CA Mammae
-
Upload
rahma-lionita-lamandawati -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
description
Transcript of CA Mammae
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. W
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Alamat : Ciracas Jakarta Timur
MRS : 30 Juli2015 pukul 17.00 dari IGD
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RMK : 00331273
II. ANAMNESA (AUTOANAMNESA)
A. Keluhan Utama
Benjolan pada payudara kanan
B. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RSUD Karanganyar dengan keluhan terdapat benjolan pada
payudara kanan sudah 2 tahun yang lalu, sejak tahun 2013.Awalnya kecil, semakin
lama semakin membesar dan semakin nyeri.Benjolan konsistensinya keras, tidak bisa
digerakan (immobile), tidak nyeri tekan. Retraksi papila mamae (+) dan terdapat
ulkus pada payudara kanan. Pasien sudah memeriksakan ke RS Moewardi dan
didiagnosis Ca mammae dan sejak 6 bulan yang lalu dan sudah metastasis ke paru
sebelah kanan. Pasien menolak untuk dikemoterapi. Pasien juga merasakan sesak
nafas sejak 2 hari yang lalu. Pasien merasa paru-paru penuh. Dulu pasien pernah di
pungsi di Paru Kanan dan menghasilkan cairan sebanyak 7 flabot berwarna merah
muda. Pasien punya riwayat memakai pil KB selama 10 tahun. Pasien tidak
mempunyai keluarga yang terkena Ca Mammae.
C. RiwayatPenyakitDahulu :
- Riwayat Penyakit Serupa : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal
- RiwayatMondok : disangkal
- Riwayat Penyakitasma : disangkal
- RiwayatHipertensi : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat KB hormonal : disangkal
1
D. Riwayat PenyakitKeluarga :
- Riwayat Penyakit serupa : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal
III.PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
o Keadaan umum : Tampak Sesak
o Kesadaran : compos mentis (E4,V5,M6)
Vital Sign
o Tekanan darah : 140/90mmHg
o Nadi : 84x / menit
o Napas : 28x / menit
o Suhu : 36,5▫c
Kepala :Normocephal
o Mata :
- Konjungtiva : TidakAnemis
- Sclera : TidakIkterik
- Pupil : Bulatisokor
- Reflex pupil : (+/+) normal
Leher :
o Trakea : lurusditengah
o KGB : tidakmembesar
Thorax :
o Inspeksi :
- Payudara kanan dan kiri ukuran hampir sama, nampak
kelainan UKK pada payudara kanan dimana warna putih pada
benjolan payudara. Payudara kanan terdapat ulkus.
- Dada kanan dan kiri tidak simetris, deviasi ke arah kiri, ada
ketinggalan gerak dada kanan, retraksi intercostae (-), barrel
chest (-), sela iga melebar (-)
2
o Palpasi :
- Fremitus dada kanan dan kiri tidak sama, kanan lebih lemah,
krepitasi (-)Nyeritekan (-) diseluruhlapangparu
- Terdapat massa yang kenyal, padat, permukaan halus, dan
immobile pada payudara kanan dengan ukuran ± 12x10 cm
o Perkusi :
- Sonor di paru kiri dan redup di paru kanan
- Nyeriketok (-) diseluruhlapangparu
o Auskultasi :
- Jantung : BJ I,II murnireguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru : suaranapasvesikuler (-/+), ronkhi (+/-), wheezing (-/-)
Abdomen :
o Inspeksi :
permukaan perut rata , tidak terdapat kelainan pada kulit, massa (-),
bekas luka operasi (-)
o Auskultasi :
Supel (+) terdengar tiap 3 detik sekali
o Palpasi :
Nyeri tekan diseluruh lapang perut (-), defans musculer (-),
massa (-)
o Perkusi :
Timpani pada daerah epigastrium
Genitalia : Tidakdilakukanpemeriksaan
Extremitas :
Atas
Akral : hangat
Sianosis : -
Perfusi : baik
Udema : -/-
Bawah :
Akral : hangat
Sianosis : -
3
Perfusi : baik
Udema : -/-
Status Lokalis
Thorax
Lokasi :Payudara dextra
A. Inspeksi :terlihat payudara kanan berukuran hampir sama dengan
payudara kiri, UKK (+), bekas luka operasi (-), kulit jeruk (-),
ulkus (+), puting retraksi (+), Peau d’Orange (+), nodul disekitar
KGB axilla (+).
B. Palpasi :teraba massa dengan ukuran 12x10cm, dengan konsistensi
keras, bernodul-nodul (-), nyeritekan (-), immobile, menempel
pada dasarnya, PKGB axilla (+), nipple discharge (-).
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Angka Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14,6 gr/dl 12.00-16.00
Eritrosit 5,21 (H) X 10^6 ul 4,00 – 5,00
Hematokrit 43,7 % 37.00 – 47.00
MPV 8,7 Fl 6,5-12
PDW 16,2 9.0-17.0
Leukosit 17,44 (H) 103ul 5 – 10
Trombosit 222 103ul 150 – 300
INDEX
MCV 83,8 fL 82 – 92
MCH 28,0 Pg 27 -31
MCHC 33,4 g/dl 32 – 36
HITUNG JENIS
Limfosit % 15,1 (L) % 25 – 40
Monosit % 4,7 % 3 – 9
4
Gran% 80,5 (H) % 50-70
GDS 94 mg/dl 70 – 150
Pemeriksaan Rontgen Thorax (5 Februari 2015)
5
Pulmo : Tampak multiple nodul di lapang paru kanan, corakan bronkovaskular
normal di lapang paru kiri. Sinus phrenicocostalis kanan tertutup
perselubungan, kiri tajam. Diafragma kanan tertutup perselubungan, kiri
normal.
Kesan : Pulmonal metastase (subpleural type dan coarse type).
USG Abdomen (11 April 2015)
Kesimpulan : Tak tampak gambaran abdominal nodul metastase. Tak tampak
efusi pleura bilateral dan ascites. Hepar/GB/Lien/Pankreas/Kedua
Ginjal/Bladder/Uterus/Adnexa tak tampak kelainan.
USG Mammae dopler (22 April 2015)
Mamma Kanan
Tampak parenkim mammae dominan glandular
Tampak lesi solid batas tegas tepi irregular ukuran 3,57 cm X 4,78 cm
di kuadran upper outer dan upper inner (jam 11.00 – jam 1.00, o,5 cm
periareolar)
Tampak lesi kistik anechoic, berdinding tipis, ukuran 0,5 cm X 0,66 cm
di kuadran lower outer (jam 12, 1 cm periareolar)
Tampak lesi solid batas tegas tepi irregular ukuran 1,61 cm X 0,38 cm
di kuadran lower inner (jam 4, 1 cm periareolar)
6
Tampak tetraksi kutis dan subkutis
Tampak retraksi papilla mammae
Tak tampak kalsifikasi
Mamma Kanan
DBN
Kesimpulan : Massa solid kuadran upper outer dan upper inner mamma
kanan dengan lesi satelit pada kuadran lower inner mamma kanan
cenderung maligna. Simple cyst mamma kanan. Limfadenopati axilla
kanan
Pemeriksaan Patologi Anatomi (19 Maret 2015)
Makros : diterima jaringan tumor mammae dextra 0,75 cc, compang camping,
kuning kenyal, cetak semua
Mikros : Sediaan menunjukkan jaringan ikat fibrous dan jaringan lemak tanpa
tumor.
NB Apabila secara klinis menunjukkan ganas kemungkinan bagian yang ganas
belum terambil.
V. RESUME
Pasien datang ke RSUD Karanganyar dengan keluhan benjolan pada payudara
sebelah kanan. Keluhan dirasakan ± 2 tahun yang lalu. Benjolan dirasakan
membesar. Benjolan konsistensinya keras, tidak bisa digerakan (immobile), tidak nyeri
tekan. Retraksi papila mamae (+) dan terdapat ulkus pada payudara kanan. Pasien sudah
memeriksakan ke RS Moewardi dan didiagnosis Ca mammae dan sejak 6 bulan yang lalu
dan sudah metastasis ke paru sebelah kanan. Riwayat keluarga (-), riwayat pengobatan
alternatif (+),keluhan lain apabila pasien bernafas terasa berat. Pemeriksaan LAB
(leukosit meningkat), RO thoraxàPulmonal metastase. USG AbdomenàDBN.
USG mammae DopleràMassa solid kuadran upper outer dan upper inner mamma
kanan dengan lesi satelit pada kuadran lower inner mamma kanan cenderung
maligna. Simple cyst mamma kanan. Limfadenopati axilla kanan.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Ca Mammae Dextra Metastasis Pulmo Dextra
T4N1M1
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Fibroadenoma mammae
7
2. Kistosarkoma phyloides
VIII. PENATALAKSANAAN
Kemoterapi
Bedah konservatif àmastektomi
Inf RL 20 tpm
Inj Ceftriaxon 1A/12 jam
Inj Omeprazol 1gr/12jam
Inj Dexketoprofen 1A/8 jam
Inj.Sohobion 1A/drip
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam.
Quo ad functionam : dubia ad malam
X. FOLLOW UP
30/7/2015 S/ pasien mengeluh sesak sejak 2 hari
yang lalu. Sulit tidur dan mengeluhkan
nyeri pada payudara kanan. Pasien
punya riwayat Ca Mamae yang sudah
metastasis ke paru kanan sejak 6 bulan
yang lalu. Pasien sudah pernah di
pungsi
O/ TD = 140/90
S = 36,5
RR = 28 x/menit
N = 84x/menit
KU Tampak sesak
K/L = CA (+/+) SI (-/-) PKGB (-/-)
Tho = P/SDV (-/+) WH (-/-) RH (+/-)
C/ BJ I/II reguler Bising Sistolik
Abd = NT (-) , Peristaltik (+)
Ext = akral hangat (+), edema (-)
P/
Inf RL 20 tpm
Inj Ceftriaxon 1A/12 jam
Inj Omeprazol 1gr/12jam
Inj Dexketoprofen 1A/8 jam
Inj.Sohobion 1A/drip
8
A/ Ca Mammae
31/7/2015 S/ pasien mengeluh badan terasa sakit,
sulit bernafas, tidak bias tidur, mual (-),
muntah (-), BAK (-) Gelisah sejak
kemarin.
O/ TD = 130/80
S = 36
RR = 22 x/menit
N = 98x/menit
KU Tampak sesak
K/L = CA (+/+) SI (-/-) PKGB (-/-)
Tho = P/SDV (-/+) WH (-/-) RH (+/-)
C/ BJ I/II reguler Bising Sistolik
Abd = NT (-) , Peristaltik (+)
Ext = akral hangat (+), edema (-)
A/ Ca Mammae
P/
Inf RL 20 tpm
Inj Ceftriaxon 1A/12 jam
Inj Omeprazol 1gr/12jam
Inj Dexketoprofen 1A/8 jam
Inj.Sohobion 1A/drip
1/8/2015 S/ pasien mengeluh mengeluh masih
sakit dan sesak. Saat bernafas sulit,
gelisa.
O/ TD = 90/60
S = 36,2
RR = 24 x/menit
N = 90x/menit
KU Tampak sesak
K/L = CA (+/+) SI (-/-) PKGB (-/-)
Tho = P/SDV (-/+) WH (-/-) RH (+/-)
C/ BJ I/II reguler Bising Sistolik
Abd = NT (-) , Peristaltik (+)
Ext = akral hangat (+), edema (-)
A/ Ca Mammae
P/
Inf RL 20 tpm
Inj Ceftriaxon 1A/12 jam
Inj Omeprazol 1gr/12jam
Inj Dexketoprofen 1A/8 jam
Inj.Sohobion 1A/drip
2/8/2015 S/ pasien mengeluh seluruh badan
terasa sakit semua, leher terasa sakit
saat digerakkan untuk pindah posisi
P/
Inf RL 20 tpm
Inj Ceftriaxon 1A/12 jam
9
O/ TD = 100/60
S = 37
RR = 44 x/menit
N = 84x/menit
KU Tampak sesak
K/L = CA (+/+) SI (-/-) PKGB (-/-)
Tho = P/SDV (-/+) WH (-/-) RH (+/-)
C/ BJ I/II reguler Bising Sistolik
Abd = NT (-) , Peristaltik (+)
Ext = akral hangat (+), edema (-)
A/ Ca Mammae
Inj Omeprazol 1gr/12jam
Inj Dexketoprofen 1A/8 jam
Inj.Sohobion 1A/drip
2/8/2015 19.00àKeadaan umum pasien lemah,
sesak(+), Nafas tersenggal-senggal,
nadi tidak teraba.
19.20àPasien sudah tidak bernafas,
pupil midriasis sempunra(+) EKG Flat.
Pasien dinyatakan meninggal di depan
keluarga dan petugas.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA &PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi Payudara
Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa
embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu
yang terbentang dari aksila sampai ke regio ingunal. Beberapa hari setelah lahir,
pada bayi dapat terjadi pembesaran payudara unilateral atau bilateral diikuti dengan
sekresi keruh. Keadaan yang disebut mastitis neonatorum ini disebabkan oleh
berkembangnya sistem duktus dan tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada
stroma yang dirangsang secara tidak langsung oleh tingginya kadar estrogen ibu di
dalam sirkulasi darah bayi. Setelah lahir, kadar hormon ini menurun, dan ini
merangsang hipofisis untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin inilah yang
menimbulkan perubahan pada payudara.
Anatomi
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral
atasnya, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut
penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus
kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papila mamma, yang disebut
duktus laktiferus. Di antara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit
dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut
ada jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk
payudara. Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a. Perforantes
anterior dan a. Mamaria interna, a. Torakalis lateralis yang bercabang dari a.
Aksilaris dan beberapa a. Interkostalis. Persarafan kulit payudara diurus oleh
cabang pleksus servikalis dan n. Interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri
diurus oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan
dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni n. Intercostobrakialis
dan n. Kutaneus brakius medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan
bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin
disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut. Saraf n. Pektoralis
yang mengurus m. Pektoralis mayor dan minor, n. Torakodorsalis yang mengurus
m. Latissimus dorsi, dan n. Torakalis longus yang mengurus m. Serratus anterior
sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila. Penyaliran
11
limfe dari payudara ±75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal,
terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaliran yang ke
kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10-90) buah
kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis. Saluran
limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior aksila, kelompok
sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang v. Aksilaris dan
yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di fosa
supraklavikuler. Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang
selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke
aksila kontralateral, ke m. Rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis
ke hati, pleura, dan payudara kontralateral.
Gambar 1. Potongan sagital mammae
Fisiologi
12
Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Esterogen
diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron memulai
perkembangan lobulus-lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial.
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon,
antara lain:
a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak
pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga
hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 haid,
payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak
rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri
sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Begitu haid
dimulai, semuanya berkurang.
c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis
anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
B. Pemeriksaan Fisik Payudara
Anamnesis penderita kelainan payudara harus meliputi riwayat kehamilan dan
ginekologi. Untuk inspeksi, pasien dapat diminta duduk tegak/berbaring atau
kedua-duanya. Kemudian diperhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit,
tonjolan, lekukan, retraksi, adanya kulit berbintik, seperti kulit jeruk, ulkus, dan
benjolan. Dengan lengan terangkat lurus ke atas, kelainan terlihat lebih jelas.
Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal tipis di
punggung sehingga payudara itu terbentang rata. Palpasi dilakukan dengan telapak
jari tangan yang digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan pada setiap kuadran
payudara. Yang diperhatikan pada hakikatnya sama dengan penilaian tumor di
tempat lain. Pada sikap duduk, benjolan yang tak teraba ketika penderita berbaring
kadang lebih mudah ditemukan. Perabaan aksilapun agaknya lebih mudah pada
posisi duduk. Dengan memijat halus puting susu dapat diketahui adanya
13
pengeluaran cairan, darah, atau nanah. Cairan yang keluar dari kedua puting selalu
harus dibandingkan. Pengeluaran cairan dari puting payudara di luar masa laktasi
dapat disebabkan oleh berbagai kelainan, seperti karsinoma, papiloma di salah satu
duktus dan kelainan yang disertai ektasia duktus.
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) merupakan salah satu upaya deteksi
dini tumor payudara dan suatu usaha untuk menemukan adanya tumor yang belum
lama tumbuh, masih kecil, masih lokal, dan belum menimbulkan kerusakan yang
berarti sehingga masih dapat disembuhkan. Deteksi dini biasanya dilakukan pada
orang-orang yang “kelihatannya sehat”, asimptomatik, atau pada orang yang beresiko
tinggi menderita tumor. Wanita usia 20 tahun ke atas sebaiknya melakukan SADARI
sebulan sekali, yaitu 7-10 hari setelah menstruasi. Pada saat itu, pengaruh hormon
ovarium telah hilang sehingga konsistensi payudara tidak lagi keras seperti menjelang
menstruasi. Untuk wanita yang telah menopause, SADARI sebaiknya dilakukan setiap
tanggal 1 setiap bulan agar lebih mudah diingat.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :
a. Melihat payudara
b. Memijat payudara
c. Meraba payudara
C. Sel Tumor
Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari
sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung
pada besarnya penyimpangan dalam bentuk fungsi, autonominya dalam
pertumbuhan, dan kemampuan mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis.
Sel tumor bentuknya bermacam-macam dengan warna yang beraneka karena
tingginya kadar asam nukleat dalam inti dan tidak meratanya distribusi kromatin
inti. Inti sel relatif besar dengan rasio inti/sitoplasma yang lebih rendah. Insidens
mitosis lebih tinggi dan terdapat mitosis abnormal. Susunan sel tidak teratur, sel
tumor bersifat tumbuh terus tanpa batas sehingga tumor makin lama makin besar
dan mendesak jaringan sekitarnya. Pada neoplasma ganas, selnya tumbuh sambil
menyusup dan merembes ke jaringan sekitar.
14
Pembengkakan
Neoplasma (tumor) Nonneoplasma
Maligna (kanker) Benigna Kista Radang Hipertrofi
D. Tumor Payudara dan Penjelasannya
Tumor payudara lesi terpenting pada payudara perempuan. Walaupun mungkin
berasal dari jaringan ikat atau struktur epitel, tumor struktur epitel yang sering
menyebabkan neoplasma payudara. Sedikit akan dijelaskan mengenai
fibroadenoma, tumor filoides, papiloma, dan karsinoma papilaris, serta karsinoma
payudara.
Fibroadenomaàtumor jinak tersering pada payudara perempuan. Peningkatan
mutlak aktivitas estrogen diperkirakan berperan dalam pembentukannya.
Fibroadenoma biasanya terjadi pada perempuan muda, insidensi puncak usia 30an.
Morfologi fibroadenoma : nodus disekret, tunggal, mudah digerakkan, dan bergaris
tengah 1-10cm ataupun lebih, secara makroskopis tumor teraba padat, dengan
warna seragam coklat-putih pada irisan dengan bercak-bercak kuning-merah muda
yang mencerminkan daerah kelenjar. Secara histologis tampak stroma fibroblastik
longgar yang mengandung rongga mirip duktus berlapis epitel dengan ukuran dan
bentuk beragam. Rongga mirip duktus atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih
lapisan sel yang regular dengan membran basal jelas dan utuh. Meskipun di
sebagian lesi rongga duktus terbuka, bundar sampai oval dan cukup teratur
(fibroadenoma perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi
ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak
sebagai celah atau struktur iregular mirip bintang (fibroadenoma
intrakanalikularis). Lesi mungkin membesar pada akhir daur haid dan selama
hamil. Pasca menopause, lesi mungkin mengecil dan mengalami kalsifikasi.
Pemeriksaan sitogenetik memperlihatkan bahwa sel stroma bersifat monoklonal
sehingga mencerminkan elemen neoplastik dari tumor ini. Penyebab proliferasi
duktus tidak diketahui, mungkin sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor
pertumbuhan yang mempengaruhi sel epitel. Fibroadenoma hampir tidak pernah
menjadi ganas.
Tumor filoidesàjarang ditemukan dibanding fibroadenoma, diperkirakan berasal
dari stroma intralobulus, jarang dari fibroadenoma yang sudah ada. Tumor ini
15
mungkin kecil (garis tengah 3-4cm) tetapi sebagian besar tumbuh hingga berukuran
besar, mungkin masif sehingga payudara membesar. Sebagian mengalami lobulasi
dan menjadi kistik, karena pada potongan memperlihatkan celah mirip daun, maka
disebut tumor filoides. Dahulu tumor ini memiliki nama sistosarkoma filoides,
suatu nama yang tidak menguntungkan karena tumor ini bersifat jinak meskipun
sebagian menjadi ganas. Perubahan yang paling merugikan adalah peningkatan
selularitas stroma disertai anaplasia dan aktivitas mitotik yang tinggi, disertai oleh
peningkatan pesat ukuran, biasanya denga invasi jaringan payudara di sekitarnya
oleh stroma maligna. Sebagian besar tumor ini tetap lokalisata dan disembuhkan
dengan eksisi, lesi maligna mungkin kambuh tetapi lesi ini juga cenderung
terlokalisasikan. Hanya yang paling ganas, sekitar 15% kasus, menyebar ke tempat
jauh.
Papiloma intraduktusàmerupakan pertumbuhan tumor neoplastik di dalam suatu
duktus, sebagian besar bersifat soliter ditemukan di dalam sinus atau duktus
laktiferosa utama. Lesi ini menimbulkan gejala klinis berupa : keluarnya discharge
serosa/berdarah dari puting payudara, adanya tumor subareola kecil dengan garis
tengah beberapa milimeter atau yang jarang retraksi puting payudara. Morfologi
papiloma intraduktus : tunggal, garis tengah kurang dari 1 cm, terdiri atas
pertumbuhan yang halus, bercabang-cabang di dalam kista atau duktus yang
melebar. Secara histologis, tumor terdiri atas papila-papila, masing-masing
memiliki aksis jaringan ikat yang dibungkus oleh sel epitel silindris atau kuboid
yang sering terdiri atas dua lapis, dengan lapisan epitel luar terletak di atas lapisan
mioepitel. Pada beberapa kasus, terbentuk banyak papiloma di beberapa duktus
atau papilomatosis intraduktus. Lesi kadang-kadang menjadi ganas, sedangkan
papiloma soliter hampir selalu tetap jinak. Demikian juga, karsinoma papilaris
perlu disingkirkan, tumor ini tidak memiliki komponen mioepitel dan
memperlihatkan atipia sel yang parah dengan gambaran mitotik abnormal.
Karsinoma payudaraàgambaran umum bagi semua kanker invasif yaitu
mencakup kecenderungan untuk melekat ke otot pektoralis atau fasia dalam
dinding dada sehingga terjadi fiksasi lesi, serta melekat ke kulit di atasnya yang
menyebabkan retraksi dan cekungan kulit atau puting payudara. Keterlibatan jalur
limfatik dapat menyebabkan limfedema lokal. Pada kasus ini, kulit mengalami
penebalan di sekitar folikel rambut, suatu keadaan yang dikenal sebagai peau
d’orange (kulit jeruk). Adapun faktor risiko karsinoma payudara : usia (makin
16
lanjut risiko makin tinggi), keluarga (ibu,saudara kandung, khususnya
pramenopause dan/bilateral), patologi (displasia atau kelainan fibrokistik tertentu
pernah karsinoma mamma sisi lain), kehamilan pertama pada usia lanjut.
E. Insidensi dan Epidemioloogi
Kanker payudara merupakan kanker tersering pada perempuan (22% dari
kasus baru kanker pada perempuan) dan menjadi penyebab utama kematian akibat
kanker di seluruh dunia (14% dari semua kematian kanker perempuan). Insidensi
tertinggi ditemukamn di negara-negara maju seperti pada Amerika Utara, Eropa
Barat dan Utara, Australia.
F. Faktor Risiko
1. Usia
Semakin bertambahnya usia, insidensi semakin meningkat. Pada perempuan,
besarnya insidensi ini akan berlipat ganda setiap 10 tahun, tetapi menurun drasti
setelah menopause.
2. Genetik dan familial
- Mutasi genetik BRCA1, BRCA2, chkCHEK, pp53, ATM, NBS1, LKB1
- Riwayat kanker payudara pada anggota keluarga yang berusia muda (,40
tahun)
- Riwayat menderita hiperplasia atipik
- Riwayat menderita kanker pada salah satu payudara
- Riwayat kanker ovarium
3. Reproduksi dan hormonal
- Usia Menarche <10 tahun
- Usia menopause >55 tahun
- Usia kehamilan pertama >35 tahun
- Hormon eksogen :
Sedang menggunakan kontrasepsi oral
Menjalani terapi sulih hormon >10 tahun
- Menyusui < 27 minggu seumur hidupnya
4. Gaya hidup
- Asupan lemak jenuh
- Berat badan :
Pramenopause BMI <35
Pascamenopause BMI >35
17
- Konsumsi Alkohol
- Merokok
5. Lingkungan
- Riwayat menjalani radiasi pengion >10 tahun
G. Rangkuman Gejala dan Tanda Penyakit Payudara
Gejala dan tanda Keterangan
Nyeri 1. berubah dengan daur haid (penyebab
fisiologis seperti pada tegangan
pramenstruasi atau penyakit fibrokistik)
2. tidak tergantung daur hidup (tumor
jinak, tumor ganas, atau infeksi)
Benjolan di payudara 1. yang keras (permukaan licin pada
fibroadenom/kista, permukaan kasar
berbenjol atau melekat pada kanker atau
inflamasi non infektif)
2. kenyal (kelainan fibrokistik)
3. lunak (lipoma)
Perubahan kulit 1. bercawak (sangat mencurigakan
karsinoma)
2. benjolan kelihatan (kista, karsinoma,
fibroadenoma besar)
3. kulit jeruk (di atas benjolan
merupakan tanda khas kanker)
4. kemerahan (infeksi jika panas)
5. tukak (kanker lama terutama pada
orang tua)
Kelainan puting/areola 1. retraksi (fibrosis karena kanker)
2. inversi baru (retraksi fibrosis karena
kanker, kadang fibrosis karena pelebaran
duktus)
3. eksema (unilateral : penyakit paget
tanda khas kanker)
Keluarnya cairan 1. seperti susu (kehamilan atau laktasi)
18
2. jernih (normal)
3. hijau (perimenopause, pelebaran
duktus, kelainan fibrokistik)
4. hemoragik (karsinoma, papiloma
intraduktus)
H. Terapi
Sebelum merencanakan terapi karsinoma mamma, diagnosis klinis dan
histopatologik serta tingkat penyebarannya harus dipastikan dahulu. Diagnosis klinis
harus sama dengan diagnosis histopatologik. Bila keduanya berbeda, harus ditentukan
yang mana keliru. Atas dasar diagnosis tersebut, termasuk tingkat penyebaran
penyakit, disusunlah rancangan terapi dengan mempertimbangkan manfaat dan
mudarat setiap tindakan yang akan diambil.Bila bertujuan kuratif, tindakan radikal
yang berkonsekuensi mutilasi harus dikerjakan demi kesembuhan, akan tetapi, bila
tindakannya paliatif, alasan non kuratif menentukan terapi yang dipilih.
Pembedahan. Untuk mendapat diagnosis histology biasanya dilakukan biopsi
sehingga tindakan ini dapat dianggap sebagai tindakan pertama pada pembedahan
mamma. Dengan sediaan beku, hasil pemeriksaan histopatologik dapat diperoleh
dalam waktu 15 menit. Bila pemeriksaan menunjukan tanda tumor jinak, operasi
diselesaikan. Akan tetapi, pada hasil yang menunjukan tumor ganas operasi dapat
dilanjutkan dengan tindakan bedah kuratif.
Bedah kuratif yang mungkin dilakukan ialah mastektomi radikal, dan bedah
konservatif merupakan eksisi tumor luas.
Terapi kuratif dilakukan jika tumor terbatas pada payudara dan tidak ada infiltrasi
ke dinding dada dan kulit mamma atau infiltrasi dari kelenjar limfa ke struktur
sekitarnya. Tumor disebut mampu angkat (operable) jika dengan tindak bedah radikal
seluruh tumor dan penyebarannya di kelenjar limfa dapat dikeluarkan.
Bedah radikal menurut Halsted meliputi pengangkatan payudara dengan sebagian
besar kulitnya, m. pektoralis mayor. m. pectoralis minor, dan semua kelenjar ketiak
sekaligus. Pembedahan ini merupakan pembedahan baku sejak permulaan abad ke 20
hingga tahun lima puluhan.
19
Setelah tahun enam puluhan biasanya dilakukan operasi radikal yang dimodifikasi
oleh Patey. Pada operasi ini, m pektoralis mayor dan m pektoralis minor
dipertahankan jika tumor mamma jelas bebas dari otot tersebut.
Sekarang biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan mempertahankan
payudara. Bedah konservatif ini selalu ditambah diseksi kelenjar aksila an raioterapi
pada (sisa) payudara tersebut. Tiga tindakan tersebut merupakan satu paket terapi
yang harus dilaksanakan serentak. Penyinaran diperlukan untuk mencegah kambuhnya
tumor di payudara dari jaringan tumor yang tertinggal atau dari sarang tumor lain
(karsinoma multisentrik).
Bedah paliatif. Bedah paliatif pada kanker payudara hampir tidak pernah dilakukan.
Radioterapi. Untuk kanker payudara tujuannya digunakan sebagai terapi kuratif
dengan mempertahankan mamma dan sebagai terapi tambahan atau terapi paliatif.
Kemoterapi
Merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran sistemik dan sebagai
terapi ajuvan. Kemoterapi ajuvan diberikan bila pada pemeriksaan histopatologik
pasca bedah mastektomi ditemukan metastasis pada disebuah atau beberapa kelenjar.
Tujuannya adalah untuk menghancurkan mikrometastasis yang biasanya terdapat pada
kelenjar aksila yang sudah mengandung metastasis. Obat yang digunakan adalah
kombinasi siklofosfamid, metotreksat dan 5-fluorourasil (CMF) selama 6 bulan pada
perempuan premenopause, sedangkan pada pascamenopause diberikan terapi ajuvan
hormonal berupa pil estrogen.
Kemoterapi paliatif dapat diberikan kepada pasien yang telah menderita metastasis
sistemik. Obat yang dipakai secara kombinasi antara lain CMF atau vinkristin an
adriamisin (VA) atau 5 fluorourasil.
Terapi hormonal
Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila pnyakit menjadi sistemik akibat
metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum
kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan efek sampingnya kurang. Tetapi
tidak semua kanker mama peka terhadap terapi hormonal.
I. Eksisi Benjolan Payudara
indikasi à jinak misal fibroadenoma
persiapan à anastesi umum atau lokal
20
prosedurà fiksasi posisi benjolan di antara telunjuk dan ibu jari sebelum
memulai, karena banyak benjolan menghilang saat kulit diinsisi. Jika anda
masih mengalami kesulitan, celup jari-jari anda dalam cairan antiseptik
kulit (misal savlon) dan ulang lagi. Insisi bisa dibuat melingkar jika dekat
ke puting susu, atau secara radial jika letaknya jauh. Cengkeram benjolan
dengan sepasang forsep jaringan dan tarik benjolan melalui luka saat
jaringan sekitar dipisahkan dengan pisau. Gunakan retraktor Langenbeck
untuk memaparkan bagian dalam rongga dan lakukan diatermi pada semua
titik pedarahan. Rongga ditutup dengan jahitan serap terputus. Perhatikan
jangan terlalu banyak distorsi terhadap simetri payudara. Luka yang besar
harus didrainase dengan suction drain. Kulit sebaiknya ditutup dengan
jahitan serap subkutis.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. De jong, W. & Sjamsuhidajat R., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC : Jakarta.
2. Foster M.E., 2001. Teknik Bedah Umum. Farmedia : Jakarta, hal 35.
3. Robbins., Kumar., Cotran., 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Vol 2. EGC: Jakarta hal 788-802.
22