metodedan risiko kehamilan/persalinan yang terjadi karena kegagalanmetode. Untuk menentukan kegagalan metode, TIEZE dkk.menggunakan data-data hasil penyelidikan di USA dan me-nyimpulkan sbb:

Angka kegagalan metode Pil Anti Hamil : 1 %IUD : 1 %Kondom/diafragma :Tubektomi/vasektomi :

10 %0 %

Tabel IV memperlihatkan angka-angka sehubungan denganpemakaian kontrasepsi dan sehubungan dengan kehamilan/persalinan jika tidak menggunakan salah satu cara pencegahankehamilan, bagi ibu-ibu yang bermaksud menjarangkan keha-milan/persalinan. Sedangkan Tabel V menunjukkan angka-angka bagi ibu-ibu yang bermaksud membatasi jumlah keluarga

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 21

Menurut JAIN dan HOWARD ORY, risiko kematian sehu-bungan dengan pemakaian Pil harus dibedakan antara aksep-tor yang mempunyai faktor risiko tambahan dengan yang ti-dak, terutama faktor kebiasaan merokok. Untuk membeda-kannya JAIN membuat perhitungan sbb (lihat Tabel VI)

DISKUSIDari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada wanita beru-

mur di bawah 30 tahun risiko kematian sehubungan denganpemakaian salah satu cara kontrasepsi jauh lebih rendah diban-dingkan dengan risiko kematian akibat komplikasi kehamilan/persalinan jika ibu-ibu tidak menggunakan salah satu cara pen-cegahan kehamilan.

Jika wanita berumur 30 - 40 tahun yang mempunyai faktorrisiko tambahan (kebiasaan merokok dan juga keadaan-keada-an seperti: hipertensi, kadar cholesterol darah tinggi, obesitas,diabetes mellitus, dll) memilih cara Pil, maka risiko kematianakan meningkat, meskipun masih lebih rendah . daripada risikokehamilan/persalinan jika tidak menggunakan cara apapun.Ri-siko sehubungan dengan pemakaian IUD dan kondom/diafrag-ma tetap jauh lebih-rendah daripada risiko kehamilan/persalin-an jika tidak memakai cara pencegahan kehamilan apapun.

Jika wanita-wanita berumur 40 tahun ke atas yang mempu-nyai faktor risiko tambahan memilih cara Pil, maka risiko ke-matiannya akan lebih tinggi daripada risiko kehamilan/persa-linan jika tanpa cara apapun. Pada golongan ini, risiko sehu-bungan dengan pemakaian IUD dan kondom/diafragma tetaplebih rendah dibandingkan risiko kehamilan/persalinan jikatanpa cara apapun.

Bagi ibu-ibu yang bermaksud menjarangkan kehamilan/per-salinan, cara yang paling rendah risikonya adalah cara I.U.D.Sedangkan bagi ibu-ibu yang bermaksud membatasi jumlahkeluarga (tidak menginginkan kehamilan lagi untuk seterus-nya), cara yang paling rendah risikonya adalah operasi peman-dulan : tubektomi (jika keputusan sudah diambil pada umuryang muda) dan vasektomi.

Perhitungan-perhitungan yang dibuat TIEZE dkk. di atasberdasarkan data-data dari negara-negara maju, sehingga untukpenerapannya di negara-negara yang sedang berkembang (ter-masuk Indonesia) kiranya diperlukan koreksi-koreksi. Hal inidisebabkan adanya perbedaan data-data, misalnya :

(a) angka kematian ibu akibat komplikasi kehamilan/per-salinan di USA (tahun 1974) : 15 per 100.000 kelahiran hidup,di Thailand (tahun 1971) : 2I0 per 100.000 kelahiran hidup,diBangladesh (Matlab thana, 1968 - 1970) : 570 per 100.000 ke-lahiran hidup.

(b) angka kegagalan metode, menurut pengalaman susterdr. J. BARTEN (dari RS Gunung Maria, Sulawesi Utara), lebihtinggi dari angka-angka kesimpulan TIEZE : dkk, khususnyaangka kegagalan Pil ternyata dapat mencapai 20 % (karena pa-tient failure yang tinggi terutama di daerah-daerah pedesaan,pasien sering lupa minum Pil). TIEZE : dkk.hanya membuat perbandingan risiko kematian(mortality risk) dan tidak membandingkan risiko sakit (morbi-dity . risk). Juga risiko-risiko sehubungan dengan pemakaiancara-cara lain tidak diperbandingkan, misalnya Depo Proveradan KB alamiah.

TABEL IV : JUMLAH KEMATIAN PER 100.000 WANITA TIDAK MANDUL PER TAHUN.

Kelompok umur 15 - 19 tahun 20 -24 tahun 25 - 29 tahun 30 - 34 tahun 35 - 39 tahun 40 - 44 tahun

Tidak menggunakan

salah satu cara pence-

gahan kehamilan.

.5,5 5,2 7,1 14,0 19,3 21,9

Memakai kontrasepsi.

1. Pil Anti Hamil

2. I U D

3. Kondom/diafragma

1,4

1,1

1,1

1,5

1,2

1,4

1,5

1,2

1,9

5,2

1,4

3,7

7,5

1,6

4,7

24,9

1,4

4

TABEL V : JUMLAH KEMATIAN PER 100.000 WANITA TIDAK MANDUL SELAMA SISA MASA REPRODUKSINYA.

Umur pada waktu keputusan diambil 25 tahun 30 tahun 35 tahun 40 tahun

Tidak menggunakan salah satu

cara pencegahan kehamilan. 265,6 244,9 188,9 117,6

Memakai kontrasepsi.

1. Pil Anti Hamil 194,8 187,5 161,7 124,9

2. I U D 27,4 21,5 14,7 7,4

3. Kondom/diafragma 61,2 55,3 40,0 21,4

4. Tubektomi 10 - 20 10 - 20 12,5 - 25 15 - 30

5. Vasektomi 0 0 0 0

6. Pil Anti Hamil sampai umur 40 th

kemudian dilanjutkan dengan 86,3 79,6 54,8 -----

pemakaian kondom/diafragma.

22 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977

TABEL VI : JUMLAH KEMATIAN PER 100.000 WANITA TIDAK MANDUL PER TAHUN SEHUBUNGAN DENGANPEMAKAIAN PIL PADA AKSEPTOR YANG PEROKOK DAN YANG TIDAK.

Kelompok umur 15 - 19 tahun 20 - 24 tahun 25 - 29 tahun 30 - 34 tahun 35 - 39 tahun 40 - 44 tahun

Tidak merokokKebiasaan merokok

1,31,5

1,41,6

1,41,6

2,210,8

4,413,3

6,958,9

KESIMPULANRisiko kematian sehubungan dengan pemakaian kontrasepsi

pada segala kelompok umur, lebih rendah daripada risiko keha-milan/persalinan jika tanpa cara pencegahan kehamilan apapunkecuali bagi ibu-ibu pemakai Pil yang berumur 40 tahun keatas yang mempunyai faktor risiko tambahan (kebiasaan mero-kok dan juga keadaan-keadaan seperti : hipertensi, kadar cho-lesterol darah tinggi, obesitas, diabetes mellitus, dll).

Ibu-ibu yang mempunyai faktor risiko tambahan tersebutdan telah berumur 30 tahun ke atas, dianjurkan untuk tidakmemilih cara Pil, melainkan memilih cara KB lain yang samaefektifnya tetapi dengan risiko yang lebih rendah.

KEPUSTAKAAN

1. Advantages of orals outweigh disadvantages. Population Reports,Series A, No.2, 1975.

2. ATKINSON L et al : Oral contraceptives : considerations ofsafety in non-clinieal distribution. Studies in Family Planning5(8) : 242-247, 1974.

3. BARTEN J: dalam komentar tertulis untuk penyusunan buku"KB untuk bidan/perawat", khusus untuk anggota PERDHAKI.

4. CHEN LC et al : Maternal mortality in rural Bangladesh. Studiesin Family Planning 5(11) : 334-341, 1974.

5. Colpotomy, the vaginal approach. Population Reports, Series C,No. 3, 1973.

6. Effect of child-bearing on maternal health. Population Reports,Series J, No. 8, 1975.

7. Female sterilization by mini-laparotomy. Population Reports,Series C, No. 5, 1974.

8. Fcmale sterilization using the euldoscope. Population Reports,Series C, No. 6, 1975.

9. Health, the family planning faetor. Population Reports, Series J,No, 14, 1977.

10. IUDs reassessed - a decade of experience. Population Reports,Series B, No.2. 1975.

11. JAIN AK: Mortality risk associated with the use of oral contra-ceptives. Studies in Family Planning 8(3): 74-76, 1977.

12. Laparoseope sterilization, part 11. Population Reports, Series C,No.2, 1973.

13. Oral contraeeptives found to sharply increase risk of heart attackamong women over 40 and smokers.International FP Digest 1(3):6-7, 1975.

14. Pill is hazardous for smokcrs agc 30 and up. International FP Di-gest 3(1) : 8-9, 1977.

15. TIEZE C et al: Mortality assoeiatcd with the control of fertility.Family Planning Perspectives 8(1) : 6-14, 1976.

16 TIEZE C : New estimates of mortality assoeiated with fertilitycontrol. Family Planning Perspectives 9(2): 74-76, 1977.

17. The diaphragm and other intravaginal barries. Population Reports,Series H, No.4, 1976.

THE BACTERICIDAL BROADSPECTRUM ANTIBIOTIC WITHCONVENIENT t.i.d. DOSAGE REGIMEN WITHOUT REGARD TO MEALS

THE BACTERICIDAL BROADSPECTRUM ANTIBIOTIC OFFERING :

• CONVENIENT T.I.D. DOSAGE REGIMEN WITHOUT REGARD TO MEALS• OUTSTANDING ORAL ABSORPTION• LOW INCIDENCE OF SIDE—EFFECTS• LOW TOXICITY• HIGH CURE RATE

AT A REALISTIC, ECONOMICAL PRICE.

MAKE USE OF THE MANY BENEFITS OF K A L M O X I L I N ® !!

KALMOXILIN®

(AMOXYCILLIN TRIHYDRATE)

SUPPLIED AS :CAPSULES 250 MGTABLETS 125 MGSYRUP 125 MG/5ML

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 23

Penghambatan Ovulasi denganTablet Kontraseptip Agestin

Oen L.H., S. Kuntaryah dan Loecke SBagian Biokimia dan Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaJakarta

Dewasa ini salah satu cara untuk mencegah kehamilan ada-lah memakan tablet kontraseptip. Dari beberapa jenis obatkontraseptip oral, tablet yang terdiri atas campuran estrogendan progestogen dan di makan setiap hari selama 21 - 22 hariberturut-turut merupakan jenis yang paling banyak diperguna-kan.

Tablet kontraseptip mencegah ovulasi dengan a.l. me-ngurangi sekresi hormon FSH dan/atau LH oleh glandula hipo-fisa pars anterior (1,2).Pregnandiol adalah metabolit utama dari hormon progesterondan progesteron dibuat oleh beberapa jaringan yaitu korpusluteum, kortex glandula suprarenalis, plasenta dan testis. Jum-lah terbesar dihasilkan oleh plasenta dan korpus luteum, se-dangkan dalam jaringan Iain progesteron merupakan zat pen-dahulu (precursor) dalam sintesa steroid (3). Oleh karena jum-lah progesteron meningkat dalam fase luteal siklus haid, makapenetapan kadar pregnandiol dalam urin selama satu siklushaid dapat dipergunakan untuk menetapkan secara tidak lang-sung apakah telah terjadi ovulasi selama siklus itu (4).

Agestin adalah tablet kontraseptip oral buatan P.T. KalbeFarma dengan komposisi mestranol (M) 0.1 mg sebagai estro-gen dan ethynodiol diacetate (ED) 1 mg sebagai progestogen.Tablet kontraseptip ini telah mulai beredar sejak tahun 1970.Menurut apa yang dicantumkan di atas kertas pembungkus-nya oleh masing-masing pabrik pembuatnya, komposisi hor-monal Agestin sama dengan komposisi Ovulen-Fe-28, tabletkontraseptip oral buatan Searle, England dan USA. Akan te-tapi ini belum berarti bahwa komposisi dan aktivitas biologikkedua jenis obat tersebut adalah identik, oleh karena keduajenis obat tadi (a) dibuat oleh pabrik yang berlainan, dan (b) dibuat dari bahan baku dengan sumber yang mungkin juga ber-lainan.

Atas dasar pertimbangan ini maka penelitian ini dilakukanuntuk menguji tablet Agestin atas susunan dan kadar steroidserta aktivitas biologiknya. Sebagai bahan bandingan, diperiksajuga tablet Ovulen-Fe-28, yang sudah terkenal mutunya. Publi-kasi tentang Ovulen-Fe-28 telah banyak beredar (5,6,7 ).

Pada kesempatan ini akan diajukan hasil analisa komposisisteroid kedua obat Agestin dan Ovulen-Fe-28 dengan cara thin-layer chromatography dan pengukuran ekskresi pregnandiol se-lama satu siklus haid dalam urin pada seorang wanita selamatidak memakan dan selama memakan tablet kontraseptip.

Bahan dan cara.

Tablet Agestin dan Ovulen-Fe-28 dibeli dari apotik di Jakar-ta, 20 butir tablet Agestin dan Ovulen-Fe-28 masing-masing di-gerus dalam mortir hingga diperoleh serbuk yang halus. Ditim-bang sejumlah serbuk ekivalen dengan 5 mg ethynodiol diace-tate dan dimasukkannya ke dalam sebuah tabung reaksi yangbertutup. Kepada serbuk ditambahkan alkohol absolut seba-nyak 2,5 ml. Tabung ditutup dan isi dikocok selama lebih ku-rang 5 menit.Larutan steroid dalam alkohol yang terbentuk berisi menurutperhitungan 2 mg ethynodiol acetate per ml dan 0,2 mg mes-tranol per ml.

Dari tiap-tiap larutan diletakkan berturut-turut :10 mcl (=ED 20 mcg, M 2 mcg)20 mcl (=ED 40 mcg, M 4 mcg)30 mcl (=ED 60 mcg, M 6 mcg)40 mcl (=ED 80 mcg, M 8 mcg)50 mcl (=ED I00 mcg, M 8 mcg)

di atas pelai silica gel (MERCK) yang telah diaktipkan terlebihdahulu selama 45 menitl pada suhu 1050 C.

Komponen steroid dipisahkan dengan larutan yang terdiriatas CHCl3: cyclohexane = 2 : 1 dalam ruang yang jenuh.Chromatografi dilakukan secara menaik (ascending) untuk ja-rak I5 cm yang ditempuh dalam waktu lebih kurang 1 jam.Setelah pengeringan, lapisan silica disemprot dengan larutanjenuh SbCl3 dalam aceton untuk pewarnaan. Warna-warnatimbul setelah pemanasan pada 105 0C selama 10 menit. De-ngan cara ini ED terlihat sebagai bercak berwarna ungu denganR f100 = 37 dan M sebagai bercak berwarna merah muda de-ngan Rf100 = 23.

Penilaian aktivitas biologik Agestin.

Dari seorang wanita Ny. H.A. berumur 30 tahun, bersuamidan sudah mempunyai empat orang anak, masing-masing dela-pan, tujuh, lima dan satu tahun, dikumpulkan urin selama 24jam, setiap empat hari.

Pengumpulan urin dilakukan selama 1 siklus dalam manawanita tersebut memakan tablet Agestin dan selama 1"siklushaid" dalam mana tablet kontraseptip tidak dimakan.

Pregnandiol dalam urin ditetapkan dengan cara yang telahdilaporkan terlebih dahulu (8).

24 Cermin Dunia Kedokteran No.,10, 1977

Hasil dan Pembahasan.Hasil analisa secara chromatografi atas susunan dan kadar

steroid dalam tablet Agestin dan Ovulen-Fe-28 menunjukkanbahwa komposisi hormon kedua tablet kontraseptip ini kuranglebih sama. lni berarti bahwa kwalitas kimiawi tablet Agestinsama baik (atau sama buruk) dengan tablet Ovulen-Fe-28.Penilaian semi-kwantitatip dengan cara thin-layer chromato-grafi seperti di atas cukup teliti. Perbedaan jumlah Zat sebesar5 mcg = 0.005 miligram sudah dapat ditentukan bila cara chro-matografi diikuti dengan cermat (9) .

Dari kedua kurve ekskresi pregnandiol selama Agestin dimakan dan selama tidak dimakan (gambar 1 dan 11) dapat dili-hat bahwa : selama tak memakan Agestin siklus haid pada wa-nita ini cukup panjang, yaitu 44 hari, sedangkan selama me-makan Agestin "siklus haid " menjadi lebih "normal " yaitu 28hari.

Gambar 1. — Kurve ekskresi pregnandiol selama tak memakanAges, tin. Siklus haid cukup panjang, yaitu 44 hari.

Juga dapat dilihat bahwa selama tak memakan tablet kon-traseptip terdapat kenaikan ekskresi pregnandiol yang menyo-lok. Ini berarti bahwa telah terjadi ovulasi selama siklus ini.Kenaikan ekskresi pregnandiol ini tak tampak selama wanitatersebut memakan Agestin. Bahwa ovulasi memang betul di-hambat selama memakan tablet kontraseptip Agestin terbuktijuga oleh karena selama 1½ tahun wanita ini memakan Ages-tin, tak terjadi kehamilan.

Bertepatan dengan laporan ini diperoleh bcrita bahwa wani-ta ini sekarang sedang hamil setelah 3 bulan berhenti melaku-kan kontrasepsi.

Ringkasan.Hasil analisa susunan dan kadar steroid dalam dua jenis tab-

let kontraseptip oral : Agestin (Kalbe Farma, Indonesia) danOvulen-Fe-28 (Searle, England) dengan cara thin-layer chro -

matography menunjukkan komposisi hormon yang sama untukkedua jenis tablet kontraseptip tersehut.

Pengukuran ekskresi pregnandiol dalam urin seorang wanitaselama memakan dan selama tak memakan Agestin menunjuk-kan bahwa ovulasi dihambat oleh tablet kontraseptip ini.

Artikel ini telah dimuat dalam buku Obat dan Pembangunan Masvara-kat Sehat, Kuat dan Cerdas. Jakarth, Bagian Farmakologi FKUI, 1975.

KEPUSTAKAAN

1. Clinical , aspects of oral gestagens. WHO Chronicle 20: 210-213,1966

2. DICZFALUZY : Mode of action of contraceptive drugs. Amer JObstet Gynec 100: 136-163, 1968.

3. LLOYD CW: The ovarics. ln Williams RH (cd) : Textbook ofen-docrinology. Philadelphia, WB Saunders Co., 1968, pp 459-536.

4. SCOMMEGNAN A et al : The elinical application of a gas chroma-tographie method for the routine detcrmination of urinary preg-nandiol. Fertil Steril 18 : 257-271, 1967.

5. CANDANO M et al : Clinieal studies with ethynodiol diacetateand mestranol. Ginec Obstct Mex 22: 151-161, 1967.

6. MacCOOGAN LS : Clinieal experience with ethynodiol diacetatecombined with mestranol. Nebraska Med J 53: 341-343, 1968.

7. AMERLCAN MEDLCAL ASSOCLATLON Council on drags : Eva-luation of an oral contraceptive, ethynodiol diacetate with

mestranol.JAMA202: 306-308, 1967.8. OEN Lll, PRODJODLKORO W : Ekskresi pregnandiol pada wanita

dalam masa reproduktip yang minum dan yang tidak minum tabletkontrascptip. Maj Kedokt Indon 21 : 74-78, 1971.

9. STAHL . E: Determination without extraetion of separate substan-ces from the ehromatogram, Method of visual comparation. Thin-layer Chromatography 99: 47-48, 1965.

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 25

Pengalamanmenggunakan Agestin ED ®

dr. Ny. Noeryati AryonoKlinik P.K.B.I.Yogyakarta

Pendahuluan

Agestin adalah pil kontrasepsi dengan komposisi : Ethyno-diol diacetate 1 mg, mestranol 0,05 mg dan ferrous fumarate25 mg. Telah banyak kepustakaan yang membicarakan masa-lah pil kontrasepsi. Tetapi meskipun komposisi bahan aktifberbagai merek pil tersebut sama, khasiat farmakologiknyabelum tentu sama karena perbedaan pemakaian bahan penam-bah dan perbedaan proses pembuatannya. Untuk mempelajariefek samping Agestin sebagai satu-satunya pil kontrasepsiproduksi pabrik nasional, telah kami lakukan penelitian terha-dap 95 orang akseptor.

Bahan dan caraPenelitian dilakukan pada akseptor yang dilayani di klinik

PKBI Yogyakarta, berlangsung dari bulan Juni 1975 sampaidengan bulan Desember 1975. Akseptor dibagi dalam duagolongan : (1) akseptor baru, yaitu akseptor yang belum per-nah menggunakan pil sebagai alat kontrasepsi, dan (2) akseptorulangan, yaitu akseptor yang sebelumnya telah menggunakanpil kontrasepsi merek lain, dan kemudian diganti denganAgestin. Penggantian merek pil pada akseptor ulangan ini atasdasar sukarela.

Dalam periode tersebut didapatkan 25 akseptor baru dan70 akseptor ulangan yang bersedia memakai pil Agestin. Paraakseptor kemudian diminta untuk melaporkan gejala-gejalayang dideritanya selama memakan pil tersebut.

HasilEfek samping yang dilaporkan oleh para akseptor-baru

dapat dilihat pada Tabel L Gejala yang terbanyak dilaporkanialah pusing-pusing dan sakit kepala (12 %). Semua akseptorbaru itu bersedia meneruskan penggunaan Agestin kecuali satuorang, yang merasa tidak cocok dengan merek ini. Pasien inimelaporkan gejala pusing dan haid sedikit.

TABEL 1: EFEK SAMPING PADA 25 AKSEPTOR BARU

Gejala Jumlah kasus Persentasi

Perdarahan 0 0Muntah-muntah/enek 0 0Pusing/sakit kepala 3 1 2%Sakit badan 2 8%Darah putih 0 0Haid sedikit 1 4 %

Tabel II menunjukkan efek samping pada 70 akseptorulangan. Seperti pada akseptor baru, gejala yang tersering di-laporkan ialah pusing-pusing dan sakit kepala, yaitu sebesar4,3 %. Dari semua akseptor, tidak seorangpun yang melapor-kan gejala darah putih (leucorrhoea ). Empat akseptor ulanganminta diganti dengan pil kontrasepsi lain : seorang karena haiddua kali sebulan, seorang karena pusing/sakit kepala, dan duaorang karena haid sedikit sekali. Yang lain bersedia menerus-kan pemakaian Agestin.

TABEL II : EFEK SAMPING PADA 70 AKSEPTOR ULANGAN

Gejala Jumlah kasus Persentasi

Perdarahan 2 2,8 %Muntah-muntah/enek 1 1,4 %Pusing/sakit kepala 3 4,3 %

Sakit badan 2 2,8 %Darah putih 0 0Haid sedikit 2 2,8 %

Pembicaraan dakesimpulanPenggunaan pil kontrasepsi merupakan salah satu cara pen-

cegahan kehamilan yang sangat ampuh. Meskipun efek sam-ping yang diakibatkan oleh pil kontrasepsi pada umumnyatidak berat, beberapa pasien terpaksa menghcntikan pemakai-an pil karena gejala-gejala yang diperkirakan diakibatkan oleh-nya

Dalam seri penelitian ini, efek samping yang dilaporkan re-latif ringan; sebagian besar hanya pusing dan sakit kepala,yaitu pada 12 % akseptor baru dan 4,3 % akseptor ulangan.Angka ini relatif lebih kecil daripada angka yang didapat padasurvey yang dilakukan di lnggris pada tahun 1970, di manadilaporkan gejala pusing/sakit kepala pada 14 % pemakai pilkontrasepsi, gejala perdarahan pada 11 % pemakai pil dannausea/enek pada 16 %.

Meskipun penelitian ini tidak merupakan penelitian terkon-trol dengan double-blind study, kesan umum yang dapat kamitarik ialah bahwa Agestin pada umumnya dapat diterima olehpasien, khususnya para akseptor yang sejak permulaan meng-gunakan Agestin. Efek samping yang dilaporkan tidak beratdan tidak lebih banyak daripada efek samping pil kontrasepsilain yang dilaporkan oleh peneliti-peneliti di luar negeri.

KEPUSTAKAAN

Population Reports. Series A. Numbcr 2, March 1975.

26 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977

Efek Samping Pil Kontrasepsidan Cara Mengatasinya

dr. Suharti K. SuhermanBagian Farmakologi FKUIJakarta

Sampai sekarang dikenal tiga macam pil kontrasepsi :I. Tipe kombinasi, terdiri atas campuran derivat estrogen

dan progestin.II. Tipe sekuensial, terdiri atas 15—16 pil berisi derivat estro-

gen saja dan 6--5 pil berisi derivat estrogen dan progestin. III. Pil yang berisi derivat progestin saja.Yang paling banyak dipakai saat ini ialah tipe kombinasi kare-na tipe ini dianggap paling aman khasiat kontrasepsinya. Tipesekuensial sering menimbulkan kegagalan sebagai kontraseptip,karena kadang-kadang pada pertengahan siklus justru terjadiperangsangan LH (Luteinizing Hormone) hingga terjadi ovula-si. Malahan di USA tipe ini sekarang telah ditarik dari peredar-an dengan alasan kurang efektip. Di samping itu ada dugaanbahwa resiko untuk mendapat tromboembolisme dan kecen-derungan untuk timbulnya adenocarcinoma endometriumpada tipe ini lebih besar (7). Tipe ke III juga sering menimbul-kan kegagalan, karena ovulasi masih dapat terjadi dan lebihsering menimbulkan breakthrough bleeding serta menstruasiyang tak teratur (6).

Karena lebih banyaknya pemakaian tipe kombinasi, makasekarang ini kepustakaan tentang efek samping sebagian besarmengenai pil tipe I. Efek samping akibat pil ini sangat ber-variasi, dari yang ringan sampai yang berat. Keluhan yangpaling sering timbul biasanya mirip dengan keluhan pada ke-hamilan muda dan dikatagorikan sebagai efek samping yangringan antara lain : enek, kadang-kadang sampai muntah,vertigo, sakit kepala, rasa sakit yang difus di abdomen, danbertambahnya berat badan. Keadaan tersebut di atas didugadisebabkan derivat estrogen. Dosis estrogen yang relatip kecildapat menyebabkan breakthrough bleeding. Penurunan mooddan inisiatip serta rasa cepat lelah cukup sering terjadi dan di-duga karena pengaruh progestin. Hal ini jarang terjadi denganpreparat baru yang umumnya menggunakan progestin dosiskecil. Rasa sakit di kelenjar mammae dapat disebabkan olehpemakaian 10-norsteroiod dosis tinggi.

Efek samping yang tergolong tidak ringan dapat dibedakansebagai berikut :q Alergi dan gangguan kulit.- Manifestasinya dapat beruparhinitis vasomotor, serangan asthma, rash pada kulit, dan ek-sema. Gangguan kulit lain ialah : acne, alopesia, candidiasisgenitalis dan chloasma. Pil ini dapat menambah pigmentasi

pada daerah kulit yang terkenasinar matahari. Di samping ituada dugaan bahwa estrogen dapat menghambat pembentukanjaringan kolagen baru dalam suatu skin autograft.

q Gangguan hepar.-- Cholestatic jaundice dapat terjadipada pemakaian pil jangka lama atau pada mereka yangpernah mengalami ikterus waktu hamil.Gangguan fungsi ekskresi hepar ini terutama berupa pe-ninggian transaminase; mungkin ini berhubungan denganalkilasi pada atom C—7 dan pada cincin fenol---A. BSP danbilirubin meningkat, diduga disebabkan estrogen, juga padamereka yang tak mengalami ikterus.

q Sistem kardiovaskuler.--Peninggian tekanan darah seringdilaporkan; ini mudah terjadi pada mereka yang pernahmengalami hipertensi pada kehamilan. Mekanisme kenaikantekanan darah ini sebenarnya belum diketahui dengan jelas,hal ini mungkin berhubungan dengan peninggian aktivitassubstrat renin yang diduga sebagai akibat derivat estrogen.Pelebaran pembuluh darah vena dapat meningkat pada pen-derita varises yang pada pemeriksaan histologik terlihat peru-bahan struktur dan histokimia dari tunika intima dan media.

q Darah.— Hemoglobin tak jelas dipengaruhi, tetapi serumiron dan serum iron binding eapaeitv meninggi. Ada dugaanbahwa keadaan ini lebih mungkin disebabkan oleh pengaruhprogestin dari pada estrogen. Kalsium dan fosfat mula-muladapat meninggi, tetapi umumnya kemudian menurun kem-bali. α1, α2 , β -globulin dapat meninggi sedikit, sedangkanpreparat yang diberikan parenteral dapat menaikkan kadaralbumin dan globulin. Laju endapan darah dapat meninggimeskipun sifatnya ringan. Rupa-rupanya derivat progestindapat merubah bentuk eritrosit (sickling of red cells).

q Pembekuan darah.— Beberapa faktor pembekuan darah,antara lain fibrinogen, faktor 11, V, VII, dapat meningkat.Penyebabnya adalah komponen estrogen sintetik atau semisintetik, terutama pada dosis 100 ug atau lebih. Viskositasdarah dan daya aggregasi trombosit berkurang.Efek hipoprotrombinemik dari coumarin dapat menurunselama pemakaian pil; diduga penyebabnya adalah estrogen.q Fenomena tromboemboli.— Menurut Committee on Safetyof Drugs, 1968, resiko kematian akibat emboli paru pada pe-makai pil selama satu tahun hampir sama dengan pada keha -

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 2 7

milan. Kemungkinan terjadinya tromboemboli akibat pil kira-kira 1,3 per 10.000 wanita umur 20—24 tahun dan 3,4 per100.000 pada umur 35—44 tahun. Resiko timbulnya trom-boemboli kira-kira 4,4 kali lebih besar pada pemakai pil dari-pada yang tidak memakainya. Ada dugaan bahwa dengan me-nurunkan dosis estrogen atau mengganti estrogen sintetik de-ngan estrogen alam, resiko timbulnya tromboemboli semakinkecil. Sebaliknya merokok, adanya riwayat hiperlipidemiapada keluarga dan pemakaian bersama ergotamin mempermu-dah timbulnya emboli, sedang lamanya pengobatan tidakmempengaruhi resiko timbulnya emboli.q Susunan saraf pusat.— Pernah dilaporkan timbulnya perasa-an gelisah, cepat tersinggung dan depresi. Depresi antara laindisebabkan inhibisi dekarboksilase triptofan menjadi serotonindan mungkin karena penurunan piridoxin akibat estrogen.Pemberian piridoxin exogen mungkin dapat mengatasinya.Libido pernah dilaporkan bertambah, amenorrhoea sesudahpemakaian pil sering terjadi pada mereka yang sebelum mema-kai pil tersebut menunjukkan psikis yang labil.q Lain-lain. — Kecuali hal-hal tersebut di atas, masih banyaklagi kejadian lain yang pernah dilaporkan yang dianggap seba-gai akibat pemakaian kontrasepsi oral.

CARA MENGHINDARI EFEK SAMPING Seperti juga dengan obat lain sampai sekarang belum dite-mukan suatu cara yang baik untuk mengatasi efek sampingkontrasepsi oral. Dalam hal ini hanya dapat diusahakan mem-perkecil kemungkinan timbulnya efek yang tak diinginkan.Usaha-usaha tersebut antara lain:• Menghindari pemberian pil ini pada mereka yang mempu-nyai keluhan/gejala subjektip maupun objektip yang merupa-kan kontra-indikasi pemakaian preparat hormon steroid, anta-ra lain : migrain, ikterus, tekanan darah tinggi, varises, diabetesmelitus, hiperlipidemia, tumor mammae atau tumor traktusgenitalis dan lain-lain.

• Memilih preparat yang cocok.— Tersedianya berbagaimacam pil dengan komposisi yang berbeda (baik derivat estro-gen maupun derivat progestinnya) memungkinkan untukmenggantinya dengan jenis pil yang lain apabila ternyata wani-ta tersebut tidak cocok dengan pil yang pertama kita pilih.Potensi/khasiat berbagai pil kontrasepsi tersebut tidak perludiragukan, karena berbagai derivat estrogen-progestin tersebutpotensi estrogenik dan progestogeniknya hampir tidak ber-beda. Kecuali memilih macam pil yang cocok dapat juga di-pilih pil dengan dosis dari masing-masing komponen yang mi-nimal. Hal ini sekarang banyak dianjurkan setelah terbuktibahwa beberapa efek samping dapat timbul pada pemakaiandosis besar.• Menghindari pemakaian pil yang mengandung derivat estro-gen/progestin yang telah banyak dilaporkan dapat menimbul-kan hal-hal yang tidak dingini, antara lain: misalnya derivatprogestin dengan alkilasi pada atom C—17 dan pada gugus fe-nol dari cincin A (370—a) yang dapat menyebabkan gangguanfungsi ekskresi hepar dan menimbulkan hepatoma; pemberiandietilstilbestrol pada wanita hamil muda dapat meningkatkanfrekwensi adenocarcinoma cervix/vagina pada bayinya kelakdikemudian hari (3,8).

• Pemakaian norethindron dengan mestranol dapat menurun-

KALENDER PERTEMUAN LLMLAH

Simposium Nasional Kanker Saluran Makanan telah diseleng-garakan di Jakarta pada tanggal 24--26 November 1977. Penye-lenggara : Persatuan Gastroenterologi Lndonesia (PGL) & UnitKanker RSCM Jakarta.

Simposium Hipertensi telah diselenggarakan di Padang,3 Desember 1977 oleh Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indone-sia.

Kongres Nasional Lkatan Ahli Farmakologi Indonesia ke IIIdiselenggarakan di Denpasar—Bali pada tanggal 4—8 Desember1977. Thema : Pemantapan pendidikan dan penelitian farmako-logi dalam menunjang pembangunan.

Persatuan Ahli Penyakit Dalam Lndonesia akan menyeiengga-rakan kongresnya yang ke LV di Medan, 28—30 Juni 1978.Thema : Peningkatan kemampuan kerja dengan (i) pencegahan/penanggulangan penyakit menahun, (ii) pembinaan kesehatankeluarga. Terbuka bagi semua yang berminat. Penyerahanabstrak sebelum 31 Desember 1977. Keterangan lebih lanjutdapat diperoleh pada :Panitia Penyelenggara KOPAPDL--LV.Bagian Llmu Penyakit Dalam FK USU. Jl. Prof. Yamin 47, POBox 74, Medan.

kan sekresi cortisol ; pemberian preparat yang mengandungderivat progestin dengan khasiat anabolik kuat dapat menam-bah nafsu makan dan dapat mengakibatkan bertambahnyaberat badan yang berlebihan(1).• Untuk mengontrol kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan kimia darah atau urine secara dini dianjurkan untukselalu melakukan pemeriksaan laboratorium minimal setahunsekali.

• Apabila hal-hal tersebut telah dapat dijalankan, untukmenghindari semua hal yang tak diingini, sebaiknya obat inijangan digunakan secara terus menerus, tetapi harus ada waktuistirahat satu atau dua bulan selama setahun. Selama masa is-tirahat ini dianjurkan memakai cara kontrasepsi lain. Bilausaha-usaha di atas telah dijalankan tetapi efek samping masihtetap ada, sebaiknya obat segera distop; gunakan cara kontra-sepsi lain. Kemudian bila perlu efek samping yang masih adadiberi pengobatan.

KEPUSTAKAAN

1. BECK RP et al : Adrenocortieol funetion studies during the normalmenstrual cyele and women receiving norethindrone with and with-out mestranol. Amer J Obstet Gynecol 112 : 364, 1972.

2. DE LANGE WE, DOORENBOS H : Sex hormones, anabolic agentsand related drugs, in Meyler's side effects of drugs, vo18. ed. MNGDukes 1972-1975.

3. MURAD F, GLLMAN AG : Estrogens and progestins. in The Phar-macological basis of therapeutics, 5 ed. Ed. Goodman LS andGilman AG. New York, Maemillan Co., 1975.

4. METREAU JM et al : Oral contraception and the liver. Digestion 7:318-355, 1972.

5. MOWAT AP, ARLAS LM : Liver functions and oral contraeeptives.JReprod Med 3: 45, 1969.

6. SLNNATHURAY T.A : Oral hormonal steroid contraception. Anoverview of recent literature. New ethicals 13 (12): Dec, 1976.

7. WHO Drug Lnformation, October 1976.8. WHO Drug Lnformation Circular No. 174, 31 May 1977.

28 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977

PROSTAGLANDINdr. SoenaryoBagian Farmakologi FKUIJakarta

Prostaglandin (PG) merupakan salah satu zat yang akhir-akhir ini sangat menarik perhatian. Sebenarnya zat ini telah di-kenal sejak sekitar tahun 1930-an, namun baru sekitar tahun1960-an zat tersebut dapat diisolasi, dikenal sifat-sifat sertacara sintesanya. Sejak saat itu barulah zat tersebut menim-bulkan daya tarik yangbesar. Penyelidikan tentang PG dimulaisekitar tahun 1930 yaitu sewaktu dua orang ginekolog Ameri-ka, KURZROK dan LIEB pada suatu observasi menemukanbahwa cairan semen yang dikenakan pada sepotong otot uterusmengakibatkan kontraksi atau relaksasi otot uterus tersebut.Kira-kira 5—6 tahun kemudian GOLDBLATT di Inggris danEULER di Swedia masing-masing melaporkan bahwa cairansemen atau kelenjar reproduksi yang lain mengandung suatuZat yang mempunyai sifat menyebabkan kontraksi otot polosdan juga mempunyai sifat dapat menurunkan tekanan darah.EuLER menyatakan bahwa zat aktip tersebut merupakan sua-tu zat yang bersifat asam dan dapat larut dalam lemak dan ke-mudian dinamakan prostaglandin. Selain nama ini zat tersebutjuga pernah mendapatkan berbagai macam nama misalnyavesiglandin, irin, medullin ataupun darmstoff.

Pada tahun 1957 BERGSTROM dan SJOFALL dapatmengisolir dalam bentuk kristal dua macam PG, yaitu PGE 1

dan PGF1α , dan pada tahun 1962 struktur kimia dari keduazat tersebut dapat ditentukan. Segera setelah penemuan struk-tur PG ini senyawaan-senyawaan PG lainnya ditemukan; danternyata semua PG merupakan suatu asam karboxilat tidak je-nuh dengan 20 atom karbon dan mempunyai satu gugus siklo-pentana.

Sekitar tahun 1964 BERGSTROM dan kawan-kawan sertaVAN DoRP secara sendiri-sendiri dapat menemukan biosinte-sa PGE 2 dari asam arachidonat dengan menggunakan homoge-nat kelenjar vesikularis domba.

PG merupakan autakoid* yang dapat ditemukan pada ham-pir semua jaringan dan cairan tubuh; berbagai macam rangsangdapat mengakibatkan peninggian pembentukan PG. Walaupundalam jumlah yang sangat kecil, zat ini dapat menimbulkanefek yang sangat luas yang meliputi hampir seluruh fungsi bio-logik dalam tubuh. PG ini dapat pula mengaktipkan ataupunmenghambat adenylcyclase dari berbagai macam sel dalam ba-

efek sistemik.

dan. Berbagai macam obat anti-inflamasi golongan non-ste-

* Autakoid adalah segolongan zat yang terdapat dalam tubuh yangmempunyai reseptor yang beraneka macam dan dapat menimbulkan

roid—misalnya aspirin & indomethacin—diperkirakan bekerjadengan cara mengadakan penghambatan biosintesa PG ini.

Sifat kimiaPG merupakan analog dari suatu senyawaan asam prostano-

at dengan struktur kimia sebagai berikut :

PG yang terdapat secara alamiah yaitu PGE 1 , PGE2, PGE 3 ,PGF 1 α , PGF2α , PGF 3α , keenamnya disebut sebagai PG-pri-mer; sedangkan PG yang lain merupakan analognya. A, B, C,D, E,F, menunjukkan konstituen pada cincin siklopentana, se-dang 1, 2, 3 dan soterusnya menunjukkan prekursor dari asamlemaknya.

PGE 2 dan PGF2α merupakan PG yang paling banyak terda-pat dan paling banyak dipelajari secara intensip.

Biosintesa PG dari prekursornya yang berupa asam lemakesensiel terjadi di hampir semua sel. Sintesa PG primer memer-lukan enzym prostaglandin synthetase dengan tahap-tahapsebagai berikut :

— Oksigenisasi dan siklisasi prekursornya dan membentuksuatu derivat berupa peroxida siklis (suatu endoperoxida).— Endoperoxida ini kemudian menempuh dua jalan:(i) isomerisasi oleh enzym endoperoxide isomerase mem-bentuk PGE, atau (ii) direduksi oleh enzym endoperoxidereductase menghasilkan PGF α .

Sebagai contoh,dari prekursor asam arachidonat akan dihasil-kan seri PGE dan PGF α , suatu PG yang paling banyak dite-mukan pada mammalia. PGA, B dan C berasal dari PGE sete-lah mengalami dehidrasi dan isomerisasi.

FarmakologiJarang sekali ditemukan suatu autakoid yang memiliki hegi-

tu banyak dan begitu beraneka ragam efek seperti PG; tidaksaja spektrum efeknya sangat luas, tetapi setiap PG juga me-nunjukkan efek yang berbeda baik kwalitatip maupun kwanti-tatip.

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 29

HO

Struktur ke enam prostaglandin primer

Terhadap sistem kardiovaskuler. – Zat ini menyebabkan va-sodilatasi, terutama pada sistem arteriol, prekapiler , sphincterdan venule post–kapiler. Efek ini terlihat pada pemberian PGEdan PGA yang merupakan vasodilator kuat; kekuatannya mele-bihi histamin atau asetilkholin. Kontraksi otot jantung me-ningkat dan frekwensi denyut jantung juga bertambah; ini me-rupakan reflex akibat menurunnya tahanan tepi total. Tekanandarah menurun; hal ini terutama terlihat jelas pada penderita-penderita tekanan darah tinggi.

Terhadap otot polos lain.– PG dapat menyebabkan kon-traksi maupun relaksasi, tergantung dari jenis PG yang diguna-kan, species, keadaan endokrin dan kondisi percobaan. Yangpenting yaitu efek terhadap otot polos uterus. Dalam keadaanhamil PGE maupun PGF menyebabkan kontraksi yang kuat,sedangkan bila tidak hamil hanya PGE yang dapat menyebab-kan kontraksi uterus yang mirip dengan kontraksi uterus wak-tu partus. Efek ini terlihat pada seluruh stadia kehamilan, jadiini berbeda dengan efek oxytocin yang terutama hanya terlihatpada kehamilan aterm.

Terhadap otot polos bronchus.- PGE mempunyai efekbronchodilatasi, sedangkan PGF – terutama PGF 2α – akanmenyebabkan bronchokonstriksi terutama pada penderitaasthma. PGE 1 dan PGE 2 dalam bentuk aerosol dapat diguna-kan untuk pengobatan asthma bronchiale.

Terhadap otot polos saluran peneernaan.– Pengaruh PGsangat variabel. PGE misalnya, dapat menyebabkan rasa enek,muntah, diare, kejang usus bahkan reflux dari empedu. SekretIambung menjadi berkurang dengan akibat volume, keasamandan jumlah pepsin berkurang. Sebaliknya , terhadap kelenjarpankreas ia menyebabkan peningkatan sekresi.

Terhadap sistem kelenjar endokrin.-- PG merangsang pro-duksi steroid oleh kelenjar anak ginjal, stimulasi pelepasan in-sulin, efek yang mirip dengan efek hormon thyrotropin danjuga efek luteolysis. Sehubungan dengan efek luteolysis inimaka suntikan PGF 2α ternyata akan segera menurunkan out-put hormon progesteron oleh corpus luteum. Keadaan ini akanmenyebabkan gangguan terhadap kehamilan muda, karena ke-langsungan kehamilan sangat tergantung dari progesteron yangberasal dari corpus luteum dan bukan plasenta. Tetapi efekabortivum pada kehamilan muda pada manusia tidak selalu

disertai dengan penurunan kadar progesteron; sehingga timbulpertanyaan apakah efek luteolysis ini masih merupakan faktorpenentu pada abortus akibat PG ?

Cara kerja PGKarena efeknya yang sangat beraneka ragam, jelaslah sudah

bahwa PG tentulah tidak hanya mempunyai satu macam resep-tor saja; dan memang telah terbukti bahwa PG mempunyaireseptor yang sangat heterogen. Cara kerja PG mungkin sekalimelalui pengaruhnya terhadap kadar AMP siklis ataupun ter-hadap ion kalsium. Terhadap AMP siklis, PG dapat menyebab-kan akumulasi ataupun penghambatan akumulasi AMP siklis.

Penutup

Berdasarkan efek PG yang beraneka ragam seperti telah di-sebutkan di atas, maka kita dapat menaruh beberapa harapan,misalnya :• Kemungkinan untuk pengobatan ulkus peptikum, terutamaulkus ventrikuli.• Kemungkinan untuk pengobatan hipertensi.• Kemungkinan untuk digunakan pada pengobatan asthma

bronchiale, misalnya dalam bentuk aerosol (PGE 2).• Hal yang menarik yaitu dalam lapangan kebidanan, di manaPG mempunyai peranan penting untuk keadaan-keadaan sbb :~ untuk induksi partus aterm atau untuk pengobatan "missedabortion".~ untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki (un-wanted pregnancy) ; jadi bertindak sebagai abortivum. Dalamhal ini pelbagai penyelidikan menunjukkan hasil yang cukupmemuaskan serta efek samping yang relatif kecil, baik keha-milan trimester pertama maupun trimester kedua. Untuk tu-juan ini dapat digunakan preparat PGE 2 dan PGF2 ; tetapiderivatnya yaitu ester metil PGE2 dan ester metil PGF2α ter-nyata memberikan hasil yang lebih baik.

KEPUSTAKAAN

1. GOODMAN LS , GLLMAN A : The pharmacological basis of thera-peutics, 5 ed. New York, Macmillan Co., 1975.

2. KARLM SM : The prostaglandins. Progress in Research 71-165,1972.

3. MARC BYGDEMAN, SUNE BERGSTROM Population Reports.No. 7, Sept. 1976.

30 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977

Kemandulan pada priadr. M.K. Tadjuddin

Kepala Bagian BiologiFakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Jakarta

Seorang pria atau wanita yang datang ke dokter untuk pe-meriksaan karena ingin punya anak selalu harus dipandangsebagai suatu kesatuan mandul dan sebaiknya diobati sebagaisatu kesatuan. Jika pada / pemeriksaan salah seorang telah dite-mukan sesuatu yang diperkirakan dapat menyebabkan keman-dulan, hal itu tidak boleh dipakai sebagai alasan untuk tidakmemeriksa pasangannya secara lengkap. Seringkali sebab ke-mandulan terdapat di kedua belah pihak, umpamanya kwalitassemen yang kurang baik dan getah serviks yang tidak baik.Dari segi psikologi, juga kurang baik jika salah seorang anggotapasangan dipersalahkan atau merasa bersalah. Jika untuk pe-ngobatan kemandulan akan dilakukan tindakan berat pada sa-lah seorang, maka keadaan fertilitasnya juga harus diketahuisebab tidak ada gunanya mengobati seorang, jika derajat fer-tilitas pasangannya tidak diketahui. Infeksi alat kelamin dapatditularkan, hingga dalam hal itu kedua anggota pasangan harusdiobati bersama.

Dasar pemeriksaan kemandulan pada pria sama dengan pe-meriksaan kedokteran umum. Kesalahan yang sering dibuatdalam mengevaluasi fertilitas pria adalah dengan hanya mela-kukan evaluasi berdasarkan analisa semen. Suatu hasil analisasemen normal tidak menyampingkan kemungkinan infeksikelenjar prostat atau adanya kelainan anatomis.

AnamnesisDalam anamnesis ditanyakan tentang perkembangan sex,

penyakit-penyakit yang pernah dialami, perkawinan dan pema-kaian obat-obat. Kwalitas semen umumnya turun sesudah sua-tu penyakit. Hal itu dapat berlangsung hingga enam bulan.

Pemeriksaan fisik1. Pemeriksaan keadaan umum : dalam pemeriksaan ini pen-

ting diperhatikan bentuk tubuh dan sifat-sifat sex sekunderseperti suara, rambut.

2. Pemeriksaan genitalia : yang perlu diperiksa ialah-- Bentuk dan ukuran penis dan skrotum-- Kelainan anatomi pada penis dan skrotum-- Tanda-tanda balanitis pada penderita yang tidak disunat-- Uretra "diperas" dan jika keluar sekret, maka sekret itu

harus diperiksa.-- Testis : ukuran (normal 4 x 3 x 2 cm), konsistensi.-- Epididymis dan duktus deferens-- Adanya varikokel-- Prostat dan vesika seminalis dengan pemeriksaan rektal.

Pemeriksaan laboratorium1. Pemeriksaan laboratorium umum.2. Analisa semen :

Volum Jumlah spermatozoa/mlBau Jumlah spermatozoa motil/mlpH Gerak spermatozoaViskositas Morfologi spermatozoa

Dalam laboratorium Bagian Biologi FKUI hasil analisa semendinilai berdasarkan tingkat kesuburan menurut FARRIS

(1954) yang didasarkan jumlah spermatozoa motil/ejakulat(lihat tabel I). Berdasarkan itu, maka hasil analisa semen dinya-takan Steril atau Subfertil atau Relative Fertile atau HighlyFertile (lihat contoh hasil pemeriksaan semen Bagian BiologiFKUI).

TABEL I: TINGKAT KESUBURAN MENURUT FARRIS

Tingkat kesuburan Jumlah spermatozoa motil/ejakulat

S t e r i 1 0

Subfertil 1 ­ 80 juta

Relatif .fertil 80 - 185 iutaSangat fertil 1 85 juta lebih

Pemeriksaan khususPada penderita dengan oligospermia berat atau sterilitas

atau pada kemandulan yang tidak dapat diterangkan perlu di-lakukan seluruh atau sebagian dari pemeriksaan khusus sepertiterdaftar dibawah ini :1. Khromatin sex dan 4. 17-ketosteroid dalam air

khromosom seni2. Gonadotropin dalam air seni 5. PBI dan zat anti-thyroid3. Aglutinasi sperma 6. Biopsi testis.

Faktor yang mempengaruhi fertilitas pada priaFaktor yang mempengaruhi fertilitas pada pria dapat dibagi

dalam :1. Faktor pretestikuler , merupakan kelainan yang terdapat

diluar testis dan mempengaruhi proses spermatogenesis. Ke-lainan itu dapat berupa :• Kelainan endokrin (2 % dari kemandulan pria disebabkankelainan endokrin) yang dapat berupa kelainan hormon gona-dotropin karena ada kelainan hipofisa atau hipotalamus; ke-lainan kelenjar adrenal atau mungkin karena diabetes mellitusyang berat.

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 31

32 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977

• Kelainan khromosom : umumnya kelainan khromosom be-rupa sindroma Klinefelter dengan kariotip 47, XXY. Kelainanjenis lain seperti mozaik 46, XY/47, XXY dan 46, XY/47,XYY juga kadang-kadang terdapat. Kelainan berupa delesi,translokasi dan sindroma-YY juga pernah dilaporkan.• Kriptorkhidismus : dijumpai pada 9 % penderita. Kelainanini jika dapat didiagnosa dini dan diperbaiki segera dapat dito-long. Sebaiknya semua anak laki-laki sewaktu lahir diperiksakeadaan testisnya untuk mengetahui ada tidaknya kriptorkhi-dismus.• Varikokel : merupakan kelainan yang paling sering dijumpaipada pria infertil. Varikokel terutama mempengaruhi morfolo-gi dan motilitas semen. Pengaruh terhadap jumlah spermatozoatidak besar (MAC. LEOD, 1965 b).

2. Faktor testikuler : merupakan kelainan di dalam testisyang mempengaruhi proses spermatogenesis. Kelainan itu da-pat berupa : infeksi (orchitis yang berasal dari gonorrhoea atauparotitis epidemika), tumor, trauma, atau kelainan bawaan.

3. Faktor posttestikuler : merupakan kelainan pada epidi-dymis, duktus deferens, prostat, vesika seminalis dan uretra.Kelainan itu dapat berupa :(a). Infeksi yang dapat menyumbat saluran keluar : gonorr-

hoea atau urethritis non-spesifik.(b). Tumor yang dapat menyumbat saluran keluar.(c). Trauma yang dapat menyebabkan penyempitan sesudah

sembuh.(d). Kelainan bawaan seperti hipospadia dan epispadia.

4. Frekwensi senggama : VAN ZYL et al. (1975) me-ngatakan bahwa dengan memberi nasehat untuk bersenggamalebih sering, pada 53 % dari pasangan infertil akan terjadi ke-hamilan. Frekwensi senggama terutama harus ditingkatkan se-lama masa subur menjadi tiap hari atau dua hari sekali.

Pengobatan kemandulan pada priaPengobatan pria mandul tentunya tergantung dari kelainan

yang dideritanya. Pada umumnya hal-hal tersebut dibawah iniperlu diperhatikan :

1. Sebelum memulai pengobatan harus ditentukan dulu dasaranalisa semen sebanyak tiga kali.

2. Sesudah mulai pengobatan, maka pengobatan itu harus di-lanjutkan selama tiga bulan, mengingat siklus spermatoge-nesis pada manusia adalah sekitar 70 hari.

3. Hasil pengobatan harus dinilai dengan analisa semen ber-ulang dan jika dapat, dilakukan penentuan kadar hormon.Dalam garis besar pengobatan pria mandul dapat dibagi da-

lam dua golongan, yaitu pengobatan spesifik dan pengobatannon-spesifik.Dalam golongan pengobatan spesifik termasuk jenis pengobat-an:1. Operatif : varikokelektomi, vasostomi, epididimovasostomi2. Medikamentosa :

(a). Hormonal : HMG, HCG, Testosteron,l-triodotironin.(b). Non-hormonal : Suppositorium vagina beta-amilasa,

peptidasa.Dalam golongan pengobatan non-spesifik termasuk jenis pe-ngobatan :

Contoh Formulir Pemeriksaan Semen dari Bagian Biologi FKUI-Jakarta

BAGIAN BIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS INDONESIA

Analisa sperma :......................... Umur :..................Pekerjaan :.............................. Sterilitas sekunder : ..................Telah menikah :..........th........bl Permintaan Prof.Dr : ..................No. (klinik) :............................ No. laboratorium :..................

Semen diterima di laboratorium tgl : ................jam:.............................Abstinensi :............. hari . Semen diperoleh dengan eara coitus interup-tus/masturbasi jam :.....................

Hasil pemeriksaan :Warna : Suhu :

Bau : Erythrocyt/lpb :Reaksi (pH) : Leukocyt/.Ipb :Viskositas : Sel epitel/Ipb :

(terhadap H 2 0 pada suhu 37 0 C) Sel muda : / mlVolume : Kecepatan rata-rata dari 25 spermaJumlah/ml : tozoa per 1/20 mm : detik.Jumlah motil/ml : Kadar fruktosa mg/100 ml% motil : semen.Bukan bentuk ovalKesimpulan: Highly fertile/Relative fertile/Subfertile/Sterile .

Mohon perhatian :

1. Roborantia 6. Roborantia + HCG2. Roborantia + Vitamin E 7. Roborantia + HMG + HCG3. Roborantia + Vitamin E + A 8. Roborantia + klomifen4. Roborantia + testosteron/ 9. Roborantia + phenotiazin

mesterolon5. Roborantia + HMG

10. Roborantia + indometasin

Pengobatan pria mandul tanpa kelainan anatomi di Indone-sia sulit, karena diagnosa harus ditegakkan umumnya tanpapemeriksaan kadar hormon. Oleh karena itu di Bagian BiologiFKUI pengobatan pria mandul tanpa kelainan anatomi tetapidengan oligospermia dimulai dengan pengobatan yang palingsederhana, yaitu dengan pemberian roborantia, vitamin atauindometasin. Jika dengan pengobatan yang sederhana itu tidakdidapat hasil yang memuaskan, maka diberi mesterolon. Jikamasih belum didapat hasil yang memuaskan, maka dilanjutkandengan HCG atau HMG atau klomifen.

P e n u t u pPengobatan pria mandul seringkali tidak memuaskan. Wa-

laupun demikian pemeriksaan 'seorang suami pasangan yangmandul perlu dilakukan sebaik-baiknya agar pasangan itu me-ngetahui keadaan sebenarnya. Harus disadari bahwa keadaankemandulan untuk sepasang suami-isteri dapat merupakansuatu tekanan jiwa untuk kedua-duanya. Jika dari pemeriksaanyang dilakukan ternyata suami memang infertil atau mandul,maka harus diberi keterangan bahwa kemandulan itu tidak adahubungannya dengan libido dan peranannya sebagai suami.

KEPUSTAKAAN1. FARRLS EJ : Male Fertility. Brit Med J 2 : 1475, 1951.2. MacLEOD J : Seminal cytology in the presence of varicocele.

Fertil steril 16: 735, 1965.3. OENTOENG S: Analisa semen. Dalam buku Keluarga Berencana :

edit RS Samil dan AB Saifudin. Lntegrasi Pendidikan Tingkat VLEKUL, Jakarta, 1970.

4. VAN ZYL JA et aL : Oligospermia : a seven year survey of the in-sidenee, chromosomal aberration, treatment and pregnancy rate.Int J Fertil 20: 129, 1975.

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 35

KONDOM :Bagaimana caramenguji kwalitasnya?

Pembicaraan kita kali ini tidak menyangkut masalah naik atauturunnya jumlah akseptor kondom di Indonesia, bukan ten-tang "failure rate " maupun efektivitas distribusinya melaluiagen-agen jamu, tetapi tentang bagaimana cara pengujian terha-dap kondom dilakukan.

Untuk menjaga kwalitas kondom yang diproduksi, sebelumdipasarkan hamnir semua kondom diuji lebih dulu secara elek-tronik di dalam pabrik. Pengujian yang dilakukan dalam rang-ka "quality control" ini ditujukan untuk menemukan kondomyang bocor/berlubang sehingga kondom yang rusak ini tidakjatuh ke tangan konsumen. Untuk itu biasanya dipergunakancara sbb : Prinsipnya, karena kondom terbuat dari karet, makaia berfungsi sebagai isolator. Bila karet tersebut berlubang,fungsi isolatornya akan hilang atau berkurang tergantung besarkecilnya lubang. Untuk melaksanakan fungsinya sebagai isola-tor itu, kondom dipasang pada besi berbentuk silindris yangbertindak sebagai elektroda. Elektroda yang dilapisi oleh kon-dom ini kemudian digerakkan oleh pita-berjalan melewati elek-troda lain yang terpasang di dinding ruang penguji. Kedua elek-troda tersebut kemudian diberi beda muatan listrik sebesar1000 volt. Bila kondom yang melapisi salah satu elektroda tadiberlubang, karena fungsi isolatornya tidak sempurna akan ter-jadi loncatan listrik antara kedua elektroda dan kondom itu se-cara otomatis akan dibuang. Cara ini, yang disebut juga sebagaicara kering, memerlukan beda potensial yang tinggi. Cara yanglain berdasarkan prinsip yang sama dengan cara pertama, akantetapi sebagai medium antara kedua elektroda dipakai larutanelektrolit — yang seperti kita ketahui merupakan larutan peng-hantar listrik. Dengan cara ini elektroda yang berkondom tadidicelupkan dalam cairan elektrolit dan dinding wadah berfung-si sebagai elektroda pasangannya. Antara kedua elektroda ha-nya diberi beda muatan listrik sebesar 10 - 15 volt.

Secara teoritis, pengujian secara elektronik ini akan dapatmenemukan dan membuang semua kondom yang berlubang,tetapi dalam praktek tidak selalu demikian. Untuk mencegahkerugian, pihak produsen dapat menetapkan bahwa tidak lebihdari 10 % yang harus ditolak. Karena sampai sekarang belumada patokan resmi tentang berapa besar seharusnya beda po-tensial antara kedua elektroda tersebut, pihak produsen bolehsaja menurunkan beda potensial tersebut. Dengan demikian,kondom yang berlubang pun, bila dianggap sangat kecil, mung-kin tidak dibuang tetapi terus dipasarkan.

* Diolah dari Population Report, Series H, No. 2, May 1974.

36 Cermin Dunia Kedokteran No. 10; 1977

STANDARD NASIONAL.Mengingat bahwa pihak produsen memiliki kepentingan

sendiri, untuk melindun'gi konsumen dalam negeri, beberapanegara telah menentukan standard nasional untuk kondom danmenganjurkan atau mengharuskan pengujian lebih lanjut ter-hadap kondom sebelum dipasarkan di dalam negara yang ber-sangkutan. Sepuluh negera telah memiliki standard tersebut,yaitu : Denmark, Finlandia, lndia, Hongaria, Israel, Jepang,Norwegia, Swedia, Inggris dan Amerika Serikat. Di Inggris,standard tersebut hanya bersifat anjuran, sehingga kondomyang tidak memenuhi sarat pun dapat dipasarkan. Sebaliknyadi Amerika Serikat standard itu merupakan sarat mutlak untukpemasaran kondom. Dalam hal ini, salah satu badan yangmempunyai hak dan kewajiban untuk menguji semua kondomyang dipasarkan di Amerika, baik yang diproduksi dalam nege-ri maupun yang diimpor, adalah FDA (US Food and Drug Ad-ministration). Akan tetapi FDA tidak berhak mengontrol kwa-litas kondom yang diekspor dari Amerika Serikat. Perlu diketa-hui juga bahwa ada negara penghasil kondom yang tidak mem-punyai standard nasional, misalnya Jerman Barat dan Thailand

Biasanya pengujian terhadap standard nasional dilakukanpada contoh kondom yang diambil berdasarkan cara " sam-pling" yang telah ditetapkan. Bila sekian persen dari contohtersebut tidak memenuhi sarat, maka seluruh "batch" ditolak.Sebagai contoh, standard Swedia menentukan sbb: dari satubatch kondom yang terdiri dari 500 gross kondom atau kurangdaripada itu, diambil 300 contoh kondom dan diperiksa satuper satu untuk mencari lubang pada kondom. Bila dari 300contoh tersebut tak lebih dari empat kondom yang berlubang,batch itu masih dapat diterima.

Pengujian untuk mencari lubang.Berbeda dengan pengujian "quality control" di pabrik yang

biasanya memakai cara elektronik, sebagian besar standardnasional mempergunakan cara yang sederhana untuk mencarilubang pada kondom. Caranya : kondom diisi dengan 300 mlair, diikat ujungnya dan kemudian diguling-gulingkan di ataskertas penghisap atau kain yang mudah menyerap air. Ada ti-daknya kebocoran dapat dilihat dari ada tidaknya bercak padakertas atau kain tadi(lihat Gambar I).Standard Israel dan FDAtidak menentukan ada tidaknya kebocoran melalui kertaspenghisap, tetapi melihatnya secara langsung. Dari ke sepuluhnegara yang mempunyai standard nasional itu, hanya Jepangyang memakai cara elektronik untuk mencari lubang.

letus pada peniupan kurang dari 28,3 liter udara, seluruh batchditolak.

Penurunan kekuatan kondom setelah proses penuaan diper-bolehkan sampai batas tertentu oleh standard Jepang, Hongariadan Inggris. Standard Jepang, yang menghendaki bahwa kon -

dom kuat menahan regangan enam kali panjang semula, menu-runkan angka itu menjadi 5,4 kali sesudah proses penuaan.Standard Hongaria bahkan memperbolehkan pengurangan ke-kuatan sampai tinggal 70 % kekuatan semula (lihat Tabel I).

Konsekwensi dari penurunan kekuatan tersebut ialah bahwaseharusnya pada kemasan kondom juga dicantumkan "expira-tion date". Tetapi tampak ada keengganan dari pihak pabrikpembuat kondom untuk mencantumkannya.Ada pabrik yang menyatakan bahwa kondom produksi merekamasih dapat dipergunakan sembilan tahun setelah pembuatan,tetapi dari riset yang ada belum didapatkan fakta untuk mem-benarkan ataupun menyangkal pernyataan itu. Dari pihak pe-merintah, hanya standard Inggris (British Standards Institu -

tion) yang mencantumkan expiration date kondom dalamstandard, yaitu tiga tahun setelah pembuatan.

Standard ukuran kondomDi samping standard-standard yang telah dibicarakan di atas

delapan negera — Hongaria, India, Israel, Norwegia, Swedia,Inggris, Jepang dan Amerika — juga membuat standard untukukuran kondom, yang mencakup panjang, lebar, tebal danberat kondom. (lihat Tabel II).Karena proses pembuatannya, kondom biasanya lebih tebalpada ujung tertutupnya. Oleh sebab itu ada standard yang me-netapkan tebal rata-rata dari seluruh kondom, ada yang mene-tapkan tebal di bagian tengah saja. Dari ukuran-ukuran yangditetapkan dalam standard tersebut, salah satu yang terpentingialah tebal kondom, karena ukuran ini secara langsung berhu-bungan dengan kekuatannya, dan dengan demikian dengan e-fektivitasnya sebagai alat kontrasepsi. Dengan memakai bahanyang sama, kondom yang lebih tebal tentu lebih kuat. Tetapikondom yang tipis lebih disukai oleh masyarakat karena kata-nya lebih sensitif. Di Jepang, di mana ketentuan mengenai te-bal kondom tidak masuk dalam standard, pada tahun 1970mulai dipasarkan kondom yang sangat tipis, dengan tebal

Gambar 1. — Pengujian terhadap kondom untuk mencari lubang.

Pengujian kekuatan kondomKondom yang kurang kuat dan robek pada waktu dipakai

memberi efek yang jauh lebih jelek daripada kondom yang ber-lubang kecil, yang meskipun dapat dilalui sperma/kumanmungkin jumlahnya terlalu sedikit untuk memungkinkan keha-milan/infeksi. Jadi sebenarnya test terhadap kekuatan kondomini lebih penting daripada test untuk mencari lubang kondom.Pengujian kekuatan kondom dapai dilakukan dengan dua cara,yaitu (1) meniupkan udara dengan volume tertentu untuk dili-hat apakah kondom pecah atau tidak, dan (2) menarik ataumeregangkan sebagian atau seluruh kondom tersebut sampairobek dan menentukan berapa kali lipat panjangnya kondomtelah ditarik pada waktu kondom tersebut robek.

Standard Denmark mengharuskan bahwa kondom tidak pe-cah pada peniupan 20 liter udara. Swedia menentukan 25 liter,sedangkan standard Amerika menghendaki bahwa dari setiapbatch, delapan contoh kondom baru pecah setelah ditiup de-ngan lebih dari 28,3 liter udara (lihat Gambar 2). Cara penguji-an dengan penarikan/peregangan dipakai oleh standard Honga-ria, Jepang dan Inggris : dalam standard mereka dinyatakanbahwa kondom harus dapat ditarik enam sampai tujuh kalilipat panjangnya (600 % — 700 %) sebelum dia robek.

Penurunan kwalitas 'kondom karena proses penuaanKaret yang disimpan beberapa tahun sering rusak dan men-

jadi lengket. Kemampuannya menahan regangan juga berku-rang. Karena kondom juga dibuat dari karet, penyimpanankondom dalam waktu lama pasti mempengaruhi kwalitas kon-dom tersebut.

Untuk menguji pengaruh proses penuaan ("aging") ini ter-hadap kondom, kita tak perlu menunggu bertahun-tahun kare-na proses penuaan dapat dipercepat dengan pemanasan. Di da-lam standard Inggris, contoh kondom harus dipanaskan sampai70° C selama 12 jarn untuk kemudian diuji lagi kekuatannya.Jepang dan Hongaria menetapkan waktu yang lebih lamauntuk percobaan itu, yaitu 72 jam pada 700 C, sedang stan-dard Amerika menetapkan waktu tujuh hari pada suhu yangsama. Menurut standard Amerika ini, bila salah satu dari dela-pan contoh kondom yang telah dipanaskan tujuh hari itu me -

Gambar 2. — Menguji kekuatan kondom dengan meniupkan uda-ra ke dalam kondom.

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 3 7

0,03 mm. Pemasaran kondom jenis ini ternyata berhasil me-ningkatkan "sales" kondom jauh di atas tahun-tahun sebelum-nya. Hal yang menguntungkan ialah bahwa kenaikan "sales"kondom tadi tidak diikuti dengan kenaikan laporan jumlahkondom yang robek/pecah waktu dipakai. Tetapi ini tidakberarti bahwa kondom tersebut memang kuat. karena mungkinsaja orang-orang segan melaporkan tentang robeknya kondomyang dipakai.

Tentang panjang dan lebar kondom yang optimal, meskipuninformasi mengenai ukuran itu sedikit sekali, beberapa negeramencantumkan juga dalam standard mereka. Panjang mini-mum berkisar antara 16 cm (di Inggris dan Israel) sampai 18cm ( di Amerika). Hanya satu negara yang mencantumkan pan-jang maksimum, yaitu Amerika Serikat yang menetapkan 22cm. Standard ukuran lebar yang diratakan tanpa direnggang,berkisar antara 4,4 sampai 5,6 cm.

TABEL I: STANDARD KONDOM BERBAGAI NEGARA DAN METODA PENGUJIAN KONDOM, 1973

Pengujian kekuatan

Negara Badan yang berwenang Pengujian terhadap lubangPeniupan udara

Pemanjangan sebelumrobek/putus

Sebelum perco-baan penuaan

Sesudah perco-baan penuaan

Denmark

Hongaria

lndia

lsrael

Jepang

Norwegia

Swedia

lnggris

AmerikaSerikat

AmerikaSerikat

Danish Pharmacist'sAssociation

Hungarian Presidium

lndian Standardlnstitution

The Standard lnstitutionof lsrael

Japanese StandardsOrganization

Kementerian Perdagang-an & lndustri

Swedish Social WelfareBoard

British StandardsInstitution

US FDA

US GeneralServicesAdministration

Setiap kondom diisi dengan 300 ml air,ditutup dengan memilin ujungnya dandiguling-gulingkan pada kertas peng-hisap.

Setiap kondom diisi dengan 300 ml air,digantungkan, dan dibungkus dengankertas penghisap

Setiap kondom diisi dengan 300 ml air,.digantungkan, dan dicari bagian yangbocor.

Setiap kondom diisi dengan larutanNaCl 1 % dan digantung pada cairanyang sama. Kondom disingkirkan bilatahanan antara bagian dalam danbagian luar kondom kurang dari200.000 ohm.

Setiap kondom diisi dengan 300 ml air,digantung selama tiga menit, ditutupdengan memilin ujungnya dan diguling-gulingkan di atas kertas saring yangkering.

Setiap kondom diisi dengan 300 ml air,ditutup dengan memilin 2 cm dariuiungnya, dan diguling-gulingkan diatas kertas penghisap.

Setiap kondom diisi dengan'300 ml air,digantung selama tiga menit, ditutupdengan memilin ujungnya, dan diguling-gulingkan di atas kertas penghisap yangkering.

Setiap kondom diisi dengan 300 ml air,diguling-gulingkan pada kain pengeringsampai kering. Lubang dicari denganmelihat air yang bocor.

Setiap kondom diisi dengan 300 ml air,ditutup dengan memilin ujungnya,diguling-gulingkan di atas kertas saringputih yang kering.

20 liter

-

-

-

-

25 liter

25 literStandarddeviasirelatif tidaklebih dari 25%

-

-

Dari setiapbatch, 8 contohkondom harusmeletus di atas28.3 liter.8 contoh lainharus meletusdi atas volumetadi, tetapi se-telah dipanaskan700 selama7 hari.

700 %

-

-

600 %

-

-

650 %

-

-

490 %

-

-

540 %

-

-

600 %

-

-

38 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977

TABEL 11 : STANDARD NASLONAL UNTUK UKURAN KONDOM, 1973

Negara Panjang ( cm )Minimum maksimum

Lebar* ( cm )Minimum Maksimum

Tebal( mm)

Berat maksimum( gram)

Hongaria 17 4,9 5,5 0;07 —

lndia 17,5 4,4 5,4 0,07 1,7

lsrael 16 — — — 1,11 — 1,53

Jepang 17 — — — —

Norwegia 17 4,9 5,6 — 1,7

Swedia 17 4,9 5,6 0,05(dianjurkan)

1,7

lnggris 16 4,9 5,6 0,08 1,7

Amerika 18 22 4,8 5,5 0,04 — 0,07 1,7Serikat 0,07 — 0,09

US AI D 16,5 cm + 3 atau -1 4,9 + 1 atau -2 0,055 —

* lebar tanpa diregangkan = keliling.

Peraturan-peraturan mengenai ukuran kondom yang dican-tumkan di atas sebenarnya tidak memilikj dasar yang kuat, jadiditetapkan secara "sembarangan" saja (arbitrarily). Bila benar-benar akan dibuat standard, seharusnya ditentukan dulu ukur-an penis standard dan standard deviasinya.Sampai sekarang, selain penyelidikan Masters & Johnson yangmengungkapkan bahwa tidak ada hubungan antara ukuran ba-dan dan ukuran genitalia, penyelidikan lebih lanjut tentanghal itu masih sedikit sekali.

SAMPAI BERAPA JAUH KEGUNAAN STANDARD TADI ?

Cara-cara pengujian kondom yang dibicarakan di atas tadipada dasarnya merupakan percobaan laboratorium. Sampaikini belum diketahui cara pengujian mana yang paling perluuntuk menentukan efektivitas kondom sebagai alat kontra-sepsi.

Meskipun secara teoritis kehamilan hanya memerlukan satu

sperma, dalam prakteknya diperlukan sedikit-dikitnya 1 mlcairan semen yang mengandung 20 juta sperma untuk terjadi-nya kehamilan. Mengingat hal ini, meskipun kondom berlu-bang kecil, mungkin bukan ini yang menyebabkan kegagalankontrasepsi. Lalu apa gunanya standard yang dibuat oleh nege-ra-negara tersebut? Lebih jauh PETER KING dari Universityof Michigan pernah menghitung bahwa bila jumlah kondomyang berlubang naik satu persen — dari 2 per 100 menjadi 3per 100 kondom — hanya akan ada penambahan satu kehamil-an setiap 2.500.000 sampai 5.000.000 kali koitus. Jadi, sean-dainya semua kondom (100 %) berlubang, secara teoritis keha-milan yang disebabkan oleh adanya lubang itu hanya satu da-lam 25.000 sampai 50.000 kali koitus.

Mengingat bahwa standard kondom belum seragam diselu-ruh dunia, IPPF (International Planned Parenthood Federa-tion) telah mengadakan pertemuan di London untuk membuatstandard sendiri, hasilnya dapat dilihat pada Tabcl III.

A HIGHLY ACTIVE BACTERIOSTATIC AND BACTERICIDAL ANTIBIOTICWITH GUARANTEED BIOAVAILABILITY

KALTHROCIN®

THE CHOICE OF KALTHROCIN®

MEANSCHOOSING A REALLY ECONOMICAL PRICEERYTHROMYCIN WITH GUARANTEEDBIOAVAILABILITY.

KALTHROCIN THE PREPARATION YOU CAN TRUST ! !

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 39

TABEL III : STANDARD KONDOM MENURUT IPPF , I972

1. BIDANGStandard ini memuat persaratan untuk kondom yang ter-buat dari karet, yang "disposable " , dengan kemasan seper-ti diberikan pada konsumen.

2. BAHAN2.1 Kondom harus dibuat dari latcx yang berkwalitas baik.2.2 Kondom, dan bahan-bahan yang dioleskan padanya, tidak

boleh mengandung atau melepaskan zat-zat yang beracunatau berbahaya dalam pemakaian yang normal. Bahan-bahan yang dioleskan padanya tidak boleh mempunyaiefek yang merusak kondom.

3. PENANDAAN3.1 Dalam satu batch, setiap kondom atau kemasan satu kon-

dom harus sama rupanya, dan semua harus diberi tandadi bawah ini dengan tulisan yang seragam dan mudah di-baca:

3.2 Tanda identifikasi pabrik pembuatnya dan nomor batch.3.3 Expiry date (bulan & tahun) yang dianjurkan bila disim-

pan dalam kondisi normal.

4. BESAR "SAMPLE"

4.1 Setiap batch tidak boleh lebih dari 1000 gross (144.000)kondom.

5. UKURAN5.1. Panjang kondom setelah dilepas dari gulungan harus lebih

dari 16,0 cm pada semua contoh.5.2 Tebal satu lapis kondom, diukur pada bagian tengah se-

luruh contoh, tidak boleh lebih dari 0,007 cm.

6. LUBANG6.1 Pengujian : setiap kondom dilepas dari gulungan, diisi

dengan 300 ml air, digantung pada ujungnya yang terbukaKalau tidak tampak kebocoran yang nyata, kondom tsb.harus ditutup dengan memilin ujungnya, dikeringkan ba-gian luarnya, dan dengan pelan-pelan digulingkan sehinggaseluruh permukaannya terkena kertas penghisap yangkering sedikit-dikitnya dua kali, (lebih disukai kertas yangberwarna) dan dilihat ada tidaknya kebocoran. Setiaplubang yang ditemukan harus diberi tanda untuk menun-jukkan posisinya, air dalam kondom dibuang, kondomdiratakan, dan jarak lubang sampai ujung tertutup diukur.

6.2 Persaratan :6.2.1. Kondom dengan satu lubang atau lebih yang berjarak

kurang dari 14,0 cm dari ujung tertutup (tak termasukpentol) dianggap rusak.

6.2.2 Dari 300 contoh kondom yang diuji, kondom yang ru-sak tak boleh lebih dari empat buah.

6.2.3 Pilihan lain : batch tersebut boleh dievaluasi sesuaidengan tabel dibawah ini.

TABEL : EVALUASI SEQUENSIAL TERHADAP KONDOM DALAM PENGUJIAN LUBANG

Jumlah kumulatifcontoh

Jumlah kumulatif kondom yang rusak.Terhadap batch diputuskan untuk

Diterima bila = Uji 100 lagi bila = Ditolak bila =

100200300

* 0, 1, 2, 3 40 l, 2, 3, 4 54 5

*batch tidak boleh diterima berdasarkan pemeriksaan 100 contoh saja.

4.2 Dari setiap batch, diambil 450 contoh kondom secararandom.

4.3 Contoh kondom tersebut harus dibagi dalam tiga bagian :sepuluh kondom untuk diuji ukurannya sesuai denganPasal 5; 300 kondom untuk diuji terhadap lubang sesuai 7.2dengan Pasal 6 ; dan 100 untuk diuji kapasitas meletus-nya sesuai dengan Pasal 7.

KAPASITAS MELETUS.Pengujian : setiap kondom dilepas dari gulungannya, di-pasang pada pompa, dipompa dengan udara dengan ke-cepatan 25 sampai 30 liter per menit, dan volumenyawaktu meletus diukur.Persaratan : Volume rata-rata waktu meletus (V) danstandard deviasinya (s) harus dihitung, dan dari sini di-hitung angka yang disetujui, Y= V - 10

7.

7.1

40 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977

s

SUPAYA CEPAT SEMBUH

Scorang penderita datang dengan keluhan"pilek bawah" (istilah ini berasal dari penderitaitu sendiri). Sebagai biasanya dia saya suruhberbaring untuk disuntik penisilin, tetapi aneh-nya penderita itu menolak sambil berkata:'Dok , disuntiknya berdiri saja. Waktu menda-pat penyakit ini sikap saya juga berdiri. "....!

Dr. Adhi DjuandaBagian Kulit Kelamin FKUIJakarta

MASIH KECIL

Percakapan ini terjadi di poliklinik paru-paru.Kami bertanya :+ Apakah anak ibu sudah di BCG ?

Belum, dok.+ Besok anak ibu di Mantoux, ya ?— Tapi dia masih kecil, dok. Dan kakak-kakak-

nya juga belum kawin !Setelah tercengang sebentar, kami semua ter-tawa, karena Mantoux (=mantu) dalam bahasaJawa berarti menikahkan anak.

dr. Suwardi S.H.Puskesmas Minggir, Yogyakarta.

KELUHAN UTAMA YANG TIDAK UTAMA

Keluhan utama belum tentu merupakan hal yang penting. Hal ini dapat di-buktikan oleh sepasang suami isteri yang berobat ke tempat praktek saya.

'Sakit apa, pak?, tanya saya secara rutin."Sakit pinggang, terus pusing, perut enek ..............................."

Dengan perasaan bingung karena mendengar keluhan-keluhan penderita yangbertubi-tubi itu, saya persilakan pasien itu masuk ke tempat pemeriksaan. Dibelakang layar tertutup dia masih menambahkan keluhan lain sambil ber-teriak-teriak seakan-akan takut tidak kedengaran keluar.

"Hari ini mencret sampai tiga kali, tapi tidak banyak; cuma rasanya perihsekali". Anehnya matanya berkedip-kedip sambil menunjuk ke arah genitalia-nya.

"Oh . . ya . . . apa gini ?"; saya memberi isyarat denganjari-jari saya."Yah. .", ia tersenyum lega, menghela nafas panjang sambil bersiap untuk

disuntik penisilin,"Sakit apa dia, dokter?", tanya sang isteri dari luar layar."Perutnya kena penyakit karena kebanyakan jajan mangga muda ............

dr. Rom H. PangayomanPuskesmas SalawuJawa-Barat.

MERANGKAP APOTIK ?

Pasien yang mendapat giliran kini masuk. Maka berlangsunglah tanya jawabberikut :

+ Sakit apa, mbah ? (Maklum pasien itu seorang wanita tua)Begini, dokter. Saya ini sakitnya tipes sama kolera sama disentri. Di-tambah lagi jantung saya suka berdenyut. Saya sudah minum APC koktidak sembuh. Maksud saya ke sini cuma mau beli obat yang manjur.

Dan dokternya hanya sempat menyengir ................................

dr. Andreas W. NatariPurwokerto

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 .43

Catatan singkat

Selama ini gigi yang kuning kecoklatan karena pe-makaian tetracycline dianggap tak dapat ditolonglagi. Tetapi Reid JS & P. Newman melaporkanbahwa mereka berhasil menghilangkan diskolorasiitu pada lima dari enam pasien mereka denganmenggunakan larutan hidrogen ' peroxida yanghangat. Dalam prosedur itu harus dijaga agar uapperoxida itu tidak tersedot ke dalam hidung. Kinitehnik ini sedang dipelajari lebih lanjut denganjumlah pasien yang lebih banyak.

Brit Dent J 1 42 : 26I,I977

Tinea versicolor merupakan salah satu dermatosissuperfisial yang sangat sukar diobati. Prevalensinyadi lndonesia, terutama di antara golongan sosialekonomi yang rendah, tinggi sekali.Handoyo dkk. telah mencoba mengobati penyakittersebut dengan menggunakan retinoie acid 0,05%,dalam bentuk cream maupun bentuk lotion, de-ngan hasil yang sangat memuaskan. 90 % pasienmereka sembuh dalam waktu tiga minggu. Untuklcsi yang luas, misalnya yang mengenai seluruhpunggung, obat ini sangat manjur.

Suutheast Asian J Trop Med Pub Hl th 8: 93-98, 1 977

Dalam masa post -operasi thrombosis empat kalilebih sering terjadi pada orang-orang yang mema-kai pil kontrasepsi. Mengingat hal tersebut dian-jurkan untuk menghentikan pemakaian pil kon-trasepsi dan menggantinya dengan cara pencegahankehamilan yang lain enam minggu sebelum operasibesar dilakukan.

Med J Aust1:788--793.1976

Pada masa dinasti Ming (1595 AD) Li Shih-chenmenulis dalam bukunya Pen T'sao Kang Mu (theGreat Pharmacopeia) bahwa extrak dari Radixtrichosanthis, dengan dioleskan di luar, dapat"menginduksi cairan menstrual" dan mengobati"retensi membran fetus". Berdasarkan catatan ini,sekelompok ahli di Shanghai (yang nama-namanyatak disebutkan) melaporkan bahwa mereka berha-sil mengextraksi suatu protein dengan berat mole-kul 18.000 dan diberi nama trichosantin. Zat inidilaporkan mempunyai khasiat yang luar biasauntuk menginduksi abortus pada trimester kedua.Zat ini secara spesifik merusak trophoblast. Prosesperusakan itu mulai 16 jam setelah pemberian tri-chosantin dan abortus tcrjadi sekitar empat harikemudian. Cara pemberiannya ialah IM atau intra-amnion.

Karena kerjanya yang secara spesifik merusaktrophoblast, zat ini dicoba juga untuk mengobatichoriocarsinoma dan mola-hydatidosa. Efek sam-pingnya tidak disebutkan dalam laporan tersebut,tetapi dikatakan bahwa diperlukan penelitian lebihlanjut untuk menghilangkan "efek imunologiknyayang kuat sekali"

Brit Med J 2 : 77,1977

Pembantu rumah tangga saya pernah menganjur-kan untuk mengoleskan minyak kelapa pada ram-but anak saya. "Agar rambut tumbuh lebat", kata-nya. Kini terbukti bahwa rambut yang jarang, tipis& kekurangan pigmen dapat disebabkan oleh defi-siensi asam lemak esensiel. Yang menarik dalammasalah ini ialah : (i) defisiensi ini dapat disem-buhkan dengan mengoleskan asam linoleat (salahsatu asam lemak esensiel) atau minyak-minyakyang mengandung asam lemak ini pada kulit, dan

(ii) bahwa asam linoleat yang dibutuhkan untukpemberian perkutan hanya 3 mg/kg BB/hari, se-dangkan pemberian IV memerlukan 100 mg/kg BBPemberian secara IV memerlukan dosis besar ka-rena sebagian besar zat ini mengalami metabolismedi hati.

Penyakit defisiensi ini dapat disebabkan olehdiet-rendah-lemak (terutama pada anak-anak), mal-absorpsi kronik, atau total-parenteral-nutrition de-ngan cairan infus yang tak mengandung lemak.Gejala-gejala : kulit kering bersisik. dermatitis,alopecia, hipopigmentasi rambut, pertumbuhananak terhambat. Pada hewan,percobaan defisiensiini menimbulkan sterilitas & abortus.

Asam linoleat murni sukar didapatkan, tetapiminyak-minyak berikut mengandung banyak asamlinoleat : minyak bunga-matahari (linoleat 52—66 %), minyak kedele (52 -60 %), minyak jagung(34—56 %). Minyak kelapa ternyata hanya me-ngandung 1—3 % linoleat, jadi tidak bermanfaatuntuk penyakit defisiensi ini.

Arch Dermatol 113: 939-941, 1 977

44 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977

GANGGUAN TIDUR

Gangguan tidur merupakan salah satu keluhan yang sering sekali dijum-pai dalam praktek se hari-hari. Di bawah ini disajikan tanya-jawab menge-nai gangguan tersebut sekedar sebagai penyegar.

Seorang wanita berumur 20 tahun datang berobat dengan ke-luhan waktu tidur di malam hari sering berteriak-teriak keta-kutan sehingga mengganggu keluarganya. Bila dibangunkanpada saat itu, ia tidak ingat apa yang terjadi dan tidak merasabermimpi. Ia pernah berobat ke dokter dan diberi "obat tidur"tetapi perbaikan hanya sebentar dan gangguan itu timbul lagi.Seorang psikiater yang pernah memeriksanya menyatakanbahwa tidak ada dasar psikologik dari gangguan tersebut. Se-mentara menunggu pemeriksaan-pemeriksaan lain, pasien ter-sebut diberi obat glutethimide.

(1) . Apa diagnosis gangguan tidur ini ?(2) Obat apa yang sebaiknya diberikan ?(3) Bagaimana prognosisnya ?(1) Diagnosis : pavor nocturnus. Gejala itu terutama meru-

pakan gangguan tidur pada masa kanak-kanak, tetapi -- sepertipada kasus ini — dapat juga menetap sampai dewasa. Bangkit-an-bangkitan (arousal) terjadi pada masa tidur fase 4, fase yangterdalam dalam proses tidur. Gerakan-gerakan anggota badansering mengikuti teriak-teriakan itu. Selama dalam proses itusi penderita tidak bereaksi terhadap rangsang dari luar dan se-telah terbangun tidak ingat apa yang terjadi. Kelainan ini harusdibedakan dari mimpi buruk yang terjadi pada fase REM (Ra-pid eye movement) yaitu fase mimpi — di mana setelah ba-ngun si penderita ingat bahwa ia bermimpi buruk.

Insidens pavor nocturnus ini agak jarang, hanya 3 — 4 %anak-anak menderitanya. Pada orang dewasa lebih jarang lagi.Etiologinya tidak diketahui dengan pasti.

(2) Obat yang paling tepat ialah diazepam, karena ia me-nekan fase 4 tersebut. Pemberian glutethimide pada pasien initidak tepat karena glutethimide menekan fase REM (fasemimpi).

(3) Prognosis baik. Gejala ini biasanya hilang sendiri dalamwaktu 2 — 3 tahun; tetapi pada kasus yang cukup berat diaze-pam dapat diberikan.

T. Apa penyebab sleep-apnea dan bagaimana pengobatan-nya ?

J. Pada sleep-apnea, penderita yang sedang tidur tampakberhenti bernafas, merasa sesak nafas, kemudian bangun de-ngan nafas memburu/terengah-engah (Istilah bahasa Jawa :Tindihen — dada terasa ditindihi/dibebani sesuatu sehingga su-kar bernafas). Ada tiga jenis penyebabnya : (i) jenis sentraldiafragma berhenti bergerak karena rangsang dari susunan sarafpusat berkurang, (ii) jenis obstruksi.-- diakibatkan oleh hiper-relaksasi dari otot-otot saluran pernafasan & otot lidah, dan(iii) campuran kedua jenis tersebut di atas.

Dari berbagai penyebab tersebut, yang dapat diobati secarafarmakologik ialah jenis sentral, yaitu dengan pemberian imi-pramin. Harus diingat bahwa barbiturat, antihistamin danobat-obat lain yang merupakan CNS depressant tidak boleh di-berikan pada penderita-penderita itu, karena dapat memperhe-bat apnea. Sleep-apnea ini dapat terjadi pada orang sehat, teta-pi biasanya hanya sebentar saja.

T. Apakah langkah pertama dalam pengobatan insomniayang idiopatik ?

J. Pertama-tama, sebelum diagnosis tersebut ditegakkan,harus disingkirkan kemungkinan insomnia akibat ketergan-tungan-obat (drug-dependent insomnia), nocturnal myoclonus,apnea dalam waktu tidur (sleep-apnea) dan kelainan-kelainanpsikiatrik.

T. Bila diagnosis insomnia idiopatik telah ditegakkan, bagai-mana pengobatannya ?

J. Pengobatan harus dimulai dengan psikoterapi, denganmenekankan pada kesulitan-kesulitan dalam kchidupan pasientersebut. Keluhan insomnia yang ringan dapat diobati secaraefektif dengan khemoterapi saja, tanpa psikoterapi. Pada kasus-kasus yang lebih berat, di mana psikoterapi disertai dengankhemoterapi, obat pilihan adalah flurazepam dalam dosis15—30 mg, diberikan setengah jam sebelum tidur.

T. Apakah yang harus diperhatikan dalam pengobatan in-somnia yang kronik atau gangguan tidur lain dengan menggu-nakan obat-obat hipnotik ?

J. Harus diingat bahwa hampir semua obat tidur/penenangmenimbulkan toleransi dan ketergantungan (dependency)bila dipergunakan dalam jangka waktu lama. Dengan demikiandosis obat yang diperlukan makin lama makin besar.

T. Bagaimana tentang somnabulisme dan eara pengobatan-nya ?

J. Somnabulisme (kebiasaan berjalan sambil tidur) teru-

tama merupakan kelainan pada masa kanak-kanak. Sekitar15 % anak-anak yang berumur antara 5 — 12 tahun pernahmengalami somnabulisme ini, sekurang-kurangnya sekali.Prognosis umumnya baik; tanpa pengobatan kelainan ini akanhilang dengan sendirinya dalam beberapa tahun. Yang harusdiperhatikan ialah perlindungan terhadap bahaya trauma.Barang-barang yang berbahaya harus disingkirkan dari ruangantidur mereka.

Penggunaan diazepam dan flurazepam untuk mengatasigangguan ini masih dalam taraf penelitian, oleh sebab itu se-baiknya tidak diberikan pada anak-anak. Obat-obat ini hanyadianjurkan bila gejala somnabulisme sering sekal. terjadi.

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 45

OBSTETRI

ILMU BEDAH

ABSTRAK ABSTRAKSERUM ALPHA FETOPROTEIN SEBAGAI INDIKATOR "LOW BIRTH WEIGHT"

Dari penyelidikan-penyelidikan terdahulu telah diketahui bahwa kadar Alpha Feto-protein (AFP) dalam serum calon ibu dapat dipakai sebagai indikator awal adanyaneural—tube defect pada bayinya. Akan tetapi selama ini tidak disadari bahwa kadarAFP tersebut juga dapat dipakai untuk meramalkan "low birth weight" pada bayi.

BROCK et al telah menyelidiki 4224 kehamilan untuk tujuan tersebut. Contohdarah diambil pada waktu kehamilan telah lewat dari 15 minggu, tetapi belum menca-pai 20 minggu. Pasien yang memulai pemeriksaan kehamilan pada saat kehamilan telah20 minggu atau lebih tidak dimasukkan dalam percobaan ini.

Ternyata dari semua pasien itu ada 103 orang dengan kadar AFP di atas, 2,3 kalinilai median (untuk masa gestasi yang sesuai). Dari kelompok ini 11 orang (10,7 %)melahirkan bayi dengan berat badan dibawah 2.5 kg; 64 orang (62,0 %) melahirkanbayi dengan berat lebih dari 2,5 kg; pada 10 kehamilan ditemukan neural—tube defect;12 abortus dan enam dengan kehamilan kembar (neural--tube defect, abortus dan ke-hamilan kembar tidak dibicarakan dalam artikel tersebut).

Pada pasien-pasien dengan kadar AFP di bawah 2,3 kali nilai median, yang dianggapmewakili populasi masyarakat umum, frekwensi hayi dengan "low birth weight" rata-rata 4,2 %. Angka ini jauh lebih rendah daripada angka 10,7 % untuk pasien-pasien de-ngan kadar AFP yang tinggi.

BROCK DJH et al. Lancet ii: 267 268, 1977

Catatan : pada nomor majalah yang sama, WALDN et al juga melaporkan penelitian hubunganantara AFP dan low birth weight dengan hasil yang kurang lebih sama dengan hasil diatas.

APPENDEKTOMI : sebaiknya pangkal appendix ditanam atau tidak?

Dalam perkembangan tehnik appendektomi, ada tiga cara untuk menggarap pangkalappendix yang telah dipotong. Yang paling populer ialah mengikat pangkal appendixitu (ligasi) kemudian menanamnya dalam dinding caecum dengan membuat ikatanberupa kantong (invaginasi). Meskipun demikian, ada ahli bedah yang memilih untuktidak melakukan invaginasi tersebut, sedang yang lain tidak melakukan ligasi tetapihanya melakukan invaginasi saja.

Dalam teori keuntungan cara pertama ialah (a) perdarahan dapat dikontrol denganbaik, (b) kekuatan ikatan lebih meyakinkan, (c) kemungkinan kontaminasi terhadapperitoneum lebih sedikit dan (d) dalam masa post- -operasi resiko perlengketan (adhesi)lebih sedikit.

Tetapi mereka yang menganjurkan untuk tidak melakukan invaginasi dapat jugamemberi bukti-bukti yang meyakinkan. Dalam jangka waktu lima tahun, dari tahun1970 — 1974, SINHA A.P. membandingkan status/record 732 pasien yang dirawat diStonehouse Hospital untuk appendicitis. Selama masa itu, seorang ahli bedah darirumah sakit itu selalu melakukan ligasi saja, tanpa invaginasi. Dua orang rekannyaselalu melakukan ligasi + invaginasi, kecuali kalau telah ada komplikasi yang berat dimana ketiga ahli tersebut melakukan ligasi saja.

Dengan menyingkirkan pasien-pasien dengan komplikasi yang berat itu tinggallah643 pasien yang dimasukkan dalam penyelidikan ini. Dari pasien-pasien itu, 210 pasiendigarap dengan ligasi + invaginasi, 433 pasien hanya diligasi saja. Ternyata pasien yanghanya diligasi ini rata-rata 1,5 hari lebih eepat dipulangkan dari rumah sakit dan infek-si pada luka operasi hanya 6 %. Angka infeksi ini jauh lebih rendah dibandingkandengan angka sebesar 16 % pada pasien-pasien yang diligasi + invaginasi. Komplika-si-komplikasi lain seperti abses pelvis, pyemia portal, terbukanya kembali luka operasi-dan perlengketan jarang ditemukan pada kedua kelompok, meskipun demikian kelom-pok yang diligasi saja rclatif lebih sedikit komplikasinya.

SINHA AP. Brit J Surg 64: 499- 500, 1977

46 Cermin Dunia Kedokteran No 10, 1977

RHEUMATOLOGI

HEPATOLOGI

KOMBINASI INDOMETHACIN DAN DIAZEPAM SEBAGAI PENGOBATANMALAM HARI PADA RHEUMATOID ARTHRITIS

Rasa sakit pada penderita rheumatoid arthritis sangat rnengganggu penderita dansering menambah penderitaan penderita .

D. HOBKRIK et al menyelidiki penderita yang dirawat dengan rheumatoid arthri-tis yang aktif. Pada penyelidikan ini 17 penderita dibagi dalam tiga kelompok, dimana (i) kelompok pertama diberi indomethacin 100 mg, (ii) kelompok kedua diberikombinasi indomethacin 100 mg dengan diazepam 1.0 mg, (iii) sedangkan kelompokketiga diberi plasebo. Sebagai parameter dipakai rasa sakit, kekakuan pada pagi haridan ketenangan tidur penderita.

Ternyata dari penyelidikan ini didapatkan bahwa indomethacin bisa mengatasigangguan arthritis itu dengan cukup baik, akan tetapi didapatkan hasil yang lebihbaik bila kombinasi indomethacin dan diazepam dipergunakan. Sedangkan padakclompok ketiga yang diberi plasebo tidak ada perbaikan.Dikatakan bahwa kombinasi indomethacin dengan diazepam merupakan drug-of-choiee untuk pengobatan malam hari pada penderita-penderita rheumatoid arthri-tis.

HOBKRLK D. Rheumatology and Rehabilitation 16: 125,1977

KERUSAKAN HEPAR AKIBAT PEMAKAIAN METHYLTESTOSTERON

JANGKA LAMA

Methyltestosteron sering dipakai pada penderita transexual, impotensi dan sebagai-nya dalam jangka waktu cukup lama. Pada penyelidikan ini diselidiki efek methyltes-tosteron jangka lama terhadap hepar.

D. WESTABY et al menyelidiki 60 pasien, terdiri dari 42 transexual dan 18 impo-ten yang pada pemeriksaan menunjukkan kadar androgen darah yang rcndah. Semuapenderita diberi 50 mg methyltestosteron tiga kali sehari dan laki-laki yang impotenpada permulaan pengobatan juga diberi 750 mg testosteron per injeksi. Pemakaian tes-tosteron antara dua minggu sampai lima tahun dan 46 di antara penderita mendapatpengobatan lebih dari enam bulan. Sebelum pengobatan dilakukan pemeriksaan fisikdan laboratorium dengan teliti, scanning dan biopsi hepar.

Setelah pemakaian obat tersebut dilakukan kemhali pemeriksaan fisik dan labora,torium serta pemeriksaan lainnya seperti sebelum diberikan pengobatan. Ternyatatidak ditemukan kelainan fisik yang jelas, hanya didapatkan pembesaran hepar yangringan pada 12 dari 60 penderita dan pada seorang penderita ditemukan massa tumorpada abdomen yang kemudian ternyata suatu tumor hepar.

Kelainan pemeriksaan fungsi hepar yang ditemukan adalah peninggian alkalinephosphatase (27 K.A. Unit) pada satu penderita. Peninggian bilirubin dalam serum(2,9 micro mol/l) pada satu penderita.Peninggian serum aspartate aminotransferase di mana 19 penderita mencapai lebihdari 50 u/1 (normal 30 u/l), lima penderita mencapai lebih dari 100 u/I .(Peninggianaspartate aminotransferase sering ditemukan pada penderita yang diberi methyltes-tosteron dalam waktu lama).

Pada biopsi hepar didapatkan penebalan dari liver-cell-cord dan pembentukan twin-plate di daerah peri-portal pada 11 penderita. Pada sembilan penderita ditemukan dila-tasi dari sinusoid dan pada tiga penderita ditemukan pembentukan microcyste. Padasembilan penderita didapatkan hepatocyste di dalam dinding vena centrilobulair, danpada tiga penderita di dalam vena interlobulair yang besar. Pada tiga penderita ditemu-kan cholestasis dan satu di antaranya mempunyai kadar serum bilirubin yang tinggi.

Dari penyelidikan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa nampak jelas adanya kerusak-an hepar pada pemakaian methyltestosteron dalam jangka waktu lama. Terjadinyatumor hepar pada pemakaian androgen sudah dilaporkan pertama kali pada tahun1965 dan sampai sekarang sudah kira-kira 25 kasus yang sudah dilaporkan.

D. WESTABY et alLancet ii: 261,1977

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 47

NEONATOLOGI

KB

TOKSIKOLOGI

NALOXONE UNTUK MENGATASI -EFEK PETHIDINE PADA BAYI

Pethidine sering diberikan pada ibu yang akan melahirkan yang mengalami "incoor-dinated uterine action". Terhadap bayi yang dilahirkan oleh ibu tersebut obat ini me-nyebabkan depresi pernafasan, perubahan pola makan (feeding behaviour) dan sebagai-nya. Telah diketahui bahwa efek pethidine itu dapat dihilangkan dengan pemberiannaloxone, suatu antagonis narkotika. Akan tetapi biasanya efek naloxone ini hanya se-bentar saja, tidak sampai satu jam, padahal efek pethidine cukup lama; 95% pethidinebaru diexkresikan dalam waktu 48 — 72 jam.

Dengan memberikan dosis besar, yaitu 200 ug secara intramuskuler, WIENER dkkberhasil memperpanjang masa kerja naloxone sampai 48 jam. Apakah masa kerjaitu dapat lebih lama lagi tidak diketahui, karena sebagian besar pasien mereka dipu-langkan 48 jam setelah partus.

Pemberian naloxone tersebut tidak hanya memperbaiki ventilasi bayi, tetapi jugapola makannya. Bayi-bayi yang mendapat naloxone jauh lebih scring menyusu danjumlah susu yang diminumnya pun lebih banyak.

WIENWE P.C. et al. Brit Med J 2 : 228-231, 1977

Catatan : Kami kira kesulitan utama untuk melaksanakan hal di atas di Indonesia ini ialah kesulitanmendapatkan obatnya, yaitu naloxone—RED .

PEMASANGAN IUD SEGERA SETELAH PLACENTA LEPAS

Ada beberapa pendapat mengenai pemasangan IUD pada program post-partum.Dalam percobaan sebelumnya pemasangan IUD segera setelah placenta lepas seringdiikuti dengan angka expulsi yang tinggi.

Dengan memakai IUD jenis LEM JOHN NEWTON et al melakukan pemasanganIUD pada 100 wanita partus normal, 10 menit setelah placenta lepas. Dengan caraini angka expulsi rendah (7%) dan tak dijumpai perforasi uterus, juga tak dijumpaiadanya perbedaan morbiditas puerperal antara pasien-pasien ini dengan golongan kon-trol. Pada tujuh dari 100 akseptor yang mengalami expulsi tadi, expulsi terjadi padaminggu keenam post-insersi.

JOHN NEWTON et al. Lancet ii : 273,1977

"GLUE SNIFFING"

Penyalah-gunaan narkotika telah meluas ke Indonesia, akan tetapi ada hcberapakegiatan remaja yang mungkin belum banyak ditemui di lndonesia yaitu "sniffing"atau mencium bahan-bahan pelarut untuk "fly".

Bahan-bahan yang dieium merupakan bahan-bahan keperluan rumah tanggasepertilem (adhesive/glue), obat-obat untuk rambut, gas korek api, pelarut cat kuku/cutexdsb. Di dalam bahan-bahan tersebut terdapat berbagai macam pelarut kimiawi sepertiaseton, toluena, etanol, metanol, benzena, butana dan lain-lain. Dari berbagai bahantersebut, yang paling sering digunakan (84%) ialah lem, yang terutama mengandungaseton dan toluena sehingga kebiasaan tsb. dikenal sebagai "glue sniffing". Istilah"sniffing" atau mencium disini sebenarnya kurang tepat karena cara penggunaannyaialah dengan memasukkan bahan-bahan tersebut ke dalam kantong plastik dan menye-dotnya dengan bernafas dalam-dalam selama sedikit-dikitnya setengah jam.

Di Lanarkshire, Inggris, dalam waktu enam bulan (Maret-Agustus 1976) telah di-jumpai 50 kasus keracunan akut akibat kebiasaan ini, dua diantaranya terpaksa dirawatdi rumah sakit. Sebagian besar pelakunya ialah para remaja berusia 12 -- 19 tahun,terutama laki-laki. Seperti halnya dengan penyalah gunaan narkotika, penyalah-gunaanpelarut ini merupakan "group activity", dilakukan bersama-sama oleh sekelompok

remaja .

OLIVER JS : Lancet i : 84 -- 86, 1977

48 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977

UNIVERSITARIA

SEMINAR BIOLOGI V DAN KONGRES BIOLOGI 111MALANG, 7-9.JULI 1977

Drs.SuhanaBagian Biologi F.K.U.I

PendahuluanSeperti telah kita ketahui, seminar yang bersifat nasional

mempunyai arti yang penting sekali sebagai parameter kemaju-an ilmu suatu bangsa. Demikian juga halnya dengan SeminarBiologi, yang sejak semula telah bersifat nasional dan telahdiadakan sebanyak lima kali itu, mempunyai arti yang pentingsekali sebagai ukuran sampai dimanakah tingkat pengetahuanbiologi kita dari waktu ke waktu.

Sejak diadakannya Seminar Biologi I tahun 1964 di CiawiBogor yang disusul oleh seminar-seminar berikutnya, terasaadanya kemajuan dalam jumlah peserta maupun jumlah karyailmiah yang dibahas. Jika Seminar Biologi I dan II hanya diha-diri oleh beberapa puluh peserta saja, maka Seminar yang kelima ini dihadiri oleh 450 peserta dan membahas sekitar 238karya ilmiah.

Laporan Ketua Panitia PelaksanaSeminar didahului oleh laporan Ketua Panitia Pelaksana

Seminar dan Kongres yang antara lain menyebutkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi panitia berupa : hilangnya paper, tidaksampainya surat undangan, kesulitan beaya dan lain-lain.Mengenai beaya, ia bercerita bahwa mula-mulanya sangatmengkhawatirkan. Namun berkat uluran tangan berbagai pi-hak yang menaruh simpati, akhirnya kesulitan beaya dapatteratasi, sehingga ia merasa berbesar hati. apalagi setelah ada-nya janji sumbangan dari pihak Pemerintah.

Sambutan-sambutanSeperti biasanya tiap seminar didahului oleh sambutan-

sambutan. Sambutan mempunyai arti yang penting, karenasambutan yang biasanya dilakukan oleh orang-orang "resmi",sedikit banyak mencerminkan tanggapan masyarakat terhadapseminar, dalam hal ini tentu terhadap biologi pada umumnyadan Perhimpunan Biologi Indonesia pada khususnya.

Dalam sambutannya Ketua Perhimpunan Biologi lndonesia(PBI) periode 1975-1977, antara lain menguraikan tentangsifat-sifat seorang biologiwan.Menurut pendapatnya, sifat-sifat seorang biologiwan adalahsebagai berikut :

- manusia biasa, perlu makan dan minum- prihatin terhadap berbagai pencemaran- bekerja keras untuk mendapatkan bibit unggul- berhati-hati mengatur alam, karena kalau tidak kita akan diatur oleh alam- berpandanganjauh ke depan- menyadari pentingnya lingkungan hidup- selalu konstruktif, membangun- menjelajahi ilmu pengetahuan dari tingkat molekul sampai ruang angkasa.

Selanjutnya ia mengemukakan pentingnya didaktik biologi di -

tingkatkan. Mengenai "Berita Biologi", majalah resmi PBI, ia

meminta supaya dibina terus, supaya menjadi sarana komuni-kasi yang efektif.

Sambutan lain yang berbobot adalah sambutan dari DirjenPendidikan Tinggi yang dalam kesempatan tersebut mewakiliMenteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ia berpendapat bahwaapabila ditinjau dari jumlah peserta sejak Seminar Biologi I,memang tampak adanya peningkatan; tetapi ia menyampaikanharapannya agar terjadi juga peningkatan dalam mutu. Selan-jutnya ia mengemukakan pendapatnya bahwa dibandingkan

Seminar Biologi I Ciawi-Bogor 1964Seminar Biologi II Ciawi-Bogor 1970Seminar Biologi III Jakarta 1973 + Kongres Biologi ISeminar Biologi IV Yogyakarta 1975 + Kongres Biologi II

*Seminar Biologi V Malang 1977 + Kongres Biologi IIISeminar Biologi VI Bandung 1979 + Kongres Biologi IV

dengan keadaan pada tahun limapuluhan, para biologiwansekarang telah berhasil mendapatkan posisi di dalam masya-rakat, bahkan beberapa di antaranya telah menjadi "birokrat-birokrat", sebagai deeision maker. Walaupun demikian parabiologiwan masih menghadapi banyak tantangan. Di antaratantangan-tantangan tersebut antara lain ialah masih adanyasementara pendapat yang menganggap kurang pentingnya ilmudasar. Umumnya mereka berpendapat bahwa daya guna ilmudiukur oleh aplikasi langsung, padahal menurut Dirjen Pendi-dikan Tinggi, ilmu dasar merupakan sumber daya hidup ilmuterpakai. Ilmu dasar berpandangan jauh ke muka, berusahamembuka cakrawala-cakrawala baru dengan mengemukakanfakta dan konsep.

Pada akhir sambutannya Dirjen Pendidikan Tinggi ini, yangjuga seorang tokoh biologiwan terkemuka dan merupakansalah seorang pendiri PBI yang menjadi ketua pertamanyasampai tahun 1970, meminta perhatian para biologiwan ten-tang pentingnya program pengembangan pendidikan PascaSarjana, di samping seminar-seminar. Dalam hubungan ter-sebut ia mengemukakan pentingnya kerja sama antar Lem-baga, dalam proses pembentukan bibit-bibit yang penuhdedikasi, bertanggung jawab, serta khidmat kepada MahaPencipta.

Jalannya Sidang waktu SeminarDalam Seminar Biologi V dan Kongres Biologi III tersebut

sidang-sidang dilakukan secara simultan pada tujuh ruangansidang sesuai dengan pengelompokan bidang pengetahuan,yaitu kelompok :

A. Biologi Lingkungan PerairanB. Mikrobiologi-ParasitologiC. Biologi Radiasi dan Biologi ManusiaD. Biologi Reproduksi dan Biologi UmumE. Ekologi—PPAF. Botani dan ZoologiG. Biologi Pertanian

Dengan pengelompokkan tersebut sidang-sidang pada setiap

Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977 49

ruangan terasa lebih homogen dan diskusi dapat berjalan lebihterarah. Walaupun demikian kadang-kadang masih terasa bah-wa diskusi kurang hidup, karena adanya perbedaan tingkatpengetahuan para peserta dan terbatasnya waktu. Perlu kira-nya dijelaskan di sini bahwa pembicara diberi waktu 20 menituntuk berbicara dan diskusi; pada kenyataannya banyak pem-bicara yang tidak dapat membatasi lamanya bicara, sehinggadiskusinya sangat terbatas, bahkan beberapa di antaranya tidaksempat berdiskusi karena seluruh waktunya habis untuk berbi-cara.

Dalam seminar yang heterogen dan diikuti oleh banyak pe-serta seperti Seminar Biologi tersebut, pembagian ruang sidangberdasarkan pengelompokkan ilmu memang perlu diadakan.Tetapi sebagai konsekwensinya kadang-kadang peserta menjadibingung memilih ruang sidang, karena pada waktu yang samadibicarakan dua buah topik atau lebih yang menarik perhatian-nya di dalam ruang sidang yang berbeda. Bahkan kadang-ka-dang dapat terjadi dua topik yang sebenarnya termasuk dalamsatu kelompok bidang pengetahuan dibicarakan pada ruangsidang yang berbeda. Sebagai contoh, seorang imunologiwanakan bingung memilih topik pada tanggal 8 Juli, jam 15.20 -15.40, karena di ruang C dibicarakan "Tehnik imunokimiadalam purifikasi imunoglobulin manusia", sedangkan di ruangF dibicarakan "Gambaran Histologi testis kelinci setelah di-suntik larutan jaringan testis miliknya sendiri". Dalam pada itukapasitas ruangan kadang-kadang tidak sesuai dengan jumlahpengunjung. Sebagai contoh, topik yang berjudul "Beberapaaspek kehidupan sex masa kini" diadakan di ruang C yang sem-pit, menyebabkan tidak tertampungnya pengunjung yang me-li mpah ruah. Akan lebih berhasil kiranya bila pembicaraan ter-sebut diselenggarakan di ruangan yang lebih besar.

Walaupun demikian hal-hal' tersebut tidak banyak mengu-

rangi keberhasilan Panitia dalam menyelenggarakan Seminaryang cukup besar tersebut. Dalam pada itu ditinjau dari ba-nyaknya karya ilmiah yang dibawakan dibandingkan denganjumlah peserta, maka Seminar Biologi Malang sangat efisien.Di Jakarta tahun 1973,. 25%; di Yogya tahun 1975, 37%; dandi Malang tahun 1977, 53%. Di samping itu, pembahasan bebe-rapa karya ilmiah yang pada seminar-seminar terdahulu hanyasampai pada tingkat seluler, sekarang sudah sampai pada ting- ,

kat subseluler dan molekuler; suatu hal yang menggembirakan.

Jalannya KongresKongres yang diadakan pada tanggal 8 Juli malam telah me -

nunjuk Formatur, atas usul, untuk membentuk panitia yangakan menangani pembakuan istilah. Telah pula dibahas, apa-kah perlu mengganti nama Seminar Biologi dan Kongres Biolo-gi menjadi nama lain. Hal tersebut dipersoalkan, karena kesu-karan panitia mendapat izin dari penguasa setempat bila men-cantumkan kata Kongres. Akhirnya Kongres melimpahkan per-soalan perlu tidaknya penggantian nama tersebut kepada pani-tia Seminar yang akan datang, dalam hal ini ITB. Telah puladibentuk panitia perumus, yang akan membuat rekomendasi-rekomendasi kepada Pemerintah. Selain,itu Kongrespun telahpula meminta secara sukarela menyediakan diri menjadi "con-tact person" yang menghubungkan PBl dengan PergurunanTinggi masing-masing.

Acara Kongres yang paling penting ialah penunjukkan tem7

pat seminar setelah Bandung. Kongres telah minta kepadaUNDIP bekerja sama dengan SATYAWACANA untuk menye-lenggarakan Seminar Biologi VII dan Kongres Biologi V tahun1981.

Sekian dan sampai bertemu lagi pada Seminar Biologi VIdan Kongres Biologi IV di Bandung pada tahun 1979.

KALBE FARMA AWARD

Sejak tahun 1971, setiap tahun PT Kalbe Farma menyediakan Kalbe Farma Award bagi dokter-dokter teladan dari berbagai universitas. Mereka dipilih diantara doktertlokter baru yang luluspada tahun tersebut oleh pimpinan staf pengajar fakultas masing-masing. Di bawah ini adalah daf-tar nama para pemenang hadiah tersebut :

F.K.U.I.

— dr. Widiastuti............... ...........................................1971— dr. Arianto Suwondo.............................................1972

- dr. Siti Masmuah.....................................................1973dr. Arnold Binsar H. Simanjuntak.......................1974

— dr. Raini Umbas......................................................1975

- dr. Alan Tumbelaka...............................................1976

F.K.U.G.Mdr. Salimi ..................................................................1971dr. July Istiajid........................................................1972dr. Suhartini............................................................1973dr. Johannes Santoso .............................................1974dr. Sunoko...............................................................1975dr. Trimulyo . . . . 1976

F.K.U.S.U.

— dr. Rustam Effendi ................................................ 1977

F.K.UNAIR— dr. Benyamin P.M...................................................1971— dr. Suharto :.......................................................... 1973— dr. Adisantoso......................................................... 1975— dr. Rietta Rematta ................................................. 1976

F.K UNPAD— dr. Yayat Sunarya ...................................................1972— dr. Eko Santoso.......................................................1973— dr. Sri Rejeki Hadinegoro Harun .........................1974— dr. Taufig Boesoiri .................................................1975

F.K. UNDIP

— dr. Amin Husni....................................................... 1975

- dr. Ignasius Riswanto.............................................1976

FARMASI I.T.B.— Drs. Nurhayati Muin .................................................1974

50 Cermin Dunia Kedokteran No. 10, 1977