CA Mammae

32
BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS Nama : Ny. W Umur : 48 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Jawa Alamat : Ciracas Jakarta Timur MRS : 30 Juli2015 pukul 17.00 dari IGD Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga No. RMK : 00331273 II. ANAMNESA (AUTOANAMNESA) A. Keluhan Utama Benjolan pada payudara kanan B. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke RSUD Karanganyar dengan keluhan terdapat benjolan pada payudara kanan sudah 2 tahun yang lalu, sejak tahun 2013.Awalnya kecil, semakin lama semakin membesar dan semakin nyeri.Benjolan konsistensinya keras, tidak bisa digerakan (immobile), tidak nyeri tekan. Retraksi papila mamae (+) dan terdapat ulkus pada payudara kanan. Pasien sudah memeriksakan ke RS Moewardi dan didiagnosis Ca mammae dan sejak 6 bulan yang lalu dan sudah metastasis ke paru sebelah kanan. Pasien menolak untuk dikemoterapi. Pasien juga merasakan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu. Pasien merasa paru-paru penuh. Dulu pasien pernah di pungsi di Paru Kanan dan menghasilkan cairan sebanyak 7 flabot berwarna merah muda. Pasien punya riwayat memakai pil KB selama 10 1

description

kh

Transcript of CA Mammae

Page 1: CA Mammae

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Ny. W

Umur : 48 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Jawa

Alamat : Ciracas Jakarta Timur

MRS : 30 Juli2015 pukul 17.00 dari IGD

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

No. RMK : 00331273

II. ANAMNESA (AUTOANAMNESA)

A. Keluhan Utama

Benjolan pada payudara kanan

B. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke RSUD Karanganyar dengan keluhan terdapat benjolan pada

payudara kanan sudah 2 tahun yang lalu, sejak tahun 2013.Awalnya kecil, semakin

lama semakin membesar dan semakin nyeri.Benjolan konsistensinya keras, tidak bisa

digerakan (immobile), tidak nyeri tekan. Retraksi papila mamae (+) dan terdapat

ulkus pada payudara kanan. Pasien sudah memeriksakan ke RS Moewardi dan

didiagnosis Ca mammae dan sejak 6 bulan yang lalu dan sudah metastasis ke paru

sebelah kanan. Pasien menolak untuk dikemoterapi. Pasien juga merasakan sesak

nafas sejak 2 hari yang lalu. Pasien merasa paru-paru penuh. Dulu pasien pernah di

pungsi di Paru Kanan dan menghasilkan cairan sebanyak 7 flabot berwarna merah

muda. Pasien punya riwayat memakai pil KB selama 10 tahun. Pasien tidak

mempunyai keluarga yang terkena Ca Mammae.

C. RiwayatPenyakitDahulu :

- Riwayat Penyakit Serupa : disangkal

- Riwayat Alergi : disangkal

- RiwayatMondok : disangkal

- Riwayat Penyakitasma : disangkal

- RiwayatHipertensi : disangkal

- Riwayat DM : disangkal

- Riwayat KB hormonal : disangkal

1

Page 2: CA Mammae

D. Riwayat PenyakitKeluarga :

- Riwayat Penyakit serupa : disangkal

- Riwayat DM : disangkal

- Riwayat Hipertensi : disangkal

- Riwayat Alergi : disangkal

III.PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

o Keadaan umum : Tampak Sesak

o Kesadaran : compos mentis (E4,V5,M6)

Vital Sign

o Tekanan darah : 140/90mmHg

o Nadi : 84x / menit

o Napas : 28x / menit

o Suhu : 36,5▫c

Kepala :Normocephal

o Mata :

- Konjungtiva : TidakAnemis

- Sclera : TidakIkterik

- Pupil : Bulatisokor

- Reflex pupil : (+/+) normal

Leher :

o Trakea : lurusditengah

o KGB : tidakmembesar

Thorax :

o Inspeksi :

- Payudara kanan dan kiri ukuran hampir sama, nampak

kelainan UKK pada payudara kanan dimana warna putih pada

benjolan payudara. Payudara kanan terdapat ulkus.

- Dada kanan dan kiri tidak simetris, deviasi ke arah kiri, ada

ketinggalan gerak dada kanan, retraksi intercostae (-), barrel

chest (-), sela iga melebar (-)

2

Page 3: CA Mammae

o Palpasi :

- Fremitus dada kanan dan kiri tidak sama, kanan lebih lemah,

krepitasi (-)Nyeritekan (-) diseluruhlapangparu

- Terdapat massa yang kenyal, padat, permukaan halus, dan

immobile pada payudara kanan dengan ukuran ± 12x10 cm

o Perkusi :

- Sonor di paru kiri dan redup di paru kanan

- Nyeriketok (-) diseluruhlapangparu

o Auskultasi :

- Jantung : BJ I,II murnireguler, murmur (-), gallop (-)

- Paru : suaranapasvesikuler (-/+), ronkhi (+/-), wheezing (-/-)

Abdomen :

o Inspeksi :

permukaan perut rata , tidak terdapat kelainan pada kulit, massa (-),

bekas luka operasi (-)

o Auskultasi :

Supel (+) terdengar tiap 3 detik sekali

o Palpasi :

Nyeri tekan diseluruh lapang perut (-), defans musculer (-),

massa (-)

o Perkusi :

Timpani pada daerah epigastrium

Genitalia : Tidakdilakukanpemeriksaan

Extremitas :

Atas

Akral : hangat

Sianosis : -

Perfusi : baik

Udema : -/-

Bawah :

Akral : hangat

Sianosis : -

3

Page 4: CA Mammae

Perfusi : baik

Udema : -/-

Status Lokalis

Thorax

Lokasi :Payudara dextra

A. Inspeksi :terlihat payudara kanan berukuran hampir sama dengan

payudara kiri, UKK (+), bekas luka operasi (-), kulit jeruk (-),

ulkus (+), puting retraksi (+), Peau d’Orange (+), nodul disekitar

KGB axilla (+).

B. Palpasi :teraba massa dengan ukuran 12x10cm, dengan konsistensi

keras, bernodul-nodul (-), nyeritekan (-), immobile, menempel

pada dasarnya, PKGB axilla (+), nipple discharge (-).

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Angka Satuan Nilai Normal

HEMATOLOGI

Hemoglobin 14,6 gr/dl 12.00-16.00

Eritrosit 5,21 (H) X 10^6 ul 4,00 – 5,00

Hematokrit 43,7 % 37.00 – 47.00

MPV 8,7 Fl 6,5-12

PDW 16,2 9.0-17.0

Leukosit 17,44 (H) 103ul 5 – 10

Trombosit 222 103ul 150 – 300

INDEX

MCV 83,8 fL 82 – 92

MCH 28,0 Pg 27 -31

MCHC 33,4 g/dl 32 – 36

HITUNG JENIS

Limfosit % 15,1 (L) % 25 – 40

Monosit % 4,7 % 3 – 9

4

Page 5: CA Mammae

Gran% 80,5 (H) % 50-70

GDS 94 mg/dl 70 – 150

Pemeriksaan Rontgen Thorax (5 Februari 2015)

5

Page 6: CA Mammae

Pulmo : Tampak multiple nodul di lapang paru kanan, corakan bronkovaskular

normal di lapang paru kiri. Sinus phrenicocostalis kanan tertutup

perselubungan, kiri tajam. Diafragma kanan tertutup perselubungan, kiri

normal.

Kesan : Pulmonal metastase (subpleural type dan coarse type).

USG Abdomen (11 April 2015)

Kesimpulan : Tak tampak gambaran abdominal nodul metastase. Tak tampak

efusi pleura bilateral dan ascites. Hepar/GB/Lien/Pankreas/Kedua

Ginjal/Bladder/Uterus/Adnexa tak tampak kelainan.

USG Mammae dopler (22 April 2015)

Mamma Kanan

Tampak parenkim mammae dominan glandular

Tampak lesi solid batas tegas tepi irregular ukuran 3,57 cm X 4,78 cm

di kuadran upper outer dan upper inner (jam 11.00 – jam 1.00, o,5 cm

periareolar)

Tampak lesi kistik anechoic, berdinding tipis, ukuran 0,5 cm X 0,66 cm

di kuadran lower outer (jam 12, 1 cm periareolar)

Tampak lesi solid batas tegas tepi irregular ukuran 1,61 cm X 0,38 cm

di kuadran lower inner (jam 4, 1 cm periareolar)

6

Page 7: CA Mammae

Tampak tetraksi kutis dan subkutis

Tampak retraksi papilla mammae

Tak tampak kalsifikasi

Mamma Kanan

DBN

Kesimpulan : Massa solid kuadran upper outer dan upper inner mamma

kanan dengan lesi satelit pada kuadran lower inner mamma kanan

cenderung maligna. Simple cyst mamma kanan. Limfadenopati axilla

kanan

Pemeriksaan Patologi Anatomi (19 Maret 2015)

Makros : diterima jaringan tumor mammae dextra 0,75 cc, compang camping,

kuning kenyal, cetak semua

Mikros : Sediaan menunjukkan jaringan ikat fibrous dan jaringan lemak tanpa

tumor.

NB Apabila secara klinis menunjukkan ganas kemungkinan bagian yang ganas

belum terambil.

V. RESUME

Pasien datang ke RSUD Karanganyar dengan keluhan benjolan pada payudara

sebelah kanan. Keluhan dirasakan ± 2 tahun yang lalu. Benjolan dirasakan

membesar. Benjolan konsistensinya keras, tidak bisa digerakan (immobile), tidak nyeri

tekan. Retraksi papila mamae (+) dan terdapat ulkus pada payudara kanan. Pasien sudah

memeriksakan ke RS Moewardi dan didiagnosis Ca mammae dan sejak 6 bulan yang lalu

dan sudah metastasis ke paru sebelah kanan. Riwayat keluarga (-), riwayat pengobatan

alternatif (+),keluhan lain apabila pasien bernafas terasa berat. Pemeriksaan LAB

(leukosit meningkat), RO thoraxàPulmonal metastase. USG AbdomenàDBN.

USG mammae DopleràMassa solid kuadran upper outer dan upper inner mamma

kanan dengan lesi satelit pada kuadran lower inner mamma kanan cenderung

maligna. Simple cyst mamma kanan. Limfadenopati axilla kanan.

VI. DIAGNOSIS KERJA

Ca Mammae Dextra Metastasis Pulmo Dextra

T4N1M1

VII. DIAGNOSIS BANDING

1. Fibroadenoma mammae

7

Page 8: CA Mammae

2. Kistosarkoma phyloides

VIII. PENATALAKSANAAN

Kemoterapi

Bedah konservatif àmastektomi

Inf RL 20 tpm

Inj Ceftriaxon 1A/12 jam

Inj Omeprazol 1gr/12jam

Inj Dexketoprofen 1A/8 jam

Inj.Sohobion 1A/drip

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad malam.

Quo ad functionam : dubia ad malam

X. FOLLOW UP

30/7/2015 S/ pasien mengeluh sesak sejak 2 hari

yang lalu. Sulit tidur dan mengeluhkan

nyeri pada payudara kanan. Pasien

punya riwayat Ca Mamae yang sudah

metastasis ke paru kanan sejak 6 bulan

yang lalu. Pasien sudah pernah di

pungsi

O/ TD = 140/90

S = 36,5

RR = 28 x/menit

N = 84x/menit

KU Tampak sesak

K/L = CA (+/+) SI (-/-) PKGB (-/-)

Tho = P/SDV (-/+) WH (-/-) RH (+/-)

C/ BJ I/II reguler Bising Sistolik

Abd = NT (-) , Peristaltik (+)

Ext = akral hangat (+), edema (-)

P/

Inf RL 20 tpm

Inj Ceftriaxon 1A/12 jam

Inj Omeprazol 1gr/12jam

Inj Dexketoprofen 1A/8 jam

Inj.Sohobion 1A/drip

8

Page 9: CA Mammae

A/ Ca Mammae

31/7/2015 S/ pasien mengeluh badan terasa sakit,

sulit bernafas, tidak bias tidur, mual (-),

muntah (-), BAK (-) Gelisah sejak

kemarin.

O/ TD = 130/80

S = 36

RR = 22 x/menit

N = 98x/menit

KU Tampak sesak

K/L = CA (+/+) SI (-/-) PKGB (-/-)

Tho = P/SDV (-/+) WH (-/-) RH (+/-)

C/ BJ I/II reguler Bising Sistolik

Abd = NT (-) , Peristaltik (+)

Ext = akral hangat (+), edema (-)

A/ Ca Mammae

P/

Inf RL 20 tpm

Inj Ceftriaxon 1A/12 jam

Inj Omeprazol 1gr/12jam

Inj Dexketoprofen 1A/8 jam

Inj.Sohobion 1A/drip

1/8/2015 S/ pasien mengeluh mengeluh masih

sakit dan sesak. Saat bernafas sulit,

gelisa.

O/ TD = 90/60

S = 36,2

RR = 24 x/menit

N = 90x/menit

KU Tampak sesak

K/L = CA (+/+) SI (-/-) PKGB (-/-)

Tho = P/SDV (-/+) WH (-/-) RH (+/-)

C/ BJ I/II reguler Bising Sistolik

Abd = NT (-) , Peristaltik (+)

Ext = akral hangat (+), edema (-)

A/ Ca Mammae

P/

Inf RL 20 tpm

Inj Ceftriaxon 1A/12 jam

Inj Omeprazol 1gr/12jam

Inj Dexketoprofen 1A/8 jam

Inj.Sohobion 1A/drip

2/8/2015 S/ pasien mengeluh seluruh badan

terasa sakit semua, leher terasa sakit

saat digerakkan untuk pindah posisi

P/

Inf RL 20 tpm

Inj Ceftriaxon 1A/12 jam

9

Page 10: CA Mammae

O/ TD = 100/60

S = 37

RR = 44 x/menit

N = 84x/menit

KU Tampak sesak

K/L = CA (+/+) SI (-/-) PKGB (-/-)

Tho = P/SDV (-/+) WH (-/-) RH (+/-)

C/ BJ I/II reguler Bising Sistolik

Abd = NT (-) , Peristaltik (+)

Ext = akral hangat (+), edema (-)

A/ Ca Mammae

Inj Omeprazol 1gr/12jam

Inj Dexketoprofen 1A/8 jam

Inj.Sohobion 1A/drip

2/8/2015 19.00àKeadaan umum pasien lemah,

sesak(+), Nafas tersenggal-senggal,

nadi tidak teraba.

19.20àPasien sudah tidak bernafas,

pupil midriasis sempunra(+) EKG Flat.

Pasien dinyatakan meninggal di depan

keluarga dan petugas.

10

Page 11: CA Mammae

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA &PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa

embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu

yang terbentang dari aksila sampai ke regio ingunal. Beberapa hari setelah lahir,

pada bayi dapat terjadi pembesaran payudara unilateral atau bilateral diikuti dengan

sekresi keruh. Keadaan yang disebut mastitis neonatorum ini disebabkan oleh

berkembangnya sistem duktus dan tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada

stroma yang dirangsang secara tidak langsung oleh tingginya kadar estrogen ibu di

dalam sirkulasi darah bayi. Setelah lahir, kadar hormon ini menurun, dan ini

merangsang hipofisis untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin inilah yang

menimbulkan perubahan pada payudara.

Anatomi

Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral

atasnya, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut

penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus

kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papila mamma, yang disebut

duktus laktiferus. Di antara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit

dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut

ada jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk

payudara. Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a. Perforantes

anterior dan a. Mamaria interna, a. Torakalis lateralis yang bercabang dari a.

Aksilaris dan beberapa a. Interkostalis. Persarafan kulit payudara diurus oleh

cabang pleksus servikalis dan n. Interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri

diurus oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan

dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni n. Intercostobrakialis

dan n. Kutaneus brakius medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan

bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin

disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut. Saraf n. Pektoralis

yang mengurus m. Pektoralis mayor dan minor, n. Torakodorsalis yang mengurus

m. Latissimus dorsi, dan n. Torakalis longus yang mengurus m. Serratus anterior

sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila. Penyaliran

11

Page 12: CA Mammae

limfe dari payudara ±75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal,

terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaliran yang ke

kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10-90) buah

kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis. Saluran

limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior aksila, kelompok

sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang v. Aksilaris dan

yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di fosa

supraklavikuler. Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang

selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke

aksila kontralateral, ke m. Rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis

ke hati, pleura, dan payudara kontralateral.

Gambar 1. Potongan sagital mammae

Fisiologi

12

Page 13: CA Mammae

Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Esterogen

diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron memulai

perkembangan lobulus-lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial.

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon,

antara lain:

a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup

pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak

pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga

hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.

b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 haid,

payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya

terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak

rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri

sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Begitu haid

dimulai, semuanya berkurang.

c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan,

payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus

berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis

anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus mengisi asinus,

kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.

B. Pemeriksaan Fisik Payudara

Anamnesis penderita kelainan payudara harus meliputi riwayat kehamilan dan

ginekologi. Untuk inspeksi, pasien dapat diminta duduk tegak/berbaring atau

kedua-duanya. Kemudian diperhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit,

tonjolan, lekukan, retraksi, adanya kulit berbintik, seperti kulit jeruk, ulkus, dan

benjolan. Dengan lengan terangkat lurus ke atas, kelainan terlihat lebih jelas.

Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal tipis di

punggung sehingga payudara itu terbentang rata. Palpasi dilakukan dengan telapak

jari tangan yang digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan pada setiap kuadran

payudara. Yang diperhatikan pada hakikatnya sama dengan penilaian tumor di

tempat lain. Pada sikap duduk, benjolan yang tak teraba ketika penderita berbaring

kadang lebih mudah ditemukan. Perabaan aksilapun agaknya lebih mudah pada

posisi duduk. Dengan memijat halus puting susu dapat diketahui adanya

13

Page 14: CA Mammae

pengeluaran cairan, darah, atau nanah. Cairan yang keluar dari kedua puting selalu

harus dibandingkan. Pengeluaran cairan dari puting payudara di luar masa laktasi

dapat disebabkan oleh berbagai kelainan, seperti karsinoma, papiloma di salah satu

duktus dan kelainan yang disertai ektasia duktus.

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) merupakan salah satu upaya deteksi

dini tumor payudara dan suatu usaha untuk menemukan adanya tumor yang belum

lama tumbuh, masih kecil, masih lokal, dan belum menimbulkan kerusakan yang

berarti sehingga masih dapat disembuhkan. Deteksi dini biasanya dilakukan pada

orang-orang yang “kelihatannya sehat”, asimptomatik, atau pada orang yang beresiko

tinggi menderita tumor. Wanita usia 20 tahun ke atas sebaiknya melakukan SADARI

sebulan sekali, yaitu 7-10 hari setelah menstruasi. Pada saat itu, pengaruh hormon

ovarium telah hilang sehingga konsistensi payudara tidak lagi keras seperti menjelang

menstruasi. Untuk wanita yang telah menopause, SADARI sebaiknya dilakukan setiap

tanggal 1 setiap bulan agar lebih mudah diingat.

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :

a. Melihat payudara

b. Memijat payudara

c. Meraba payudara

C. Sel Tumor

Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara

autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari

sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung

pada besarnya penyimpangan dalam bentuk fungsi, autonominya dalam

pertumbuhan, dan kemampuan mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis.

Sel tumor bentuknya bermacam-macam dengan warna yang beraneka karena

tingginya kadar asam nukleat dalam inti dan tidak meratanya distribusi kromatin

inti. Inti sel relatif besar dengan rasio inti/sitoplasma yang lebih rendah. Insidens

mitosis lebih tinggi dan terdapat mitosis abnormal. Susunan sel tidak teratur, sel

tumor bersifat tumbuh terus tanpa batas sehingga tumor makin lama makin besar

dan mendesak jaringan sekitarnya. Pada neoplasma ganas, selnya tumbuh sambil

menyusup dan merembes ke jaringan sekitar.

14

Page 15: CA Mammae

Pembengkakan

Neoplasma (tumor) Nonneoplasma

Maligna (kanker) Benigna Kista Radang Hipertrofi

D. Tumor Payudara dan Penjelasannya

Tumor payudara lesi terpenting pada payudara perempuan. Walaupun mungkin

berasal dari jaringan ikat atau struktur epitel, tumor struktur epitel yang sering

menyebabkan neoplasma payudara. Sedikit akan dijelaskan mengenai

fibroadenoma, tumor filoides, papiloma, dan karsinoma papilaris, serta karsinoma

payudara.

Fibroadenomaàtumor jinak tersering pada payudara perempuan. Peningkatan

mutlak aktivitas estrogen diperkirakan berperan dalam pembentukannya.

Fibroadenoma biasanya terjadi pada perempuan muda, insidensi puncak usia 30an.

Morfologi fibroadenoma : nodus disekret, tunggal, mudah digerakkan, dan bergaris

tengah 1-10cm ataupun lebih, secara makroskopis tumor teraba padat, dengan

warna seragam coklat-putih pada irisan dengan bercak-bercak kuning-merah muda

yang mencerminkan daerah kelenjar. Secara histologis tampak stroma fibroblastik

longgar yang mengandung rongga mirip duktus berlapis epitel dengan ukuran dan

bentuk beragam. Rongga mirip duktus atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih

lapisan sel yang regular dengan membran basal jelas dan utuh. Meskipun di

sebagian lesi rongga duktus terbuka, bundar sampai oval dan cukup teratur

(fibroadenoma perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi

ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak

sebagai celah atau struktur iregular mirip bintang (fibroadenoma

intrakanalikularis). Lesi mungkin membesar pada akhir daur haid dan selama

hamil. Pasca menopause, lesi mungkin mengecil dan mengalami kalsifikasi.

Pemeriksaan sitogenetik memperlihatkan bahwa sel stroma bersifat monoklonal

sehingga mencerminkan elemen neoplastik dari tumor ini. Penyebab proliferasi

duktus tidak diketahui, mungkin sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor

pertumbuhan yang mempengaruhi sel epitel. Fibroadenoma hampir tidak pernah

menjadi ganas.

Tumor filoidesàjarang ditemukan dibanding fibroadenoma, diperkirakan berasal

dari stroma intralobulus, jarang dari fibroadenoma yang sudah ada. Tumor ini

15

Page 16: CA Mammae

mungkin kecil (garis tengah 3-4cm) tetapi sebagian besar tumbuh hingga berukuran

besar, mungkin masif sehingga payudara membesar. Sebagian mengalami lobulasi

dan menjadi kistik, karena pada potongan memperlihatkan celah mirip daun, maka

disebut tumor filoides. Dahulu tumor ini memiliki nama sistosarkoma filoides,

suatu nama yang tidak menguntungkan karena tumor ini bersifat jinak meskipun

sebagian menjadi ganas. Perubahan yang paling merugikan adalah peningkatan

selularitas stroma disertai anaplasia dan aktivitas mitotik yang tinggi, disertai oleh

peningkatan pesat ukuran, biasanya denga invasi jaringan payudara di sekitarnya

oleh stroma maligna. Sebagian besar tumor ini tetap lokalisata dan disembuhkan

dengan eksisi, lesi maligna mungkin kambuh tetapi lesi ini juga cenderung

terlokalisasikan. Hanya yang paling ganas, sekitar 15% kasus, menyebar ke tempat

jauh.

Papiloma intraduktusàmerupakan pertumbuhan tumor neoplastik di dalam suatu

duktus, sebagian besar bersifat soliter ditemukan di dalam sinus atau duktus

laktiferosa utama. Lesi ini menimbulkan gejala klinis berupa : keluarnya discharge

serosa/berdarah dari puting payudara, adanya tumor subareola kecil dengan garis

tengah beberapa milimeter atau yang jarang retraksi puting payudara. Morfologi

papiloma intraduktus : tunggal, garis tengah kurang dari 1 cm, terdiri atas

pertumbuhan yang halus, bercabang-cabang di dalam kista atau duktus yang

melebar. Secara histologis, tumor terdiri atas papila-papila, masing-masing

memiliki aksis jaringan ikat yang dibungkus oleh sel epitel silindris atau kuboid

yang sering terdiri atas dua lapis, dengan lapisan epitel luar terletak di atas lapisan

mioepitel. Pada beberapa kasus, terbentuk banyak papiloma di beberapa duktus

atau papilomatosis intraduktus. Lesi kadang-kadang menjadi ganas, sedangkan

papiloma soliter hampir selalu tetap jinak. Demikian juga, karsinoma papilaris

perlu disingkirkan, tumor ini tidak memiliki komponen mioepitel dan

memperlihatkan atipia sel yang parah dengan gambaran mitotik abnormal.

Karsinoma payudaraàgambaran umum bagi semua kanker invasif yaitu

mencakup kecenderungan untuk melekat ke otot pektoralis atau fasia dalam

dinding dada sehingga terjadi fiksasi lesi, serta melekat ke kulit di atasnya yang

menyebabkan retraksi dan cekungan kulit atau puting payudara. Keterlibatan jalur

limfatik dapat menyebabkan limfedema lokal. Pada kasus ini, kulit mengalami

penebalan di sekitar folikel rambut, suatu keadaan yang dikenal sebagai peau

d’orange (kulit jeruk). Adapun faktor risiko karsinoma payudara : usia (makin

16

Page 17: CA Mammae

lanjut risiko makin tinggi), keluarga (ibu,saudara kandung, khususnya

pramenopause dan/bilateral), patologi (displasia atau kelainan fibrokistik tertentu

pernah karsinoma mamma sisi lain), kehamilan pertama pada usia lanjut.

E. Insidensi dan Epidemioloogi

Kanker payudara merupakan kanker tersering pada perempuan (22% dari

kasus baru kanker pada perempuan) dan menjadi penyebab utama kematian akibat

kanker di seluruh dunia (14% dari semua kematian kanker perempuan). Insidensi

tertinggi ditemukamn di negara-negara maju seperti pada Amerika Utara, Eropa

Barat dan Utara, Australia.

F. Faktor Risiko

1. Usia

Semakin bertambahnya usia, insidensi semakin meningkat. Pada perempuan,

besarnya insidensi ini akan berlipat ganda setiap 10 tahun, tetapi menurun drasti

setelah menopause.

2. Genetik dan familial

- Mutasi genetik BRCA1, BRCA2, chkCHEK, pp53, ATM, NBS1, LKB1

- Riwayat kanker payudara pada anggota keluarga yang berusia muda (,40

tahun)

- Riwayat menderita hiperplasia atipik

- Riwayat menderita kanker pada salah satu payudara

- Riwayat kanker ovarium

3. Reproduksi dan hormonal

- Usia Menarche <10 tahun

- Usia menopause >55 tahun

- Usia kehamilan pertama >35 tahun

- Hormon eksogen :

Sedang menggunakan kontrasepsi oral

Menjalani terapi sulih hormon >10 tahun

- Menyusui < 27 minggu seumur hidupnya

4. Gaya hidup

- Asupan lemak jenuh

- Berat badan :

Pramenopause BMI <35

Pascamenopause BMI >35

17

Page 18: CA Mammae

- Konsumsi Alkohol

- Merokok

5. Lingkungan

- Riwayat menjalani radiasi pengion >10 tahun

G. Rangkuman Gejala dan Tanda Penyakit Payudara

Gejala dan tanda Keterangan

Nyeri 1. berubah dengan daur haid (penyebab

fisiologis seperti pada tegangan

pramenstruasi atau penyakit fibrokistik)

2. tidak tergantung daur hidup (tumor

jinak, tumor ganas, atau infeksi)

Benjolan di payudara 1. yang keras (permukaan licin pada

fibroadenom/kista, permukaan kasar

berbenjol atau melekat pada kanker atau

inflamasi non infektif)

2. kenyal (kelainan fibrokistik)

3. lunak (lipoma)

Perubahan kulit 1. bercawak (sangat mencurigakan

karsinoma)

2. benjolan kelihatan (kista, karsinoma,

fibroadenoma besar)

3. kulit jeruk (di atas benjolan

merupakan tanda khas kanker)

4. kemerahan (infeksi jika panas)

5. tukak (kanker lama terutama pada

orang tua)

Kelainan puting/areola 1. retraksi (fibrosis karena kanker)

2. inversi baru (retraksi fibrosis karena

kanker, kadang fibrosis karena pelebaran

duktus)

3. eksema (unilateral : penyakit paget

tanda khas kanker)

Keluarnya cairan 1. seperti susu (kehamilan atau laktasi)

18

Page 19: CA Mammae

2. jernih (normal)

3. hijau (perimenopause, pelebaran

duktus, kelainan fibrokistik)

4. hemoragik (karsinoma, papiloma

intraduktus)

H. Terapi

Sebelum merencanakan terapi karsinoma mamma, diagnosis klinis dan

histopatologik serta tingkat penyebarannya harus dipastikan dahulu. Diagnosis klinis

harus sama dengan diagnosis histopatologik. Bila keduanya berbeda, harus ditentukan

yang mana keliru. Atas dasar diagnosis tersebut, termasuk tingkat penyebaran

penyakit, disusunlah rancangan terapi dengan mempertimbangkan manfaat dan

mudarat setiap tindakan yang akan diambil.Bila bertujuan kuratif, tindakan radikal

yang berkonsekuensi mutilasi harus dikerjakan demi kesembuhan, akan tetapi, bila

tindakannya paliatif, alasan non kuratif menentukan terapi yang dipilih.

Pembedahan. Untuk mendapat diagnosis histology biasanya dilakukan biopsi

sehingga tindakan ini dapat dianggap sebagai tindakan pertama pada pembedahan

mamma. Dengan sediaan beku, hasil pemeriksaan histopatologik dapat diperoleh

dalam waktu 15 menit. Bila pemeriksaan menunjukan tanda tumor jinak, operasi

diselesaikan. Akan tetapi, pada hasil yang menunjukan tumor ganas operasi dapat

dilanjutkan dengan tindakan bedah kuratif.

Bedah kuratif yang mungkin dilakukan ialah mastektomi radikal, dan bedah

konservatif merupakan eksisi tumor luas.

Terapi kuratif dilakukan jika tumor terbatas pada payudara dan tidak ada infiltrasi

ke dinding dada dan kulit mamma atau infiltrasi dari kelenjar limfa ke struktur

sekitarnya. Tumor disebut mampu angkat (operable) jika dengan tindak bedah radikal

seluruh tumor dan penyebarannya di kelenjar limfa dapat dikeluarkan.

Bedah radikal menurut Halsted meliputi pengangkatan payudara dengan sebagian

besar kulitnya, m. pektoralis mayor. m. pectoralis minor, dan semua kelenjar ketiak

sekaligus. Pembedahan ini merupakan pembedahan baku sejak permulaan abad ke 20

hingga tahun lima puluhan.

19

Page 20: CA Mammae

Setelah tahun enam puluhan biasanya dilakukan operasi radikal yang dimodifikasi

oleh Patey. Pada operasi ini, m pektoralis mayor dan m pektoralis minor

dipertahankan jika tumor mamma jelas bebas dari otot tersebut.

Sekarang biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan mempertahankan

payudara. Bedah konservatif ini selalu ditambah diseksi kelenjar aksila an raioterapi

pada (sisa) payudara tersebut. Tiga tindakan tersebut merupakan satu paket terapi

yang harus dilaksanakan serentak. Penyinaran diperlukan untuk mencegah kambuhnya

tumor di payudara dari jaringan tumor yang tertinggal atau dari sarang tumor lain

(karsinoma multisentrik).

Bedah paliatif. Bedah paliatif pada kanker payudara hampir tidak pernah dilakukan.

Radioterapi. Untuk kanker payudara tujuannya digunakan sebagai terapi kuratif

dengan mempertahankan mamma dan sebagai terapi tambahan atau terapi paliatif.

Kemoterapi

Merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran sistemik dan sebagai

terapi ajuvan. Kemoterapi ajuvan diberikan bila pada pemeriksaan histopatologik

pasca bedah mastektomi ditemukan metastasis pada disebuah atau beberapa kelenjar.

Tujuannya adalah untuk menghancurkan mikrometastasis yang biasanya terdapat pada

kelenjar aksila yang sudah mengandung metastasis. Obat yang digunakan adalah

kombinasi siklofosfamid, metotreksat dan 5-fluorourasil (CMF) selama 6 bulan pada

perempuan premenopause, sedangkan pada pascamenopause diberikan terapi ajuvan

hormonal berupa pil estrogen.

Kemoterapi paliatif dapat diberikan kepada pasien yang telah menderita metastasis

sistemik. Obat yang dipakai secara kombinasi antara lain CMF atau vinkristin an

adriamisin (VA) atau 5 fluorourasil.

Terapi hormonal

Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila pnyakit menjadi sistemik akibat

metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum

kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan efek sampingnya kurang. Tetapi

tidak semua kanker mama peka terhadap terapi hormonal.

I. Eksisi Benjolan Payudara

indikasi à jinak misal fibroadenoma

persiapan à anastesi umum atau lokal

20

Page 21: CA Mammae

prosedurà fiksasi posisi benjolan di antara telunjuk dan ibu jari sebelum

memulai, karena banyak benjolan menghilang saat kulit diinsisi. Jika anda

masih mengalami kesulitan, celup jari-jari anda dalam cairan antiseptik

kulit (misal savlon) dan ulang lagi. Insisi bisa dibuat melingkar jika dekat

ke puting susu, atau secara radial jika letaknya jauh. Cengkeram benjolan

dengan sepasang forsep jaringan dan tarik benjolan melalui luka saat

jaringan sekitar dipisahkan dengan pisau. Gunakan retraktor Langenbeck

untuk memaparkan bagian dalam rongga dan lakukan diatermi pada semua

titik pedarahan. Rongga ditutup dengan jahitan serap terputus. Perhatikan

jangan terlalu banyak distorsi terhadap simetri payudara. Luka yang besar

harus didrainase dengan suction drain. Kulit sebaiknya ditutup dengan

jahitan serap subkutis.

21

Page 22: CA Mammae

DAFTAR PUSTAKA

1. De jong, W. & Sjamsuhidajat R., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC : Jakarta.

2. Foster M.E., 2001. Teknik Bedah Umum. Farmedia : Jakarta, hal 35.

3. Robbins., Kumar., Cotran., 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Vol 2. EGC: Jakarta hal 788-802.

22