Case report 2 GEA.docx

16
LAPORAN KASUS : SEORANG WANITA USIA 55 TAHUN DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA) Abstract Telah dilaporkan seorang pasien wanita usia 55 tahun dengan keluhan BAB encer sejak satu hai yang lalu. Pasien BAB encer disertai ampas namun tanpa darah dan lendir. Pasien mual namun tidak muntah. Perut pasien terasa sakit melilit dan panas terutama di daerah epigatrium dan umbilikus.pasien merasa pusing, badannya terasa lemas.nafsu makan pasien munurun. BAK pasien dalam batas normal Dari pemeriksaan fisik TD 120/70, nadi 76x.menit, suhu 37,4ºC, RR 18x/menit. Kemudian di IGD pasien di cek darah rutin dan GDS. Didapatkan hasil yang bermakna antara lain AL 15.100, MCV 82.7, MCH 25.5, MCHC 30.8, GDS pasien 122. Dan ditegakkan diagnosa dari IGD pasien terkena GEA Kemudian psien diberikan terapi RL 20tpm, inj ranitidin 2x1 ampul, inj pragesol 2x1 ampul, paracetamol tab 3x500mg, oralitt 3x1, Diaform 5x2, dan Cotrimoxaxol 2x2.Pada follow up hari pertama pragesol dan diaform dihentikan. Kemudian diberikan buscopan dan diagit . Pasien dirawat selama satu hari, kemudian pada hari kedua pasien diperbolehkan pulang dan berobat jalan. 1

Transcript of Case report 2 GEA.docx

Page 1: Case report 2 GEA.docx

LAPORAN KASUS :

SEORANG WANITA USIA 55 TAHUN DENGAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

Abstract

Telah dilaporkan seorang pasien wanita usia 55 tahun dengan keluhan

BAB encer sejak satu hai yang lalu. Pasien BAB encer disertai ampas namun

tanpa darah dan lendir. Pasien mual namun tidak muntah. Perut pasien terasa

sakit melilit dan panas terutama di daerah epigatrium dan umbilikus.pasien

merasa pusing, badannya terasa lemas.nafsu makan pasien munurun. BAK pasien

dalam batas normal

Dari pemeriksaan fisik TD 120/70, nadi 76x.menit, suhu 37,4ºC, RR

18x/menit. Kemudian di IGD pasien di cek darah rutin dan GDS. Didapatkan

hasil yang bermakna antara lain AL 15.100, MCV 82.7, MCH 25.5, MCHC 30.8,

GDS pasien 122. Dan ditegakkan diagnosa dari IGD pasien terkena GEA

Kemudian psien diberikan terapi RL 20tpm, inj ranitidin 2x1 ampul, inj

pragesol 2x1 ampul, paracetamol tab 3x500mg, oralitt 3x1, Diaform 5x2, dan

Cotrimoxaxol 2x2.Pada follow up hari pertama pragesol dan diaform dihentikan.

Kemudian diberikan buscopan dan diagit. Pasien dirawat selama satu hari,

kemudian pada hari kedua pasien diperbolehkan pulang dan berobat jalan.

Keyword: Gastroentritis akut

1

Page 2: Case report 2 GEA.docx

Identitas Pasien

Pasien Ny. P, wanita usia 55 tahun. Alamat di Wonorejo ¾ alastuwo,

kebak kramat, karanganyar. Status perkawinan menikah. Agama Islam, suku jawa.

Berat badan pasien 45 kg. Tinggi badan 146cm .No.Rekam medis 26.18.xx.

Masuk Rumah Sakit tanggal 27 Desember 2012

Presentasi Kasus

Seorang pasien wanita berusia 55 tahun datang ke IGD RSUD

Karanganyar pada tanggal 27 Desember 2012 dengan keluhan BAB encer.

Keluhan dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Sejak 1 hari yang lalu pasien BAB

sebanyak 10x dalam sehari. BAB encer dengan ampas tanpa lendir dan darah.

Pasien merasakan sakit pada perutnya, sakit pada perut dirasakan melilit.

Pasien mengeluhkan mual namun tidak dapat muntah. Pasien merasa

badannya lemas dan kepala terasa pusing. Pusing yang dirasakan pada pasien

seperti tertusuk-tusuk. Pasndangan tidak kabur. Nafsu makan pasien menurn,

pasien tidak mau makan karena mengeluhkan perutnya sakit. BAK dalam batas

normal. Kesadaran pasien compos mentis , hanya badannya terasa lemas, derajat

dehidrasi pasien derajat ringan.

Sebelumnya pasien mengaku tidak makan makanan jajanan luar. Pasien

hanya makan makanan rumah. Di rumah pasien tinggal bersama suaminya. Pasien

memiliki empat orang anak, namun tidak tinggal serumah dengan pasien karena

ke-empat orang anaknya telah bekerja dan tinggal ditempat lain. Dalam

lingkungan rumah tidak ada yang terkena gejala serupa. Orang-orang lingkungan

sekitar rumah pun tidak ada yang mengalami gejala serupa.

Pasien mengaku tidak pernah mengalami gejala serupa dalam 1 bulan

terakhir ini. Pasien juga menyangkal riwaat tekanan darah tinggi dan gula darah.

2

Page 3: Case report 2 GEA.docx

Pasien menyangkal adanya riawayat meminum jamu-jamuan. Tidak ada alergi

obat dan makanan.

Vital sign pasien TD 120/70, nadi 76x.menit, suhu 37,4ºC, RR 18x/menit.

Kemudian di IGD pasien di cek darah rutin dan GDS. Didapatkan hasil yang

bermakna antara lain AL 15.100, MCV 82.7, MCH 25.5, MCHC 30.8, GDS

pasien 122. Dan ditegakkan diagnosa dari IGD pasien terkena GEA. Kemudian

pasien dipondokkan dan diberikan terapi infus RL 20tpm, inj ranitidin 2x1 ampul,

inj pragesol 2x1 ampul, paracetamol tab 3x500mg, oralitt 3x1, Diaform 5x2, dan

Cotrimoxaxol 2x2.

Diagnosis

GEA

 

Penatalaksanaan

Pada pasien ini telah diberikan terapi :

Infus RL 20tpm

Inj ranitidin 2x1

Inj pragesol 2x1

Paracetamol tab 3x500mg

Oralitt 3x1

Diaform 5x2

Cotrimoxaxol 2x2

3

Page 4: Case report 2 GEA.docx

Prognosis

Quo ad sanam : bonam

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungsionam : bonam

Follow Up

Hari pertama follow up pasien masih mengeluhkan BAB encer. Dalam

sehari pasien BAB sebanyak 4 kali, BAB encer dengan ampas tanpa disertai

lendir dan darah. Perut pasien masih terasa panas dan melilit terutama di ulu hati.

Pasien masih mual nmun tidak dapat muntah. Nafsu makan pasien mnurun,

karena jika dibei makan perut pasien terasa sakit dan mual. Pasien masih merasa

pusing, pusing seperti ditusuk-tusuk. Kedua kaki pasien terasa lemas. Vital sign

TD 140/80, nadi 84x/menit, suhu 37ºC, RR 20x/menit. Dari pemeriksaan keadaan

umum pasien lemas kesadaran CM, pemeriksaan thorax dan ekstremitas dalam

batas normal, pemeriksaan abdomen terdapat nyeri tekan di daerah epigastrium

dan umbilikus. Kemudian diberikan terapi Inf RL 20tpm, Inj ranitidin 2x1,

paracetamol tab 3x500mg, oralit 3x1, cotrimoxaxol 2x2, diagit 3x2, buscopan

2x1.

Hari kedua follow up pasien masih mengeluhkan BAB encer, namun

frekuensinya sudah berkurang, dalam sehari pasien BAB sbanyak 2 kali. BAB

encer disertai ampas namun tanpa lendir dan darah. Nyeri perut sudah mulai

berkurang. Pasien sudah tidak pusing, namun kaki masih terasa pegal. Nafsu

makn pasien masih sedikit karena jika makan perut pasien masih terasa mual,

namun tidak dapat muntah. BAK pasien dalam bata normal. Vital sign TD 140/80,

nadi 72x/menit, suhu 36,8ºC, RR 20x/menit. Dari pemeriksaan fisik didaptkan

keadaan umum pasien baik, kesadaran CM, pemeriksaan kepala, leher, thorax,

4

Page 5: Case report 2 GEA.docx

dan ekstremitas dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen didaptkan nyeri tekan

terutama di daerah epigastrium. Kemudian pasien diperbolehkan pulang.

Teori

GASTROENTEITIS AKUT (GEA)

1. Definisi

Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB

dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250

gram (Syaiful Noer, 1996 ).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih

banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk

cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi yang

meningkat (Arif Mansjoer, 1999)

2. Etiologi

Agen infeksius biasanya menjadi penyebab GEA. Agen ini menyebabkan

diare dengan penempelan, invasi mukosa, produksi enterotoksin dan atau produksi

sitotoksin (Diskin, 2009).

Diare akut dapat juga dapat disebabkan oleh intoksikasi (poisoning),

alergi, reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis (Zein, 2004)

3. Patogenesis

Patogenesis utama terjadinya diare akut yagn disebabkan karena infeksi

dapat dibagi menjadi dua. Yaitu diare karena bakteri non invasif dan diare karena

bkteri invasif. Pada bakteri non invasif, misalnya V.cholerae Eltor,

Enterotoxigenc E.coli (ETEC), dan C.Perfringens. Bakteri-bakteri tersebut tidak

merusak mukosa usus. V.cholerae Eltor mengelarkan toksin yang terikat pada

mukosa usus halus. Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlbeihan pada

5

Page 6: Case report 2 GEA.docx

nikotinamid adenin dinukleotid pada dinding usus halus sehingga meningkatkan

kadar AMP yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus

yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, natrium dan kalium. (Simadibrata,

Daldiyono, 2009)

Bakteri yang merusak dinding usus antara lain Enteroinvasive E.Coli

(EIEC). Salmonella, Shigella, Yersinia, C.Perfringens. Diare diebabkan karena

terjadinya kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya

sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. (Simadibrata,

Daldiyono, 2009)

4. Manifestasi Klinis

Beberapa manifestasi klinis dari GEA sbb:

1. Diare, peningkatan jumlah feses dengan konsistensi yang menurun/encer,

merupakan manifestasi utama dari GEA.

2. Panas, adanya panas (dengan demam maupun tidak) secara umum

menunjukkan adanya organisme invasif sebagai penyebab diare.

3. Mual dan Muntah

4. Nyeri perut, berkaitan dengan lokasi infeksi karena kolonisasi bakteri

5. Kram, berkaitan dengan ketidakseimbangan elektrolit (electrolic

imbalance)

6. Tenesmus & Fecal urgency, dorongan konstan untuk defekasi

(Diskin, 2009)

5. Penegakkan Diagnosa

Penegakkan diagnosa diare akut berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnnesis Pada diare penyakit usus

halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan degan

malabsorpsi, dan sering didapatkan dehidrasi. Diare karena kelainan kolon sering

berhubungan dengan jumlah tinja sedikit tapi sering, bercampur darah dan ada

sensasi ingin kebelakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan

keluhan khas yaitu nausea, vomitus, nyerin abdomen, demam, dan tinja yang

6

Page 7: Case report 2 GEA.docx

sering. Diare air merupakan gejala tipikal dari organisme yang mengivasi epitel

usus dengan inflamasi minimal, seperti virus enterik. Dehidrasi dapat timbul jika

diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan muntah terutama pada anak

kecil dan usia lanjut. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat,

berkurangnya jumlh buang air kecil, tidak berkeringat. Pada keadaan berat dapat

mengarah ke gagal ginjal akut dan kebingungan serta pusing kepala. (Simadibrata,

Daldiyono, 2009)

Pemeriksan penunjang yang dilakukan merupakan darah rutin, kadar

elektrolit serum, ureum, kreatinin, pemeriksaan tinja, dan ELISA untuk

mnedeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen.

Pasien dengan diare karena virus biasanya memiliki hitung leukosit yang normal

atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri memiliki lekositosis, dan

netropenia dpat timbul pada salmonellosis. (Simadibrata, Daldiyono, 2009)

Dehidarasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi atas 3 tingkatan:

Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB)

Turgor kurang, suara serak, pasien belum presyok.

Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB)

Turgor buruk, suara serak, nadi cepat, nafas cepat dan dalam.

Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB)

Dehidrasi sedang disertai penuruna kesadaran, otot kaku, sianosis.

6. Penatalaksanaan

1. Rehidrasi

Bila keadaan umum pasien baik tidak dehidrasi, asupan cairan

yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup, dan

kerpik asin. Bila pasien jatuh dalam keadaan dehidrasi pemeberian cairan

intravena dengan cairan isotonik yang mengandung elektrolit dan gula

harus diberikan. Cairan oral antara lain oralit. Cairan infus antara lain RL.

Cairan diberikan 50-200ml.kgBB/24 jam tergantung status dehidrasi.

Berikut merupakan rumus pemberian cairan berdasrkan skor klinis

menurut Daldiyono:

7

Page 8: Case report 2 GEA.docx

Kebutuhan cairan= Skor x 10% x kgBB x 1 liter

15

Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan

cairan peroral Bila skor lebih atau sama dengan 3 disertai syok diberikan

cairan intravena.

Klinis Skor

Rasa haus

TD sistolik 60-90

TD sistolik <60

Nadi >120x

Keasadran apatis

Kesadaran somnolen, stupor, koma

Nafas >30x

Facies Cholerica

Vox Cholerica

Turgor kulit menurun

Washer womans hand

Ekstrmitas dingin

Sianosis

Umur 50-60 tahun

Umur >60 tahun

1

1

2

1

1

2

1

2

2

1

1

1

2

-1

-2

2. Diet

Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah hebat. Pasien

dianjurkan minum sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan mudah

dicerna. Susu sapi, kafein dan alkohol dihindarkan.

3. Obat anti diare

Loperamide merupakan yang paling sering digunakan karena tidak adiktif

dan memiliki efek samping yang kecil. Bismut subsalisilat dapat diberikan

tetapi kontraindikasi pada pasien HIV. Obat antimotilitas penggunaanya

harus hati-hati teutama pada pasien disentri yang panas, karena dapat

8

Page 9: Case report 2 GEA.docx

memperlama penyembuhan. Obat pengeras tinja seperti attapulgite 4x2 tab

diberikan sampai diare berhenti.

4. Obat anti mikroba

Pengobatan empirik diindikasikan pada pasien dengan kecurigaan adanya

infeksi bakteri invasif. Siprofloksasin 2x500mg daiberikan selama 7 hari

baik untuk bakteri patogen invasiv. Alternatif lainnya yaitu cotrimoxaxol.

7. Komplikasi

Dehidrasi

Penurunn keasadaran

Syok hipovolemik

Gagal ginjal akut

8. Prognosis

Prognosis bergantung pada jenis bakteri yang meninfeksi dan tingkat

dehidrasi pasien. Sebagian besar pasien yang ditangani secara cepat dan dengan

rehidrasi yang baik memiliki prognosis yang baik.

Diskusi

Seorang wanita usia 55 tahun datang ke IGD RSUD Surakarta dengan

keluhan BAB encer sejak 1 hari yang lalu. BAB encer disertai ampas tanpa lendir

dan darah. Pasien BAB sebanyak 10 kali dalam sehari. Dalam hal ini pasien

mengalami gejala diare yaitu buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang

lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja

berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi

yang meningkat. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan gejala diare ini

antara lain adanya infeksi dari agen Infeksius seperti bakteri dan virus,

Intoksikasi, Alergi, Reaksi obat-obatan, dan faktor psikis. Pada pasien ini dari

riwayat sebelumnya tidak pernah mengkonsumsi jajanan luar, tidak pernah

konsumsi obat-obatan sebelumnya, dan tidak ada permasalahan dalam hidupnya

9

Page 10: Case report 2 GEA.docx

yang berarti. Faktor tersering penyebab diare adalah adanya agen infeksius. Pasien

mengalami gejala diare sejak 1 hari yang lalu dengan frekuisi yang meningkat.

Dilihat dari lama waktunya gejala berarti pasien ini masuk kedalam diare akut.

Dimana batas antara diare akut dan kronis adalah selama 14 hari atau 2 minggu.

BAB pasien encer disertai ampas tnpa lendir dan darah. Lendir merupakan ciri

khas utama pada diare yang disebabkan karena pasrasit amoeba, sedangkan darah

merupakan tanda dari adanya bakteri yang invasif terhadap saluran cerna.

Kemungknan bakteri atau virus yang menifeksi pasien adalah yang non-invasif.

Pasien merasakan sakit melilit dan panas pada perutnya terutama di daerah

epigastrium dan umbilikus. Rasa sakit dan panas yang timbul sebagai akibat dari

kolonisasi kuman yang menginfeksi saluran cerna pasien. Rasa sakit yang

ditimbulkan berdasarkan pasa lokasi yang diinfeksi. Pasien juga merasakan mual

namun tidak dapat muntah. Adanya infeksi bakteri yang mengiritasi mukosa

saluran cerna dapat menyebabkan adanya rasa tidak nyaman pada perut yang

berakibat timbulnya gejala dispepsia.

Pasien juga merasakan badan terasa lemas dan kepala pusing. Hal ini bisa

disebabkan karena kurangnya asupan makan pada pasien yang menyebabkan

badan pasien menjadi lemas. Pasien mengaku nafsu makannya menurun. Pada

pasien dengan gejala diare yang perlu dinilai dan diobservasi adalah derajat

dehidrasi, pada pasien ini kesadaran pasien compos mentis, bibir tidak kering, dan

turgor kulit masih dalam keadaan baik. Dapat dinilai pasien hanya mengalami

dehidrasi derajat ringan. Derajat dehidrasi dapat berpengaruh pada tingkat

prognosis pasien.

Dari pemeriksaan vitla sign TD 120/70, nadi 76x.menit, suhu 37,4ºC, RR

18x/menit. Kemudian di IGD pasien di cek darah rutin dan GDS. Didapatkan hasil

yang bermakna antara lain AL 15.100, MCV 82.7, MCH 25.5, MCHC 30.8, GDS

pasien 122. Pada pasien ini vital sign masih dalam batas normal. Pada

pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang berarti adanya infeksi

terutama infeksi bakteri.

Pasien diberikan terapi RL sebagai rehoidrasi, ranitidin untuk mengurangi

produksi gas dalam lambung, paracetamol untuk menurunkan demam, oralit

10

Page 11: Case report 2 GEA.docx

sebagai cairan oral, cotrimoxaxol diberikan karena ada kecurigaan pasien

terinfeksi bakteri bukan virus oleh karena itu diberikan terapi empiris, Buscopan

dan diagit

Kesimpulan

Seorang wanita berumur 55 tahun dengan diagnosis gastroenteritis akut

(GEA)

11