CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN...

95
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2007 diperkirakan mencapai atau setidaknya mendekati target yang ditetapkan pemerintah di dalam APBN 2007. Momentum percepatan pertumbuhan sudah kembali hadir, sebagaimana ditandai oleh pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang praktis selama enam triwulan berturut-turut menunjukkan peningkatan terus menerus. Pada tahun 2007 ini pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan sekitar 6,2 persen, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan Asean-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam) sebesar 5,9 persen. Kestabilan makroekonomi cukup terjaga dengan kecenderungan membaik. Hal ini antara lain tercermin dari nilai tukar Rupiah yang relatif tak bergejolak, kecenderungan penurunan suku bunga, dan laju inflasi yang jauh lebih rendah dari tahun 2006. Kinerja neraca pembayaran (balance of payments) juga membaik di segala lini: akun perdagangan barang (trade account), akun semasa (current account), maupun akun modal (capital account). Perbaikan kinerja neraca pembayaran bermuara pada peningkatan cadangan devisa yang cukup signifikan. Posisi cadangan devisa per 30 November 2007 tercatat sebesar US$54,9 miliar, suatu peningkatan tajam dibandingkan posisi akhir tahun 2006 sebesar US$34,7 miliar. Di akhir November, cadangan devisa sempat menurun sebesar US$1,1 miliar dibandingkan posisi seminggu sebelumnya, yang terutama akibat upaya menolong nilai tukar Rupiah yang sedang tertekan. Namun, seminggu kemudian (7 Desember) naik kembali menjadi US$55,1 miliar. Sementara itu, di pasar modal diwarnai oleh rekor-rekor baru IHSG (indeks harga saham gabungan), SUN (Surat Utang Negara) yang terus diminati oleh investor domestik maupun asing, serta ORI (Obligasi Republik Indonesia) yang selalu terserap oleh investor perseorangan dengan nilai yang melebihi target. Dilihat dari komposisi SUN yang dipegang oleh investor asing terlihat bahwa yang jatuh tempo di atas 10 tahun menduduki porsi terbesar. Ini menandakan bahwa di mata investor institusional asing, prospek ekonomi Indonesia dalam jangka panjang cukup menjanjikan. Sejak semester kedua 2007 ekspansi kredit perbankan meningkat relatif tajam, dan lebih tinggi ketimbang peningkatan dana pihak ketiga. Sehingga, LDR (loan-to-deposit ratio) juga naik mendekati 70 persen, dengan catatan bahwa jumlah kredit yang belum dicairkan (undisbursed loans) masih tetap tinggi. Dari gambaran di atas, bisa disimpulkan bahwa secara umum dan agregat, kinerja perekonomian Indonesia selama tahun 2007 menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Namun, jika kita telaah lebih mendalam dan rinci, gambarannya tak sebaik “tampak luar”. Paling tidak, pola dan arah perkembangan ekonomi menunjukkan mixed signals. Seandainya signals yang terhadirkan lebih konsisten, niscaya perkembangan ekonomi Indonesia akan jauh lebih baik dan sekaligus lebih tangguh dalam menghadapi goncangan eksternal dan menjawab persoalan-persoalan sosial di dalam negeri. 1

Transcript of CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN...

Page 1: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA

CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASIKADIN INDONESIA

Jakarta, 19 Desember 2007

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2007 diperkirakan mencapai atau setidaknya mendekati target yang ditetapkan pemerintah di dalam APBN 2007. Momentum percepatan pertumbuhan sudah kembali hadir, sebagaimana ditandai oleh pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang praktis selama enam triwulan berturut-turut menunjukkan peningkatan terus menerus. Pada tahun 2007 ini pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan sekitar 6,2 persen, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan Asean-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam) sebesar 5,9 persen.

Kestabilan makroekonomi cukup terjaga dengan kecenderungan membaik. Hal ini antara lain tercermin dari nilai tukar Rupiah yang relatif tak bergejolak, kecenderungan penurunan suku bunga, dan laju inflasi yang jauh lebih rendah dari tahun 2006. Kinerja neraca pembayaran (balance of payments) juga membaik di segala lini: akun perdagangan barang (trade account), akun semasa (current account), maupun akun modal (capital account). Perbaikan kinerja neraca pembayaran bermuara pada peningkatan cadangan devisa yang cukup signifikan. Posisi cadangan devisa per 30 November 2007 tercatat sebesar US$54,9 miliar, suatu peningkatan tajam dibandingkan posisi akhir tahun 2006 sebesar US$34,7 miliar. Di akhir November, cadangan devisa sempat menurun sebesar US$1,1 miliar dibandingkan posisi seminggu sebelumnya, yang terutama akibat upaya menolong nilai tukar Rupiah yang sedang tertekan. Namun, seminggu kemudian (7 Desember) naik kembali menjadi US$55,1 miliar.

Sementara itu, di pasar modal diwarnai oleh rekor-rekor baru IHSG (indeks harga saham gabungan), SUN (Surat Utang Negara) yang terus diminati oleh investor domestik maupun asing, serta ORI (Obligasi Republik Indonesia) yang selalu terserap oleh investor perseorangan dengan nilai yang melebihi target. Dilihat dari komposisi SUN yang dipegang oleh investor asing terlihat bahwa yang jatuh tempo di atas 10 tahun menduduki porsi terbesar. Ini menandakan bahwa di mata investor institusional asing, prospek ekonomi Indonesia dalam jangka panjang cukup menjanjikan.

Sejak semester kedua 2007 ekspansi kredit perbankan meningkat relatif tajam, dan lebih tinggi ketimbang peningkatan dana pihak ketiga. Sehingga, LDR (loan-to-deposit ratio) juga naik mendekati 70 persen, dengan catatan bahwa jumlah kredit yang belum dicairkan (undisbursed loans) masih tetap tinggi.

Dari gambaran di atas, bisa disimpulkan bahwa secara umum dan agregat, kinerja perekonomian Indonesia selama tahun 2007 menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Namun, jika kita telaah lebih mendalam dan rinci, gambarannya tak sebaik “tampak luar”. Paling tidak, pola dan arah perkembangan ekonomi menunjukkan mixed signals. Seandainya signals yang terhadirkan lebih konsisten, niscaya perkembangan ekonomi Indonesia akan jauh lebih baik dan sekaligus lebih tangguh dalam menghadapi goncangan eksternal dan menjawab persoalan-persoalan sosial di dalam negeri.

1

Page 2: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

Pola Pertumbuhan SektoralSelama lima tahun terakhir pola pertumbuhan sektoral menunjukkan kesenjangan yang masih cenderung lebar antara sektor tradable dan non-tradable. Sektor tradable tumbuh relatif jauh di bawah pertumbuhan PDB; sebaliknya sektor non-tradable menunjukkan pertumbuhan yang selalu lebih tinggi dari PDB. Dengan pengecualian sektor pertanian pada triwulan III 2007 yang tumbuh “menakjubkan” (8,9 persen), seluruh unsur sektor tradable (pertanian, pertambangan & penggalian, dan industri manufaktur) mengalami tekanan. Sebetulnya, industri manufaktur sempat menunjukkan tanda-tanda kebangkitan pada paruh pertama 2007, namun memasuki triwulan ketiga kembali “loyo”, terutama karena diterjang oleh kenaikan tajam harga energi (bahan bakar minyak dan listrik)). Kemerosotan pertumbuhan industri manufaktur terjadi hampir merata. Perlu dicatat bahwa selama periode prakrisis, industri manufaktur tumbuh rata-rata jauh di atas PDB, bahkan tak jarang mencapai dua digit.

Primadona di sektor non-tradable adalah subsektor komunikasi yang dalam lima tahun terakhir selalu tumbuh di atas 20 persen dan subsektor transportasi udara yang tumbuh rata-rata di atas 10 persen. Subsektor lain yang tumbuh di atas PDB dengan cukup konsisten ialah keuangan nonbank, perdagangan besar & eceran, serta listrik, air & gas, dan konstruksi. Berarti, pertumbuhan tinggi di sektor non-tradable terjadi secara relatif merata.

Bertolak dari pola demikian, maka bisa disimpulkan bahwa ada faktor struktural yang membuat pola pertumbuhan sektoral semakin kontras: tradable versus non-tradable. Pola pertumbuhan yang kontras seperti itu lazimnya terjadi di negara yang telah melalui tahapan industrialisasi yang matang. Sementara di Indonesia industrialisasi masih menuju pematangan di tahap industrializing. Dengan kata lain, peranan sektor industri manufaktur sebetulnya masih bisa dipacu hingga mencapai sekitar 35 persen dari PDB. Setelah itu, baru lambat laun mulai berkurang. Jika peranan sektor industri manufaktur masih di bawah 30 persen tapi sudah mandeg, bahkan turun walau sangat tipis, berarti ada tanda-tanda kita mengalami “deindustrialisasi” dini. Ini menandakan kualitas pertumbuhan sektoral tidak optimal, sehingga sulit diharapkan memberikan sumbangan berarti bagi penurunan angka pengangguran dan kemiskinan serta perbaikan ketimpangan.

Pola pertumbuhan berdasarkan PenggunaanKualitas pertumbuhan juga terancam jika ditopang oleh komponen-komponen penggunaan (expenditure) yang kurang menjamin kesinambungan pertumbuhan. Selama 5 tahun terakhir, penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi privat (private consumption). Bahkan dalam lima triwulan terakhir pertumbuhan konsumsi privat tumbuh semakin kencang. Jika kita melihat trend penyaluran kredit perbankan, tampak bahwa pertumbuhan kredit konsumsi jauh melebihi kredit investasi selama periode 2003-05, lalu merosot dengan pertumbuhan negatif pada tahun 2006, namun kembali melonjak pada tahun 2007. Patut diduga bahwa peningkatan laju pertumbuhan konsumsi privat makin ditopang oleh kredit (utang). Hal ini tentu saja tidak akan bisa bertahan lama, sehingga diperkirakan pada tahun 2008 sumbangsih konsumsi privat dalam pertumbuhan ekonomi akan melemah.

Penyumbang pertumbuhan yang belakangan ini cukup menonjol ialah ekspor. Namun, sejalan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi dunia dan laju perdagangan dunia, pertumbuhan ekspor mulai melamban pada triwulan III 2007. Kecenderungan tersebut tampaknya akan berlanjut pada tahun mendatang. Pada waktu yang bersamaan pertumbuhan impor justru diperkirakan lebih tinggi. Sehingga, ekspor neto cenderung akan menyusut.

Agar bisa mengimbangi kecenderungan menurunnya sumbangan konsumsi privat dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor), mau tak mau pilihan harus diarahkan pada investasi yang diukur berdasarkan data pembentukan modal tetap (fixed capital formation). Sayangnya, sejauh ini pertumbuhan investasi masih sangat labil. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2004, yakni 15,7 persen. Namun setelah itu melorot menjadi 9,9 persen pada tahun 2005 dan hanya 2,9 persen

2

Page 3: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

pada tahun 2006. Dalam empat triwulan terakhir, pertumbuhan investasi berfluktuasi sekitar 6,9 hingga 8,8 persen. Ini masih berada di bawah target pemerintah sebesar 12 persen.

Jika kita telusuri lebih lanjut, ternyata gambaran pembentukan modal tetap kian kurang menjanjikan bagi terpeliharanya landasan pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang kokoh. Sekitar 76 persen dari pembentukan modal tetap adalah dalam bentuk konstruksi (bangunan), sedangkan yang dalam bentuk mesin dan alat transport masing-masing hanya 6,4 persen untuk domestik dan 17,2 persen untuk luar negeri (impor). Agar investasi memberikan kontribusi yang lebih signifikan bagi penyerapan tenaga kerja, maka porsi mesin harus lebih didorong.

Pengeluaran pemerintah, baik dalam bentuk konsumsi dan investasi, tampaknya kurang bisa diharapkan, mengingat pada tahun 2007 dan 2008 APBN harus menanggung beban subsidi yang sangat berat akibat tingginya harga minyak dan kemerosotan produksi minyak di dalam negeri. Juga beban yang masih cukup besar untuk pembayaran bunga utang dalam negeri dan luar negeri. Ditambah lagi dengan kendala birokrasi yang membuat masih tersendatnya realisasi anggaran investasi pemerintah.

Daya Beli ( Purchasing Power ) Naiknya harga-harga komoditas primer di pasar dunia yang disertai dengan relatif lambatnya laju pertumbuhan sektor industri manufaktur telah membuat terjadinya ketimpangan peningkatan daya beli antara Jawa dan luar Jawa. Secara nasional Nilai Tukar Petani (NTP) memang mengalami kenaikan sebesar 2.52%yoy dalam bulan September 2007 (walaupun hanya naik sebesar 0.09% selama sembilan bulan di tahun 2007). Namun ternyata NTP (tahun dasar 1993) yang tertinggi kebanyakan berada di propinsi luar Jawa. Lima besar propinsi dengan NTP tertinggi adalah Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Bali.

Pola ketimpangan Jawa – luar Jawa juga terlihat dari turunnya dan relatif rendahnya upah riil buruh tani di Jawa, padahal sebagian terbesar tenaga kerja di sektor pertanian (sekitar 43% dari total orang yang bekerja secara nasional) berada di sektor pertanian di Jawa. Quo vadis program revitalisasi pertanian yang telah dicanangkan oleh pemerintah? Program proteksi harga komoditas pertanian pangan yang dilakukan pemerintah tak tampak memberikan manfaat bagi petani, melainkan meningkatkan margin perdagangan saja. Kalaupun ada peningkatan upah riil buruh tani di luar Jawa, hal itu lebih disebabkan oleh membaiknya harga komoditas primer di pasar dunia, bukan oleh kebijakan pemerintah untuk mensupport sector pertanian. Data BPS menunjukkan upah nominal buruh tani di Jawa sebesar Rp. 13.373,- per hari, sementara upah nominal buruh tani di luar Jawa sebesar Rp. 18.771,- per hari. Upah riil buruh tani di Jawa mengalami penurunan sebesar 2.07%yoy, sementara upah riil buruh tani luar Jawa naik 0.82%yoy pada bulan September 2007.

Sementara itu, nilai upah riil (yang mencerminkan daya beli) buruh informal di perkotaan (terutama sekali di Jawa) mengalami penurunan di tahun 2007 (data sampai bulan November), sebesar 0.81%yoy untuk buruh bangunan, sebesar 3.78%yoy untuk buruh potong rambut wanita, dan sebesar 0.91%yoy untuk pembantu rumah tangga. Walaupun secara umum upah riil buruh di sector industri (formal) mengalami kenaikan (sebesar 4.0%yoy dalam 2Q07), data BPS juga menunjukkan terjadinya penurunan upah riil buruh industri rokok (sebesar 7.96%yoy), industri pakaian jadi (sebesar 4.20%yoy), dan industri batu bata/ubin (sebesar 9.54%yoy).

Kebijakan FiskalRelatif lebih rendahnya defisit anggaran untuk tahun 2007, yang dipekirakan akan hanya mencapai 1.3% dari PDB versus target ABPN-P sebesar 1.5% dari PDB, tampa baik dari segi sovereign risk; apalagi jika kita masukkan resiko kenaikan harga minyak dunia. Namun ”keberhasilan” menekan defisit anggaran tidaklah menjadi ukuran kinerja kebijakan fiskal yang baik, karena bersamaan dengan itu Indonesia kehilangan kesempatan untuk tumbuh dengan lebih cepat dan penciptaan lapangan pekerjaan lebih banyak. Kesinambungan pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah menjadi terganggu akibat ketidakmampuan pemerintah untuk melakukan pengeluaran-pengeluaran modal (capital spending) yang sangat dibutuhkan untuk mendukung perekonomian. Realisasi belanja modal pemerintah yang kurang dari 60% dari yang dianggarkan, bukanlah suatu prestasi yang dapat dibanggakan. Perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan anggaran (yang juga melibatkan

3

Page 4: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

departemen lain dan pemerintah daerah) harus segera dilakukan kalau kita tidak ingin kehilangan kesempatan emas momentum untuk tumbuh dengan lebih baik.LogisticsSektor logistik merupakan urat nadi bagi perdagangan dalam negeri maupun internasional. Tanpa kelancaran bekerjanya sektor logistik, proses produksipun dapat terganggu. Inflasipun akan dapat menjadi lebih tinggi akibat terjadinya ketersendatan di jalan raya dan di pelabuhan. Faktor lokasi dan ketepatan waktu menjadi sangat penting untuk diperhatikan, apalagi menjelang di lakukannya upaya menuju terbentuknya ASEAN economic community, di mana sektor logistik menjadi salah satu sektor yang pertama yang akan diintegrasikan. Siapkah sektor logistik kita menghadapi upaya integrasi ASEAN ini?

Pemerintah memang sudah berupaya untuk menekan pungutan-pungutan yang terkait dengan tingginya biaya logistik, namun permasalahan di sektor logistik bukan hanya menyangkut pengurangan ongkos angkut. Perkembangan logistik yang baik harus selalu dikaitkan dalam mata rantai suplai dan arus barang/jasa. Ketentuan hukum yang jelas pun dibutuhkan untuk mengurangi ketidakpastian dalam menjalankan usaha logistik. Perlu dipertegas kewenangan instansi untuk menangani sektor logistik yang penting ini, karena selama ini telah terjadi perebutan kewenangan antara departemen perdagangan, departemen perhubungan dan kementerian komunikasi dan informasi.

Soal SBI Biaya operasi moneter yang besar yang harus ditanggung oleh Bank Indonesia juga perlu mendapatkan perhatian. Tercatat setiap tahunnya dibutuhkan dana sekitar lebih dari Rp. 22 triliun untuk membayar bunga SBI dan FasBI; apalagi dengan kecenderungan jumlah Operasi Pasar Terbuka (SBI dan FasBI) yang makin meningkat menjadi sekitar Rp. 300 triliun. Besarnya jumlah bunga SBI dan FasBI ini juga akan menimbulkan semakin banyaknya likuiditas di pasar, dan kalau tidak segera dibenahi akan dapat membawa kita ke arah perangkap likuiditas (liquidity trap) dimana keijakan moneter akan menjadi tidak efektif lagi.

Lingkungan GlobalRisiko terjadinya resesi dunia sebagai akibat dari krisis sektor keuangan (sub-prime mortgage) di Amerika Serikat (AS) tampaknya telah mengalami penurunan setelah dilakukannya beberapa langkah pre-emptive oleh Bank Sentral Amerika dalam bentuk penurunan suku bunga kebijakannya ke arah 3,5 persen di tahun 2008, serta beberapa rencana US Treasury untuk membantu masyarakat kurang mampu di AS supaya tidak kehilangan kepemilikan rumah mereka. Namun, tetap saja perekonomian AS akan mengalami perlambatan laju pertumbuhan, yang kemungkinan juga akan diikuti oleh sedikit perlambatan laju pertumbuhan di beberapa negara di Asia, termasuk China dan India yang merupakan motor pertumbuhan Asia dan juga dunia. Perlambatan laju pertumbuhan beberapa negara mitra dagang utama Indonesia ini kemungkinan akan sedikit mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2008 melalui sedikit perlambatan dalam laju pertumbuhan ekspor Indonesia.

Perkiraan penurunan suku bunga kebijakan di AS (US Fed funds rate) yang cukup signifikan sampai semester 1 tahun 2008 seharusnya dapat membuka ruang gerak yang lebih besar bagi Bank Indonesia (BI) guna menurunkan kembali suku bunga kebijakannya (BI rate). Namun karena ancaman inflasi yang masih relatif tinggi (akibat kenaikan dan tetap tingginya harga-harga komoditi di pasar global (minyak dan gas, serta bahan makanan), tampaknya ruang gerak itu akan mengecil drastis, kalau tak hendak dikatakan hilang sama sekali. Ancaman inflasi ini juga dialami oleh negara-negara berkembang di Asia dan Amerika Latin, sehingga diperkirakan akan terjadi pengetatan moneter di negara-negara yang mengalami tekanan inflasi tersebut. Indonesia sendiri mungkin akan bisa menghindari proses terjadinya pembalikan arah suku bunga kebijakan—tak perlu menaikkan suku bunga kebijakannnya—asalkan tekanan laju inflasi dapat dikurangi dengan beberapa kebijakan pangan, energi, dan perbaikan infrastruktur guna memperlancar distribusi barang dan jasa. Namun tampaknya masih terdapat kerancuan dalam pembagian wilayah

4

Page 5: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

wewenang dan tanggung jawab yang berkaitan dengan logistics antara Departemen Perhubungan dan Departemen Perdagangan.

Trend pelemahan nilai dollar AS yang sudah terjadi selama ini, mungkin akan terus berlangsung, sejalan dengan akan makin melebarnya gap suku bunga di AS dibandingkan dengan negara-negara lain. Namun, anehnya, hal itu tidak terjadi dengan nilai nominal mata uang Indonesia (Rupiah), yang diperkirakan akan masih sedikit tertekan di kisaran Rp 9.250 – 9.400 per dollar AS di tahun 2008. Nilai riil Rupiah memang akan tetap menguat, yang berarti akan terjadi penurunan daya saing dari produk-produk Indonesia di pasar dunia, terutama sekali untuk produk-produk hasil industri manufaktur nonmigas.

Pelemahan nilai nominal Rupiah tampaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor domestik, seperti naiknya kebutuhan impor barang dan jasa sejalan dengan kecenderungan terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi di tahun 2008, serta bertambah besarnya permintaan atas dollar AS oleh Pertamina membiayai impor minyak mentah dan BBM, sementara penambahan suplai dollar dari ekspor migas tidak masuk ke pasar valuta asing, melainkan langsung menambah cadangan devisa BI.

Tampaknya penghematan penggunaan BBM dan peningkatan produksi BBM dalam negeri merupakan suatu keharusan supaya Indonesia tidak lagi selalu tertekan oleh tingginya harga minyak dunia. Ironis memang bila mengingat Indonesia sebagai salah satu penghasil migas dunia harus menghadapi masalah setiap kali harga BBM naik dengan pesat, demikian pula kalau melorot tajam. Kebijakan pemerintah untuk mempercepat proses produksi migas yang juga disertai dengan usaha penghematan dan penurunan konsumsi migas, termasuk pengalihan ke sumber energi yang dapat terbarukan (renewable) tampaknya tidak dapt ditawar-tawar lagi. Namun, tentu saja untuk merealisasikannya butuh waktu.

Salah satu risiko yang masih tetap menghantui perekonomian Indonesia, walaupun selama ini dampaknya masih relatif terbatas di sektor keuangan saja, adalah bila terjadi pembalikan arus modal masuk portofolio secara deras, baik karena para investor asing itu menjadi lebih risk averse atau karena terjadinya yendaka (penguatan nilai Yen Jepang secara cepat) yang memicu terjadi pembalikan arah Yen carry trade, atau juga karena faktor-faktor domestik yang dianggap sudah tidak lagi mendukung perolehan imbal hasil yang tinggi bagi investor asing tersebut. Kebutuhan pembiayaan APBN yang cukup besar dalam bentuk obligasi pemerintah di tahun 2008, jika tidak dikelola dengan baik, akan dapat menaikkan tingkat risiko pembalikan arus modal masuk ini. Pengembangan pasar-pasar khusus untuk surat berharga negara (SBN), seperti obligasi ritel, peningkatan peran daerah surplus dalam membeli SBN, serta pengembangan surat berharga syariah menjadi suatu keharusan.

Prospek Jangka Pendek (2008)Indonesia sebetulnya sudah mulai kembali muncul di dalam radar FDI (foreign direct investment). Berdasarkan kajian EIU (Economist Intelligence Unit, 2007), untuk periode 2007-2011, posisi Indonesia berada pada urutan 36 dalam daftar penerima FDI. Pada periode tersebut, FDI yang masuk ke Indonesia diperkirakan sekitar US$6,6 miliar rata-rata setahun. Daya tarik Indonesia memang belum seperti di era 1980-an. Negara-negara yang menjadi primadona FDI dewasa ini dan lima tahun mendatang ialah: China, India, dan sejumlah negara Eropa Timur.

Kemunculan Indonesia dalam radar FDI sejalan dengan perbaikan skor lingkungan bisnis (business environment score) dari 5,39 pada periode 2002-06 menjadi 6,21 pada periode 2007-11. Namun, perbaikan skor yang cukup lumayan ini tak mengangkat peringkat. Bahkan, peringkat Indonesia turun satu tingkat, dari ke-60 pada periode 2002-06 menjadi ke-61 pada periode 2007-11. Hal ini terjadi karena perbaikan lingkungan bisnis di negara-negara lain pada umumnya lebih cepat daripada Indonesia.

Boleh dikatakan perbaikan yang terjadi di Indonesia baru sebatas memenuhi syarat minimum atau batas investment grade. Hal ini antara lain terlihat dari rating dalam risiko berbisnis (the risk of doing business) yang hanya bernilai C. Ibarat dalam penilaian ujian, nilai C adalah batas kelulusan.

5

Page 6: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

Jika sekedar lulus paspasan, sudah barang tentu FDI yang masuk pun tidak bisa diharapkan yang berkualitas tinggi.

Agar bisa meningkatkan kualitas FDI yang masuk khususnya dan kualitas pertumbuhan umumnya, maka sekedar lebih baik saja tak cukup (good is not good enough). Kita harus memacu diri untuk berbenah lebih seksama, paling tidak dengan kecepatan yang sama—syukur kalau lebih tinggi—dengan negara-negara pesaing utama.

Untuk mewujudkan tekad tersebut, cara pandang dan penanganan tak bisa lagi linear. Di dunia yang bercirikan dinamika non-linear, kita dituntut untuk menggunakan strategi dan pendekatan yang juga bersifat non-linear. Uraian lebih rinci bisa dilihat pada bagian selanjutnya.

Dengan menyadari bahwa persoalan-persoalan dan tantangan-tantangan yang menghadang lebih bersifat struktural yang membutuhkan perubahan cara pandang dan pendekatan baru, maka gerak maju perekonomian Indonesia dalam jangka pendek ke depan tak bisa menjanjikan perbaikan spektakuler. Misalnya pertumbuhan ekonomi melonjak seperti China, India, dan Vietnam. Mencapai 7 persen saja sudah sangat sulit.

Oleh karena itu, perekonomian Indonesia 2008 diperkirakan hanya tumbuh sedikit lebih tinggi dari tahun 2007, namun hampir tertutup kemungkinan bisa mencapai target APBN 2008 sebesar 6,8 persen. Pertumbuhan maksimum diperkirakan hanya sekitar 6,5 persen. Hal ini juga disebabkan oleh kendala di sisi supply (supply constraints) yang sudah barang tentu tak bisa diatasi dalam jangka pendek.

Keterbatasan infrastruktur akan menjadi kendala yang kian dirasakan. Volume dan kualitas pasokan listrik praktis tak akan bertambah, sementara tarif listrik untuk industri akan terus dinaikkan. Sama halnya dengan kapasitas pelabuhan dan jalan yang juga tak akan beranjak dari kondisi sekarang. Sementara itu, peluang pemompaan dana APBN akan terkendala oleh rendahnya efektivitas pengeluaran pemerintah pusat maupun daerah.

Kendala infrastruktur semakin terasa di luar Jawa, sehingga potensi keuntungan dari membubungnya harga-harga komoditas perkebunan dan pertambangan tak sepenuhnya bisa terwujud secara optimal. Padahal, booming komoditas perkebunan dan pertambangan bisa menjadi pengimbang dan sekaligus pengompensasi dari berakhirnya era kejayaan migas. Selain itu, tambahan penerimaan negara dalam bentuk pajak maupun nonpajak bisa disalurkan untuk membantu sektor-sektor maupun kelompok-kelompok masyarakat tertentu yang tertekan akibat kenaikan tajam harga minyak. Tidak sepatutnya windfall profit dari komoditas digunakan untuk menambal subsidi BBM yang terus menggelembung, karena sama saja artinya kita menoleransikan pemborosan energi yang kian langka.

Menyadari bahwa belakangan ini telah terjadi perubahan dinamika di dalam perekonomian Indonesia, analisis tentang prospek ekonomi agaknya harus pula memasukkan dimensi spatial. Pola pertumbuhan yang kontras antara sektor tradable dan non-tradable cenderung menekan kehidupan di Jawa untuk penduduk berpendapatan rendah, karena sebagian besar industri manufaktur berlokasi di Jawa. Pertumbuhan subsektor pertanian pangan yang masih tertekan dan merupakan penyumbang terbesar sektor pertanian di Jawa turut memperberat tekanan. Sebaliknya, penduduk berpendapatan tinggi yang hidup dari jasa-jasa modern—yang mayoritas berada di kota-kota besar di Jawa—menikmati pertumbuhan yang relatif sangat tinggi. Kecenderungan inilah yang menyebabkan indeks kesenjangan (gini coefficient) memburuk, bahkan naik tajam pada tahun 2007. Penyumbang terbesar dari kesenjangan ini adalah Jawa.

Sementara itu, penduduk di daerah luar Jawa, khususnya Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, pada umumnya menikmati kehidupan yang lebih baik. Hampir seluruh komoditas yang harganya belakangan ini melonjak dihasilkan di luar Jawa. “Keberuntungan” luar Jawa bertambah karena tak banyak terkena imbas perlambatan laju pertumbuhan industri manufaktur yang memang terkonsentrasi di Jawa. Sayangnya potensi luar Jawa kurang bisa dioptimalkan karena terkendala oleh keterbatasan infrastruktur.

6

Page 7: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

Tantangan hingga Jangka Menengah

1. Permasalahan strategik untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan dalam jangka pendek/menengah meliputi:

• Wrong incentive structure yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi lebih berat ke sektor-sektor non-tradable seperti telekomunikasi, properti, dan jasa-jasa lainnya. Sementara sektor-sektor tradable yang seharusnya menjadi basis bagi pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan pekerjaan (pertanian dan industri manufaktur) agak terbengkalai. Hal ini terlihat jelas dalam pertumbuhan sektoral PDB (Produk Domestik Bruto), di mana sektor pertanian hanya bertumbuh sebesar 2% - 3% dan sektor industri manufaktur hanya tumbuh sebesar 4% - 5% saja. Kecenderungan ini juga terlihat dari relatif rendahnya laju pertumbuhan kredit perbankan ke sektor pertanian dan industri manufaktur yang masih single digit. Harga saham di Bursa Efek Jakarta juga mencerminkan sistem insentif yang kurang sesuai ini, yang mana saham-saham perusahaan yang bergerak di sektor industri manufaktur dan juga pertanian (nonperkebunan) praktis tidak terlalu meningkat secepat peningkatan harga saham sektor pertambangan, properti, dan telekomunikasi. Dalam hal ini diperlukan peran kebijakan pemerintah untuk benar-benar mendorong sektor pertanian dan industri manufaktur, guna mengimbangi perkembangan yang signifikan di sektor-sektor non-tradable tersebut yang di antaranya disebabkan oleh peningkatan harga komoditi dunia. Dengan kata lain, dibutuhkan kebijakan yang komprehensif bagi sektor pertanian (apa kabarnya revitalisasi pertanian yang dicanangkan oleh Pemerintah?), industri manufaktur yang padat karya, dan sektor energi.

• Gejala jobless growth yang sebagian merupakan dampak globalisasi di mana industri padat karya pindah ke negara-negara lain yang lebih menjanjikan dan kegagalan kita untuk menaiki jenjang kemajuan teknologi. Keadaan sangat mendesak untuk menciptakan lapangan kerja. Bilamana hal ini gagal dilakukan maka risiko konflik sosial, baik di desa maupun di kota akan meningkat dengan tajam.

• Ada semacam “disconnect” atau “decoupling” antara sektor finansial dan sektor riil, suatu hal yang akan mengganggu kelanjutan pertumbuhan ekonomi. Selama ini kelebihan dana di sektor keuangan diserap dalam SBI yang juga memakan biaya yang tidak sedikit bagi bank sentral (lebih dari Rp 20 triliun per tahun). Perbankan mengalami masalah dalam melakukan pinjaman. Bahkan, karena prospek usaha domestik yang tidak menjanjikan para pengusaha enggan untuk mencairkan pinjaman yang telah disetujui perbankan (dewasa ini, kredit yang tidak digunakan telah mencapai lebih dari Rp 150 triliun).

• Terdapat kecenderungan meluasnya dualisme ekonomi. Pertumbuhan cenderung terpusat pada sektor-sektor kegiatan ekspor (tekstil dan produk tekstil, alas kaki, elektronik, perkebunan dan pertambangan) dan investasi baru berada di lokasi yang ideal dengan kegiatan ekspor (di Batam misalnya). Sektor-sektor lain, yang pada umumnya berorientasi konsumsi domestik dan menyerap tenaga kerja yang tinggi, laju pertumbuhannya rendah seperti sektor pertanian pangan dan UKM.

• Implementasi regulasi di bidang planning, programming and budgeting yang menghambat proses pembangunan karena proses anggaran sering tidak terkait dengan kebijakan pokok, terlalu rumit, tidak fleksibel dan tidak dapat mengakomodasi program dan proyek yang multi-year. Akibatnya, back-loading kegiatan menjadi semakin parah, dan penyelesaian proyek multi-year berjalan lambat.

7

Page 8: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

• Buruknya kualitas kebijakan, cenderung ad hoc karena payung kebijakan menyeluruh tidak dipersiapkan, mengakibatkan kredibilitas pemerintah yang rendah dan tidak meningkatkan iklim bisnis dan investasi. Contoh terakhir adalah respons terhadap kenaikan harga minyak bumi. Tidak adanya kebijakan energi yang komprehensif dan robust telah mengakibatkan pembahasan menjadi tidak konseptual, teknis dan berdimensi jangka pendek.

• Buruknya kerangka implementasi kebijakan lintas sektoral. Hal ini terutama berkaitan dengan wewenang yang tidak jelas dan anggaran lintas sektoral yang tidak ada/terbatas bagi lead organizations yang diberi tugas.

2. Untuk memelihara dan meningkatkan daya saing dalam jangka panjang, sekarang ini kita hendaknya menyusun:

• Kebijakan strategik dan kerangka implementasi lintas sektor yang robust. Setidaknya untuk beberapa masalah yang penting seperti kebijakan energi, perluasan kesempatan kerja, sunset and sunrise industries, integrasi teknologi, perencanaan tenaga kerja, pendidikan dan pelatihan untuk industri-industri tertentu.

• Pemerintah perlu membuat agenda besar tentang reformasi administrasi negara. Reformasi ini hendaknya lebih dari sekedar kenaikan gaji dan perubahan job description. Reformasi proses kebijakan merupakan komponen yang sangat penting bagi negara modern yang senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah lintas sektor, masalah complex emergencies, masalah tak terduga yang timbul dari proses globalisasi dan regionalisasi. Satu sama lain, hal-hal ini menuntut respons yang cepat dan memadai dari CEO pemerintah. Dalam pada itu, kemampuan kantor Kepresidenan dalam bidang kebijakan strategik sangat terbatas.

Rekomendasi Kadin Indonesia

1. Mengimplementasikan program revitalisasi pertanian dan pedesaan.

2. Mengintegrasikan kebijakan pertanian, industri, dan energi nasional, sehingga tercipta suatu sinergi dalam mengoptimalkan segala potensi yang kita miliki, guna menjamin terwujudnya food and energy security.

3. Menghilangkan segala hambatan yang membuat produksi dalam negeri kian tersisih di pasar domestik.

4. Mengamankan target lifting minyak mentah agar tekanan defisit APBN bisa diminimalisasikan; seraya mendorong diversifikasi energi, terutama meningkatkan penggunaan energi terbarukan.

5. Meningkatkan dan mempercepat pembangunan serta perbaikan kondisi infrastruktur di luar Jawa.

6. Menetapkan regulasi ruang lingkup dan koordinasi pemerintah tentang logistic (siapa yang mengkoordinir) agar mampu mendukung supply chain dari sektor-sektor yang berorientasi ekspor dan agar dapat terintegrasi dengan system produksi global.

7. Memperdalam fixed capital formation dengan meningkatkan secara signifikan porsi investasi dalam bentuk permesinan.

8. Menempatkan posisi UMKM sebagai pelaku ekonomi dalam pembangunan nasional untuk menciptakan industri pendukung/penunjang pertumbuhan industri nasional. Pada waktu bersamaan, pemerintah dituntut untuk meningkatkan akses UMKM terhadap kredit dan instrumen pembiayaan lainnya.

8

Page 9: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

9

Page 10: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

LAMPIRAN 1: TEKANAN INFLASI KARENA HARGA PANGAN DAN FENOMENA KEBUTUHAN ENERGI

Pengumuman resmi Badan Pusat Statistik (BPS) tanggal 3 Desember 2007 tentang laju inflasi bulan November yang mencapai 0,18 persen per tahun sedikit memberikan harapan. Laju inflasi kumulatif tahun kalender (Januari - November) 2007 adalah 5,43 persen, yang sebenarnya tidak terlalu tinggi. Maksudnya, apabila laju inflasi bulan Desember dapat dikendalikan, maka target laju inflasi 6,1 persen tahun 2007 mungkin akan tercapai. Kontribusi kenaikan harga bahan makanan terhadap laju inflasi Indonesia masih cukup tinggi, yang umumnya harga-harga ini meningkat lagi pada bulan Desember 2007 karena fenomena hari-hari besar keagamaan.

Tidak dapat dimungkiri bahwa kenaikan harga minyak dunia sampai sekitar US$ 100 per barrel telah membawa konsekuensi besar bagi sektor pangan dan energi di dalam negeri menjadi sangat berat. Prosesnya memang tidak langsung, tapi melalui fenomena sebagai berikut. Meningkatnya harga minyak bumi dunia mendorong beberapa negara untuk mengembangkan energi alternatif berbahan baku biologi (bifouels), sehingga permintaan terhadap minyak nabati dunia menjadi meningkat pesat. Akibatnya harga dunia komoditas minyak dan lemak yang dapat digunakan untuk energi menjadi meningkat tajam. Harga dunia minyak sawit mentah (CPO), jagung, kedelai, tebu, rapeseed, dan lain-lain yang selama ini digunakan sebagai sumber pangan dan minyak nabati meningkat sangat signifikan sepanjang tahun 2007.

Demikian pula, harga komoditas pangan dan komoditas strategis pertanian lainnya seperti gandum, beras, daging, susu, dan lain-lain juga ikut meningkat karena biaya angkut dan distribusi lainnya juga meningkat. Bahkan, peningkatan harga minyak dunia ini telah menyebabkan pola kenaikan harga komoditas pangan dan pertanian, yang biasanya musiman, kini menjadi permanen. Tidak mustahil, saat ini telah terbentuk suatu pola, struktur dan sistem perdagangan dunia yang berubah signifikan dibandingkan pola lima tahun atau satu dasa wasra lalu atau menciptakan keseimbangan baru perdagangan dunia.

****

Secara global, kenaikan harga-harga ini adalah akibat fenomena “supply constraints” dalam beberapa komoditas penting; yang sebenarnya juga berhubungan dengan semakin jatuhnya nila mata uang Dollar Amerika Serikat (relatif terhadap mata uang lain di dunia) serta pergeseran aset beberapa komoditas karena ketidakpastian pasar keuangan global. Pasar minyak mentah dunia bahkan semakin menipis sejak pertengahan tahun 2007, bahkan berlanjut sampai kuartal ketiga dan keempat, sesuatu yang sangat tidak biasa, karena pada musim dingin di belahan bumi utara, volume perdagangan minyak dunia biasanya meningkat. Para analis memperkirakan bahwa faktor gangguan cuaca dan angina topan di Meksiko dan North Sea juga berpengaruh terhadap suplai minyak dunia, serta ekspektasi gangguan produksi minyak pada produsen minyak karena instabilitas politik di Timur Tengah, antisipasi serangan Amerika Serikat ke Iran, serta diplomasi frontal Hugo Chavez di Venezuela.

Organisasi Negara Exportir Minyak OPEC memang telah sepakat untuk segera meningkatkan produksi minyak sampai 0,5 juta barrel per hari pada tanggal 1 November. Namun demikian, tanpa fakta dan langkah nyata di tingkat lapangan oleh masing-masing negara anggota, target peningkatan produksi tersebut cukup sulit untuk tercapai. Bagi Indonesia sendiri, upaya menaikkan produksi untuk menembus satu juta barrel per hari sangat jauh dari kenyataan. Persoalan lama di sektor hulu produksi minyak mentah, umur sumber-sumber minyak yang cukup tua di beberapa tempat, cadangan sumber minyak baru yang sulit diproduksi karena terlalu lamanya proses non-teknis, juga telah cukup merepotkan bagi Indonesia untuk “memetik manfaat” dari kenaikan harga minyak dunia tersebut. Tidak mustahil, tingkat kesehatan anggaran negara (APBN) justru akan terancam, apabila Indonesia tidak cukup realistis merespon perubahan harga dunia ini. Tanggal 5 Desember 2007, para menteri perminyakan OPEC kembali akan bertemu untuk membicarakan keliaran kenaikan harga minyak dunia saat ini.

Harga komoditas energi lain seperti batu bara juga meningkat sangat tinggi 9,3 persen selama bulan Oktober atau sekitar 50 persen per tahun, terutama karena Cina menahan untuk tidak mengekspor produksi batu-baranya karena kebutuhan domestiknya juga cukup besar. Harga gas

10

Page 11: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

di Eropa naik sebesar 7,3 persen, dan harga gas di Amerika Serika naik 11,5 persen, sesuatu yang seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Indonesia sebagai salah satu produsen gas terbesar di dunia. Nasib serupa dialami oleh produk tambang lain seperti timah, yang masih berkutat dengan persoalan struktural di dalam negeri, mulai dari meluasnya pertambangan ilegal atau tanpa ijin. Maksudnya, kenaikan harga dunia timah sampai 7 persen mungkin saja berhubungan dengan upaya Indonesia yang mengurangi ekspornya untuk mengatasi persoalan struktural di atas. Namun, juga dapat diartikan betapa peluang yang sedemikian besar sama sekali tidak dapat dimanfaatkan oleh Indonesia, yang pada era 1970 dan 1980an pernah sangat jaya dalam menguasai pasar timah dunia.

Harga komoditas pertanian secara rata-rata naik 3 persen selam bulan Oktober, terutama karena dorongan kanaikan minyak nabati dan bahan berlemak lainnya yang mencapai 8 persen. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, permintaan yang tinggi terhadap biofuel dan penurunan produksi kedelai di negara-negara produsen utama seperti Amerika Serikat, Brazil dan Argentina telah semakin menipiskan volume perdagangan minyak dan lemak dunia. Melonjaknya harga minyak kedelai dunia sampai 12 persen, serta harga minyak kelapa dan minyak biji sawit (palm kernel oil=PKO) 8,5 persen juga menunjukkan semakin langkanya komoditas minyak nabati di pasar global. Demikian pula, kenaikan harga karet alam sampai 8 persen juga sangat berhubungan dengan semakin tingginya harga minyak mentah dunia, sebagai bahan baku karet sintetis. Penurunan ekspor Thailand karena kebutuhan domestiknya yang semakin tinggi, serta lambatnya Indonesia melakukan peremajaan pohon-pohon karet tua berumur puluhan dan ratusan tahun, juga telah mengangkat harga karet dunia di atas US$ 2,25 per kilogram. Harga kopi dunia juga naik sampai 5 persen karena suplai yang menurun terutama di Brazil, Vietnam dan Indonesia.

****

Sebagai salah satu produsen komoditas pertanian ternama, terutama dalam subsektor perkebunan, Indonesia seharusnya mampu memetik manfaat yang besar dalam fenomena kenaikan harga global tersebut. Akan tetapi, hal yang dialami Indonesia justru terbalik. Petani Indonesia yang sebagian besar berskala kecil dan rumah tangga justru harus menanggung beban yang juga berat karena pengembangan agro-industri di dalam negeri seakan berjalan di tempat. Disamping itu, absennya kejelasan strategi pemihakan kepada pelaku kecil dan menengah, ketidakhandalan negara dalam merumuskan dan menjalankan kebijakan ekonomi di dalam negeri, maka windfall profit dari perubahan kondisi eksternal saat ini justru dinikmati oleh hanya segelintir pelaku saja. Contohnya, drama melonjaknya harga minyak goreng di dalam negeri yang ikut berkontribusi pada laju inflasi di dalam negeri lebih banyak disebabkan karena hampir semua pelaku lebih tertarik menjual produksi CPO ke pasar dunia, karena harganya memang sangat tinggi di atas US$ 800 per ton.

Komoditas perkebunan lain seperti kopi, karet, cokelat, tebu, tembakau dan lain-lain seharusnya mampu membawa kesejahteraan petani dan keluarganya. Upaya untuk meningkatkan tingkat kebersaingan (competitiveness) produk hilir atau produk turunan dari komoditas perkebunan strategis di atas, kadang harus berakhir dengan penderitaan petani. Tingkat harga petani (farm-gate price) masih saja cukup rendah dan amat jauh dari tingkat harga (acuan) internasional yang berlaku, sehingga produk pertanian Indonesia memang selalu kalah bersaing di pasar dunia. Fungsi nilai tambah sedikit sekali yang dapat dinikmati oleh petani karena minimnya insentif yang diberikan pemerintah kepada, lemahnya kapasitas kelembagaan dan sikap kewirausahaan yang dimiliki petani, kelompok dan masyarakatnya. Dalam istilah ekonomi politik, komoditas pertanian Indonesia banyak menderita kegagalan pasar dan kegagalan pasar sekaligus.

Konsekuensi dari kegagalan pasar dan struktur pasar yang tidak sehat adalah bahwa komoditas pertanian Indonesia menjadi amat lemah dan tidak mampu bersaing di pasar internasional. Permasalahan struktural di tingkat domestik itulah yang menjadi faktor dominan lemahnya daya saing Indonesia, selain tentunya kemampuan menguasai tingkat teknologi dan informasi pasar yang dimiliki pelaku dan negara lain di arena perdagangan internasional yang jauh lebih besar. Kini, perekonomian dunia telah semakin “terbuka” dan semakin terintegrasi karena aktivitas perdagangan internasional dan sekian macam blok perdagangan serta kerjasama ekonomi kawasan yang semakin berkembang. Sejauh mana Indonesia mampu memetik manfaat (bukan

11

Page 12: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

menanggung akibat) dari fenomena perdagangan internasional dan gerakan globalisasi yang semakin mendunia, semua tergantung pada kemampuan para pemimpin melakukan peningkatan kapasitas pelaku usaha dan aparat birokrasi di dalam negeri.

****

Rekomendasi kebijakan berikut perlu dijadikan acuan langkah ke depan. Pertama, para perumus kebijakan, niminal perlu lebih realistis dalam menyikapi dan mengantisipasi perubahan harga-harga komoditas penting di dunia. Kenaikan harga minyak mentah dunia yang sangat di luar kewjaran perlu direspon dengan kebijakan anggaran yang memadai. Apabila pemerintah secara politik telah bertekad tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri, maka pengamanan dalam kebijakan fiskal juga perlu disusun secara hati-hati. Anggota parlemen perlu secara bahu-membahu bersama kelompok masyarakat madani dan pemerintah sendiri berfokus pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Peningkatan produksi minyak mentah domestik wajib menjadi prioritas kebijakan di sektor pertambangan dan energi, jika masih ingin menjadi negara net-exporter minyak.

Kedua, peningkatan produksi pangan penting wajib menjadi acuan kebijakan baik di tingkat pusat, maupun di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Fokus utamanya adalah pada empat komoditas pangan strategis: beras, jagung, kedelai dan gula yang saat sedang diperjuangkan Indonesia dalam Kelompok G-33 dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Kemudian dukungan infrastruktur dari tingkat desa, daerah dan provinsi perlu dijadikan fixed variable, sesuatu yang wajib hadir dalam perumusan kebijakan ekonomi untuk peningkatan produksi pangan domestik tersebut.

12

Page 13: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

LAMPIRAN 2 : SUMBER PERTUMBUHAN EKONOMIDengan dicapainya tingkat pertumbuhan sebesar 3,9 persen pada triwulan III 2007 (quarter to quarter), secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga triwulan pertama tahun 2007 mencapai angka sekitar 6,3 persen. Dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2006 yang mencapai sekitar 5,3 persen, angka ini menunjukkan percepatan ekonomi, yang terutama terjadi pada triwulan III 2007.

Trw II 2007 Trw III 2007 Trw III 2007 Trw I s/d TrIII 2007 SumberPengeluran thd thd thd thd Pertumbuhan

Trw I 2007 Trw II 2007 Trw III 2006 Trw I s/d TrIII 2006 year on year

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 1.5 2.2 5.3 4.9 3.0Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 24.2 -2.6 6.5 4.7 0.5Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.3 5.3 8.8 7.9 1.9Ekspor Barang dan Jasa 3.8 2.2 7.8 8.8 3.6Dikurangi : Impor Barang dan Jasa 7.7 6.4 8.1 8.0

Produk Domestik Bruto 2.4 3.9 6.5 6.3 6.5

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan PDB Harga Konstan 2000 menurut Penggunaan(%)

Membaiknya pertumbuhan ekonomi terutama didukung oleh kenaikan ekspor barang dan jasa sebesar 8,8 persen, dimana ekspor barang saja selama periode Januari-September 2007 mencatat pertumbuhan sebesar 12,9 persen. Membaiknya kinerja ekspor sejak tahun 2006 masih terus berlanjut hingga bulan September 2007, dan ini terutama disebabkan oleh membaiknya harga beberapa komoditas ekpor, seperti minyak kelapa sawit, karet, dan komoditi pertambangan non migas. Selain bersumber dari kenaikan ekspor, relatif tingginya pertumbuhan ekonomi juga berasal dari kenaikan konsumsi masyarakat, yang pada triwulan III 2007 menyumbang pertumbuhan sebesar 3 persen dari total pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5 persen.

Meningkatnya daya beli masyarakat pada tahun 2007 ditunjukkan oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang mencapai sekitar 4,9 persen pada tiga triwulan pertama tahun 2007, dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi yang hanya mencapai 2,97 persen pada periode yang sama tahun 2006. Dampak kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005 tidak lagi berpengaruh terhadap tekanan inflasi pada tahun 2007 sehingga meningkatkan daya beli masyarakat secara keseluruhan sampai akhir triwulan III 2007. Tingginya kenaikan konsumsi rumah tangga, yang terutama terjadi pada konsumsi kelompok bukan makanan yang mencapai 5,6 persen, menunjukkan bahwa kenaikan tersebut lebih disebabkan naiknya konsumsi kelompok ekonomi menengah ke atas.

Sementara itu membaiknya investasi sudah mulai terlihat dari angka pertumbuhan pembentukan moda tetap bruto (PMTB) yang mencapai 7,9 persen pada tiga triwulan pertama tahun 2007. Cukup tingginya minat investasi terutama terjadi pada triwulan III 2007, yang ditunjukkan oleh kenaikan tingkat investasi fisik sebesar 8,8 persen (year on year) pada priode tersebut. Namun karena kontribusi komponen ini hanya sebesar 24,4 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB), maka ia hanya memberi sumbangan pada pertumbuhan ekonomi sebesar 1,9 persen dari pertumbuhan sebesar 6,5 persen (year on year).

Rendahnya sumbangan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi memang menggambarkan relatif masih rendahnya minat investasi secara keseluruhan. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto masih terkonsentrasi dalam bentuk konstruksi dibandingkan dengan bentuk investasi lainnya. Dengan kontribusi sektor konstruksi yang mencapai sekitar 74,9 persen dalam investasi

13

Page 14: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

(Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto), maka sektor ini mendominasi gambaran pertumbuhan investasi secara keseluruhan, yang dapat dikatakan tidak menggambarkan investasi sebenarnya pada sektor produksi riil.

Meskipun demikian, pada triwulan III 2007 pertumbuhan investasi untuk Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri dan untuk Mesin dan Perlengkapan Luar Negeri sudah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, yaitu masing-masing mencapai 20,9% dan 24,2% (year on year). Tetapi, karena kontribusinya yang sangat kecil dalam Pembentukan Modal Tetap Domestik, yaitu masing-masing hanya sebesar 0,7% dan 2,8%, maka kenaikan tersebut belum berhasil meningkatkan pertumbuhan investasi secara berarti.

Dari sisi produksi, kenaikan produksi tertinggi (selama tiga triwulan pertama tahun 2007) lagi-lagi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai pertumbuhan sebesar 12,2 persen. Kenaikan tertinggi kedua adalah sektor listrik, gas, dan air bersih yang mencapai kenaikan sekitar 10,3 persen, yang terutama terjadi dalam triwulan II 2007. Karena secara quarter to quarter pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air bersih pada triwulan III 2007 mencapai 3,6 persen, yang lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (4,9%). Meningkatnya produksi gas memegang peranan penting pada pertumbuhan sektor ini, karena melambannya produksi listrik dewasa ini menyebabkan sub sektor listrik terus mengalami penurunan pertumbuhan sejak triwulan I 2007, yang dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya kelangkaan listrik di tahun-tahun mendatang. Selama tiga triwulan pertama tahun 2007 pertumbuhan subsektor Listrik tercatat sebesar 8,5 persen, sementara kenaikan pada subsektor Gas Kota mencapai hampir 26 persen.

Meningkatnya pembangunan sektor properti juga semakin pesat selama tahun 2007. Pada triwulan III 2007 sektor konstruksi mencatat pertumbuhan sebesar 7,5 persen (year on year) sehingga dalam tiga triwulan pertama tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 8,3 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa minat investasi yang cukup tinggi baru terjadi di sektor konstruksi dibandingkan minat investasi di sektor lainnya.

Selain kenaikan yang relatif tinggi pada ketiga sektor tersebut diatas, kinerja perekonomian selama tahun 2007 juga didorong sektor pertanian yang mencatat pertumbuhan sebesar 8,9 persen pada triwulan III 2007 (year on year). Membaiknya harga komoditas pertanian di pasar dunia telah memacu pertumbuhan produksi pada sektor tersebut, yang terutama terjadi pada sub sektor perkebunan. Pada triwulan III 2007 subsektor perkebunan mencatat pertumbuhan sebesar 33,7 persen terhadap triwulan sebelumnya, meskipun secara kumulatif untuk tiga triwulan pertama tahun 2007 hanya tercatat pertumbuhan sebesar 2,4 persen. Selain sub-sektor perkebunan, sub sektor perikanan juga mencatat pertumbuhan yang berarti, yaitu mencapai 5,2 persen pada triwulan III 2007 (year on year), atau sebesar 4,8 persen selama tiga triwulan pertama tahun 2007.

Trw II 2007 Trw III 2007 Trw III 2007 Trw I s/d Trw III 2007 SumberLapangan Usaha thd thd thd thd Pertumbuhan

Trw I 2007 Trw II 2007 Trw III 2006 Trw I s/d Trw III 2006 year on year

1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 6.0 10.2 8.9 4.3 1.3 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -0.5 0.3 1.8 3.7 0.2 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1.5 3.0 4.5 5.0 1.2 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 4.9 3.6 11.7 10.3 0.1 5. B A N G U N A N 1.9 3.2 7.5 8.3 0.5 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 2.8 4.1 6.9 7.4 1.2 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 4.3 5.2 12.5 12.2 0.8 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 1.8 2.1 8.0 7.9 0.7 9. JASA - JASA 1.7 1.1 5.7 6.5 0.5

Produk Domestik Bruto 2.4 3.9 6.5 6.3 6.5Produk Domestik Bruto Tanpa Migas 2.7 4.0 6.9 6.8 6.4

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan PDB Harga Konstan 2000 Menurut Sektor (%)

14

Page 15: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

Sementara itu, meskipun sektor industri pengolahan pada triwulan III 2007 hanya tumbuh sebesar 4,5 persen, (year on year), namun sektor ini termasuk penyumbang pertumbuhan yang cukup tinggi di antara sembilan sektor lainnya. Dilihat dari sumber pertumbuhan menurut sektor, sektor pertanian merupakan penyumbang pertumbuhan terbesar, yaitu sebesar 1,3 persen dari pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5 persen pada triwulan III 2007. Kemudian penyumbang terbesar lainnya adalah sektor industri dan sektor perdagangan yang masing-masing menyumbang sebesar 1,2 persen.

Dilihat menurut subsektor, pertumbuhan pada sub-sektor industri migas yang mencapai 4,4 persen, terutama disumbangkan oleh industri gas alam yang mencapai pertumbuhan sebesar 6,5 persen pada triwulan III 2007. Sedangkan dari sub-sektor industri nonmigas yang tumbuh sebesar 4,6 persen, pertumbuhan tertinggi terjadi pada industri alat angkut, mesin dan peralatannya yang mencapai 10,7 persen. Pertumbuhan yang juga relatif tinggi terjadi pada industri semen dan barang galian bukan logam sebesar 5,2 persen.

Pertumbuhan industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki yang terus turun sejak triwulan I 2007, menyebabkan industri ini selama tiga triwulan pertama tahun 2007 mencatat pertumbuhan negatif sebesar -2,2 persen. Dan pertumbuhan negatif juga terjadi pada industri kayu dan hasil hutan lainnya, yaitu sebesar 1,72 persen selama tiga triwulan pertama tahun 2007.

15

Page 16: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

LAMPIRAN 3: CATATAN PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRIStruktur ekonomi Indonesia telah mengalami transformasi struktural seperti yang terjadi di berbagai negara. Transformasi ini ditandai dengan semakin tingginya kontribusi sektor industri dan beberapa sektor lainnya, sementara kontribusi sektor pertanian semakin kecil. Pada tahun 1968, sektor industri manufaktur Indonesia hanya memberi sumbangan sebesar 8,5 persen terhadap keseluruhan perekonomian (PDB), sedangkan sektor pertanian menjadi sektor dengan peran tertinggi untuk perekonomian, dengan kontribusi sebesar 51 persen (lihat Tabel 1) .

Tabel 1.Persentase Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Lapangan Usaha, 1968 – 2007*

Lapangan Usaha 1968 1978 1983 1988 1993 1998 2000 2005 2006 2007*Pertanian 51,0 30,5 22,9 24,1 17,9 17,4 15,6 13,4 13,6 13,9Pertambangan dan Penggalian 4,2 17,6 20,8 12,1 9,6 8,3 12,1 10,4 10,5 9,1

Industri Manufaktur 8,5 10,0 12,8 18,5 22,3 23,9 27,8 28,1 28,0 27,6Lainnya1) 36,3 41,9 43,6 45,2 50,3 50,3 44,6 48,1 47,9 49,4PDB 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

*Kuartal 1 2007Catatan: 1) Lainnya terdiri atas sektor listrik, gas dan air minum, konstruksi, perdagangan, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan, sewa rumah, pemerintah, dan jasa-jasaSumber: diolah dari BPS (2007), Depperin (2007)

Semenjak Orde Baru hingga saat ini, perkembangan industri telah mengubah struktur perekonomian Indonesia. Antara tahun 1970an hingga tahun 2000an, peranan sektor industri meningkat pesat meninggalkan sektor pertanian yang kontribusinya semakin menurun. Pada tahun 2006 atau dalam waktu hampir empat dasawarsa peranan sektor industri manufaktur telah mencapai 28 persen dari PDB. Sampai kurtal tahun 2007, persentase sumbangan sektor industri sedikit menurun menjadi 27,6 persen.

Sektor industri manufaktur Indonesia tumbuh jauh lebih lamban sesudah krisis 1997. Sejak krisis ekonomi Asia sampai 2007, pertumbuhan sektor industri manufaktur hanya meningkat dengan laju satu digit. Perkembangan yang tersendat-sendat ini jauh berbeda dengan masa sebelum krisis pada saat sektor industri manufaktur dapat tumbuh dengan dua digit (Kuncoro, 2007). Selama tahun 2004-2007 industri tumbuh sekitar 4,6-6,4%.

16

Page 17: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

Tabel 2.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1995-2007* (YoY)

No. Cabang IndustriPersen (%)

1995 2004 2005 2006 2007*

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan 4.4 2.8 2.7 3 -0.5

2 Pertambangan Dan Penggalian 6.7 -4.5 3.1 2.2 5.63 Industri Pengolahan 10.9 6.4 4.6 4.6 5.4

a. Industri M I G A S -4.7 -1.9 -5.9 -1.2 -0.7b. Industri bukan Migas 13.1 7.5 5.9 5.3 6.1

4 Listrik, Gas, Dan Air Bersih 15.9 5.3 6.3 5.9 8.25 B A N G U N A N 12.9 7.5 7.4 9 9.36 Perdagangan, Hotel Dan Restoran 7.9 5.7 8.4 6.1 8.57 Pengangkutan Dan Komunikasi 8.5 13.4 13 13.6 11.18 Keuangan, Persewaan & Jasa Persh. 11 7.7 6.8 5.6 7.19 Jasa - Jasa 3.3 5.4 5 6.2 7.0

Perekonomian Nasional (PDB) 8.2 5 5.7 5.5 6.0*Kuartal 1 2007Sumber: diolah dari BPS (2007); Depperin (2007)

Empat penyumbang industri manufaktur yang utama yang berperanan dalam pembentukan PDB industri pengolahan non-migas selama 1995-2007 adalah industri alat angkut, mesin dan peralatannya (29,4 persen); industri makanan, minuman dan tembakau (27,1 persen); industri pupuk, kimia dan barang dari karet (12,6 persen); serta industri tekstil, barang kulit dan alas kaki (12,4 persen). Cabang-cabang industri lainnya memiliki peran di bawah 10 persen (Lihat Tabel 3). Di awal tahun 2007, sumbangan cabang industri alat angkut, mesin dan peralatannya mengalami peningkatan manjadi 34.6 persen, sebaliknya cabang industri makanan, minuman dan tembakau sumbangan terhadap PDB sektor industri mengalami penurunan. Cabang-cabang industri lain yang memiliki sumbangan cukup besar adalah cabang industri pupuk, kimia & barang dari karet (18,6 persen), dan industri tekstil, barang kulit dan alas kaki (10,4 persen). Cabang industri logam dasar mengalami peningkatan sumbangan dari akhir tahun 2006 sebesar 2,8 persen menjadi 8,6 persen di awal tahun 2007.

Pada awal tahun 2007, industri alat angkut, mesin dan peralatan menjadi cabang industri dengan laju pertumbuhan tertinggi sebesar 31,2 persen. Industri pupuk, kimia & barang dari karet menjadi cabang industri dengan laju pertumbuhan tertinggi kedua, sebesar 20,2 persen (lihat Tabel 4). Cabang industri yang mencatat pertumbuhan negatif tertinggi adalah industri barang lainnya dengan pertumbuhan sebesar -29,9 persen, diikuti industri kertas dan barang cetakan dengan laju pertumbuhan sebesar -16,3 persen. Pertumbuhan industri pengolahan non-migas pada kuartal kedua tahun 2007 mencapai 7.3 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di tahun 2006 yang mencapai 5.3 persen.

17

Page 18: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

Tabel 3.Peranan Masing-Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2007*

No. Cabang IndustriPersen (%)

1995 2004 2005 2006 2007*1 Makanan, Minuman dan Tembakau 47.1 30..3 29.3 27.1 11.02 Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 9.2 13.8 12.5 12.4 10.43 Brg. Kayu & Hasil Hutan 6.7 5.7 5.4 5.8 1.84 Kertas & Barang Cetakan 4 5.8 5.6 5.2 5.75 Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 13.5 11 12.1 12.6 18.66 Semen & Brg. Galian Non-Logam 3.3 3.9 3.9 3.8 3.67 Logam Dasar, Besi & Baja 3.2 2.9 2.9 2.8 8.68 Alat Angkut., Mesin & Peralatannya 12.4 25.7 27.4 29.4 34.69 Barang lainnya 0.6 0.9 0.9 0.9 5.7

Total Industri 100 100 100 100 100*Kuartal 2 2007Sumber: diolah dari BPS (2007), Depperin (2007)

Tabel 4. Pertumbuhan Industri Non-Migas (YoY) Tahun 2004-2007*

No. Cabang IndustriPersen (%)

1995 2004 2005 2006 2007* 2004-2007

1 Makanan, Minuman & Tembakau 16.5 1.4 2.7 7.2 1.2 3.12 Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 10.4 4.1 1.3 1.2 -10.3 -0.93 Barang Kayu & Hasil Hutan 3 -2.1 -1 -1 -10.3 -3.64 Kertas & Barang Cetakan 13.5 7.6 2.4 2.1 -16.3 -1.05 Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 11.9 9 8.8 4.5 20.2 10.66 Semen & Brg. Galian Non-Logam 20.1 9.5 3.8 0.5 -3.1 2.77 Logam Dasar, Besi & Baja 18.6 -2.6 -3.7 4.7 4.7 0.88 Alat Angkut, Mesin & Peralatan 7.7 17.7 12.4 7.5 31.2 17.29 Barang Lainnya 8.9 12.8 2.6 3.6 -29.9 -2.7

Total Industri 13.1 7.5 5.9 5.3 7.3 6.5*Kuartal 2 2007Sumber: diolah dari BPS (2007), Depperin (2007)

Jika didefinisikan, sunrise industry adalah cabang industri yang pangsanya besar dalam sektor industri dan memiliki pertumbuhan di atas rata-rata industri. Berdasarkan tabel 3 dan tabel 4, industri yang termasuk sunrise industry adalah industri pupuk, kimia & barang dari karet dan industri alat angkut, mesin & peralatan. Di sisi lain sunset industry adalah cabang indutri yang perannya kecil dalam industri manufaktur dan memiliki pertumbuhan di bawah rata-rata industri. Berdasarkan tabel 3 dan tabel 4, industri yang termasuk sunset industry adalah industri semen & brg. galian non-logam, industri barang lainnya, industri kertas & barang cetakan, industri brg. kayu & hasil hutan (lihat Tabel 5).

Tabel 5.

18

Page 19: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

Klasifikasi Cabang Industri Manufaktur Berdasarkan Pangsa dan Pertumbuhan.

Pertumbuhan 2004-2007

Pangsa terhadap Industri Manufaktur

Tinggi Rendah

Tinggi

• Industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet

• Industri Alat Angkut, Mesin & Peralatan

• Industri Logam Dasar, Besi & Baja

Rendah

• Industri Makanan, Minuman & Tembakau

• Industri Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki

• Industri Semen & Brg. Galian Non-Logam

• Industri Barang Lainnya

• Industri Kertas & Barang Cetakan

• Industri Brg. Kayu & Hasil Hutan

19

Page 20: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

Dec-03 Dec-04 Dec-05 Dec-06 Jul-07 Agt-07 Sept-07

Total Asset (Trillion Rp) 1,196.2 1,272.3 1,469.8 1,693.5 1,801.1 1,820.4 1,850.5Deposits (Trillion Rp) 888.6 963.1 1,127.9 1,287.0 1,379.2 1,392.6 1,400.6Loans (Trillions Rp) * 477.2 595.1 730.2 832.9 915.6 936.8 956.7BI's certificate (Trillion Rp) 102.3 94.1 54.3 179.0 239.6 221.1 205.1Securities (Trillion Rp) 375.9 348.1 350.5 342.9 342.4 352.6 353.8NII (Trillion Rp) 3.2 6.3 6.2 7.7 8.7 8.0 8.1CAR (%) 19.39 19.36 19.47 20.47 20.51 20.29 19.96NPLs Gross (%) 8.21 5.75 8.30 6.98 6.46 6.31 5.75NPLs net (%) 3.04 1.72 4.82 3.63 2.95 2.84 2.60ROA (%) 2.50 3.46 2.64 2.63 2.83 2.85 2.78BOPO (%) 88.80 76.69 87.73 86.45 84.24 83.55 84.19LDR (%) 53.70 61.79 64.73 64.72 66.38 67.27 68.30Number of Banks 138.0 133.0 131.0 130.0 130.0 130.0 130.0*) including chanelling

Main Indicator

LAMPIRAN 4: CATATAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERBANKAN1. Kinerja sektor perbankan Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan

akhir-akhir ini, dimana:• Secara rata-rata permodalan cukup memadai walaupun mengalami sedikit penurunan, i.e.

CAR sebesar 19.96% (September 07). Namun ada sekitar 22 bank dengan CAR yang relative marginal (kurang dari 13%).

• Profitabilitas yang cukup tinggi, i.e. ROA (Return on Assets) sebesar 2.78% (September 07)• Perbankan cenderung likuid, terlihat dari penempatan di SBI, FasBI dan SUN yang masih

besar• Kualitas kredit membaik seperti yang ditunjukkan oleh trend penurunan NPLs ke level 5.75%

gross NPL, terutama bank BUMN. NPL kredit konsumsi terutama berasal dari KPR (36.2%) dan kartu kredit (30.8%). NPL kartu kredit cukup tinggi pada tingkatan 12.5%, sementara NPL untuk kredit multi guna dan auto relative baik di level 1.8%. Naiknya harga minyak akan dapat memukul NPL dari kredit di industri manufaktur.

• Fungsi intermediasi perbankan masih belum optimal, walaupun telah menunjukkan perbaikan. LDR telah meningkat lagi ke level 68.3% (September 2007)

• Membaiknya Good Corporate Governance (GCG), akibat implementasi ketentuan GCG seperti Fit & Proper Test, Compliance Director, Independent Commissioner, Financial Transparency, etc.)

Namun Loan Penetration masih yang terendah di Asia, yaitu hanya sekitar 25% dari GDP, sementara Thailand sebesar 98%, Malaysia sebesar 111%, India sebesar 41%, dan Vietnam sebesar 59% dari GDP. Loan Penetration di Jakarta juga yang tertinggi, yaitu sebesar 55%, dimana sekitar 37% nya dalam bentuk kredit korporasi.

Sumber: Bank Indonesia

2. Dua permasalahan yang bersifat struktural di sektor perbankan, dan bahkan juga sampai titik tertentu mencerminkan keadaan di dalam perekonomian secara umum, yaitu:

a. Segmentasi di credit market perbankan telah mengusik rasa keadilan, karena bank cenderung memberikan suku bunga pinjaman yang jauh lebih tinggi untuk nasabah-nasabah dari perusahaan yang berskala mikro dan menengah kecil (UMKM) dibandingkan dengan untuk nasabah-nasabah besar (termasuk perusahaan multi nasional). Memang pasti akan ada perbedaan harga/suku bunga kredit akibat perbedaan tingkat resiko kredit di antara mereka, namun seharusnya tidaklah demikian tinggi perbedaannya. Bahkan data empiris menunjukkan bahwa besarnya NPL kredit ke perusahaan UMKM cenderung lebih rendah

20

Page 21: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

dibandingkan dengan NPL kredit ke nasabah besar. Untuk mengurangi kesenjangan ini yang lebih dibutuhkan adalah arahan dari regulator bagi perbankan untuk mempercepat proses peralihan dari informal credit market (lintah darah) ke formal credit market (perbankan atau bentuk kredit formal lainnya). Persaingan yang lebih tinggi di segmen “bawah” ini akan dapat menurunkan biaya kredit untuk UMKM.

b. Ekses likuiditas di pasar uang : yang merupakan warisan dari proses rekapitalisasi perbankan yang terlalu berlebihan di tahun-tahun 1999-2000 (membebani Pemerintah, cq APBN setiap tahunnya) dan arus ekses likuiditas dunia yang juga merasuk ke Indonesia, di samping proses intermediasi perbankan yang agak tersendat-sendat. Ekses likuiditas ini menyebabkan biaya yang cukup besar bagi Bank Indonesia (BI), karena harus menyedotnya kembali dengan menggunakan SBI. Kebijakan moneter pun menjadi satu arah saja, yaitu cenderung kea rah kontraksi moneter. Memang pernah terjadi keadaan pasar uang yang ketat di tahun 2005 yang juga ditandai oleh nilai kurs Rupiah yang melemah, sehingga BI harus melakukan intervensi valas (yang berarti juga menyedot likuiditas Rupiah yang berlebih di pasar). Oleh karena itu, belajar dari pengalaman tahun 2005, mungkin ada baiknya bagi BI untuk juga melakukan intervensi valas (jual USD) terutama ke Pertamina untuk melakukan impor BBM, selagi cadangan devisa kita masih cukup tinggi. Sehingga diharapkan ekses likuiditas Rupiah dapat tersedot ke BI dan sekaligus berkurangnya tekanan atas Rupiah terutama pada saat harga minyak dunia sedang tinggi (yang berarti nilai import BBM Pertamina meningkat drastis).

3. Beberapa permasalahan yang terkait dengan atau dapat dipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia:

a. Struktur suku bunga jangka pendek yang salah di mana perbedaan suku bunga 1-month SBI dengan suku bunga Over-night (O/N) pasar uang terlalu besar, semata-mata akibat aturan BI sendiri yang telah menetapkan tingkat suku bunga O/N FasBI sebesar 500bps di bawah suku bunga 1-month BI rate. Hal ini telah menyebabkan terjadinya arbitrage oleh perbankan untuk memperoleh keuntungan besar (beli SBI dengan pinjam di pasar uang O/N). BI tampaknya telah menyadari kesalahan ini, dan mungkin dalam waktu dekat akan melakukan perubahan dalam kebijakannya. Perubahan yang akan dilakukan akan sedikit banyak membantu menurunkan suku bunga SBI dan akhirnya akan menurunkan jumlah SBI outstanding.

b. Gap suku bunga SBI dengan suku bunga deposito yang besar dan positif : memberikan insentif bagi bank untuk menaruh uangnya di SBI dan mengurangi eksposure nya dalam pemberian kredit, apalagi dalam situasi perbankan cenderung menjadi risk averse. Perlu diusahakan supaya perbedaannya praktis kecil sekali atau bahkan negative (ie. Suku bunga SBI lebih kecil dari pada suku bunga deposito). Tindakan LPS untuk memperpanjang masa berlakunya suku bunga maksimum penjaminan setidaknya telah memberikan arah yang benar.

c. Maturity mismatch : dominannya dana pihak ketiga perbankan dalam tenor 1 bulan sementara dari segi asset, kredit cenderung mulai bergeser ke arah lebih jangka menengah/panjang akan menimbulkan permasalahan maturity mismatch yang dapat menggoyahkan kesehatan perbankan. Apalagi bila makin banyak kredit perbankan (terutama oleh bank BUMN) ke pembiayaan infrastruktur yang cenderung untuk bersifat jangka panjang. Usaha BI untuk mengubah perhitungan GWM (Giro Wajib Minimum) dengan memasukkan unsur tenor dari dana pihak ketiga (DPK) merupakan langkah yang benar guna memperbaiki masalah maturity mismatch ini, walaupun tingkat keberhasilannya kemungkinan masih akan rendah sekali.

4. Tantangan ke depan : Sejalan dengan peningkatan perkembangan ekonomi, perbankan pun diharapkan dapat berkembang dengan cukup baik di tahun 2008 dan 2009. Setidaknya kami mencatat ada enam buah issue yang menjadi tantangan dalam waktu dua tahun mendatang, yaitu:

21

Page 22: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

a. Peningkatan peran dan sosialisasi dari Kredit Biro: apakah BI mampu untuk mendapatkan data kredit untuk seluruh sektor ekonomi dengan kualitas yang cukup baik dan reliable, mengingat BI hanya merupakan regulator untuk perbankan saja, dan tidak mencakup seluruh usaha jasa keuangan. Pada tahap selanjutnya yang juga menjadi tantangan adalah supaya data yang sudah terkumpulkan dapat dengan baik dimanfaat oleh sektor perbankan dan non perbankan untuk kebutuhan penentuan pemberian kredit dan restrukturasi kredit.

b. Peningkatan pengetahuan BI dan supervisor tentang kompleksitas dan kedalaman pasar untuk structured debt serta tingginya resiko sistemik yang terkait dengan instrument tersebut untuk mengurangi kemungkinan terjadinya krisis keuangan yang dialami oleh Amerika Serikat dan beberapa Negara maju lainnya akhir-akhir ini.

c. Pengembangan pasar repo surat berharga negara yang lebih likuid di antara pelaku pasar , serta pengembangan pasar surat berhargaa yang bersifat lebih panjang jangka waktunya untuk mengurangi maturity mismatch di sektor perbankan.

d. Besarnya pembiayaan APBN dari obligasi di tahun 2008: terutama sekali dalam situasi asset perbankan masih cukup besar dalam bentuk obligasi pemerintah (SBN – surat berharga pemeritnah) akan dapat menyebabkan penurunan kualitas aset perbankan, karena supply yang besar akan menekan harga SBN. Hal ini dapat dihindari bila pemerintah berupaya untuk mendiversifikasikan bonds issuance nya ke dalam beberapa jenis instrumen yang relatif tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap harga bonds di pasar sekunder domestik, misalnya dalam bentuk global bonds, ORI (Obligasi Retail Indonesia) dan surat berharga syariah yang memiliki segmen pasar tersendiri. Turunnya harga bonds secara drastis akan juga mendorong terjadinya pembalikan arus modal keluar negeri yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas aset perbankan.

e. Trend ke arah peningkatan penggunaan Informasi Teknologi (IT) oleh perbankan : merupakan suatu perkembangan yang positif karena akan dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing perbankan. Namun kalau tidak hati-hati akan dapat menimbulkan bencana besar bagi sektor perbankan dan perekonomian nasional. IT yang baik harus disertai dengan information security system yang baik pula, supaya tidak mudah dibobol sehingga menimbulkan kekacauan finansial. Lebih lanjut, dengan penggunaan IT yang lebih baik dan database konsumen yang lebih lengkap, kerahasiaan data personal dari nasabah bank menjadi suatu keharusan yang dijamin oleh perbankan. Tindakan pencegahan, termasuk ketersediaan back up dan jalur transmisi telekomunikasi menjadi sangat penting dan strategis.

f. Cash Management : belakangan ini menjadi satu kegiatan/produk perbankan yang sangat menjanjikan dan penting. Dengan Cash management servise dari perbankan, perusahaan dapat mengeffisienkan dan juga mengeffectivekan kerja dari dana-dana mereka yang sebelumnya mungkin idle, sehingga menjadi lebih produktif.

Jakarta, 19 Desember 2007Kamar Dagang dan Industri Indonesia

22

Page 23: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

CATATAN AKHIR TAHUN 2007CATATAN AKHIR TAHUN 2007KADIN INDONESIAKADIN INDONESIA

19 19 DesemberDesember 20072007

Page 24: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

BagianBagian IIPERTUMBUHAN PDBPERTUMBUHAN PDB

Page 25: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

3

IndonesiaIndonesia’’s posts post--crisis journeycrisis journey

-21

-19

-17-15

-13

-11

-9-7

-5

-3

-1

13

5

7

Q1-98

Q3-98

Q1-99

Q3-99

Q1-00

Q3-00

Q1-01

Q3-01

Q1-02

Q3-02

Q1-03

Q3-03

Q1-04

Q3-04

Q1-05

Q3-05

Q1-06

Q3-06

Q1-07

Q3-07

Source: BPS.

5.06.6

Quarterly GDP growth, y-o-y, %

4.7

Crisis peak

Gus Dur: “Erratic/shaky”

Megawati: Consolidation and acceleration

SBY: Throws awayMomentum, and then

made correction

6.5

Page 26: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

4

Asia's Economic Growth(%)

6.2

88.4

5.85.5

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007*)

%

IndonesiaVietnamIndiaPhilipinaMalaysia

Page 27: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

5

GDP Growth and Several Economic Sectors (%)

4.1

2.53.0

4.8

8.9

6.2

4.6 4.65.3 5.1

4.5

8.27.3

9.09.5

7.9 7.5

12.7 13.013.6

12.11 11.8212.52

5.1 5.

6

5.5 5.

99 6.34 6.52

-1

1

3

5

7

9

11

13

15

2004 2005 2006 Qwt I '07 Qwt II '07 Qwt III '07

%

Agriculture Industry Construction Transport & Communication GDP Growth

Page 28: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

6

Low quality Low quality —— Sectoral growth rateSectoral growth rate(2000 base year, year(2000 base year, year--onon--year growth rate, %)year growth rate, %)

2005 2006 Q1-07 Q2-07 Q3-07 ShareTradable 3.5 3.7 3.9 4.2 5.2 52.7

Agriculture 2.5 3.0 -0.5 2.4 8.9 15.3Mining & Quarrying 1.6 2.2 5.6 3.4 1.8 10.1Manufacturing 4.6 4.6 5.4 5.5 4.5 27.3

Non-Tradable 8.0 7.4 8.3 8.5 7.9 47.3Electricity, Gas & Water 6.5 5.9 8.2 10.5 11.7 0.9Construction 7.3 9.0 9.3 7.8 7.5 7.5Trade, Hotel & Rest. 8.6 6.1 8.5 8.3 6.9 14.7Transport & Comm. 13.0 13.6 11.1 11.9 12.5 6.5Finance 7.1 5.7 7.1 7.7 8.0 7.7Services 5.2 6.2 7.0 7.1 5.7 10.0

GDP 5.6 5.5 6.0 6.3 6.5 100.0Source: BPS.

Page 29: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

7

Real GDP growth: Real GDP growth: tradablestradables (%)(%)Sector/sub-sector 2004 2005 2006 Q3-2007 Share1. Agriculture 2.8 2.7 3.0 8.9 14.1

a. Farm food crops 2.9 2.6 2.7 16.3 7.0a. Non food crops 0.4 2.5 3.2 2.0 2.2b. Others 3.8 2.8 3.3 2.8 4.9

2. Mining & Quarrying -4.5 3.1 2.2 1.8 9.1a. Oil & gas -4.3 -1.8 -1.3 0.0 5.2b. Non-oil & gas -8.0 12.1 6.6 3.1 3.0c. Quarrying 7.5 7.4 9.0 7.6 0.9

3. Manufacturing industries 6.4 4.6 4.6 4.5 27.8a. Oil & gas industries -1.9 -5.9 -1.2 4.4 2.6b. Non-oil & gas manufac. 7.5 5.9 5.3 4.5 25.2

- Food, beverages &tobacco 1.4 2.7 7.2 3.6 7.0- Textile, leather & footwear 4.1 1.3 1.2 -3.4 3.0- Wood & forest products -2.1 -0.9 -0.7 -1.1 1.1- Paper & printing 7.6 2.4 2.1 2.9 1.3- Fertilizer, chemical & rubber 9.0 8.8 4.5 1.9 3.4- Cement & non-metal min 9.5 3.8 0.5 5.2 0.9- Iron & steel -2.6 -3.7 4.7 2.3 0.4-Transport & Machinery equip. 17.7 12.4 7.5 10.7 8.0

Source: Badan Pusat Statistik.

Page 30: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

8

Real GDP growth: nonReal GDP growth: non--tradablestradables (%)(%)Sector/subSector/sub--sectorsector 20042004 20052005 20062006 Q3Q3--20072007 ShareShare4. Electricity, water and gas4. Electricity, water and gas 5.35.3 6.36.3 5.95.9 11.711.7 0.70.75. Construction5. Construction 7.57.5 7.47.4 9.09.0 7.57.5 0.50.56. Trade, hotel & restaurant6. Trade, hotel & restaurant 5.75.7 8.48.4 6.16.1 6.96.9 16.916.9

a. Wholesale & retail tradea. Wholesale & retail trade 5.55.5 8.98.9 6.46.4 7.47.4 14.014.0b. Hotelb. Hotel 7.97.9 6.76.7 2.92.9 5.35.3 0.70.7c. Restaurantc. Restaurant 6.16.1 5.85.8 5.45.4 4.14.1 2.32.3

7. Transport & communication7. Transport & communication 13.413.4 13.013.0 13.613.6 12.512.5 6.76.7a. Transporta. Transport 8.88.8 6.36.3 6.76.7 3.53.5 3.83.8

-- RailwaysRailways --0.90.9 --3.03.0 6.06.0 1.31.3 0.00.0-- RoadRoad 5.05.0 4.94.9 5.15.1 1.81.8 1.61.6-- Air transportAir transport 30.130.1 10.410.4 10.710.7 11.311.3 0.60.6

b. Communicationb. Communication 22.922.9 25.125.1 24.424.4 24.324.3 2.92.98. Finance8. Finance 7.77.7 6.86.8 5.65.6 8.08.0 9.29.2

a. Banksa. Banks 6.06.0 4.64.6 1.71.7 9.79.7 3.93.9b.Nonb.Non--bank financialbank financial 9.29.2 8.18.1 7.07.0 7.67.6 0.80.8

9. Services9. Services 5.45.4 5.05.0 6.26.2 5.75.7 9.29.2Source: Badan Pusat Statistik, May 2007.

Page 31: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

9

NonNon--tradablestradables support growthsupport growthyear on year quarterly growth rate, percentyear on year quarterly growth rate, percent

Source: BPS.

0

2

4

6

8

10

Q1-01

Q3-01

Q1-02

Q3-02

Q1-03

Q3-03

Q1-04

Q3-04

Q1-05

Q3-05

Q1-06

Q3-06

Q1-07

Q3-07

Non-tradable

Tradable

GDP

Page 32: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

10Source: BPS.

Description 2004 2005 2006 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07Private consumption 4.9 4.0 3.2 3.8 4.5 4.7 5.3

Government consumption 2.0 8.1 9.6 2.2 4.3 3.8 6.5

Fixed capital formation 15.7 9.9 2.9 8.2 7.5 6.9 8.8

Exports of goods & services

-/- Imports of goods & servicesG D P

8.5 8.6 9.2 6.1 9.0 9.8 7.8

3.0 12.4 7.6 9.7 8.4 7.2 8.1

5.1 5.6 5.5 6.1 6.0 6.3 6.5

Investment made a step forward, but Investment made a step forward, but still much below expectationstill much below expectation

GDP growth by expenditure, percent

Fixed Capital Formation 100.0

Construction 76.4

Machine & transport (domestic) 6.4

Machine & transport (foreign) 17.2

Pattern of FCF, 2006 (%)Makin dipompa oleh utang?

Page 33: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

11

Lending patternLending patternINDONESIA: Bank Credits by Type, Since March 2001

472.4

412.5

175.7

202.7

231.6

285.7

350.8

265.2

225.8

58.4

79.8

112.1

150.9

206.4

169.7148.9

73.582.9 94.3

116.9132.5

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Mar-01

Sep-01

Mar-02

Sep-02

Mar-03

Sep-03

Mar-04

Sep-04

Mar-05

Sep-05

Mar-06

Sep-06

Mar-07

Sep-07

(Rp. Trillions)

Working CapitalConsumptionInvestment

52.1%

18.7%

29.2%

% increase 2003 2004 2005 2006 Sep-07Working Capital 14.25% 23.39% 22.78% 17.58% 23.44%Investment 13.74% 23.91% 13.35% 12.39% 20.81%Consumption 40.42% 34.70% 36.73% 9.39% 21.67%Total Credits 19.85% 26.40% 24.59% 14.13% 22.42%

Source: CEIC, Bank Indonesia

2004 2005 FY 2006 Sep-07 YoY

Sep-07 MoM

Sep-07 YTD

33.20 13.29 22.70 22.77 0.98 9.0652.74 1.85 76.50 68.50 -8.56 17.4216.63 18.16 7.52 10.07 0.91 4.1131.78 20.78 21.09 26.89 3.22 20.8621.01 25.11 16.82 30.25 2.95 20.8434.70 36.73 9.39 21.67 3.21 17.4526.40 24.59 14.13 22.42 2.31 15.26

ServicesOthersTotal Credit

% increase

AgricultureMiningManufacturingTrade

Page 34: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

12

GDP Growth By Expenditure(%)

4.9

4.0

3.2 4.

7

4.7 5.

3

1.9

8.1 9.

6

3.7

3.8

6.5

15.7

9.9

2.9

7.8

7.0

8.810

.3

8.6 9.

2

9.0 9.

8

7.8

5.1 5.6

5.5 6.0 6.3

6.5

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 Qwt I ' 0 7 Qwt I I ' 0 7 Qwt I I I ' 0 7

%

P rivate C o nsumptio n Go vern. C o nsumptio nC apital F o rmatio n Expo rtGD P Gro wth

Page 35: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

13

Urban Informal Sector Wages, since 2004

Rural Agriculture Wages, since 2004

Source: Taken from the World Bank, Indonesia: Economic and Social Update, November 2007

Page 36: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

BagianBagian IIIILINGKUNGAN GLOBALLINGKUNGAN GLOBAL

Page 37: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

15

International economic environmentInternational economic environmentDescription 2006 2007 2008World GDP growth, % 5.4 5.2 4.8

-United States 2.9 1.9 1.9-Euro Area 2.8 2.5 2.1-Japan 2.2 2.0 1.7-Newly industrialized Asian economies) 5.3 4.9 4.4

-Developing Countries 8.1 8.1 7.4World Trade growth (Volume), % 9.2 6.6 6.7CPI Inflation–Advanced economies, % 2.3 2.1 2.0Oil Prices, US$/barrel 64.3 68.5 75.0Non-oil Commodity Prices, % change 28.4 12.2 -6.7LIBOR - US$ 6 Mo, % 5.3 5.2 4.4LIBOR - Euro 6 Mo, % 3.1 4.0 4.1

Source: IMF, World Economic Outlook, October 2007, p. 8.

Page 38: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

16

Prospects for World GDP growth and Prospects for World GDP growth and global risk factorsglobal risk factors

Urutan risiko ekonomidunia:

Financial conditionsDomestic demand in the U.S, Europe, and JapanGlobal imblancesOil marketInflation risks

Global Economy Likely to Slow More: rising oil prices, financial market turmoil, and a sliding dollar have grabbed the headlines in recent months (Dec 11, 2007).

Page 39: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

17

Recession in the U.S seems inevitable

• Consumer-led growth in downturn. Consumer spending 70% of GDP• Unlike in 2001, large fiscal boost seems unlikely on mounting debt• Aggressive Fed rate cut will be complicated by weak dollar and higher oil price• Wildcards: Corporate spending and exports

Sep-77 Sep-80 Sep-83 Sep-86 Sep-89 Sep-92 Sep-95 Sep-98 Sep-01 Sep-04 Sep-07

16

14

12

10

8

6

4

2

0

HPI, YoY % 150

140

130

120

110

100

90

80

70

60

50

ConConf Index

Wealth Destruction on Falling House Prices...

House Price Index ConsConfidIndex (RHS)

Page 40: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

18

Credit Crunch: Crisis Beyond Subprime…

• Credit market tightening Banks are reluctant to lend to each other despite excess liquidity

• Credit crunch makes it worse, exacerbating wealth destruction on falling asset prices.

3

3.5

4

4.5

5

5.5

63-

Jan

22-J

an

10-F

eb

1-M

ar

20-M

ar

8-A

pr

27-A

pr

16-M

ay

4-Ju

n

23-J

un

12-J

ul

31-J

ul

19-A

ug

7-Se

p

26-S

ep

15-O

ct

3-N

ov

22-N

ov

In te rb ank 3-mT-b ond re po

Page 41: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

19

Laju inflasi di negara-negara tetangga melonjak:China inflation reached an 11-year high of 6.9% in November, boosted by a 18.2% jump in food prices, while fuel prices climbed 5.5% as the Chinese government raised regulated retail prices for gasoline and diesel.Vietnam inflation had hit 10% for November.

Ancaman inflasi juga menghantui Eropa, mendorong suku bunga naik.

WaspadaWaspada: : ancamanancaman inflasiinflasi menghadangmenghadang

Page 42: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

20

US agriculture department warned of significant falls in stocks of corn, wheat and soybean and heavy demand (FT,December 12, 2007, p. 1, 17, 28).US wheat stocks would shrink to their lowest level in 60 years.Cold weather damaged crops in Argentina and drought affected Australia’s wheat production. Flooding also damaged European crops.The decline in stocks and rising shortages in large parts of Asia suggested 2008 “could deliver another year of price shocks.”

Commodities: food versus energyCommodities: food versus energy

Page 43: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

21

The Economist’s food-price index is higher today than at any time since it was created in 1845.Even in real terms, prices have jumped by 75% since 2005.

Source: The Economist, December 8-14, 2007.

The end of cheap foodThe end of cheap food

Page 44: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

22

Harga Pangan dan Minyak Dunia

Sumber: Gunawan (2007) berdasarkan Citi, “Concerns about inflation rise,” Emerging World, 17 October 2007

Page 45: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

23

Sumber dan Determinan Kenaikan Harga

• Fenomena “supply constraints” beberapa komoditas penting; • Jatuhnya Dollar AS (relatif terhadap mata uang lain di dunia) • “Pergeseran aset” karena ketidakpastian pasar keuangan global. • Pasar minyak mentah dunia menipis sejak pertengahan 2007,

bahkan berlanjut sampai kuartal-3 dan 4. Sangat tidak biasa.• Faktor gangguan cuaca dan angina topan di Meksiko dan North

Sea juga berpengaruh terhadap suplai minyak dunia, • Ekspektasi gangguan produksi minyak karena instabilitas politik

di Timur Tengah & diplomasi frontal Hugo Chavez di Venezuela.

Page 46: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

24

Harga-Harga Dunia Semakin Liar

Sub-Indeks Harga PertanianIndeks Harga Nominal US$ (1990=100)

Indeks Harga Komoditas PentingIndeks Harga Nominal US$ (1990=100)

Sumber: Bank Dunia (2007). “Commodity Market Review”, 10 Desember 2007

Page 47: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

25

Kenaikan Harga Komoditas Penting Lain

• Harga batu bara meningkat 9,3 % November atau 50% per tahun, terutama karena Cina menahan untuk tidak mengeksporbatu-baranya karena kebutuhan domestiknya juga cukup besar.

• Harga gas di Eropa naik sebesar 7,3%, harga gas di AS naik11.5%, yang seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya olehIndonesia sebagai salah satu produsen gas terbesar di dunia.

• Harga timah naik 7% karena Indonesia mengurangi ekspornyauntuk mengatasi persoalan struktural pertambangan tanpa ijin.

• Betapa peluang yang sedemikian besar sama sekali tidak dapatdimanfaatkan oleh Indonesia, yang pada era 1970 dan 1980an pernah sangat jaya dalam menguasai pasar timah dunia.

Page 48: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

26

Harga Produk Perkebunan: Peluang Besar

Sumber: Bank Dunia, (10 Desember, 2007)

Page 49: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

27

Kenaikan Harga Komoditas Pertanian• Harga komoditas pertanian naik 2.5% November, karena

dorongan kanaikan minyak nabati dan berlemak lainnya 8%. • Permintaan yang tinggi terhadap biofuel dan penurunan

produksi kedelai AS, Brazil dan Argentina telah semakinmenipiskan volume perdagangan minyak dan lemak dunia.

• Harga minyak kedelai dunia naik 12% karena suplai menurun,• Harga minyak kelapa dan minyak biji sawit (PKO) 8,5% karena

volume perdagangan memang menipis, • Hrga karet alam naik 8% karena kenaikan harga minyak

mentah dunia, sebagai bahan baku karet sintetis;• Indonesia terlambat melakukan peremajaan pohon-pohon

karet tua berumur puluhan dan ratusan tahun,• Harga kopi naik 5% karena suplai menurun di Brazil & Vietnam

Page 50: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

28Sumber: Kingsman/Frost & Sullivan / Financial Times 23 Nov 2007 p11

Biodiesel 11.75bn litres (est) (2007), % global production, by crop

Soya43%

Rapeseed34%

Sunflow er8%

Callow4%

Waste oil4%

Palm7%

Bio-diesel bukan main-main

Page 51: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

29

Bioethanol 45bn litres (2006), % global production, by crop

sugar50%

corn/maize36%

others5%

wheat9%

Sumber: Kingsman/Frost & Sullivan / Financial Times 23 Nov 2007 p11

Demikian pula bio-ethanol..

Page 52: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

30

Kenaikan Harga Pangan: Dampak Instan

Sumber: Bank Dunia, (10 Desember, 2007)

Page 53: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

31

Kenaikan Harga Pangan Pokok• Kenaikan harga beras karean Cina dan Vietnam mulai

menahan untuk tidak mengekspor ke pasar dunia danfenomena penurunan produksi di negara-negara lain;

• Kenaikan harga jagung dan gula karena kenaikanpermintaan dunia untuk bio-etanol, di AS dan Brazil. Sektor peternakan akan menanggung beban berat;

• Kenaikan harga kedelai karena penurunan produksi diAS dan Argentina, sehingga juga melonjakkan hargaminyak kedelai dan produk turunannya.

• Apabila produksi domestik tidak mampu mengikuti iramakenaikan harga-harga pangan pokok, maka ancamaninflasi dan penurunan daya beli bukan isapan jempol.

Page 54: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

32

Pangsa inflasi inti masih sangat tinggi• Laju inflasi (IHK) November 2007 tercatat 1,8 % per

tahun, sehingga laju Jan-Nov 5,43%. Jika laju inflasi Desember terkendali, proyeksi 6,1% mungkin masih dapa tercapai.

• Peningkatan ini karena kenaikan kelompok komoditas volatile seperti bahan makanan, dengan pangsa besar, serta fenomena imported inflation yang masih belum dapat sepenuhnya dikendalikan.

• Inflasi administered meningkat karena kenaikan cukaidan dampak berantai dari kelangkaan minyak tanah;

Page 55: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

33

Respon terhadap Kondisi Global

• Pemimpin yang pesimis hanya menunggu, mengeluh dan menyerahterhadap kondisi eksternal atau ekonomi global yang saat inimemang sedang tidak bersahabat. Pemimpin semacam ini sibukmenunjukkan keunggulan dirinya dan menyalahkan pihak lain.

• Pemimpin yang optimis akan melihat perubahan di atas sebagai peluang besar yang akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dipimpinnya. Walau dalam kondisi terdesak sekalipun, pemimpin optimis selalu berfikir postif terhadap peluang yang berada di hadapannya.

• Pemimpin yang realistis melakukan penyesuaian terhadap strategi kebijakan pembangunan ekonomi yang secara konsisten akan dijalankannya. Pemimpin realis ini tidak akan menunda-nunda pekerjaan, tapi segera melaksanakan strategi yang diputuskannya.

Page 56: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

34

Rekomendasi Kebijakan• Perumus kebijakan perlu lebih realistis dalam menyikapi dan

mengantisipasi perubahan harga-harga komoditas dunia.• Kenaikan harga minyak mentah dunia perlu direspon dengan

kebijakan anggaran yang memadai. • Apabila pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM

bersubsidi di dalam negeri, maka pengamanan fiskal juga perlu disusun hati-hati.

• Anggota parlemen perlu secara bahu-membahu bersama kelompok masyarakat madani dan pemerintah sendiri berfokus pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

• Peningkatan produksi minyak mentah domestik wajib menjadi prioritas kebijakan di sektor pertambangan dan energi, jika masih ingin menjadi negara net-exporter minyak.

Page 57: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

35

Rekomendasi Kebijakan (lanjutan)• Peningkatan produksi pangan penting wajib menjadi

acuan kebijakan baik di tingkat pusat, maupun di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

• Fokus pada empat komoditas pangan strategis: beras, jagung, kedelai dan gula yang sedang diperjuangkan Indonesia dalam Kelompok G-33 di WTO

• Kemudian dukungan infrastruktur dari tingkat desa, daerah dan provinsi perlu dijadikan fixed variable, dalam perumusan kebijakan ekonomi.

• Diplomasi ekonomi tingkat global perlu lebih konsistendalam merumuskan dan mengawal kebijakan pemihakandan perlindungan bagi petani di dalam negeri.

Page 58: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

BagianBagian IIIIIIINDIKATOR JANGKA PENDEKINDIKATOR JANGKA PENDEK

Page 59: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

37

LajuLaju inflasiinflasi relatifrelatif masihmasih tinggitinggi

4

6

8

10

12

14

16

18

Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr- Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct

10.60

5.79

perc

ent

2002 2003 2004

4.60

7.20

Source: BPS.

2005

8.81

SBY- JK Period

Inflation returns 1 digit, y-o-y, %

9.06

18.38

2006

14.55

5.27

6.71

2007

Page 60: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

38

Inflation in developing countries far Inflation in developing countries far higher than ushigher than us

Sejak 2004 inflasi dunia, khususnya di negara-negaramaju, cenderung meningkat, apalagi setelah kenaikan hargaminyak bumi. AS mulai mengalami ancamaninflasi juga.Hingga 2010 inflasi di negaramaju cenderung stabil disekitar 2 persen, sedangkan dinegara berkembang cenderungturun mendekati level negaramaju.Ada konvergensi harga duniaakibat globalisasi?

Source: IMF, World Economic Outlook, October 2007, p.1.

Page 61: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

39

Inflation: selected Asian countriesInflation: selected Asian countries

0

1

2

3

4

5

6

7

8

TaiwanSingaporeThailandMalaysiaHongkongKoreaPhilippinesChinaIndia

IndonesiaBangladeshPakistan

20082007

Page 62: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

40

Inflation (%)Inflation (%)

Source: World Bank, November 2007.

2005Year

2006Year

2007Q2

2007Q3

Latestmonth

HeadlineChina 1.8 1.5 3.6 6.1 6.2Indonesia 10.5 13.1 6.0 6.5 7.0Korea 2.8 2.2 2.4 2.3 2.3Malaysia 3.0 3.6 1.5 1.8 1.9Philippines 7.6 6.3 2.4 2.5 2.7Thailand 4.5 4.6 1.9 1.6 2.1

CoreChina 0.9 0.8 0.9 0.6. 0.7Indonesia 4.2 8.8 5.6 5.8 6.0Korea 2.3 1.8 2.3 2.3 2.3Philippines 7 5.6 2.6 2.8 2.7Thailand 1.6 2.3 0.9 0.7 0.8

Page 63: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

41

BagaimanaBagaimana reaksireaksi Indonesia?Indonesia?

Page 64: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

42

NilaiNilai tukartukar rupiahrupiah

8,500

9,000

9,500

10,000

10,500

11,000

8-Ap

r

22-J

un

18-A

ug

13-O

ct

13-D

ec

4-Fe

b

5-Ap

r

1-Ju

n

25-J

ul

19-S

ep

17-N

ov

11-J

an

7-M

ar

3-M

ay

28-J

un

24-A

ug

17-O

ct

18-D

ec

13-F

eb

10-A

pr

6-Ju

n

30-J

ul

21-S

ep

22-N

ov

Source: Bank Indonesia

(Rupiah per US$)

Page 65: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

43

Foreign reserves hikes highForeign reserves hikes high

30,000.00

35,000.00

40,000.00

45,000.00

50,000.00

55,000.00

W1-JaW1-FeW1-M

aW1-ApW1-M

yW1-Jn

W1-JlW1-AgW1-Sep

W1-Oct

W1-NovW1-DecW1-Ja

nW1-FebW1-M

arW1-AprW1-M

ayW1-Ju

nW1-Ju

lW1-AugW1-Sep

W1-Oct

W1-NovW1-DecW4-Ja

nW2-Apr

31-Ju

l30

-Nov

30-M

ar31

-Jul

31-A

ug28

-Sep31

-Oct

30-N

ov

Source: Bank Indonesia.

SBY era

(US$ million)

Page 66: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

44

RekorRekor--rekorrekor barubaru IHSGIHSG

800900

1,0001,1001,2001,3001,4001,5001,6001,7001,8001,9002,0002,1002,2002,3002,4002,5002,6002,7002,8002,900

22-O

ct

13-D

ec

27-J

an

16-M

ar

2-M

ay

16-J

un

29-J

ul

14-S

ep

27-O

ct

16-D

ec

2-Fe

b

17-M

ar

5-M

ay

21-J

un

3-Au

g

20-S

ep

9-No

v

22-D

ec

8-Fe

b

26-M

ar

9-M

ay

26-J

un

8-Au

g

21-S

ep

8-No

v

Business Week, 14-21 Maret 2007, hal.18.

(Jakarta composite index)

Page 67: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

45

NonNon--residents and corporate dominate residents and corporate dominate the stock ownershipthe stock ownership

Details of Stock Ownerships (Dec 2006 – May 2007)

Source: Citicorp presentation based on Bapepam, KSEI

Securities Account Holder Number of Accounts (May

2007)

Value (IDR Billions)

December 2006

% Ownershi

p

Value (IDR Billions) May 2007

% Ownership

Change in Value (IDR Billions)

Non Residents 3,789 522,341.16 73.40 573,857.86 67.11 51,516.70

Sub Total 3,789 522,341.16 73.40 573,857.86 67.11 51,516.70

Local Investors

Insurance 146 10,082.03 1.42 15,490.43 1.81 5,408.40

Mutual Funds 156 11,982.05 1.68 16,137.20 1.89 4,155.16

Pension Funds 340 7,126.32 1.00 9,240.33 1.08 2,114.01

Financial Institutions 54 3,305.99 0.46 3,926.40 0.46 620.41

Corporate 1,375 111,678.36 15.69 167,230.53 19.56 55,552.17

Securities Companies 309 15,745.64 2.21 26,559.25 3.11 10,813.62

Foundation 37 433.88 0.06 734.51 0.09 300.63

Individual 58,539 28,749.79 4.04 41,637.58 4.87 12,887.79

Others 59 237.40 0.03 269.10 0.03 31.70

Sub Total 61,015 189,341.44 26.60 281,225.32 32.89 91,883.88

Grand Total 64,804 711,682.60 100.00 855,083.18 100.00 143,400.58

Page 68: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

46

DOW Jones Index and Jakarta Stock Exchange Index January 2005- December 13, 2007

9,500

10,000

10,500

11,000

11,500

12,000

12,500

13,000

13,500

14,000

14,500

3-Ja

n-05

4-Fe

b-05

14-M

ar-0

5

14-A

pr-0

5

17-M

ay-0

520

-Jun

-05

21-J

ul-0

5

23-A

ug-0

5

26-S

ep-0

526

-Oct

-05

5-D

ec-0

5

9-Ja

n-06

13-F

eb-0

6

16-M

ar-0

624

-Apr

-06

26-M

ay-0

628

-Jun

-06

31-J

ul-0

6

5-Se

p-06

5-O

ct-0

6

10-N

ov-0

612

-Dec

-06

18-J

an-0

716

-Feb

-07

20-M

ar-0

720

-Apr

-07

22-M

ay-0

721

-Jun

-07

24-J

ul-0

7

28-A

ug-0

728

-Sep

-07

2-N

ov-0

76-

Dec

-07

650

850

1050

1250

1450

1650

1850

2050

2250

2450

2650

2850

DJIA

JSX Index

DJIA JSXI

Page 69: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

47

Lending rate remains relatively highLending rate remains relatively high

Page 70: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

48

KesenjanganKesenjangan memburukmemburuk

Gini coefficient

33

34

35

36

37

38

Gini coefficient 34.3 34.1 34.7 34.9 35.4 37.4

2002 2003 2004 2005 2006 2007

Source: World Bank, November 2007.

Netralitas kebijakan yang menghasilkan pola pertumbuhan yang makin senjang antara sektor tradable dan non-tradablesecara tak langsung bisa dikatakan sebagai kebijakan yang tidak pro-poor.Gejala decouplingsektor keuangan dan sektor riil, khususnya sektor barang, membuat ketimpangan kian menganga.

Page 71: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

49

International economic environmentInternational economic environmentDescription 2006 2007 2008World GDP growth, % 5.4 5.2 4.8

-United States 2.9 1.9 1.9-Euro Area 2.8 2.5 2.1-Japan 2.2 2.0 1.7-Newly industrialized Asian economies) 5.3 4.9 4.4

-Developing Countries 8.1 8.1 7.4World Trade growth (Volume), % 9.2 6.6 6.7CPI Inflation–Advanced economies, % 2.3 2.1 2.0Oil Prices, US$/barrel 64.3 68.5 75.0Non-oil Commodity Prices, % change 28.4 12.2 -6.7LIBOR - US$ 6 Mo, % 5.3 5.2 4.4LIBOR - Euro 6 Mo, % 3.1 4.0 4.1

Source: IMF, World Economic Outlook, October 2007, p. 8.

Page 72: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

50

Prospects for World GDP growth and Prospects for World GDP growth and global risk factorsglobal risk factors

Urutan risiko ekonomidunia:

Financial conditionsDomestic demand in the U.S, Europe, and JapanGlobal imblancesOil marketInflation risks

Global Economy Likely to Slow More: rising oil prices, financial market turmoil, and a sliding dollar have grabbed the headlines in recent months (Dec 11, 2007).

Page 73: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

BagianBagian IVIVMIGAS JADI KUTUKANMIGAS JADI KUTUKAN

Page 74: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

52

SensitivitasSensitivitas perubahanperubahan asumsiasumsi APBNAPBN

Variabel MakroekonomiUnit

Perubahan AsumsiKenaikan Defisit

APBN (Rp tril)

1. Pertumbuhan ekonomi (%) -1 6.3 2.8 - 3.0

2. Harga minyak-ICP (US$/barrel) 10 60 0.4 s/d 0.5

3. Lifting minyak (ribu barrel/hari) -50 950 10.2 s/d 11.0

4. Rata-rata nilai tukar (Rp/US$) 100 9,100 0.5 s/d 0.6

5. Rata-rata bunga SBI 3 bulan (%) 1 8 1.6 s/d 2.0

APBN-P 2007

Source: Departemen Keuangan.

Page 75: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

53

Assumption and realization of oil liftingAssumption and realization of oil lifting

Source: Ministry of Finance, Perkembangan Proyeksi Realisasi Asumsi Makro APBN-P 2007,November 2007.

0.800

0.900

1.000

1.100

Assumption 1.075 1.000 0.950 1.034

Realization 0.999 0.959 0.910 -

2005 2006 2007 2008

Page 76: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

54

Trade balance of oil Trade balance of oil andand oil productsoil products

2002 2003 2004 2005 2006Jan-Oct

2006Jan-Oct

2007Crude Oil

Exports 5,228 5,621 6,241 8,146 8,169 6,677 7,268Imports 3,217 3,928 5,831 6,797 7,853 6,607 7,182(X - M) 2,011 1,694 410 1,349 316 70 86

Oil ProductsExports 1,308 1,548 1,654 1,932 2,837 2,351 2,332Imports 3,309 3,583 5,892 10,646 11,093 9,580 9,768(X - M) -2,001 -2,035 -4,238 -8,714 -8,256 -7,229 -7,436

TotalExports 6,535 7,169 7,896 10,078 11,006 9,028 9,600Imports 6,526 7,510 11,724 17,443 18,945 16,187 16,950(X - M) 10 -342 -3,828 -7,365 -7,939 -7,159 -7,350

Source: BPS.

Page 77: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

55

Balance of oil and gasBalance of oil and gas

Perkembangan Neraca Minyak dan Gas

-3.000

-2.000

-1.000

0

1.000

2.000

3.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2006 2007

juta

US$

Neraca Minyak Neraca Gas

Source: Ministry of Finance, November 2007.

Trade balance of oil and gas for January-October 2006 = US$1,356 million, and for January-October 2007 = US$342 million (BPS, November 03, 2007).

Page 78: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

56

Rp US $

Year DIESEL PLN DIESEL PLN

PRC/LTR PRC/KWH PRC/KWH PRC/LTR PRC/KWH PRC/KWH

2000 Rp 550 Rp 164.5 Rp 260 $ 0.07 $ 0.02 $ 0.03 2001 Rp 1,050 Rp 314.0 Rp 260 $ 0.13 $ 0.03 $ 0.02 2002 Rp 1,050 Rp 314.0 Rp 440 $ 0.13 $ 0.04 $ 0.05 2003 Rp 1,650 Rp 493.4 Rp 460 $ 0.20 $ 0.06 $ 0.06 2004 Rp 1,650 Rp 493.4 Rp 510 $ 0.20 $ 0.06 $ 0.06 2005 Rp 5,350 Rp 1,599.7 Rp 620 $ 0.64 $ 0.17 $ 0.072006 Rp 6,285 Rp 1,879 Rp 620 $ 0.70 $ 0.21 $ 0.07

Energy costEnergy costEnergy cost

Source: SCS R&D

1869

1599

689

689

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Energy Price / KWH (Rupiah)

DIESEL

PLN0.21

0.17

0.07

0.07

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

DIESEL

PLN

Energy Price / KWH (US $)

Page 79: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

5757

0

0.2

0.4

0.6

0.8

0% 10% 20% 30% 40% 50%Energy Costs

Effic

ienc

y (In

put/O

utpu

t)

264

34

231

361

232

16

1829

2431

211525

27

17

22

6.6%

0.65

Efficient, but High Energy Dependency

Inefficient, and High Energy Dependency

Energy price hike should eventually hurt construction sector …. Less impact seen on export-oriented manufacturing sector

Source: Badan Pusat Statistik

Manufacturing Industries ISICFood & Beverages 15Tobacco 16Textile 17Wearing Apparel 18Paper & Paper Products 21Publish.& Printing 22Goods from Coal 231Goods from Oil & Gas 232Chemicals & Chem. Prod 24Rubber & Plastics 25Cement, Lime & Gips 264Basic Metal 27Machinery & Equipment 29Electrical Machine & App. 31Motor Vehicles 34Furniture 361

Fragile industriesFragile industries

Page 80: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

58

•• IntensitasIntensitas EnergiEnergi(ton per (ton per jutajuta US$ PDB)US$ PDB)

JepangJepang : 92,3: 92,3IndonesiaIndonesia : 470: 470

•• KonsumsiKonsumsi EnergiEnergi per per KapitaKapita(ton per (ton per kapitakapita))

JepangJepang : 4,14: 4,14IndonesiaIndonesia : 0,467: 0,467

Konsumsi Energi

00

100100

200200

300300

400400

500500

600600

JepangJepang OECDOECD ThailandThailand IndonesiaIndonesia MalaysiaMalaysia North Am.North Am. GermanyGermany

inde

ksin

deks

(( Jep

ang

Jepa

ng=

100)

= 10

0)

IntensitasIntensitas EnergiEnergi EnergiEnergi Per Per KapitaKapita

SumberSumber: : DiolahDiolah daridari BP Statistical Review of World Energy 2004 BP Statistical Review of World Energy 2004 dandan IMF World Monetary Outlook 2004.IMF World Monetary Outlook 2004.

Page 81: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

59

Energy intensity, Kg per $ of GDP (PPP)Energy intensity, Kg per $ of GDP (PPP)

Source: World Bank, November 2007

Page 82: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

60

InefisiensiInefisiensi PertaminaPertamina

Crude Oil Gas Crude + GasPSC 9.66 1.34 7.69JOA/JOB 18.00 2.75 15.36PSC + JOA/JOB 9.80 1.35 7.79Pertamina 27.43 3.31 17.91

Total 11.59 1.52 9.00

Crude Gas

Production 11.8 15.0

Cost 21.9 23.7

Cost recoveryCost recovery——oil and gas, US$/barrel or oil and gas, US$/barrel or eqveqv., average 2004., average 2004--0606

Share of Share of PertaminaPertamina

Page 83: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

BagianBagian VVPELUANG BARUPELUANG BARU

Page 84: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

62

LonjakanLonjakan hargaharga komoditaskomoditas perkebunanperkebunan

Page 85: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

63

LonjakanLonjakan hargaharga komoditaskomoditaspertambanganpertambangan dandan pulp & paperpulp & paper

Page 86: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

64

Income gains/losses due to selected commodity price changes (As % of GDP)

-3.0

0.0

3.0

6.0

9.0

12.0

PNG

Mongo

liaMala

ysia

Viet

nam

Indon

esia

China

Thail

and

Philip

pine

s

Lao

Cambo

diaKor

ea

2004-06 2007

Actual & Forecast Price Changes (%): 2004 2005 2006 2007 Oil 30.6 41.5 20.4 5.6Rice 20.3 20.4 6.5 5.8 C'nut Oil 41.3 -6.6 1.6 40.1 Iron Ore 18.6 71.5 19.0 9.5Copper 61.1 28.4 82.7 7.1 Rubber 20.4 15.2 40.3 4.4

Source: World Bank data and staff estimates.

•• Rising oil prices are Rising oil prices are associated with higher associated with higher commodity prices in commodity prices in generalgeneral

•• These are supporting These are supporting the value of exports and the value of exports and profitabilityprofitability

•• But, it has also pushed But, it has also pushed the inflation rate risingthe inflation rate rising

•• Even if prices stabilize, Even if prices stabilize, may see ongoing may see ongoing volume effectsvolume effects

Rising commodity prices have been supporting Rising commodity prices have been supporting IndonesiaIndonesia’’s economy, but the gains are not that bigs economy, but the gains are not that big

Source: Taken from the World Bank, Indonesia: Economic and Social Update, November 2007

Page 87: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

65

TapiTapi produksiproduksi banyakbanyak yang yang melorotmelorot

Page 88: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

66

Investment prospects to 2011Investment prospects to 2011

Country US$ bn RankChina 86.8 3Hong Kong 48.0 8Russia 31.4 13Brazil 27.5 14Singapore 27.1 15Mexico 22.7 17India 20.4 18Turkey 20.0 20Thailand 8.9 27South Korea 7.2 31Taiwan 7.1 32Malaysia 6.8 34Indonesia 6.6 36Vietnam 6.5 38Philippines 2.4 55Kenya (bottom) 0.1 82

0

500

1,000

1,500

China

India US UK

Fran

ceRus

siaRom

ania

German

yPola

ndBulg

aria

New FDI projects, top recipient countries (number of projects)

2005 2006

Source: Economist Intelligence Unit (2007), World Investment Prospects to 2011.

2007-11 average

Page 89: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

67

Business environment scores and ranksBusiness environment scores and ranks

Source: The Economist Intelligence Unit, World Investment Prospects to 2011, London and New York, 2007.

Total score2007-11 2002-06 2007-11 2002-06

Denmark (top) 8.76 8.69 1 2Singapore 8.72 8.71 3 1Hong Kong 8.68 8.57 6 8USA 8.65 8.64 7 4Taiwan 8.11 7.66 19 21Israel 7.67 6.95 23 29Malaysia 7.43 7.29 31 23Mexico 7.02 6.65 39 38South Africa 6.97 6.09 41 46Thailand 6.81 6.71 42 37Brazil 6.69 6.53 45 41China 6.38 5.61 53 58India 6.37 5.27 54 62Philippines 6.34 5.90 56 48Indonesia 6.21 5.39 61 60Vietnam 5.95 4.83 65 70Angola (bottom) 3.92 3.19 82 82

RankCountry

Page 90: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

68

The risk of doing businessThe risk of doing business

Source: Economist Intelligence Unit, 2007.Note: ( ) Previous period.

Country (N = 150)Rating (E = most risky)

Score (100 = most risky)

Bangladesh C 50Brazil C 47 (49)Cambodia C 60China C 45 (46)Hong Kong A 16India C 50Indonesia C 56 (57)Iraq E 88 (89)Laos D 63Malaysia B 34 (35)Mexico C 42Myanmar D 78Philippines C 52Singapore A 10 (11)Thailand C 53Vietnam C 53

Page 91: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

69

Target pertumbuhan 2008 sebesar 6,8 persenhampir mustahil:

Kondisi ekonomi dunia makin suram.Konsumsi privat dan ekspor melemahEnergi dari perbankan terlalu terbatasHambatan infrastruktur belum mungkin tertanganiArah kebijakan masih serba tak jelasAncaman inflasi kian nyata.

Sektor pertanian harus diamankan.

PertumbuhanPertumbuhan 20082008

Page 92: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

BagianBagian VIVITANTANGANTANTANGAN

Page 93: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

71

Competitiveness ranking in 55 countriesCompetitiveness ranking in 55 countries

Country 2003 2004 2005 2006 2007USA 1 1 1 1 1Singapore 4 2 3 3 2Hong Kong 10 6 2 2 3Switzerland 9 14 8 8 6Australia 7 4 9 6 12China 27 22 29 18 15Taiwan 17 12 11 17 18Malaysia 21 16 26 22 23India 42 30 33 27 27Korea 32 31 27 32 29Thailand 28 26 25 29 33Philippines 41 43 40 42 45Indonesia 49 49 50 52 54Venezuela 51 51 51 53 55

Source: International Institute for Management Development, World Competitiveness Yearbook, 2007.

Page 94: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

72

Poverty Incidence, 1996Poverty Incidence, 1996--20072007

Total (Million) Percentage (%)YearUrban Rural U+R Urban Rural U+R

1996 9.6 24.9 34.5 13.6 19.9 17.71998 17.6 31.9 49.5 21.9 25.7 24.21999 15.7 32.7 48.4 19.5 26.1 23.52000 12.3 26.4 38.7 14.6 22.4 19.12001 8.6 29.3 37.9 9.8 24.8 18.42002 13.3 25.1 38.4 14.5 21.1 18.22003 12.2 25.1 37.3 13.6 20.2 17.42004 11.4 24.8 36.1 12.1 20.1 16.72005 12.4 22.7 35.1 11.4 19.5 16.02006 14.3 24.8 39.1 13.4 21.9 17.82007 13.6 23.6 37.2 12.5 20.4 16.6

Page 95: CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN … fileKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA CATATAN AKHIR TAHUN 2007 DAN REKOMENDASI KADIN INDONESIA Jakarta, 19 Desember 2007 ... tangguh

73

KesenjanganKesenjangan memburukmemburuk

Gini coefficient

33

34

35

36

37

38

Gini coefficient 34.3 34.1 34.7 34.9 35.4 37.4

2002 2003 2004 2005 2006 2007

Source: World Bank, November 2007.

Netralitas kebijakan yang menghasilkan pola pertumbuhan yang makin senjang antara sektor tradable dan non-tradablesecara tak langsung bisa dikatakan sebagai kebijakan yang tidak pro-poor.Gejala decouplingsektor keuangan dan sektor riil, khususnya sektor barang, membuat ketimpangan kian menganga.