Case Katarak
-
Upload
olivia-lie -
Category
Documents
-
view
45 -
download
12
description
Transcript of Case Katarak
Laporan Kasus
Katarak Senilis Matur Pembimbing :
dr. Enni Cahyani P, SPM, Mkes
Disusun oleh:
Siti Noorbaizura Bt. Abd. Manaf
11-2010-207
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA, RSM DR. YAP, JOGJAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 2 Januari – 4 Februari 2012
1
KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
STATUS ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT MATA DR YAP
Nama : Siti Noorbaizura Bt. Abd. Manaf
NIM : 11-2010-207
Dr. Pembimbing : Dr. Enni Cahyani P., SpM, Mkes
Fak. Kedokteran : UKRIDA
I. IDENTITAS
Nama : Ny K
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Taruman, Klampu Grobogan RT02 RW03
II. ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis dan Alloanamnesis pada tanggal 26 Januari 2012 Jam 1100
Keluhan Utama:
Penglihatan mata kiri terasa kabur sejak 1 tahun SMRS.
2
Riwayat Penyakit Sekarang:
1 tahun SMRS, pasien mengeluh penglihatan mata kiri terasa kabur yang timbul secara
perlahan-lahan. Pasien mengatakan penglihatan mata kirinya seperti melihat ada titik kabur
seperti berawan. Pasien juga mengatakan mata kiri kadang-kadang terasa lengket seperti ada
kotoran, gatal serta rasa mengganjal. Pasien mengatakan mata kiri tidak merah, tidak berair,
tidak perih, tidak nyeri. Pasien juga sering mengeluh pandangan menjadi lebih silau jika keluar
rumah pada siang hari atau jika melihat cahaya lampu yang terang. Pasien menyangkal melihat
gambaran pelangi bila melihat cahaya terang tersebut. Riwayat sakit kepala dan demam di
sangkal.
2 minggu SMRS, pasien mengeluh penglihatan kabur pada mata kirinya bertambah parah
sampai menjadi gelap. Sebelumnya pasien belum pernah berobat. Keluhan mata merah, melihat
pelangi, pusing, mual dan muntah disangkal. Pasien mengatakan penglihatan seakan samar-
samar dan pasien mulai merasa tidak enak untuk melihat dan memutuskan untuk datang berobat
ke Rumah Sakit Mata “DR YAP”. Pasien mengatakan dokter yang memeriksanya mengatakan
bahwa terdapat kekeruhan pada mata kirinya. Dokter menyarankan untuk melakukan tindakan
operasi pada mata yang sebelah kiri.
Riwayat trauma, alergi terhadap obat–obatan dan makanan, penggunaan jamu-jamuan,
steroid dan merokok di sangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
a. Umum :
- Diabetes Mellitus : Tidak ada
- Hipertensi : Tidak ada
- Asma : Tidak ada
- Gastritis : Tidak ada
- Alergi obat : Tidak ada
b. Mata :
3
- Riwayat penggunaan kacamata (-)
- Tidak ada riwayat trauma seperti kebentur atau pukulan pada mata pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit seperti pasien.
Riwayat Penggunaan Kacamata:
Pasien mengaku tidak pernah memakai kacamata.
PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15 (E4, M6 ,V5)
Berat Badan : 46 kg
Tinggi Badan : 156 cm
Tanda Vital : Tekanan Darah: 130/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 37,0°C
Telinga : Normotia, MAE lapang, serumen (-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-)
Tenggorok : T1 – T1 tenang, faring tidak hiperemis
Thoraks : Paru SN vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
Jantung BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Supel, datar, bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
KGB : Tidak teraba pembesaran KGB
4
Status Gizi : 18,90 (cukup)
B. STATUS OFTALMOLOGIKUS
KETERANGAN OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
1. VISUS
Tajam Penglihatan 6/9 1/300
Axis Visus - -
Koreksi - -
Addisi - -
Distansia Pupil - -
Kacamata Lama - -
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
Eksoftalmos Tidak ada Tidak ada
Enoftalmos Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah Baik ke semua arah
3. SUPERSILIA
Warna Hitam Hitam
Simetris Simetris Simetris
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
5
Entropion Tidak ada Tidak ada
Blefarospasme Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fissura palpebra Tidak ada Tidakada
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Tidak ada Tidak ada
5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Anemis Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada
6. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret Tidak ada Tidak ada
Injeksi Konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada
Injeksi
Subkonjungtiva
Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada
6
7. SISTEM LAKRIMALIS
Punctum Lakrimalis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
8. SKLERA
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
9. KORNEA
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran 12mm 12mm
Sensibilitas Baik Baik
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Keratik Presipitat Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arkus Senilis Tidak ada Ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
10. BILIK MATA DEPAN
Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada
7
Efek Tyndall Tidak ada Tidak ada
11. IRIS
Warna Coklat kehitaman Coklat kehitaman
Kripte Jelas Jelas
Sinekia Tiada Tiada
Koloboma Tiada Tiada
12. PUPIL
Letak Di tengah Di tengah
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 3 mm 3 mm
Refleks Cahaya
Langsung
Positif Positif
Refleks Cahaya Tak
Langsung
Positif Positif
13. LENSA
Kejernihan Jernih Keruh
Letak Di tengah Di tengah
Shadow Test - Negatif
14. BADAN KACA
Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
15. FUNDUS OKULI
8
Batas Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
Warna Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
Ekskavasio Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
Rasio Arteri:Vena Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
C/D Ratio Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
Makula Lutea Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
Retina Tdak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
Eksudat Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
Perdarahan Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
Sikatriks Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinlai
Ablasio Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
16. PALPASI
Nyeri Tekan Tiada Tiada
Massa Tumor Tiada Tiada
Tensi Okuli Normal perpalpasi Normal per palpasi
Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tonometri Air-Puff
17. KAMPUS VISI
Tes Konfrontasi Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Proyeksi sinar / proyeksi warna ( PS/PW):
OD : Baik
OS : Baik
2. Laboratorium
9
Fungsi ginjal
Ureum : 19,6 mg/dl (10-50 mg/dl)
Kreatinin : 0,91 mg/dl (0.5-1.36 mg/dl)
Protein : Negatif
Reduksi : Positif
Serologi
HbsAg : Negatif
Waktu pembekuan : 11 menit (7-16 menit)
Waktu pendarahan : 1 menit (2-6 menit)
Glukosa darah sewaktu : 120 mg /dl
IV. RESUME
Telah dilakukan pemeriksaan terhadap pasien Ny K (60 tahun), melalui auto dan allo anamnesis
pada tanggal 26 Januari 2012, didapatkan keluhan utama adalah penglihatan mata kiri terasa
kabur seperti melihat kabut sejak 1 tahun SMRS. Keluhan kabur pada mata kiri bertambah parah
sampai menjadi gelap mulai 2 minggu SMRS. Pemeriksaan fisik ditemukan lensa mata kiri keruh
di seluruh bagian lensa. Tajam penglihatan mata kiri adalah 1/300 dengan proyeksi sinar dan
warna baik.
Status ophtalmologis
OD Visus 6/9 Lensa jernih
OS Visus 1/300 Lensa keruh di seluruh bagian lensa, shadow test ( - )
V. DIAGNOSIS KERJA
1. OS : Katarak Senilis Matur
10
Dasar diagnosis : visus turun perlahan-lahan, mata tenang, visus 1/300. Lensa keruh
pada seluruh bagian lensa, shadow test ( - ).
VI. DIAGNOSIS BANDING
Katarak sekunder
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. USG opthalmologi OS, untuk membantu diagnosis (menilai keadaan lensa dan ruang
belakang mata).
2. Biometri opthalomologi OS, untuk membantu diagnosis, menilai keadaan lensa dan
perencanaan penatalaksanaan.
3. Retinometri, untuk menilai fungsi retina dan perencanaan penatalaksanaa.
VIII. PENATALAKSANAAN
OS Rencanakan operasi ekstraksi katarak (ECCE/ Phaecoemulsi) Catarlens Eye Drops 3 x 1 gtt Timolol 0.1% tetes mata 2x1 tetes
IX. PROGNOSIS
OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
Ad Vitam : dubia ad bonam dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam dubia ad malam
X. EDUKASI
Minum obat secara teratur dan rutin khususnya obat diabetes, dan rutin kontrol gula darah
Diet rendah gula dan olahraga rutin tiap pagi hari
11
Suplemen vitamin C dan vitamin E, beta karoten, dan selenium untuk mencukupi
kebutuhan tubuh.
Makan makanan yang banyak mengandung antioksidan, seperti jus jeruk, jus wortel, jus
tomat, jus avokad, asparagus, semangka, dan bayam, juga bisa dikonsumsi untuk
mencegah terjadinya katarak.
Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam
tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah.
ANALISA KASUS
Pada pasien ini saya tegakkan diagnosa kerja katarak senilis stadium matur OD
berdasarkan :
1. Usia pasien yaitu lebih dari 50 tahun.
2. Autoanamnesa didapatkan, pasien mengeluh penglihatan pada mata kiri kabur seperti
berkabut. Keluhan ini dirasakan pasien awalnya kabut terlihat sedikit yang semakin lama
semakin tebal. Hal ini sesuai dengan teori, dimana pasien dengan katarak mengeluh
penglihatan berkabut, berasap, tajam penglihatan menurun.
3. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan mata kiri visus 1/300. Lensa keruh, Shadow
test (-), reflex fundus (-), papil, arteri/vena, macula, retina sulit dinilai.
Prognosis ad vitam bonam, karena katarak tidak mengancam jiwa. Pembedahan
merupakan solusi terbaik untuk mengobati katarak dengan angka keberhasilan mencapai + 95 %.
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat menghilangkan, mengurangi atau
memperlambat perkembangan katarak senilis.
12
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK
Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya menjadi
keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi kabur. Katarak
terjadi secara perlahan-lahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur.
Katarak tidak menular dari satu mata ke mata lain, tetapi katarak dapat terjadi pada kedua mata
pada waktu yang tidak bersamaan.Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi atau
ketuaan (jenis katarak ini paling sering dijumpai), trauma mata, infeksi penyakit tertentu
(Diabetes Mellitus). Katarak dapat terjadi pula sejak lahir (cacat bawaan), karena itu katarak
dapat dijumpai pada usia anak-anak maupun dewasa.
Data badan kesehatan PBB (WHO) menyebutkan penderita kebutaan di dunia mencapai
38 juta orang, 48% di antaranya disebabkan katarak. Untuk Indonesia, survei pada 1995/1996
menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai 1,5% dengan 0,78% di antaranya disebabkan oleh
katarak, dan yang terbesar karena katarak senilis/ ketuaan.
Selain penglihatan yang semakin kabur dan tidak jelas, tanda-tanda awal terjadinya
katarak antara lain merasa silau terhadap cahaya matahari, perubahan dalam persepsi warna, dan
daya penglihatan berkurang hingga kebutaan. Katarak biasanya terjadi dengan perlahan dalam
waktu beberapa bulan. Daya penglihatan yang menurun mungkin tidak disadari karena
13
merupakan perubahan yang berperingkat (progresif). Menurut Istiantoro, katarak hampir tidak
bisa dicegah karena merupakan proses penuaan sel.
Meskipun tergolong penyakit menakutkan, operasi katarak membutuhkan waktu relatif
singkat yaitu 30-40 menit saja. Bahkan, teknologi kedokteran terbaru memungkinkan pembiusan
dilakukan melalui tetes mata saja. Sehingga banyak orang keliru menganggap katarak bisa
diobati hanya menggunakan obat tetes mata.
Operasi katarak merupakan operasi yang mudah dan aman bagi kebanyakan orang.
Namun, sama seperti operasi lain, operasi katarak dapat menimbulkan komplikasi seperti
pendarahan dan kerusakan pada kornea atau retina yang memerlukan pembedahan lebih lanjut.
LENSA
Anatomi Lensa
Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah, transparan,
dengan diameter 9 mm, dan tebal sekitar 5 mm. Lensa terdiri dari kapsul, epitel lensa, korteks
dam nucleus.
14
Gambar 1. Anatomi Lensa
Ke depan, lensa berhubungan dengan cairan bilik mata, ke belakang berhubungan dengan
badan kaca. Di belakang iris, lensa digantung pada prosesus siliaris oleh zonula Zinii
(ligamentum suspensorium lentis), yang melekat pada ekuator lensa, serta menghubungkannya
dengan korpus siliare. Zonula Zinni berasal dari lamina basal epitel tidak berpigmen prosesus
siliare. Zonula Zini melekat pada bagian ekuator kapsul lensa, 1,5 mm pada bagian anterior dan
1,25 pada bagian posterior.
Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Di
sebelah anterior lensa terdapat humor akuous dan di sebelah posteriornya korpus vitreus. Lensa
diliputi oleh kapsula lentis, yang bekerja sebagai membran semipermeabel, yang melalukan air
dan elektrolit untuk makanannya. Di bagian anterior terdapat epitel subkapsuler sampai ekuator.
Gambar 2. Lapisan Lensa
Di kapsul anterior depan terdapat selapis epitel subkapsular. Epitel ini berperan dalam
proses metabolisme dan menjaga sistem normal dari aktivitas sel, termasuk biosintesa dari DNA,
RNA, protein dan lipid.
Substansi lensa terdiri dari nukleus dan korteks, yang terdiri dari lamel-lamel panjang
yang konsentris. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya
usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih
15
besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.
Tiap serat mengandung inti, yang pipih dan terdapat di bagian pinggir lensa dekat ekuator, yang
berhubungan dengan epitel subkapsuler. Serat-serat ini saling berhubungan di bagian anterior.
Garis-garis persambungan yang terbentuk dengan persambungan lamellae ini ujung-ke-ujung
berbentuk {Y} bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk {Y} ini tegak di anterior dan terbalik di
posterior (huruf Y yang terbalik).
Sebanyak 65% bagian dari lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan protein
tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan
tubuh lainnya. Protein lensa terdiri dari water soluble dan water insoluble. Water
soluble merupakan protein intraseluler yang terdiri dari alfa (α), beta (β) dan delta (δ) kristalin,
sedang yang termasuk dalam water insoluble adalah urea soluble dan urea insoluble. Kandungan
kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Seperti telah disinggung
sebelumnya, tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau saraf di lensa.
Embriologi Lensa
Mata berasal dari tonjolan otak (optic vesicle). Lensanya berasal dari ektoderm
permukaan pada tempat lensplate, yang kemudian mengalami invaginasi dan melepaskan diri
dari ektoderm permukaan membentuk vesikel lensa dan bebas terletak di dalam batas-batas dari
optic cup. Segera setelah vesikel lensa terlepas dari ektoderm permukaan, maka sel-sel bagian
posterior memanjang dan menutupi bagian yang kososng. Pada stadium ini, kapsul hialin
dikeluarkan oleh sel-sel lensa. Serat-serat sekunder memanjangkan diri, dari daerah ekuator dan
tumbuh ke depan di bawah epitel subkapsuler, yang hanya selapis dan ke belakang di bawah
kapsula lentis. Serat-serat ini saling bertemu dan membentuk sutura lentis, yang berbentuk huruf
Y yang tegak di anterior dan Y yang terbalik di posterior. Pembentukan lensa selesai pada usia 7
bulan penghidupan foetal. Inilah yang membentuk substansi lensa, yang terdiri dari korteks dan
nukleus. Pertumbuhan dan proliferasi dari serat-serat sekunder berlangsung terus selama hidup
tetapi lebih lambat, karenanya lensa menjadi bertambah besar lambat-lambat. Kemudian terjadi
kompresi dari serat-serat tersebut dengan disusul oleh proses sklerosis.
16
Fungsi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Supaya hal ini dapat
dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai dengan sinar yang datang sejajar atau
divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut akomodasi. Hal ini dapat dicapai dengan
mengubah lengkungnya lensa terutama kurvatura anterior.
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya
yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya pararel
akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi
sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa
menjadi lebih sferis diiringi oleh daya biasnya. Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris,
zonula dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring
dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan akan berkurang.
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu : kenyal atau lentur karena
memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung; jernih atau transparan
karena diperlukan sebagai media penglihatan; terletak di tempatnya. Lensa dapat merefraksikan
cahaya karena indeks refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada
bagian perifer yang berbeda dari aqueous dan vitreous humor yang mengelilinginya. Pada
keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20 D dari sekitar 60 D seluruh
kekuatan refraksi bola mata manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksi diberikan oleh
udara dan kornea.
Pada foetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa lensanya lebih
padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada
masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini
proses bertambah cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada
orang tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna kekuning-kuningan, kurang jernih dan
tampak sebagai “grey reflex” atau “senile reflex”, yang sering disangka katarak, padahal salah.
Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi kurang elastis dan daya akomodasinya pun berkurang.
Keadaan ini disebut presbiopia, pada orang Indonesia dimulai pada umur 40 tahun.
Pemeriksaan Lensa
17
Pemeriksaan lensa dilakukan dengan menentukan visus, pemeriksaan dengan lampu
biasa, penyinaran fokal, slitlamp, oftalmoskop pada pupil yang dilebarkan dahulu.
KATARAK
Definisi
Katarak adalah kelainan pada lensa berupa kekeruhan lensa yang menyebabkan tajam
penglihatan penderita berkurang. Kata katarak berasal dari Yunani “katarraktes”, atau dalam
bahasa Inggris (Cataract) dan Latin (Cataracta) yang berarti air terjun, karena pada awalnya
katarak dipikirkan sebagai cairan yang mengalir dari otak ke depan lensa.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan (opasitas) pada lensa yang tidak dapat
menggambarkan obyek dengan jelas di retina, yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau kedua-duanya.
Gambar 3. Perbandingan lensa normal
dengan lensa yang terkena katarak
Epidemiologi
Berbagai studi cross-sectional melaporkan prevalensi katarak pada individu berusia 65-
74 tahun adalah sebanyak 50% dan meningkat hingga 70% pada individu di atas 75 tahun.
Diperkirakan 5-10 juta individu mengalami kerusakan penglihatan akibat katarak setiap
tahun (Newell, 1986). Di USA sendiri ada 300. 000 – 400.000 ekstraksi mata tiap tahunnya.
Insiden tertinggi pada katarak terjadi pada populasi yang lebih tua.
18
Diketahui kebutaan di Indonesia berkisar 1,5 % dari jumlah penduduk Indonesia. Dari
angka tersebut presentasi angka kebutaan utama ialah :
- Katarak 0,78 %
- Kelainan kornea 0,13 %
- Penyakit glaukoma 0,20 %
- Kelainan refraksi 0,14 %
- Kelainan retina 0,03 %
- Kelainan nutrisi 0,02 %
Etiologi
a. Penyebab paling banyak adalah akibat proses lanjut usia/ degenerasi, yang
mengakibatkan lensa mata menjadi keras dan keruh.
b. Dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok, sinar ultraviolet, alkohol, kurang
vitamin E,radang menahun dalam bola mata, polusi asap motor/pabrik karena
mengandung timbal.
c. Cedera mata, misalnya pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, bahan kimia
yang merusak lensa.
d. Peradangan/infeksi pada saat hamil, penyakit yang diturunkan.
e. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit metabolik misalnya diabetes mellitus.
f. Obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid, klorokuin, klorpromazin, ergotamine,
pilokarpin)
Patofisiologi
Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada lensa
katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas
cahaya dan mengurangi transparaninya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan
perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel
di antara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang
menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya katarak, antara
lain kerusakan oksidatif (dari proses radikal bebas), sinar ultraviolet dan malnutrisi.
Secara umum ada dua proses patogenesis katarak, yaitu :
19
1. Hidrasi
Terjadi penimbunan komposisi ionik pada korteks lensa dan penimbunan cairan di antara
celah-celah serabut lensa
2. Sklerosis
Serabut-serabut lensa yang terbentuk lebih dahulu akan terdorong ke arah tengah
sehingga bagian tengah menjadi lebih padat (yang disebut nucleus), mengalami dehidrasi
serta penimbunan kalsium dan pigmen
Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan menurut beberapa aspek, yaitu :
1. Berdasarkan usia :
a. Katarak kongenital ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun )
b. Katarak juvenil ( terlihat sesudah usia 1 tahun )
c. Katarak senile ( setelah usia 50 tahun )
2. Menurut lokasi kekeruhan lensa :
a. Nuklear
b. Kortikal
c. Subkapsular (posterior/anterior) jarang
3. Menurut derajat kekeruhan lensa :
a. Insipien
b. Imatur
c. Matur
d. Hipermatur
4. Menurut kecepatan perkembangannya :
a. Stationary
b. Progressive
5. Menurut penampakan biomikroskopis :
a. Lamellar
b. Coralliform
c. Pungtata
6. Menurut etiologi :
20
a. Katarak primer
b. Katarak sekunder
7. Menurut konsistensinya :
a. Katarak lunak
b. Katarak keras
Katarak Berdasarkan Usia
a. Katarak Kongenital
Katarak Kongenital katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi
berusia kurang dari 1 tahun. Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada
waktu lahir umumnya tidak meluas dan jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa.
Letak kekeruhan tergantung pada saat mana terjadi gangguan pada kehidupan janin.
Dibagi menjadi 2 jenis :
a. Katarak kapsulolentikular
Katarak yang mengenai kapsul dan korteks.
b. Katarak lentikular
Katarak yang mengenai korteks atau nukleus saja, tanpa disertai kekeruhan kapsul.
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer atau
berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau umum.
Katarak kongenital dapat dalam bentuk katarak lamelar atau zonular, katarak polaris
posterior (piramidalis posterior, kutub posterior), polaris anterior (piramidalis anterior, kutub
anterior), katarak inti (katarak nuklearis), dan katarak sutural.
Katarak Lamelar atau Zonular
Di dalam perkembangan embriologik permulaan terdapat perkembangan serat
lensa maka akan terlihat bagian lensa sentral yang lebih jernih. Kemudian terdapat serat
lensa keruh dalam kapsul lensa. Kekeruhan berbatas tegas dengan bagian perifer tetap
bening. Katarak lamelar ini mempunyai sifat herediter dan ditransmisi secara dominan,
katarak biasanya bilateral.
21
Katarak zonular terlihat segera sesudah bayi lahir. Kekeruhan dapat menutupi
seluruh celah pupil, bila tidak dilakukan dilatasi pupil sering dapat mengganggu
penglihatan.
Gangguan penglihatan pada katarak zonular tergantung pada derajat kekeruhan
lensa. Bila kekeruhan sangat tebal sehingga fundus tidak dapat terlihat pada pemeriksaan
oftalmoskopi maka perlu dilakukan aspirasi dan irigasi lensa.
Katarak Polaris Posterior
Katarak polaris posterior disebabkan menetapnya selubung vaskular lensa.
Kadang-kadang terdapat arteri hialoid yang menetap sehingga mengakibatkan kekeruhan
pada lensa bagian belakang. Pengobatannya dengan melakukan pembedahan lensa.
Katarak Polaris Anterior
Gangguan terjadi pada saat kornea belum seluruhnya melepaskan lensa dalam
perkembangan embrional. Hal ini juga mengakibatkan terlambatnya pembentukan bilik
mata depan pada perkembangan embrional. Pada kelainan yang terdapat di dalam bilik
mata depan yang menuju kornea sehingga memperlihatkan bentuk kekeruhan seperti
piramid. Katarak polaris anterior berjalan tidak progresif.
Pengobatan sangat tergantung keadaan kelainan. Bila sangat mengganggu tajam
penglihatan atau tidak terlihatnya fundus pada pemeriksaan oftalmoskopi maka dilakukan
pembedahan.
Katarak Nuklear
Katarak semacam ini jarang ditemukan dan tampak sebagai bunga karang.
Kekeruhan terletak di daerah nukleus lensa. Sering hanya merupakan kekeruhan
berbentuk titik-titik.
Gangguan terjadi pada waktu kehamilan 3 bulan pertama. Biasanya bilateral dan
berjalan tidak progresif, biasanya herediter dan bersifat dominan. Tidak mengganggu
tajam penglihatan. Pengobatan, bila tidak mengganggu tajam penglihatan maka tidak
memerlukan tindakan.
Katarak Sutural
Katarak sutural merupakan kekeruhan lensa pada daerah sutura fetal, bersifat
statis, terjadi bilateral dan familial.
22
Karena letak kekeruhan ini tidak tepat mengenai media penglihatan maka ia tidak
akan mengganggu penglihatan. Biasanya tidak dilakukan tindakan.
b. Katarak Juvenil
Katarak juvenil adalah katarak yang lunak dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia lebih dari 1 tahun dan kurang dari 50 tahun. Merupakan katarak yang
terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih
terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti
bubur dan disebut sebagai soft cataract. Biasanya katarak juvenil merupakan bagian dari
suatu gejala penyakit keturunan lain. Pembedahan dilakukan bila kataraknya diperkirakan
akan menimbulkan ambliopia.
Tindakan untuk memperbaiki tajam penglihatan ialah pembedahan. Pembedahan
dilakukan bila tajam penglihatan seduah mengganggu pekerjaan sehari-hari. Hasil tindakan
pembedahan sangat bergantung pada usia penderita, bentuk katarak apakah mengenai seluruh
lensa atau sebagian lensa apakah disertai kelainan lain pada saat timbulnya katarak, makin
lama lensa menutupi media penglihatan menambah kemungkinan ambliopia.
c. Katarak Senil
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di
atas 50 tahun kadang-kadang pada usia 40 tahun. Perubahan yang tampak ialah bertambah
tebalnya nukleus dengan berkembangnya lapisan korteks lensa. Secara klinis, proses ketuaan
lensa sudah tampak sejak terjadi pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai
terjadinya sklerosis lensa yang timbul pada usia dekade 4 dalam bentuk keluhan presbiopia.
Dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu katarak nuklear, kortikal, dan subkapsular posterior.
Katarak Nuklear
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama
kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuningan menjadi cokelat dan
kemudian menjadi kehitaman. Keadaan ini disebut katarak brunesen atau nigra.
23
Gambar 4. Katarak Nuklear
Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan
terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita
seakan-akan mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.
Gambar 5. Katarak Kortikal
Katarak Subkapsular Posterior
Katarak subkapsular posterior ini sering terjadi pada usia yang lebih muda
dibandingkan tipe nuklear dan kortikal. Katarak ini terletak di lapisan posterior kortikal
dan biasanya axial. Indikasi awal adalah terlihatnya gambaran halus seperti pelangi
dibawah slit lamp pada lapisan posterior kortikal. Pada stadium lanjut terlihat granul dan
plak pada korteks subkapsul posterior ini. Gejala yang dikeluhkan penderita adalah
penglihatan yang silau dan penurunan penglihatan di bawah sinar terang. Dapat juga
terjadi penurunan penglihatan pada jarak dekat dan terkadang beberapa pasien juga
mengalami diplopia monokular.
24
Gambar 6. Katarak Subkaspular Posterior
Katarak Senil dapat dibagai atas 4 stadium :
1) Katarak Insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dasar
di perifer dan daerah jernih membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan daerah
jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya teletak di korteks anterior atau posterior.
Kekeruhan ini pada umumnya hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena indeks refraksi yang tidak sama
pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.
2) Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak
atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks
refraksi dimana mata akan menjadi miopik. Kecembungan ini akan mengakibatkan
pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma. Uji
bayangan iris pada keadaan ini positif.
3) Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-
sama hasil disintegrasi melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa akan berukuran
normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai
kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat
25
putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium. Bila dilakukan uji
bayangan iris akan terlihat negatif.
Gambar 7. Katarak Matur
4) Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks mengkerut dan
berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks, nukleus lensa
tenggelam ke arah bawah (katarak morgagni). Lensa yang mengecil akan
mengakibatkan bilik mata menjadi dalam. Uji bayangan iris memberikan gambaran
pseudopositif.
Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat menimbulkan penyulit
berupa uveitis fakotoksik atau glaukom fakolitik.
26
Gambar 8. Katarak Hipermatur
Tabel 1. Perbedaan Stadium Katarak Senilis
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Visus 6/6 ↓ (6/6 – 1/60) ↓↓ (1/300-1/~) ↓↓ (1/300-1/~)
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis + Glaukoma
Katarak Berdasarkan Etiologi
a. Katarak Primer
Katarak primer merupakan katarak yang terjadi karena proses penuaan atau degenerasi,
bukan karena penyebab yang lain, seperti penyakit sistemik atau metabolik, traumatik, toksik,
radiasi dan kelainan kongenital.
b. Katarak Sekunder
1. Katarak Metabolik
Katarak metabolik atau disebut juga katarak akibat penyakit sistemik, terjadi
bilateral karena berbagai gangguan sistemik berikut ini : diabetes melitus, hipokalsemia
(oleh sebab apapun), defisiensi gizi, distrofi miotonik, dermatitis atopik, galaktosemia,
dan sindrom Lowe, Werner, serta Down.
2. Katarak Traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada lensa
atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan merupakan
penyebab yang sering; penyebab lain yang lebih jarang adalah anak panah, batu,
kontusio, pajanan berlebih terhadap panas (glassblower’s cataract), dan radiasi pengion.
Di dunia industri, tindakan pengamanan terbaik adalah sepasang kacamata pelindung
yang bermutu baik.
27
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada
kapsul lensa menyebabkan humor aqueous dan kadang-kadang vitreus masuk ke dalam
struktur lensa. Pasien sering kali adalah pekerja industri yang pekerjaannya memukulkan
baja ke baja lain. Sebagai contoh, potongan kecil palu baja dapat menembus kornea dan
lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi lalu tersangkut di vitreus atau retina.
3. Katarak Komplikata
Penyakit intraokular atau penyakit di bagian tubuh yang lain dapat menimbulkan
katarak komplikata. Penyakit intraokular yang sering menyebabkan kekeruhan pada lensa
ialah iridosiklitis, glukoma, ablasi retina, miopia tinggi dan lain-lain. Katarak-katarak ini
biasanya unilateral.
Pada uveitis, katarak timbul pada subkapsul posterior akibat gangguan metabolisme
lensa bagian belakang. Kekeruhan juga dapat terjadi pada tempat iris melekat dengan
lensa (sinekia posterior) yang dapat berkembang mengenai seluruh lensa.
Glaukoma pada saat serangan akut dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan
cairan lensa subkapsul anterior. Bentuk kekeruhan ini berupa titik-titik yang tersebar
sehingga dinamakan katarak pungtata subkapsular diseminata anterior atau dapat disebut
menurut penemunya katarak Vogt. Katarak ini bersifat reversibel dan dapat hilang bila
tekanan bola mata sudah terkontrol.
Ablasio dan miopia tinggi juga dapat menimbulkan katarak komplikata. Pada katarak
komplikata yang mengenai satu mata dilakukan tindakan bedah bila kekeruhannya sudah
mengenai seluruh bagian lensa atau bila penderita memerlukan penglihatan binokular
atau kosmetik.
Jenis tindakan yang dilakukan ekstraksi linear atau ekstraksi lensa ekstrakapsular.
Iridektomi total lebih baik dilakukan dari pada iridektomi perifer.
Katarak yang berhubungan dengan penyakit umum mengenai kedua mata, walaupun
kadang-kadang tidak bersamaan. Katrak ini biasanya btimbul pada usia yang lebih muda.
Kelainan umum yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes melitus, hipoparatiroid,
miotonia distrofia, tetani infantil dan lain-lain.
Diabetes melitus menimbulkan katarak yang memberikan gambaran khas yaitu
kekeruhan yang tersebar halus seperti tebaran kapas di dalam masa lensa.
28
Pada hipoparatiroid akan terlihat kekeruhan yang mulai pada dataran belakang lensa,
sedang pada penyakit umum lain akan terlihat tanda degenerasi pada lensa yang
mengenai seluruh lapis lensa.
4. Katarak Toksik
Katarak toksik atau disebut juga katarak terinduksi obat, seperti obat
kortikosteroid sistemik ataupun topikal yang diberikan dalam waktu lama, ergot,
naftalein, dinitrofenol, triparanol, antikolinesterase, klorpromazin, miotik, busulfan.
Obat-obat tersebut dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.
5. Katarak Ikutan (membran sekunder)
Katarak ikutan merupakan kekeruhan kapsul posterior yang terjadi setelah
ekstraksi katarak ekstrakapsular akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa
yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari pasca ekstraksi
ektrakapsular. Epitel lensa subkapsular yang tersisa mungkin menginduksi regenerasi
serat-serat lensa, memberikan gambaran telur ikan pada kapsul posterior (mutiara
Elschnig). Lapisan epitel berproliferasi tersebut dapat membentuk banyak lapisan dan
menimbulkan kekeruhan yang jelas. Sel-sel ini mungkin juga mengalami diferensiasi
miofibroblastik. Kontraksi serat-serat tersebut menimbulkan banyak kerutan kecil di
kapsulposterior, yang menimbulkan distorsi penglihatan. Semua faktor ini dapat
menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular.
Katarak ikutan merupakan suatu masalah besar pada hampir semua pasien
pediatrik, kecuali bila kapsul posterior dan vitreus anterior diangkat pada saat operasi.
Dulu, hingga setengah dari semua pasien dewasa mengalami kekeruhan kapsul posterior
setelah mengalami ekstraksi katarak ekstrakapsular. Namun, tehnik bedah yang semakin
berkembang dan materi lensa intraokular yang baru mampu mengurangi insiden
kekeruhan kapsul posterior secara nyata.
Gejala Klinis
Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan
penglihatan yang muncul secara bertahap.
a) Penglihatan kabur dan berkabut
b) Fotofobia
29
c) Penglihatan ganda
d) Kesulitan melihat di waktu malam
e) Sering berganti kacamata
f) Perlu penerangan lebih terang untuk membaca
g) Seperti ada titik gelap didepan mata
Gambar 9. Perbedaan mata sehat dengan mata katarak
Gejala klinis katarak menurut tempat terjadinya sesuai anatomi lensa :
a. Katarak Inti/Nuclear
Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat, dan untuk melihat dekat
melepas kaca mata nya
Penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning , lensa akan lebih coklat
Menyetir malam silau dan sukar
b. Katarak Kortikal
Kekeruhan putih dimulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu
penglihatan
Penglihatan jauh dan dekat terganggu
Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra
c. Katarak Subscapular
30
Kekeruhan kecil mulai dibawah kapsul lensa, tepat jalan sinar masuk
Dapat terlihat pada kedua mata
Mengganggu saat membaca
Memberikan keluhan silau dan ”halo” atau warna sekitar sumber cahaya
Mengganggu penglihatan
Diagnosis
Diagnosis katarak dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi.
a. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan yang merupakan gejala utama yaitu :
Penglihatan yang berangsur-angsur memburuk atau berkurang dalam beberapa bulan atau
tahun merupakan gejala utama. Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala
utama katarak). Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah. Gambaran umum gejala
katarak yang lain, yaitu : berkabut, berasap, penglihatan tertutup film. Perubahan daya
lihat warna. Gangguan mengendarai kendaraan pada malam hari, lampu besar sangat
menyilaukan mata. Lampu dan matahari sangat mengganggu karena silau. Sering
meminta ganti resep kacamata. Penglihatan ganda. Menjadi baik untuk melihat dekat
pada pasien rabun dekat (hipermetropia).
b. Pemeriksaan oftalmologi
- Pemeriksaan visus atau ketajaman penglihatan
- Melihat lensa melalui senter tangan, kaca pembesar
Dengan penyinaran miring (45o dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan
mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila letak
bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat
dengan pupil terjadi pada katarak matur.
- Slit lamp
Pemeriksaan dengan menggunakan slit lamp tidak hanya ditujukan untuk melihat
adanya kekeruhan pada lensa, tetapi juga untuk melihat struktur okular yang lain
seperti konjungtiva, kornea, iris dan segmen anterior lainnya.
- Pemeriksaan oftalmoskop, sebaiknya dengan pupil berdilatasi.
31
Pemeriksaan ini harus dilakukan terutama pada katarak imatur dimana kita harus
meluhat keadaan fundus.
Hal – hal yang perlu perhatian khusus:
- Tajam pengelihatan kadang sering masih sangat baik pada katarak brunesen,
walaupun terlihat kekeruhan sudah padat pada nukleusnya.
- Pengelihatan yang nyata berkurang pada miopia tinggi walaupun katarak yang terlihat
belum berarti. Hal ini mungkin disebabkan kelainan makula lutea.
Penatalaksanaan
a) Katarak Kongenital
Katarak kongenital merupakan katarak yang terjadi sejak bayi dalam kandungan dan
segera dapat terlihat sesudah bayi lahir. Korteks dan nukleus lensa mata bayi mempunyai
konsistensi yang cair. Bila kekeruhan lensa sudah demikian berat sehingga fundus bayi sudah
tidak dapat dilihat pada funduskopi maka untuk mencegah ambliopia dilakukan pembedahan
secepatnya. Katarak kongenital sudah dapat dilakukan pembedahan pada usia 2 bulan pada
satu mata. Paling lambat yang lainnya sudah dilakukan pembedahan bila bayi berusia 2
tahun.
Sekarang dilakukan pembedahan lensa pada katarak kongenital dengan melakukan di sisi
lensa, dengan menyayat kapsul anterior lensa dan mengharapkan masa lensa yang cair keluar
bersama akuos humor atau difagositosis oleh makrofag. Biasanya sesudah beberapa waktu
terjadi penyerapan sempurna masa lensa sehingga tidak terdapat lensa lagi, keadaan ini
disebut afakia.
Penyulit di sisi lensa
Masa lensa yang telah keluar dari kapsulnya merupakan benda asing untuk jaringan mata
sehingga menimbulkan reaksi radang terhadap masa lensa tubuh sendiri yang disebut uveitis
fakoanafilaktik. Kadang-kadang massa lensa yang keluat ini mengakibatkan penyumbatan
jalan keluar akuos humor pada sudut bilik mata sehingga terjadi pembendungan akuos
humor di dalam bola mata yang akan mengakibatkan naiknya tekanan bola mata yang disebut
glaukoma sekunder. Bila sisa lensa tidak diserap seluruhnya dan menimbulkan jaringan
finrosis akan terjadi katarak sekunder. Katrak sekunder yang kecil walaupun terletak di
32
depan pupil dapat tidak akan mengganggu tajam penglihatan. Kadang-kadang katarak
sekunder ini sangat tebal sehingga mengganggu perlihatan maka dalam keadaan demikian
dapat dilakukan di sisi lensa.
b) Pembedahan Katarak Senil
Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan waktu kapan katarak
dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan.
Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan
kacamata untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa
penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kacamatanya atau menggunakan
kacamata bifokus yang lebih kuat. Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu
dilakukan pembedahan.
Digunakan nama insipien, imatur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan
terjadinya penyulit yang dapat terjadi. Bila pada stadium imatur terjadi glaukoma maka
secepatnya dilakukan pengeluaran lensa walaupun kekeruhan lensa belum total. Demikian
pula pada katarak matur dimana bila masuk ke dalam stadium lanjut hipermatur maka
penyulit mungkin akan tambah berat dan sebaiknya pada stadium matur sudah dilakukan
tindakan pembedahan.
Ekstraksi lensa sebenarnya suatu tindakan yang sederhana, namun resikonya berat.
Kesalahan pada tindakan pembedahan atau terjadinya infeksi akan mengakibatkan hilangnya
penglihatan tanpa dapat diperbaiki lagi. Pembedahan biasanya dengan anestesi lokal. Hanya
pada anak kecil, orang-orang yang tidak tenang, neurosis atau takut dilakukan dalam narkosa
umum.
Pembedahan katarak senil dikenal 2 bentuk yaitu :
1. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) atau ekstraksi intrakapsular.
Ekstraksi katarak intrakapsular merupakan tindakan umum pada katarak senil
karena bersamaan dengan proses degenerasi lensa juga terjadi degenerasi zonula Zinn
sehingga dengan memutuskan zonula ini dengan menarik lensa, maka lensa dapat
keluar bersama-sama dengan kapsul lensa.
2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) atau ekstraksi ekstrakapsular.
33
Katarak ekstraksi ekstrakapsular dilakukan dengan merobek kapsul anterior lensa
dan mengeluarkan lensa dan korteks lensa. Dilakukan pada katarak senil bila tidak
mungkin dilakukan intrakapsular misal pada keadaan terdapatnya banyak sinekia
posterior bekas suatu uveitis sehingga bila kapsul ditarik akan mengkibatkan
penarikan kepada iris yang akan menimbulkan perdarahan.
Ekstrakapsular sering dianjurkan pada katarak dengan miopia tinggi untuk
mencegah mengalirnya badan kaca yang cair keluar, dengan meninggalkan kapsul
posterior untuk menahannya. Pada saat ini ekstrakapsular lebih dianjurkan pada
katarak senil untuk mencegah degenerasi makula pasca bedah.
Cara lain mengeluarkan lensa yang keruh adalah yang keruh adalah dengan
Phacoemulsification, yaitu dengan terlebih dahulu menghancurkan masa lensa dengan
gelombang suara frekuensi tinggi (40.000 MHz), dan masa lensa yang sudah seperti bubur
dihisap melalui sayatan yang lebarnya cukup 3.2 mm. Untuk memasukkan lensa intraokular
yang dapat dilipat (foldable IOL) lubang sayatan tidak selebar sayatan pada ekstraksi katarak
ekstrakapsulat. Keuntungan bedah dengan sayatan kecil ini adalah penyembuhan yang lebih
cepat dan induksi terjadinya astigmatismat akan lebih kecil.
Gambar 10. Phacoemulsification
34
Keuntungan dari metode ini antara lain:
Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjadhit karena akan
menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya astigmatisma, dan rasa
adanya benda asing yang menempel setelah operasi. Hal ini juga akan mencegah
peningkatan tekanan intraokuli selama pembedahan, yang juga mengurangi resiko
perdarahan.
Cepat menyembuh.
Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak mempengaruhi struktur mata.
Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan sering sekali
terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan
yang serius. Untuk mencegah infeksi, mengurangi perdarahan, atau mempercepat
penyembuhan, beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk
menghindari mata dari cedera, pasien sebaiknya menggunakan kacamata atau pelindung mata
yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.
Persiapan bedah katarak
Dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan, Uji Anel, Tonometri dari ada atau tidak
adanya infeksi di sekitar mata.
Pemeriksaan keadaan umum penderita sebaiknya sudah terkontrol gula darah, tekanan
darah selain penderita sudah diperiksa paru untuk mencegah kemungkinan batuk pada saat
pembedahan atau pasca bedah.
Komplikasi
Glaucoma dikatakan sebagai komplikasi katarak. Glaucoma ini dapat timbul akibat
intumesenensi atau pembengkakan lensa.
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena proses
fakolitik, fakotopik, fakotoksik.
Fakolitik
35
- Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar yang
akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa.
- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi
substansi lensa tersebut.
- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul glaukoma.
Fakotopik
- Berdasarkan posisi lensa
- Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli
anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan
produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul
glaukoma
Fakotoksik
- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata sendiri
(auto toksik)
- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan
menjadi glaukoma.
Jika katarak ini muncul dengan komplikasi glaukoma, maka diindikasikan ekstraksi lensa
secara bedah. Selain itu uveitis kronik yang terjadi setelah adanya operasi katarak telah banyak
dilaporkan. Hal ini berhubungan dengan terdapatnya bakteri pathogen termasuk
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.
Prognosis
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak
sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali
saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini.
Prognosis untuk perbaikan ketajaman penglihatan setelah operasi paling buruk pada katarak
kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang progresif
lambat.
36
Sedangkan pada katarak senilis jika katarak dapat dengan cepat terdeteksi serta
mendapatkan pengobatan dan pembedahan katarak yang tepat maka 95 % penderita dapat
melihat kembali dengan normal.
Pencegahan
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat
dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila
telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga
kecepatan berkembangnya katarak dengan :
Tidak merokok, karena merokok dapat meningkatkan radikal bebas dalam tubuh,
sehingga risiko katarak dapat bertambah.
Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur.
Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata.
Menjaga kesehatan tubuh dari penyakit seperti kencing manis dan penyakit lainnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas,Sidharta. Katarak Lensa Mata Keruh. Glosari Sinopsis. Cerakan Kedua. Balai
Penerbitan FKUI. Jakarta. 2007.
2. Ilyas, Sidharta; Mailangkay; Taim, Hilman; Saman,Raman; Simarmata,Monang;
Widodo,Purbo. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi
kedua. Sagung Seto. Jakarto. 2002.
3. Ilyas, Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Balai Penerbitan FKUI. Jakarta. 2006.
4. Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC.
Jakarta. 2008.
5. Ilyas, Sidharta, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran.
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Penerbit : Sagung Seto. Jakarta. 2002.
6. Olver J, Cassidy L. Opthalmology at A Glance. Hongkong : SNP Best-set Typesetter
Limited. 2005. p36-9.
7. Victor V. Cataract Senile. Tersedia di : http://www.emedicine.com. Diambil tanggal 31
Maret 2011.
8. Cataracts. Tersedia di http://www.nortwesteyeclinic.com. Diambil tanggal 31 Maret 2011.
38