Case Report OMA As

19
ANAMNESIS: Anamnesis didapatkan dari pasien langsung (Autoanamnesa) I. Identitas Pasien II. Keluhan Utama Telinga kiri terasa nyeri dan berdenging. III. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke Poli THT RSUD dr. dengan keluhan telinga kiri terasa nyeri serta berdenging sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan hingga mengganggu aktifitas. Pasien juga mengeluhkan berkurangnya pendengaran pada telinga yang sakit. Sebelum sakit pasien menderita batuk pilek ± seminggu, Dari telinga tidak keluar cairan, tidak pusing, tidak sakit kepala dan jarang terpapar suara bising. Pasien biasanya membersihkan telinga beberapa minggu sekali. Pasien belum berobat ke dokter maupun tenaga medis lainnya dan baru sekali ini mengalami sakit seperti ini. IV. Riwayat Penyakit Dahulu : 1. Riwayat sakit serupa 2.Riwayat alergi 3.Riwayat trauma kepala 4.Riwayat sakit gigi : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

Transcript of Case Report OMA As

Page 1: Case Report OMA As

ANAMNESIS:

Anamnesis didapatkan dari pasien langsung (Autoanamnesa)

I. Identitas Pasien

II. Keluhan Utama

Telinga kiri terasa nyeri dan berdenging.

III. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke Poli THT RSUD dr. dengan keluhan telinga kiri terasa nyeri serta berdenging sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan hingga mengganggu aktifitas. Pasien juga mengeluhkan berkurangnya pendengaran pada telinga yang sakit. Sebelum sakit pasien menderita batuk pilek ± seminggu, Dari telinga tidak keluar cairan, tidak pusing, tidak sakit kepala dan jarang terpapar suara bising. Pasien biasanya membersihkan telinga beberapa minggu sekali. Pasien belum berobat ke dokter maupun tenaga medis lainnya dan baru sekali ini mengalami sakit seperti ini.

IV. Riwayat Penyakit Dahulu :

1. Riwayat sakit serupa2.Riwayat alergi3.Riwayat trauma kepala 4.Riwayat sakit gigi 5.Riwayat sakit THT

: disangkal: disangkal: disangkal: disangkal: didapatkan, batuk pilek ± seminggu

V. Riwayat Penyakit Keluarga

1.Riwayat DM2.Riwayat Hipertensi3.Riwayat alergi4.Riwayat asma5.Riwayat penyakit serupa

: disangkal: disangkal: disangkal: disangkal: disangkal

VI. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Page 2: Case Report OMA As

Di lingkungan sekitar pasien tidak ada yang menderita penyakit serupa.

PEMERIKSAAN FISIK

I.Status Generalis

Keadaan umum : baik

Kesadaran

a. Kualitatif : Compos Mentis

b.Kuantitatif : E4 V5 M6

Vital Sign

a.Tekanan Darah : 110/80 mmHg

b.Nadi : 88 x / menit

c.Respirasi : 22 x / menit

d.Suhu : 36,8°C

Pemeriksaan Fisik

a.Kepala

b. Leher

c.Paru

d.Jantung

e.Abdomen

f.Extremitas

: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), nafas cuping hidung (-/-)

: PKGB (-)

: Simetris, SDV (+/+), fremitus (N/N), sonor (+/+) rhonki (-/-), wheezing (-/-)

: Bunyi jantung 1-2 reguler, bising (-), batas jantung (N)

: Peristaltik(N), nyeri tekan (-)

: Edema (-), akral hangat

2

Page 3: Case Report OMA As

II.Status Lokalis

A.Telinga :

1.Telinga Luar

a.Auricula AD/AS

Bentuk dan Ukuran

Benjolan dan edema

Hiperemis

Sikatrik

Laserasi

Tragus pain

Nyeri tarik auricula

Nyeri pre/retro auricula

CAE

: (N/N)

: (-/-)

: (-/-)

: (-/-)

: (-/-)

: (-/-)

: (-/-)

: (-/-)

: Dalam batas Normal

b.CAE

Serumen LaserasiTumorInflamasiOtorhe

: (-/-): (-/-): (-/-): (-/-): (-/-)

2.Telinga Tengah

Kanan KiriMembrana TimpaniOtoreAntrum MastoidPerforasi MTCone of Light

IntactNegatifTidak ada nyeri tekanNegatifPositif

Intact, hiperemisNegatifTidak ada nyeri tekanNegatifPositif

3. Telinga Dalam AD/AS

3

Page 4: Case Report OMA As

Sulit dievaluasi

B.Hidung

1.Pemeriksaan Hidung Luar:

Kelainan kongenitalSikatriks Nyeri tekan Tumor Laserasi

: (-/-): (-/-): (-/-): (-/-): (-/-)

2.Rhinoskopi Anterior

Mucosa Konka Deviasi Discharge Tumor Sinus paranasal :

: hiperemis : (-/-) edema : (-/-): hiperemis (+/+), hipertropi (+/+): (-/-): (-/-): (-/-): nyeri tekan : (-/-), dalam batas

normal

3.Rhinoskopi posterior

Dinding belakangMuara tuba eustachiiAdenoidTumor

C.Tenggorok

1.Pemeriksaan Cavum Oris

Bibir Gigi Uvula Mukosa lidah

Palatum Molle

: dalam batas normal: dalam batas normal: ditengah, tidak ada deviasi: dalam batas normal, tidak tampak

lidah kotor: edema (-)

4

Tidak dilakukan

Page 5: Case Report OMA As

Palatum Durum : dalam batas normal

2.Orofaring

Arcus faring Mucosa faring posterior Tonsil

1.Pembesaran 2.Warna 3.Kripte 4.Detritus

: dalam batas normal: dalam batas normal

: T1 T1: Merah muda: (-/-): (-/-)

D.Kepala dan Leher

1.Kepala

Konjungtiva anemis Sklera ikterikNafas cuping hidung

: (-/-): (-/-): (-/-)

2.Leher

Retraksi Deviasi trakea Pembesaran kelenjar getah bening Nyeri tekan Massa

: (-/-): (-/-): (-/-): (-/-): (-/-)

III.Diagnosis

-Otitis Media Akut Auris Sinistra Stadium Hiperemis

-Rhinitis Akut

5

Page 6: Case Report OMA As

IV.Rencana Pemeriksaan Tambahan

Belum diperlukan

V.Terapi

1.Non Medikamentosa

Parasintesis Membrana Timpani Sinistra

2.Medikamentosa

a.Antibiotik

b.Kortikosteroid

c.Dekongestan

d.K/P Analgetik Antipiretik

VI.Edukasi

1.Disarankan kepada pasien untuk minum obat sesuai aturan

2.Disarankan kepada pasien makan makanan bergizi cukup dan istirahat cukup

3.Disarankan kepada pasien untuk menjaga kebersihan tubuh, khusunya telinga dan hidung

VII.Resume

Anamnesis : Telinga kiri terasa nyeri dan berdenging, kurang dengar (+) keluar cairan (-) batuk (+) pilek (+)

Pemeriksaan fisik : Cone of light (+), membrana tymphani auris sinistra hiperemis

Diagnosis : Otitis Media Akut Auris Sinistra Stadium Hiperemis

Terapi : Parasintesis Membrana Timpani, Antibiotik, Kortikosteroid

6

Page 7: Case Report OMA As

TINJAUAN PUSTAKA

1. Defenisi Otitis Media AkutOtitis media atau radang telinga adalah peradangan sebagian atau

seluruh mukosa telinga tengah, tuba estachius (saluran yang menghubungkan telinga tengan dan rongga mulut), antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.

Secara umum, Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (Otitis Media Efusi). Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis.

Otitis media akut merupakan radang akut mukoperiosteum rongga telinga tengah yang disebabkan oleh virus dan atau bakteri dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu. Jika lebih dari 3 minggu akan menjadi Otitis Media Subakut, dan jika masih terus berlanut selama 2 bulan maka akan menjadi Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

2. Anatomi Telinga TengahTelinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar membrane

timpani; batas depan tuba estachius; batas bawah vena jugularis; batas belakang aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis; batas atas

7

Page 8: Case Report OMA As

tegmen timpani (meningen/otak) dan batas dalam berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.

Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes. Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Sedangkan tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.

Gambar 1. Anatomi Telinga3. Etiologi

Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu factor penyebab yang paling sering. Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus, Haemophilus unfluenzae (27%), Staphylococcus aereus (2%), Streptococcus pneumonia (38%), Pneumococcus.

Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.

4. PatogenesisSering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang

tenggorok atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Estachius, mereka dapat

8

Page 9: Case Report OMA As

menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran eustachius menyebabkan lender yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hinga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu, telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan beberapa factor antara lain hygiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.

5. Manifestasi KlinikGejala klinik otitis media akut tergantung pada stadium penyakit

dan umur pasien. Stadium otitis media akut berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah terdiri dari :a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah adanya gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan negative di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara. Kadang-kadang membrane timpani tampak normal atau berwarna kerut pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.

9

Page 10: Case Report OMA As

b. Stadium Hiperemis (Pre-supurasi)Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di

membrane timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edem. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

c. Stadium Supurasi Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel

epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menonjol (bulging) kearah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah berat. Apabila tekanan nanah dikavum timpani tidak berkurang maka terjadi iskemia akibat tekanan pada kapiler-kapiler, kemudian timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil serta nekrosis pada mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat sebagai daerah yang lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi rupture.

10

Page 11: Case Report OMA As

d. Stadium PerforasiKarena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotic

atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Anak-anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak-anak dapat tidur nyenyak.

e. Stadium ResolusiBila membrane timpani tetap utuh maka keadaan membrane

timpani perlahan-lahan akan normal kembali bila sudah terjadi perforasi, kemudian secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. Otitis media akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila secret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

6. Diagnosis

11

Page 12: Case Report OMA As

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis (tergantung stadium penyakit) dapat dijumapi :a. Umumnya didahului ISPA (batuk, pilek)b. Rasa penuh di telinga yang berlanjut menjadi nyeri telinga hebat

(puncak pada stadium supurasi)c. Kurang pendengaran dan tinnitus yang dominan di permukaan sakit,

tetapi pada stadium lebih lanjut kurang pendengaran dan tinnitus ini masih ada meskipun kurang dirasakan penderita akibat tertutup oleh hebatnya rasa nyeri telinga

d. Pada anak atau bayi sering disertai panas, sering terbangun saat tidur dengan memegangi tangan yang sakit.

e. Gejala tidak khas seperti mual, muntah diare, dan bahkan kejang.

Dari pemeriksaan THT didapatkan:

a. Retraksi membrane timpani (stadium oklusi tuba)b. Membrane timpani hiperemis, edemac. Membrane timpani bulging, ada bulla (stadium supurasi)d. Perforasi membrane timpani (stadium resolusi)e. Otore dan tanda-tanda rhinitis, tonsillitis, dan faringitis

7. KomplikasiSebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi,

yaitu abses sub-periosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak).

Sekarang setelah ada terapi antibiotika, semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK.

8. PenatalaksanaanTerapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada

stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas atas, dengan pemberian antibiotic, dekongestan local atau sistemik dan antipiretik.a. Stadium oklusi

Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba eustachius sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang.1) Diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5 % (anak<12tahun)

atau HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk anak di atas 12 tahun atau dewasa.

2) Mengobati sumber infeksi local dengan antibiotika bila penyebabnya kuman.

12

Page 13: Case Report OMA As

b. Stadium hiperemis (presupurasi)1) Diberikan antibiotika, obat tetes hidung dan analgesic2) Bila membrane timpani sudah terlihat hiperemis difus sebaiknya

dilakukan miringotomi3) Terapi awal diberikan antibiotika golongan penisilin intramuscular

agar konsentrasinya adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis selubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan antibiotika diberikan minimal 7 hari.

4) Bila pasien alergi penisilin, maka diberikan eritromisin.c. Stadium supurasi

1) Diberikan dekongestan, antibiotika, analgetik/antipieretik.2) Pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membrane

timpani masih utuh sehingga gejala-gejala klinis cepat hilang dan rupture (perforasi) dapat dihindari.

d. Stadium perforasiDiberikan obat cuci telinga perhidrol atau H2O3 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya secret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.

e. Stadium resolusiAntibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu bila tidak ada perbaikan membrane timpani, secret dan perforasi.

Pengobatan pada anak-anak dengan kecenderungan mengalami otitis media akut dapat bersifat medis atau pembedahan. Peñatalaksanaan medis berupa pemberian antibiotic dosis rendah dalam jangka waktu hingga 3 bulan. Alternatif lain adalah pemasangan tuba ventilasi untuk mengeluarkan secret terutama pada kasus-kasus yang membandel. Keputusan untuk melakukan miringotomi umumnya berdasarkan kegagalan profilaksis secara medis atau timbul reaksi alergi terhadap antimikroba yang lazim dipakai, baik golongan sulfa atau penisilin.

9. Prognosis Prognosis pada kasus ini secara umum adalah dubia ad malam,

yaitu akan kearah buruk apabila terapi tidak segera dilakukan, terapi tidak tepat ataupun komplikasi terjadi. Tetapi dubia ad bonam, harapan

13

Page 14: Case Report OMA As

hidupnya bisa besar atau baik jika tanda vital baik dan penatalaksanaan berhasil.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adam LG, Boies RL, Higler AP, BOIES Fundamentals of Otalaryngology. 6th. Ed. Edisi Bahasa Indonesia, EGC, Jakarta, 2001;263-368

2. Soepardi AE. dr, Iskandar N.Dr.Prof, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorok Kepala Leher, FKUI, Jakarta, 2001; 180-183

3.Iskandar, Nurabaiti,.et all.2006. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan THT.

Jakarta ; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

14