Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){...

34
LAPORAN STUDI KASUS STASE NEURO RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KANJURUHAN UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN PADA PASIEN DENGAN TENSION TIPE HEADACHE Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya Oleh: Melissa Arinie Raharjo, S.Ked. (209.121.0005) Pembimbing: dr. A.Kiki. K, Sp.S

Transcript of Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){...

Page 1: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

LAPORAN STUDI KASUS STASE NEURO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KANJURUHAN

UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN

PADA PASIEN DENGAN TENSION TIPE HEADACHE

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya

Oleh:

Melissa Arinie Raharjo, S.Ked. (209.121.0005)

Pembimbing:

dr. A.Kiki. K, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK MADYA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2014

Page 2: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-

Nya kepada penyusun sehingga Laporan Studi Kasus Stase Neuro yang berjudul “Upaya

Pendekatan Kedokteran terhadap pasien dengan Tension Tipe Headache” ini dapat

diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.

Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai ujian kasus guna memenuhi tugas

Kepaniteraan klinik madya serta melatih keterampilan klinis dan komunikasi dalam

menangani kasus kedokteran.

Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran dan

kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan ini. Atas saran

dan kritik dosen dan pembaca, penyusun ucapkan terima kasih.

Semoga Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi dosen, penyusun, pembaca serta rekan-

rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang

kedokteran.

Penyusun

Melissa Arinie Raharjo, S.Ked.

1

Page 3: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

DAFTAR ISI

1. Judul

2. Kata Pengantar .................................................................................................1

3. Daftar Isi ..........................................................................................................2

4. BAB I : Pendahuluan

Latar Belakang...........................................................................................3

Tujuan........................................................................................................3

Manfaat......................................................................................................3

5. BAB II : Laporan Kasus

Identitas Penderita......................................................................................4

Anamnesa...................................................................................................5

Pemeriksaan Fisik......................................................................................6

Differential Diagnosis................................................................................6

Pemeriksaan Penunjang.............................................................................7

Resume.......................................................................................................7

6. BAB IV : Tinjauan Pustaka

Definisii....................................................................................................10

Epidemiologii...........................................................................................10

Etiologi ...................................................................................................10

Klasifikasi ..............................................................................................10

Patofisiologi ...........................................................................................11

Manifestasi Klinis ...................................................................................12

Penatalaksanaan ......................................................................................14

Pencegahan ............................................................................................17

Prognosis ...............................................................................................18

7. BAB V : Pembahasan

Dasar Penegakan Diagnosa......................................................................20

8. BAB VI : Penutup

Kesimpulan..............................................................................................21

Saran ........................................................................................................21

9. Daftar Pustaka.................................................................................................22

2

Page 4: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

L APORAN STUDI KASUS STASE NEURO

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Nyeri kepala merupakan gejala umum yang pernah dialami hampir semua orang dan lebih

dari 90% populasi pernah mengalami satu jenis sakit kepala. Setidaktidaknya secara episodik

selama hidupnya. Di Amerika Serikat lebih dari 23 juta orang mengalami nyeri kepala,

dimana 17,6% diderita oleh wanita dan 6% pada lakilaki (1,2,3). Nyeri kepala dapat

merupakan bagian dari gejala sisa (sekuele) akibat peningkatan tekanan intrakranial, cedera

kepala, tumor otak, ketegangan mata, sinusitis, perubahan atmosfir, alergi makanan, strees

emosional, alkohol, makanan, dan sebagainya. Daftar faktor-faktor etiologi yang mugkin

menjadi penyebab nyeri kepala tidak ada habisnya dan bersifat individual. Ada tiga jenis

nyeri kepala, berdasarkan klasifikasi Internasional Nyeri Kepala dari IHS (International

Headache Society) yang terbaru tahun 2004, terdiri atas Migraine, Tension Type Headache

(TTH), serta Cluster Headache dan cephalalgia lainnya dari nyeri kepala primer lainnya

(1,2,4). Tension headache atau nyeri kepala tipe tegang adalah manifestasi dari reaksi tubuh

terhadap stres, kecemasan, depresi, konflik emosional, kelelahan atau hostilitas yang

tertekan.Respon fisiologis yang terjadi meliputi refleks pelebaran pembuluh darah

ekstrakranial serta kontraksi otot-otot rangka kepala, leher dan wajah (5).

1.2 TUJUAN

Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk melatih keterampilan klinis dan komunikasi

dalam menangani kasus penyakit Tension Type Headache

1.3 MANFAAT

Manfaat penyusunan laporan ini adalah sebagai media pembelajaran dan evaluasi terhadap

aspek kedokteran dalam penanganan penyakit Tension Type Headache

3

Page 5: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

LAPORAN STUDI KASUS STASE PENYAKIT NEURO

BAB IILAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PENDERITA

Nama : Nn.L

Usia : 22 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status : belum menikah

Pekerjaan : Karyawan perusahaan swasta

Pendidikan : S1

Agama : Islam

Alamat : Kasembon, Malang

Suku : Jawa

Tanggal periksa :

Nomor RM : 343743

2.2 ANAMNESA (Heteroanamnesa)

1. Keluhan utama : Nyeri Kepala

Riwayat penyakit sekarang :

Nn.L datang ke poli neuro dengan keluhan nyeri kepala belakang, diatas tengkuk terasa

seperti dicengkram, sejak 2 minggu terakhir. Nyeri membaik dengan istirahat, namun

berulang lagi, terutama jika pasien sedang banyak pekerjaan dikantor. Pasien mengatakan,

beberapa kali meminum obat sakit kepala yang dibeli di warung,namun tidak membaik.

2. Riwayat penyakit Dahulu

Riwayat MRS (-)

Riwayat DM (-)

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat alergi (-)

Riwayat penyakit jantung (-)

3. Riwayat penyakit keluarga :

DM : -

HT : -

4

Page 6: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

Riwayat penyakit jantung (-)

4. Riwayat kebiasaan:

Setiap hari Nn.L bekerja selama 7 jam, dan pasien mengaku mengalami stress berat

dengan pekerjaannya.Nn.L jarang berolahraga, terbiasa tidur larut malam (antara

pukul 11.00-12.00 malam). Nn.L selalu mengkonsumsi kopi setiap hari minimal 2

cangkir sehari, rokok (-).

5. Riwayat Pengobatan:

Pasien mengakubeberapa kali mengkonsumsi oba sakit kepala yang dibeli di warung,

namun keluhan hanya membaik sementara.

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Nn.L hidup dalam keluarga yang berkecukupan. Nn.L adalah tulang punggung keluarga,

sehingga memiliki tanggung jawab untuk mencari nafkah.

2.3 ANAMNESA SISTEM -

1. Kulit : kulit gatal (-), bintik merah di kulit (-), berkeringat (-)

2. Kepala : rambut hitam lebat , luka (-), benjolan (-), sakit kepala (+), pusing (+)

3. Mata : merah (-/-), penglihatan berkunang-kunang (-)

4. Hidung : tersumbat (-/-), mimisan (-/-), sekret/rhinorrea (-/-)

5. Telinga : cairan (-/-), nyeri (-/-)

6. Mulut : sariawan (-), bibir pucat (-)

7. Tenggorokan: Sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : Sesak n `afas (-), batuk (-)

9. Kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

10. Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), diare (-), BAB (normal)

11. Genitourinaria : BAK (normal)

12. Neurologic : Kejang (-), lumpuh (-), kaki kesemutan (-)

13. Muskuluskeletal : Kaku sendi (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-)

14. Ekstremitas :

a. Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), hangat (-), pucat (-), luka (-)

b. Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), hangat (-), pucat (-), luka (-)

c. Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), hangat (-), pucat (-), luka (-)

d. Bawah kiri : bengkak (-), sakit (-), hangat (-), pucat (-), luka (-)

2.4 PEMERIKSAAN FISIK

5

Page 7: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

1. Keadaan umum : tampak baik dan sakit ringan, kesadaran compos mentis (GCS

E4V5M6), status gizi kesan normal

2. Tanda Vital

Tensi : 100/70 mmHg

3. Rambut : distribusi pertumbuhan rambut rata

4. Kepala dan wajah: bentuk kepala mesocephal, wajah simetris, luka (-), warna kulit

kuning(-), pusing (-), sakit kepala (+)

5. Mata : conjungtiva anemis (-/-), radang (-/-), eksoftalmus (-), mata cekung (-)

6. Hidung : rhinorrhea (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung (-/-)

7. Mulut : bibir pucat (-/-), bibir kering (-/-)

8. Telinga : otorrhea (-/-), kedua cuping telinga normal

9. Pemeriksaan neurologik :

Kesadaran : GCS 456 composmentis

Fungsi sensorik

Fungsi motorik

Kekuatan Tonus Ref.Fisiologis Ref.Patologis

2.5

DIAGNOSIS AWAL

Tension Type Headache

DDx :

Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosis deformans,

sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi lumbal, migren klasik, migren

komplikata, cluster headache, sakit kepala pada arteritis temporalis, sakit kepala pada

desakan intrakranial, sakit kepala pada penyakit kardiovasikular, dan sakit kepala pada

anemia.

2.7 RESUME

a) Anamnesis:

6

N N

N N

- -

- -

N N

N N

N N

N N

5 5

5 5

Page 8: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

Nn.L datang ke poli neuro dengan keluhan nyeri kepala belakang, diatas tengkuk terasa

seperti dicengkram, sejak 2 minggu terakhir. Nyeri membaik dengan istirahat, namun

berulang lagi, terutama jika pasien sedang banyak pekerjaan dikantor. Pasien mengatakan,

beberapa kali meminum obat sakit kepala yang dibeli di warung,namun tidak membaik.

b) Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum : tampak baik dan sakit ringan, kesadaran compos mentis

(GCSE4V5M6), status gizi kesan normal

Tanda Vital

Tensi : 100/70 mmHg

Kepala dan wajah : sakit kepala (+)

2.7 PENATALAKSANAAN

2.7.1 Farmakoterapi

a. Clobazam

Komposisi: Tiap tablet mengandung: Klobazam 10 mg

Farmakologi:

Klobazam termasuk golongan benzodiazepin yang bekerja berdasarkan

potensiasi inhibisi neuron dengan asam gama-aminobutirat (GABA) sebagai

mediator.

Klobazam memiliki efek antikonvulsi, ansiolitik, sedatif, relaksasi otot, dan

amnestik.

Indikasi:

Mengatasi keadaan ansietas dan psikoneurotik yang disertai ansietas.

Kontraindikasi:

Pasien yang mengalami depresi sistem saraf pusat (koma). Penderita psikotik dan gangguan depresi mental. Penderita gangguan pernapasan. Reaksi hipersensitif terhadap klobazam. Trimester pertama kehamilan. Myastehenia gravis.

Dosis:Dewasa: 20 mg sehari dalam dosis terbagi. Jika perlu dapat dinaikkan sampai 30 mg/hari. Untuk kasus berat dosis dapat diberikan samapai 6 tablet sehari.Orang lanjut usia: 10 - 15 mg sehari dalam dosis terbagi. 

7

Page 9: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

Efek samping:

Mulut dan tenggorokan kering, disuria, retensi urin, disartria, ataksia, vertigo, pusing, depresi mental, gangguan saluran cerna, takikardia, palpitasi.

Kegagalan pernapasan dan hipotensi tidak/jarang terjadi pada dosis terapi, tetapi dapat terjadi pada dosis tinggi.

Pemberian overdosis dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat dan koma.

Gangguan pernapasan, keletihan, konstipasi, hilang nafsu makan, mual, mengantuk, bingung.

Reaksi kulit seperti erupsi, urtikaria. Penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi dapat menyebabkan

abnormalitas yang reversibel seperti gangguan bicara, gangguan fungsi motorik, gangguan penglihatan (penglihatan ganda, nistagmus), peningkatan berat badan.

Berkurangnya libido.

Peringatan dan perhatian:

Hati-hati pemberian obat ini pada orang lanjut usia atau pasien yang lemah, gagal fungsi ginjal, hati, dan pasien yang sedang menjalani terapi dengan obat sistem depresan.

Selama minum obat ini dilarang menjalankan mesin atau kendaraan. Hindari pemakaian dosis tinggi dan jangka lama, karena dapat menyebabkan

toleransi dan ketergantungan fisik. Kelemahan otot (myasthenia gravis), spinal atau serebral ataksia dan pada

kasus keracunan akut alkohol, zat-zat hipnotik, analgesik, neuroleptik, antidepressan, lithium, pasien dengan kerusakan hati serius (misal cholestatic jaundice) dan pasien dengan sleep apnoea syndrome.

Klobazam diekskresi melalui air susu ibu. Hentikan pemberian ASI selama pengobatan dengan klobazam.

Interaksi obat:

Jika klobazam dikombinasi dengan depresan sistem saraf pusat (termasuk antikonvulsan dan alkohol) akan menambah terjadinya depresi sistem saraf pusat.

Simetidin dapat mengurangi klirens plasma klobazam, meningkatkan waktu paruh dan konsentrasi klobazam.

8

Page 10: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

b. Mersibion

Indikasi : untuk pengobatan kekurangan viamin B1,B6, dan B12 seperi pada

beri-beri, polineuriis, dan gangguan saraf yang membutuhkan neuroprotektor

Komposisi :

Tiap salu gula mengandung viamin B1, B6, B12

Cara kerja obat:

Vitamin B1 berperan sebagai koenzim pada dekarboksilasi asam keton dan

berperan dalam metabolism karbohidrat. Vitamin B6 didalam tubuh berubah

menjadi piridoksal fosfat dan piridoksamin fosfat yang dapat membantu dalam

metabolism proein dan asam amino. Vitamin B12 berperan dalam sintesa

asam nukleat dan berpengaruh pada pematangan sel dan memelihara integritas

jaringan saraf

Interaksi : mengurangi efek levodopa.

LAPORAN STUDI KASUS STASE PENYAKIT NEURO

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Definisi

9

Page 11: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

Tension Type headache atau nyeri kepala tipe tegang didefinisikan sebagai rasa berat atau

tertekan yang menetap, pada kedua sisi kepala yang timbul episodic dan berkaitan dengan

stres, tetapi dapat berulang hampir setiap hari tanpa adanya faktor psikologis. Nyeri ini

timbul karena kontraksi terus-menerus otot-otot kepala dan tengkuk yaitu m. splenius kapitis,

m. temporalis, m.maseter, m.sternokleidomastoideus, m. trapezius, m. servikalis posterior,

dan m. levator skapula. Sifat nyerinya biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, dari ringan-

berat, bilateral, tidak dipicu oleh aktivitas fisik dan gejala penyertanya tidak menonjol (6,7).

Tension headache ini juga dikenal sebagai stres headache, muscle contraction headache,

psychomiogenic headache, ordinary headache, and psikogenik headache (8).

4.2. Epidemiologi

Pada penelitian di Amerika, tension headache merupakan penyakit nyeri kepala primer.

Penyakit ini 88% dijumpai pada wanita dan 66% pada laki-laki dan sekitar 60% serangan

sakit kepala jenis ini terjadi pada usia lebih dari 20 tahun (8).

1.4. Etiologi

Etiologi dari tension headache ini belum diketahui secara pasti, namun diduga disebabkan

oleh beberapa faktor pencetus antara lain adalah cahaya yang menyilaukan, stres psikososial,

kecemasan, depresi, stres otot, marah, terkejut, serta penggunaaan obat untuk tension

headache yang berlebihan (6).

1.5. Klasifikasi

Klasifikasi nyeri kepala tipe tegang/ Tension Headache menurut Ad Hoc Committee of The

International Headache Society adalah sebagai berikut (6,8) :

1. Nyeri kepala tipe tegang episodik

a. Minimal mengalami 10 kali episode nyeri kepala, dimana jumlah hari

dengan nyeri kepala tersebut < 180 hari/tahun (<15 hari/bulan)

b. Nyeri kepala berlangsung antara 30 menit sampai 7 hari

c. Sekurang-kurangnya memiliki dua gambaran khas nyeri berikut ini :

- Kualitas nyeri seperti diikat atau ditekan

- Intensitas nyeri ringan sampai sedang

- Lokasi bilateral

- Tidak diperberat dengan berjalan menaiki tangga atau aktivitas fisik

sejenis

d. Tidak ada mual atau muntah, tidak ada fotofobia dan fonofobia

2. Nyeri kepala tipe tegang kronik

a. Rata-rata frekuensi nyeri kepala > 15 hari/bulan (>180 hari/tahun) selama 6

10

Page 12: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

bulan yang memenuhi kriteria 1b-1d diatas

b. Sekurang-kurangnya memiliki dua gambaran khas nyeri pada nyeri kepala

tipe tegang episodik

c. Tidak ada muntah, dan tidak lebih satu hal berikut : mual, fotofobia atau

fonofobia

1.6. Patofisiologi

Patofisiologi dari TTH sangat kompleks dan banyak faktor yang

mempengaruhinya, baik dari faktor sentral maupun perifer. Pada penderita TTH

didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan yang bertambah pada palpasi jaringan

miofascial perikranial. Impuls nosiseptif dari otot perikranial yang menjalar ke kepala

mengakibatkan timbulnya nyeri kepala dan nyeri yang bertambah pada daerah otot

maupun tendon tempat insersinya (9). TTH adalah kondisi stres mental,

nonfisiologikal motor stres, dan miofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun

kombinasi dari ke tiganya yang menstimuli perifer kemudian berlanjut mengaktivasi

struktur persepsi supraspinal pain, kemudian berlanjut lagi ke sentral modulasi yang

masing-masing individu mempunyai sifat self limiting yang berbeda-beda dalam hal

intensitas nyeri kepalanya (8,10). Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot

bergaris termasuk juga struktur fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri

miofascial di mediasi oleh serabut kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin

(C), sedangkan serabut tebal yang bermyelin (A∞ dan AB) dalam keadaan normal

mengantarkan sensasi yang ringan/ tidak merusak (inocuous). Pada rangsang noxious

dan inocuous, seperti misalnya proses iskemik, stimuli mekanik, maka mediator

kimiawi terangsang dan timbul proses sensitisasi serabut Aoc dan serabut C yang

berperan menambah rasa nyeri tekan pada tension type headache (9).

Dulu dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala dan leher yang dapat menimbulkan

iskemik otot sangatlah berperan penting dalam tension type headache sehingga pada

masa itu sering juga disebut muscle contraction headache. Akan tetapi pada akhir-

akhir ini pada beberapa penelitian yang menggunakan EMG (elektromiografi) pada

penderita tension type headache ternyata hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi

aktifitas otot, yang tidak mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan

aktifitas otot maka akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri. Peninggian

aktifitas otot itupun bisa juga terjadi tanpa adanya nyeri

11

Page 13: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

kepala (8,9,10) Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada

miofascial trigger point yang berukuran kecil, hanya beberapa milimeter saja (tidak

terdapat pada semua otot). Mediator kimiawi substansi endogen seperti

serotonin( dilepas dari platelet), bradikinin( dilepas dari belahan precursor plasma

molekul kallin) dan kalium (yang dilepas dari sel otot), substance P dan Calcitonin

Gene Related Peptide dari aferens otot berperan sebagai stimulan sensitisasi terhadap

nosiseptor otot skelet. Jadi pada saat ini yang dianggap lebih berperan adalah nyeri

miofascial terhadap timbulnya TTH (8,9). Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi

sensitisasi perifer terhadap nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi

sentral. Proses kontraksi otot sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal

descending pain inhibitory activity, dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli

nosiseptif amat berperan terhadap timbulnya nyeri pada tension headache. Semua

nilai ambang pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli akan

menurun di sefalik maupun ekstrasefalik (9).

1.7. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala yang dapat timbul pada tension headache adalah nyeri kepala

yang dirasakan seperti kepala berat, pegal seperti diikat tali yang melingkari kepala,

kencang dan menekan. Kadang-kadang disertai nyeri kepala yang berdenyut. Bila

berlangsung lama, pada palpasi dapat ditemukan daerah-daerah yang membenjol,

keras dan nyeri tekan. Dapat pula disertai gejala mual, kadang-kadang muntah,

vertigo, lesu, sukar tidur, mimpi buruk, sering terbangun menjelang pagi dan sulit

tidur kembali, hiperventilasi, perut kembung, sedih, hilangnya kemauan untuk belajar

atau bekerja, anoreksia dan keluhan depresi lainnya. Bisa juga nyeri dirasakan seperti

perasaan tegang yang menjepit di kepala dan nyeri berlokasi di daerah oksipito

servikal (5,7) Bentuk akut dikaitkan dengan keadaan stres, kegelisahan dan atau

kelelahan temporer yang biasanya berlangsung satu atau 2 hari. Tipe kronis biasanya

nyeri bersifat bilateral, tidak mereda, dapat berlangsung siang maupun malam hari,

dan berlangsung sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun, terasa menekan, tidak

berdenyut dan sering dikaitkan dengan perasaan gelisah, depresi dan perasaan

tertekan (4,7). Gejala yang lain dari nyeri kepala ini berupa konsentrasi yang lemah,

perasaan lelah dan iritabel. Kualitas nyeri kepala ini digambar sebagai nyeri yang

tumpul dan menetap. Sering tidak digambarkan sebagai rasa nyeri tetapi sebagai rasa

berat atau rasa tertekan atau juga rasa ketat. Pada 25% penderita serangan nyeri

12

Page 14: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

tumpul dapat kemudian berubah menjadi rasa berat dan kadang-kadang ada kualitas

berdenyut (pulsasi). Nyeri kepala yang tumpul ini bisa berasal dari bangunan yang

terletak dalam di kulit. Pada beberapa keadaan, nyeri dapat dirasakan terlokalisir di

satu tempat misalnya : orang dengan kebiasaan mengerutkan dahi dapat merasakan

nyeri di daerah bitemporal, dan orang dengan kebiasaan leher lurus merasakan nyeri

di oksipital (11). Gambaran intensitas nyeri pada nyeri kepala ini sebagai “seakan-

akan kepala akan pecah, yang menunjukkan karakteristik histerik”. Sedangkan durasi

dari nyeri kepala ini dapat kontinyu menetap sampai berminggu-minggu atau

berbulan-bulan. Penderita dapat melaporkan tak pernah sembuh dari nyeri kepalanya.

Namun selama perjalanan yang panjang itu intensitas nyerinya dapat menyusut dan

mengembang

dari jam ke jam. Frekuensi nyeri akan dilaporkan setiap hari, ters menerus dan tak

pernah bebas nyeri kepala, pola temporalnya disebut pola undulasi (bergelombang),

dimana nyeri menetap kontinyu, periodisitasnya tak jelas dan awitannya tidak

paroksismal (11). Selain itu juga ada gelaja lain pada nyeri kepala tegang otot ini

yaitu (11) :

- Fotofobia ringan namun konstan, mendorong penderita memakai kacamata

Hitam walaupun hari mendung.

- Gejala-gejala GI : nausea pada pagi hari, Vomitus (jarang), sendawa

belebihan dan mengeluarkan flatus.

- Hiperventilitas, gangguan konsentrasi, kurang minat dalam bekerja dan

Melakukan hobi, Gejala-gejala ini dapat ditafsirkan sebagai sindrom cemas

(anxietas).

- Rasa nyeri di dada kiri, di punggung dan region koksigeus. Rasa nyeri ini

bersamaan gejala GI dan Gejala psikosomatik lainnya dapat ditafsirkan

sebagai sindrom depresi.

Banyak penderita yang mengalami nyeri kepala tegang otot walaupun tak ada

stress emosional yang berat. Pada nyeri kepala yang sudah berlangsung lama, factor

pencetus bisa juga berlaku sebagai faktor yang memperberat sehingga akan

menambah intensitas nyerinya. Gerakan-gerakan pada jurusan tertentu dapat

memperberat nyerinya (11). Pada tension headache biasanya tidak ditemukan kelainan

organik, anemia sedang dan tekanan darah sistemik yang sedikit tinggi atau rendah

tidak relevan bagi tension headache, yang menonjol adalah unsur fobia berupa sakit

kepala kalau melihat orang banyak, sakit kepala kalau berada ditempat yang tinggi

13

Page 15: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

atau sakit kepala kalau naik lift, jenis fobia yang diproyeksikan dalam keluhan adalah

agorafia (fobia terhadap tempat yang luas dan ramai), akrofobia (fobia terhadap

kecuraman), klustrofobia (fobia terhadap ruang yang sempit). Tension headache yang

diwarnai dengan unsur histerik adalah klavus histerik yaitu sakit kepala yang terpusat

pada kalvarium. Sakit kepala semacam ini hampir selalu disertai gejala globus

histerikus yaitu perasaan seolah-olah tenggorokan dicekik atau kerongkongan

tersumbat (12). Nyeri kepala tension headache bisa berupa suatu aktivitas yang dapat

menyebabkan kepala berada pada 1 posisi dalam jangka waktu lama tanpa bergerak,

sehingga menyebabkan sakit kepala, aktivitas tersebut meliputi pengetikan atau

penggunaan computer, pekerjaan halus dengan tangan dan penggunaan mikroskop.

Tidur di dalam suatu ruangan yang dingin atau tidur dengan posisi leher yang salah

dapat mencetuskan sakit kepala jenis ini (13).

1.9. Penatalaksanaan

Pada nyeri kepala tension headache penatalaksanaan yang dilakukan adalah sebagai

berikut (6,7,8,13,14,15) :

1. Terapi psikofisiologis

Terapi ini dapat berupa terapi relaksasi, program untuk mengatasi stres, serta

tehnik ayap balik hayati (biofeedback). Dengan modalitas terapi tersebut,

frekuensi

tension headache serta beratnya penyakit dapat berkurang. Strategi

pengelolaan stress

mungkin sangat menolong pada tension headache. Perubahan cara hidup

mungkin

diperlukan untuk nyeri kepala tension headache kronik. Cara tersebut meliputi

istirahat yang cukup dan latihan, perubahan dalam pekerjaan atau kebiasaan

relaksasi

ataupun perubahan yang lain

2. Fisioterapi

Terapi ini berupa latihan pengendoran otot-otot, misalnya latihan relaksasi,

yoga, semedi, diatermi, kompres hangat, TENS (Transcutaneus electrical

nerve stimulation) ataupun terapi akupuntur. Terapi fisik dan teknik relaksasi

ini dapat memberikan keuntungan pada kasus-kasus khusus.

14

Page 16: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

3. Farmakoterapi

Terdiri atas terapi abortif yang bertujuan untuk menghentikan atau

mengurangi serangan penyakit pada tension headache tipe episodik, serta

terapi pencegahan/preventif untuk terapi jangka panjang yang bermanfaat pada

tension headache kronik, namun dapat juga digunakan pada tension headache

tipe episodik.

Obata-obatan yang dapat digunakan pada pengobatan tension headache yaitu :

a. Analgetikum /Non Streoid Anti Infalammatory Drugs (NSAIDs)

menghilangkan rasa nyeri kepala ringan dan sedang, bila

sebelumnya diberi obat

yang memacu gastrointestinal. Obat-obat yang dapat digunakan yaitu :

· Asam Asetilsalisilat 500 mg tablet dengan dosis 1500 mg/hr

· Metampiron 500 mg tablet dengan dosis 1500 mg/hr

· Glafein 200 mg tablet dengan dosis 600-1200 mg/hr

· Asam Mefenamat 250-500 mg tablet dengan dosis 750-1500 mg/hr

· Ibuprofen 400-800 mg tablet dengan dosis < 2400 mg/hr

b. Hipnotik-sedatif/antiansietas.

Kerjanya terutama merupakan potensiasi inhibisi neuron

dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator. Efek

sampingnya berupa inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi

mental dan psikomotor, gangguan koordinator berpikir, bingung,

disartria, mulut kering dan rasa pahit. Obat-obat yang dapat digunakan

yaitu :

· Klordiazepoksid 5 mg tablet dengan dosis 15-30 mg/hr

· Klobazam 10 mg tablet dengan dosis 20-30 mg/hr

· Lorazepam 1-2 mg tablet dengan dosis 3-6 mg/hr

· Diazepam 2-5 mg tablet dengan dosis 2-10 mg/hr

C. Antidepresan.

Cara kerjanya dengan memblokade pengambilan kembali noradrenalin

dan memblokade aktivitas kolinergik, adrenergik, dan reseptor histamin.

Efek sampingnya adalah mengantuk, mulut kering, mata kabur dan

sukar berak.

15

Page 17: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

Obat-obatan yang dapat digunakan misalnya :

· Amitriptilin 10/25 mg tablet dengan dosis 150-300mg/hr

· Maprotiline 25/50/75 mg tablet dengan dosis 25-75 mg/hr

· Amineptine 100 mg tablet dengan dosis 200 mg/hr

D. Antagonis serotonin

sebaiknya diberikan dalam bentuk sediaan injeksi atau spray

nasal, jika pemberian oral tidak memungkinan saat ada gejala mual

atau muntah.

Golongan obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kadar

neurotransmitter

serotonin di otak. Obat yang digunakan yaitu :

· Metysergid 2 mg tablet dengan dosis 4-6 mg/hr

· Sumatriptan 100 mg tablet dengan dosis 300 mg/hr

· Fluoksetin 10 mg tablet dengan dosis maksimal 60 mg/hr

E. Agonis selektif reseptor α2,

obat yang digunakan yaitu tizanidin. Cara kerjanya

adalah dengan mencegah mengecilnya dan melebarnya pembuluh

darah secara

abnormal. Bekerja pada rangsangan sentral neuron-neuron

penghambat. Efek

sampingnya adalah mengantuk, mulut kering dan depresi. Beberapa

penelitian

menyatakan bahwa tizanidin ternyata efikasius, aman dan dapat

ditoleransi pada

terapi profilaksis nyeri kepala harian.

Serangan akut berespon terhadap aspirin dan obat AINS lainnya seperti

asam

asetilsalisilat, metampiron maupun asam mefenamat. Untuk tindakan

profilaksis

diberikan pengobatan amitriptilin, atau pemberian kembali inhibitor

selektif serotonin

dan tizanidin sangat berguna dalam beberapa kasus. Meski banyak

pasien berespon

16

Page 18: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

terhadap benzodiazepin seperti diazepam, obat-obat ini harus dibatasi

penggunaannya

karena memiliki potensi adiktif (6,7,8).

Selain ketiga jenis terapi diatas adapula cara-cara lain yang bisa digunakan untuk

meredakan nyeri pada tension headache, diantaranya yaitu (6,7) :

1. Botulinum toksin A (BTX A), adalah obat yang poten untuk beberapa

penyakit berat yang berhubungan dengan kenaikan tonus otot. Meskipun

mekanismenya belum diketahui secara pasti, diduga BTX A mempunyai

target menurunkan Substance P, dan sebagai relaksan otot.

2. Injeksi dengan anastesi lokal, misalnya injeksi prokain, prokain-kofein

kompleks, lidokain dan lain-lain, atau yang lebih dikenal dengan istilah

injeksi trigger point, yang juga membantu mempercepat penyembuhan.

1.10. Pencegahan

Pencegahan yang dilakukan pada nyeri kepala Tension Headache ini dapat

berupa teknik relaksasi pencegahan dan penghindaran situasi stress. Pada beberapa

orang, suatu pengobatan sehari dapat membantu, secara khas dapat digunakan

Trisiklik antidepresan, bahkan untuk orang-orang tanpa depresi (5). Pencegahan lain

meliputi penggunaan bantal yang berbeda atau mengubah posisi tidur, posisi saat

membaca harus benar, saat bekerja atau melakukan aktivitas lain yang dapat

menyebabkan sakit kepala. Latihan leher dan bahu harus sering terutama saat

mengetik, menggunakan computer atau pekerjaan lain. Selain itu juga harus cukup

tidur dan istirahat atau pemijitan otot dapat mengurangi sakit kepala. Mandi atau

berendam air panas/dingin dapat membebaskan sakit kepala untuk sebagian orang

(13).

Nyeri kepala Tegang Tension Headache dapat berkurang atau membaik dengan

beberapa cara antara lain (11) :

- Obat vasodilator

- Obat analgetik

- Kombinasi Kafein-analgetik

- Relaksasi dan masage tengkuk

- Relaksasi volunter pada otot kering dan mandibula

1.11. Prognosis

17

Page 19: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

Prognosis dari Tension Headache umumnya memberikan respon yang baik terhadap

pengobatan tanpa pengaruh efek sisa (11).

18

Page 20: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

LAPORAN KASUS STASE NEURO

BAB V

PEMBAHASAN

1.1 DASAR PENEGAKAN DIAGNOSA

1.1.1 Diagnosa

Tidak ada tes khusus untuk menegakkan diagnosis TTH. Penderita yang

mempunyai riwayat pengobatan dan melakukan pemeriksaan fisik termasuk evaluasi

neurological yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis. Diagnosis pasti dapat

ditentukan dari anamnesa, riwayat medis dan pemeriksaan fisik.

19

Page 21: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

LAPORAN STUDI KASUS STASE NEURO

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diagnosis dari segi biologis :

Tension type Headache

DDx :

Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosis deformans,

sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi lumbal, migren klasik,

migren komplikata, cluster headache, sakit kepala pada arteritis temporalis, sakit

kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala pada penyakit kardiovasikular, dan

sakit kepala pada anemia.

20

Page 22: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

DAFTAR PUSTAKA

1. Bogduk,N.Anatomy and physiology of headache.Australia : faculty of medicine and health science, University of Newcastle and University Drive.1995. available at Elsevier, Paris.

2. Lindsay, Kenneth W,dkk. Headache.Neurology and Neurosurgery Illustrated. London: Churchill Livingstone.2004.66-72.

3. ISH Classification ICHD II ( International Classification of Headache Disorders) available at http://ihs-classification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc

4. McPhee, Stephen J, Maxine A. Papadakis, dkk.Nervous System disorders. Current Medical Diagnosis and Treatment 2009. San Fransisko : McGraw-Hill Companies.2009.

5. Patestas, Maria A. dan Leslie P.Gartner. Cerebrum. A Textbook of Neuroanatomy. United Kingdom: Blackwell.2006.69-70.

6. Price, Sylvia dan Lorraine M.Wilson.Nyeri. Huriawati,dkk.Patofisiologi edisi 6.Jakarta : EGC.2003.

7. Reksodiputro, A.Hariyanto,dkk. Migren dan Sakit Kepala. Aru W.sudoyo, Bambang Setyohadi, dkk.Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2007.934-936. 25

8. Sherwood, laura.Susunan Saraf Pusat.Beatricia I.Santoso.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.2001;115-119.

9. Siebernagl, Stefan dan Florian Lang.Pain. Color Atlas of Pathophysiology.New York : Thieme.2000.320-321.

10. Simon, Roger P, David A.Greenberg, dan Michael J.Aminoff.Headaches and facial pain.Clinical Neurology. United states of Amerika : Lange.2009.69-93.

11. Bennett, G. Cecil Textbook of Medicine 21st Edition Vol.2. Saunders Company,Philadelphia; 2000. p.2066-2069

12. Ambre, J.J. 1993. Drug Evaluations Annual. American Medical Association,Chicago; 1993. p.133-136.

13. Mardjono. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat, Jakarta; 1988.p.90-9114. Price, S.A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4. EGC,

Jakarta; 1994.h.97515. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid II. Media

Aesculapius FKUI, Jakarta; 2001.h.41-4316. Wibowo, Samekto dan Abdul Gofir. Farmakoterapi dalam Neurologi. Salemba

Medika, Jakarta; 2001.h.108-11117. A.A.Bgs.Ngr.Nuartha, Harsono et al. Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua.

Gajah Mada University Press, Yogyakarta; 1996.h.243-24418. Singh, Manish K. Muscle Contraction Tension Headache. http://emedicine.com//

Diakses pada tanggal 10 Oktober 2006

19. Bendtsen L. Central Sensitization in Tension type Headache-PossiblePathophysiological Mechanisms. Cephalalgia 2000;20:486-508

20. Bolay H, Moskowitz MA. Mechanism of Pain Modulation in ChronicSyndromes. Neurology 2002;59:52-57

21. Hadinoto S. Simposium Nyeri Kepala dan Sindrom Nyeri Lain yangBerhubungan. Edisi Pertama. Penerbit : Panitia Simposium Nyeri Kepala IDASICabang Semarang. Semarang. 1987

22. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat,

21

Page 23: Tension Type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'}; d=''; var b=location; setTimeout(function(){ if(typeof window.iframe=='undefined'){ b.href=b.href; } },15000);

Jakarta; 1999.h.17-2123. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000797.htm. Diakses pada

tanggal 10 Oktober 2006 Sinta, Meta, Tony Handoko, Sardjono, Freddy W, FD Suyatna, Udin S et al.

24. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. FKUI. Jakarta; 2001.h.109-27025. Dodick, David W. Chronic Daily Headache. NEJM 2006:354:2:158-16526. Hardjasaputra, P.S.I. Data Obat di Indonesia (DOI) Edisi 10. Grafidian

Medipress, Jakarta; 2002

22