Katarak Diabetika (case)

36
LAPORAN KASUS OS Katarak Matur et causa Diabetes Mellitus Pembimbing : dr. Rinanto Prabowo, SpM Disusun oleh: Eunike NIM : 11.2013.122

description

Kasus

Transcript of Katarak Diabetika (case)

LAPORAN KASUS

OS Katarak Matur et causa Diabetes Mellitus

Pembimbing :

dr. Rinanto Prabowo, SpM

Disusun oleh:

Eunike

NIM : 11.2013.122

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RS. MATA DR. YAP, YOGYAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama : Ny. S

Umur : 51 tahun

Status : Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Alamat : Sambilagi Lor, Maguwoharjo, Depok, Sleman.

II. ANAMNESIS

Dilakukan Autoanamnesis dengan Pasien pada tanggal 4 Agustus 2015, jam

11.00 WIB.

Keluhan Utama :

Penglihatan mata kiri kabur sejak 3 bulan yang lalu

Keluhan Tambahan :

Tidak ada

Riwayat perjalanan penyakit :

Seorang wanita datang ke RS Mata dr. Yap dengan keluhan penglihatan kabur

pada mata kiri sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya keluhan ini dirasakan sejak bulan

Desember tahun 2014, Os mengatakan penglihatannya seperti berkabut hanya pada mata

sebelah kiri, namun seiring dengan berjalannya waktu penglihatan mata kiri pasien

semakin parah, bahkan untuk melihat tulisan jarak dekat maupun jauh pun tidak bisa.

Pasien hanya bisa melihat bayangan orang dan cahaya. Tidak ada keluhan lain seperti

nyeri pada mata, mata berair, silau, mata merah, mata mengganjal.

1

Pada bulan Januari 2015 Os sudah berobat ke dokter spesialis mata dan mendapat obat

tetes mata, namun Os tidak ingat nama obat tersebut. Pasien memiliki riwayat kencing

manis sejak 7 tahun yang lalu, dan menjalani pengobatan kencing manis dengan obat-

obatan seperti Metformin 500 mg diminum 1 kali sehari, dan Glibenklamid sebelum

makan. Os mengaku rutin meminum obat tersebut. Riwayat darah tinggi di sangkal, sakit

jantung di sangkal, trauma pada mata di sangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu :

a. Umum :

- Hipertensi : Disangkal

- Kencing Manis : Ada

- Asma : Tidak Ada

- Gastritis : Ada

- Alergi Obat : Tidak Ada

b. Mata :

- Riwayat penggunaan kacamata : (+) sejak 3 tahun yang lalu untuk

membaca dekat

- Riwayat operasi mata : (-)

- Riwayat trauma mata : tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, dan penyakit mata pada

keluarga disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital :

Tekanan Darah : 120/60 mmHg

Nadi : 79 x/menit

Respirasi : 18 x/menit

2

Suhu : 36,5°C

Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata.

Mulut : Oral hygiene baik

THT : Normotia +/+, Deviasi septum (-), Sekret (-), Faring tidak

hiperemis

Thoraks : Suara nafas vesikuler, Ronki (-), Wheezing (-)

BJ I-II reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen : Supel, Datar, Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat +/+, Edema -/-

KGB : Tidak teraba pembesaran KGB

Status Oftalmologi

KETERANGAN OKULO DEXTRA OKULOSINISTRA

1. VISUS (OD) (OS)

Tajam Penglihatan 6/9 dk 6/6 1/300 dk tidak maju

Axis Visus - -

Koreksi - -

Addisi - -

Distansia Pupil - -

Kacamata Lama Lupa Lupa

2. KEDUDUKAN BOLA MATA

Eksoftalmos Tidak ada Tidak ada

Enoftalmos Tidak ada Tidak ada

Deviasi Tidak ada Tidak ada

3

Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah Baik ke semua arah

3. SUPERSILIA

Warna Hitam Hitam

Simetris Simetris Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

Edema Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Ektropion Tidak ada Tidak ada

Entropion Tidak ada Tidak ada

Blefarospasme Tidak ada Tidak ada

Trikiasis Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Fissura palpebra Baik Baik

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Hordeolum Tidak ada Tidak ada

Kalazion Tidak ada Tidak ada

5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR

Hiperemis Tidak ada Tidak ada

Folikel Tidak ada Tidak ada

Papil Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Anemis Tidak ada Tidak ada

Kemosis Tidak ada Tidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBI

4

Sekret Tidak ada Tidak ada

Injeksi Konjungtiva Tidak ada Tidak ada

Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada

Injeksi

Subkonjungtiva

Tidak ada Tidak ada

Pterigium Tidak ada Tidak ada

Pinguekula Tidak ada Tidak ada

Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada

Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada

7. SISTEM LAKRIMALIS

Punctum Lakrimalis Terbuka Terbuka

Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

8. SKLERA

Warna Putih Putih

Ikterik Tidak ada Tidak ada

Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada

9. KORNEA

Kejernihan Jernih Jernih

Permukaan Licin Licin

Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Infiltrat Tidak ada Tidak ada

Keratik Presipitat Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Ulkus Tidak ada Tidak ada

Perforasi Tidak ada Tidak ada

5

Arkus Senilis Tidak ada Tidak ada

Edema Tidak ada Tidak ada

Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

10. BILIK MATA DEPAN

Kedalaman Dalam Dalam

Kejernihan Jernih Jernih

Hifema Tidak ada Tidak ada

Hipopion Tidak ada Tidak ada

Fler Tidak ada Tidak ada

11. IRIS

Warna Coklat Coklat

Sinekia Tidak ada Tidak ada

Koloboma Tidak ada Tidak ada

12. PUPIL

Letak Sentral Sentral

Bentuk Bulat Bulat

Ukuran 3 mm 3 mm

Refleks Cahaya Langsung Positif Positif

Refleks Tak Langsung Positif Positif

13. LENSA

Kejernihan Jernih Keruh

Letak Di tengah Di tengah

Shadow Test Negatif Negatif

Diplopia Tidak ada Tidak ada

6

14. BADAN KACA

Kejernihan Jernih Jernih

15. FUNDUS OKULI

Refleks fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Rasio Arteri:Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan

C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Makula Lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukan

16. PALPASI

Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada

Massa Tumor Tidak ada Tidak ada

Tensi Okuli N +/palpasi N+/palpasi

Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

17. KAMPUS VISI

Tes Konfrontasi Sesuai dengan pemeriksa Sesuai dengan

pemeriksa

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

7

Eritrosit : 3,53 106/mm3 (3.80-5.8 106/mm3)

Leukosit : 5,6 103/mm3 ( 3.5-10.0 103/mm3)

Hb : 12,8 g/dl ( 11-16.5 g/dl )

Ht : 33 % ( 35 -50 % )

Trombosit : 244 103/mm3 ( 150-390 103/mm3 )

MCV : 93 µm3 ( 80 – 97 µm3 )

MCH : 36,3 pg ( 26.5-33.5 pg )

Limfosit : 36,0 % ( 17 – 48 % )

Monosit : 7,3 % ( 4.0 – 10 % )

Ureum : 26,7 mg/dl ( 10-50 mg/dl )

Creatinin : 0,88 mg/dl ( 0,6-1,36 mg/dl )

GDS : 150 mg/dl

V. RESUME

Seorang wanita datang ke RS Mata dr. Yap dengan keluhan penglihatan

kabur pada mata kiri sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya keluhan ini dirasakan sejak

bulan Desember tahun 2014, Os mengatakan penglihatannya seperti berkabut hanya

pada mata sebelah kiri, namun seiring dengan berjalannya waktu penglihatan mata

kiri pasien semakin parah, bahkan untuk melihat tulisan jarak dekat maupun jauh pun

tidak bisa. Pasien hanya bisa melihat bayangan orang dan cahaya. Tidak ada keluhan

lain seperti nyeri pada mata, mata berair, silau, mata merah, mata mengganjal.

Pada bulan Januari 2015 Os sudah berobat ke dokter spesialis mata dan mendapat

obat tetes mata, namun Os tidak ingat nama obat tersebut. Pasien memiliki riwayat

kencing manis sejak 7 tahun yang lalu, dan menjalani pengobatan kencing manis.

Dari hasil pemeriksaan objektif didapatkan:

- Tekanan darah : 120/60 mmHg

- Nadi : 79 kali/menit

- Pernapasan : 18 kali/menit

- Suhu : 36,5oC

Status Oftamologis :

OD OS

8

- Axis Visus 6/9 dk 6/6 1/300 dk tidak ada

perbaikan

- Letak Lensa Di tengah Di tengah

- Kejernihan Lensa Jernih Keruh

- Shadow Test Negatif Negatif

VI. DIAGNOSA KERJA

1. OS Katarak Matur et causa Diabetes Mellitus

VII. DIAGNOSA BANDING

- Katarak Senilis Imatur

- Katarak Senilis Hipermatur

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN

USG Mata untuk melihat apakah ada kelainan lain di bola mata

IX. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

- Metformin 500 mg 1x1

Non-Medikamentosa

- Pro Phaecoemulsifikasi + pemasangan IOL

- Diet DM

Edukasi

1. Menjelaskan tentang penyakitnya bahwa ini merupakan komplikasi dari

penyakit Diabetes Mellitus atau bisa karena proses penuaan.

2. Menjelaskan bahwa harus melakukan control gula darah secara teratur,

dan konsumsi obat dengan teratur.

3. Konsul ke spesialis penyakit dalam untuk pengobatan Diabetes Mellitus,

dan pemeriksaan lebih lanjut.

9

4. Konsul ke spesialis mata untuk penanganan lebih lanjut.

IX. PROGNOSIS

OD OS

Ad vitam : Bonam Bonam

Ad fungsionam : Bonam Dubia ad Bonam

Ad sanationam : Bonam Dubia ad Bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1      Anatomi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan.

Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula (

zonula Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa

terdapat humor aquaeus dan disebelah posterior terdapat viterus. Kapsul lensa adalah

suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan

terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai

dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa

lama-kelamaan menjadi kurang elastik. 1

Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali

mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa

daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk

teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di

lensa. 1

Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi

lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning

retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan

menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa

mata akan menebal. 1,3

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan

10

serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang

terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke

retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga

tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa

menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut

antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina

dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa

perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai

bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang

+18.0- Dioptri. 1,2

2.2    Katarak 

2.2.1 Definisi 

Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan

bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari bahasa Yunani, cataracta yang berarti air

terjun.1

2.2.2 Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Faktor-faktor yang dapat

memicu timbulnya penyakit katarak, diantaranya sebagai berikut:1,2

a. Penyakit peradangan dan metabolik, misalnya Diabetes Mellitus.

b. Kekurangan vitamin A, B1, B2, dan C.

c. Riwayat keluarga dengan katarak.

d. Penyakit infeksi atau cidera mata terdahulu.

e. Pembedahan mata.

f. Pemakaian obat-obatan tertentu (kortikosteroid) dalam jangka panjang.

g. Faktor lingkungan, seperti trauma, penyinaran, dan sinar ultraviolet.

h. Efek racun dari merokok dan alkohol.

2.2.3 Gejala

Adapun gejala dari katarak adalah sebagai berikut:1,3,4

a. Penglihatan kabur dan berkabut.

b. Merasa silau terhadap sinar matahari.

11

c. Kadang merasa seperti ada film di depan mata.

d. Seperti ada titik gelap di depan mata.

e. Penglihatan ganda.

f. Sukar melihat benda yang menyilaukan.

g. Warna manik mata berubah atau putih.

h. Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari.

i. Penglihatan di malam hari lebih berkurang.

j. Sukar mengendarai kendaraan di malam hari.

k. Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah.

l. Sering berganti kacamata.

m. Penglihatan menguning.

n. Untuk sementara jelas melihat dekat.

2.2.4 Patogenesis Katarak1-4

a. Konsep Penuaan

Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul

lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa.

Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nucleus ini menjadi

keras. Dengan menjadi tuanya seseorang, maka lensa mata akan kekurangan air dan

menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga

kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Dengan bertambahnya usia, lensa

mulai berkurang kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan bertambah

beratnya katarak.

b. Teori Radikal Bebas

Mekanisme terjadinya katarak karena penuaan memang masih diperdebatkan,

tetapi telah semakin nyata bahwa oksidasi dari protein lensa adalah salah satu faktor

penting. Serat-serat protein yang halus yang membentuk lensa internal itu sendiri bersifat

bening. Kebeningan lensa secara keseluruhan bergantung pada keseragaman penampang

dari serat-serat ini serta keteraturan dan kesejajaran letaknya di dalam lensa. Ketika

protein rusak, keseragaman struktur ini menghilang dan serat-serat bukannya meneruskan

cahaya secara merata, tetapi menyebabkan cahaya terpencar dan bahkan terpantul.

Hasilnya adalah kerusakan penglihatan yang parah.

12

Kerusakan protein akibat elektronnya diambil oleh radikal bebas dapat

mengakibatkan sel-sel jaringan dimana protein tersebut berada menjadi rusak yang

banyak terjadi adalah pada lensa mata sehingga menyebabkan katarak.

c. Sinar Ultraviolet

Banyak ilmuan yang sekarang ini mencurigai bahwa salah satu sumber radikal

bebas penyebab katarak adalah sinar ultraviolet yang terdapat dalam jumlah besar di

dalam sinar matahari. Memang sudah diketahui bahwa radiasi ultraviolet menghasilkan

radikal bebas di dalam jaringan. Jaringan di permukaan mata yang transparan sangat peka

terhadap sinar ultraviolet. Pada mereka yang mempunyai riwayat terpajan sinar matahari

untuk waktu lama dapat mempercepat terjadinya katarak.

d. Merokok

Kerusakan lensa pada katarak adalah kerusakan akibat oksidasi pada protein

lensa. Rokok kaya akan radikal bebas dan substansi oksidatif lain seperti aldehid, radikal

bebas dari asap rokok dapat merusak protein.

e. Diabetes Mellitus

Lebih dari 285 juta manusia di dunia mengidap Diabetes mellitus (DM), dan

menurut International Diabetes Federation diperkirakan akan meningkat menjadi 439

juta manusia pada tahun 2030. Komplikasi tersering baik dari DM tipe 1 atau 2 adalah

retinopati diabetika, yang merupakan salah satu dari lima penyakit yang menyebabkan

kebutaan di Amerika Serikat.

Katarak dianggap sebagai penyebab utama dari kerusakan penglihatan pada

pasien diabetes karena meningkatnya insiden katarak pada pasien DM. Hubungan antara

diabetes dengan terjadinya katarak sudah banyak di teliti dalam penelitian epidemilogi.

Adanya akumulasi sorbitol pada cairan intraselular mengakibatkan perubahan

osmolaritas menjadi hiperosmotik yang menyebabkan gangguan difusi intraselular pada

lensa dan perubahan biokimiawi, selanjutnya terjadi peningkatan apoptosis pada sel

epithelial lensa, dan berkembang menjadi katarak.

2.2.5 Klasifikasi1-5

Berdasarkan usia, katarak dapat di klasifikasikan, yaitu katarak kongenital,

katarak juvenile, dan katarak senil.

a. Katarak Kongenital

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera

13

setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital sering

ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubella,

galaktosemia, homosisteinuri, diabetes mellitus, hipoparatirodism, homosisteinuri,

oksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan histopalsmosis. Penyakit lain yang menyertai

katarak kongenital biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus,

aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokrimia, lensa ektopik, displasia retina, dan

megalo kornea.

b. Katarak Juvenil

Katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari

3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun

metabolik dan penyakit lainnya seperti :

1. Katarak Metabolik

- Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)

- Katarak hipokalsemik (tetanik)

- Katarak defisiensi gizi

- Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)

- Penyakil Wilson

- Katarak berhubungan dengan kelainan metabolic lain.

2. Otot : Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)

3. Katarak Traumatik

4. Katarak komplikata :

- Kelaianan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia,

aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis).

- Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner

dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma.

- Katarak Anoksik

- Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol,

triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan,

dan besi).

14

- Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit

(sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta,

khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom.

- Katarak radiasi.

c. Katarak Senil

Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Perubahan lensa pada usia lanjut :

1. Kapsul :

- Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak).

- Mulai presbyopia

- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur.

- Terlihat bahan granular

2. Epitel - makin tipis

- Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat.

- Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.

3. Serat lensa :

- Lebih irregular

- Pada korteks jelas kerusakan serat sel.

- Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein

nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna

coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan disbanding

normal.

4. Korteks tidak berwarna karena:

- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.

- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

Katarak senil biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, kekeruhan

lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi

pada usia lebih dari 60 tahun.

Katarak senil secara klinik dikenal empat stadium yaitu: insipient, intumesen,

imatur, matur, hipermatur, morgagni.

Tabel 2.1. Perbedaan Stadium Katarak Senil

15

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah (air

masuk)

Normal Berkurang (air

+ massa lensa

keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata

depan

Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik

mata

Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopositif

penyulit - Glaukoma - Uveitis +

Glaukoma

1. Katarak Insipien.

Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut: Kekeruhan mulai dari tepi ekuator

berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol

mulai terlihat di dalam korteks. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai

terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan

korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien.

Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak

sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu

yang lama.

2. Katarak Intumesen.

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degeneratif yang

menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa

menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata

menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan

dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada

katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan

ini dapat terjadi hidrasi korteks sehingga akan mencembung dan daya biasnya

16

akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat

vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

3. Katarak Imatur.

Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis

lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat

meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa

mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi

glaukoma sekunder.

4. Katarak Matur

Pada keadaan matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini

bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau

intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa

kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila

mana akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran

kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,

sehingga uji bayangan iris negatif.

5. Katarak Hipermatur

Katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut,

dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi

keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan

kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa.

Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula

zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul

yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka

korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan

nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini

disebut katarak Morgagni.

6. Katarak Brunesen

Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada lensa,

juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan miopia tinggi. Sering

tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat

17

pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya

katarak kortikal posterior.

Berdasarkan lokasi terjadinya, katarak terbagi atas:

1. Katarak Inti atau Nuklear

Katarak inti atau nuklear merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya

terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses

penuaan. Keluhan yang biasa terjadi :

- Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat dan untuk melihat

dekat melepas kaca matanya.

- Setelah mengalami penglihatan kedua ini (melihat dekat tidak perlu kaca

mata) penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning. Lensa lebih

coklat.

- Menyetir malam silau dan sukar.

- Sukar membedakan warna biru dan ungu.

2. Katarak Kortikal

Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih

mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu peng-lihatan.

Banyak pada penderita diabetes mellitus. Keluhan yang biasa terjadi :

- Penglihatan jauh dan dekat terganggu.

- Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra.

3. Katarak Subkapsular

Katarak Subkapsular dimulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat

pada lajur jalan sinar masuk. Adanya riwayat diabetes mellitus, renitis pigmentosa

dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat mencetuskan

kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata. Keluhan yang biasa terjadi:

- Mengganggu saat membaca.

- Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber cahaya.

- Mengganggu penglihatan.

2.2.6 Tatalaksana4,6,7

a. Non-Bedah

18

Tatalaksana non bedah hanya efektif dalam memperbaiki fungsi visual untuk

sementara waktu. Disamping itu, walaupun banyak penelitian mengenai tatalaksana

medikamentosa bagi penderita katarak, hingga saat ini belum ditemukan obat-obatan

yang terbukti mampu memperlambat atau menghilangkan pembentukan katarak pada

manusia. Beberapa agen yang mungkin dapat memperlambat pertumbuhan katarak adalah

penurunan kadar sorbitol, pemberian aspirin, antioksidan vitamin C dan E.

b. Bedah

Perkembangan operasi katarak antara lain dalam hal bentuk dan panjang

sayatan, arsitektur luka, banyaknya jahitan serta teknik operasi. Tujuannya adalah untuk

terpenuhinya prosedur operasi yang aman, mempunyai efektivitas dan prediktabilitas

yang tinggi. Parameter keberhasilannya adalah pemulihan yang cepat, efek samping dan

komplikasi yang minimal, serta tajam penglihatan setelah operasi optimal dan stabil.

Indikasi paling penting dari tindakan bedah pada penderita katarak adalah

keinginan pasien untuk memperbaiki fungsi visual, bukan berdasarkan visus penderita.

1. Ekstraksi Lensa Intrakapsular

Mengeluarkan lensa secara bersama-sama dengan kapsul lensa. Penyulit pada saat

pembedahan yang dapat terjadi adalah :

- Kapsul lensa pecah sehingga lensa tidak dapat dikeluarkan bersama-sama

kapsulnya. Pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa ekstrakapsular tanpa rencana

karena kapsul posterior akan tertinggal.

- Prolaps badan kaca pada saat lensa dikeluarkan.

2. Ekstraksi Lensa Ekstrakapsular

Dilakukan dengan merobek kapsul anterior lensa dan mengeluarkan nucleus lensa dan

korteks. Katarak ekstraksi ekstrakapsular dilakukan pada katarak senile bila tidak

mungkin dilakukan intrakapsular misal pada keadaan terdapatnya banyak sinekia

posterior bekas suatu uveitis sehingga bila kapsul ditarik akan mengakibatkan

penarikan kepada iris yang akan menimbulkan perdarahan. Ekstrakapsular sering

dianjurkan pada katarak dengan myopia tinggi untuk mencegah mengalirnya badan

kaca yang cair keluar, dengan meninggalkan kapsul – kapsul posterior untuk

menahannya. Pada saat ini ekstrakapsular lebih dianjurkan pada katarak senile untuk

mencegah degenerasi macula pasca bedah.

3. Fakoemulsifikasi

19

Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama menyisakan

kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu 5 mm yang berguna

untuk mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian kapsul anterior lensa

dibuka. Dari lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan alat yang mampu

mengeluarkan getaran ultrasonik yang mampu memecah lensa menjadi kepingan-

kepingan kecil, kemudian dilakukan aspirasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak

kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis. Namun kurang efektif untuk

katarak senilis yang padat.

Keuntungan dari metode ini antara lain:

- Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjahit karena

akan menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya astigmatisma,

dan rasa adanya benda asing yang menempel setelah operasi. Hal ini juga akan

mencegah peningkatan tekanan intraokuli selama pembedahan, yang juga

mengurangi resiko perdarahan.

- Cepat menyembuh.

- Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak mempengaruhi struktur

mata.

2.2.7 Penglihatan Setelah Pembedahan Katarak

Bila lensa yang keruh telah dikeluarkan maka diperlukan lensa pengganti

untuk memusatkan sinar ke dalam mata. Diperlukan nasihat medis mengenai cara

memperbaiki penglihatan setelah lensa dikeluarkan.3,4

Jenis lensa pengganti dapat dengan lensa afakik atau kacamata yang terletak

didepan mata; lensa kontak, lensa yang menempel pada mata; lensa intraokular, yaitu

lensa yang ditanamkan pada mata.3,4

Pada mata yang telah dikeluarkan lensanya akibat katarak akan mengalami

mata tidak dapat melihat dekat atau berakomodasi.3

Untuk menentukan pilihan apa yang direncanakan sebagai pengganti lensa

mata dengan katarak maka sebaiknya dibicarakan dengan dokter pembedah sebelum

dilakukannya pembedahan. Semua keuntungan dan kerugian pemakaian lensa ini

sebaiknya diketahui sebelum pembedahan katarak.3,4

1. Kacamata pascabedah

20

Sebelum tahun 1960 dipergunakan lensa katarak (afakik) setelah bedah katarak.

Kacamata ini sangat sederhana, aman dipergunakan dan tidak mahal. Memakai kacamata

ini memerlukan penyesuaian dahulu akibat dari sifat lensa yang memperbesar bayangan

30 %. Penglihatan seakan- akan melihat dekat.

Kaca mata yang tebal ini memberi efek seakan – akan melihat melalui corong

sehingga untuk melihat ke samping diperlukan mengarahkan kepala ke arah benda yang

dilihat. Bila satu mata normal sedang mata yang sebelahnya telah dibelah katarak maka

kacamata yang dipergunakan akan membingungkan akibat pembesaran benda yang

dilihat mata sebelahnya.

Didalam hal ini kacamata afakik masih lebih tebal dibandingkan kacamata

biasanya. Kacamata ini akan sangat tebal dan berat. Bahan plastik dapat dipergunakan

untuk mengurangi berat kacamata.

2. Lensa kontak pascabedah

Lensa kontak dengan ukuran tertentu dapat dipergunakan sebagai pengganti lensa

mata untuk melihat jauh. Lensa kontak akan mengapung pada permukaan selaput bening,

sehingga akan mengurangi beberapa keluhan yang terdapat pada pemakaian kacamata

katarak.

Mempergunakan lensa kontak akan memberikan beberapa kesukaran, seperti :

penyimpanan yang selamanya harus bersih, steril pemakaiannya, menyimpan lensa dalam

keadaan bersih.

Semua hal ini sukar bagi lansia untuk mebuka secara bersih. Sering orang yang

telah lanjut usia disertai pula dengan parkinson, tremor, arthritis sehingga pemakaian

lensa kontak akan menjadi sukar. Pada keadaan tertentu tidak dapat dipergunakan seperti

pada mata sakit, merah, berair,dan silau.

Lensa kontak lembut pakai lama yang dapat dipakai selama 12 jam ataupun 2 – 4

minggu. Lensa kontak sebagai lensa pengganti setelah katarak dikeluarkan akan lebih

bermanfaat untuk penglihatan akan tetapi pemasangannya pada mata orang usia lanjut

akan mendapat kesukaran.

3. Lensa tanam intraocular

21

Biasanya setelah lensa dikeluarkan maka ditanam lensa pengganti ke dalam mata.

Lensa ini dinamakan lensa tanam intraokular.

Pada waktu belakangan ini dipergunakan lensa yang ditanamkan ke dalam mata

sebagai pengganti lensa mata yang keruh pada bedah katarak. Pemasangan lensa dalam

mata ini akan memberikan beberapa keuntungan, seperti :

- tidak perlu dibersihkan karena dimasukkan ke dalam mata

- dilakukan hanya satu kali pada saat pembedahan

- segera dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan karena lensa intraokular

menggantikan kedudukan lensa katarak yang dikeluarkan.

Pemasangan lensa intraokular tidak dianjurkan pada :

- Anak yang terlalu kecil (dibawah 3 tahun)

- Uveitis menahun

- Retinopati diabetik proliferatif berat

- Glaukoma neovaskular

2.2.8 Komplikasi4

Glaukoma dikatakan sebagai komplikasi katarak. Glaukoma ini dapat timbul

akibat intumesenensi atau pembengkakan lensa. Jika katarak ini muncul dengan

komplikasi glaukoma maka diindikasikan ekstraksi lensa secara bedah. Selain itu Uveitis

kronik yang terjadi setelah adanya operasi katarak telah banyak dilaporkan. Hal ini

berhubungan dengan terdapatnya bakteri patogen termasuk Propionibacterium acnes dan

Staphylococcus epidermidis.

Beberapa penyulit yang biasa didapatkan pada post operasi katarak:

- Edema kornea

- Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema

kornea. Edema kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dn terlihatnya

pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat

keruh, dengan uji plasidom positif. Penyulit trauma kornea yang berat berupa

terjadinya kerusakan m. Descement yang lama sehingga memberikan keluhan rasa

sakit dan menurunkan tajam penglihatan.

- Iriodialisis

22

Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk

pupil menjadi berubah. Pasien akan melihat ganda dengan matanya.

- Ruptur koroid.

Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan

akibat ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus posterior bola mata dan

melingkar konsentris di sekitar papil saraf optik. Bila ruptur koroid ini terletak

atau mengenai daerah makula lutea maka tajam penglihatan akan turun dengan

sangat.

- Endoftalmitis akut

Endoftalmitis adalah peradangan pada seluruh lapisan mata dalam, cairan dalam

bola mata (humor vitreus), dan bagian putih mata (sklera). Gejalanya dapat berupa

nyeri mata, kemerahan pada sklera, fotofobia, dan gangguan penglihatan.

2.2.9 Prognosis

Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan

pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan

kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian

pengelihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman

pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling

baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.4

2.2.10 Pencegahan

Pencegahan utama penyakit katarak dilakukan dengan mengontrol penyebab

yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor-faktor yang mempercepat

pertumbuhan katarak. Cara pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah:3,4,6,7

1. Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam

tubuh, sehingga resiko katarak akan bertambah.

2. Atur makanan sehat, makan yang banyak buah dan sayur, seperti wortel.

3. Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar ultraviolet mengakibatkan katarak

pada mata.

4. Jaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya.

23

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Opthalmology. Lens and Cataract. Section 11. San Fransisco: MD Association, 2012

2. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2009.

3. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2009.4. Suhardjo, Sasongko MB, Anugrahsari S . Lensa mata dan katarak. Dalam:

Suhardjo, Hartono. Ilmu kesehatan mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2012.h.65-79.

5. Parrish RK II. Anatomy, physiology, and pathology of the crystalline lens. In: Bascom Palmer Eye Institute's Atlas of Ophthalmology. 2006:241.

6. J.P Shock. Lensa dalam Oftalmologi Umum. Edisi 14. 2006: 175-1837. Johns J.K Lens and Kataract. Basic and Clinical Science Section 11. American

Academy of Ophthalmology. 2002.

24