Case Luka Bakar

73
BAB I PENDAHULUAN Luka bakar adalah luka yang kompleks. Sejumlah fungsi organ tubuh mungkin ikut terpengaruh. Luka bakar bisa mempengaruhi otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah. Sistem pernapasan dapat juga rusak, kemungkinan adanya penyumbatan udara, gagal nafas dan henti nafas. Karena luka bakar mengenai kulit, maka luka tersebut dapat merusak keseimbangan cairan atau elektrolit normal tubuh, temperatur tubuh, pengaturan suhu tubuh, fungsi sendi, dan penampilan fisik. Sebagai tambahan terhadap kerusakan fisik yang disebabkan oleh luka bakar, pasien juga bisa menderita permasalahan psikologis dan emosional yang dimulai sejak peristiwa terjadi dan bisa bertahan / berlangsung untuk jangka waktu yang lama. (1) Mencegah timbulnya bekas luka adalah merupakan tujuan utama dari penatalaksanaan luka bakar. Edukasi pasien secara konsisten dan berulang adalah suatu bagian yang penting dalam terapi pasien. Penatalaksanaan terhadap edema, penatalaksanaan gangguan nafas, memposisikan, dan melibatkan pasien dalam aktivitas fungsional dan pergerakan harus dimulai sejak dini. Pasien perlu dimotivasi untuk bekerja sesuai dengan kemampuan mereka dan menerima tanggung jawab untuk merawat diri mereka sendiri. Kemampuan fungsional pasien setelah terapi tidak akan maksimal jika pasien tidak secara teratur terlibat dalam pergerakan. (2) 1

description

Case Luka Bakar

Transcript of Case Luka Bakar

BAB IPENDAHULUAN

Luka bakar adalah luka yang kompleks. Sejumlah fungsi organ tubuh mungkin ikut terpengaruh. Luka bakar bisa mempengaruhi otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah. Sistem pernapasan dapat juga rusak, kemungkinan adanya penyumbatan udara, gagal nafas dan henti nafas. Karena luka bakar mengenai kulit, maka luka tersebut dapat merusak keseimbangan cairan atau elektrolit normal tubuh, temperatur tubuh, pengaturan suhu tubuh, fungsi sendi, dan penampilan fisik. Sebagai tambahan terhadap kerusakan fisik yang disebabkan oleh luka bakar, pasien juga bisa menderita permasalahan psikologis dan emosional yang dimulai sejak peristiwa terjadi dan bisa bertahan / berlangsung untuk jangka waktu yang lama.(1)Mencegah timbulnya bekas luka adalah merupakan tujuan utama dari penatalaksanaan luka bakar. Edukasi pasien secara konsisten dan berulang adalah suatu bagian yang penting dalam terapi pasien. Penatalaksanaan terhadap edema, penatalaksanaan gangguan nafas, memposisikan, dan melibatkan pasien dalam aktivitas fungsional dan pergerakan harus dimulai sejak dini. Pasien perlu dimotivasi untuk bekerja sesuai dengan kemampuan mereka dan menerima tanggung jawab untuk merawat diri mereka sendiri. Kemampuan fungsional pasien setelah terapi tidak akan maksimal jika pasien tidak secara teratur terlibat dalam pergerakan.(2)

BAB IILAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIENNama: An. Syahril FajarUsia: 11 tahunJenis kelamin: Laki-lakiPendidikan: Sekolah DasarKebangsaan: IndonesiaAgama: IslamAlamat: Tebet, Jakarta Selatan

RIWAYAT PENYAKITANAMNESISDilakukan secara alloanamnesis dengan ibu kandung pasienLokasi: Bangsal lantai 7 barat kamar 705 RSUD Budhi Asih Tanggal/Waktu: Selasa, 6 Januari 2015 pukul 06.30 WIBTanggal masuk: Senin, 5 Januari 2015Keluhan utama: Nyeri pada lengan kanan, tungkai atas dan tungkai bawah

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG10 jam yang lalu os tersiram air panas dari gerobak baso, mengenai tangan kiri kedua tungkai bawah sampai kemaluan. Sebelumnya os dibawa ke klinik; luka dibersihkan dan diberikan obat bioplacenton, amoxicillin, serta obat anti nyeri. Tidak ditemukan adanya penurunan kesadaran.RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITAOs tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGATidak ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa.

PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 6 Januari 2015 pukul 06.30 WIB dengan hasil sebagai berikut: Status GeneralisKeadaan UmumKesan Sakit: tampak sakit sedangKesadaran: compos mentisKesan gizi: cukupData AntropometriBerat Badan: 45kgTinggi Badan: 150cmTanda VitalTekanan Darah: 110/70 mmHgNadi: 84x/mSuhu: 36,5CNapas: 24x/mKEPALA: normocephaliRAMBUT: warna hitam, distribusi merataWAJAH: simetris, tidak ada pembengkakan, luka atau jaringan parutMATA: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)TELINGA: normotiaHIDUNG: septum deviasi (-), sekret (-)BIBIR: mukosa bibir kering, sianosis (-)MULUT: oral hygiene baikLEHER: tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGBTHORAKS: Pulmo: vesikuler (+/+), ronkhi (-/-) , wheezing (-/-) Cor: BJ I-II reg, gallop (-), murmur (-)ABDOMEN: supel, BU (+), NT (-)EXTREMITAS: akral hangat ++/++ Status Lokalis

PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Laboratorium Dilakukan pada tanggal 6 Januari 2015PemeriksaanHasilNilai Normal

Hematologi

Hemoglobin17.8 gr/dl*10.8 15.6 gr/dl

Leukosit26.300 / l*4.500 13.500 / l

Hematokrit55 %*40 52 %

Trombosit269.000 / l156.000 406.000 / l

Eritrosit7.2*4.4 5.9

MCV77.0*80 100

MCH24.7*26 34

MCHC32.332 36

RDW13.211,5c. Sering menghasilkan luka yang cukup tebald.Menghasilkan luka yang menimbulkan nyeri, dan merusak kulit dan licin3. Agen asam biasanya menghasilkan hanya sebagian dari ketebalan luka, yang mana diikuti dengan eritema dan erosi yang superfisial saja.Klasifikasi derajat luka bakar berbeda-beda untuk masing-masing negara oleh karena ini sangat bergantung terhadap manajemen pengobatan yang digunakan oleh negara tersebut.

Klasifikasi lama yang diperkenalkan oleh Dupuytren adalah pembagian derajat luka bakar dalam 6 derajat (3)1. Luka bakar derajat 1. Luka akibat terkena panas dari api, benda panas dan cairan panas yang suhunya tidak mencapai titik didih, atau akibat cairan kimia. Biasanya bentuk luka berupa kemerahan dan proses penyembuhan terjadi tanpa meninggalkan parut. Waktu penyembuhan antara beberapa jam sampai beberapa hari.2. Luka bakar derajat 2. Luka diakibatkan terkena benda panas atau cairan panas yang suhunya mencapai titik didih atau lebih tinggi. Lapisan kulit superfisial hanya sedikit yang rusak dan penyembuhannya tanpa meninggalkan jaringan parut. Pada awalnya terdapat vesikel yang kemudian akan terasa sakit dan warnanya menjadi hitam.3. Luka bakar derajat 3. Luka bakar ini adalah akibat cairan yang suhunya diatas titik didih. Pada keadaan ini lapisan superfisial kulit seluruhnya rusak sehingga pada penyembuhan akan meninggalkan jaringan parut. Ujung persyarafan juga terbakar dan hal ini mengakibatkan rasa nyeri yang hebat. Pada proses penyembuhan dapat terjadi jaringan parut yang mengandung semua elemen kulit, sehingga tidak mengalami kontraktur.4.Luka bakar derajat 4. Seluruh jaringan kulit mengalami kerusakan. Ujung saraf juga ikut rusak, sehingga pada luka bakar ini rasa nyeri tidak ada. Jaringan parut yang terbentuk akan mengalami kontraksi dan deformitas. Luka terkelupas pada hari ke 5 atau ke 6 dan penyembuhan akan berjalan lambat.5. Luka bakar derajat 5. Pada keadaan ini kerusakan juga meliputi fasia otot dan hampir selalu mengalami deformitas.6. Luka bakar derajat 6. Keadaan ini biasanya fatal, jika tidak meninggal maka biasanya mengakibatkan kerusakan anggota badan.

Klasifikasi luka bakar menurut Wilson(3)1. Luka bakar derajat satu (derajat satu dan dua, Dupuytren) Terjadi eritema dan blister tanpa kehilangan epidermis. Disini kapiler mengalami dilatasi dan terjadi transudasi cairan kedalam jaringan ikat, yang menyebabkan edema. Secara umum blister diliputi oleh kulit yang berwarna keputihan diatasnya, epidermis yang avaskuler dan dibatasi oleh zona yang berwarna hiperemi. Bila besar blister kurang dari 1 cm maka blister ini akan diresorbsi, sebaliknya bila blister ini pecah maka akan meninggalkan daerah dengan dasar yang berwarna kemerahan. Luka bakar derajat satu ini akan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Walaupun luka bakar yang terjadi adalah derajat satu akan tetapi bila meliputi lebih dari sepertiga permukaan tubuh terutama yang terletak pada daerah kepala, leher, badan, atau dinding depan dari abdomen maka akan menyebabkan kefatalan.2. Luka bakar derajat dua (derajat tiga dan empat, Dupuytren) Terjadi destruksi dari seluruh ketebalan kulit. Epidermis dapat mengalami koagulasi, pengerutan, berupa daerah yang dibatasi oleh zona yang berwarna kemerahan, dan blister kulit. Dalam beberapa hari, biasanya dalam beberapa minggu jaringan yang nekrosis akan mengelupas dan meninggalkan ulkus yang lambat menyembuh. Luka bakar derajat dua sering memerlukan koreksi bedah plastik untuk mengatasi jaringan parut yang terbetuk selama penyembuhan.3. Luka bakar derajat tiga (derajat lima dan enam, Dupuytren) Yang karakteristik dari luka bakar ini adalah destruksi yang luas tidak hanya pada kulit dan subkutis tetapi juga pada otot dan tulang. Destruksi pada ujung-ujung saraf juga dapat terjadi yang mengakibatkan kehilangan rasa nyeri yang relatif. Devitalisasi jaringan pada area luka bakar menyebabkan mudah terkenanya infeksi dan penyembuhan yang berjalan lambat. Bila paparannya berkepanjangan, maka kulit dan jaringan ikat dibawah kulit akan terbakar dan menjadi arang. Sedangkan paparan yang luas dari tubuh setelah kematian oleh karena panas dan asap menyebabkan seluruh tubuhh menjadi arang dengan otot-otot dan organ-organ dalam yang terpanggang, dan akhirnya menghanguskan bagian-bagian tubuh terutama ekstremitas, genitalia dan telinga.

Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Dalamnya Luka(4)Luka bakar biasanya digolongkan berdasarkan dalamnya luka yang terbentuk (kerusakan jaringan)A.Luka bakar derajat SatuAdalah luka bakar yang terbatas pada epidermis superfisial1. Dapat terlihat dalam bentuk eritema dan edema, biasanya tidak terdapat lepuh (blister), kulit bisa saja, mengalami pengelupasan2. Biasanya sangat nyeri3. Tidak terbentuk jaringan parut dalam proses penyembuhan4. Misalnya luka bakar akibat terpajan sinar matahari

B.Luka bakar derajat duaYang meliputi seluruh epidermis dan sebagian dermis juga mengenai sebagian apendiks kulit. Luka bakar derajat dua dapat terletak dangkal (superfisial) maupun dalam (profunda)1. Biasanya terdapat lepuh2. Sensasi sensori utuh, biasanya menyembuh tanpa membentuk jaringan parut, namun pada luka bakar yang dalam dapat menimbulkan jaringan parutC.Luka Bakar Derajat TigaMeliputi nekrosis (kematian jaringan) yang mengenai seluruh lapisan kulit, termasuk seluruh apendiks kulit.1. Daerah yang terbakar terlihat berwarna putih2. Kehilangan semua sensasi (mati rasa)3. Hampir selalu terbentuk jaringan parut yang parahD.Luka Bakar Derajat EmpatDikenal sebagai karbonisasi, dimana seluruh jaringan terbakar dan menjadi arang. Terjadi kerusakan total pada kulit dan jaringan subkutan, dan tulang juga mengalami karbonisasi baik sebagian maupun keseluruhan.Tabel 1. Deskripsi Tradisional dan Klasifikasi Umum dari Luka Bakar(5)NomenklaturNomenklatur TradisionalKedalamanPenemuan Klinis

Ketebalan DangkalDerajat 1EpidermisErythema, nyeri

Ketebalan sebagian dangkalDerajat 2Dermis dangkal (papillar) Lepuh, cairan jernih, nyeri

Ketebalan Sebagian dalamDerajat 2Dermis dalam (reticular)Kulit tampak pucat, nyeri berkurang. Sulit dibedakan dengan derajat 3

Seluruh KetebalanDerajat 3 atau 4Dermis dan jaringan dibawahnya, mungkin fascia, tulang, ototKeras, eschar seperti kulit, cairan berwarna ungu, sensibilitas (-)

Klasifikasi Derajat Luka Bakar yang lainnya(3)1. Luka bakar derajat 1 (luka bakar superfisial). Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5 7 hari.Gambar 1. Luka Bakar Derajat I

2. Luka bakar derajat 2 (luka bakar dermis)Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut. Dengan adanya sisa epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 10 21 hari. Oleh karena kerusakan kapiler dan ujung saraf di dermis, luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri dibandingkan luka bakar superfisial, karena adanya iritasi ujung saraf sensorik. Juga timbul bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi. Luka bakar derajat 2 dibedakan menjadi:a. Derajat dua dangkal dimana kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10- 14 hari.b. Derajat dua dalam dimana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Bila kerusakan lebih dalam mengenai dermis, subyektif dirasakan nyeri. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung bagian dari dermis yang memiliki kemampuan reproduksi sel-sel kulit (epitel, stratum germinativum, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan lain sebagainya) yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

Gambar 2. Luka Bakar Derajat II

3. Luka bakar derajat 3Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutis, atau organ yang lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi memberikan gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula dan tidak nyeri.Gambar 3. Luka Bakar Derajat III

III.3.Luas Luka Bakar(3)Penentuan luas luka bakar pada kulit adalah penting pada kasus-kasus dimana kematian terjadi lambat oleh karena luas dan derajat luka bakar sangat penting pengaruhnya terhadap prognosis dan manajemen pengobatannya. Untuk perhitungan luas luka bakar secara tradisional dihitung dengan menggunakan `Rule of Nines` dari Wallace. Dikatakan bahwa luka bakar yang terjadi dapat diindikasikan sebagai presentasi dari total permukaan yang terlibat oleh karena luka termal. Bila permukaan tubuh dihitung sebagai 100%, maka kepala adalah 9%, tiap tiap ekstremitas bagian atas adalah 9%, dada bagian depan adalah 18%, bagian belakang adalah 18%, tiap-tiap ekstremitas bagian bawah adalah 18% dan leher 1%. Lihat gambarRumus tersebut tidak dapat digunakan pada anak dan bayi karena relatif luas permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, digunakan `Rule of ten` untuk bayi dan `Rule of 10-15-20` dari Lund and Browder untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus tersebut adalah luas telapak tangan dianggap seluas 1%.Derajat dan luas luka bakar tergantung pada banyak faktor seperti jarak korban dengan api, lamanya pajanan, bahkan pakaian yang digunakan korban pada waktu terjadinya kebakaran. Komposisi pakaian dapat menentukan derajat keparahan dan luasnya luka bakar. Kain katun murni akan mentransmisi lebih banyak energi panas ke kulit dibandingkan dengan bahan katun polyester. Bahan katun terbakar lebih cepat dan dapat menghasilkan luka bakar yang besar dan dalam. Bila bahan yang dipakai kandungan poliesternya lebih banyak akan menyebabkan luka bakar yang relatif ringan atau kurang berat. Bahan rajutan akan menghasilkan daerah luka bakar yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan bahan pintalan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bila bahan yang dipakai bertambah berat maka daerah yang terbakar akan berkurang. Selain itu derajat luka bakar akan berkurang bila pakaian yang dipakai korban ketat dan mengelilingi tubuh.

Gambar 4. Perhitungan Luas Luka Bakar

Tabel 2. Rule of Nines untuk Penatalaksanaan Luka Bakar Pada Permukaan Tubuh

Struktur AnatomiArea Permukaan

Kepala Depan dan Belakang9%

Badan Depan18%

Punggung18%

Kaki Kanan Depan dan Belakang18%

Kaki Kiri Depan dan Belakang18%

Lengan Kanan Depan dan Belakang9%

Lengan Kiri Depan dan Belakang9%

Genitalia/perineum1%

Gambar 5. Rule of Nines

III.4.Patofisiologi Luka Bakar(6)Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi, rusak dan permeabilitasnya meningkat. Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga.Bila luas luka bakar