Case Report Tension Type Headache

23
Case Report Secsion TENSION TYPE HEADACHE OLEH: VYOLA REGINA 0910311008 PRESEPTOR: Prof. Dr. dr. Darwin Amir Sp.S (K) dr. Syarif Indra, Sp.S 1

description

kedokteran

Transcript of Case Report Tension Type Headache

Case Report SecsionTENSION TYPE HEADACHE

OLEH:

VYOLA REGINA0910311008PRESEPTOR:Prof. Dr. dr. Darwin Amir Sp.S (K)

dr. Syarif Indra, Sp.SBAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUD DR M DJAMIL

PADANG2013BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan

Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri atau rasa tidak enak di kepala, setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi, rahang bawah dan leher. Struktur di kepala yang peka terhadap rasa nyeri adalah kulit, fasia, otot-otot, arteri ekstra dan intraserebral, meningen, dasar fossa anterior, fossa posterior, tentorium serebeli, sinus venosus, nervus V, VII, IX, X, radix posterior C2,C3, bola mata, rongga hidung, rongga sinus, dentin dan pulpa gigi. Sedangkan otak tidak sensitif terhadap nyeri.

Nyeri kepala dipengaruhi olehnukleus trigeminoservikalis yang merupakan nosiseptif yang penting untuk kepala, tengggorokan dan leher bagian atas. Pada struktur terdapat ujung saraf nyeri yang mudah dirangsang oleh :

1. traksi atau pergeseran sinus venosus dan cabang cabang kortikal

2. traksi, dilatasi atau inflamasi pada arteri intra dan ekstrakranial

3. traksi, pergeseran atau penyakit yan gmengenai saraf kranial dan servikal

4. perubahan tekanan intrakranial

5. penyakit jaringan kulit kepala, wajah, mata, hidung, telinga dan leher

Nyeri alih terdapat pada oksipital dan regio fronto orbital dari kepala dan yang jarang adalah daerah yang disarafi oleh nervus maksilaris dan mandibularis. Ini disebabkan oleh aferen saraf tersebut tidak atau hanya sedikit yang meluas ke arah kaudal. Lain halnya dengan saraf oftalmikus dari trigeminus, aferen saraf ini meluas ke pars kaudal.

Daerah sensitif terhadap nyeri kepala dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu intrakranial dan ekstrakranial. Intrakranial meliputi sinus venosus, vena korteks serebrum, arteri basal, duramater bagian anterior dan fossa tengah serta fossa posterior. Ekstrakranial yaitu pembuluh darah dan otot dari kulit kepala, bagian dari orbita, membran mukosa dari rongga nasal dan paranasal, telingan tengah dan luar, gigi dan gusi. Sedangkan daerah yang tidak sensitif terhadap nyeri adalah parenkim otak, ventrikular ependima dan pleksus koroideus.

Cephalgia akan menjadi masalah, baik bagi penderitanya maupun dokter yang mengobatinya, apabila terjadi secara menahun atau kronik berulang. Dalam hal ini sering sefalgia merupakan gejala tunggal atau gejala yang paling menyolok.Fisiologi Sakit Kepala

Nyeri merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat apabila ada jaringan manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri inilah seorang individu akan bereaksi dengan cara menjauhi stimulasi nyeri tersebut.Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus nyeri yang dapat dibagi menjadi 3 yaitu mekanik, termal dan kimia.

Definisi dan Etiologi Sakit Kepala

Sakit kepala adalah rasa sakit dan tidak nyaman antara orbita dan kepala yang berasal dari struktur sensitif terhadap rasa sakit. Sakit kepala dapat disebabkan oleh kelainan vaskular, jaringan saraf, gigi- geligi, orbita, hidung dan sinus paranasal, jaringan lunak di kepala, kulit, jaringan subkutan, otot dan periostium kepala. Sakit kepala juga dapat disebabkan oleh stress dan perubahan lokasi, cuaca atau tekanan.

Tension Type Headache (TTH)

Merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terus menerus otot- otot kepala dan tengkuk. Etiologi dan faktor resiko dari TTH ini adalah stres, depresi, bekerja dalam posisi menetap dalam waktu yang lama, kelelhan mata, kontraksi otot yang berlebihan, berkurang aliran darah dan ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, norepinefrin dan enkephalin. Penyebab Patofisiologi sakit kepala tension-type kurang dipahami, sakit kepala tension-type episodik mungkin terutama akibat gangguan mekanisme perifer, sementara sakit kepala tension-type kronis mencerminkan gangguan sakit di pusat. (4)Nama sebelumnya untuk sakit kepala tension-type mencerminkan penyebab dugaannya, termasuk sakit kepala kontraksi otot, sakit kepala psikogenik, sakit kepala stres, dan sakit kepala harian kronis. Istilah sakit kepala kontraksi otot telah ditinggalkan karena bukti elektromiografigagal menunjukkan perubahan yang konsisten pada tonus otot pasien yang terkena. Selanjutnya, diusulkan mekanisme patofisiologis sakit kepala yang belum pernah terbukti. (4)Konsep bahwa sakit kepala tension-type adalah psikogenik juga telah dipertanyakan. Pasien dengan sakit kepala tension-type kronis, seperti halnya pasien dengan gangguan sakit kronis lainnya, memiliki sekitar 25% kemungkinan berkembangnya depresi sekunder. Setengah dari pasien mengalami depresi bersamaan dengan rasa sakit, sedangkan pada semester lain, depresi berkembang lebih tersembunyi. Sakit kepala tension-type mungkin muncul pada hampir semua gangguan kejiwaan. Namun tidak seharusnya diduga, bahwa sebagian besar sakit kepala tension-type berhubungan dengan gangguan psikologis atau kejiwaan. (4)Sakit kepala tension-type kronis, seperti gangguan nyeri kronis lainnya, dikaitkan dengan hipofungsi sistem opioid pusat. Penelitian sedang berlangsung untuk menentukan kontribusi relatif sensitisasi nociceptor perifer, sensitisasi neuronal sentral (nukleus kaudal trigeminal), dan cacatsistem pusat antinosiseptif pada patogenesisnya. (4)

Perubahan kimiawi otakPara peneliti kini menduga bahwa sakit kepala tension dapat diakibatkan perubahan antara bahan kimia otak tertentu serotonin, endorfin dan banyak bahan kimia lainnya yang membantu saraf berkomunikasi. Meskipun tidak jelas mengapa tingkat kimia berfluktuasi, prosesnya diduga mengaktifkan jalur nyeri ke otak dan mengganggu kemampuan otak untuk menekan nyeri.

PemicuTampaknya faktor lain mungkin juga memberikan kontribusi bagi berkembangnya sakit kepala tension. Potensi yang mungkin memicu termasuk:

Stres

Depresi dan kecemasan

Postur rendah

Bekerja dalam posisi canggung atau bertahan pada satu posisi untuk waktu yang panjang

Cengkeraman rahang

FAKTOR RESIKOFaktor risiko untuk sakit kepala tension meliputi:

Menjadi seorang wanita. Satu studi menemukan bahwa hampir 90 % wanita dan sekitar 70 % pria mengalami sakit kepala tension sepanjang hidup mereka.

Menjadi setengah baya. Kejadian sakit kepala tension memuncak pada usia 40-an, meskipun orang-orang dari segala usia dapat terkena jenis sakit kepala ini.

II. Manifestasi klinis

Anamnesis khusus nyeri kepala meliputi :

1. Jenis nyeri

berat, denyut, tarik, ikat, pindah pindah, rasa kosong

2. Awitan (onset)

onset pada orang tua peningkatan TIK (hidrocephalus, tumor, perdarahan sub arachnoid)

kronis tension headache, post trauma, neurosis, sinusitis

akut perdarahan non trauma, meningitis, glaucoma

3. Frekuensi (periodisitas)

terus-menerus tension headache

episode migren

4. Lama nyeri

migren dalam jam

tension headache hari-bulan

neuralgia trigeminal menyengat, detik-menit

5. Kapan nyeri

cluster headache: sewaktu tidur nyeri waktu bangun tidur

tension headache: siang dan sore lebih sering, rangsangan emosi

migren; pencetus cahaya, cuaca, alkohol

neuralgia trigeminal: tecetus waktu menelan, bicara, sikat gigi

6. Kualitas dan intensitas

migren: denyut hebat (susah kerja)

cluster headache: denyut seperti bor

tension headache: seperti memakai topi baja berat

7. Gejala penyerta

migren: muntah, vertigo, diplopia

cluster: ptosis ipsilateral, mioasis, konjungtiva merah

tension headache: foto dan fonofobia.

Tanyakan pula tentang faktor presipitasi, faktor yang memperberat atau mengurangi nyeri kepala, pola tidur, faktor emosional/ stress, riwayat keluarga, riwayat trauma kepala, riwayat penyakit medik (peradangan selaput otak, hipertensi, demam tifoid, sinusitis, glaucoma dan sebagainya), riwayat operasi, riwayat alergi, prahaid (pada wanita), riwayat pemakaian obat (analgetik, narkotik, penenang, vasodilator dll)

Pemeriksaan khusus meliputi palpasi pada tengkorak untuk mencari kelainan bentuk, nyeri tekan dan benjolan. Palpasi pada otot untuk mengetahui tonus dan nyeri tekan daerah tengkuk. Perabaan arteri temporalis superfisialis dan arteri carotis komunis. Pemeriksaan leher, mata, hidung, tenggorok, telinga, mulut dan gigi geligi perlu dilakukan. Pemeriksaan neurologis lengkap, ditekankan pada fungsi saraf otak termsuk funduskopi, fungsi motorik, sensorik serta koordinasi.

Nyeri kepala dapat primer berupa migren, nyeri kepala cluster, nyeri kepala tegang otot, dan sekunder seperti nyeri kepala pasca trauma, nyeri kepala organik sebagai bagian penyakit lesi desak ruang (tumor otak, abses, hematom subdural dll), perdarahan subarachnoid, neuralgia trigeminus pasca herpetik, penyakit sistemik (anemia, polisitemia, hipertensi, hipotensi dll), sesudah pungsi lumbal, infeksi intrakranial sistemik, penyakit hidung dan sinus paranasal, akibat bahan toksis dan penyakit mata.

Nyeri kepala yang menunjukkan tanda bahaya dan memerlukan evaluasi penunjang:

nyeri kepala hebat pertama kali yang timbul mendadak

nyeri kepala yang paling berat yang pernah dialami

nyeri kepala berat yang progresif selama beberapa hari atau minggu

nyeri kepala yang timbul bila latihan fisis, batuk, bersin, atau membungkuk.

Nyeri kepala yang disertai penyakit umum atau demam, mual, muntah atau kaku kuduk

Nyeri kepala yang disertai gejala neurologis (afasia, koordinasi buruk, kelemahan fokal atau rasa baal, mengantuk, fungsi intelek menurun, perubahan keperibadian dan penurunan visus).

III. Diagnosa Tension Type HeadacheSekurangnya dua dari berikut : 1). Sensasi tertekan atau terjepit, 2) intensitas ringan sedang, 3) lokasi bilateral, 4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu tidak dijumpai mual muntah dan gejala fotofobia dan fonofobia.

Gejala klinis TTH dapat berupa rasa tumpul seperti ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit kepala, oksipital dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stres, insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, tidak nyaman pada leher, rahanag serta submandibular.

TES DAN DIAGNOSISDokter dapat mencoba menentukan jenis dan penyebab sakit kepala menggunakan pendekatan ini: (3) Deskripsi sakit. Dokter dapat belajar banyak tentang sakit kepala dari deskripsi pasien akan jenis rasa sakit, termasuk beratnya, lokasi, frekuensi dan durasi, dan tanda-tanda dan gejala lain yang mungkin ada.

Tes pencitraan. Jika sakit kepala tidak biasa atau rumit, dokter mungkin melakukan tes untuk menyingkirkan penyebab sakit kepala serius, seperti tumor atau aneurisma. Dua tes yang umum digunakan untuk menggambarkan otak adalah computerized tomography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan.

Sebuah kalender sakit kepala. Salah satu hal yang paling bermanfaat yang dapat dilakukan adalah memperhatikan kalender sakit kepala. Setiap kali mendapatkan sakit kepala, tuliskan keterangan tentang rasa sakit, antara lain seberapa parah, di mana letaknya dan berapa lama berlangsung. Juga perhatikan semua obat yang diminum. Sebuah kalender sakit kepala dapat memberikan petunjuk yang berharga yang dapat membantu dokter mendiagnosis jenis khusus sakit kepala dan menemukan mungkin pemicu sakit kepala.

IV. Pemeriksaan Tambahan1. Ro foto kepala melihat struktur tengkorak

2. Ro foto servikal menentukan adanya spondiloartrosis dan fraktur servikal

3. CT Scans/ MRI pada nyeri kepala yang menunjukkan kemungkinan penyakit intrakranial (tumor, perdarahan subarachnoid, AVM dll)

4. EEG dilakukan bila ada riwayat kejang, kesadaran menurun, tauma kepala atau presinkop

5. Foto sinus paranasal melihat adanya sinusitis

6. Angiografi untuk kasus spesifik seperti aneurisma

7. LP infeksi, perdarahan intrakranial

8. EMG kontraksi otot yang terus menerus pada tengkuk, belakang dan depan kepala

9. Labor pemeriksaan kimia darah

Untuk TTH tidaka ada pemeriksaan uji spesifik untuk mendiagnosis dan saat dilakukan pemeriksaan neurologis biasanya tidak ditemukan kelaianan apapun. Biasanya tidak memerlukan pemeriksaan darah, mrontgen CT Scan kepala maupun MRI.Terapi untuk TTH

Termasuk disini bed rest, dan massage, pengobatan dengan analgetik dan atau muscle relaxan : ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat yang paling efektif. Jika dengan analgetik simpel ini gagal dapat ditambahkan butalbital dan kafein yang akan menambah efektifitas pengobatan.DAFTAR PUSTAKA

1. Sastrodiwijo S, Kusuma P, Markam S, Nyeri Kepala Menahun. Bagian Neurologi: FKUI. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 1986.

2. Nyeri Kepala : Gangguan Kesadaran di Bidang Penyakit Syaraf. Bagian Neurologi FK UNAND Padang.

3. Nyeri Kepala. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Editor Mansjoer A. Penerbit Media Ausclapius. FKUI. Jakarta . 2000 : hal 34 36.

LAPORAN KASUS

Seorang pasien wanita berumur 66 tahun datang ke Poliklinik Neurologi RS. Dr. M. Djamil Padang tanggal 20 November 2013 dengan:Identitas Pasien :

Nama

: Nurinis (wanita)

Umur

: 66 tahun

No MR: 84.99.70

Alamat : Jl. Makasar LubegKeluhan Utama

Nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang:

Nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu, nyeri terutama di belakang kepala nyeri seperti diikat dan terasa sampai ke pundak , terus menerus, lama nyeri lebih kurang 30 menit, nyeri kepala timbul dan bertambah bila melihat cahaya yang silau, nyeri berkurang dengan beristirahat. Pasien mual dan muntah sebanyak 2x, muntah tidak menyemprot, berisi apa yang dimakan .

Kejang tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien sudah sering menderita sakit kepala sejak 3 bulan yang lalu setelah jatuh dan kepalanya terbentur ke tanah Riwayat hipertensi tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini

Pemeriksaaan Fisik

Vital Sign

Keadaan umum

: Sedang

Kesadaran

: CMC

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Frekuensi nadi

: 80x/menit

Frekuensi nafas

: 20x / menit

Suhu

: 37,5 0 C

Gizi

: BaikStatus Intermus

( Kepala

: tidak ditemukan kelainan

( Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Pupil isokor, diameter 3 mm/ 3 mm( Telinga : tidak ada kelainan

( Hidung

: tidak ada kelainan

( Mulut : tidak ada kelainan

( Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar

( Torak

Paru

Inspeksi: simetris

Palpasi

: sukar dinilai

Perkusi: sonor

Auskultasi: vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)

Jantung

Inspeksi: Iktus tidak terlihat

Palpasi

: Iktus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi: Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi: Irama teratur, bising tidak ada( Abdomen:Inspeksi: tidak membesar

Palpasi: hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi : timpani

Auskultasi : BU (+) N

( Corpus vertebralis : tidak ada kelainan

( Genitalia

: tidak diperiksa

Status Neurologikus

( Tanda rangsangan selaput otak :

kaku kuduk : (-)

kernig

: (-)

laseque : (-)

brudzunski I : (-)

brudinski II: (-)

( Tanda peningkatan TIK

muntah proyektil : (-)

sakit kepala progresif: (-)

( Saraf - saraf otak

1. Nervi Kranialis

N I

:Penciuman baik

N II:tajam penglihatan N/N, lapangan penglihatan N/N

melihat warna +/+

N III, IV, VI:pupil isokor, diameter 3 mm, reflek cahaya +/+,

gerakan mata ke lateral +/+

N V

:motorik dan sensorik baik

N VII

:raut muka simetris, plika nasolabialis simetris,

menutup mata +/+ , menggerakkan dahi +/+,

mencibir (+), bersiul (+)

N VIII

:tidak ada kelainan

N IX

:Reflek muntah (+)

N X

:bias menelan, artikulasi jelas

N XI

:menolehkan kepala (+), mengangkat bahu (+)

N XII

:lidah tak ada deviasi

2. Koordinasi:Cara Berjalan : Normal, Tes supinasi (+), Tes jari

hidung (+), tes hidung jari (+), Disartri (-)

3. Motorik:

Ekstremitas superior

Dekstra

Sinistra

Pergerakan

aktif

aktif

Kekuatan

5/5/5

5/5/5

Tonus

eutonus

eutonus

Trofi

eutrofi

eutrofi

Ekstremitas inferior

Dekstra

Sinistra

Pergerakan

aktif

aktif

Kekuatan

5/5/5

5/5/5

Tonus

eutonus

eutonus

Trofi

eutrofi

eutrofi

4. Sensorik:Sensibilitas halus dan kasar baik

5. Fungsi otonom;BAB dan BAK terkontrol, sekresi keringat (+)

6. Reflek fisiologis

Biseps

:++/++

Triseps

:++/++APR

:++/++KPR

:++/++7. Reflek patologis

Babinski

: -/-

Chaddock

: -/-

Oppenheim

: -/-

Gordon

: -/-

Schaffer

: -/-

Hoffman Trommer: -/-

8. Fungsi luhur

: baik

Diagnosa Klinik

: Tension Type HeadacheDiagnosa Topik

: IntrakranialDiagnosa Etiologi

: idiopatikPemeriksaan anjuran

:

Foto Kepala

CT Scan kepala

EKG

Penatalaksanaan

1. Umum

Istirahat

2. Khusus

Analgetik :Mefenamat acid PO 3 x 500 mg

Anti emetik:Domperidon 3 x 1 tab ( 10 mg)Prognosis

Quo ad vitam

: bonam

Quo ad functionam: bonam

Quo ad sanam

: bonam

Diskusi

Telah diperiksa seorang pasien perempuan umur 18 tahun yang dirawat di bangsal neurologi RS Dr. M Djamil Padang, dengan diagnosis klinis Cephalgia ec proses desak ruang dan Hiperkolesterolemia.

Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien merasa nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu, nyeri terutama di belakang kepala nyeri seperti di tarik dan kepala terasa akan pecah, terus menerus, lama nyeri lebih kurang 30 menit, nyeri kepala timbul dan bertambah bila mencium asap rokok dan melihat cahaya yang silau, nyeri berkurang dengan beristirahat. Pasien mual dan muntah sebanyak 2x , muntah menyemprot, berisi apa yang dimakan . Pasien sudah sering menderita sakit kepala sejak 2 tahun yang lalu setelah kepalanya terbentur ke lantai sumur, langsung tak sadar selama lebih kurang 3 jam, muntah menyemprot, tidak ada darah keluar dari hidung dan telinga, dirawat selama 10 hari di RSUP M Djamil dan pulang dalam keaadaan sehat. Sejak saat itu pasien sering menderita sakit kepala, hilang timbul, makin lama semakin sering dan mendapat obat dari puskesmas.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien kompesmentis, tanda ranngsangan meningeal tak ada, tanda peningkatan tekanan intrakranial tak ada dan pemeriksaan neurologis lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan labor ditemukan kadar kolesterol total, HDL kolesterol dan LDL kolesterol sedikit meningkat.

PAGE 15