Case report 2 GEA.docx
-
Upload
adi-pradesta-irfandi -
Category
Documents
-
view
55 -
download
10
Transcript of Case report 2 GEA.docx
LAPORAN KASUS :
SEORANG WANITA USIA 55 TAHUN DENGAN
GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
Abstract
Telah dilaporkan seorang pasien wanita usia 55 tahun dengan keluhan
BAB encer sejak satu hai yang lalu. Pasien BAB encer disertai ampas namun
tanpa darah dan lendir. Pasien mual namun tidak muntah. Perut pasien terasa
sakit melilit dan panas terutama di daerah epigatrium dan umbilikus.pasien
merasa pusing, badannya terasa lemas.nafsu makan pasien munurun. BAK pasien
dalam batas normal
Dari pemeriksaan fisik TD 120/70, nadi 76x.menit, suhu 37,4ºC, RR
18x/menit. Kemudian di IGD pasien di cek darah rutin dan GDS. Didapatkan
hasil yang bermakna antara lain AL 15.100, MCV 82.7, MCH 25.5, MCHC 30.8,
GDS pasien 122. Dan ditegakkan diagnosa dari IGD pasien terkena GEA
Kemudian psien diberikan terapi RL 20tpm, inj ranitidin 2x1 ampul, inj
pragesol 2x1 ampul, paracetamol tab 3x500mg, oralitt 3x1, Diaform 5x2, dan
Cotrimoxaxol 2x2.Pada follow up hari pertama pragesol dan diaform dihentikan.
Kemudian diberikan buscopan dan diagit. Pasien dirawat selama satu hari,
kemudian pada hari kedua pasien diperbolehkan pulang dan berobat jalan.
Keyword: Gastroentritis akut
1
Identitas Pasien
Pasien Ny. P, wanita usia 55 tahun. Alamat di Wonorejo ¾ alastuwo,
kebak kramat, karanganyar. Status perkawinan menikah. Agama Islam, suku jawa.
Berat badan pasien 45 kg. Tinggi badan 146cm .No.Rekam medis 26.18.xx.
Masuk Rumah Sakit tanggal 27 Desember 2012
Presentasi Kasus
Seorang pasien wanita berusia 55 tahun datang ke IGD RSUD
Karanganyar pada tanggal 27 Desember 2012 dengan keluhan BAB encer.
Keluhan dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Sejak 1 hari yang lalu pasien BAB
sebanyak 10x dalam sehari. BAB encer dengan ampas tanpa lendir dan darah.
Pasien merasakan sakit pada perutnya, sakit pada perut dirasakan melilit.
Pasien mengeluhkan mual namun tidak dapat muntah. Pasien merasa
badannya lemas dan kepala terasa pusing. Pusing yang dirasakan pada pasien
seperti tertusuk-tusuk. Pasndangan tidak kabur. Nafsu makan pasien menurn,
pasien tidak mau makan karena mengeluhkan perutnya sakit. BAK dalam batas
normal. Kesadaran pasien compos mentis , hanya badannya terasa lemas, derajat
dehidrasi pasien derajat ringan.
Sebelumnya pasien mengaku tidak makan makanan jajanan luar. Pasien
hanya makan makanan rumah. Di rumah pasien tinggal bersama suaminya. Pasien
memiliki empat orang anak, namun tidak tinggal serumah dengan pasien karena
ke-empat orang anaknya telah bekerja dan tinggal ditempat lain. Dalam
lingkungan rumah tidak ada yang terkena gejala serupa. Orang-orang lingkungan
sekitar rumah pun tidak ada yang mengalami gejala serupa.
Pasien mengaku tidak pernah mengalami gejala serupa dalam 1 bulan
terakhir ini. Pasien juga menyangkal riwaat tekanan darah tinggi dan gula darah.
2
Pasien menyangkal adanya riawayat meminum jamu-jamuan. Tidak ada alergi
obat dan makanan.
Vital sign pasien TD 120/70, nadi 76x.menit, suhu 37,4ºC, RR 18x/menit.
Kemudian di IGD pasien di cek darah rutin dan GDS. Didapatkan hasil yang
bermakna antara lain AL 15.100, MCV 82.7, MCH 25.5, MCHC 30.8, GDS
pasien 122. Dan ditegakkan diagnosa dari IGD pasien terkena GEA. Kemudian
pasien dipondokkan dan diberikan terapi infus RL 20tpm, inj ranitidin 2x1 ampul,
inj pragesol 2x1 ampul, paracetamol tab 3x500mg, oralitt 3x1, Diaform 5x2, dan
Cotrimoxaxol 2x2.
Diagnosis
GEA
Penatalaksanaan
Pada pasien ini telah diberikan terapi :
Infus RL 20tpm
Inj ranitidin 2x1
Inj pragesol 2x1
Paracetamol tab 3x500mg
Oralitt 3x1
Diaform 5x2
Cotrimoxaxol 2x2
3
Prognosis
Quo ad sanam : bonam
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Follow Up
Hari pertama follow up pasien masih mengeluhkan BAB encer. Dalam
sehari pasien BAB sebanyak 4 kali, BAB encer dengan ampas tanpa disertai
lendir dan darah. Perut pasien masih terasa panas dan melilit terutama di ulu hati.
Pasien masih mual nmun tidak dapat muntah. Nafsu makan pasien mnurun,
karena jika dibei makan perut pasien terasa sakit dan mual. Pasien masih merasa
pusing, pusing seperti ditusuk-tusuk. Kedua kaki pasien terasa lemas. Vital sign
TD 140/80, nadi 84x/menit, suhu 37ºC, RR 20x/menit. Dari pemeriksaan keadaan
umum pasien lemas kesadaran CM, pemeriksaan thorax dan ekstremitas dalam
batas normal, pemeriksaan abdomen terdapat nyeri tekan di daerah epigastrium
dan umbilikus. Kemudian diberikan terapi Inf RL 20tpm, Inj ranitidin 2x1,
paracetamol tab 3x500mg, oralit 3x1, cotrimoxaxol 2x2, diagit 3x2, buscopan
2x1.
Hari kedua follow up pasien masih mengeluhkan BAB encer, namun
frekuensinya sudah berkurang, dalam sehari pasien BAB sbanyak 2 kali. BAB
encer disertai ampas namun tanpa lendir dan darah. Nyeri perut sudah mulai
berkurang. Pasien sudah tidak pusing, namun kaki masih terasa pegal. Nafsu
makn pasien masih sedikit karena jika makan perut pasien masih terasa mual,
namun tidak dapat muntah. BAK pasien dalam bata normal. Vital sign TD 140/80,
nadi 72x/menit, suhu 36,8ºC, RR 20x/menit. Dari pemeriksaan fisik didaptkan
keadaan umum pasien baik, kesadaran CM, pemeriksaan kepala, leher, thorax,
4
dan ekstremitas dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen didaptkan nyeri tekan
terutama di daerah epigastrium. Kemudian pasien diperbolehkan pulang.
Teori
GASTROENTEITIS AKUT (GEA)
1. Definisi
Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB
dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250
gram (Syaiful Noer, 1996 ).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi yang
meningkat (Arif Mansjoer, 1999)
2. Etiologi
Agen infeksius biasanya menjadi penyebab GEA. Agen ini menyebabkan
diare dengan penempelan, invasi mukosa, produksi enterotoksin dan atau produksi
sitotoksin (Diskin, 2009).
Diare akut dapat juga dapat disebabkan oleh intoksikasi (poisoning),
alergi, reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis (Zein, 2004)
3. Patogenesis
Patogenesis utama terjadinya diare akut yagn disebabkan karena infeksi
dapat dibagi menjadi dua. Yaitu diare karena bakteri non invasif dan diare karena
bkteri invasif. Pada bakteri non invasif, misalnya V.cholerae Eltor,
Enterotoxigenc E.coli (ETEC), dan C.Perfringens. Bakteri-bakteri tersebut tidak
merusak mukosa usus. V.cholerae Eltor mengelarkan toksin yang terikat pada
mukosa usus halus. Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlbeihan pada
5
nikotinamid adenin dinukleotid pada dinding usus halus sehingga meningkatkan
kadar AMP yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus
yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, natrium dan kalium. (Simadibrata,
Daldiyono, 2009)
Bakteri yang merusak dinding usus antara lain Enteroinvasive E.Coli
(EIEC). Salmonella, Shigella, Yersinia, C.Perfringens. Diare diebabkan karena
terjadinya kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya
sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. (Simadibrata,
Daldiyono, 2009)
4. Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi klinis dari GEA sbb:
1. Diare, peningkatan jumlah feses dengan konsistensi yang menurun/encer,
merupakan manifestasi utama dari GEA.
2. Panas, adanya panas (dengan demam maupun tidak) secara umum
menunjukkan adanya organisme invasif sebagai penyebab diare.
3. Mual dan Muntah
4. Nyeri perut, berkaitan dengan lokasi infeksi karena kolonisasi bakteri
5. Kram, berkaitan dengan ketidakseimbangan elektrolit (electrolic
imbalance)
6. Tenesmus & Fecal urgency, dorongan konstan untuk defekasi
(Diskin, 2009)
5. Penegakkan Diagnosa
Penegakkan diagnosa diare akut berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnnesis Pada diare penyakit usus
halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan degan
malabsorpsi, dan sering didapatkan dehidrasi. Diare karena kelainan kolon sering
berhubungan dengan jumlah tinja sedikit tapi sering, bercampur darah dan ada
sensasi ingin kebelakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan
keluhan khas yaitu nausea, vomitus, nyerin abdomen, demam, dan tinja yang
6
sering. Diare air merupakan gejala tipikal dari organisme yang mengivasi epitel
usus dengan inflamasi minimal, seperti virus enterik. Dehidrasi dapat timbul jika
diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan muntah terutama pada anak
kecil dan usia lanjut. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat,
berkurangnya jumlh buang air kecil, tidak berkeringat. Pada keadaan berat dapat
mengarah ke gagal ginjal akut dan kebingungan serta pusing kepala. (Simadibrata,
Daldiyono, 2009)
Pemeriksan penunjang yang dilakukan merupakan darah rutin, kadar
elektrolit serum, ureum, kreatinin, pemeriksaan tinja, dan ELISA untuk
mnedeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen.
Pasien dengan diare karena virus biasanya memiliki hitung leukosit yang normal
atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri memiliki lekositosis, dan
netropenia dpat timbul pada salmonellosis. (Simadibrata, Daldiyono, 2009)
Dehidarasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi atas 3 tingkatan:
Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB)
Turgor kurang, suara serak, pasien belum presyok.
Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB)
Turgor buruk, suara serak, nadi cepat, nafas cepat dan dalam.
Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB)
Dehidrasi sedang disertai penuruna kesadaran, otot kaku, sianosis.
6. Penatalaksanaan
1. Rehidrasi
Bila keadaan umum pasien baik tidak dehidrasi, asupan cairan
yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup, dan
kerpik asin. Bila pasien jatuh dalam keadaan dehidrasi pemeberian cairan
intravena dengan cairan isotonik yang mengandung elektrolit dan gula
harus diberikan. Cairan oral antara lain oralit. Cairan infus antara lain RL.
Cairan diberikan 50-200ml.kgBB/24 jam tergantung status dehidrasi.
Berikut merupakan rumus pemberian cairan berdasrkan skor klinis
menurut Daldiyono:
7
Kebutuhan cairan= Skor x 10% x kgBB x 1 liter
15
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan
cairan peroral Bila skor lebih atau sama dengan 3 disertai syok diberikan
cairan intravena.
Klinis Skor
Rasa haus
TD sistolik 60-90
TD sistolik <60
Nadi >120x
Keasadran apatis
Kesadaran somnolen, stupor, koma
Nafas >30x
Facies Cholerica
Vox Cholerica
Turgor kulit menurun
Washer womans hand
Ekstrmitas dingin
Sianosis
Umur 50-60 tahun
Umur >60 tahun
1
1
2
1
1
2
1
2
2
1
1
1
2
-1
-2
2. Diet
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah hebat. Pasien
dianjurkan minum sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan mudah
dicerna. Susu sapi, kafein dan alkohol dihindarkan.
3. Obat anti diare
Loperamide merupakan yang paling sering digunakan karena tidak adiktif
dan memiliki efek samping yang kecil. Bismut subsalisilat dapat diberikan
tetapi kontraindikasi pada pasien HIV. Obat antimotilitas penggunaanya
harus hati-hati teutama pada pasien disentri yang panas, karena dapat
8
memperlama penyembuhan. Obat pengeras tinja seperti attapulgite 4x2 tab
diberikan sampai diare berhenti.
4. Obat anti mikroba
Pengobatan empirik diindikasikan pada pasien dengan kecurigaan adanya
infeksi bakteri invasif. Siprofloksasin 2x500mg daiberikan selama 7 hari
baik untuk bakteri patogen invasiv. Alternatif lainnya yaitu cotrimoxaxol.
7. Komplikasi
Dehidrasi
Penurunn keasadaran
Syok hipovolemik
Gagal ginjal akut
8. Prognosis
Prognosis bergantung pada jenis bakteri yang meninfeksi dan tingkat
dehidrasi pasien. Sebagian besar pasien yang ditangani secara cepat dan dengan
rehidrasi yang baik memiliki prognosis yang baik.
Diskusi
Seorang wanita usia 55 tahun datang ke IGD RSUD Surakarta dengan
keluhan BAB encer sejak 1 hari yang lalu. BAB encer disertai ampas tanpa lendir
dan darah. Pasien BAB sebanyak 10 kali dalam sehari. Dalam hal ini pasien
mengalami gejala diare yaitu buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi
yang meningkat. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan gejala diare ini
antara lain adanya infeksi dari agen Infeksius seperti bakteri dan virus,
Intoksikasi, Alergi, Reaksi obat-obatan, dan faktor psikis. Pada pasien ini dari
riwayat sebelumnya tidak pernah mengkonsumsi jajanan luar, tidak pernah
konsumsi obat-obatan sebelumnya, dan tidak ada permasalahan dalam hidupnya
9
yang berarti. Faktor tersering penyebab diare adalah adanya agen infeksius. Pasien
mengalami gejala diare sejak 1 hari yang lalu dengan frekuisi yang meningkat.
Dilihat dari lama waktunya gejala berarti pasien ini masuk kedalam diare akut.
Dimana batas antara diare akut dan kronis adalah selama 14 hari atau 2 minggu.
BAB pasien encer disertai ampas tnpa lendir dan darah. Lendir merupakan ciri
khas utama pada diare yang disebabkan karena pasrasit amoeba, sedangkan darah
merupakan tanda dari adanya bakteri yang invasif terhadap saluran cerna.
Kemungknan bakteri atau virus yang menifeksi pasien adalah yang non-invasif.
Pasien merasakan sakit melilit dan panas pada perutnya terutama di daerah
epigastrium dan umbilikus. Rasa sakit dan panas yang timbul sebagai akibat dari
kolonisasi kuman yang menginfeksi saluran cerna pasien. Rasa sakit yang
ditimbulkan berdasarkan pasa lokasi yang diinfeksi. Pasien juga merasakan mual
namun tidak dapat muntah. Adanya infeksi bakteri yang mengiritasi mukosa
saluran cerna dapat menyebabkan adanya rasa tidak nyaman pada perut yang
berakibat timbulnya gejala dispepsia.
Pasien juga merasakan badan terasa lemas dan kepala pusing. Hal ini bisa
disebabkan karena kurangnya asupan makan pada pasien yang menyebabkan
badan pasien menjadi lemas. Pasien mengaku nafsu makannya menurun. Pada
pasien dengan gejala diare yang perlu dinilai dan diobservasi adalah derajat
dehidrasi, pada pasien ini kesadaran pasien compos mentis, bibir tidak kering, dan
turgor kulit masih dalam keadaan baik. Dapat dinilai pasien hanya mengalami
dehidrasi derajat ringan. Derajat dehidrasi dapat berpengaruh pada tingkat
prognosis pasien.
Dari pemeriksaan vitla sign TD 120/70, nadi 76x.menit, suhu 37,4ºC, RR
18x/menit. Kemudian di IGD pasien di cek darah rutin dan GDS. Didapatkan hasil
yang bermakna antara lain AL 15.100, MCV 82.7, MCH 25.5, MCHC 30.8, GDS
pasien 122. Pada pasien ini vital sign masih dalam batas normal. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang berarti adanya infeksi
terutama infeksi bakteri.
Pasien diberikan terapi RL sebagai rehoidrasi, ranitidin untuk mengurangi
produksi gas dalam lambung, paracetamol untuk menurunkan demam, oralit
10
sebagai cairan oral, cotrimoxaxol diberikan karena ada kecurigaan pasien
terinfeksi bakteri bukan virus oleh karena itu diberikan terapi empiris, Buscopan
dan diagit
Kesimpulan
Seorang wanita berumur 55 tahun dengan diagnosis gastroenteritis akut
(GEA)
11