Case CPD + KPD = vakum
-
Upload
witry-audrey-vendro-theoana -
Category
Documents
-
view
38 -
download
2
description
Transcript of Case CPD + KPD = vakum
BAB I
Pendahuluan
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Polokarto, Sukoharjo
No. RM : 210xxx
Tanggal keluar : 12 Mei 2013
B. Anamnesis
Keluhan Utama : Keluar cairan
Riwayat Penyakit sekarang :
Pasien dengan G1P0A0 merasa hamil cukup bulan datang ke Poli Obsgyn RSUD
Sukoharjo keluhan keluar air-air dari jalan lahir sejak pukul 13.30 wib SMRS. Pasien
mengeluh keluar air dirasakan sangat banyak dan sekarang masih merembes.
Keluar air yang dirasakan pasien berwarna putih bening dan tidak berbau. Keluhan ini
juga tidak disertai dengan adanya mules. Keluhan adanya demam disangkal pasien.
Adanya riwayat berhubungan badan,trauma keluar lendir ataupun darah dari jalan
lahir disangkal pasien. Selama hamil pasien rutin kontrol dengan Bidan maupun dari
rumah sakit tiap bulannya. Pasien masih merasakan pergerakan janin dan sempat di
USG namun
Tangal 1 Agustus 2012 ; merupakan HPMT bagi pasien, karena satu bulan kemudian
pasien memeriksakan dirinya ke bidan dan dinyatakan positif hamil. Pada usia
kehamilan 1 sampai 6 bulan, pasien selalu memeriksakan kandungan ke bidan satu
bulan sekali. Menginjak bulan ke-7 usia kehamilannya, pasien memeriksakan
kehamilannya pada dokter Obs-Gyne sampai bulan ke-9.
Pada bulan terakhir ini , pasien memeriksakan dirinya pada dokter sebanyak 2 kali
karena pada minggu ke 39 kepala masih belum turun ke PAP.
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Darah Tinggi : disangkal
Riwayat Penyakit Diabetes Melitus : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Keguguran : disangkal
Riwayat Sakit lain : disangkal
b. Riwayat Obstetri
G1PoAo
Pasien belum pernah melahirkan
c. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Lama Menstruasi : 7 hari
Siklus Menstruasi : teratur, 1 bulan sekali
Warna : merah segar
Bentuk Perdarahan/haid : cair/encer
Bau Haid : anyir
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit Keluarga melahirkan cacat bayi bawaan : disangkal
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
e. Status Perkawinan
Kawin 1 kali, lama kawin 1 tahun
f. Kebiasaan sehari-hari
Nutrisi/minum sebelum hamil dan selama hamil
Konsumen suplemen/vitamin : disangkal
Minum Jamu : disangkal
Merokok : disangkal
Minum Alkohol : disangkal
g. Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak menggunakan alat kontrapsepsi
h. Riwayat pengobatan dan alergi
Pasien tidak pernah berobat pengobatan jangka panjang dan tidak ada riwayat
alergi
i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: baik, compos mentis, tidak anemis
2. Vital sign:
Tekanan darah : 120/100 mmHg
Nadi : 110 kali/menit
Suhu : 36,90Celcius
Respirasi : 20 kali/menit
3. Status Umum
a. Kepala:
Kulit : warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis
Kepala : simetris, distribusi ambut merata
Muka : simetris, tidak ada jejas atau bekas luka
Mata : konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-)
Mulut : bibir tidak kering, lidah tidak kotor
b. Leher
Inspeksi : tidak tampak benjolan
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe11
c. Thorak
Jantung
Inspeksi : simetris, iktus kordis tak tampak
Palpasi : iktus kordis tak kuat agkat
Auskultasi :S1>S2 reguler
d. Paru
Inspeksi : dada simetris saatinspirasi dan ekspirasi, tidak ada
Retraksi , tida ada ketingalan gerak
Palpasi : vocal fremitus kanan = kiri, tidak ada ketingalan gerak
Perkusi : sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : suara paru vesikuler, tidak ada suara tambahan
e. Abdomen
Inspeksi : perut membucit, darm counter tidak ada
Auskultasi : suara peristaltic (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar da lien tidak teraba, defans
muscular tidak ada
Perkusi : timpani pada abdomen
f. Ekstermitas
Superior : kanan: udem (-), sianosis : (-)
kiri : udem (-), sianosis : (-)
Inferior : kanan: udem (-), sianosis : (-)
kiri : udem (-), sianosis : (-)
g. Tinggi badan : 144 cm
4. Status lokalis (obstetric)
a. Inspeksi
Kepala : kloasma gravidarum (+)
Dada : mamae tegang, aerola dan papilla mamae tampak
hiperpigmentasi
Abdomen : perut tampak membuncit, tampak stria gravidarum
Urogenital : tampak lendir darah merembes, tampak air kawah
merembes
b. Palpasi
Leopold I : fundus uteri teraba 3 jari dibawah prcessus xypoideus,
difundus uteri teraba bagian lunak janin
Leopold II : janin tunggal, letak memanjang, teraba pungung pada
bagia kanan (puka)
Leopold III: bagian janin teraba keras dan bulat (kepala) masih bisa
digoyangkan
Leopold IV: konvergen, kepala belum masuk panggul, teraba 5/5
bagian
TFU : 31 cm dengan TBJ : 2945 gram
c. Auskultasi
DJJ : 132 kali/menit
d. Vaginal toucher (VT)
v/u tenang, dinding vagina licin, serviks dibelakang, STLD (-), AK (-)
5. Resume Anamnesa
Pasien dengan keterangan G1P0H0 merasa hamil 9 bulan, kencang
kencang sejak 1 bulan terakhir dan masih jarang, terdapat lendir darah air
kawah belum keluar sejak jam 13.30, ada gerakan janin. Riwayat ANC
teratur di bidan dan Puskesmas Riwayat penyakit jantung, asma,
hipertensi, diabetes mellitus, dan alergi disangkal. Riwayat penyakit
keluarga yang sama dengan penderita disangkal. Pasien belum pernah KB
Riwayat menstruasi teratur, siklus menstruasi 28-30 hari, lama menstruasi
8 hari.
HPMT : 1-8-2012
HPL : 8-5-2013
UK : 39 minggu
Sudah menikah 1 kali, koitus normal.
Riwayat Ginekologi : Tidak ada
Riwayat Obstetri: I : hamil ini
6. Pemeriksaa penunjang
USG : janin tunggal, memanjang, preskep, DJJ (+), placenta di korpus
depan grade III
EKG : tidak dilakukan
Laboratorium:
Hb :13.1 gr%
AL : 7.7 ribu/ul
AT : 156 ribu/ul
HMT : 39.6%
Gol. Darah : B
PPT : 11.7 detik
APTT : 28.4 detik
Control PPT : 26.9 detik
Control APTT : 57.2 detik
Glukosa sewaktu : 85 gr/dl
Na : 140.6 mmol/L
K : 3.97 mmol/L
Cl : 107.9 mmol/L
HBsAg : -
7. Diagnosis
DKP primigravida hamil aterm belum masuk persalinan
8. Terapi
Rencana SC
Observasi His dan DJJ
C. Follow Up
BAB III
Tinjauan Pustaka
I. Disporposi Kepala Panggul
A. Pengertian Disprorposi Kepala Panggul
Disproporsi kepala panggul yaitu suatu keadan yang timbul karena tidak adanya
keseimbangan antara panggul ibu dengan kepala janin.
B. Jenis-Jenis Panggul
Caldwell dan Mooloy berdasarkan penyelidikan rontgenologik dan anatomic
mengklasifikasikan panggul-panggul berdasarkan morfologinya dalam 4 jenis:
1. Panggul ginekoid, dengan pintu atas pangul yang bundar atau dengan diameter
transversa yang lebih panjang sedikit daripada diameter anteroposterior dan
dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas. Panggul jenis
ini paling baik untuk wanita, ditemukan pada 45% wanita.
2. Panggul anthropoid, dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang dari pada
diameter transversa, dan denagn arkus pubis menyempit sedikit. Ditemukan pada
355 wanita.
3. Pangul android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk segitiga berhubungan
dengan penyempitan kedepan, dengan spina ischiadica menonjol ke dalam dan
dengan arkus pubis menyempit. Umumnya pria yang memiliki panggul jenis ini,
dan hanya ditemukan 15% pada wanita.
4. Pangul platipelloid, dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek dari
pada diameter transversa pada pintu atas pangul dan dengan arkus pubis yang
luas. Ditemukan pada 5% wanita.
Berhubung dengan faktor ras dan sosial ekonomi, frekuensi dan ukuran-ukuran jenis
pangul berbeda-beda diantara berbagai bangsa. Dengan demikian standar untuk
panggul normal pada seorang wanita Eropa berbeda dengan standar wanita Asia. Pada
panggul dengan ukuran normal, kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang
normal tidak akan mengalami kesukaran
C. Faktor-Faktor Disproporsi Kepala Panggul
1. Faktor panggul ibu
a. Terdapat pangul-panggul sempit yang umumnya disertai peubahan dalam
bentuknya. Menurut klasifikasi yang dianjurkan Munro Kerr yang diubah
sedikit, panggul-pangul yang terakhir dapat digolongkan sebagai berkut:
1) Perubahan bentuk karena kelainan perubahan intrauterine:
a) Panggul Naegele
b) Panggul Robert
c) Split pelvis
d) Panggul asimilasi
2) Perubahan bentuk karena penykit pada tulng-tulang panggul dan/atau sendi
panggul:
a) Rakitis
b) Neoplasma
c) Fraktur
d) Atrofi, karies, nekrosis
3) Perubahan bentuk karena penyakit kaki:
a) Koksitis
b) Luksasio koksa
c) Atrofi atau kelumpuhan satu kaki
4) Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang:
a) Kifosis
b) Skoliosis
c) Spondilolistesis
b. Berdasarkan pintu masuk panggul
1) Kesempitan pada pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit bila diameter anteroposterior
terpendeknya kurang dari 10 cm, atau diameter taransversa kurang dari 12
cm. oleh karena pada pangul sempit kemungkinan besar bahwa kepala
tertahan oleh pintu atas panggul, menyebabkan serviks uteri kuranng
mengalami tekanan kepala sehingga dapat menyebabkan inersia uteri dan
lambatnya pembukaan serviks.
2) Kesempitan panggul tengah
Apabila ukurannya distansia interpinarum kurang dari 9,5 cm diwaspadai
akan kemungkinan kesukaran dalam persalinan, ditambah agi bila ukuran
diameter sagitalis juga pendek.
3) Kesempitan pintu bawah panggul
Pintu bawah pangul terdiri atas segitiga depan dan segitiga belakang yang
mempunyai dasar yang sama, yakni distansia tuberum. Bila distansia
tuberum dengan diameter sagitalis posterior kurangdari 15 cm, maka dapat
timbul kemacetan pada kelahiran ukuran normal.
2. Kelainan bentuk janin
a. Pertumbuhan yang berlebihan
Berat neonates normal pada kehamilan aterm berkisar 2500-4000 gram. Yang
dinamakan bayi besar jika berat lahirnya melebihi 4000 gram. Pada janin
besar, faktor keturunan memegang peranan penting. Pada wanita hamil dengan
diabetes mellitus, pada postmaturitas dan pada grandemultipara juga dapat
mengakibatkan janin besar. Menentukan besarnya janin secara klinis memang
sulit dilakukan.
Kadang-kadang baru diketahui adanya janin besar setelah tidak adanya
kemajuan dalam persalinan pada panggul normal dan his yang kuat. Walaupun
panggul ibu luas dan dapat dilewati janin lebih dari 4000 gram sebaiknya
dilakukan persalinan perabdominal dengan pertimbangan jalan lahir lunak ibu.
Disebut makrosomia bila lingkar kepala janin 37-40 cm, dan untuk persalinan
pervaginam dilakukan pada janin engan lingkar kepala <37 cm.
b. Hidrosefalus
Hidrosefalus dalah penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak,
sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran-pelebaran sutura-sutura
dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun di ventrikel biasanya antara 500-1500
ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter. Karena kepala janin
terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di bagia bawah uterus, maka sering
ditemukan dalam letak sungsang. Pada presentasi kepala, hidrosefalus dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan dala teraba sutura-sutura dan ubun-ubun yang
melebar dan tegang, sedangkan tulang kepala sanga tipis dan mudah ditekan.
Pemeriksaan rontgenologik menunjukka kepala janin angat besar dengan
tulang-tulang yang sangat tipis.
3. Mal presentasi kepala
Pada persalinan normal, kepala janin pada waktu melewati pintu jalan lahir berada
dalam keadaan fleksi dengan presentasi belakang kepala. Dengan adanya
malpresentasi kepala seperti presentasi puncak kepala, presentasi dahi dan
presentasi muka maka dapat menimbulkan kemacetan dalam persalinan. Hal ini
dimungkinkan
D. Pemeriksaan Disproporsi Kepala Panggul
1. Pelvimetri rontgen, untuk mengukur ukuran panggul
2. Magnetik Resonance Imaging (MRI)
3. Vaginal toucher
4. Tinggi badan ibu <150 cm
E. Prognosis
Apabila persalinan dengan disproporsi kepala panggul dibiarkan berlangsung sendiri
tanpa penagambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan janin timbul
bahaya bagi ibu dan janin yaitu:
1. Bahaya pada ibu:
a. Partus lama yang seringkali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil
dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi inrapartum.
b. Dengan his yang kuat sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan dapat
timbul regangan segmen bawah uterus (rupture uteri mengancam) dan bila
tidak segera diambil tindakan akan terjadi rupture uteri.
c. Dengan persalinan tidak maju karena diproporsi kapala panggul, jalan lahir
mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal itu
menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya iskemia dan
kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari post partum akan
terjadi fistula vesikoservikalis atau fistula vesikovaginalis atau fistula
rektovaginalis.
2. Bahaya pada janin:
a. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal apalagi bila ditambah
dengan infeksi intrapartum.
b. Dengan adanya disprpoporsi kepala panggul kepala janin dapat melewati
rintangan pada panggul dengan mengadakan moulage. Moulage dapat dialami
oleh kepala janin tanpa akibat yang jelek sampai batas-batas tertentu, akan
tetapi apabila batas-batas tersebut dilampaui akan terjadi sobekan pada
tentorium serebelli dan perdarahan intracranial.
c. Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang-kadang oleh simfisis
dapat menyebabkan perlukan pada jaringan diatas tulang kepala janin dan
dapat pula menimbulkan fraktur pada os parietalis.
F. Penanganan
Dewasa ini ada dua tindakan utama yang dilakukan untuk menangani persalinan
dengan disproporsi kepala panggul, yaitu seksio sesarea dan partus percobaan.
Disamping itu kadang-kadang ada indikasi dilakukan kraniotomia yang dikerjakan
bila pada janin mati.
1. Seksio sesarea
Seksio sesarea dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal fase persalinan, dan secara sekunder yakni
sesudah persalinan berlangsung selama beberapa waktu. Seksio sesarea elektif
direncanakan lebih dulu dan dalakukan pada kehamilan cukup bulan karena
kesempitan panggul yang cukup berat atau karena terdapat disproporsi kepala
panggul yang cukup nyata. Selain itu, seksio sesarea dilakukan pada kesempitan
pangul ringan apabila ada faktor-faktor lain yang merupakan komplikasi seperti
primigravida tua, kelainan letak janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada
wanita yang mwngalami masa infertilitas yang lama dan riwayat penyakit jantung.
Seksio sesarea sekunder dilakukan karena partus percobaan dianggap gagal atau
karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang
syarat-syarat untuk persalianan per vaginam tidak atau belum terpenuhi.
2. Partus percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaaan pada hamil tua diadakan
penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua bidang dan
hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan bahwa
ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan selamat,
dapat diambil keputusan untuk dilakukan persalinan percobaan. Persalinan ini
merupakan suatu test terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk
moulage kepala janin. Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus
dilakukan dengan cermat. Janin harus berada pada presentasi kepala dan tuanya
kehamilan tidak lebih dari 42 minggu. Mengenai penanganan khusus pada partus
percobaan perlu diperhatikan halhal berikut:
a. Perlu diadakan pengawasan yang seksama terhadap keadaan ibu dan janin.
Pada persalinan yang agak lama perlu dijaga adanya bahaya dehidrasi dan
asidosis pada ibu.
b. Kualitas dan turunnya kepala janin harus terus diawasi. Kesempitan panggul
tidak jarang mengakibatkan kelainan his dan gangguan pembukan serviks.
c. Sebelum ketuban pecah, pada umumnya kepala janin tidak dapat masuk
kedalam rongga panggul dengan sempurna. Pemecahan ketuban secar aktif
hanya dapat dilakukan bila his berjalan secara teratur dan udah ada
pembukaan serviks separuhnya atau lebih.
d. Masalah yang penting ialah menentukan berapa lama partus percobaan boleh
berlangsung. Apabila his cukup sempurna maka sebgai indicator berhasil atau
tidaknya partus percobaan tersebut ada hal-hal yang mencakup keadaan
keadaan berikut:
1) Adakah gangguan pembukaan serviks, misalnya pemanjangan fase laten;
pemanjangan fase aktif
2) Bagaimana kemajuan penurunan bagian terendah janin (belakang kepala)?
3) Adakah tanda-tanda klinis dari pihak anak maupun ibu yang menunjukkan
adanya bahaya bagi anak atau ibu (gawat janin, rupture uteri)
Apabila ada salah satu gangguan diatas maka menandakan bahwa persalinan
per vaginam tidak mungkin dan harus diseleaikan dengan seksio sesarea.
Sebaliknya bila kemajuan pembukaan serta penurunan kepala berjalan lancar,
maka persalinan per vaginam bisa dilaksanakan.
II. KETUBAN PECAH DINI
A. DEFINISI
Adalah pecahnya kulit ketuban secara spontan sebelum timbulnya
tanda-tanda persalinan.
B. ETIOLOGI :
Penyebab ketuban pecah dini adalah:
1. Idiopatik.
2. Infeksi.
3.Polihidramnion.
4. Serviks inkompetens.
5. Abnormalitas uterus.
6. Akibat servikal sirklase atau amniosentesis.
7. Trauma
C. DIAGNOSIS
Pemeriksaan vaginal sebaiknya dihindari, oleh karena meningkatkan risiko
infeksi asenden.Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan speculum
secara steril, akan didapatkan :1. Terlihat keluarnya amnion melalui
canalis servikalis pada pemeriksaan inspekulo.2. Nitrazine test memberikan
hasil positif (Hasil false positif sekitar 25%; hasil false positif dapatdisebabkan
oleh kontaminasi darah atau cairan seminalis).3. Gambaran ferning pada
pemeriksaan cairan amnion dengan mikroskop (Tidak selalu
dikerjakan).4. Gambaran oligohidramnion pada USG sangat mendukung
diagnosis, apabila terdapat riwayatkeluar cairan dari vagina.
D. DIAGNOSIS BANDING:
1. Cairan dalam vagina, dapat fluor albus atau urine.
2. Hind water dan fore water rupture of the membarane
E. PENATALAKSANAAN:
Pengelolaan ketuban pecah dini yang terjadi pada usia kehamilan berapapun
diperlukan:
a. Konfirmasi / penentuan diagnosis yang akurat.
b. Penilaian kondisi ibu hamil dan kesejahteraan janin.
c. Penilaian adanya kondisi / keadaan lain yang memerlukan penanganan
segera atau keadaan yangmemerlukan persalinan segera.
d. Penilaian kondisi serviks, meskipun bila mungkin pemeriksaan vaginal
(VT) dihindarkan, hal initerutama pada kehamilan preterm, atau pada
ketuban pecah dini pada kehamilan aterm yangmemilih pengelolaan
konservatif.
e. Peningkatan temperature menjadi 38,5 atau takikardia pada ibu atau janin.
Pengelolaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm ( > 37 minggu ):
Pada penelitian, pengelolaan kehamilan aterm dengan ketuban pecah
dini, apakah segeramelakukan induksi persalinan atau konservatif yang dipilih
tidak ditemukan perbedaan outcome.Apabila setelah12 jam tidak terjadi
persalinan lebih baik dilakukan induksi persalinan. Akantetapi pilihan
penderita perlu diperhatikan.1. Hindari pemeriksaan vaginal / VT (apabila
mungkin; terutama jika memilih pengelolaankonservatif).2. Antibiotika
profilaksis. Dapat diberikan injeksi Ampicillin 2 gram kemudian diberikan
setiap 6 jam atau Clindamycin 300 mg setiap 8 jam.3. Induksi persalinan
atau pengelolaan ekspektatif tergantung kondisi penderita atau pilihan pasien.
Rekomendas i k l i n i s :
Pada pasien dengan KPD pada kehamilan aterm, direkomendasikan induksi
persalinan. Induksi persalinan harus sudah dilakukan dalam 12 jam KPD, jika
mungkin dilakukan lebih awal.Oksitosin lebih aman pada usia kehamilan
aterm dengan KPD.
Pengelolaan ketuban pecah dini pada kehamilan < 37 minggu
Pada usia kehamilan ini, pilihan induksi persalinan atau pengelolaann
ekspektatif sangatdipengaruhi kemampuan unit perawatan, terutama
perawatan neonatus. Apabila usia kehamilankurang dari 34 minggu lebih baik
dikelola secara konservatif, kecuali jika terdapat tandakorioamnionitis.Pada
prinsipnya pengelolaan pada usia kehamilan ini adalah:
1. Hindari pemeriksaan vaginal.
2. Pemberian antenatal kortikosteroid: betametason 12 mg IM setiap 12
jam (dua kali pemberian)atau deksametason 5 mg IM setiap 6 jam (empat
kali pemberian). Kortikosteroid tidak bolehdiberikan apabila terdapat
infeksi.
3. Pemberian antibiotika profilaksis : Injeksi Ampicillin 2 gram dan
eritromisin 250 mg keduanyasecara IV setiap 6 jam untuk 48 jam,
kemudian diikuti pemberian secara oral 5 hari lagi
dapatmemperbaiki luaran neonatal. Apabila terdapat tanda korioamnionitis
, berikan spectrumantibiotika yang lebih luas. Pada klinikal korioamninitis
dapat diberikan Ampicilin 2 gram IVsetiap 6 jam, ditambah Gentamisin
1,5 mg / kg BB diberikan IV setiap 8 jam.4. Pemberian tokolitik untuk
menghentikan kontraksi uterus: Drip Terbutaline (Bricasma R ) 1
ampuldalam D5% mulai 10 tetes/menit. Boleh dinaikkan setiap 30 menit
10 tetes/menit sampaimaksimal 40 tetes/menit atau ditemukan tanda-tanda:
Nadi > 120 x/menit, Tekanan darah sistolik < 90 mmHg, atau ibu
mengeluh berdebar-debar. Bila kontraksi stop: pertahankan tetesan
sampaiminimal 12 jam setelah kontraksi hilang. Maintenance dapat
diberikan secara per oral.5. Pengawasan penderita, terutama apabila
terdapat tanda-tanda infeksi. (Monitor terhadap: Nadiibu, temperature
rektal ibu, denyut jantung janin, adanya nyeri tekan uterus, PPV
berbau,Lekositosis).
4. Apabila pengelolaan konservatif berhasil, usia kehamilan kurang dari 34
minggu penderita bolehrawat jalan dengan pesan: apabila demam atau
keluar cairan lagi kembali ke rumah sakit, tidak boleh coitus, tidak boleh
manipulasi vaginal.7. Apabila penderita tidak menghendaki pengelolaan
konservatif, berikan informed consent yang jelas (risiko terhadap bayi
yang lahir,risiko kegagalan tindakan,dsb),kemudianlakukan induksi persali
nan sesuai protap yang ada.
F. KOMPLIKASI:
Komplikasi ketuban pecah dini pada kehamilan aterm:
1. Infeksi pada janin/neonatus.
2. Infeksi pada ibu.
3. Kompresi / prolapsus tali pusat.
4. Kegagalan induksi persalinan.Komplikasi ketuban pecah dini pada
kehamilan\preterm:
a.Persalinan preterm.
b.Infeksi pada janin/neonatus.
c.Infeksi pada ibu
d.Kompresi / prolapsus tali pusat.
e.Kegagalan induksi persalinan.
f. Hipoplasia pulmonalis.
g.Deformitas pada janin.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien G1P0A0 22 tahun merasa hamil 9 bulan, kencang-kencang sejak 1
bulan terakhir dan masih jarang, terdapat lendir darah air kawah keluar pada pukul
13.30 ada gerakan janin. Pada palpasi didapatkan janin tunggal, letak memanjang,
presentasi kepala dan punggung di bagia kanan (puka). TFU 31 cm dengan TBJ 2945
gram, sedangkan tinggi ibu hanya 144 cm. Dengan tinggi badan ibu tersebut
dikhawatirkan ibu mempunyai panggul yang kecil dikarenakan dalam beberapa kasus
didapatkan wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm mempunyai panggul kecil.
Berdasarkan lmu obstetric sosial, ibu yang akan melahirkan secara pervaginam
normal harus memiliki tinggi badan lebih atau sama dengan 145 cm, karena dengan
tinggi 145 cm seimbang bila dilewati janin dengan berat 2500 gram. Selain itu
taksiran berat janin sebesar 2945 gram seimbang dengan wanita dengan tinggi badan
150 cm. Jelas kemungkinan besar pasien ini mengalami ketidak seimbangan antara
panggul dan besar janin sehingga terjadi diproporsi kepala panggul. Pada pasien ini
tindakan yang dilakukan adalah
Tingkat
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Ani. 2009. Disproporsi Kepala Panggul (Kuliah Obsetri). Bantul: RSPS
Hakimi, R. 2003. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta: Yayasan Essentia Media
Mochtar, R. 2005. Sinopsis Obsetetri. Jakarta: EGC
Norwitz, Errol & John, Schorge (2008). At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Edisi
2. Jakarta: Erlangga
Prawirohardjo, Sarwono. (2007). Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.