referat bulosa

download referat bulosa

of 40

Transcript of referat bulosa

  • 7/26/2019 referat bulosa

    1/40

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Berbagai penyakit kulit biasanya manifestasi klinisnya ditandai

    terutama oleh adanya vesikel dan bulla, antara lain contoh penyakitnya

    yaitu dermatitis vesikobulosa kronik. Vesikel berisi cairan dan ukurannya

    tidak lebih dari 1 cm, sedangkan bulla berisi cairan dan memiliki ukuran

    lebih besar dari 1 cm. Yang termasuk dalam golongan penyakit dermatitis

    vesikobulosa kronik ialah Buolus pemphigoid, pemhigus, eritema

    multiforme, dermatitis herpetiformis, herpes gestationes (pemfigoid

    gestationis), ada pula yang kongental yaitu epidermolisis bulosa.

    Pemfigoid bulosa adalah penyakit autoimun kronik yang ditandai

    oleh adanya bula subepidermal yang besar dan berdinding tegang diatas

    kulit yang eritematosa, atau disebut uga dengan penyakit berlepuh

    autoimun.

    Pemfigus ialah kumpulan penyakit kulit autoimun berbula kronik,

    menyerang kulit dan membrana mukosa yang secara histologik ditandai

    dengan bula intraepidermal akibat proses akantolisis dan secara

    imunopatologik.

    !ritema multiforme merupakan penyakit kulit akut dan dapat

    sembuh dengan sendirinya yang dicirikan dengan papul merah simetris

    yang timbul secara tiba"tiba, dan beberapa menadi lesi target yang tipikal

    kadang"kadang atipikal.

    #ermatitis herpetiformis adalah gangguan autoimun terik dikaitkan

    dengan enteropati gluten sensitif($%!). &erpetiformis #ermatitis ditandai

    dengan e'coriations dikelompokkan eritematosa, urtikaria plak, dan

    papula dengan vesikel.

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&prev=/search%3Fq%3Ddermatitis%2Bherpetiformis%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D384%26prmd%3Dimvns&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/171805-overview&usg=ALkJrhjs3HD-TZqx163wJcT3-ZHSxNfcbghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&prev=/search%3Fq%3Ddermatitis%2Bherpetiformis%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D384%26prmd%3Dimvns&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/171805-overview&usg=ALkJrhjs3HD-TZqx163wJcT3-ZHSxNfcbg
  • 7/26/2019 referat bulosa

    2/40

    2

    !pidermolisis bulosa merupakan kelainan genetik berupa gangguan

    kulit dan epitel lain melekat pada aringan konektif di baahnya dengan

    manifestasi tendensi terbentuknya bula dan vesikel setelah terkena

    trauma atau gesekan ringan.

    Pemfigoid gestationis (herpes gestationis) adalah dermatosis bulosa

    autoimun yang langka. Penyakit ini aalnya bernama herpes gestationis

    berdasarkan gambaran morfologi herpetiform dari lepuh, tetapi istilah ini

    adalah sebuah ironi karena pemfigoid gestationis tidak berhubungan

    dengan infeksi virus herpes.

    %ehubungan dengan hal tersebut, penting bagi seorang dokter untuk

    memahami dengan baik etiologi, patofisiologi, dan penatalaksanaan

    penyakit bulosa agar dapat memberikan penanganan yang tepat kepada

    pasien. #iharapkan dengan disusunnya referat ini dapat menambah

    pengetahuan mahasisa mengenai Penyakit Bulosa.

    I.2 Tujuan dan Manfaat

    I.2.1 Tujuan

    1. *enelaskan definisi dari macam penyakit bulosa

    +. *enelaskan geala klinis dari macam penyakit bulosa

    . *enelaskan patofisiologi dari macam penyakit bulosa

    -. *enelaskan penegakkan diagnosis dari macam penyakit bulosa

    . *enelaskan penatalaksanaan dari macam penyakit bulosa

    I.2.2 Manfaat

    1. *enambah pengetahuan serta aasan bagi penulis mengenaiPenyakit Bulosa.

    +. Pembaca dapat memahami lebih auh tentang Penyakit Bulosa.

    BAB II

  • 7/26/2019 referat bulosa

    3/40

    3

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Bulu! Pe"#$%g%d

    II.1.1 Def%n%!%

    Pemfigoid bulosa (P.B) adalah penyakit autoimun kronik

    yang ditandai oleh adanya bula subepidermal yang besar dan

    berdinding tegang diatas kulit yang eritematosa, atau disebut uga

    dengan penyakit berlepuh autoimun (/iryadi, +00 #aili dkk,

    +00 %iregar, 1223).

    II.1.2 Et%lg%

    !tiologinya ialah belum elas, diduga autoimun. Produksi

    autoantibodi yang menginduksi pemfigoid bulosa masih belum

    diketahui (/iryadi, +00).

    II.1.& Patf%!%lg%

    %eperti yang sudah disebutkan sebelumnya baha produksi

    autoantibodi yang menginduksi pemfigoid bulosa masih belum

    diketahui, namun pada pemeriksaan antibodi ditemukan deposit

    autoantibodi 4g$ dan komplemen dengan pola linier padaperbatasan dermis dan epidermis (Basal *embrane 5one). #eposit

    antigen ini diperkirakan yang menyebabkan pelepasan berbagai

    en6im proteolitik yang kemudian menyebabkan pembentukan bula

    dan pemisahan epidermis"dermis (/iryadi, +00 $oldstein, +001

    7ariosentono, +000).

    8ntigen P.B merupakan protein yang terdapat pada

    hemidesmosom sel basal, diproduksi oleh sel basal dan merupakan

    bagian B.*.5 (Basal *embrane 5one) epitel gepeng berlapis.

    9ungsi hemidesmosom ialah melekatkan sel"sel basal dengan

    membrana basalis, strukturnya berbeda dengan desmosom

    (/iryadi,+00).

    :erdapat dua enis antigen P.B berdasarkan ukuran berat

    molekul yaitu PB8g1 atau PB+0 (berat molekul +0 k#), dan

  • 7/26/2019 referat bulosa

    4/40

    4

    PB8g+ atau PB1;0. PB+0 lebih banyak ditemukan daripada

    PB1;0 (/iryadi, +00).

    8utoantibodi pada P.B terutama 4g$1 dan terkadangdisertai uga 4g8. 4sotipe 4g$ utama adalah 4g$1 dan 4g$-.

    8utoantibodi yang melekat pada komplemen hanya 4g$1 (/iryadi,

    +00, $oldstein, +001).

    II.1.' (a")aran kl%n%!

    7eadaan umum pada P.B baik, peralanan penyakit

    biasanya ringan, sering disertai rasa gatal. 7elainan kulit terutama

    berupa bula besar (numular"plakat) berdinding tegang berisi cairanernih, dapat bercampur dengan vesikel yang terkadang hemoragik,

    daerah sekitar berarna kemerahan atau eritem. icholsky sign) negatif karena tidak

    ada proses akantolisis (/iryadi, +00 #aili dkk, +00

    7ariosentono,+000)

    Peralanan penyakit akan menyembuh sendiri atau self

    limited disease, namun beberapa tahun kemudian lesi biasanya

    akan timbul kembali secara sporadis general atau regional. Bula

    yang pecah menimbulkan erosi yang luas dengan bentuk tidak

    teratur, namun tidak bertambah seperti pada Pemfigus Vulgaris.

    !rosi kemudian akan mengalami penyembuhan spontan sehinggadapat diadikan sebagai tanda penyembuhan.

  • 7/26/2019 referat bulosa

    5/40

    5

    $ambar 1 Pemfigus Bullosa

    II.1.* D%agn!%!

    #iagnosis P.B dapat dilakukan dengan pemeriksaan biopsi

    kulit dengan pearnaan rutin dan imunofluoresens. &asil

    pemeriksaan dapat membantu mengetahui gangguan yang

    mendasari ($oldstein, +001).

    Pada pengambilan sample untuk pemeriksaan biopsi

    dengan mikroskop cahaya harus dilakukan dengan cara biopsi

    plong -mm atau biopsi cukur dalam dari bula utuh. :uuan cara ini

    adalah untuk memastikan bula terletak subepidermal. %el infiltrat

    yang utama ditemukan adalah eosinofil (%tanley ?@, +00;

    /iryadi, +00 $oldstein, +001 %iregar, 1223).

    #iagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan

    imunofluoresens langsung terhadap sample biopsi yang diambil

    dari kulit normal yang terletak beberapa milimeter dari daerah

    yang terkena ($oldstein, +001).

    Pada pemeriksaan imunofluoresensi dapat ditemukan

    endapan 4g$ dan A tersusun seperti pita atau linier di B.*.5

    (%tanley ?@, +00; /iryadi, +00 $oldstein, +001 7ariosentono,

    +000).

  • 7/26/2019 referat bulosa

    6/40

    6

    Perbedaan autoantibodi antara P.B dan Pemfigus yaitu pada

    penderita P.B hampir 0= memiliki autoantibodi terhadap B.*.5

    dalam serum dengan kadar titer yang tidak sesuai dengan keaktifan

    penyakit (%tanley ?@, +00; /iryadi, +00 $oldstein, +001).

    II.1.+ Tatalak!ana

    Pengobatan P.B adalah dengan kortikosteroid diberikan

    sama seperti Pemfigus Vulgaris namun dengan dosis aal lebih

    rendah. Prednison biasanya diberikan dengan dosis -0"30mghari

    kemudian pelan"pelan diturunkan (tappering off) sampai dosis

    bertahan 10mg setiap hari (/iryadi, +00 $oldstein, +001).7ombinasi kortikosteroid dengan imunosupresan atau

    sitostatik dapat mengurangi dosis kortikosteroid. Aara dan

    pemberian sitostatik sama seperti pada pengobatan Pemfigus

    (/iryadi, +00 %iregar, 1223).

    Cbat lain yang dapat digunakan adalah ##% atau

    7lorokuin dengan dosis +00"00mghari memberikan respon yang

    baik (/iryadi, +00 %iregar, 1223).

    P.B merupakan penyakit autoimun oleh karena itumemerlukan pengobatan yang lama. %ebagian penderita akan

    mengalami efek samping kortikosteroid sistemik seperti

    peningkatan sel infiltrat daripada neutrofil. Pencegahan efek

    samping tersebut adalah dapat dengan diberikan kombinasi

    :etrasiklin!ritromisin ('00mghari) dan >iasinamid

    ('00mghari) setelah P.B membaik (/iryadi, +00).

    II.2 Pe"#$%gu!

    II.2.1 Def%n%!%

    Pemfigus ialah kumpulan penyakit kulit autoimun berbula

    kronik, menyerang kulit dan membrana mukosa yang secara

    histologik ditandai dengan bula intraepidermal akibat proses

    akantolisis dan secara imunopatologik ditemukan antibodi terhadap

  • 7/26/2019 referat bulosa

    7/40

    7

    komponen desmosom pada permukaan keratinosit enis 4g$, baik

    terikat maupun beredar dalam sirkulasi darah.

    II.2.2 Et%lg%

    Pemfigus ialah penyakit autoimun, karena pada serum

    penderita ditemukan autoantibodi, uga dapat disebabkan oleh obat

    (drug-inducad pemphigus), misalnya #"penisilamin dan kaptopril.

    Pemfigus yang diinduksi oleh obat dapat berbentuk pemfigus

    foliaseus (termasuk pemfigus eritematous) atau pemfigus vulgaris.

    Pemfigus foliaseus lebih sering timbu dibandingkan dengan

    pemfigus vulgaris. Pada pemfigus tersebut, secara klinis dan

    histologik menyerupai pemfigus yang sporadik, pemeriksaan

    imunofluoresensi langsung pada kebanyakan kasus positif,

    sedangkan pemeriksaan imunofluoresensi tidak langsung hanya

    kira"kira 0= yang positif.

    Pemfigus dapat menyertai penyakit neoplasma, baik yang

    inak maupun yang maligna, dan disebut sebagai pemfigus

    paraneoplastik. Pemfigus uga dapat ditemukan bersama"sama

    dengan penyakit autoimun yang lain, misalnya lupus eritematous

    sisemik, pemfigoid bulosa, miastenia gravis, dan anemia

    pernisiosa.

    II.2.& Kla!%f%ka!%

    Penyakit penfigus terdiri dari - tipe yaituD

    1. Pemfigus Vulgaris

    Pemphigus vulgaris 4A#"10 Yang paling umum dari

    gangguan adalahPemphigus vulgaris(PV " 4A#"10

  • 7/26/2019 referat bulosa

    8/40

    8

    >ail dan diseasemyasthenia gravis>ail, penyakitmungkin

    satu"satunya menemukan dan memiliki nilai prognostik dalam

    manaemen.

    +. Pemfigus !rytomatous

    Varian pemfigus foliaceus yang secara histologi identik,

    ditandai secara klinis dengan ruam yang menyerupai lupus

    erythematosus pada hidung, pipi, dan telinga serta lesi mirip

    seborrbea di tempat lain ditubuh,dan secara imunologis dengan

    deposisi granular. 4munoglobin dan komplemen sepanang

    dermoepidermal unction. Penemuan ini menyarankankoeksiensi lupus erytematosis dan pemfigus pada individu yang

    sama disebut ugasenear-usher syndrome.

    . Pemfigus 9oliacus

    8dalah yang paling parah dari tiga varietas. #esmoglein

    1,protein yang dihancurkan oleh autoantibody, hanya

    ditemukan di atas lapisan kering kulit. P9 dicirikan oleh luka

    berkerak yang sering dimulai pada kulit kepala,dan mungkin

    pindah ke dada, punggung, dan aah. *outh sores do not

    occur. eumann, yang

    amat menyerupai pemfigus vulgaris disemua aspek.

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Nail_disease&prev=/search%3Fq%3DPhempigus%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DrDS%26sa%3DG%26rls%3Dorg.mozilla:id:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhHzq2gcRhbanXlYuEqzNKM3MKjPQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Nail_disease&prev=/search%3Fq%3DPhempigus%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DrDS%26sa%3DG%26rls%3Dorg.mozilla:id:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhHzq2gcRhbanXlYuEqzNKM3MKjPQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Desmoglein_1&prev=/search%3Fq%3DPhempigus%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DrDS%26sa%3DG%26rls%3Dorg.mozilla:id:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhg3ZRow6alkXQVxpMKMttmDxJZUaAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Desmoglein_1&prev=/search%3Fq%3DPhempigus%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DrDS%26sa%3DG%26rls%3Dorg.mozilla:id:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhg3ZRow6alkXQVxpMKMttmDxJZUaAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Scalp&prev=/search%3Fq%3DPhempigus%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DrDS%26sa%3DG%26rls%3Dorg.mozilla:id:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhGQnVtmdO2Uv3wCg0092HLeEiyHQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Scalp&prev=/search%3Fq%3DPhempigus%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DrDS%26sa%3DG%26rls%3Dorg.mozilla:id:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhGQnVtmdO2Uv3wCg0092HLeEiyHQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Dermatitis&prev=/search%3Fq%3DPhempigus%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DrDS%26sa%3DG%26rls%3Dorg.mozilla:id:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhcXDb5hWvRCFPC-TPnhptYU-dTrQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Dermatitis&prev=/search%3Fq%3DPhempigus%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DrDS%26sa%3DG%26rls%3Dorg.mozilla:id:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhcXDb5hWvRCFPC-TPnhptYU-dTrQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Eczema&prev=/search%3Fq%3DPhempigus%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DrDS%26sa%3DG%26rls%3Dorg.mozilla:id:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgrpqhVpd4Y9D9QvP8nEPGbeQkvOAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Nail_disease&prev=/search%3Fq%3DPhempigus%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DrDS%26sa%3DG%26rls%3Dorg.mozilla:id:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhHzq2gcRhbanXlYuEqzNKM3MKjPQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Desmoglein_1&prev=/search%3Fq%3DPhempigus%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DrDS%26sa%3DG%26rls%3Dorg.mozilla:id:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhg3ZRow6alkXQVxpMKMttmDxJZUaAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Desmoglein_1&prev=/search%3Fq%3DPhempigus%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DrDS%26sa%3DG%26rls%3Dorg.mozilla:id:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhg3ZRow6alkXQVxpMKMttmDxJZUaAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Scalp&prev=/search%3Fq%3DPhempigus%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DrDS%26sa%3DG%26rls%3Dorg.mozilla:id:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhGQnVtmdO2Uv3wCg0092HLeEiyHQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Dermatitis&prev=/search%3Fq%3DPhempigus%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DrDS%26sa%3DG%26rls%3Dorg.mozilla:id:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhcXDb5hWvRCFPC-TPnhptYU-dTrQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Eczema&prev=/search%3Fq%3DPhempigus%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DrDS%26sa%3DG%26rls%3Dorg.mozilla:id:official%26channel%3Ds&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgrpqhVpd4Y9D9QvP8nEPGbeQkvOA
  • 7/26/2019 referat bulosa

    9/40

    9

    $ambar + Pemfigus Vulgaris pada punggung

    II.2.' Patf%!%lg%

    %emua bentuk pemfigus mempunyai sifat yang khas, yakni,

    &ilangnya kohesi sel"sel epidermis (akantolisis), adanya antibodi

    4g$ terhadap antigen determinan yang ada pada permukaan

    keratinosit yang sedang berdiferensiasi.

  • 7/26/2019 referat bulosa

    10/40

    10

    #esmoglein ialah salah satu komponen desmosom.

    7omponen yang lain, misalnya desmoplakin, plakoglobin, dan

    desmokolin. 9ungsi desmosom ialah meningkatkan kekuatan

    mekanik epitel gepeng berlapis yang terdapat pada kulit dan

    mukosa.

    Pada penderita dengan penyakit yang aktif mempunyai

    antibodi subklas 4g$1 dan 4g$-, tetapi yang patogenik ialah 4g$-.

    Pada pemfigus uga ada faktor genetik, umumnya berkaitan dengan

    &

  • 7/26/2019 referat bulosa

    11/40

    11

    a. #alam menegakkan diagnosis dilakukan D &istopatologi, direct

    Imunofluorescence (#49) dan indirect Imunofluorescence

    (4#49).

    ). Biopsy lesi, dengan cara memecahkan bulla dan membuat

    apusan yang akan diperiksa dibaah mikroskop atau

    pemeriksaan immunofluoresent.

    ,. :6ank test, apusan dari bulla menunukkan akantolisis.

    d. >ikolskyEs sign, positif apabila dilakukan penekanan minimal

    akan teradipembentukan lepuh dan pengelupasan kulit.

    II.2.- Tatalak!ana

    Cbat utama ialah kortikosteroid karena bersifat

    imunosupresif. Yang sering kami gunakan ialah prednison dan

    deksametason. #osis prednison bervariasi tergantung pada berat

    ringannya penyakit, yakni 30"10 mg sehari. 8da pula yang

    menggunakan mgkgBB sehari bagibpemfigus yang berat. Pada

    dosis yang tinggi sebaiknya diberikan deksametason i.m. atau i.v.

    sesuai dengan ekuivalennya karena lebih praktis. 7eseimbangan

    cairan dan gangguan elektrolit diperhatikan. 7arena digunakan

    kortikosteroid dosis tinggi, maka untuk mencegah efek sampingnya

    obat tersebut penatalaksanaanya seperti tercantum pada F

    pengobatan sindrom %tevens"?ohnsonG dan pada bab Fpengobatan

    dengan kortikosteroid sistemik dalam bidang dermato"

    venereologiG.

    ?ika belum ada perbaikan, yang berarti masih timbul lesi

    baru setelah " hari dengan dosis inisial, maka dosis dinaikkan

    0=. 7alau telah ada perbaikan dosis diturunkan secara bertahap.

    Biasanya setiap " hari kami turunkan 10"+0 m ekuivalen

    prednison tergantung pada respons masing"masing, adi bersifat

    individual. Aara yang terbaik ialah memantau titer antibodi karena

    antibodi tersebut tersebut menunukan keaktivan penyakit, tetapi

    sayang di bagian kami belum dapat dikerakan. ?ika titernya stabil,

    penurunan dosis lambatD bila titernya menurun, penurunan dosis

    lebih cepat.

  • 7/26/2019 referat bulosa

    12/40

    12

    Aara pemberian kortikosteroid yang lain dengan terapi

    denyut. Aaranya bermacam"macam yang la6im digunakan ialah

    dengan methyl prenidosolonsodium succinate (solumedrol), i.v.

    selama +" am, diberikan am ; pagi untuk lima hari. #osis sehari

    +0"1000 mg (10"+0 mg per kgBB), kemudian dilanutkan dengan

    kortikosteroid per os dengan dosis sedang atau rendah. !fek

    samping yang berat pada terapi denyut tersebut diantaranya ialah,

    hipertensi, elektrolit sangat terganngu, infark miokard, aritmia

    antung sehingga dapat menyebabkan kematian mendadak, dan

    pankreatitis.

    ?ika pemberian prednison meleihi -0 mg sehari harusdisertai antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Bila telah

    tercapai dosis pemeliharaan, untuk mengurangi efek samping

    kortikosteroid, obat diberikan sebagai dosis tunggal pada pagi hari

    am ;. 8lasannya pada aktu tersebut kadar kortisol dalam darah

    paling tinggi. %ebaiknya obat diberikan selang sehari, diharapkan

    pada aktu bebas obat tidak teradi penekanan terhadap kelenar

    adenal bagian korteks. 7eburukannya pada hari bebas obat timbul

    lesi baru. Aara penanggulangannya lihat bab Fpengobatan dengan

    mortikosteroid sistemik dalam bidan dermato venereologiG.

    %ebagian kecil penderita pemfigus dapat bebas obat, tetapi

    sebagian besar haru diberikan dosis pemeliharaan terus menerus.

    Psricha mengobati pemfigus dengan cara kombinasi

    deksametason dan siklofosfamid dosis tinggi secara intermitten

    dengan hasil baik. #osis deksametson 100 mg dilarutkan dalam =

    glukosa diberikan selama 1 am i.v., hari berturut"turut.

    %iklofosfamid diberikan i.v., 00 mg hanya pada hari 1, dilanutkan

    per os 0 mg sehari. Pemberian deksametason dengan cara tersebut

    diulangi setiap +"- minggu. %etelah beberapa bulan penyakit tidak

    relaps lagi., pemberian deksametason diarangkan menadi setiap

    bulan untuk 3"2 bulan. 7emudian dihentikan dan pemberian

    siklofosfamid 0 mghari diteruskan. %etelah kira"kira setahun

    pengobatan dihentikan dan penderita diamati teradinyarelaps.

  • 7/26/2019 referat bulosa

    13/40

    13

    Hntuk mengurangi efek samping kortikosteroid dapat

    dikombinasikan dengan auvan yang terkuat ialah sitostatik. !fek

    samping kortikosteroid yng berat atrofi kelenar adrenal bagian

    korteks, ulkus peptikum, dan osteoporosis yang dapat

    menyebabkan fraktur kolumna vertebrae pars lumbalis.

    :entang penggunaan sitostatik sebagai auvan pada

    pengobatan pemfigus terdapat dua pendapatD

    %eak muda diberikan bersama"sama dengan kortikosteroid

    sistemik. *aksudnya agar dosis kortikosteroid tidak terlampau

    tinggi sehingga efek sampingnya lebih sedikit.

    %itostatik diberikan, bila D

    7ortikosteroid sistemik dosis tinggi kurang memberirespons. :erdapat kontraindikasi, misalnya ulkus peptikum,

    diabetes melitus, katarak dan osteoporosis. Penurunan dosis pada

    saat telah teradi perbaikan tidak seperti yang diharapkan.

    Cbat sitostatik untuk pemfigus ialah a6atioprin,

    siklofosfamid, metrotreksat, dan mikofenolat mofetil. Cbat yang

    la6im digunakan ialah a6atioprin karena cukup bermanfaat dan

    tidak begitu toksik seperti siklofosfamid. #osisnya 0"10 mg

    sehari atau 1" mg per kgBB. Cbat"obat sitostatik sebaiknya

    diberikan, ika dosis prednison mencapai 30 mg sehari untuk

    mencegah sepsis dan bronkopneumonia. &endaknya diingat baha

    efek teraupetik a6atioprin baru teradi setelah +"- minggu. ?ika

    telah tampak perbaikan dosis prednison diturunkan lebih dulu,

    kemudian dosis a6atioprin diturunkan secara bertahap. !fek

    sampingnya diantaranya menekan sistem hematopoletik dan

    bersifat hepatotoksik.%iklofosfamid sebenarnya merupakan obat yang paling

    poten, tetapi karena efek sampingnya berat kurang dianurkan.

    #osisnya 0"100 mg sehari. !fek teraupetik siklofosfamid masih

    sedikit setelah pembeian beberapa am, efek maksimum baru

    teradi setelah 3 minggu. !fek samping yang utama ialah toksisitas

    saluran kemih berupa sistitis hemoragik, dapat pula menyebabkan

    sterilitas.

  • 7/26/2019 referat bulosa

    14/40

    14

    Produk metabolisme siklofosfamid yang bersifat sitotoksik

    diekskresi melalui urin, oleh karena itu penderita dianurkan agar

    banyak minum. $eala toksik dini pada vesika urinaria ialah diuria,

    didapati pada +0= penderita yang mendapat obat tersebut dalam

    angka aktu lama.

    ?ika mikroskopik terdapat hematuria hendaknya obat

    dihentikan sementara atau diganti dengan obat sitotoksik yang lain.

    Cbat yang dapat mencegah teradinya sistitis hemoragik ialah

    mesna, biasanya dosisnya +0 = dosis siklofosfamid sehari, i.v.,

    diberikan tiga kali sehari selang - am, dosis 1 diberiksn bersama"

    sama dengan siklofosfamid.*etotreksat arang digunakan karena kurang bermanfaat.

    #osisnya + mg per minggu i.m. atau per os. Aara pengobatan

    sama seperti pengobatan untuk psoriasis. *ikrofenolat mofetil

    dikatakan lebih efektif daripada a6atioprin, sedangan efek

    toksiknya lebih sedikit. #osisnya + ' 1 g sehari.

    8uvan lain yang tidak begitu poten ialah yang bersifat anti"

    infamasi yakni emas, diaminodifenilsulfon (#.#.%.), antimalaria,

    dan miosiklin. :entang emas tidak akan diuraikan karena

    preparatnya tidak ada di indonesia. #osis #.#.%. 100"00 mg

    sehari, dicoba dahulu dengan dosis rendah. :entang efek

    sampingnya lihat Fpengobatan dermatitis herpetiformisG.

    8ntimalaria yang sering digunakan ialah klorokuin dengan dosis +

    ' +00 mg sehari. !fek sampingnya yang berat ialah retinopati yang

    dapat teradi setelah dosis kumulatif 100 g. :entang pengobatan

    kombinasi nikotinamid dan tetrasiklin lihat pengobatan pemfigoidbulosa. *inosiklin digunakan dengan dosis +'0 mg sehari.

    8khir"akhir ini berdasarkan pertimbangan risk and benefit

    kami lebih sering menggunakan #.#.%. sebagai auvan. *eskipun

    khasiatnya tidak sekuat sitostatik, namun efek sampingnya auh

    lebih sedikit dan hasilnya cukup baik. #osisnya 100 mg atau +00

    mg. Bila digunakan 100 mg tidak perlu diperiksa $3P#

    sebelumnya, karena dosis itu dipakai sebagai pengobatan lepra,

  • 7/26/2019 referat bulosa

    15/40

    15

    umumnya tanpa efek samping. :etapi, bila dengan dosis +00 mg

    harus diperiksa $3P# sebelumnya.

    Pengobatan topikal sebenarnya tidak sepenting pengobatan

    sistemik. Pada daerah yang erosif dapat diberikan silver

    sulfadia6ine, yang berfungsi sebagai antiseptik dan astringen. Pada

    lesi pemfigus yang sedikit dapat diobati dengan kortikosteroid

    secara intalesi (intradermal) dengan triamsinolon asetonid.

    II.& Ert$e"a Mult%fr"

    II.&.1 Def%n%!%

    !ritema multiforme (!*) merupakan penyakit kulit akut

    dan dapat sembuh dengan sendirinya yang dicirikan dengan papul

    merah simetris yang timbul secara tiba"tiba, dan beberapa menadi

    lesi target yang tipikal kadang"kadang atipikal. !* merupakan

    erupsi mendadak dan rekuren pada kulit dan kadang"kadang pada

    selaput lendir dengan gambaran bermacam"macam spektrum dan

    gambaran khas berbentuk iris (target lesion). !ritema menunukkan

    perubahan arna kulit yang disebabkan karena dilatasi pembuluh

    darah, khususnya pada dermis pars retikularis dan pars papillaris.

    Pada kasus yang berat disertai geala konstitusi dan lesi viseral

    (9rench, +00;).

    II.&.2 Et%lg%

    Penyebab yang pasti belum diketahui. 9aktor"faktor

    penyebabnya selain alergi terhadap obat sistemik, ialah peradangan

    oleh bakteri dan virus tertentu, rangsangan fisik, misalnya sinar

    matahari, haa dingin, faktor endokrin seperti keadaan hamil atau

    haid, dan penyakit keganasan. Pada anak"anak dan deasa muda,

    erupsi biasanya disertai dengan infeksi, sedangkan pada orang

    deasa disebabkan oleh obat"obat dan keganasan (#uanda, +00).

    II.&.& Patf%!%lg%

    Pemahaman terbaru mengusulkan baha kebanyakan !*,

    pada kebanyakan pasien, timbul sebagai manifestasi mukokutaneus

    dari reaksi imun langsung yang nyata terhadap kulit yang teradi

    akibat adanya satu infeksi pada individu yang memiliki faktor

    presipitasi. Penelitian menunukkan baha pembentukan kompleks

  • 7/26/2019 referat bulosa

    16/40

    16

    imun dan deposisinya pada mikrovaskulatur kutaneus memiliki

    peran dalam patogenesis !*. 7ompleks imun yang bersirkulasi

    dan deposisi dari A, 4g*, dan fibrin di sekitar bagian atas

    pembuluh darah dermal telah ditemukan pada kebanyakan pasien

    !* (&abif, +00-).

    %ecara histologis, infiltrat sel mononuklear ditemukan di

    sekitar bagian atas pembuluh darah dermal dimana halnya pada

    vaskulitis kutaneus yang dimediasi oleh kompleks imun uga

    ditemukan leukosit polimorfonuklear. !* menunukkan infiltrat

    inflamasi yang lichenoiddan nekrosis epidermal yang kebanyakan

    mempengaruhi lapisan basalis. 7eratinosit yang mengalaminekrosis bervariasi mulai dari individu sel sampai nekrosis

    epidermal yang konfluen.Epidermo-dermal junctionmenunukkan

    perubahan struktur bervariasi mulai dari perubahan vaskuler

    sampai subepidermal yang melepuh. 4nfiltrat di dermal kebanyakan

    berada perivaskuler (&abif, +00-).

    Bila dibandingkan dengan %%?, %%? menunukkan lebih

    banyak aringan yang nekrotik dan infiltrat inflamasi yang

    minimal. 7onsentrasi acrosyringeal pada keratinosit yang

    mengalami inflamasi pada !* teradi pada kasus"kasus yang

    behubungan dengan obat"obatan dan kebanyakan dihubungkan

    dengan infiltrat inflamasi pada dermis yang mengandung eosinofil.

    !* memiliki infiltrat dengan densitas yang kaya akan limfosit :.

    %ebaliknya, nekrosis epidermal toksik dicirikan dengan infiltrat

    yang miskin sel dan mengandung kebanyakan makrofag dan

    dendrosit. Perbedaan ini menunukkan patogenesis yang elas

    untuk penyakit"penyakit tersebut (&abif, +00-).

    II.&.' (a")aran kl%n%!

    !ritema multiforme, yang aalnya ditemukan oleh &ebra,

    merupakan penyakit yang dengan penyebab yang tidak diketahui

    yang dicirikan dengan bentuk iris merah atau makula bull's eye-

    like, papul, atau bulla yang terutama terbatas pada ekstremitas,

    aah, dan bibir. Penyakit ini biasanya ditemani oleh adanya

    demam ringan,malaise, dan artralgia. Biasanya teradi pada anak"

  • 7/26/2019 referat bulosa

    17/40

    17

    anak dan deasa muda pada musim semi, dengan durasi sekitar +"

    - minggu, dan sering teradi rekurensi dalam beberapa tahun.

    #isebabkan karena kesamaannya secara klinis, !* minor,

    !* maor, %%? dan >!: diputuskan sebagai bagian dari satu

    spektrum penyakit tunggal. 8kan tetapi, seperti yang telah

    dibicarakan sebelumnya, saat ini sudah ditemukan bukti kuat yang

    mendukung baha !* adalah penyakit yang berbeda dari %%? dan

    >!: dalam banyak tingkatan geala klinis, prognosis, dan etiologi.

    7riteria klinis memungkinkan untuk membedakan kedua bentuk

    !* dari %%? dan >!: pada pasien dengan umlah yang besar.

    7riteria klinis ini mencakup tipe lesi dasar kulit, distribusi lesi,adatidaknya keterlibatan lesi pada mukosa yang elas, dan

    adatidaknya geala"geala sistemik.

    1. :ipe lesi dasar kulit

    :ipe lesi kulit yang khas pada !* berupa lesi target tipikal.

  • 7/26/2019 referat bulosa

    18/40

    18

    hanya beberapa lesi target yang ditemukan, sehingga

    pemeriksaan kulit lengkap sangatlah penting.

    Pada !*, lesi target atipikal uga dapat menemani lesi

    target tipikal atau sebagai lesi kutanues primer. 7ebanyakan

    lesi ini ditemukan sebagai bentuk yang bulat, edema,palpable,

    serupa dengan !*, tetapi hanya memiliki dua 6ona

    dengantanpa tepi yang elas. !:, dan kelainan lain selain !*. #iagnosis

    lain tersebut ditemukan sebagai lesi bulat yang uga serupa

    dengan !*, tetapi hanya memiliki dua 6ona dengantanpa tepiyang elas, tetapi non-palpable (dengan pengecualian inti

    bentuk vesikelbulla).

    2. #istribusi lesi

    *eskipun ada variasi dari tiap individu, lesi"lesi yang

    banyak biasanya sering ditemukan. Pada umumnya, lesi pada

    !* timbul lebih sering pada ekstremitas dan aah lesi target

    kebanyakan pada ekstremitas superior, sama halnya dengan

    erupsi lainnya secara keseluruhan pada !*. #orsum manus

    dan region antebrachium adalah lokasi lesi yang paling banyak

    ditemukan, tetapi volar manus, leher, aah, dan badan uga

    lokasi umum dari lesi. 7eterlibatan lesi pada kaki arang

    ditemukan.

  • 7/26/2019 referat bulosa

    19/40

    19

    7eterlibatan mukosa yang berat adalah ciri dari !* mayor.

    7eterlibatan mukosa biasanya tidak ada pada !* minor, dan

    ika ditemukan biasanya lesi hanya beberapa dan sedikit

    bergeala.

  • 7/26/2019 referat bulosa

    20/40

    20

    II.&.+ Tatalak!ana

    Hntuk semua bentuk eritema multiforme, penanganan yang

    paling penting adalah penanganan simtomatik, yaitu antihistamin

    oral, analgesik, peraatan kulit, dansoothing mouthwashes (yaitu

    dengan membilas mulut denganwarm saline wateratau dicampur

    dengan difenhidramin,xylocaine, dankaopectate).

    Pada kasus ringan diberi pengobatan simtomatik, meskipun

    sedapat"dapatnya perlu dicari penyebabnya. Pada penyakit ini

    biasanya dapat diberikan pengobatan kortikosteroid per oral,

    misalnya berupa prednison ' 10 mg sehari.

    *anaemen eritema multiforme melibatkan penentuan

    etiologi bila mungkin.

  • 7/26/2019 referat bulosa

    21/40

    21

    dari efektivitas prednison, dan penggunaannya pada pasien dengan

    herpes terkait eritema multiforme dapat menurunkan resistensi

    pasien untuk &%V dan mempromosikan infeksi &%V berulang

    diikuti oleh eritema multiforme berulang.

    :erapi simtomatik hanya digunakan ika terbentuk bulla dan

    papul yang terlokalisir. :erapi antivirus dengan asiklovir pada !*

    yang timbul akibat infeksi &%V cenderung mengeceakan ketika

    erupsi telah muncul, sehingga terapi ini bermanfaat untuk

    profilaksis. Pada pasien yang hidup bersama atau baru terinfeksi

    &%V, pengobatan dini dengan asiklovir oral (o!iraxM) dapat

    mengurangi umlah dan durasi lesi kulit. Pada individu dengan !*terkait"&%V dengan tingkat rekurensi yang tinggi, profilaksis

    minimal 3 bulan dengan asiklovir oral (10 mgkghr dalam dosis

    terbagi, biasanya +00mg dalam kali sehari selama hari),

    valasiklovir (00"1000 mghr, dengan dosis tergantung frekuensi

    rekurensi), atau famsiklovir (+0 mg dua kali sehari) haruslah

    dipikirkan. &asil penelitiandouble-blind, placebo-controlledpada

    deasa muda menunukkan efektivitas asiklovir sebagai

    profilaksis. :entu saa, !* yang dipresipitasi selain oleh infeksi

    &%V tidak memberi respon terhadap pemberian antivirus.

    ?ika tetap teradi rekurensi, dibutuhkan dosis rendah

    berlanut dari asiklovir oral. 8siklovir oral telah ditunukkan efektif

    dalam mencegah !* terkait"&%V yang rekuren dan protokol

    pengobatannya berupa +00";00 mghari selama +3 minggu. ?ika

    asiklovir gagal, valasiklovir dapat digunakan (00 mg, dua kali

    sehari). Penggunaan yang terakhir ini memiliki bioavaliabilitas oral

    yang lebih besar dan lebih efektif dalam menekan !* terkait &%V

    yang rekuren.

    II.' Der"at%t%! Her#et%fr"%!

    II.'.1 Def%n%!%

    #ermatitis herpetiformis (#&) adalah gangguan autoimun

    terik dikaitkan dengan enteropati gluten sensitif($%!). Penyakit

    ini dielaskan dan diberi nama pada 1;;- oleh

  • 7/26/2019 referat bulosa

    22/40

    22

    Hniversity of Pennsylvania. &erpetiformis #ermatitis ditandai

    dengan e'coriations dikelompokkan eritematosa, urtikaria plak,

    dan papula dengan vesikel.

  • 7/26/2019 referat bulosa

    23/40

    23

    apakah 4g8 yang tebentuk khas untuk antigen kulit yang belum

    diketahui (iryadi, +011).

    #itemukannya 4g8 dan komplemen diseluruh kulit

    menimbulkan perkiraan baha diperlukan factor tambahan untuk

    menerangkan permulaan lesi. #engan factor tambahan ini, 4g8

    mengakifkan komplemen (mungkin melalui alur alternative)

    sehingga teradi kemotaksis neutrophil yang melepaskan en6imnya

    dan mengakibatkan lesi yang disebut dengan #& (iryadi, +011).

    %elain gluten, yodium uga disebutkan dapat mempengaruhi

    timbulnya remisi dan eksaserbasi penyakit (iryadi, +011).

    II.'.' (a")aran kl%n%!

    8itan biasanya bertahap selama berminggu"minggu atauberbulan"bulan, tetapi kadang"kadang eksplosif dalam beberapa

    am atau hari. 9aktor pencetusnya yaitu penyakit virus, ingesti

    gluten atau yodium dalam umlah besar, dan disfungsi tiroid

    (/iryadi,+011).

  • 7/26/2019 referat bulosa

    24/40

    24

    8danya bintik pigmentasi pada region lumbosacral dapat dicurigai

    sebagai #& (/iryadi,+011).

    $atal dan rasa terbakar biasanya berat, dan kualitas

    paroksismalnya diprovokasi oleh garukan pada lokasi yang

    berdarah, dan pada saat yang sama oleh ketakutan. @emisi spontan

    berlangsung selama seminggu dan meninggalkan luka baru yang

    kasar yang merupakan karakteristik penyakit tersebut. #apat

    bertambah parah pada masa perimenstrual (/iryadi,+011).

    #& pada anak"anak mirip seperti pada orang deasa,

    memiliki gambaran histologi yang identik dan temuan

    immunofloresen, dan memiliki insidensi tinggi pada &

  • 7/26/2019 referat bulosa

    25/40

    25

    dan masih terlalu kecil untuk dilihat secara klinis. #alam 1"+ hari

    rete ridges ini akan terlepas dari dermis dan terbentuk vesikel

    unilokuler yang akan tampak secara klinis. Pada saat ini mungkin

    masih terlihat mikroabses pada tepi vesikel. 7arena itu biopsy pada

    tepi vesikel sangat berguna (*iller,+01).

    Pada pemeriksaan dengan mikroskopik electron terlihat

    bula subepidermal di baah lamina basalis. Pada daerah lesi,

    lamina basalis rusak atau hilang dan pada kulit di dekat lesi, lamina

    basalis menadi tipis (*iller,+01).

    I""unflure!en!%

    Pada pemeriksaan immunoflouresensi direk

    memperlihatkan timbunan 4g8 dalam bentuk granular pada uung

    papilla dermis di kulit sekitar lesi dan kulit normal dengan arak

    tidak lebih dari mm dari lesi. 4ni merupakan kriteria standard

    untuk diagnosis (*iller,+01).

    Pada pemeriksaan immunoflurosensi indirek, tidakditemukan antibody terhadap basement membrane 6one (B*5)

    (*iller,+01).

    II.'.+ Tatalak!ana

    Med%ka"ent!a

    a. Da#!n

    #apson dan sulfapiridin merupakan obat yang efektif

    untuk menghilangkan geala dan menekan pembentukkan ruam

    pada #& pada anak dan deasa. Cbat ini menyebabkan respon

    yang dramatis dalam aktu +- hingga -; am, sehingga

    membantu dalam mendiagnosis #&

    #apson untuk anak"anak dapat diberikan mulai dengan

    dosis +mgkgbbhari, dosis dapat ditingkatkan tergantung

    respons klinis dan efek samping dari terapi yang mungkin

    timbul. ?ika tidak teradi efek samping dosis dapat ditingkatkan

  • 7/26/2019 referat bulosa

    26/40

    26

    hingga mencapai maksimal -00mghr, namun dosis yang

    dibutuhkan berkisar 0mg tiga kali sehari. ?ika sudah ada

    perbaikan dosis dapat diturunkan perlahan"lahan + sampai

    0mghr sampai mencapai level minimum.

    !fek samping #apson adalah agranulositosis, anemia

    hemolitik, methemoglobinemia, neuritis perifer dan bersifat

    hepatotoksik. &arus dilakukan pemeriksaan kadar &b, umlah

    lekosit dan hitung enis sebelum pengobatan dan + minggu

    sekali. ?ika klinis menunukkan tanda"tanda anemia atau

    sianosis segera dilakukan pemeriksaan lbaratorium. ?ika

    terdapat defisiensi $3P# maka merupakan kontra"indikasikarena dapat menyebabkan anemia hemolitik.

    ). Sulfa#%r%d%n

    #osis aal sulfapiridin untuk anak biasanya 100 sampai

    +00mgkgbbhari, dibagi menadi - dosis, dengan dosis

    maksimal + sampai - gram perhari. ?ika sudah ada perbaikan

    dosis dapat diturunkan setiap minggu hingga dosis

    pemeliharaan 00mghari atau kurang.

    !fek samping sulfapiridin adalah anore'ia, sakit kepala,

    demam, leukopenia, agranulositosis, anemia hemolitik. &arus

    dilakukan pemeriksaan $3P# sebelum dilakukan terapi dan

    pemeriksaan darah tepi setiap bulan. Cbat ini kemungkinan

    akan menyebabkan teradinya nephrolithiasis karena sukar larut

    dalam air sehingga pasien dianurkan minum banyak.

    Hntuk pasien yang tidak dapat diberikan sulfapiridin atau

    dapson dapat diberikan kortikosteroid sistemik alaupun tidak

    efektif. Pernah dilaporkan keberhasilan pengobatan dengan

    tetrasiklin atau minosiklin dan nikotinamid. Penhentian

    nikotainamid atau minosiklin menyebabkan ruam #& timbul

    kembali.

    ,. Peng)atan T#%kal

    #apat diberikan krim kortikosteroid atau bedak kocok

    seperti calamine dengan menthol untuk mengurangi rasa gatal.

    Nn Med%ka"ent!a

  • 7/26/2019 referat bulosa

    27/40

    27

    a. D%et Be)a! (luten

    #iet ini harus dilakukan secara ketat, perbaikan pada kulit

    tampak setelah beberapa minggu. #engan diet bebas gluten

    dapat mengontrol lesi kulit pada ;0= penderita. 7elainan

    intestinal uga mengalami perbaikan, sedang dengan obat"oba

    kelainan ini tidak akan mengalami perbaikan. #engan diet ini

    penggunaan obat dapat ditidakan atau dosisnya dapat dikurangi

    II.* E#%der"l!%! Bull!a

    II.*.1 Def%n%!%

    !pidermolisis bulosa (!B) merupakan kelainan genetik

    berupa gangguanketidakmampuan kulit dan epitel lain melekat

    pada aringan konektif di baahnya dengan manifestasi tendensi

    terbentuknya bula dan vesikel setelah terkena trauma atau

    gesekan ringan (#uanda, +011).

    $ambar 3 !pidermolysis Bullosa

    II.*.2 Kla!%f%ka!%

    *ula"mula klasifikasi dibuat berdasarkan aringan parut

    yang terbentuk kemudian, !.B. nondistrofik (bula terletak diatas

    stratum basal) dan ditofilik (bula terletak dibaah stratum basal).

    #engan perkembangan imunologi dan pemeriksaan

    imunohistokimia, klasifikasi lebih rinci disesuaikan dengan letak

    bula terhadap taut dermo"epidermal, yaitu epidermolisis bulosa

  • 7/26/2019 referat bulosa

    28/40

    28

    simpleks (!.B.%.), !.B. distrofilik, dan !.B. juntional" massing"

    masing memiliki bentuk variasi (subtipe) (#uanda, +011).

    1. !pidermolisis bulosa tipe#unctional

    !B tipe unctional adalah tipe !.B. yang

    pembentukan bula teradi di lamina lusida di taut

    dermoepidermal, merupakan tipe !.B. yang paling berat serta

    mengancam kehidupan. %emua tipe di turunkan secara

    resesif autosom. 4munoperoksidase memperlihatkan bula

    terdapat di atas kologen tipe 4V.

    Pemeriksaan dengan antibodi monoklonal lainya

    dituukan terhadap laminin" (rantai NNN+), intigrin -,

    BP8$"+, dapat dilakukan sesuai kebutuhan (#uanda, +011).

    &erlit6 adalah bentuk yang paling berat diantara tipe

    junctionali ditandai bula besar"besar terutama di bokong

    badan dan kepala, tanpa meninggalkan sikatriks dan milia

    kecuali bila diikuti infeksi sekunder.*eskipun hampir 0=

    pasien meninggal sebelum usia + tahun, namun sebagian

    dapat hidup sampai deasa. Cleh karena itu pendapat baha

    merupakan !.B. tipe letalis tidak lagi dipertahankan. Pada

    bentu &erlit6 biasanya tangan dan kaki tdak tidak terkena,

    mukosa dapat terkena dan dapat teradi afesia pilorik. #i

    perioral dapat terbentuk bula, sedangkan bibir tidak terkena.

    Pada perkebanganya pita suara serta laring dapat terkena

    kemudian. #emikian pula kuku dapat terkena serta terlepas

    dan disertai paronikia. :anda khas lainnya adalatr displasia

    gigi serta permukaannya berbenol"benol $coblestone

    appearance%. Pada bentuk &erlit6 teradi detardasi mental

    dan anami rekalsitan. Penyebab kematian tidak di

    ketahui. #engan pemeriksaan mikroskop biasa tampak

    celah di atas membran basal, dengan mikroskop elektron

    terlihat bula terbentuk di lamina lusida disertai berkurangnya

    umlah dan berubahnya struktur hemidosmosom. >amun

  • 7/26/2019 referat bulosa

    29/40

    29

    sampai sekarang patogenesis belum semuanya diketahui.

    + . !.B. nonletal (mitis, non"&erlit6)

    bentuk ini dimulai pembentukan bula serosa atau

    hemoragik saat lahir dan meninggalkan kulit yang rapuh,

    tanpa pembentukan sikatriks dan milia. Hmumnya dapat

    teradi alopesia, distrofik kuku atau kuku tidak tumbuh

    kembali, hiperkeratosis palmoplantar, skalp atrofi. *ukosa

    mulut esofagus, laring dan takea serta mata, dapat terkena

    ringan sampai berat tetapi tidak teradi struktur esofagus.

    Berbeda dengan tipe junctional pada tipe non"&erli6 tidak

    teradi retardasi mental dan anemia. $ambaran patologi

    anotomik mirip dengan tipe &erlith. Pada kasus !.B.

    nonletal dapat sembuh dengan bertanbahnya umur (#uanda,

    +011).

    . !.B. untionaltipe inversa

    teadi pada saat lahir atau pada masa neonatal, klinis

    mirip pioderma generalisata, kemudian pembentukan bula

    lebih banyak di aksila, leher, inguinal, dan perianal

    (inversa), kuku mengalami distrofik, gigi, displasia, laring

    dapat terkena demikian uga pita suara (suara menadi kasar).

    - . !.B. distrofik dominan

    secara klinis terlihat bula terutama di bagian dorsal

    ekstremitas dan meninggalkan bekas sikatrik, disertai

    pembentukan milia. Bentuk ini lebih berat dibandingkan

    !.B.%. tetapi lebih ringan daripada bentuk !.B.distropik

    resesif. :eradi pada saat lahir atau segera setelah lahir, pada+0 = kasus mukosa terkena, kongyungtiva dan kornea dapat

    uga terkena. 7uku terkena pada ;0= kasus, teradi distrofik

    atau hancur. $igi dan rambut tidak terkena. 8lbupapuloid

    adalah bentuk varian yang dapat teradi baik pada !.B.

    distrofik dominan maupun resesif, Varian ini dapat teradi

    pada bayi, tetapi lebih sering pada masa anak, remaa, atau

    deasa. Bentuk karakteristik adalah papul perifokular agak

  • 7/26/2019 referat bulosa

    30/40

    30

    lunak, berarna keputih"putihan (ivori"hite), lokasinya di

    tengkuk dan punggung, serta teradinya tidak berhubungan

    dengan pembentukan bula (#uanda, +011).

    . !.B distrofik resesifterbagi atas bentuk ringan lokalisata (mitis), berat

    (gravis, &allopea %iemens), atau bentuk varian inversa. Pada

    umumnya bentuk !.B. distrofik resesif berat teradi

    pembentukan bula diikuti pembentukan sikatrik, mukosa

    mengalami gangguan yang berat. !rosi segera tampak pada

    saat lahir, bula spontan teradi terutama ditempat yang

    mengalami trauma, misalnya di tangan, kaki, bokong,

    skapula, muka, oksiput, siku dan lutut. Bula steril besar"

    besear serta dapat hemoragik, erosi dan rasa nyeri, mirip

    pada bentuk !.B. etal. :anda >ikolski positif. Bayi mudah

    mengalami infeksi sekunder dan sepsis. Penyembuhan bula

    disertai sikatriks, hipopigmentasi dan atau hiperpigmentasi,

    disertai milia. %ikatriks yang atrofi mirip kertas sigaret. Pada

    bula berulang, lama kelamaan kulit menadi sikatriks hiprsofi.

    Bila ari"ari tangan yang luka arang digerakan untuk aktu

    yang lama, dapat teradi perlekatan satu dengan yang lain

    sehingga pada penyembuhan dapat mengalami fusi mirip

    pseudosindaktili, atau mirip sarung tinu tangan. Posisi tangan

    dan pergelangan berubah menadi fleksi dan kontraktur. 7uku

    mengalami kerusakan parah degenerasi atau hilang sama

    sekali. *ata terkena berupa bleparitis, simbleparon,

    konyingtivitis, vesikal dan menadi opak dan atau keratitis.

    %uara kasar sampai tidak terdengar, sulit menelan sehingga

    kekurangan nutrisi dan dapat meninggal. Bila bayi bertahan

    dan tumbuh, berat penyakit makin berkurang, selanutnya

    di anurkan untuk menghindari makanan yang panas,

    keras, ukuran besar, apapun yang memungkinkan

    pembentukan bula di mulut, faring maupun osefagus.

    !rupsi gigi biasanya terlambat dan tumbuh dengan bentuk

  • 7/26/2019 referat bulosa

    31/40

    31

    abnormal. @ambut tumbuh normal, alopesia teradi akibat

    sikatrik. 7ematian dapat teradi saat neonatus atau anak

    akibat kurang nutrisi, kehilangan cairan, infeksi bakteri dan

    sepsis, ataau pneumonia (#uanda, +011).

    II.*.& Patf%!%lg%

    %ampai sekarang etiologi dan patogenesis !B belum

    semuanya diketahui. Beberapa penulis mengemukakan berbagai

    dugaan patogenesis.

    1. !.B.%. diduga teradi akibat D

    a. Pembentukan en6im sitolitik dan pembentukan protein

    abnormal yang sensitive terrhadap perubahan suhu. #iduga

    defisiensi en6im galactosylhidroxylysy-glocosyltransfarase

    dan gelatinase (en6im degradase kolagen) menyebabkan

    !B%.

    ). %elain diturunkan secara genetic autosom, diperkirakan

    0= teradi akibat mutasi pada gen pembentuk keratin,

    terutama keratin (7) dan 1- (71-) yang terdapat di

    lapisan epidermis.

    ,. *utasi uga dapat teradi gen plectin (plektin). Plektin

    adalah protein yang terrdapat di membran basal pada

    attachment pla&uehermidesmosom, yang berfungsi sebagai

    penghubung filamen intermediet ke membrane plasma

    (#uanda, +011).

    +. !.B. dan %A8A&>!@ menduga akibat membran

    abnormal sel pecah dan mengeluarkan en6im proteolitik

    sehingga terbentuk celah dilamina lusida.

    c. *utasi dapat teradi pada gen yang mengkode laminin ,

    komponen anchoring filament" yaitu protein polipeptida.

    d. Pada beberapa kasus mutasi, ditemukan integrin N3O-

    abnormal atau tidak ada. 4ntegrin tersebut terdapat di

    hemidesmosom yang merupakan molekul adesi laminin.

    e. %elain itu, mutasi gen pengkode antigen pemfigoid bulosa"+

    (bollous pemphigoid antigenBP8"+) diumpai pada !B

  • 7/26/2019 referat bulosa

    32/40

    32

    junctional ringan yang disertai dengan atrofi (#uanda,

    +011).

    . %indrom B8@: mungkin teradi akibat perlekatan kulit petus

    dengan amnion yang tersebut pita sinomart.-. !.B. distrofilik diduga teradi akibat D

    a. Berkurangnya anchoring fibril

    b. Bertambahnya akivitas kolagenase pada !.B. yang

    diturunkan secara @8

    c. :eradi mutasi pada gen kolagen V44 (AC

  • 7/26/2019 referat bulosa

    33/40

    33

    kaki dari bahan katun yang menyerap keringat, pengunaan kaos

    kaki membantu menghindari trauma akibat gesekan. &indari

    gosokan pada saat memandikan, untuk menghindari hal tersebut

    dianurkan mandi celup.

    %uhu lingkungan diusahakan agar cukup dingin karena

    bula mudah terradi pada suhu panas. Bila memungkinkan

    tempat tidur yang lunak (matras air) dan seprei yang halus agar

    terhindar dari gesekan. Bagian yang mengalami erosi diolesi

    krim atau salep antibiotik, peraatan ari tangan harus

    dilakukan secara hati"hati, upayakan mencegah teradinya fusi

    dan kontraktur dengan mengatur posisi ari dan sendi (#uanda,+011).

    +. *akanan

    %ebaiknya diberikan makanan tinggi kalori tinggi

    protein dalam bentuk yang lembut atau cair serta mudah

    ditelan, terrutama bila terrdapat luka di mukosa mulut. Pada

    bayi pengunaan dot (bottle fed% dapat menimbulkan gelembung

    dan luka dimulut, untuk mencegah trauma disuapi dengan

    memakai sendok. Pemberian makanan dapat sedikit demi

    sedikit, frekuensi makanan dapat lebih dari ' pemberian,

    mengingat gesekan aktu makan menyebabkan rassa nyeri

    sehingga hanya sedikit yang tertelan. Pada bayi baru lahir

    dengan !B berat atau letalis pemberian makanan nasogastric

    feeding atau intravena bergantung pada kondisi. Perlu

    dipertimbangkan setiap tindakan tersebut dpat merupakan

    trauma (#uanda, +011).

    . Pengobatan medikamentosa

    Pengobatan yang ideal dan memuaskan sampai saat ini

    belum ada, umumnya terapi dilakukan secara paliatif. Beberapa

    hal perlu dipertimbangkan mengingat penyakit ini berlangsung

    kronik sampai deasa. %eperti pada luka bakar, peraatan luka

    yang luas sebaiknya dilakukan secara terbuka, apabila

    diperlukan antibiotic sistemik dapat diberikan (antibiotiktidak

  • 7/26/2019 referat bulosa

    34/40

    34

    diberikan secra rutin). %ebagai pengobatan topical dapat

    digunakan kortikosteroid potensi sedang dan antibiotic bila

    terdapat infeksi sekunder.

    Pemberian kortikosteroid sistemik bermanfaat pada

    kasus yang berat dan fatal, antara lain untuk mencagah mutasi,

    distrofilik, serta life sa!ing. *CY>8&8> melaporkan

    pemberian dosis aal yang tinggi (1-0"130 mg

    prednisonehari) untuk menyelamatkan kehidupan neonatus,

    pengobatan dengan pengamatan yang ketat, dosis diturunkan

    segera untuk mencegah teradi sepsis.

    Vitamin ! dapat menghambat aktivitas kolagenase atau

    merangsang produksi en6im lain yang dapat

    merusakkolagenase. #osis efektif 300"+000 i uhari.

    Pengobatan lain adalah difenilhidantoin +,",0 mgkg

    BBhari, dosis maksimal 00 mghari. Cbat ini uga

    menghambat aktivitas kolagenase.

    Pengobatan untuk subssitusi en6im belum

    dikembangkan, ada laporan yang menyatakan pemberrian

    protease inhibitor topical dapat mengurangi teradi nya bula.

    %ecara in vitro retinoid, tetrasiklin, minosiklin

    memperlihatkan efek menghambat kolagenase, namun secara in

    vitro masih dalam penelitian (#uanda, +011).

    -. 7onseling genetik

    7onseling genetik dianurkan bila telah elas penurunan

    genetiknya, sehingga dapat diberikan besarnya resiko penyakit

    pada setiap kelahiran. Pemeriksaan untuk menentukan

    diagnosis prenatal dapat dilakukan dengan resiko penyakin

    pada setiap kelahiran. Pemeriksaan untuk menentukan

    diagnosis prenatal dapat dilakukan dengan fetoskopi, namun hal

    tersebut saat ini masih dalam penelitian para ahli (#uanda,

    +011).

    II.+ Her#e! (e!tat%ne!/Pe"f%g%d (e!tat%ne!

  • 7/26/2019 referat bulosa

    35/40

    35

    II.+.1 Def%n%!%

    Pemfigoid gestationis (herpes gestationis) adalah

    dermatosis bulosa autoimun yang langka (130.000 kehamilan).

    Penyakit ini aalnya bernama herpes gestationis berdasarkan

    gambaran morfologi herpetiform dari lepuh, tetapi istilah ini adalah

    sebuah ironi karena pemfigoid gestationis tidak berhubungan

    dengan infeksi virus herpes (8natoli, +01+).

    II.+.2 Et%lg%

    Pemfigoid gestationis adalah penyakit autoimun terkait

    kehamilan. 8utoantibodi mengendap di kulit dan terdeteksi dalam

    sirkulasi, dan terutama spesifik untuk protein BP8$+

    hemidesmosomal (8natoli, +01+).

    8ntibodi yang bersirkulasi dan sel : diarahkan melaan

    epitop imunodominan. !pitop ini, yang terletak pada BP8$+

    ekstraselular dekat membran, disebut domain *A/"1. BP8$+

    uga merupakan epitop imunodominan pada penyakit autoimun

    pemfigoid bulosa (8natoli, +01+).

    Pemicu untuk produksi autoantibodi masih belum

    dipahami. 8utoantibodi untuk membran basement ketuban $major

    histocompatibility class II antigens% mungkin bereaksi"silang

    dengan antigen BP8$+ di kulit, yang menyebabkan respon imun.

    Pemfigoid gestationis uga teradi dalam hubungan dengan tumor

    trofoblas, seperti mola hidatiform atau koriokarsinoma (8natoli,

    +01+).

    II.+.& Patf%!%lg%Pemfigoid gestasionis adalah proses autoimun, yang

    melibatkan respon imun imunoglobulin $ (4g$) subclass $1

    (dikenal dengan herpes gestastionis factor% pada glikoprotein

    transmembran hemidesmosom +, BP1;0 (BP8$+, kolagen V44)

    dan yang kurang sering pada hemidesmosom BP+0. Pengikatan

    4g$ k basement membranmemicu respon imun yang menyebabkan

    vesikel subepidermal dan lepuh (8natoli, +01+).

  • 7/26/2019 referat bulosa

    36/40

    36

    Pemicu untuk pengembangan autoantibodi pada orang

    dengan pemfigoid gestationis masih belum diketahui. @eaktivitas

    silang antara aringan plasenta dan kulit diduga memainkan peran.

    Pemfigoid gestationis memiliki hubungan yang kuat dengan &

  • 7/26/2019 referat bulosa

    37/40

    37

    #ari anamnesis didapatkan keluhan pada kulit berupa

    erupsi yang sangat gatal, sering teradi pada primigravida. Pada

    pemeriksaan status dermatologikus, ditemukan erupsi

    papulovesikular.

  • 7/26/2019 referat bulosa

    38/40

    38

    ini dapat menyebabkan penyakit hemolisis pada neonatus.

    Piridoksin dilaporkan efektif pada beberapa kasus (?eff,+00;).

    Pengobatan post partum dapat bermasalah pada ibu

    menyusui, sebab obat"obatan yang diminum oleh ibu dapat melalui

    air susu ibu. 8ntihistamin dapat menyebabkan rasa kantuk pada

    bayi, steroid dosis tinggi (Prednisolon lebih dari -0 mghari) dapat

    menyebabkan supresi kelenar adrenal, dan dapson dapat

    menyebabkan hemolisis. 7ondisi ini harus dikonsultasikan dengan

    dokter anak. Pada anita yang tidak menyusui, dilaporkan

    keberhasilan penggunaan terapi tetrasiklin dan penggunaan terapi

    nikotinamid. Pengobatan dengan imunosupresan danimunomodulator seperti immunoglobulin intravena uga dapat

    digunakan. Beberapa kasus yang berat membutuhkan pengobatan

    dengan siklofosfamid, dapson, metotreksat, 4V4$ atau

    plasmaparesis. >eonatus dengan ibu yang menerima pengobatan

    dosis tinggi prednison harus dilakukan pemeriksaan secara hati hati

    oleh neonatologis terhadap teradinya insufisiensi adrenal.

  • 7/26/2019 referat bulosa

    39/40

    39

    III.1 Ke!%"#ulan

    #ermatitis vesikobulosa kronik ditandai terutama oleh adanya

    vesikel dan bulla. Pemfigus vulgaris yang merupakan salah satu bentuk

    dari pempigus merupakan bentuk yang tersering diumpai (;0= semua

    kasus). Hmumnya mengenai umur petengahan (dekade ke"- atau ke"),

    tetapi dapat uga mengenai semua umur, termasuk anak. !pidermolisis

    bulosa merupakan penyakit bulosa kronik yang diturunkan secara genetik

    autosom, dapat timbul spontan atau timbul akibat trauma ringan.

    *acam macam penyakit dermatitis vesikobulosa kronik adalah

    Buolus pemphigoid, pemhigus, eritema multiforme, dermatitis

    herpetiformis, herpes gestationes (pemfigoid gestationis), epidermolisis

    bulosa.

    III.2 Saran

    *engingat banyaknya berbagai macam Penyakit bulosa, segera

    konsultasi kepada dokter ika anda mengalami kelainan pada kulit dan

    mengganggu kesehatan anda. 8gar dapat segera ditegaskan diagnosis

    penyakitnya.

    #aftar Pustaka

    /iryadi B.!. +00;.Ilmu (enyakit )ulit dan )elamin" ed.*.?akarta.97H4

    9rench

    &abif :P. +00-. linical +ermatology / olor 0uide to +iagnosis and 1herapy.

    2 ed. H%8D *osby

  • 7/26/2019 referat bulosa

    40/40

    40

    #uanda 8, &am6ah *, 8isah %,. +00.Ilmu (enyakit )ulit dan )elamin. * ed.

    ?akartaD Balai Penerbit 97H4

    7ligora A?. +003. 3auer's Manual of 3kin +iseases. 4 ed. H7D