Case Scabies Print

29
Laporan kasus SCABIES Oleh: NEFRI TIAWARMAN 10101047 Pembimbing : Dr. Imawan Hardiman. Sp.KK KKS BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD. BANGKINANG 1

description

teori tentang penyakit scabies dan pengobatan scabies serta pencegahan terhadap penyakit scabbie

Transcript of Case Scabies Print

Laporan kasusSCABIES

Oleh:

NEFRI TIAWARMAN10101047

Pembimbing :Dr. Imawan Hardiman. Sp.KK

KKS BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD. BANGKINANGFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul scabies yang diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti KKS Ilmu Kulit dan Kelamin. Terima kasih penulis ucapkan kepada dokter pembimbing yaitu dr. Imawan Hardiman, Sp.KK yang telah bersedia membimbing penulis, sehingga laporan kasus ini dapat selesai pada waktunya.Penulis memohon maaf jika dalam penulisan laporan kasus ini terdapat kesalahan, dan penulis memohon kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan laporan kasus ini. Atas perhatian dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih.

Bangkinang,06 Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR 2DAFTAR ISI 3BAB I: PENDAHULUAN 4BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 52.1 Definisi 52.2 Epidemiologi 52.3 Etiologi 62.4 Patogenesis 72.5 Manifestasi klinis 82.6 Diagnosis banding 122.7 Penatalaksanaan 132.8 Prognosis 15BAB III : LAPORAN KASUS 15DAFTAR PUSTAKA 18

BAB IPENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG2

Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau (mite) Sarcoptes scabei. Penyakit ini dikenal juga dengan nama the itch, gudik, atau gatal agogo. Penyebab penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Benomo pada tahun 1687 kemudian oleh Mellanby dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan perang dunia IISkabies menular dengan dua cara yaitu secara kontak langsung dan tidak langsung. Kontak langsung terjadi ketika adanya kontak dengan kulit penderita misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Sedangkan kontak tidak langsung melalui benda yang telah dipakai oleh penderita seperti pakaian, handuk, bantal dan lain-lain (Handoko, 2007)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi Scabies1Scabies merupakan infeksi ektoparasit pada manusia yang disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei var hominis. Infeksi ini terjadi akibat kontak langsung dari kulit ke kulit maupun kontak tidak langsung (melalui benda misalnya pakaian handuk, sprei, bantal dan lain lain.

2.2 Epidemiologi1Skabies merupakan penyakit epidemic pada banyak masyarakat, ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies. Faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain social ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual dan sifatnya promiskuitas (ganti-ganti pasangan), kesalahan diagnosis dan perkembangan demografi serta ekologi. Penyakit ini banyak di jumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat juga mengenai semua umur, insidensi sama pada pria dan wanita.

2.3 ETIOLOGI1,3,4Sarcoptes scabei termasuk filum Artropoda, kelas Archnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var.hominis. Selain itu terdapat Sarcoptes scabei yang lain, misalnya pada kambing dan babiSecara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan pada bagian perut rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukuran betina kira-kira 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil yaitu 220-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat (Handoko, 2007)Menurut Johnston (2005), siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3millimeter sehari dan sambil meletakan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal terowongan,tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari .Akibat terowongan yang digali Sacroptes scabei betina yang memakan sel-sel di lapisan kulit, penderita mengalami gatal dan digaruk oleh penderita sehingga menimbulkan infeksi ektoparasit dan terbentuk kerak berwarna cokelat keabuan yang berbau anyir.

2.4 PATOGENESIS1kelainan kulit disebabkan oleh tungau scabies dan juga oleh garukan gatal penderita sendiri. Hal ini disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, kusta dan infeksi sekunder.

2.5 GEJALA KLINIS1Ada 4 tanda kardinal pada penyakit skabies yaitu :1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktivitas tungau meningkat pada suhu lembab dan panas.2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang terdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. 3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,ekskoriasi, dan lain-lain).tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola marne (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi akan menyerang telapak tangan dan telapak kaki.4. Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena Sarcoptes betina bermukim agak dalam dikulit. Menurut Anonim, 2005, untuk melarutkan kerak digunakan larutan KOH 10 % selanjutnya hasil tersebut dapat diamati dengan mikroskop perbesaran 10-40 kali.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda Kardinal tersebut atau dapat juga dengan menggunakan metode tape adhesive (Katsumata,2006).

2.6 DIAGNOSIS BANDING1Skabies merupakan the great imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. sebagai diagnosis banding ialah pruriugo, pedikulosis korporis, dermatitis dan lain-lain (Tierney, 2006). 2.7 PENGOBATAN7,6,5A. UmumEdukasi pada pasien skabies :0. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan. 0. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur. 0. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila perlu direndam dengan air panas0. Pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit tanpa terkecuali baik yang yang terkena oleh skabies ataupun bagian kulit yang tidak terkena.0. Setiap orang di yang tinggal dalam satu rumah sebaiknya mendapatkan penanganan di waktu yang sama.0. Melapor ke dokter anda setelah satu minggu

Khusus:Ada banyak cara pengobatan secara khusus pada pengobatan skabies dapat berupa topikal maupun oral antara lain :5. PermethrinPermethrin merupakan sintesa dari pyrethtoid, sifat skabisidnya sangat baik. obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan skabies karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat salah dalam penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorbsi dan cepat dimetabolisme di kulit dan deksresikan di urin. Tersedia dalam bentuk krim 5 % dosis tunggal digunakan selama 8-12 jam, digunakan malam hari sekali dalam 1 minggu selama 2 minggu, apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu. Permethrin tidak dapat diberikan pada bayi yang kurang dari 2 bulan, wanita hamil, dan ibu menyusui. Efek samping jarang ditemukan berupa rasa terbakar, perih, dan gatal. Beberapa studi menunjukkan tingkat keberhasilan permetrin lebih tinggi dari lindane dan crotamiton. Kelemahannya merupakan obat topikal yang mahal.1. Presipitat Sulfur 2-10% Presipitat sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak 25 M. Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%) dan umumnya salep konsentrasi 6% lebih disukai. Cara aplikasi salep sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam tiga hari berturut-turut. Keuntungan penggunaan obat ini adalah harganya yang murah dan mungkin merupakan satu-satunya pilihan di negara yang membutuhkan terapi massal.Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk hidrogen sulfida dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germisid dan fungisid. Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.1. Benzyl benzoateBenzyl benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang merupakan bahan sintesis balsam peru. Benzyl benzoate bersifat neurotoksik pada tungau skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzyl benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa diterima. Efek samping dari benzyl benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzyl benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted scabies. Di negara-negara berkembang dimana sumber daya yang terbatas, benzyl benzoate digunakan dalam pengelolaan skabies sebagai alternatif yang lebih murah.1. Lindane (Gamma benzene heksaklorida)Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah sebuah insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat tungau. Lindane diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir kemudian keseluruh bagian tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau, lindane dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses.Lindane tersedia dalam bentuk krim, losion, gel, tidak berbau dan tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau losion. Setelah pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan lindane selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak menggunakan konsentrasi lain selain 1%.Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas sistem saraf pusat, kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah, gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang, kegagalan pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane dapat mempengaruhi perjalanan fisiologis kelainan darah seperti anemia aplastik, trombositopenia, dan pansitopenia.1. Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine)Crotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10% atau losion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%. Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam, kemudian dicuci setelah aplikasi kedua. Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka panjang.Beberapa ahli beranggapan bahwa krim ini tidak direkomendasikan terhadap skabies karena kurangnya efikasi dan data penunjang tentang tingkat keracunan terhadap obat tersebut. Crotamiton 10% dalam krim atau losion, tidak mempunyai efek sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak kecil.

1. IvermectinIvermectin adalah bahan semisintetik yang dihasilkan oleh Streptomyces avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotik makrolid, namun tidak mempunyai aktifitas sebagai antibiotik, diketahui aktif melawan ekto dan endo parasit. Digunakan secara meluas pada pengobatan hewan, pada mamalia, pada manusia digunakan untuk pengobatan penyakit filaria terutama oncocerciasis. Diberikan secara oral, dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk skabies. Digunakan pada umur lebih dari 5 tahun. Juga dilaporkan secara khusus tentang formulasi ivermectin topikal efektif untuk mengobati skabies. Efek samping yang sering adalah kontak dermatitis dan toxicepidermal necrolysis.1. MonosulfiranTersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari.1. MalathionMalathion 0,5% adalah dengan dasar air digunakan selama 24 jam, pemberian berikutnya beberapa hari kemudian.(10) Namun saat ini tidak lagi direkomendasikan karena berpotensi memberikan efek samping yang sangat tinggi.

Jenis ObatDosisKeterangan

Krim Permethrin 5% Dioleskan selama 8-14 jam, diulangi selama 7 hari.Terapi lini pertama di Amerika Serikat dan kehamilan kategori B.

Losion Lindane 1% Dioleskan selama 8 jam setelah itu dibersihkan, olesan kedua diberikan 1 minggu kemudian.Tidak dapat diberikan pada anak umur 2 tahun kebawah, wanita selama masa kehamilan dan laktasi.

Krim Crotamiton 10% Dioleskan selama 2 hari berturut-turut, lalu diulangi dalam 5 hari.Memiliki efek anti pruritus tetapi efektifitasnya tidak sebaik topikal lainnya.

Sulfur presipitat 5-10%Dioleskan selama 3 hari lalu dibersihkan.Aman untuk anak kurang dari 2 bulan dan wanita dalam masa kehamilan dan laktasi, tetapi tampak kotor dalam pemakaiannya dan data efisiensi obat ini masih kurang.

Losion Benzyl Benzoat 10%Dioleskan selama 24 jam lalu dibersihkanEfektif namun dapat menyebabkan dermatitis pada wajah

Ivermectin 200 g/kgDosis tunggal oral, bisa diulangi selama 10-14 hariMemiliki efektifitas yang tinggi dan aman. Dapat digunakan bersama bahan topikal lainnya. Digunakan pada kasus-kasus skabies berkrusta dan skabies resisten.

2.8 PROGNOSISSkabies bukan penyakit yang terlalu membahayakan dan dapat ditanggulangi dengan mudah melalui pembentukan lingkungan yang higienis (Handoko,2007)

BAB IIIILUSTRASI KASUSIdentitas Nama: FatiyaUsia: 14 tahunAgama: islamPendidikan: smpPekerjaan: santri/siswaStatus: pelajarSuku bangsa: melayuAlamat: bangkinang Tanggal masuk RS: 05 Mei - 2015 No. rekam medis: 013942Keluhan Utamapasien merasa gatal-gatal pada kedua tangan dan tampak kemerahan sejak 3 minggu yang laluRiwayat Penyakit Sekarang Gatal-gatal dirasakan disela-sela kedua jari sejak 3 minggu yang lalu Mula-mula teman pasien yang satu asrama mengalami hal yang sama Pasien mengaku daerah paling gatal disela-sela jari Pasien mandi 2x sehari dan berganti pakaian 2x sehariRiwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga ibu dari passien mengeluhkan hal yang sama

Status Generalis Keadaan umum : Baik Kesadaran: composmentis Tanda Vital: dalam batas normal Nadi : DBN Nafas : DBN Suhu : DBN Keadaan gizi : cukup Pemeriksaan thorax: DBN Pemeriksaan abdomen: DBNStatus dermatologis Lokasi: Manus , antebracii dextra dan sinistra. Distribusi : regional Bentuk : beraturan Susunan : linear Ukuran : milier Efloresensi : Pada sela jari tampak papul sewarna kulit-eritematosa, vesikel multiple diskret sebagian pacah menjadi koloretPemeriksaan penunjang:Tidak dilakukan pemeriksaan penunjangResume Pada anamnesis :Gatal-gatal sela jari jari tangan,pergelangan tangan dan lengan atas yang timbul sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Gatal bertambah pada malam hari. Pasien mengakubahwa teman-teman yang satu asrama lebih dahulu mengeluhkan hal yang sama. Ibu dari pasien mengeluh hal yang sama setelah pasien pulang dari asrama Pada pemeriksaan fisik ditemukan papul-papul sewarna kulit-eritematosa pada regio manus dan antebracii.

Diagnosis KerjaScabiesDiagnosis BandingPrurigoPedikululosis korporisPenatalaksanaan Umum : Merendam pakaian, seprai, tirai dengan air mendidih baru dicuci. Menjemur sofa, kasur. Sistemik : Chlorpheniramine maleat( CTM) tab 4 mg 3-4 x/ hari bila gatal Topikal : Permetrin 5 % dioles keseluruh tubuh kecuali wajah dan kemaluan, diamkan 10 jam baru dibersihkan

DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko, R.P. 2007. Ilmu Kulit dan Kelamin. Cetakan Kelima. FKUI, Jakarta2. Ihsan, Rizki. 2006.Scabies. http://fkuii.org/tiki-index.php?page=Scabies3 Last update: 4 Desember 2006.3. Johnston, Graham and Mike Sladden. 2005. Scabies : Diagnosis and Treatment. BMJ 331: 619-622.4. Meinking, Terri L., et all., 2007. The Treatment of Scabies with Ivermectin. The New England Journal of Medicine. 333: 26-30.5. M. Tierney,Lawrence Jr.,eds. 2006. Current Medical Diagnosis & Treatment. 45 ed. Mc Graw Hill 134-135.6. Katsumata, K., and Kazumi Katsumata. 2006. Simple Method of Detecting Sarcoptes Scabiei Var Hominis Mites among Bedridden Elderly Patients Suffering from Severe Scabies Infestation Using Adhesive-Tape. The Japanese Internal Medicine 45: 857-856 Download from : http://www.naika.or.jp/imindex.html7. Amiruddin MD. Skabies. In. Amiruddin MD, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Ed 1.Makassar: Bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin fakultas kedokteran universitas hasanuddin; 2003. p. 5-10.

7