Case Report Impetigo Bulosa
-
Upload
indriyanti-natasya-ayu-utami-kotten -
Category
Documents
-
view
114 -
download
7
description
Transcript of Case Report Impetigo Bulosa
CASE REPORT
IMPETIGO BULOSA
Dosen pembimbing: dr. Catharina Dian, Sp. A
Disusun oleh: Indriyanti Natasya Ayu Utami Kotten
0961050038
KEPANITERAAN ANAK
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2013
0
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Impetigo bulosa adalah salah satu bentuk pioderma superfisial dan bersifat menular. Gejala utamanya berupa lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion. Terdapat dua bentuk klinis impetigo, impetigo krustosa (impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris, impetigo Tillbury Fox) dan impetigo bulosa (impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet).1
Etiologi
Bakteri yang menyebabkan terjadinya kasus impetigo bulosa adalah Streptococcus dan Staphylococcus. Paling banyak disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus.1, 2, 3
Epidemiologi
Impetigo bulosa kebanyakan mengenai neonatus, tetapi dapat juga mengenai anak-anak dan dewasa. Pada anak-anak kebanyakan menyerang pada usia 2 hingga 5 tahun.3, 4 Frekuensinya sama pada anak laki-laki dan anak perempuan.1,2
Faktor Predisposisi
Lebih banyak pada daerah tropis dengan udara panas, musim panas dengan banyak debu, dan tingkat higienitas yang kurang. Angka kejadian lebih sering dan lebih berat pada keadaan kurang gizi, anemia, penyakit kronik, neoplasma ganas, diabetes melitus. Lingkungan yang kotor dan berdebu dapat menyebabkan tingkat kejadian impetigo bulosa menjadi lebih sering dan lebih hebat. Adanya riwayat penyakit kulit yang lain juga dapat meningkatkan insidensi tingkat kejadian impetigo bulosa.1, 2, 3
Patogenesis
Bakteri Staphylococcus aureus masuk melalui kulit yang terluka melalui transmisi kontak langsung. Kemudian bakteri ini memproduksi toksin yang dapat menyebabkan kerusakan dibawah stratum korneum sehingga menimbulkan vesikel.3, 4
1
Gambaran Klinis
Lepuh timbul mendadak pada kulit sehat, bervariasi mulai milier hingga lentikuler, dapat bertahan 2-3 hari. Kulit sekitarnya tidak menunjukkan adanya peradangan. Mula-mula berupa vesikel, kemudian lama-kelamaan membesar menjadi bula yang sifatnya tidak mudah pecah karena dindingnya yang relatif tebal. Isinya berupa cairan yang lama-kelamaan akan berubah menjadi keruh karena invasi leukosit. Jika pecah akan menimbulkan krusta yang berwarna coklat datar dan tipis, koloret yang dasarnya masih eritematosa. Bisa juga terdapat hipopion.1,
2, 3
Gambaran Histopatologi
Pada epidermis tampak vesikel subkornea berisi sel-sel radang yaitu leukosit. Pada dermis tampak sebukan sel-sel radang ringan dan pelebaran ujung-ujung pembuluh darah.2
Pemeriksaan Penunjang
Pada impetigo bulosa dapat dilakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis yaitu:1. Pewarnaan gram, untuk mencari Staphylococcus aureus. Biasa ditemukan adanya
neutrofil dengan kuman kokus gram positif berbentuk rantai atau kelompok.2. Kultur cairan bula, menunjukkan adanya Staphylococcus aureus atau dikombinasi dengan
Staphylococcus beta hemolyticus grup A (GBHS) atau kadang dapat berdiri sendiri.2
Diagnosis Banding
1. Impetigo krustosa2. Varicella3. Sindrom Stevens-Johnson4. Dermatosis vesikobulosa kronik1
PenatalaksanaanPenatalaksanaan pada impetigo bulosa meliputi:1. Umum
- Menghindari dan mencegah faktor predisposisi- Memperbaiki keadaan higiene diri dan lingkungan- Meningkatkan daya tahan tubuh
2. Khususa. Topikal
2
Jika bula besar dan banyak, sebaiknya dipecahkan selanjutnya dibersihkan dengan betadine dan dioleskan dengan salep antibiotik, seperti kloramfenikol 2% atau eritromisin 3%
b. SistemikPada impetigo, Staphylococcus merespon cukup cepat untuk perawatan yang tepat. Pa-da orang dewasa dengan bula, diberikan dicloxacillin (atau penisilin serupa) 250-500 mg per oral (PO) empat kali sehari, atau erithromycin (pada pasien alergi penisilin) 250-500 PO 4 x/hari.
Perawatan harus dilanjutkan selama 5 sampai 7 hari (10 hari jika streptococci terisolasi). Khusus single azitromisin oral (pada orang dewasa 500 mg pada hari pertama, 250 mg setiap hari pada 4 hari berikutnya) telah terbukti menjadi sama seefektif dicloxacillin untuk infeksi kulit pada orang dewasa dan anak-anak. Dosis pada anak 10 mg/kg/hari diberikan untuk 3 hari. Pada anak, untuk impetigo yang disebabkan oleh erythromycin-resistant Staphylococcus aureus, yang biasanya diisolasi dari lesi impetigo, amoxicillin ditambah clavucanis acid (25 mg/kg/hari) 3x/hari. Cephalexin (40-50 mg/ kg/hari), Cefaclor (20 mg/kg/hari).
Jika ada gejala konstitusi berupa demam, sebaiknya diberi antibiotik sistemik, misalnya penisilin 30-50 mg/kgBB atau antibiotik lain yang sensitif. 1, 2
PrognosisPada umumnya baik apabila dapat menangani faktor predisposisi dengan tepat.1, 2
3
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : An. Kireina Abigail Kalashnikov
Tanggal lahir : 6 Februari 2011
Umur : 2 tahun 3 bulan
Berat badan : 11 kg
Tinggi badan : 80 cm
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pendidikan : -
Alamat : Jl. Inspeksi Kalimalang
IDENTITAS ORANG TUA
Nama lengkap : Tn. Dicky
Tanggal lahir : 13 Agustus 1987
Suku : Jawa Timur
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Inspeksi Kalimalang
Pendidikan : Sarjana komunikasi
Pekerjaan : PNS
Nama lengkap : Ny. Mona Pangaribuan
Tanggal lahir : 2 Agustus 1988
Suku : Batak
Agama : Kristen
4
Alamat : Jl. Inspeksi Kalimalang
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan pasien: Orang tua kandung
RIWAYAT KELAHIRAN
Tempat lahir : Rumah Sakit
Penolong persalinan : Dokter
Cara persalinan : Spontan pervaginam
Penyulit : Ketuban pecah dini
- Keadaan bayi : Langsung menangis, tampak kuningBerat badan lahir : 2900 gramPanjang badan : 49 cm
RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar (Umur)BCG 1 bulanDPT/DT 1 minggu 2 bulan 5 bulanPolio 1 minggu 2 bulan 4 bulanCampak 9 bulanHepatitis B 1 minggu 2 bulan 5 bulan
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan seluruh tubuh timbul gelembung berisi cairan sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya gelembung timbul di daerah dahi dan menyebar ke seluruh wajah dan leher. 2 hari kemudian dibawa ke bidan, diberikan Acyclovir salep, parasetamol dan puyer. Setelah diberi obat, gelembung menyebar ke seluruh tubuh dan anggota gerak. Gelembung pecah menjadi luka berwarna kuning kecoklatan dan terasa sakit. Orang tua tidak mengukur suhu badan pasien tetapi pasien tampak menggigil.
Pasien juga tidak bisa makan dan minum karena luka hingga ke bagian mulut. Hingga saat ini pasien masih mengonsumsi ASI. Pasien tidak buang air besar sejak 3 hari yang lalu.
5
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: tampak sakit sedang (tidak tampak sianosis, tidak tampak sesak napas, pasi-
en terlihat lemah)
Kesadaran: kompos mentis
Frekuensi nadi: 115x/menit (kuat angkat, regular, adekuat)
Frekuensi napas: 24x/menit (regular)
Suhu: 38˚C (axilla)
Kepala: normocephali, terdapat krusta
Mata: kelopak udem +/+, sekret +/+
THT: telinga: lapang/lapang, terdapat krusta
hidung: sekret +/+, terdapat krusta
tenggorokan: hiperemis
Mulut: mukosa bibir kering
Kelenjar getah bening: tidak ada pembesaran KGB
Thoraks: inspeksi: pergerakan dinding dada simetris, terdapat erosi dan bula
palpasi: tidak dilakukan
perkusi: tidak dilakukan
auskultasi: bunyi napas dasar vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-),
BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: inspeksi: perut tampat datar, terdapat erosi dan bula
palpasi: supel, nyeri tekan (-)
perkusi: timpani, nyeri ketok (-)
auskultasi: bising usus (+) 4x/menit
Ekstremitas: superior sinistra: ada krusta, eritema, erosi, tidak ada deformitas
superior dextra: terdapat krusta, erosi, eritema, tidak ada deformitas
inferior sinistra: pergerakan bebas, tidak ada deformitas
inferior dextra: pergerakan bebas, tidak ada deformitas
6
Integumen: Eflouresensi:
- Jenis: bula, krusta, erosi
- Lokasi: wajah, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas, punggung, lipatan kulit
- Penyebaran: generalisata
- Ukuran: lentikuler, numuler
- Batas: tegas
- Tepi: teratur, tidak aktif, tidak menonjol
- Bentuk: irisformis
- Bagian tengah: tidak menonjol, tidak terdapat central-healing
- Permukaan: kasar dan lembab
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
LED 12 mm/jam MCHC 31,9%Hemoglobin 10,0 g/dl Basofil 0%Eritrosit 5,14 juta/ml Eusinofil 0%Leukosit 8,6 ribu/uL Neutrofil batang 11%Trombosit 445 ribu/uL Neutrofil segmen 57%Hematokrit 31,3% Limfosit 30%Lain-lain MCV 60,9/fI Monosit 2%
MCH/HER 19,4 pg
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami kemerahan pada kulit wajah hingga leher, lengan dan tangan saat mengonsumsi obat ketika berumur 2 bulan ketika pasien mengalami batuk & pilek. Ibu pasien tidak mengetahui isi obat tersebut dikarenakan berbentuk puyer.
Diagnosis Kerja: Impetigo Bulosa
Diagnosis Banding:
a. Impetigo krustosab. Varicella
7
c. Sindrom Stevens-Johnsond. Dermatosis vesikobulosa kronik
Penatalaksanaan:
a. Diet: bubur saringb. IVFD: D 5 ½ NS 12 tetes/menitc. Mm: isprinol: 3 x 1 cth
sanmol: 3 x 1 cth
eritromisin: 4 x 125 mg
ryvel: 2 x 2,5 mg
d. Rencana pemeriksaan:1. Pewarnaan Gram2. Kultur cairan bula
8
FOLLOW UP PASIEN
TANGGAL : 29 Mei 2013
S/ Belum BAB
O/:
- Keadaan umum: tampak sakit berat- Frekuensi napas: 22x/menit- Frekuensi nadi: 115x/menit- Suhu 36˚C- Mata: kelopak mata bengkak +/+, sekret mata
+/+- Hidung: sekret +/+- Tenggorokan: hiperemis- Mulut: mukosa bibir kering- Thoraks: inspeksi: terdapat bula, krusta,
eritema, erosi- Abdomen: inspeksi: terdapat bula, krusta,
eritema, erosi- Ekstremitas: terdapat bula, krusta, eritema,
erosi. Pergerakan terbatas- Integumen: terdapat bula, krusta, eritema dan
erosi
A/ Impetigo bulosa
P/:
- Diet: bubur saring- IVFD: D 5 ½ NS 12 ttm- Mm: Sanmol sirup 3x1 cth (bila panas)
Eritromisin sirup 4x1 cthIsprinol sirup 3x1 cthRyvel 2x2,5 mg
- Konsul dokter spesialis kulit
9
FOLLOW UP PASIEN
TANGGAL : 30 Mei 2013
S/ Belum BAB, kulit gatal
O/:
- Keadaan umum: tampak sakit berat- Frekuensi napas: 29x/menit- Frekuensi nadi: 110x/menit- Suhu: 37,2˚C- Kepala: terdapat krusta, mengelupas- Mata: sekret +/+- Hidung: sekret +/+- Thoraks: inspeksi: terdapat bula, krusta,
eritema, erosi- Abdomen: inspeksi: terdapat bula, krusta,
eritema, erosi- Ekstremitas: terdapat bula, krusta, eritema,
erosi. Pergerakan terbatas- Integumen: terdapat bula, krusta, eritema
dan erosi
A/ Impetigo bulosa
P/:
- Diet: bubur saring- IVFD: D 5 ½ NS 12 ttm- Mm: Sanmol sirup 3x1 cth (bila panas)
Eritromisin sirup 4x1 cthIsprinol sirup 3x1 cthRyvel 2x2,5 mg
JAWABAN KONSUL KULIT
O/ Dilakukan pemeriksaan Gram. Pada pemeriksaan Gram yang diambil dari cairan pada bula ditemukan:
- Adanya leukosit dalam jumlah sedang- Tidak ditemukan adanya mikroba lain dalam cairan bula- Kuman penyebab: Staphylococcus aureus
10
A/ Impetigo bulosa
P/:
- Muporicin cream 2% oles 2x1- Kompres basah dengan NaCl- Observasi hasil pemakaian antibiotic selama 2 hari ke depan- Bila bula bertambah, beri metil-prednisolon 1 mg/kgBB
FOLLOW UP PASIEN
11
TANGGAL : 31 Mei 2013
S/ Gatal, belum BAB, batuk, sulit makan
O/:
- Keadaan umum: tampak sakit sedang- Frekuensi napas: 25x/menit- Frekuensi nadi: 100x/menit- Suhu: 36,5˚C- Kepala: krusta, mengelupas- Mata: sekret +/+- Hidung: sekret +/+- Thoraks: inspeksi: terdapat bula, krusta, eritema, erosi- Abdomen: inspeksi: terdapat bula, krusta, eritema, erosi- Ekstremitas: terdapat bula, krusta, eritema, erosi. Pergerakan terbatas- Integumen: terdapat bula, krusta, eritema dan erosi
A/ Impetigo bulosa
P/:
- Diet: bubur saring- IVFD: D 5 ½ NS 12 ttm- Mm: Eritromisin sirup 4x1 cth
Isprinol sirup 3x1 cthRyvel 2x2,5 mgAmbroxol sirup 3x1 cth
ALIH RAWAT KULIT
P/:
- Pirotop cream 2x1
FOLLOW UP PASIEN
12
TANGGAL : 1 Juni 2013
S/ Pasien sudah bisa BAB, pasien sudah bisa untuk makan
O/:
- Bula sudah pecah semua- Krusta kekuningan dengan dasar eritema- Erosi- Koleret dengan dasar eritema
A/ Impetigo bulosa
P/:
- Eritromisin 125 mg 4x1 cth- Muporicin cream 2% oles 2x1- Kompres basah dengan NaCl- Boleh mandi dengan sabun biasa
FOLLOW UP PASIEN
13
TANGGAL : 3 Juni 2013
S/ Pasien sudah bisa menggunakan
pakaian
O/:
- Sudah tidak ada bula- Makula dan patch eritema dengan
susunan polikistik penyebaran generalisata
- Krusta sudah sebagian terkelupas
A/ Impetigo bulosa
P/:
- Eritromisin 125 mg 4x1 cth- Muporicin cream 2% oles
2x1- Mandi dengan sabun
PASIEN SUDAH DIPERBOLEHKAN UNTUK PULANG
Obat-obatan yang diberikan untuk dilanjutkan pemakaiannya di rumah:
- Eritromisin 4x1 cth- Isprinol 3x1 cth- Ryvel 2x2,5 mg (bila gatal)- Bio cream 10 gr 2x1- Pirotop cream 10 gr 2x1
FOLLOW UP PASIEN
TANGGAL : 7 Juni 2013
14
S/ Pasien sudah tidak ada keluhan
O/:
- Makula eritema dengan bentuk polisiklik- Erosi pada tungkai kaki
A/ Post Impetigo bulosa
P/:
- Menjaga higienitas- Suplemen vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh
BAB III
PEMBAHASAN
15
Diagnosis impetigo bulosa pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis dan pemeriksaan ditemukan bahwa terdapat gelembung berisi cairan di daerah dahi yang lama-kelamaan membesar dan menyebar hingga ke seluruh tubuh dan anggota gerak. Ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa gejala klinis dari impetigo bulosa adalah berupa vesikel, bula dan juga krusta.
Pasien berumur 2 tahun, ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa epidemiologi kasus ini adalah kebanyakan anak-anak berusia 2 sampai 5 tahun. Lingkungan tempat tinggal pasien yang berada di pinggir sungai juga sesuai dengan faktor predisposisi yaitu tingkat higienitas yang rendah serta lingkungan yang kotor.
Pada kasus ini dilakukan pewarnaan gram serta kultur cairan bula agar dapat mengetahui dengan lebih pasti kuman yang menyebabkan kasus ini. Hal ini senada dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa sebaiknya agar dapat lebih mengetahui dengan pasti kuman penyebab kasus dilakukan kultur cairan bula.
Penanganan yang dilakukan adalah pemberian kombinasi antibiotic sistemik dan topikal. Serta diberikan pula eritromisin. Tindakan ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa pemberian eritromisin dan antibiotik diperlukan untuk penanganan kasus seperti ini.
Prognosis dari pasien ini baik apabila dapat menangani faktor predisposisi dengan baik.
KESIMPULAN
Pasien menderita impetigo bulosa. Impetigo bulosa didiagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan eflouresensi yang ditemukan. Pemeriksaan penunjangnya antara lain melalui pewarnaan gram dan kultur cairan bula. Penanganan yang diberikan paling baik menggunakan eritromisin.
DAFTAR PUSTAKA
16
1. Djuanda A. Pioderma. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi-6.Jakarta: Badan Penerbit FKUI,2011: 57-63
2. Craft N. Superficial Cutaneous Infections and Pyodermas. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Eighth Edition. New York: McGraw-Hill, 2012; 2128-47
3. Kato F, Kadomoto N, Iwamoto Y, Bunai K, Komatsuzawa H, Sugai M. Regulatory Mechanism for Exfoliative Toxin Production in Staphylococcus aureus. Infection and Immunity.2011; 79(4). p. 1660-70
4. James WD, Berger TG, Elston DM. Bacterial Infections. In: Andrew’s Disease of The skin Clinical Dermatology. Eleventh edition. Atlanta: Elsevier, 2011; 251-2
5. Bukowski M, Wladyka B, Dubin G. Exfoliative Toxins of Staphylococcus aureus. Toxins 2010, 2, 1148-1165
17