Buletin La’o Hamutuk - East Timor & Indonesia Action Network … · perjanjian dengan kehadiran...

16
Buletin La’o Hamutuk Vol. 3, No. 6 Agustus 2002 Di dalam . . . Pasukan Penjaga Perdamaian Jepang ................... 5 Promete husi Nasaun Doadores .............................. 7 Laporan Khusus Tentang Listrik ........................... 8 Siapa itu La’o Hamutuk? ...................................... 11 Konferensi Minyak ................................................ 12 Berita Singkat ......................................................... 14 Apa itu La’o Hamutuk? ........................................ 16 Editorial: Rencana Pembangunan Nasional ........ 16 La’o Hamutuk, Institut Pemantau dan Analisis Rekonstruksi Timor Lorosa’e P.O. Box 340, Dili, East Timor (via Darwin, Australia) Mobile: +61(408)811373; Telepon: +670(390)325-013 Email: [email protected] Situs/Web: http://www.etan.org/lh (Bersambung ke halaman 2) Bantuan Jepang Untuk Timor Lorosa’e J epang adalah negara terkaya di Asia dan negara terkaya kedua di dunia. Sejak awal dasawarsa 1970-an, Jepang telah menjadi sebuah kekuatan ekonomi global utama, menentang dominasi Amerika Serikat atas penanaman modal dan pasar global. Jepang adalah salah satu dari lima negara penyumbang terbesar kepada IMF dan Bank Dunia. Dengan begitu Jepang mempunyai andil terbesar ke dua lembaga keuangan international tersebut. Jepang juga merupakan kekuatan regional terbesar di Bank Pembangunan Asia (ADB, Asia Development Bank), kekuasaannya sama besar dengan Amerika Serikat, salah satu negara anggota ADB yang bukan terletak di Asia. Jepang juga merupakan salah satu donor terbesar di dunia dan telah menjadi penyumbang terbesar bantuan multilateral dan bilateral ke Timor Lorosa’e sejak bulan September 1999. Pemerintah Jepang menyumbangkan US$30 juta dalam bantuan kemanusiaan selama masa darurat setelah re- ferendum. Sebagian besar uang tersebut disalurkan melalui badan-badan multilateral seperti Program Pangan Dunia (WFP, World Food Programme) dan Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR), Permohonan Gabungan PBB, permohonan Komite Palang Merah International, dan NGO- NGO Jepang. Pada bulan Desember 1999 pada Konferensi Donor untuk Timor Lorosa’e, Jepang menjanjikan US$100 juta untuk rehabilitasi dan pembangunan Timor Lorosa’e untuk periode tiga tahun lebih. 90% janji pertama ini telah diberikan. Pada konferensi terakhir donor untuk Timor Lorosa’e yang diadakan di Dili seminggu sebelum perayaan kemerdekaan, Jepang menjanjikan tambahan bantuan US$50 juta lebih untuk tiga tiga tahun mendatang. Sementara Timor Lorosa’e memang berhak pada tingkat bantuan keuangan ini dari anggota masyarakat international, penting untuk memeriksa beberapa pengaruh bantuan Jepang yang dapat berpengaruh pada pembangunan Timor Lorosa’e di masa depan. Tulisan ini akan menempatkan bantuan Jepang ke Timor Lorosa’e dalam konteks bantuan Jepang ke negara-negara lain. Tulisan pertama akan menjelaskan bagaimana pemerintah Jepang menentukan bantuan, dan melihat beberapa cara di dalam struktur bantuan yang dikaitkan dengan kondisi ekonomi Jepang. Artikel ini juga akan menguji hubungan antara pemerintah Jepang dengan Timor Lorosa’e dengan mengkhususkan pada perhatian terhadap rehabilitasi infrastruktur di Timor Lorosa’e. Dua artikel yang berkaitan dalam edisi ini: satu laporan (halaman 8) perjanjian rehabilitasi tenaga listrik di Timor Lorosa’e, sebuah proyek di mana bantuan Jepang telah menyumbang- kan cukup banyak dana dan satu artikel (halaman 5) perjanjian dengan kehadiran Pasukan Bela Diri Jepang di Timor Lorosa’e.

Transcript of Buletin La’o Hamutuk - East Timor & Indonesia Action Network … · perjanjian dengan kehadiran...

Buletin La’o Hamutuk Vol. 3, No. 6 Agustus 2002

Di dalam . . .Pasukan Penjaga Perdamaian Jepang ................... 5Promete husi Nasaun Doadores .............................. 7Laporan Khusus Tentang Listrik ........................... 8Siapa itu La’o Hamutuk? ...................................... 11Konferensi Minyak ................................................ 12Berita Singkat ......................................................... 14Apa itu La’o Hamutuk? ........................................ 16Editorial: Rencana Pembangunan Nasional ........ 16

La’o Hamutuk, Institut Pemantau dan Analisis Rekonstruksi Timor Lorosa’eP.O. Box 340, Dili, East Timor (via Darwin, Australia)Mobile: +61(408)811373; Telepon: +670(390)325-013

Email: [email protected] Situs/Web: http://www.etan.org/lh

(Bersambung ke halaman 2)

Bantuan Jepang Untuk Timor Lorosa’e J epang adalah negara terkaya di Asia dan negara terkaya

kedua di dunia. Sejak awal dasawarsa 1970-an, Jepangtelah menjadi sebuah kekuatan ekonomi global utama,

menentang dominasi Amerika Serikat atas penanaman modaldan pasar global. Jepang adalah salah satu dari lima negarapenyumbang terbesar kepada IMF dan Bank Dunia. Denganbegitu Jepang mempunyai andil terbesar ke dua lembagakeuangan international tersebut. Jepang juga merupakankekuatan regional terbesar di Bank Pembangunan Asia (ADB,Asia Development Bank), kekuasaannya sama besar denganAmerika Serikat, salah satu negara anggota ADB yang bukanterletak di Asia.

Jepang juga merupakan salah satu donor terbesar di duniadan telah menjadi penyumbang terbesar bantuan multilateraldan bilateral ke Timor Lorosa’e sejak bulan September 1999.Pemerintah Jepang menyumbangkan US$30 juta dalambantuan kemanusiaan selama masa darurat setelah re-ferendum. Sebagian besar uang tersebut disalurkan melaluibadan-badan multilateral seperti Program Pangan Dunia(WFP, World Food Programme) dan Komisi Tinggi UrusanPengungsi PBB (UNHCR), Permohonan Gabungan PBB,permohonan Komite Palang Merah International, dan NGO-NGO Jepang. Pada bulan Desember 1999 pada KonferensiDonor untuk Timor Lorosa’e, Jepang menjanjikan US$100juta untuk rehabilitasi dan pembangunan Timor Lorosa’e

untuk periode tiga tahun lebih. 90% janji pertama ini telahdiberikan. Pada konferensi terakhir donor untuk TimorLorosa’e yang diadakan di Dili seminggu sebelum perayaankemerdekaan, Jepang menjanjikan tambahan bantuan US$50juta lebih untuk tiga tiga tahun mendatang.

Sementara Timor Lorosa’e memang berhak pada tingkatbantuan keuangan ini dari anggota masyarakat international,penting untuk memeriksa beberapa pengaruh bantuan Jepangyang dapat berpengaruh pada pembangunan Timor Lorosa’edi masa depan. Tulisan ini akan menempatkan bantuanJepang ke Timor Lorosa’e dalam konteks bantuan Jepang kenegara-negara lain. Tulisan pertama akan menjelaskanbagaimana pemerintah Jepang menentukan bantuan, danmelihat beberapa cara di dalam struktur bantuan yangdikaitkan dengan kondisi ekonomi Jepang. Artikel ini jugaakan menguji hubungan antara pemerintah Jepang denganTimor Lorosa’e dengan mengkhususkan pada perhatianterhadap rehabilitasi infrastruktur di Timor Lorosa’e. Duaartikel yang berkaitan dalam edisi ini: satu laporan (halaman8) perjanjian rehabilitasi tenaga listrik di Timor Lorosa’e,sebuah proyek di mana bantuan Jepang telah menyumbang-kan cukup banyak dana dan satu artikel (halaman 5)perjanjian dengan kehadiran Pasukan Bela Diri Jepang diTimor Lorosa’e.

Halaman 2 Agustus 2002 Buletin La’o Hamutuk

Bantuan Jepang – Sebuah Definisi Jepang saat ini merupakan donor terbesar di dunia. Wa-

laupun memberikan bantuan dolar lebih besar dibandingkannegara-negara lain, dana ini hanya mewakili sejumlah kecildari presentase kekayaan Jepang yang sesungguhnya. Padatahun 2000 Jepang memberikan 0,27% produk domestikbruto (GNP, Gross National Product) ke negara-negara lainsebagai bantuan pembangunan luar negeri, jauh di bawah0,7 persen yang ditargetkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Jepang menyediakan bantuan bagi lebih dari 140 negaradan disalurkan melalui tiga cara: hibah bilateral, pinjamanbilateral (langsung ke negara-negara), dan sumbangan keorganisasi-organisasi international (seperti kepada badan-badan PBB dan Bank Dunia). Pemerintah Jepang menye-diakan bantuan ke negara-negara berkembang berdasarkanpada empat prinsip yang di-sebutkan dalam Piagam ResmiBantuan Pembangunan yangdibuat di Tokyo pada tahun1992:

• Bantuan tersebut harus me-majukan pembangunan ber-kelanjut.

• Bantuan tersebut tidak digu-nakan untuk militer.

• Negara-negara penerima ban-tuan diharuskan memberikanperhatian penuh terhadapkecenderungan pengeluaranbiaya militer untuk meme-lihara dan memperkuat per-damaian dan stabilitas in-ternasional; dan

• Negara-negara penerima ban-tuan diharuskan memberikanperhatian penuh pada usaha-usaha terhadap demokratisasi,ekonomi yang berorientasipasar dan penyelenggaraanpemerintah yang baik.Atura bantuan Jepang bi-

asanya dirundingkan secaralangsung antara pemerintah negara penerima bantuan danpemerintah Jepang. Namun, terutama untuk penyerahankekuasaan pada 20 Mei 2002, prosedur pengelolaan proyek-proyek di Timor Lorosa’e lebih rumit dibandingkan padanegara-negara lain dikarenakan tidak adanya suatupemerintahan yang independen. Selama periode transisi,perundingan-perundingan melibatkan pemerintahan Jepang,UNTAET dan Pemerintahan Umum Timor Lorosa’e (ETPA,East Timor Public Administration). Ditambah ProgramPembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) danKantor Pelayanan Proyek Perserikatan Bangsa-Bangsa(UNOPS, United Nations Office for Project) telah terlibatdalam administrasi dan pelaksanaan proyek-proyek yangdidanai Jepang. Sejak kemerdekaan, pemerintah Jepangsedang mempersiapkan pemerintahan baru Timor Lorosa’euntuk memulai perundingan proyek-proyek bantuan bilateralantara dua pemerintah.

Politik Bantuan JepangSejak dasawarsa tahun 1990-an Jepang sudah me-

nunjukkan kepentingan dalam memperkuat pengaruhpolitiknya di kawasan Asia Pacifik. Tidak mengejutkanbahwa kepentingan ini bertepatan dengan peningkatanbantuan Jepang ke negara-negara di kawasan ini. Pada tahun1996, lebih dari 50% bantuan Jepang diberikan ke Asia danOceania. Ditambah lagi, pada tahun 1994, 51,8% seluruhbantuan ke Asia berasal dari Jepang. Jepang merupakanpenyumbang terbesar bantuan di Asia, dan Asia adalahsebuah prioritas untuk Jepang dalam arti bagaimanamenyalurkan bantuannya sendiri.

Jepang berupaya menciptakan suatu suasana yang baikbagi bisnis-bisnisnya di negara penerima bantuan. Melaluicara ini, kesehatan perekonomian Jepang dikaitkan denganbagaimana menyalurkan bantuannya, yakni melalui dua cara.

Pertama, bantuan Jepang sering“mengikat”, dengan pengertianbahwa bantuan itu diberikan ber-dasarkan syarat-syarat tertentu.Sebagai contoh, bantuan Jepangke sebuah negara untuk mem-bangun jalan raya mungkin diberikan dengan kondisi bahwahanya para konsultan dan in-sinyur Jepang yang diberi upah.Dengan memberikan bantuan“mengikat”, Pemerintah Jepangingin memastikan bahwa pe-kerjaan tersebut hanya untukwarga mereka. Ini juga berartibahwa melalui pengupahan, gajipara konsultan, dan biaya kontrakmaka sebagian besar dana ban-tuan ini akan kembali ke Jepang.Cara kedua adalah bisnis Jepangberpengaruh pada bantuan me-lalui pelaksanaan ekonomi pasarkapitalis yang menurut Jepanguntuk menolong bisnis-bisnis me-reka sendiri. Contohnya, mungkinbantuan Jepang secara langsungterhadap rehabilitasi infrastruktur(jalan raya, listrik, air, pelabuhan)

untuk memperoleh akses yang lebih baik ke sumberdaya alamyang mungkin dimiliki negara penerima bantuan. Bentuk laindari bantuan Jepang mungkin juga langsung ke bantuan teknisdan ekonomi untuk menstabilkan perekonomian danmenyediakan sebuah pasar bagi hasil industri Jepang sepertibarang-barang elektronik, transportasi dan telekomunikasi.

Persentase terbesar dari bantuan luar negeri Jepang untukbantuan pembangunan adalah dalam bentuk pinjaman. Nilaipinjaman kira-kira 40% dari bantuan bilateral Jepang. Jumlahpinjaman terbesar dikelola oleh Bank Jepang untukKerjasama International (JBIC, Japan Bank for InternationalCorporation) dan sebagian besar dari dana itu digunakanuntuk proyek-proyek infrastruktur, seperti jalan raya,bendungan/dam. dan pembangkit tenaga listrik. Indonesiamerupakan negara penerima bantuan pinjaman terbesarJepang, dan ini menyebabkan meningkatnya jumlah hutangluar negeri Indonesia.

Buletin La’o Hamutuk Agustus 2002 Halaman 3

Bantuan Jepang Untuk Timor Lorosa’eJepang telah menjadi donor terbesar bagi Timor Lorosa’e

sejak September 1999. Mengapa begitu banyak bantuan keTimor Lorosa’e? Beberapa aktivis Jepang mengatakan bahwabantuan ini sebagai bentuk perbaikan atas dukungan Jepangdi masa lalu atas represifnya rezim Suharto dan pendudukanIndonesia di Timor Lorosa’e. Pemerintah Jepang, begitupenjelasan mereka, mendukung pendudukan Indonesia atasTimor Lorosa’e, dengan menolak pemungutan suara atauabstain pada setiap resolusi Majelis Umum PBB yangmendukung Timor Lorosa’e sejak tahun 1975. Kepentinganekonomi Jepang di Indonesia adalah mitra perdaganganterbesar di Asia yang menjadi alasan utama untuk posisimereka atas Timor Lorosa’e.

Perwakilan Kedutaan Jepang menjelaskan kepada La’oHamutuk pada bulan Juli lalu, bahwa alasan utama dukunganJepang untuk Timor Lorosa’e adalah kebutuhan untukstabilitas perekonomian di Asia. “Sebagai kekuatan ekonomiterbesar di Asia, Jepang harus mendukung tetangganya,” kataShinichi Kusano, Bagian Ekonomi Kedutaan Jepang.“Ekonomi Jepang tergantung pada stabil tidaknya arusperdagangan international dan stabilitas umum di kawasanAsia. Kestabilan Timor Lorosa’e secara khusus pentingkarena merupakan tetangga terdekat dengan Indonesia, salahsatu negara perdagangan terbesar di Asia. Kenyataanya,Timor Lorosa’e juga muncul sebagai mitra perdagangan bagiJepang karena empat perusahaan utama Jepang telahmenanamkan modal yang sangat berarti pada minyak di LautTimor dan cadangan gas Timor Lorosa’e. Osaka Gasmemiliki 10% dari ladang Sunrise dan ladang Evans Shoal;Inpex, perusahan minyak utama Jepang lain, memiliki 11,7%dari ladang Bayu-Undan serta saham pada ladang-ladangyang lain. Dan baru-baru ini Phillips Petroleum meng-umumkan bahwa Tokyo Electric Power Company dan TokyoGas akan membeli sebagian besar gas dari ladang Bayu-Undan (Lihat Buletin La’o Hamutuk Vol. 3, No. 5).

Selama Pemerintah transisi PBB di Timor Lorosa’e,Pemerintah Jepang menyediakan hibah bilateral dandisumbangkan kepada organisasi-organisasi multilateralseperti UNDP, UNICEF, dan WFP, serta Bank Dunia danBank Pembangunan Asia yang mengelola Dana Perwalianuntuk Timor Lorosa’e. Jepang juga penyumbang dana yangberarti untuk Dana Gabungan untuk Timor Lorosa’e, yangmendanai Pemerintah Transisi Timor Lorosa’e.

Sebagai perwakilan pemerintah Jepang di Timor Lorosa’e,Kedutaan Jepang di Dili mengepalai semua bantuanpemerintah secara langsung ke Timor Lorosa’e. Fungsikedutaan di bawah Kementrian Luar Negeri dan KementrianKeuangan Jepang dan melaksanakan perundingan-per-undingan bilateral meskipun saat ini mereka masih menungguinisiatif dari pemerintahaan baru Timor Lorosa’e.

Organisasi Jepang untuk pembangunan yang dikenalsebagai Badan Jepang untuk Kerjasama Internasional (JICA,Japan International Cooperation Agency) bertanggungjawabuntuk mengelola mayoritas bantuan luar negeri Jepang keTimor Lorosa’e. Bantuan ini mencakup kerjasama teknis,termasuk program-program pelatihan di Jepang maupun diluar negeri, mengirim ahli-ahli Jepang, menyediakanperalatan dan studi-studi pembangunan. JICA secara teknisbukan bagian dari pemerintah, meskipun menerima dana daripemerintah dan diawasi oleh Kementrian Luar Negeri. JICAjuga bekerja secara erat dengan Kementrian PerdaganganInternational dan Industri Jepang dan Kementerian Pertanian,Kehutanan dan Perikanan Jepang. Bantuan yang dikelolasecara langsung oleh Kedutaan Jepang adalah suatu programbantuan dana untuk proyek-proyek masyarakat basis, yangmendukung organisasi-organisasi non-pemerintah danotoritas pemerintah lokal dalam bermacam-macam proyek-proyek pembangunan skala kecil.

Ada tiga prioritas hibah bilateral untuk Timor Lorosa’e:

• Rehabilitasi dan Pemeliharaan Infrasturktur untukmemperbaiki jalan, pengadaan air bersih dan listrik,transfer keterampilan yang berhubungan dengan pe-meliharaan dan pengoperasian infrastruktur.

• Pertanian dan Pengembangan Masyarakat untukmeningkatkan produktivitas bahan pangan pokok;meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayah.

• Pengembangan Kapasitas untuk memperkuat kapasitaspegawai negeri sipil dan teknisi yang ada; untukmemajukan program-progam pelatihan kemitraan dengannegara-negara Asia.Sampai sekarang, pemerintah Jepang belum memberikan

pinjaman kepada Timor Lorosa’e. Namun, dengan ke-merdekaan ini dapat berubah. Bantuan Jepang untuk studike negara-negara di Asia telah menunjukkan bahwa hibahawal seringkali digunakan untuk melaksanakan kemungkinankelayakan studi-studi, yang meletakan dasar-dasar untukpinjaman dari Jepang untuk masa mendatang. Sebagai contoh,

NANUGNABMEPNADNAINATREPSATINUMOK

GNAYNADABINAGNANEM

MALADHALMUJRALODATUJ

otutanaMidisagirImetsiSisatilibaheR PDNU4,3

)gnugaJnadsareB(naijib-ijiBkeyorP OAF8,0

)nuhatamiliradhibelamales(satinumoKisavitkAkeyorP dnuFtsurTNU0,5

ACIJ)PEC(satinumoKnaayadrebmePkeyorP OGNnagnedACIJ5,2

takgnitid"takaraysam"keyorp-keyorpadapeknautnaB)adeb-adebrebgnaysatinumokkeyorp81(sisab

gnapeJraseBnaatudeK5,1

LATOT2,31

Halaman 4 Agustus 2002 Buletin La’o Hamutuk

di Timor Lorosa’e sebagian besar dana dicurahkan untukrehabilitasi dan pemeliharaan infrastruktur yang telahdihabiskan pada studi-studi pembangunan oleh para konsultan-konsultan Jepang untuk menciptakan pelaksanaan rencana-rencana untuk proyek-proyek sekarang dan yang akan datang.Itu tidak mengherankan jika para konsultan ini mere-komendasikan bahwa rehabilitasi sektor kelistrikan hanya dapatdilaksanakan dengan uang pinjaman oleh pemerintah yangindependen Timor Lorosa’e dari pemerintah Jepang.

Bantuan Jepang untuk Rehabilitasi InfrastrukturSejak bulan September 1999, ketika militer Indonesia dan

milisi bentukannya merusak sebagian besar infrastruktur TimorLorosa’e, telah ada kebutuhan penting untuk merehabilitasipelayanan dasar seperti listrik, air, dan jalan raya. Banyakrehabilitasi ini dipusatkan di Dili, dan masih banyak yangdikerjakan di distrik di mana beberapa kota utama yang barumemiliki listrik atau air bersih. Salah satu bantuan utama Jepangyang disumbangkan adalah untuk rehabilitasi infrastruktur fisikdi Timor Lorosa’e. Sampai dengan April 2002, pemerintahJepang telah memberikan US$31,9 juta untuk rehabilitasiinfrastruktur (Lihat Tabel Rehabilitasi Infrastruktur).

Proyek-proyek ini telah dilaksanakan berdasarkan garispedoman yang dinyatakan dalamNota Kesepakatan yang ditanda-tangani antara pemerintah Jepang,UNTAET, UNDP, dan calon peme-rintah Timor Lorosa’e (kemudianETTA) pada awal tahun 2000. NotaKesepakatan antara pihak-pihak inisecara jelas mengatakan bahwabantuan teknis hanya dapat dise-diakan dengan mengupah warganegara Jepang. Oleh karena ituUNOPS, dalam melaksanakanproyek, mengupah konsultan dankontraktor dari Jepang. Jadi, se-bagian besar dana yang disimpanuntuk proyek-proyek ini yangsebenarnya telah kembali ke Je-pang. Tambahan lagi, baik UNOPSmaupun UNDP menerima 6% daritotal biaya proyek sebagai biaya

administrasi. Oleh karena itu, dalam kasus proyek infrastrukturdi Timor Lorosa’e, UNOPS dan UNDP telah menerima hampirUS$1,5 Juta.

Bantuan ini memang telah disediakan untuk peningkatanyang penting untuk infrastruktur Timor Lorosa’e. Pada saat yangsama, ada sejumlah kesulitan agar bantuan bisa benar-benarmencapai sasarannya. Misalnya, di Distrik Lautem, diKecematan Iliomar, bantuan dan ahli Jepang membantumemasang dua generator baru, tetapi kota itu tetap tidak adalistrik karena bantuan yang diberikan tidak termasuk kabel-kabel atau tiang-tiang yang dibutuhkan untuk memanfaatkanenergi yang dibangkitkan oleh dua generator tersebut. Sepertidikemukan dalam tulisan tentang kelistrikan di Timor Lorosa’e,banyak generator, terutama di daerah terpencil, yang rusak dantidak diperbaiki. Sementara persoalan-persoalan ini rumit dankesalahannya bukan tak bisa ditimpakan hanya pada bantuanJepang itu sendiri, penting untuk mengkaji seberapa jauh tujuansuatu bantuan sudah dicapai.

Semua bantuan harus diteliti untuk memastikan bahwa uangtersebut menguntungkan rakyat Timor Lorosa’e dan tidak hanyamenguntungkan konsultan asing dan badan-badan international.Rencana yang rumit beberapa tahun yang lalu antara UNTAET,pemerintah Jepang, dan UNDP berarti bahwa setiap kelompok

RUTKURTSARFNIISATILIBAHERGNAYNADABINAGNANEM

MALADHALMUJRALODATUJ

assaC-oraniA-iliDnalaJ PDNU 7,4

iliDrianaaideynepmetsiS PDNU 4,2

iliDnahubaleP PDNU 0,3

oromoCidkirtsiltikgnabmeptasuP PDNU 1,3

naasedephayaliwidkirtsiltikgnabmeptasuP PDNU 4,3

)2-ekpahaT(iliDidriametsiS PDNU 4,2

naasedephayaliwidriametsiS PDNU 1,5

iliDnahubalepidreniatnoknagnpaL PDNU 0,3

otutanaM,olcaLidisagirimetsiS PDNU 8,4

LATOT 9,13

SATISAPAKNAGNABMEGNEPGNAYNADABINAGNANEM

MALADHALMUJRALODATUJ

e'asoroLromiTawsisaeBmargorP PDNU 4,1

rasaDhalokeSiskurtsnokeR FECINU 2,1

,aracagnep,nialaratna(iregeNiawagePkutnunahitaleP)tamolpid

ACIJ aidesretkaditakgnA

romiTsatisrevinUidkinkeTsatlukaFnakutnebmePe'asoroL

PDNU 7,4

etnautitsnoKsilejaMulimePkutnunautnaB PDNU 2,1

nadnaranebeK,naamirenePisimoKkutnunautnaBisailisnokeR

PDNU 5,0

LATOT 0,9

Buletin La’o Hamutuk Agustus 2002 Halaman 5

* Semua angka di atas, kecuali rincian dari kontribusi untukrehabilitasi infrastruktur, diperoleh dari laporan pemerintah Jepangpada bulan April 2002 yang berjudul “Kontribusi Jepang kepada TimorLorosa’e.” Rincian tentang rehabilitasi infrastruktur diperoleh darilaporan-laporan pemerintah Jepang yang lain.

NIALNAUTNABGNAYNADABINAGNANEM

MALADHALMUJRALODATUJ

)9991(taruraDnautnaB,PFW,RCHNUnanohomreP

CRCI/NU0,03

ilabmekgnayakeremnadisgnugnepkutnunautnaB gnapeJOGN 4,0

TEFretnI TEFretnI 0,001

gnapeJiriDaleBnakusaPnamirigneP DBP 2,15

nautnaBanaD(e'asoroLromiTkutnunagnubaGanaD)TEATNU

TEATNU 0,9

e'asoroLromiTkutnunailawrePanaD BDA/ainuDknaB 0,82

tasuPlaksiFsatirotOnakutnebmeP FMI 7,0

LATOT 3,912

menyumbangkan personil administratif untuk proyek bantuanJepang. Personil-personil ini meminta gaji dan biaya-biayatambahan. Dana ini seringkali diambil dari dana bantuansehingga dana untuk proyek yang sesungguhnya jadi berkurang.Ditambah dengan biaya bagi para konsultan Jepang yang sangatmahal. Misalnya, kasus proyek rehabilitasi listrik, proyektersebut memerlukan penasehat teknis dan insinyur Jepang yangdiupah, meskipun kenyataan bahwa para staf ini ahli dibidangnya barangkali biayanya terlalu mahal. Proses tenderyang terbuka dan transparan untuk posisi-posisi ini akanmenjamin bahwa yang dipekerjakan adalah orang-orang yang

paling ahli di bidangnya dan biayanya paling sesuai. Dengancara ini akan lebih banyak dana yang digunakan untukrehabilitasi.

Negara-negara donor harus menunjukkan kepedulian merekauntuk memperbaiki perekonomian Timor Lorosa’e dan bukanhanya untuk perekonomian dalam negeri mereka sendiri.Rencana rekonstruksi harus berdasarkan pada efisiensi biayadengan pengeluaran yang minimal pada pengelolaan dankonsultan. Dan lagi, mereka harus mengakui, memperkuat, danmemanfaatkan sepenuh mungkin keterampilan tenaga kerjaTimor Lorosa’e sendiri.�

Pasukan Penjaga Perdamaian Jepang di Timor Lorosa’ePada bulan Maret 2002, Jepang memberangkatkan 690

personel Angkatan Darat Pasukan Bela Diri (PBD)ke TimorLorosa’e. Ini merupakan sumbangan terbesar Jepang kepadamisi penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa, yangoleh pemerintah Jepang disebut “prakarsa yang membukasebuah era baru”.

Setelah Perang Dunia II pada tahun 1946, Jepangmengadopsi sebuah undang-undang baru yang melarangpembentukan atau mempertahankan pasukan militer danmeninggalkan penggunaan kekuatan tentara untuk me-nyelesaikan perselisihan internasional (lihat di dalam kotak).Walaupun demikian, sejak tahun 1954 Jepang telah memper-tahankan apa yang disebut sebagai Pasukan Bela Diri Jepang(Japanese Self-Defense Force) yang mandatnya membatasioperasinya sampai wilayah-wilayah yang berbatasan langsungdi seputar negara pulau tersebut sebagai suatu cara untukmelindungi diri dari serangan pihak luar.

Pada tahun 1992, meskipun ada kekhawatiran dari publikdan sejumlah partai politik oposisi, pemerintah Jepangmeloloskan sebuah undang-undang yang memperbolehkankeikutsertaan PBD dalam misi-misi penjaga perdamaian PBB.

Hal ini terjadi segera setelah Jepang mengirimkan kapal-kapalpenyapu ranjau dan kapal-kapal Angkatan Laut lain sebagaibagian dari perang AS-NATO melawan Irak pada tahun 1991,dan dimaksudkan untuk melegitimasi keikutsertaan Jepangdalam manuver-manuver militer internasional. Sejak saat itu,PBD Jepang telah berpartisipasi dalam operasi-operasi PBBdi Kamboja, Mozambique, Rwanda, dan Dataran Tinggi Golan(Israel/Syria). Setiap misi telah memberikan kesempatan untukmemperluas paramater dari aktivitas PBD di luar negeri.

Kenyataannya, sebuah amandemen Desember 2001 terhadapUndang-Undang 1992 memperluas cakupan partisipasi PBDdalam misi-misi PBB, memperlunak pembatasan-pembatasanpenggunaan senjata dan keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatantertentu. Dalam sebuah laporan Japan Times tentangamandemen itu, seorang pejabat Badan Pertahanan menyatakanbahwa PBD bukan lagi “pasukan papan nama,” tetapi menjadiangkatan perang yang aktif sepenuhnya.

Walaupun ada amandemen, partisipasi PBD Jepang dalammisi PBB di Timor Lorosa’e tidak begitu berbeda dengan misi-misi di masa lalu, dengan memfokuskan pada kegiatan-kegiatanseperti konstruksi dan transportasi yang dianggap kecil

Halaman 6 Agustus 2002 Buletin La’o Hamutuk

kemungkinannya mengakibatkan konflik senjata. Personel PBDJepang di Timor Lorosa’e merupakan sebuah batalyon zeni. Enamratus delapan puluh tentara bekerja di lapangan, terutama diwilayah-wilayah dekat dengan perbatasan Indonesia (Covalima,Bobonaro, dan Oe-cusse), dan sepuluh orang zeni militer bertugasdi Markas Besar PKF di Dili dengan menyediakan bantuan logistikkepada staf lapangan. Kerja PBD difokuskan pada pemeliharaanrute-rute utama pengiriman perbekalan PKF, termasuk mengaspalbandar udara Dili dan memperbaiki jembatan-jembatan danlubang-lubang jalan Dili-Baucau dan jalan utama dari Dili keMaubisse, Suai, dan Bobonaro.

Sekarang kerja PBD Jepang di Timor Lorosa’e dikoordinasioleh UNMISET dan Markas Besar PKF. PBD Jepang me-rencanakan berada di Timor Lorosa’e paling tidak sampai bulanMaret 2004, dengan personel-personel militer Jepang diganti setiapenam bulan. Diperkirakan jumlah personelnya akan berkurangpada pergantian bulan September men-datang, dan bahwa kehadiran PBD Jepangakan banyak dikurangi pada tahun 2003,sejalan dengan dikuranginya jumlahseluruh personel PKF.

Menurut siaran pers dari pemerintahJepang bulan Mei 2002, bahwa “operasilogistik dan dukungan kepada [Per-serikatan Bangsa-Bangsa] … diharapkanmenyediakan bantuan bagi kegiatan-kegiatan ekonomi dan kehidupan sehari-hari rakyat Timor Lorosa’e.” Meskipundemikian, seorang pejabat pemerintahJepang mengatakan kepada La’o Hamutukpada bulan Juli lalu, walaupun para tentarabekerja pada proyek-proyek yang diajukanoleh pemimpin-pemimpin lokal, bantuan utama adalah untuk PKFdan semua proyek harus disetujui oleh PBB. Dia juga menjelaskanbahwa batalyon Jepang tidak akan memperbaiki jalan-jalan kecualiuntuk perbaikan yang sementara karena alasan kendala waktu yanghanya dua tahun. “Pekerjaan membangun jalan permanen,” iamenjelaskan, “adalah tugas pemerintah Timor Lorosa’e.”

Pejabat yang sama menjelaskan bahwa meskipun personel PBDbekerja di wilayah-wilayah perbatasan yang dipandang sebagaiwilayah yang menghadapi risiko keamanan, kebanyakan darimereka tidak dipersenjatai dan tidak dipersiapkan untuk bertempur.Dia menjelaskan bahwa personel PBD mengandalkan kepadabatalion PKF lain untuk keamanan mereka, yaitu batalyon SelandiaBaru di Covalima, batalyon Portugis di Bobonaro dan Dili, danbatalyon Korea Selatan di Oe-cusse.

Meskipun kedua pemerintah baik Jepang maupun TimorLorosa’e membahas tentang bantuan kemanusiaan dari PBDJepang di Timor Lorosa’e, tidaklah jelas bagaimana sumbanganmereka itu bersifat kemanusiaan secara langsung. Kehadiran PBDtidak melakukan apa pun untuk menciptakan pekerjaan bagipenduduk lokal dan kenyataannya kelihatan malah menjauhkanpotensi pekerjaan dari orang-orang Timor Lorosa’e. Juga tidakjelas mengapa tentara-tentara penjaga perdamaian yang tidakdipersiapkan untuk bertempur yang bekerja di wilayah-wilayahperbatasan di mana mereka mungkin akan menghadapi konflikbersenjata.

Pada bulan Februari 2002, ketika rencana tahap akhirpengiriman PBD, tiga NGO Jepang dan 12 NGO Timor Lorosa’e,termasuk La’o Hamutuk, menyatakan menentang terhadappengiriman itu. Para aktivis Jepang berargumentasi bahwa

pengiriman itu bertentangan dengan konstitusi Jepang (lihat didalam kotak), teramat sangat mahal dan tidak mendorongterciptanya lapangan kerja lokal. Mereka juga menulis bahwaadalah tidak bermoral mengirimkan tentara-tentara tanpaterlebih dahulu menyelesaikan masalah-masalah yangberhubungan dengan pendudukan Jepang dan mereka menuntutpermintaan maaf secara resmi dan ganti rugi terhadap perlakuankejam Jepang di Timor Lorosa’e.

Para aktivis Timor Lorosa’e juga menuntut sebuah permintaanmaaf secara resmi yang memfokuskan pada “rasa keadilan rakyatTimor Lorosa’e” dan mengusulkan agar “lebih baik dana untukmengirim tentara itu dipakai untuk memberikan ganti rugikepada korban-korban kekejaman selama Perang Dunia II danselama pendudukan Indonesia.” Selama pendudukan Jepangatas Timor Lorosa’e pada tahun 1942-1945, sekitar 40.000 rakyatTimor Lorosa’e telah dibunuh, ribuan orang digunakan sebagai

buruh paksa oleh tentara-tentara Jepang,termasuk ribuan perempuan sebagaibudak seks. Dalam tajuk Buletin La’oHamutuk (Vol. 3 No. 1), Nuno Rod-rigues menjelaskan bahwa “permintaankepada pemerintah Jepang untuk me-mohon maaf dan bertanggungjawabbukan hanya atas pendudukan Jepangselama Perang Dunia II; tetapi jugaselama 24 tahun di mana pemerintahJepang mendukung Indonesia yangmengorbankan ratusan ribu rakyat TimorLorosa’e. Hanya langkah-langkahseperti inilah yang akan membangunhubungan bilateral yang kuat antaraTimor Lorosa’e dan Jepang. Timor

Lorosa’e memerlukan bantuan finansial dan bantuan dalammembangun kembali negeri yang hancur harus dipandangsebagai sebuah syarat bagi pemerintah Jepang.”

Menurut harian Suara Timor Lorosa’e, Menteri Luar NegeriJosé Ramos Horta menyatakan bahwa NGO seharusnya tidakmencampuri urusan-urusan hubungan luar negeri dan malahseharusnya memberikan tanggungjawab ini kepada PemerintahTransisi. Dia juga berulang-ulang menyatakan bahwa TimorLorosa’e harus melupakan peristiwa-peristiwa tragis selamaPerang Dunia II.

Sebelum mengirimkan pasukan, Jepang telah memberikansumbangan sebesar US$100 juta kepada Pasukan Internasionaluntuk Timor Lorosa’e (InterFET, International Forces for EastTimor), yang bersama dengan sumbangan PBD, yang dihitungsecara terpisah dari “dana bantuan pembangunan luar negeri” .Menurut para pejabat pemerintah Jepang di Dili, pengirimanpersonel PBD menelan biaya US$53 juta adalah atas permintaanPerserikatan Bangsa-Bangsa dan Timor Lorosa’e. Anggaranbelanja tahunan bagi kehadiran PBD diperkirakan sebesarUS$128 juta.

Timor Lorosa’e sebagai sebuah bangsa adalah korban darimiliterisasi internasional dan negara-negara yang mem-prioritaskan kepentingan ekonomi dengan Indonesia di atas hak-hak asasi di Timor Lorosa’e. La’o Hamutuk sekali lagimenyerukan kepada Jepang untuk memohon maaf secara resmiatas keterlibatannya dalam penderitaan Timor Lorosa’e danuntuk memastikan bahwa semua dana bantuan yang di sediakanJepang kepada Timor Lorosa’e benar-benar dan secara langsungditujukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat Timor Lorosa’e.�

Pasal 9 Konstitusi Jepang:“Dengan sungguh-sungguh menginginkan

perdamaian internasional berdasarkankeadilan dan ketertiban, rakyat Jepangmenentang perang sebagai hak kedaulatansuatu bangsa dan ancaman atau penggunaankekuatan senjata sebagai sarana untukmenyelesaikan pertikaian internasional.Untuk mencapai tujuan ini pasukan darat,laut, dan udara, serta kekuatan perang yanglain, tidak akan pernah dikembangkan.Hak negara untuk berperang tidak akanpernah ditolelir.”

Buletin La’o Hamutuk Agustus 2002 Halaman 7

Tuir mai informasaun jeral kona ba promete husi doadores sira iha fulan Maio 2002 konfrensia iha Dili (le’e iha BuletinLa’o Hamutuk Vol.3 No. 5), ho data hirak ne’e hola husi konfrensia no informasaun husi donors oi-oin. Lista informasaunkona ba osamento husi nasaun doadores la kompletu La’o Hamutuk la bele kontaktu doadores hotu-hotu no mos susartebes tamba Banku Mundial nebe tomakonta ba prosesu ne’e lafo informasaun. Doadores promete hakarak fo osan hira-hirak maibe mos latuir buat nebe sira promete. �

Promete husi Nasaun Doadores

NUASANLATOTETEMORP

)ATUJDSU(ADIASABASU/ARIHNIAB

nuapeJ 06siopedetemorparis(kuluetemorpisuhatuj01$;orutufabatuj05$

)aisnerfnoked

aeporuEnuasimoK)aieporuEnuainU(

24,eduasabatuj9$,TEFTabatuj1,8$(2002nanitabatuj52$

nanitabatuj9$)kulesutejorpabatuj9,5$somonPDNUabatuj3,2$4002nanitabatuj3,7$,3002

ailartsuA 83,1002-0002laksifnanitabatuj22$(4002-0002isuh4nanitahiazU

)30-30abatuj91$,30-20abatuj91$,20-10nanitabatuj22$

sudinUsudatsE)akiremA(

52

abatropusatuj4$,e'enatuj52$isuH(3002-2002lacsifnanitaB,emaDadagirB(sproCecaePainakiremAab000.051$onutnemasroebenadiki'ikotkejorpabatropusuta)41anigap,takgniSatireBerahlanoisanretnIratiliMsasnaniFabatuj1$.gnirotinomoiratnulobolah

onnuasakudElanoisanretnIratiliMamargorpab000.005$on)TEMI(nuasamroF

)KU(arretalgnI 71 )nanitrepatuj8,5$(5002-2002ulotnanitabutnemasroatropuS

lagutroP 1,9utnemasoabatlafkamatuj19$isuh%01ofutaetemorplagutroP

nain-e'asoroLromiTunrevog

aniX 6 adiasabakarihiabnahedaL

aidnalrI 2,2

atuj1$;TEFCabanoitof000.005$(2002nanitetnarudanoazU;PDNUamargorPabatropuS000.027$utnemasroabatropus

orenegotkejorpab000.032$nuasailisnokeRnuasimoKab000.041$)edadinumokoh

aidnaleZavoN 4,1ahilaretalibutejorpabatuj1,1$;utnemasroatropus000.032$ohedadinumokutnemivlovnesed,siarutanusruker,KTnuasakude

nain-unrevogedadisapak

luSodaeroK 9,0onrevogabof000.003$aisnedepedninorolnuasarbelesab000.006$

nainlacidemuasakudeabasuuta

adanaK arihnahedaL ruelkabnautiatropusaunitnoK

lizarB arihnahedaLkulesaerasom,arutlukirga,eduas,uasakudeahiatropuskarakaH

.kuranupmetahiatropuS.akitamolpidahi

senippilihP arihnahedaLabawsisaibof,aimonoke,erutlucirga,nemeganamoniartatilisaF

.senippilihPahiadutsekarakahebenarisetnadutse

aisyalaM arihnahedaL .eduas,nuasakude,satisapakabaisnetsisaolaH

okiskeM arihnahedaL .unrevogainarisabnuasuksidolahiesatropuskarakaH

aibimaN arihnahedaL .edadisapakiirahutaiubirtnokkarakaH

yawroN etemorpaL

Halaman 8 Agustus 2002 Buletin La’o Hamutuk

Laporan Khusus Tentang ListrikSekitar 75% bangunan fisik pekerjaan umum dihancurkan

dan dibakar oleh militer dan milisi Indonesia pada September1999. Di antara bangunan-bangunan yang dihancurkantermasuk fasilitas-fasilitas jaringan kelistrikan yangmenghubungkan antara satu distrik dengan distrik lain.Sampai sekarang pun beberapa tempat masih tidak ada listrik.Selain di Distrik Baucau yang listrik hidup selama 18 jamdan kota Dili yang bergiliran mati selama 2 jam, di distriklain listrik hanya hidup pada saat malam hari dari jam 7-12malam. Alasannya, mahalnya bahan bakar.

Perusahaan Listrik Timor Lorosa’e yang bernamaElectricidade de Timor Leste (EDTL) adalah instansi dibawah Departemen Pekerjaan Umum. Sebelum kemerdekaandan selama Masa Transisi pertama berakhir pada bulanAgustus tahun 2001, otoritas listrik berada di bawahDepartemen Ekonomi, termasuk Pekerjaan Umum UNTAET.Saat ini EDTL belum memiliki suatu mekanisme kerja yangbagus dalam menjalankan administrasi dan pertanggung-jawaban laporan keuangan karena semua dikendalikan olehDepartemen Keuangan.

Karena mekanisme pembagian kewenangan yang turundari atas tidak jelas sehingga membingungkan pihak EDTL.Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan bersama olehLa’o Hamutuk dan Yayasan HAK maka kami menurunkanuraian pembahasan tentang sumber dana, kapasitas danjumlah mesin generator, jumlah dan gaji karyawan, kategorinasabah dan ongkos listrik atau pajak yang dikenakan baginasabah.

Sumber DanaMenurut Kepala Kantor Electricidade de Timor Leste, Ir.

Virgilio Guterres perkiraan dana untuk tahun anggaran 2001/2002 sebesar US$11.800.000 namun dana yang diberikanhanya US$6.800.000 dan begitu juga perkiraan untuk tahunanggaran 2002-2003 sebesar US$11.88.000 namun paradonor hanya akan memberikan sebesar US$4.000.000

Beberapa negara menyumbangkan dananya untuk EDTLmelalui bantuan bilateral. Dua donor terbesar adalahpemerintah Jepang dengan dukungan dana berjumlahUS$3.100.000 dan pemerintah Portugal sebesar US$1.000.000 yang dicairkan sekitar bulan Juli dan Agustus tahun2000. Penanggungjawab dari dana kedua negara di atasdikelola oleh United Nations Development Programme(UNDP, Program Pembangunan PBB) dan Bank Pemban-gunan Asia (ADB) karena para donatur hanya mempercayaiinstitusi keuangan internasional dan badan-badan PBB untukmengelola dana yang mereka berikan. Dana yang diberikanoleh pemerintah Jepang dan Portugal sebagai donor terbesaruntuk sektor kelistrikan dikelola oleh UNDP sedangkanproyek dijalankan oleh United Nations Office of ProjectsServices (UNOPS, Kantor Pelayanan Proyek-proyek PBB).Menurut Risa Ito, kepala proyek UNOPS, maka UNOPS akanmendapatkan 6% dari setiap proyek yang akan dijalankan.Akibat pemotongan 6% untuk anggaran administrasi UNOPSmaka dana dari pemerintah Jepang berkurang menjadiUS$2.390.000. Dana tersebut digunakan untuk seluruhkebutuhan pusat pengendalian listrik, tetapi karena instalasi

Comoro rusak maka pemerintah Jepang, UNDP, danUNTAET mengeluarkan kebijakan untuk mengeluarkan danasebesar US$478.000 dari dana US$2.390.000 untukmemperbaiki instalasi Comoro. Dengan demikian danasebesar US$1.912.000 digunakan untuk kebutuhan seluruhpusat pengendalian listrik, termasuk penempatan generatordi 13 distrik.

Menurut Virgilio Guterres, bantuan pemerintah Jepangdilengkapi dengan peralatan dan tenaga ahli, sehinggakaryawan lokal hanya sebatas pemantauan fisik saja. Artinya,secara penuh ditangani oleh pemerintah Jepang, UNDP, danUNOPS. Dana dari pemerintah Portugal digunakan untukmemperbaiki kembali 4 power station di 4 sub-distrik, yaitudi Celecai, Distrik Baucau, Luro di Distrik Lospalos, danLaclubar dan Natarbora di Distrik Manatuto.

Dengan pertimbangan EDTL harus bisa mandiri dan untukmenambah sisa dana untuk tahun anggaran 2001-2002 sekitarUS$5.000.000, maka EDTL menerapkan pajak pembayaranlistrik kepada konsumen. (lihat di dalam kotak Peraturan)Dana dari pemerintah baru US$6.800.000 dipergunakanuntuk biaya bahan bakar dan pemeliharaan. Berdasarkankesepakatan pemerintah dengan Pertamina bahwa setiap tigabulan pemerintah ETPA (dalam hal ini EDTL) akanmembayar bahan bakar minyak. Pembayaran pertamadilakukan pada tahun 2000 untuk tiga bulan yaituNovember-Desember dan Januar i 2001 sebesarUS$1.100.000. Tetapi sekarang pembayaran dilakukan setiapbulan yaitu sebesar US$510.000. Menurut Ir. VirgilioGuterres karena mahalnya harga solar, US$0,34/liter.Informasi terakhir dari Timor Post (8/7/02), persediaan bahanbakar minyak untuk 35 pusat pengendalian listrik dan duapower station di Comoro dan Caicoli disediakan oleh enamperusahaan minyak yang berbeda yaitu perusahaan minyakColega Timor, East Timor Fuel, Baboe, WP Timor Oan,Country Fuel, dan Pertamina. Jadi pihak Pertamina tidak lagimemonopoli penyediaan bahan bakar minyak untukkelistrikan Timor Lorosa’e.

DepartemenKeuangan

Buletin La’o Hamutuk Agustus 2002 Halaman 9

Jumlah GeneratorKhusus di Distrik Dili, Pemerintah Transisi UNTAET

menyewa 5 buah generator, 2 di Caicoli dan 3 di Comoro.Dana yang telah dialokasikan untuk menyewa mesin-mesintersebut sebesar US$200.000 yang berasal dari anggaranDana Konsolidasi Timor Lorosa’e (CFET) yaitu melaluianggaran untuk sektor listrik bagian perbaikan dan pelayanan.Menyewa generator dilakukan oleh pemerintah karena listriksering padam pada bulan Juli hingga Oktober 2001.Penyewaan tersebut dikarenakan generator-generatorpeninggalan Indonesia banyak yang rusak. Di Comoroterdapat kerusakan pada generator bermerek/tipe MAK 4No.5, maka untuk sementara yang berfungsi secara penuhadalah MAK 1 dengan kapasitas 1,8 Mega Watts, MAK 2dengan kapasitas 1,6 Mega Watts, MAK 3 serta NIGATAmasing-masing berkapasitas 2,6 Mega Watts.

Berhubung masa sewa generator di Caicoli berakhir padatanggal 27 Januari 2002 sedangkan masa sewa generator diComoro berakhir pada tanggal 28 Februari 2002 maka EDTLmembatasi pemakaian listrik dengan mengukur setiap pe-makaian yang melebihi batas maksimum. Menurut Ir. VirgilioGuterres, “Pemerintah secepatnya mengambil langkah-langkah konkrit untuk menjawab perubahan-perubahan.Tanpa ada antisipasi sejak sekarang, dijamin listrik tidakdapat berfungsi sesuai harapan.” EDTL semula berkapasitassebesar 13 Mega Watts, tetapi setelah mendapat tambahan 1buah generator yang diperbaiki oleh pemerintah Jepang padabulan Desember 2001 maka kapasitasnya menjadi 14 MegaWatts. Diharapkan kapasitas yang dimiliki EDTL akan terusmeningkat.

Jumlah generator untuk Sub-Distrik menurut PowerService EDTL, terdapat 32 pusat pengendalian listrik yangberjalan normal. Tiga belas pusat pengendalian listrikditangani pemerintah Jepang, yang akan memberikan 2generator untuk setiap pusat pengendalian listrik, termasukperbaikan instalasi di Comoro. Sedangkan ADB menangani15 pusat pengendalian listrik masing-masing dengan 1 buahgenerator. Pengadaan generator disesuaikan dengan jumlahbeban yang dibutuhkan di masing-masing tempat. Khususuntuk Distrik Aileu, menurut koordinator umum KelistrikanDistrik, Dominggos Bonaparte, terdapat 3 generatorpeninggalan pemerintah Indonesia yang masih baik.Keseluruhan generator di seluruh pusat pengendalian listrikadalah 83 buah ditambah 3 di Distrik Aileu sehingga totalgenerator di Timor Lorosa’e adalah 86 buah di luar 5generator yang disewa, tetapi yang berfungsi secara maksimalhanya 28 buah.

Jumlah Karyawan EDTL.Pada bulan Januari tahun 2002, total staf di seluruh Timor

Lorosa’e berjumlah 205 orang. Perekrutan secara nasionalbelum dilakukan. Sekitar 192 orang direkrut saat DepartmentFor International Development (DFID) dari Inggris menanganiEDTL pada bulan September 1999 dan sisanya sekitar 13 orangdirekrut oleh UNTAET sesuai kualifikasi masing-masing dansekarang digaji oleh pemerintah baru. Tetapi masalah seriusyang dihadapi EDTL adalah minimnya karyawan bagianpencatatan meteran. Untuk mengatasinya, telah direkrut lagi45 orang, dengan sistem kontrak yang diperbaharui setiap 3

PUSATJUMLAHGENERATOR

KONDISI

ueliA 3 isgnufrebaumes

salA 1 isgnufreb

eabatA 3 gnapeJheloikiabrepidnaka

oruatA 2 isgnufreb

ebastA 2ipatetgnapeJikiabrepidhadus

isgnufrebmuleb

aiugaB 2 isgnufrebgnay1

obilaB 2 BDAheloikiabrepidnaka

edeG-utaB 1 BDAheloikiabrepidnaka

etetrazaB 2ipatetgnapeJheloikiabrepidhadus

isgnufrebmuleb

onateB 1 BDAheloikiabrepidnaka

oranoboB 1 BDAheloikiabrepidnaka

iloC-iaC 6 aumeskasur

ocaliaC 1 ikiabrepidnaka

oromoC 6 isgnufreb

uilreb-utaF 2heloikiabrepidisgnufrebhalet

gnapeJ

naemutaF 1 kasur

merohoF 1 kasur

onelG 5haletisgnufreb1aynahkasur4

BDAheloikiabrepid

ailotaH 2 gnapeJheloikiabrepidgnades

ociliubutaH 1 gnapeJheloikiabrepidnaka

odU-utaH 1 gnapeJheloikiabrepidnaka

ramoilI 1 lagutroPheloikiabrepidgnades

rabulcaL 1 lagutroPikiabrepidisgnufrebhalet

atulcaL 2heloikiabrepidisgnufrebhalet

gnapeJ

metuaL 1 isgnufreb

ohofeteL adakadit onelGiradtapad

eodeuqiL 1 BDAheloikiabrepidgnades

seoL 1 gnapeJheloikiabrepidnaka

eotoloL 1 BDAheloikiabrepidnaka

oruL 1 lagutroPheloikiabrepidgnades

amilenaM 1 BDAheloikiabrepidnaka

essibuaM 2 BDAheloikiabrepidisgnufrebhalet

arobrataN 2 lagutroPheloikiabrepidgnades

ebitiN 1 BDAheloikiabrepidnaka

oliseO 1 BDAikiabrepidnaka

ussO 2 isgnufrebgnay1

ebassaP 1 BDAikiabrepidnaka

iaciliuQ 1 isgnufreb

ocaliaR 2 isgnufrebhadus

naemiaR 1 gnapeJheloikiabrepidnaka

oixemeR 2heloikiabrepidisgnufrebhadus

gnapeJ

adabioS 1 isgnufreb

ramoliT 1 BDAheloikiabrepidnaka

iacsiruT 1 BDAheloikiabrepidhadusisgnufreb

alautuT 2 isgnufreb

uabrac-utaU 2 isgnufreb

iralutaU 3 isgnufrebgnay2

orob-utaV 1ipatetgnapeJheloikiabrepidhadus

isgnufrebmuleb

elalineV 2 isgnufreb

ialamuZ 2 napeJikiabrepidnaka

Jumlah Generator di Distrik dan Pusat

(Sumber :Dominggos Bonaparte Koordinator kelistrikan distrik)

Halaman 10 Agustus 2002 Buletin La’o Hamutuk

bulan. Dana untuk tujuan ini diambil dari anggaran otoritaslistrik yaitu dari alokasi permanen pemerintah. Ada kemajuankerja karyawan dibagian pembayaran listrik dan administrasiserta keuangan.

Teknisi listrik di EDTL, selain staf asing, terdapat pula 3orang teknisi Timor Lorosa’e yang berpaspor luar negeridengan gaji sekitar US$1.500 sampai US$3.800 per bulan. Danterdapat 1 orang teknisi asing dengan gaji per bulan sebesarUS$5.000. Tetapi karena pertimbangan anggaran dan efesiensimaka EDTL tidak memperpanjang masa kontrak para teknisitersebut pada akhir Januari sampai bulan Februari 2002.Menurut Virgilio, telah terjadi penghamburan dana untukmembayar tenaga asing dan orang Timor yang berpaspor luarnegeri tetapi hasil kerjanya tidak lebih baik dibandingkan oranglokal. Padahal, berkat pengalaman teknisi lokal pada zamanIndonesia sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannyadengan lebih baik.

Menurut laporan Anggaran Sumber Gabungan ETTA tahunanggaran 2001-2002, diperkirakan dana yang diperlukan untukmenyewa teknisi asing mencapai US$138.000. Dengandemikian sektor lain yang mendapatkan bantuan teknis secara

Peraturan UNTAET no. 6/tahun 2000:Biaya penyambungan di dalam peraturan juga terdapat biayapenyambungan sebagai berikut:

• US$10 untuk tempat domestik;• US$15 untuk tempat sosial;• US$20 untuk semua tempat komersial satu fase;• US$100 untuk tempat komersial tiga fase tanpa meteran current

transformer (CT) yang sekarang atau dengan meterantransformer yang dipasang oleh nasabah;

• perkiraan biaya total untuk tempat komersial tiga fase denganmeteran transformer yang sekarang, dipasang oleh pelayanantenaga listrik. Bila biaya total melebihi perkiraan, perbedaanakan dibayar sebelum mulainya persediaan.

Ongkos Listrik/Pajak ListrikOngkos untuk setiap kWh listrik yang disediakan oleh

Pelayanan Tenaga Listrik ditetapkan sebagai berikut:• Ongkos US$ per kWh = US$ 0,117 + (US$ 0,0986 x CFP/

BFP)CFP = Harga Bahan Bakar Sekarang (Current Fuel Price)dalam US Dollar per liter dikirim ke pembangkit tenaga listrikComoro dan Caicoli; dan BFP = Harga Bahan Bakar Dasar(Base Fuel Price) yang adalah US$0,26 per liter.

• Ongkos per kWh akan dibulatkan ke atas untuk mencapaiUS$0,001 terdekat per kWh.

• Ongkos per kWh akan ditetapkan untuk semua listrik yangdisediakan oleh Pelayanan Tenaga Listrik, tanpa perkecualian;tetapi:

Untuk tempat Domestik dan Sosial, 25 kWh pertama yangdigunakan per bulan akan dipunggut biaya nol atas dasarsementara dan terkecuali, asalkan US$ 1,00 dibayar padaPelayanan Tenaga Listrik setiap bulan.

Ongkos akan ditinjau kembali dan diubah ke atas atau kebawah, bila perlu, sekurang-kurangnya setiap enam bulan.Bila perubahan dalam ongkos membutuhkan peningkatandalam tingkat ongkos, nasabah akan diberitahukan sekurang-kurangnya satu bulan sebelum ongkos lebih tinggi mulaidiberlakukan.

signifikan adalah infrastruktur atau sebesar 14% sehinggasedikit di bawah sektor pemerintah umum dan pendidikan.Dalam laporan tersebut terdapat beberapa sumber dana untukmembiayai teknisi, seperti TFET US$750.000, bilateralUS$800.000, serta kontribusi taksiran US$935.000, maka totalmencapai US$2.485.000. (sumber: The East Timor CombinedSources Budget Central Fiscal Autority)

Kategori NasabahSesuai petunjuk UNTAET No. 6/tahun 2000, sejak tanggal

26 Juli 2000, nasabah dibagi dalam 3 katagori, yaitu domestik,komersial, dan sosial:• Domestik adalah tempat yang biasa digunakan untuk

rumahtangga, termasuk apartemen yang mempunyai meteranmasing-masing.

• Komersial adalah tempat yang digunakan untuk usaha, misiasing, hotel, rumah kost, perusahaan, gedung dan jasapemerintah, sekolah asrama dan institusi lain.

• Sosial adalah tempat yang digunakan oleh organisasikemanusiaan nir-laba dan organisasi agama.Namun, pihak EDTL seringkali salah dalam menentukan

kategori tersebut. Itu dialami oleh salah seorang pekerja sosial,Maria Dias yang memiliki Klinik PAS di Becora. PihakEDTL mengkategorikannya sebagai konsumenkomersial dan Maria Dias diharuskan membayar biayasebesar lebih dari US$1.500 terhitung bulan Septembertahun 2001. Tentu saja Maria Dias keberatan karenaKlinik PAS melakukan fungsi sosial. Ia kemudianmelakukan pengaduan ke EDTL tetapi ironisnya pihakEDTL mengatakan bahwa yang bisa mengubah semuakebijakan itu adalah menteri yang menangani kelistrikan.

Berkaitan dengan hal ini, menurut Virgilio Guterres ,pihak EDTL mengalami kerugian yang sangat besarkarena banyak konsumen yang tidak membayar listrik.Contohnya, pihak EDTL mengeluarkan in- voice padabulan Juni 2002 kepada para konsumen dengan kategorisebagai berikut;• Untuk konsumen domestik: in-voice yangdikeluarkan berjumlah 13.586 namun hanya sekitar 606konsumen yang membayar.• Untuk konsumen komersial: in-voice yangdikeluarkan berjumlah 713 namun hanya sekitar 92konsumen yang membayar.• Untuk konsumen sosial: in-voice yang dike-luarkan berjumlah 37 namun hanya sekitar 5 konsumenyang membayar.• Dan untuk pemerintah: in-voice yang dikeluarkanberjumlah 56 tetapi hanya 6 yang membayar.

Seandainya semua in-voice dibayar maka jumlah uangyang didapatkan pihak EDTL pada bulan Juni berjumlahsekitar US$781.503, tetapi karena banyak konsumenyang tidak membayar maka pihak EDTL hanyamendapatkan US$231.000.

Informasi untuk kondisi bulan April dan Juni 2002,khususnya kota Dili, EDTL hanya mempunyai tenagalistrik berkapasitas 11,1 Mega Watts dan ketika putaransepak bola Piala Dunia berlangsung pada bulan Junipihak EDTL mengambil kebijakan untuk menyewa salahsatu mesin generator berkekuatan 1 Mega Watts,sehingga kekuatannya menjadi 12,1 Mega Watts tetapimenurut Virgilio Guterres masih belum mencukupikarena beban puncak mencapai 12,8 Mega Watts pada

Buletin La’o Hamutuk Agustus 2002 Halaman 11

saat penayangan sepak bola, sehingga terkadang ada beberapawilayah listrik mati dikarenakan kapasitas yang ada tidakmencukupi. Virgilio Guterres mengatakan bahwa bukan pihakEDTL yang sengaja mematikan listrik pada jam tayang sepakbola tetapi karena beban puncaknya melebihi kapasitas yangada.

Setelah berakhirnya Piala Dunia pihak EDTL tidak lagimenyewa mesin tersebut, sehingga kekuatannya 11,1 MegaWatts, tetapi pada akhir Juli lalu (27/7) dua buah mesin dieseldi Comoro mengalami kerusakan sehingga kapasitas turunmenjadi 7 Mega Watts. Menurut Kepala EDTL kerusakanterjadi karena umur mesin-mesin tersebut telah mencapai 20tahun lebih yang harus beroperasi selama 24 jam. Pada malamhari ketika sebagian wilayah di kota Dili mati secara bergiliran

Siapa itu La’o Hamutuk? Staf La’o Hamutuk : Inês Martins, Thomas (Ató) Freitas, Mericio (Akara) Juvenal, Adriano do Nascimento,

Yasinta Lujina, Charles Scheiner, Pamela Sexton, Jesuina (Delly) Soares Cabral, Andrew de Sousa

Penerjemah: José M.C. Belo, Djoni Ferdiwijaya, Helen Donovan, Tomé Xavier Geronimo, Titi Irawati

Dewan Penasehat: Sr. Maria Dias, Joseph Nevins, Nuno Rodrigues, João Sarmento, Aderito de Jesus Soares

La’o Hamutuk berterima kasih kepada pemerintah Finlandia yang mendukung publikasi ini.

itu dikarenakan beban puncak tidak mencukupi. Beban puncakuntuk saat ini sekitar 11,5 Mega Watts karena berkurangnyastaf internasional.

Menurut La’o Hamutuk, dana-dana yang diberikan olehpemerintah Jepang dan Portugal tetapi pengelolaannyadilakukan oleh UNDP dan UNOPS, begitu juga yang dilakukanBank Pembangunan Asia ini menunjukkan bahwa pemerintahJepang dan Portugal belum mempercayai pemerintah TimorLorosa’e untuk mengelola bantuan bilateral tersebut.Seharusnya dengan dana sebesar itu bisa digunakan untukmengatasi permasalahan yang dihadapi EDTL. PemerintahJepang selain memberikan bantuan dana juga mendatangkantenaga ahli tetapi tidak memberdayakan para teknisi lokal TimorLorosa’e. �

Dengarkan Radio La’o Hamutuk!Dengarkan berita dan komentar selama satu jam dari staf La’o Hamutuk dan ahli-ahli lain di program Igualidade setiap hari Sabtu pada jam 1:00 siang di RadioTimor Leste (dulu Radio UNTAET).

Katanya Donorsmemberi banyakuang...kok listrikmasih tetap mati!

Halaman 12 Agustus 2002 Buletin La’o Hamutuk

Konferensi Lepas Pantai Australia Asia Tenggara(SEAAOC, the South East Asia Australia Offshore Conference)membahas pertambangan minyak dan gas di lepas pantai diwilayah Australia dan Asia Tenggara. Konferensi inidiselenggarakan untuk perusahaan perminya-kan danperusahaan industri lainnya untuk mempromosikan pengem-bangan teknologi lepas pantai. Kepentingan minyak dan gasAustralia mendominasi konferensi ini dan salah satu wilayahperhatian adalah ladang-ladang gas dan minyak di Laut Timor.

Konferensi yang diadakan pada tanggal 17-19 Juni 2002di Darwin, Australia itu merupakan konferensi lepas pantaiyang ke-8 yang diorganisir oleh Institut Penelitian In-ternasional, sebuah bisnis Australia yang menyelenggarakankonferensi mengenai berbagai topik. Konferensi ini diikutioleh lebih dari 300 orang termasuk wakil-wakil pemerintahAustralia dan Timor Lorosa’e serta perusahaan perminyakan.Adriano do Nascimento dari La’o Hamutuk mewakili PusatInformasi Independen Laut Timor, sebuah kelompokmasyarakat sipil yang sebelumnya disebut Kelompok KerjaCelah Timor dan aktivis Australia yang memiliki kepedulianterhadap persoalan Celah Timor juga menghadiri konferensiini. Pusat Informasi Independen Laut Timor berpartisipasiuntuk menambah pengetahuannya tentang pengembanganminyak di Laut Timor dan untuk meningkatkan komunikasidengan perusahaan, pejabat pemerintah, dan lainnya yangbekerja di bidang ini.

Celah Timor adalah salah satu topik utama dalam presentasidari wakil-wakil pemerintah Australia, Timor Lorosa’e danperusahaan-perusahaan minyak. Masing-masing kelompok inimemberikan presentasi tentang Celah Timor berdasarkanperanan dan kepentingan masing-masing.

Pemerintah AustraliaPada pidato pembukaan konferensi, wakil pemerintah

Northern Territory, Ketua Menteri Clare Martin yangmengangkat dua masalah utama: Perjanjian Laut Timor yangditandatangani pada tanggal 20 Mei 2002 dan pipa gas.

Menurut Martin, pemerintah Northern Territory danmasyarakatnya mempunyai perpektif bahwa gas alam di CelahTimor merupakan kunci pengembangan minyak dan ekonomibagi Australia dan akan membuat Darwin menjadi pasar gasterbesar keempat di Australia.

Ketua Menteri mengatakan kepada peserta konferensibahwa harapan Australia terletak pada penandatanganPerjanjian Laut Timor untuk mengeksplorasi minyak dan gasbersama antara Australia dan Timor Lorosa’e. Menurutperspektifnya, Perjanjian Laut Timor adalah langkah awalyang baik dalam mengembangkan industri perminyakanAustralia.

Terdorong oleh kepentingan ini, pemimpin NorthernTerritory meminta parlemen kedua negara untuk secepatnyameratifikasi Perjanjian Laut Timor. Dia mengatakan bahwameratifikasi Perjanjian Laut Timor itu akan memberikanjaminan legal dan komersial bagi investasi perusahaan diCelah Timor.

Karena alasan itu, menurut Martin, ratifikasi Perjanjian LautTimor akan memperkuat hubungan persahabatan antara keduabangsa dan rakyat. Martin mengabaikan fakta bahwa

Perjanjian Laut Timor ini juga memberi Australia kontrol ataswilayah yang luas yang menurut hukum internasionalseharusnya menjadi milik Timor Lorosa’e.

Pemerintah Australia merasa bahwa 90% pendapatanproduksi dari wilayah bersama (JPDA) yang tercantum dalamPerjanjian Laut Timor merupakan kompensasi yang adil bagiTimor Lorosa’e. Untuk alasan itu, menurut Martin, ratifikasiPerjanjian Laut Timor akan memperkuat hubungan per-sahabatan antara kedua bangsa. Martin mengabaikankenyataan bahwa Perjanjian Laut Timor itu juga memberikanAustralia mengontrol wilayah yang lebih besar, yangseharusnya Timor Lorosa’e yang mengontrol berdasarkanhukum Internasional. Menyangkut rencana penyambunganpipa, Martin mengatakan bahwa pemerintah Australia −khususnya pemerintah Northern Territory − sungguh berharapagar pipa gas akan dibangun dari Celah Timor ke Darwinsehingga memberikan kesempatan kerja kepada masyarakatAustralia, meningkatkan investasi, bisnis dan renovasiteknologi di Australia.

Pemerintah Australia, khususnya Northern Territory, yakinbahwa jika gas dari ladang Bayu-Undan dan ladang-ladangSunrise dibawa ke Darwin untuk diproses, ini akan:• Mendiversifikasi ekonomi nasional;• Menciptakan lapangan kerja sekitar 10.600; dan• Menambah pendapatan nasional US$ 8 miliar sepanjang

proyek berlangsung.Selain beberapa poin di atas, gas dari Bayu-Undan dan

Sunrise juga diharapkan akan membawa :Kesempatan bagi program bisnis dan program pelatihan

baru ;• Mengurangi ketergantungan pemerintah Northern Territory

kepada pemerintah pusat, menjamin kemampuan pe-merintah Northern Territory untuk mendukung programpembangunan sosialnya sendiri ;

• Pendapatan tahunan sebesar US$60 juta di mana US$55juta diperuntukkan bagi pemerintah nasional.

Pemerintah Timor Lorosa’ePerdana Menteri Mari Alkatiri mengatakan kepada peserta

konferensi tentang posisi pemerintah Timor Lorosa’e pada tigamasalah: Perjanjian Laut Timor, batas perairan laut, dan statusladang minyak dan gas.

Alkatiri mengatakan bahwa Perjanjian Laut Timor yang diatan-datangani dengan John Howard itu sangat penting danbermanfaat bagi hubungan kedua bangsa. Dalam pan-dangannya, Perjanjian Laut Timor mempererat komitmen bagisaling pengertian antara kedua bangsa. Ia menjanjikan kepadapeserta konferensi bahwa Perjanjian Laut Timor akandiratifikasi secepatnya di Timor Lorosa’e.

Perdana Menteri mengatakan bahwa batas perairan harusdiselesaikan berdasarkan prinsip-prinsip hukum internasional,mengakui kedaulatan nasional Timor Lorosa’e, dan ia sendiriakan mengangkat masalah batas perairan ini dengan Australia.

Menurut Alkatiri, pemerintah Timor Lorosa’e juga akanmelanjutkan pembicaraan menyangkut status ladang minyakdan gas tertentu seperti Lamenaria, Carroline dan Sunrise.Timor Lorosa’e mempunyai hak sepenuhnya atas Lamenariadan Sunrise jika batas perairan diselesaikan menurut hukum

Laporan Tentang Konferensi Minyak di Darwin, Australia

Buletin La’o Hamutuk Agustus 2002 Halaman 13

internasional seperti yang termuat dalam Konvensi HukumLaut PBB (UNCLOS).

Alkatiri juga menyatakan secara langsung kepadaperusahaan-perusahaan perminyakan bahwa daerah Per-tambangan Minyak Bersama adalah “bisnis terbuka”. Denganini, dia mendorong perusahaan-perusahaan perminyakan untukmelanjutkan perkerjaan mereka di ladang minyak dan gas diCelah Timor.

Perusahaan PerminyakanDalam konferensi itu ada empat perusahaan perminyakan

yang memberikan perspektif mereka mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan Celah Timor. Merekamengangkat berbagai masalah termasuk Perjanjian Laut Timor,perpajakan dan pipa gas.

Mereka menyatakan bahwa ratifikasi Perjanjian Laut Timormerupakan masalah yang penting yang harus diselesaikan olehAustralia maupun Timor Lorosa’e. Ratifikasi Perjanjian LautTimor merupakan butir agenda yang menentukan bagiperusahaan-perusahaan itu karena hanya dengan ratifikasimereka akan memperoleh kerangka legal dan jaminankomersial untuk melanjutkan aktivitas pertambangan danmenginvestasi di Celah Timor.

Di samping persoalan mengenai ratifikasi, perusahaan-perusahaan perminyakan mengangkat ketidakpastian pajakyang akan dikenakan. Pemerintah Timor Lorosa’e meren-canakan untuk mengenakan pajak yang lebih tinggi daripadapemerintah Australia. Perusahaan-perusahaan perminyakanmenyerukan kepada pemerintah Australia dan Timor Lorosa’euntuk menyatukan kebijakan perpajakan mereka di CelahTimor.

Phillip Petroleum membela usaha penyambungan pipa gaske Australia karena pendekatan yang paling tepat teknologi.Walaupun Timor Lorosa’e lebih dekat dengan ladang gas,Phillip mengatakan penyambungan pipa ke Australia adalahlebih mudah karena dasar laut tidak terlalu dalam.

KesimpulanLaut Timor adalah ajang pertarungan yang menggunakan

kekuatan strategi politik dan ekonomi untuk mempromosikankepentingan masing-masing.

Bagi pemerintah Australia, Laut Timor merupakankesempatan yang harus diraih dengan menggunakan kekuatanpolitik, ekonomi dan teknologi yang mereka miliki. Negaraini sangat mengharapkan kerangka legal untuk memfasilitasikesempatan kerja, investasi, pendapatan nasional, bisnis danrenovasi teknologi. Dengan alasan ini, Australia sedangmenekan tetangganya yang kecil untuk meratifikasi PerjanjianLaut Timor secepatnya. Australia juga sedang menggunakankekuatan politiknya dengan menarik diri dari PengadilanInternasional dan proses arbitrasi Konvensi Hukum Laut PBBuntuk penyelesaian batas perairan laut.

Secara ekonomi, Australia sedang menggunakan kekuatanekonominya untuk menawarkan pajak yang rendah kepadaperusahaan-perusahaan yang mengeksplorasi minyak di CelahTimor. Kebijakan ini akan mempersulit Timor Lorosa’e untukmenyelesaikan kebijakan perpajakannya. Perusahaan-perusahaan minyak akan lebih mendekat ke Australia, yangmemberi mereka keuntungan yang lebih besar daripada TimorLorosa’e. Demikian pula, penalaran teknologi dari Australiadan Phillip Petroleum untuk membangun saluran pipa keAustralia tidak akan membantu Timor Lorosa’e.

Bagi Timor Lorosa’e, substansi persoalan Celah Timoradalah pengakuan kemerdekaan dan kedaulatan nasionalnyaoleh masyarakat internasional, terlebih oleh dua negaratetangga kita, Australia dan Indonesia. Kemerdekaan berartibahwa Timor Lorosa’e memiliki kekayaannya sendiri, danpunya hak untuk mengeksplorasi dan mempertahankankekayaan itu sesuai dengan prinsip-prinsip hukum nasionaldan internasional. Kedaulatan nasional mengandungpengertian bahwa Timor Lorosa’e memiliki hak atas wilayahdarat, laut dan udara sesuai dengan hukum nasional daninternasional.

Sebagai negara yang kecil dan miskin, Timor Lorosa’e harusmengandalkan pada kekuatan moral, termasuk solidaritasinternasonal, untuk mengimbangi kelebihan tetangganya yangbesar kekuatannya, Australia. Timor Lorosa’e harusmenyerukan kepada masyarakat internasional untuk meng-hargai Timor Lorosa’e sebagai negara yang merdeka danberdaulat yang sesuai hukum internasional memiliki hak ataswilayahnya sendiri. �

Cepat ratifikasi,yang lainnyasaya atur!

Halaman 14 Agustus 2002 Buletin La’o Hamutuk

Berita Singkat. . .Pada tanggal 11 Juli, Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PerserikatanBangsa-Bangsa (UNHCR) melaporkan bahwa sekitar 1,910 anak-anak Timor Lorosa’e masih tetap terpisah dari orang tua mereka.Dari jumlah itu, 821 berada di Timor Barat dan orangtua mereka beradadi beberapa kota di Indonesia maupun di Timor Lorosa’e. Lima ratusempat anak lainnya berada di Timor Lorosa’e tetapi orangtua merekaberada di Indonesia. Terdapat juga 148 anak-anak berada di rumah-rumah pribadi dan 437 anak yang lain tinggal di berbagai yayasan danpanti asuhan. Menurut laporan, yayasan dan panti asuhan di Indonesiaini menampung anak-anak ini bertentangan dengan kemauan orangtuamereka, mengklaim bahwa mereka tidak percaya kepada dokumenUNHCR, surat yang ditandatangani orangtua dan dokumentasi videotentang orangtua. Octavio Soares, pendukung Indonesia yang fanatikadalah pemimpin kelompok Yayasan Hati yang menampung sekitar150 anak-anak di Jawa. Soares mengatakan bahwa ia hanya akanmenyerahkan anak-anak ini kepada orangtua mereka, bukan kepadaUNHCR.

Pada hari yang sama, Xanana Gusmão mengatakan bahwa dia tidakmendukung kemerdekaan Aceh atau Papua Barat (Irian Jaya).“Dalam konteks politik, kami menghormati kedaulatan dan integritasIndonesia,” kata presiden Timor Lorosa’e. “Tidak ada pemerintah dinegara ini yang gegabah atau cukup bodoh untuk memberikan simpatiatau dukungan kepada permintaan Papua atau Aceh untukkemerdekaan,” tambah Menteri Luar Negeri José Ramos Horta,“mereka harus menerima pemberian otonomi dari Jakarta - tawaranini tulus.”

Komentar LH: Para pemimpin politik Timor Lorosae harusmengikuti Konstitusi Timor Lorosa’e yang mengatakan, “RepublikDemokratik Timor Lorosa’e akan mendukung perjuangan semuabangsa demi pembebasan nasional.” Gerakan pembebasan didukungoleh aktivis dari seluruh dunia, termasuk mereka yang mempunyaiperjuangan yang sama dengan Timor Lorosa’e. Rakyat dan parapemimpin Timor Lorosa’e juga harus mendukung hak menentukannasib sendiri bangsa lain, termasuk Aceh dan Papua Barat. Bolehsaja para pemimpin politik tidak membantu perjuangan bangsa lain,tetapi tidak seharusnya menentang perjuangan seperti itu.

Pada tanggal 17 Juli, Komisi Penerimaan, Kebenaran, danRekonsiliasi (KPKR) menyelenggarakan seminar dengan tema“Amnesti atau Rekonsiliasi”, di Dili. Seminar dibuka oleh UskupDiosis Dili Carlos Filipe Belo mengulang pernyataan dalam himbauanpastoral bahwa “pengampunan dari pihak korban harus merupakanpra-syarat bagi pemberian amnesti”. Uskup Belo mengatakan bahwapemberian amnesti harus menghargai tuntutan korban, dan “Amnestimungkin diberikan kepada pelaku kejahatan jika sebelumnyamengungkapkan kebenaran, mengakui kesalahan mereka; menyatakanpenyesalan, dan bertobat serta berjanji tidak akan melakukan hal yangsama”. Aniceto Neves dari Yayasan HAK menambahkan, “pemberianamnesti kepada para pelaku kejahatan melawan umat manusia di TimorLorosa’e akan meniadakan kebenaran dan keadilan serta memeliharakekebalan hukum di masyarakat.” Agio Pereira dari Kantor PresidenRDTL yang menyampaikan makalah dengan judul Pandangan PresidenGusmão tentang Amnesti mengatakan, “Amnesti harus didiskusikandalam konteks politik, yang berarti amnesti diberikan kepada merekayang terlibat dalam kasus politik.”

Sementara itu pada tanggal 18-19 Juli pada pertemuan puncakkelompok negara-negara African Caribbean Pacific (ACP),Xanana Gusmão menyerukan kepada negara-negara yangmemiliki pendapatan rendah untuk mengurangi pengeluaran

uang untuk persenjataan. Dia juga menyerukan kepada negara-negara penghasil senjata untuk “melipatgandakan upaya mereka untukmengurangi ekspor senjata ke negara-negara berkembang terutamake wilayah-wilayah konflik.” Presiden melaporkan bahwa pemerintahTimor Lorosa’e telah menghabiskan sekitar 30% anggaran nasionaluntuk sektor pendidikan dan kesehatan, jumlah yang barangkalimeningkat pada tahun-tahun mendatang, sedangkan untuk anggaranmiliter akan menggunakan kurang dari 1%.

Pada tanggal 19 Juli, Appropriations Committee Senat AmerikaSerikat (komite yang berwenang menetapkan jumlah bantuandan pihak yang diberi bantuan) mengesahkan kelanjutanpemberian pelatihan oleh Amerika Serikat untuk tentaraIndonesia di bawah Program Pendidikan dan Pelatihan MiliterInternasional (IMET). IMET membawa perwira lebih dari 90 negarake Amerika Serikat untuk pelatihan taktik, penggunaan senjata danmateri-materi lainnya. Sejak pembantaian Santa Cruz tahun 1991,Kongres Amerika telah melarang Indonesia mengikuti program ini.Pemerintah Clinton dan Bush serta militer Amerika Serikat tidakberhasil melobi pencabutan larangan ini, yang berkali-kali didukungkembali oleh Kongres dan sekarang telah menjadi undang-undangAS untuk hampir satu dasawarsa.

Setelah penghancuran Timor Lorosa’e pada tahun 1999 oleh TNI,Kongres meningkatkan pelarangan, menetapkan kondisi yangberhubungan dengan keadilan, pemulangan pengungsi, per-tanggungjawaban dan kontrol sipil terhadap militer yang harus dipenuhisebelum Amerika memulai pelatihan dan penjualan senjata untuk TNI.Walaupun persyaratan ini belum dipenuhi, “perang terhadap teror”secara global yang dipimpin oleh Amerika Serikat telah meningkatkanpengaruh militer Amerika di dalam pemerintah Amerika Serikat, dandipimpin oleh Komite Senat untuk mengefektifkan pencabutanpersyaratan yang diberlakukan IMET. Komite sepakat untukmelanjutkan pelarangan penjualan senjata ke Indonesia.

IMET untuk Indonesia tidak bisa dipulihkan jika seluruh anggotaKongres tidak menyetujui legislasi yang seperti itu. Para aktivis hakasasi manusia dan pendukung Timor Lorosa’e sedang bekerja kerasmenentang pemulihan bantuan militer, yang oleh militer Indonesiadipandang sebagai dukungan militer AS bagi kekebalan hukum(impunity) dan berlanjutnya pelanggaran hak asasi manusia. MenurutJohn Miller dari East Timor Action Network/US (ETAN/US, JaringanAksi bagi Timor Lorosa’e), “Komite itu telah mengabaikan keadilanbagi Timor Lorosa’e, hak asasi manusia dan nyawa ribuan orangIndonesia, dan kebijakan yang dapat mendorong reformasi dandemokratisasi sejati di Indonesia. Atas nama perang melawanterorisme, mereka tampaknya mengesahkan terorisasi yangberkelanjutan terhadap rakyat Indonesia yang dilakukan oleh TNI.”

Pada tanggal 20 Juli selama kunjungan ke Indonesia, PelaporKhusus Perserikatan Bangsa-Bangsa, Param Cumaraswamymenggolongkan sistem hukum negara tersebut sebagai sistemyang paling buruk di dunia. Dia juga mengatakan bahwa pemerintahMegawati Sukarnoputri kurang memiliki kemauan politik untukmenghilangkan Indonesia dari korupsi. Lagi pula, utusan PBB inimenyatakan kepedulian mengenai peradilan Timor Lorosa’e yangsedang berlangsung, khususnya menyangkut kenyataan bahwa banyakperwira TNI yang belum diadili.

Pada tanggal 23 Juli, Timor Lorosa’e menjadi anggota KelompokBank Dunia dan IMF yang ke-184 ketika Perdana Menteri MariAlkatiri menandatangani Pasal Kesepakatan di Washington, DC. Padahari yang sama, Timor Lorosa’e menjadi anggota Bank PembangunanAsia yang ke-61. Lagi pula untuk bergabung dengan institusi ini, Timor

Buletin La’o Hamutuk Agustus 2002 Halaman 15

Tinjauan Ringkas tentang Rencana Pembangunan Nasional (bersambung dari halaman 16)

Yang juga problematis adalah pembahasan dokumen mengenaikemiskinan di Timor Lorosa’e. Di antara faktor-faktor lain,dokumen tersebut juga menekankan kekerasan yang terjadi padatahun 1999. Tetapi tidak menyebutkan tentang 23 tahun silammengenai pendudukan Indonesia dan penjajahan Portugis selamaberabad-abad. Dalam catatan yang berkaitan ketika membahas“keadilan, hak asasi dan kesetaraan gender” pada bagian mengenaihubungan luar negeri, RPN secara tepat melihat promosirekonsiliasi sebagai sasaran penting. Anehnya, dokumen tersebuttidak menyebutkan perlunya peradilan hukum untuk kejahatan-kejahatan terhadap umat manusia dan kejahatan-kejahatan perangyang dilakukan terhadap orang-orang Timor Lorosa’e tahun 1975-1999. Namun demikian RPN mempunyai sebuah “prinsippedoman” dari Departemen Luar Negeri Timor Lorosa’e“terciptanya suatu tata tertib ekonomi internasional yang mampumenjamin perdamaian dan keadilan di antara berbagai bangsa/negara”, dokumen tersebut tidak membahas mengenai penyebabketidakadilan dari sistem perdagangan global dan bagaimana halitu digunakan untuk menciptakan dan mengabadikan kemiskinanuntuk banyak orang.

Berdasarkan dokumen tersebut, tampaknya pemerintahTimor Lorosa’e pasrah terhadap status quo perekonomian global.RPN membahas mengenai kebutuhan akan “tenaga kerja yangdisiplin” - istilah singkat untuk menyebut tenaga kerja yang upahnyarendah - walaupun menegaskan pentingnya hak buruh. Jugamenganjurkan agar Timor Lorosa’e mengejar “daya sainginternasional”. Pada saat yang bersamaan, RPN berbicara tentangperlunya “keberkelanjutan” ekonomi selain penghapusankemiskinan. Karena ciri perekonomian dan tenaga kerja TimorLorosa’e saat ini, dan negeri-negeri dengan siapa harus bersainguntuk menarik modal asing, kata-kata ini berarti upah yang rendahdan pengaturan modal yang sangat lemah.

Kontradiksi-kontradiksi tersebut ada di dalam bagian mengenaiproduksi kopi. RPN memandang industri kopi “tidak layak” karenasangat rendahnya harga yang diterima para petani kopi dalamperekonomian global sekarang ini. Namun demikian, RPNmenyarankan dan membayangkan pertumbuhan dramatis sektor

kopi Timor Lorosa’e pada tahun-tahun mendatang (dari US$ 5,2juta untuk ekspor tahun 2002 hingga US$ 2,4 juta tahun 2007).Peningkatan ini dianggap terjadi melalui perbaikan mutu kopiTimor Lorosa’e dan perluasan produksi keseluruhan, sertapemasarannya kopi jenis yang diunggulkan. Tetapi strategi ini samadengan yang dijalankan oleh produsen kopi di negara-negara lain.Dalam hal ini, setiap peningkatan produksi dan mutu kopi TimorLorosa’e tidak selalu menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi.Sebagaimana dibahas dalam Buletin La’o Hamutuk Vol. 3, No.2-3, ada sejumlah keterbatasan yang bisa dicapai oleh strategi yangsepenuhnya berbasis nasional dalam meningkatkan kesejahteraanprodusen kopi. Persoalan-persoalan yang bersangkut paut denganproduksi kopi itu bersifat global, tidak semata nasional. Kalaupembangunan industri kopi tidak memasukkan analisis globaldengan strategi yang sesuai, kopi akan tetap “tidak layak” bagipara petani kopi Timor Lorosa’e.

Rencana tersebut secara tepat berpendapat bahwa TimorLorosa’e memerlukan landasan ekonomi yang beranekaragam.Pertanyaannya adalah, bagaimana Timor Lorosa’e mencapai tujuantersebut? Apa saja peranan yang bisa dijalankan oleh bentuk-bentukorganisasi ekonomi alternatif - seperti koperasi dan inisiatif-inisiatifberbasis komunitas - dalam menggerakkan pembangunan?Pelajaran-pelajaran apa yang bisa diambil Timor Lorosa’e darinegara-negara lain dan gerakan-gerakan rakyat yang bekerja untukkeadilan ekonomi dan sosial? Bagaimana masyarakat TimorLorosa’e bisa menjalankan proses perencanaan pembangunan yangbenar-benar partisipatoris?

Inilah sebagian dari persoalan yang harus dipertimbangkandalam proses strategi pembangunan nasional. Dalam hal ini, pentingbagi masyarakat sipil Timor Lorosa’e untuk memperhatikan dengansungguh-sungguh janji bahwa “rencana ini bukanlah akhir dariproses perencanaan dan pembangunan; ini adalah awal darinya.”Akan tetapi seharusnya bukan sebuah awal yang membatasi, dankarenanya menghalangi, pembahasan di masa mendatang, tetapiyang memungkinkan dilakukannya analisis-analisis dan dibuatnyastrategi-strategi yang secara mendasar berbeda. �

Lorosa’e menandatangani dua kesepakatan hibah dengan Bank dunia,Program Pendungkung Transisi sebesar US$5 juta dan KesepakatanHibah Pelengkap dari Dana Perwalian untuk Timor Lorosa’e (TFET)untuk proyek Pengembangan Kapasitas Institusi Ekonomi. Satuminggu sebelumnya, Menteri Keuangan Madalena Boavista telahmengirimi Presiden Bank Dunia James Wolfensohn surat tentangkebijakan pembangunan dan matriks tindakan yang secara ringkasmenguraikan rencana pemerintah untuk menjalankan RencanaPembangunan Nasional pada tahun mendatang.

Menteri Luar Negeri Indonesia mengumumkan pada tanggal 26Juli bahwa akan dibuka kembali kasus Sander Thoenes, jurnalisBelanda yang dibunuh di Dili pada bulan September 1999. Jakartatelah menutup kasus ini pada bulan Juni, dan mengatakan bahwa tidakcukup bukti untuk menyusun dakwaan. Setelah menerima bukti yangbaru dari pihak berwenang Belanda dan pada saat munculnya kritikinternasional, Jakarta mengumumkan perubahan.

Pada bulan Juli, 19 U.S. Peace Corps Volunteers (SukarelawanKorps Perdamaian Amerika Serikat) tiba di Timor Lorosa’e.Setelah kursus bahasa Tetum selama satu bulan, mereka tinggal diDistrik Aileu, Manatuto, Liquiça dan Ermera, bekerja untuk promosipemerintahan lokal dan perencanaan pelayanan kesehatan masyarakat.Korps Perdamain adalah program pemerintah Amerika Serikat yang

telah berumur 40 tahun, dibiayai dan dibimbing oleh Departemen LuarNegeri Amerika Serikat dengan 7,000 sukarelawan di 70 negaraberkembang. Tujuan utama dari Korps Perdamain adalah untukmembangun citra Amerika Serikat yang baik di depan masyarakat,dengan tujuan kedua untuk membantu masyarakat di tempat merekabekerja dan memberikan pengalaman pendidikan yang berharga bagisukarelawan.

Para sukarelawan bukan profesional di bidangnya dan juga tidakpunya pengetahuan tentang Timor Lorosa’e. Mereka adalah para amatiryang memiliki kemauan baik, diharapkan bekerja lebih dekat denganmasyarakat lokal untuk menentukan dan menjalankan misi mereka.Sukarelawan Korps Perdamaian di sini menerima biaya hidup sekitarUS$195 per bulan (ditambah biaya kesehatan dan akan menerimaUS$6,000 setelah menyelesaikan tugas mereka), jauh lebih kecildibandingkan yang diperoleh Sukarelawan PBB (UNV, UNVolunteers) atau Sukarelawan Internasional Australia (AVI, AustralianVolunteers International). Korps Perdamaian menganggap kehadiranmereka dalam masyarakat itu bersifat permanen, sekalipun sebagaisukarelawan secara bergantian datang dan pergi. Mereka yang sekarangberada di Timor Lorosa’e telah berpengalaman selama dua tahun dinegara-negara lain di mana Korps Perdamaian bertugas. Tahun depan,lebih dari 40 Sukarelawan Korps Perdamaian akan menggantikan 19Sukarelawan yang pertama untuk masa dua tahun kerja, dan akan lebihbanyak lagi yang akan datang pada tahun-tahun mendatang.�

Halaman 16 Agustus 2002 Buletin La’o Hamutuk

(Bersambung ke halaman 11)

Konferensi para donor internasional di Dili pada bulan Meilalu, UNTAET dan pemimpin politik Timor Lorosa’emengeluarkan Rencana Pembangunan Nasional (RPN,National Development Plan) yang pertama. Hal ini ditandaisebagai “sebuah kejadian penting dalam sejarah danpembangunan dari negara terbaru dunia,” dengan 319halaman. RPN dalam edisi bahasa Inggris membeberkantujuan-tujuan pembangunan luas, strategi-strategi, danpendekatan-pendekatan untuk jangka waktu lima tahun.

Menurut dokumen itu, RPN adalah “hasil karya rakyatTimor Lorosa’e” karena persiapannya yang melibatkankonsultasi dengan ribuan orang di 13 distrik. Dari konsultasi-konsultasi tersebut muncul dua tujuan utama pembangunan: 1) pengurangan kemiskinan di seluruh lapisan masyarakatdan di seluruh wilayah; 2) pertumbuhan ekonomi yangberkelanjutan dan merata, yang menghasilkan peningkatanstandar kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan umum.

Tujuan-tujuan tersebut dapat dipuji karena di dalamperencanaannya menekankan pada kesetaraan gendersehingga perlunya perhatian pemerintah untuk memfokuskansumber-sumbernya yang terbatas tersebut untuk kepentingansosial. Tetapi setelah membaca dokumen tersebut menjadijelas bahwa “rakyat Timor Lorosa’e” sesungguhnya hanyamemainkan peran kecil dalam persiapan RPN. Pendudukwilayah ini pada umumnya hanya dibantu untuk menetapkantujuan-tujuan umum, tetapi mereka tidak dibantu untukmenyusun hal-hal yang sangat penting untuk mencapaitujuan-tujuan tersebut.

Kelompok-kelompok kecil dari pelayanan umum TimorLorosa’e, bersama dengan para konsultan dari Bank Dunia,Dana Moneter Internasional (IMF, International MoneteryFund), Amerika Serikat dan badan-badan internasionallainnya ikut terlibat dalam “perencanaan” dan menuang-kannya dalam dokumen tersebut. Sementara NGO hanyasedikit yang dimintai pendapatnya dalam penulisanrancangan RPN tersebut. Sejumlah NGO hanya menerimabeberapa bab (seluruhnya ditulis dalam bahasa Inggris)sebelum pertemuan umum akhir untuk mendiskusikan RPN,dan mereka hanya menerima dokumen-dokumen tersebutsatu minggu sebelumnya. Pada umumnya masyarakat sipiltidak menunjukkan banyak perhatian terhadap RPN dandengan jadwal yang ketat itu hanya ada sedikit waktu untukmembaca dokumen yang rumit yang ditulis dengan bahasayang hanya dimengerti oleh sedikit orang Timor Lorosa’e.

Karena alasan-alasan tertentu tidaklah mengherankankalau membaca dokumen tersebut seolah-olah diterbitkanuntuk dan/atau oleh Bank Dunia dan IMF di negara-negaralain. Dengan demikian maka pemberantasan kemiskinan danpembangunan menurut RPN akan dilaksanakan secara besar-besaran melalui sektor swasta melalui “sistem pasar bebas”.RPN menjanjikan bahwa perkembangan tersebut “akanmenjadi kunci utama pemberantasan kemiskinan untukjangka menengah dan jangka panjang”. Pemerintah hanyabisa memainkan peranan sebagai “fasilitator” secara luasmelalui regulasi, pelaksanaan dan pembuatan strategi.Kenyataannya, RPN menyatakan bahwa pemerintah “akanmenghindari keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan komersialkecuali jika ada bukti nyata bahwa sektor swasta tidak mampu

memberikan bahan-bahan pokok dan pelayanan-pelayanan”.Dari seluruh permasalahan yang berhubungan dengan apa

yang disebut dengan sistem pasar bebas di negara-negarayang berpendapatan rendah - beranjak dari meningkatnyakesenjangan antara kaya dan miskin memperlemah aksesterhadap pelayanan-pelayanan dasar pada tingkat-tingkatpenting dari kontrol eksternal terhadap ekonomi, seringkalimengakibatkan ketidakstabilan yang berarti - misalnyaketergantungan yang berlebihan terhadap sektor swastarupanya saran yang buruk. Namun demikian, RPNmembayangkan bahwa di masa depan sektor swasta“peranannya akan semakin penting” (yang kelihatannyahendak melibatkan perusahaan-perusahaan pencari untung)dalam pelayanan kesehatan, pendidikan dan infrastruktur.Jadi, dokumen tersebut sama sekali tidak mengatakan apa-apa mengenai pelayanan kesehatan gratis, namun demikiandokumen tersebut membahas tentang perlunya pemerintahmenyediakan sebuah jaringan keselamatan sosial.

Editorial: Tinjauan Ringkas tentang Rencana Pembangunan Nasional

Apa itu La’o Hamutuk?La’o Hamutuk adalah sebuah organisasi gabunganTimor Lorosa’e–Internasional yang memantau,menganalisa dan melapor tentang kegiatan-kegiatandari institusi-institusi internasional utama yang adadi Timor Lorosa’e dalam rangka pembangunankembali sarana fisik, ekonomi dan sosial. La’oHamutuk berkeyakinan bahwa masyarakat TimorLorosa’e harus menjadi pengambil keputusan utamadalam proses merekonstruksi atau pembangunan danproses ini harus demokratis dan transparan. La’oHamutuk adalah sebuah organisasi independen yangbekerja untuk memfasilitasi partisipasi masyarakatTimor Lorosa’e yang efektif dalam merekonstruksi danmembangun negara ini. Selain itu, La’o Hamutukbekerja untuk memperbaiki komunikasi antarakomunitas internasional dengan masyarakat TimorLorosa’e. Staf La’o Hamutuk baik staf lokal maupuninternasional mempunyai tanggung jawab yang samadan memperoleh gaji dan keuntungan yang sama.Akhirnya, La’o Hamutuk menjadi pusat informasidengan menyediakan berbagai bacaan tentang modelpembangunan, pengalaman dan hasil praktek danjuga memfasilitasi hubungan solidaritas antarakelompok-kelompok di Timor Lorosa’e dengankelompok-kelompok di luar negeri dengan tujuanuntuk menciptakan model pembangunan alternatif.

Dengan dorongan semangat transparansi yang kuat,La’o Hamutuk mengharapkan anda untuk meng-hubungi kami jika anda mempunyai naskah-naskahdan atau informasi yang harus dibawakan padaperhatian masyarakat Timor Lorosa’e dan jugamasyarakat internasional.