Case Kejang Demam Wulan Fixed

download Case Kejang Demam Wulan Fixed

of 30

Transcript of Case Kejang Demam Wulan Fixed

BAB I PENDAHULUAN Kejang Demam (Febrile Convulsion) adalah kejang pada bayi atau anak-anak yang terjadi akibat demam, tanpa adanya infeksi pada susunan saraf pusat maupun kelainan saraf lainnya. Seorang anak yang mengalami kejang demam, tidak berarti dia menderita epilepsi karena epilepsi ditandai dengan kejang berulang yang tidak dipicu oleh adanya demam. Hampir sebanyak 1 dari setiap 25 anak pernah mengalami kejang demam dan lebih dari sepertiga dari anak-anak tersebut mengalaminya lebih dari 1 kali. Kejang demam biasanya terjadi pada anak-anak yang berusia antara 6 bulan-5 tahun dan jarang terjadi sebelum usia 6 bulan maupun sesudah 3 tahun. Kejang demam sering membuat orang tua cemas, tetapi sebetulnya tidak berbahaya. Selama kejang berlangsung, ada kemungkinan anak akan mengalami cedera karena terjatuh atau tersedak makanan maupun ludahnya sendiri. Belum bisa dibuktikan bahwa kejang demam bisa menyebabkan kerusakan otak. Penelitian menunjukkan anak-anak yang pernah mengalami kejang demam memiliki prestasi dan kecerdasan yang normal disekolahnya. 95 98% dari anak-anak yang pernah mengalami kejang demam, tidak berlanjut menjadi epilepsy. Tetapi beberapa anak memiliki resiko tinggi menderita epilepsi, jika kejang demam berlangsung lama, berulang dalam waktu 24 jam, terdapat kelainan saraf lainnya. Tujuan penulis mengambil judul tentang kejang demam karena penyakit ini sering prevalensinya dan penting untuk diketahui penanganan kejang serta penyakit yang mendasarinya dengan baik dan benar. Seringkali kejang demam berulang, dan setiap berulang ambang suhu kejangnya makin turun, sehingga penting juga untuk mengatasi infeksi yang menyebabkan demam tersebut.

1

BAB II STATUS PASIEN KEPANITERAAN FK TRISAKTI BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BUDHI ASIH Nama Mahasiswa NIM : Wulan Mega Gustria : 030.06.279 Pembimbing : dr.Hot Saroha, Sp.A Tanda Tangan :

I.IDENTITAS PASIEN Nama Pasien No. Rekam Medik Suku bangsa Alamat Orang Tua / Wali Ayah : Nama Agama : Tn. A : Islam Ibu Nama Agama : : Ny. K : Islam : An. B : 77xxxx : Jawa Jenis kelamin : Laki-laki Umur Agama : 11bulan : Islam

Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 20 Agustus 2006 : Jl.Kemuning 1 RT 08/ rw 06 Pejaten Timur Pasar Minggu

Alamat : Jl.Kemuning 1 RT 08/ rw 06 Pejaten Timur Pasar Minggu Pekerjaan Penghasilan : Pegawai swasta : Rp. + 1.000.000/bulan

Alamat : Jl.Kemuning 1 RT 08/ rw 06 Pejaten Timur Pasar Minggu Pekerjaan Penghasilan : Ibu Rumah Tangga : Rp. 0 /hari

Suku Bangsa : Jawa

Suku Bangsa : Jawa

Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung. II. ANAMNESIS Dilakukan secara Alloanamnesis dengan Ny. K (ibu kandung pasien) Lokasi Tanggal / waktu Tanggal Masuk : Bangsal lantai V Timur, kamar 515 : 21 September 2011, pkl 00.15WIB dan 22 September 2011, pk 06.30 : 21 September 2011

2

a.

Keluhan Utama: Kejang-kejang 1 jam sebelum masuk rumah sakit

b. Keluhan Tambahan :

Demam dan muntahc.

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien seorang anak laki-laki berusia 5 tahun datang dibawa ibunya ke IGD dengan

keluhan kejang 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Ini merupakan serangan kejang yang pertama kali. Kejang terjadi sebanyak 2 kali. Kejang yang pertama terjadi pukul 16.00 dan yang kedua pukul 22.00. Lama kejang baik yang pertama ataupun kedua sekitar 5-10 menit, kejang terjadi pada seluruh tubuh dimana kedua tangan kelojotan dan kedua kaki kaku, mata mendelik keatas, tidak keluar busa dari mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Setelah kejang pasien muntah 1x berisi makanan yang ia makan, muntah tidak menyembur. Menurut Ibu pasien sebelum kejang, pasien mengalami demam tinggi. Demam terjadi sejak tadi pagi 16 jam SMRS. Demam awalnya tidak begitu tinggi kemudian meningkat menjelang sore hari, demam cukup tinggi sehingga skitar pukul 16.00 terjadi kejang yang pertama. Ibu memberikan obat penurun panas untuk meredakan demam dan agar tidak kejang lagi. Demam sempat turun , namun meningkat kembali pada malam harinya, 6 jam kemudian saat os demam tinggi os kembali kejang sama seperti kejang yang pertama, dan segera dibawa ke rumah sakit. Setelah kejang anak muntah 1x berisi makanan, muntah tidak menyembur. Riwayat trauma disangkal. Di IGD os diberikan obat antikejang. Tidak ada riwayat kejang sebelumnya. Baik kejang yang pertama maupun yang kedua diawali demam, Riwayat kejang tanpa demam disangkal. 3hari SMRS terdapat batuk pilek ringan , sakit tenggorokan dan nyeri menelan di sangkal. Adanya congek-an, dan nyeri saat berkemih disangkal. Tidak ada mencret mencret. Beberapa hari yang lalu os ujan-ujanan sebleum akhirnya anak tersebut demam tinggi dan mulai baruk pilek. Batuk batuk lama, penurunan berat badan dan keringat malam disangkal oleh ibu. Menurut ibu pasien 1 hari SMRS BAB pasien lembek 2x, bewarna kuning-kecoklatan, ampas (+), tidak ada lendir dan darah. Riwayat mual muntah disangkal.BAK dan riwayat makan minum baik.

3

d. Riwayat Penyakit dahulu Penyakit Alergi Cacingan Demam Berdarah Demam Thypoid Otitis Parotitis Kesan : Pasien tidak pernah mengalami kejang sebelumnya dan tidak ada riwayat trauma atau kecelakaan maupun operasi, dan baru dirawat pertama kali. e. Riwayat Penyakit Keluarga Kedua orangtua pasien tidak memiliki riwayat kejang demam pada masa kanak kanaknya. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat kejang. Ibu pasien menderita penyakit hipertensi, dan pembengkakan jantung.f. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Umur -

Penyakit Difteria Diare Kejang

Umur -

Penyakit Jantung Ginjal Darah

Umur -

-

Kecelakaan Morbili Operasi

-

Radang paru Tuberkulosis Lainnya

-

Saat hamil ibu os menderita KEHAMILAN Morbiditas kehamilan darah tinggi dan pembengkakan pada jantung Perawatan antenatal KELAHIRAN Tempat kelahiran Penolong persalinan Cara persalinan Masa gestasi sering periksa ke bidan dan dokter Rumah sakit Dokter caesar Cukup bulan (38 minggu)

4

Berat lahir 3200 gram Keadaan bayi Langsung menangis Kulit kemerahan Kesan : Terdapat riwayat darah tinggi saat kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

g.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan : Pertumbuhan gigi I: Umur 6 bulan Gangguan perkembangan mental : Tidak ada Psikomotor Tengkurap Duduk Berdiri Berjalan Bicara Baca dan Tulis Kesan : Pasien mengalami keterlambatan dalam berbicara : Umur 5 bulan : Umur 7 bulan : Umur 10 bulan : Umur 11 bulan : Umur 14 bulan (Normal: 3-4 bulan) (Normal: 6-9 bulan) (Normal: 9-12 bulan) (Normal: 13 bulan) (Normal: 9-12 bulan) (Normal: 5-9 bulan)

: Pasien mulai mencoret-coret sejak usia 15 bulan

h. Riwayat Makanan :

5

Umur (bulan ) 02 24 46 68 8 10 10 -12 + + + + + + + + + + + + + ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim

Umur Diatas 1 Tahun i. Riwayat Imunisasi : Vaksin BCG DPT PT Polio Campak 2 bulan 3 bulan 3 bulan 4 bulan 9bulan 4 bulan 5 bulan Dasar ( umur ) 1 bulan / 5 bulan 6 bulan Ulangan ( umur )

Hepatitis 2 bulan

Kesan: Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap j. Riwayat Keluarga (corak reproduksi) Riwayat Pernikahan

Nama Perkawinan keUmur saat menikah Pendidikan terakhir Agama Suku bangsa Keadaan kesehatan

Ayah Tn. A Satu 28 Tahun SMA Islam Jawa Baik

Ibu Ny. K Satu 25 tahun SMA Islam Jawa Baik

6

Pasien adalah anak ketiga, jarak dari anak pertama ke kedua yaitu 6 tahun, begitupun jarak dari yang kedua ke ketiga. Ibu pasien tidak pernah mengalami keguguran atau lahir mati. Saat hamil oleh pasien, umur ibu sudah mencapai 31tahun k. Riwayat Perumahan dan Sanitasi Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya, sebuah rumah tinggal milik sendiri dengan dua kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur, beratap genteng, berlantai keramik, berdinding tembok, terletak di jalan gang yang padat penduduk. Keadaan rumah sempit, pencahayaan kurang, ventilasi kurang.Sumber air bersih dari air PAM. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik dan pembuangan sampah setiap harinya diangkut oleh petugas kebersihan. Ayah pasien bekerja sebagai buruh pabrik dengan penghasilan Rp.1000.000,- /bulan. Menurut ibu pasien penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seharihari. Kesan : Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien kurang baik yang memungkinkan pasien menderita penyakit infeksi. III.PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan pada tanggal 21 September 2011 pukul 00.15 dan 22 september 2011 06.30 Keadaan Umum Kesadaran Data Antropometri Berat Badan Tinggi Badan Lingkar Kepala

: Tampak sakit sedang : Somnolen sedasi

: 18 kg : 115cm : 52,5 cm

Status Gizi

BB/U

= (18 kg/20 kg) x 100 % = 81 %

Gizi baik (80-120 %)

7

TB/U 110%)

= (115 cm/110 cm) x 100 % = 108,3 %

Tinggi Normal (90-

Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa status gizi pasien baik Tanda Vital Tekanan Darah Nadi Suhu Pernapasan Kulit : 100/60 : 132 x/menit, reguler, isi cukup, ekual kanan kiri : 38C : 28 x/menit, teratur, tipe abdomino-thorakal : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor normal, kelembaban normal, tidak ada efloresensi yang bermakna Kepala dan Leher Kepala : Normosefali, rambut warna hitam kecoklatan, distribusi merata, tidak mudah dicabut Mata : Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping

hidung -/-, sekret +/+ Telinga : Membran timpani intak, serumen -/-, tanda chovstek (-) Mulut : Bibir merah muda, tidak kering, sianosis (-), trismus (-) , halitosis (-) Lidah : Normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-), tremor (-). Gigi geligi : Caries (-)

8

Uvula Tonsil Tenggorokan Leher

: Letak di tengah : T1/T1, tidak hiperemis : Faring tidak hiperemis : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, trakea letak normal

Thorax Paru Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, efloresensi

primer/sekunder dinding dada (-), pulsasi abnormal (-), gerak pernapasan simetris, irama teratur, tipe abdomino-thorakal, retraksi (-) Palpasi Perkusi Auskultasi Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : Bentuk datar : Supel : Timpani di semua kuadran abdomen, ascites (-). : Bising usus (+) normal9

: Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris : Sonor di semua lapang paru : Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-

: Ictus cordis tidak tampak : Ictus cordis teraba, thrill (-) : Redup : SISII reguler, murmur (-), gallop (-)

Ekstremitas

: Akral hangat, spastisitas (-), sianosis (-), parese (-), paralisis (-)

Refleks Bisep Trisep Patella Refleks patologis Schaeffer Chaddok Kaku kuduk Brudzinsky I Brudzinsky II Kerniq Laseq

Kanan + + + _ _ _ _ _ _ _ _

Kiri + + + _ _ _ _ _ _ _ _

Rangsang meningeal

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Dilakukan pemeriksaan H2TL pertama kali pada tanggal 21september 2010 JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN Hematologi Hemoglobin Hematokrit Lekosit Trombosit 12,1 g/dL 36 % 21,7 rb /uL 289.rb/uL 13-16 g/dL 40 48 % 5-10 rb/ul 150.- /uL NILAI NORMAL

10

V. RINGKASAN Pasien seorang anak laki-laki berusia 5th datang dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan kejang 1 jam sebelum masuk rumah sakit, kejang baru pertama kali, kejang sebanyak 2x. lama kejang kurang dari 15 menit, kejangnya terjadi di seluruh tubuh (kaki dan tangan kaku), mata mendelik ke atas, mulut tidak berbusa.Setelah kejang pasien sempat bangun untuk muntah. Kejang berulang 6 jam kemudian dengan karakteristik yang sama. Os kejang saat demam tinggi, baik yang pertama maupun yang kedua kejang selalu diawali demam, Riwayat kejang tanpa demam disangkal. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama. Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38oc, mata pupil isokor, refleks cahaya +/ +, refleks patologis dan tanda rangsang meningeal (-), Leukosit 21.7 rb/ul VI. DIAGNOSIS BANDING

Kejang demam tidak khas Kejang demam kompleks berulang Kejang demam simpleks Epilepsi yang dibangkitkan demam Gangguan keseimbangan elektrolit Meningitis Ensephalitis

VII. DIAGNOSIS KERJA Kejang Demam Tidak khas

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN Darah lengkap

11

Elektrolit, gula darah Ro thoraks, feses, urine lengkap EEG setelah 1 minggu bebas demam untuk mencari penyebab lain dari kejang

IX. TERAPI Non farmakologis : Pasien dirawat di RS agar mudah di follow-up untuk memantau apabila kejang berulang Farmakologis :1. IVFD Asering 3 cc/kgBB/jam 2. Antibiotik: Ampisilin 4x 500 mg i.v.

Dosis : 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian, BB= 18 kg : 100 x18= 1800/4= 500 mg. 3. Antipiretik: Paracetamol 4x 80 mg p.o. Dosis : 10-15 mg/kgBB/kali, dalam 4 kali pemberian, BB= 18 kg : 10x 18 = 180 mg/ kali.4. Stesolid supposituria 5 mg (saat serangan kejang) dan mengikuti alur tatalaksana

kejang. X. PROGNOSIS Ad vitam Ad functionam Ad sanasionam : ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

FOLLOW UP

12

Pemeriksaan 22 September2010 23September2010 Kejang ( + ) 10 Keluhan S menit Demam (+) Muntah (-) Kejang ( - ) Demam ( - ) Muntah (-) 24 September2010 Kejang ( - ) Demam ( - ) Muntah (-)

Sakit kepala hebat Sakit kepala hebat (-) Mencret (-)

Sakit kepala hebat (-) (-) Mencret (-) Mencret (-)

Keadaan umum Kesadaran Tanda vital

Sakit Sedang

Sakit ringan

Sakit Ringan

Somnolen TD : 100/60 HR = 154x /menit RR = 40x /menit S= 40,05oc

Compos mentis TD = 100/60 HR = 120x /menit RR = 28x /menit Suhu = 35,6 C Normocephali

Compos mentis TD = 100/60 HR= 120x /menit RR = 24x /menit Suhu = 36,8 C Normocephali -/- , SI -/-,

Kepala Mata O

Normocephali

CA -/- , SI -/-, CA pupil isokor, -/-pupil refleks cahaya +/+

-/- , SI CA

isokor, pupil isokor, refleks cahaya +/+ Kaku kuduk (-) Suara napas vesikuler Rh -/-, Wh -/jantung 1-2

refleks cahaya +/+ Kaku kuduk (-) Suara napas vesikuler Rh -/-, Wh -/-

Leher

Kaku kuduk (-) Suara napas

Paru

vesikuler Rh -/-, Wh -/-

Bunyi jantung 1 Bunyi jantung 1 2 Bunyi 2 reguler Jantung Bising (-) Gallop (-) Datar, Supel reguler Bising (-) Gallop (-) Datar, Supel reguler

Bising (-)13

Gallop (-) Datar, Supel

BAB III

14

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEJANG DEMAM I. DEFINISI Kejang didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsi otak yang involunter yang dimanifestasikan sebagai penurunan atau kehilangan kesadaran, aktivitas motorik yang abnormal, perilaku yang abnormal, gangguan sensorik, atau kelainan otonom. 1,2 Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat demam (suhu rectal di atas 38 0C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat (SSP) atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak di atas umur 1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.1 Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38 0C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menu rut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan sampai 5 tahun,berhubungan dengan demam tetapi tadak terbukti adanya infeksi intracranial atau penyebab tertentu. 9 Definisi ini menyingkirkan penyakit saraf separti meningitis, ensefalitis atau enselopati. Kejang keadaan ini mempunyai prognosis berbeda dengan kejang demam karena keadan yang mendasarinya mengenai susunan saraf pusat. Kejang demam harus dibedakan mengenai epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.

II. EPIDEMILOGI Sebanyak 2-5 % anak- anak yang berumur antara 6 bulan sampai 5 tahun pernah mengalami kejang yang disetai demam. Kira-kira dari tiap 25 orang anak, setidaknya satu kali akan mengalami kejang demam dan 1-3 dari anak-anak ini akan mengalami kejang demam tambahan. Beberapa anak mengalami lebih dari 3 kali kejang selama hidupnya. Makin tua umur anak saat kejang pertama timbul, makin kecil kemungkinan terjadinya kejang tambahan 4. Kejang demam adalah tergantung umur dan jarang sebelum umur 9 bulan dan sesudah umur 5 tahun. Puncak umur mulainya adalah sekitar 14-18 bulan dan insiden mendekati 3-4 % anak kecil. Ada riwayat kejang demam keluarga yang kuat pada saudara kandung dan

15

orang tua, menunjukkan bahwa vasopressin arginin dapat merupakan mediator penting pada patogenesis kejang akibat hipertermia. III. ETIOLOGI\

Pada tingkat pengetahuan kita saat ini dapat dikatakan bahwa infeksi pada sebagian besar kejang demam adalah tidak spesifik dan timbulnya serangan terutama didasarkan atas reaksi demam yang terjadi. Faktor-faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam, misalnya: 1. 2. terhadap otak 3. 4. 5. 6. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak Gabungan semua faktor diatas Demam itu sendiri Efek produk toksin daripada mikroorganisme (kuman dan virus)

diketahui atau encefalopati toksik sepintas

Kebanyakan kejang demam terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang mendadak, dan paling sering terjadi selama hari pertama demam. Biasanya demam yang mencetuskan kejang demam pada disebabkan oleh suatu infeksi pada tubuh anak. Infeksi yang paling sering adalah infeksi pada saluran atas, otitis media, campak, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.1,2,4 Faktor Resiko Faktor resiko yang dapat menyebabkan kejang demam pertama: Riwayat keluarga dengan kejang demam Pemulangan neonatus >28 hari Anak dengan pengawasan Perkembangan yang terlambat Kadar natrium rendah Temperatur yang tinggi

Faktor resiko kejang demam yang berulang:

16

Usia muda pada saat terjadi kejang demam yang pertama ( 30 menit : Status Konvulsivus

Kejang -

Kejang +26

Dosis pemeliharaan Fenitoin IV 5-7 mg/kg/hari Diberikan 12 jam kemudian

Fenobarbital IV/IM 10-20 mg/kg

Kejang -

Kejang +

Dosis pemeliharaan Fenobarbital IVIM 5-7 mg/kg diberikan 12 jam kemudian

PERAWATAN RUANG INTENSIF

2.

Mencari dan mengobati penyebab.[6]

Mencari penyebab dengan pemeriksaan penunjang yang tersedia. Penyebab dari kejang demma biasanya infeksi traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat perlu unutk mengobati infeksi tersebut. 3. Pengobatan profilaksis

Pengobatan profilaksis di bagi menjadi 2, yaitu: 1. 2. Profilaksis Intermiten Profilaksis jangka panjang Profilaksis intermiten Yang dimaksud dengan pengobatan intermiten adalah pengobatan yang diberikan pada saat anak mengalami demam,dengan tujuan mencegah terjadinya kejang demam. Terdiri dari pemberian antipiretik dan antikonvulsan. Antipiretik

27

Efektif menurunkan suhu tubuh sehingga anak tampak lebih tenang, meskipun tidak terbukti dapat mengurangi resiko rekurensi. Antipiretik yang digunakan antara lain: - Parasetamol atau Asetaminofen 10- 15 mg/kgBB/x dan diberikan sebanyak 4x sehari - Ibuprofen 10 mg/kgBB/x diberikan sebanyak 3x sehari Antikonvulsan Antikonvulsan hanya diberikan pada waktu pasien demam dengan ketentuan orang tua atau pengasuh pasien mengetahui dengan cepat adanya demam pada anak. Dapat diberikan diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB/hari tiap 8 jam saat demam atau diazepam rectal 0,5 mg/kgBB/hari setiap 8 jam bila demam diatas 380C. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia [1,4]. Profilaksis jangka panjang Pengobatan rumat adalah pengobatan yang diberikan terus- menerus untuk waktu yang cukup lama. Pengobatan ini diberikan bila terdapat lebih dari satu keadaan dibawah ini : Kejang demam lebih dari15 menit Adanya defisit neurologist yang jelas baik sebelum demam maupun setelah demam Kejang demam fokal Adanya riwayat epilepsi dalam keluarga Dipertimbangkan bila terdapat lal- hal dibawah ini: - Kejang demam pertama pada umur dibawah 12 bulan. - Kejang berulang dalam waktu 24 jam - Kejang demam berulang (lebih dari 4 kali pertahun) Obat rumat yang dapat menurunkan resiko berulangnya demam hanya fenobarbital (3-5mg/kgBB/hari.dibagi dalam 2-3 dosis) dan asam valproat (15-40 mg/kgBB/hari dan dibagi dalam 2 dosis per hari), obat ini diberikan terus menerus selama satu tahun setelah kejang terakhir kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Gangguan prilaku dan kesulitan belajar adalah efek samping

28

pemakaian fenobarbital setiap harinya, sedangkan pemakaian asam valproat pada usia kurang dari 2 tahun dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hati, sehingga jangan lupa diperiksakan kadar SGOT dan SGPT setelah 2 minggu, satu bulan kemudian setiap 3 bulan [1,4]

Edukasi Kepada Orang tua Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orangtua. Pada saat kejang sebagian besar orangtua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya: -

Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik Memberitahukan cara penanganan kejang Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat.[5]

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang Tetap tenang dan tidak panik Kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lender di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.

Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang. Tetap bersama pasien selama kejang Berikan diazepam rektal dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.[3]

Vaksinasi Sejauh ini tidak ada kontraindikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak yang mengalami kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34 per 100.000. Dianjurkan untuk memberi diazepam oral atau

29

rektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi hingga 3 hari kemudian.[5] XII. Prognosis Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak perlu menyebabkan kematian. Dari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya kejang berkisar antara 25%-50% yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. [6] DAFTAR PUSTAKA

1. Widodo D P, dkk. Penanganan Demam pada Anak secara Profesional. Depertemen Kesehatan Anak FKUI. Jakarta.2005.Hal 58-65.2. Lumbantobing, S. M. Kejang Demam (Febrile Convulsion). Jakarta : Balai

Penerbit FKUI. 2007.3. Behrman, kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15, Volume 3.

Jakarta. EGC, 2000. hal 2053-60. 4. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, 1985 hal 847-8555. Pusponegoro, H.D, dkk. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Ikatan

Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2006. Hal 1-14. 6. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga,Jilid kedua. Penerbit Media Aesculapius fakultas kedokteran Universitas Indonesia,2000, hal 434-437.7. Askep

kejang dan demam pada anak. Available at http:// maidun-

gleekapay.blogspot.com. Accesed on Desember 19th, 2010.8. Sylvia AP. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi ke-6 Vol.2.

Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2003.9. Saraf Otot. Available at http://derajad-google.blogspot.com/2008/11/saraf-otot-

nerve-muscle.html Accessed on Desember 20 th 201010. Sofyan Ismael, Prof. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta

:Badan Penerbit IDAI. 2006.

30