gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan...

16
Buletin La’o Hamutuk Vol. 8, No. 2 Juni 2007 La’o Hamutuk, Institut Pemantau dan Rekonstruksi Timor-Leste P.O. Box 340, Dili, Timor-Leste Mobile +(670)7234330 Telepon +(670)3325013 Email: [email protected] Situs/Web: www.laohamutuk.org Daftar isi . . . Regulasi Restrukturisasi Akvititas Perminyakan ....... 6 Rencana Strategis ANTI .................................................. 9 Janji Keadilan yang Belum Terpenuhi .......................... 9 50 Tahun, Timor-Leste Kehilangan Kedaulatan ....... 10 Kejahatan yang memperoleh Amnesty, Di bawah UU Amnesti ................................................ 12 UU Amnesti Mengkekalkan Kekebalan Hukum ..... 16 (bersambung ke halaman 2) free gratis free gratis free gratis S ebagai bagian dari pemulihan kepercayaan publik terhadap institusi-institusi publik di Timor-Leste setelah krisis 2006, sebuah proses penyaringan dijalankan untuk mengevaluasi setiap anggota Polisi Nasional Timor-Leste (PNTL). Berdasarkan proses ini, tim evaluasi akan memutuskan apakah setiap mantan anggota PNTL dapat bertugas kembali atau tidak. Proses ini didasarkan pada Resolusi No. 3, yang dikeluarkan oleh Dewan Menteri pada tanggal 22 Agustus 2006. Untuk Distrik Dili, prosesnya sudah selesai. Lebih dari 800 anggota PNTL telah bertugas kembali di bawah pengawasan UNPOL, sementara sekitar 150 anggota PNTL sedang ditunda prosesnya untuk menunggu investigasi lebih lanjut. Hingga Juni, 44 anggota PNTL yang melengkapi seluruh prosesnya dan mendapat sertifikat lengkap. Artikel ini akan membahas proses penyaringan terhadap PNTL di Dili. Tujuan Proses Penyaringan PNTL Kepemimpinan PNTL di Dili pecah selama krisis yang melanda Timor-Leste pada bulan April-Mei 2006. Beberapa anggota PNTL di Dili dilaporkan terlibat dalam krisis, berpihak, dan terlibat dalam kontak senjata. Ada kontak senjata antara anggota Falintil/Forca Defesa Timor-Leste (F-FDTL) dan PNTL, dan beberapa anggota PNTL terbunuh. Ini sangat berdampak buruk terhadap kredibilitas dan reputasi PNTL di Penyaringan PNTL untuk Kembali Bertugas mata masyarakat, yang mustahil bagi PNTL untuk melanjutkan kerjanya. Kehancuran institusi ini adalah puncak dari berbagai persoalan yang menimpa PNTL, baik yang bersifat individual maupun institusional. Seperti yang diuraikan oleh Komisi Investigasi Internasional pada 2006, institusi PNTL sering dipolitisir oleh para pemimpinnya. Perpecahan di dalam PNTL dikarenakan latar belakang politik, pendidikan, dan sejarah (antara mantan anggota POLRI dan mantan anggota resistensi). Selain itu, secara struktural, institusi ini di bawah Kementerian Dalam Negeri, sehingga Menteri Dalam Negeri Rogerio Tiago Lobato mudah mempolitisasi institusi PNTL dan melakukan intervensi dalam berbagai operasional. Tingkah laku beberapa anggota PNTL di lapangan dalam melakukan intervensi juga mengurangi kepercayaan publik terhadap institusi ini. Misalnya, keterlibatan beberapa anggota PNTL dalam pelecehan seksual, keterlibatan beberapa anggota PNTL dalam perdagangan gelap, dan masalah disipliner lain. Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan hancurnya markas besar PNTL selama krisis. La’o Hamutuk menemukan bahwa salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap berbagai persoalan di atas adalah proses pembentukan dan pematangan institusi ini sendiri. PNTL dibentuk oleh Pemerintah Transisi PBB (UN- TAET) pada bulan Maret 2000 sebagai bagian persiapan bagi Pemerintahan Timor-Leste. Komunitas internasional melalui berbagai kerjasama bilateral memainkan peran penting dalam pengembangan institusi dan juga pelatihan bagi PNTL. Oleh karenanya, kehancuran institusi ini menjadi sebuah pelajaran bagi semua pihak yang membantu pembentukan PNTL. PNTL dan UNPOL menjaga keamanan pada Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007

Transcript of gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan...

Page 1: gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007. Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk ...

Buletin La’o Hamutuk Vol. 8, No. 2 Juni 2007

La’o Hamutuk, Institut Pemantau dan Rekonstruksi Timor-LesteP.O. Box 340, Dili, Timor-Leste

Mobile +(670)7234330 Telepon +(670)3325013Email: [email protected] Situs/Web: www.laohamutuk.org

Daftar isi . . .Regulasi Restrukturisasi Akvititas Perminyakan....... 6Rencana Strategis ANTI .................................................. 9Janji Keadilan yang Belum Terpenuhi .......................... 950 Tahun, Timor-Leste Kehilangan Kedaulatan ....... 10Kejahatan yang memperoleh Amnesty,

Di bawah UU Amnesti ................................................ 12UU Amnesti Mengkekalkan Kekebalan Hukum ..... 16

(bersambung ke halaman 2)

free gratis free gratis free gratis

Sebagai bagian dari pemulihan kepercayaan publikterhadap institusi-institusi publik di Timor-Leste setelahkrisis 2006, sebuah proses penyaringan dijalankan untuk

mengevaluasi setiap anggota Polisi Nasional Timor-Leste(PNTL). Berdasarkan proses ini, tim evaluasi akanmemutuskan apakah setiap mantan anggota PNTL dapatbertugas kembali atau tidak. Proses ini didasarkan padaResolusi No. 3, yang dikeluarkan oleh Dewan Menteri padatanggal 22 Agustus 2006.

Untuk Distrik Dili, prosesnya sudah selesai. Lebih dari 800anggota PNTL telah bertugas kembali di bawah pengawasanUNPOL, sementara sekitar 150 anggota PNTL sedangditunda prosesnya untuk menunggu investigasi lebih lanjut.Hingga Juni, 44 anggota PNTL yang melengkapi seluruhprosesnya dan mendapat sertifikat lengkap. Artikel ini akanmembahas proses penyaringan terhadap PNTL di Dili.

Tujuan Proses Penyaringan PNTLKepemimpinan PNTL di Dili pecah selama krisis yang

melanda Timor-Leste pada bulan April-Mei 2006. Beberapaanggota PNTL di Dili dilaporkan terlibat dalam krisis, berpihak,dan terlibat dalam kontak senjata. Ada kontak senjata antaraanggota Falintil/Forca Defesa Timor-Leste (F-FDTL) danPNTL, dan beberapa anggota PNTL terbunuh. Ini sangatberdampak buruk terhadap kredibilitas dan reputasi PNTL di

Penyaringan PNTL untuk Kembali Bertugasmata masyarakat, yang mustahil bagi PNTL untuk melanjutkankerjanya.

Kehancuran institusi ini adalah puncak dari berbagaipersoalan yang menimpa PNTL, baik yang bersifat individualmaupun institusional. Seperti yang diuraikan oleh KomisiInvestigasi Internasional pada 2006, institusi PNTL seringdipolitisir oleh para pemimpinnya. Perpecahan di dalam PNTLdikarenakan latar belakang politik, pendidikan, dan sejarah(antara mantan anggota POLRI dan mantan anggotaresistensi). Selain itu, secara struktural, institusi ini di bawahKementerian Dalam Negeri, sehingga Menteri Dalam NegeriRogerio Tiago Lobato mudah mempolitisasi institusi PNTLdan melakukan intervensi dalam berbagai operasional.

Tingkah laku beberapa anggota PNTL di lapangan dalammelakukan intervensi juga mengurangi kepercayaan publikterhadap institusi ini. Misalnya, keterlibatan beberapa anggotaPNTL dalam pelecehan seksual, keterlibatan beberapaanggota PNTL dalam perdagangan gelap, dan masalahdisipliner lain. Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas denganhancurnya markas besar PNTL selama krisis.

La’o Hamutuk menemukan bahwa salah satu faktor yangmemberikan kontribusi terhadap berbagai persoalan di atasadalah proses pembentukan dan pematangan institusi inisendiri. PNTL dibentuk oleh Pemerintah Transisi PBB (UN-TAET) pada bulan Maret 2000 sebagai bagian persiapan bagiPemerintahan Timor-Leste. Komunitas internasional melaluiberbagai kerjasama bilateral memainkan peran penting dalampengembangan institusi dan juga pelatihan bagi PNTL. Olehkarenanya, kehancuran institusi ini menjadi sebuah pelajaranbagi semua pihak yang membantu pembentukan PNTL.

PNTL dan UNPOL menjaga keamanan padaHari Pemilihan Presiden, 9 April 2007

Page 2: gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007. Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk ...

Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk

Dengan hancurnya institusi ini, Pemerintah dan (UNOTILdan UNMIT) memulai proses penyaringan untuk menge-valuasi kembali semua anggota PNTL di seluruh Timor-Leste.Meskipun UNMIT (melalui UNPOL) memainkan peranpenting dalam proses penyaringan, tetapi konsep ini telahdicetuskan sebelum UNMIT memulai misinya. Ide inidimunculkan pada pertengahan 2006 oleh Polisi dari Austra-lia, Portugal, Selandia Baru dan Malaysia yang sedangmembantu Timor-Leste untuk merestorasi kembali hukumdengan berkonsultasi dengan Pemerintah Timor-Leste,Pasukan Stabilitas Internasional, Polisi UNOTIL (UNPOL)dan para penasehat internasional. Beberapa pertemuan teknisdan koordinasi telah diadakan. Dan pada bulan Agustus,Pemerintah Timor-Leste mengeluarkan Resolusi No.3/2006sebagai dasar hukum dan gambaran proses penyaringan.

Sebagai tambahan untuk membantu memulihkan keper-cayaan pulik bagi PNTL, proses penyaringan dirancang untukmenjadikan PNTL sebagai institusi yang transparan danbertanggung jawab, menghormati hukum yang ada,menghormati standar hukum pidana yang berlaku saat ini,standar pertanggungjawaban dan hak asasi manusia.

Pada tanggal 1 Desember 2006, UNMIT dan PemerintahTimor-Leste menandatangani Perjanjian Tambahan untukmenegaskan peran UNPOL dan Pemerintah, terutamaKementerian Dalam Negeri. Perjanjian ini juga memberikanlandasan hukum bagi proses-proses selanjutnya, yaitureformasi, restrukturisasi dan pembangunan kembali PNTL.

Bagaimana Proses Penyaringan ini Dilaksanakan?Komisi Penyaringan dibentuk untuk menentukan siapa yang

memenuhi syarat untuk kembali menjadi anggota PNTL dansiapa yang tidak. Proses penyaringan itu sendiri dilaksanakandengan koordinasi antara Pasukan Stabilitas Internasional,para penasihat di Kementerian Dalam Negeri, UNPOL, danPemerintah Timor-Leste.

Resolusi No. 3/2006 membentuk tiga tim dengan fungsidan tanggungjawab khusus. Tim Evaluasi beranggotakanperwakilan dari berbagai sektor dan memutuskan setiapanggota PNTL yang boleh diterima kembali. 10 anggota TimTeknik (lihat tabel di bawah ini) dipilih melalui Dekrit PerdanaMenteri No.11/2006, dikeluarkan pada tanggal 11 September2006. Tim Sekretariat terdiri dari tiga orang yang ditunjukoleh Menteri Dalam Negeri.

Menurut Pemerintah Timor-Leste, yang menjadi prioritasutama dalam proses penyaringan adalah anggota PNTL DistrikDili dan markas besar PNTL. Setelah itu, baru akan dilanjutkandengan distrik-distrik lain, sebagaimana hingga pertengahanJuni, 30% dari anggota PNTL di Distrik telah disaring.

Anggota PNTL di Dili diharapkan mendaftarkan diri hinggatanggal 7 April 2007. Yang tidak mendaftarkan diri pada bataswaktu tersebut, akan dianggap mengundurkan diri. Bagi yangmendaftarkan diri, Tim Teknis akan melakukan wawancarasetiap orang dan mengecek informasi dari berbagai sumberuntuk memastikan apakah yang bersangkutan telah terlibatdalam tindak kriminal atau tidak.

Nama Tim

Tim Evaluasi

Pengamat

Kantor Pengawasan

Tim Teknis

TimSekretariat

Anggota

1. Wakil Menteri Dalam Negeri: José Agostinho Sequeira2. Wakil UNPOL3. Perwakilan Kejaksaan Agung: Ivo Valente.4. Anggota utusan Dewan Tertinggi Pertahanan dan Keamanan:

Gustavo Mota5. Wakil Gereja: Elda Baptista Gomes H C

1. Wakil dari Penasihat Perdana Menteri untuk Urusan HAM2. Wakil dari Unit HAM PBB3. Wakil dari Lembaga Non-Pemerintah

1. Penasihat Presiden: Carmelita Moniz2. Empat Utusan dari Kejaksaan Agung: Manuel Sarmento,

Sergio Hornay, Olga Bareto Nunes dan Vicente Britos3. Utusan dari Kantor Inspektorat Jenderal: Francisco Pinto

Carvalho4. Tiga perwakilan Lembaga Non-Pemerintah: Aniceto Neves,

Rogerio Viegas Vicente dan Maria Agnes5. Dua orang akademis: Miguel Maia dos Santos dan Jose

Antonio da Costa6. 20 orang anggota UNPOL

1. Alípio José Vieira (Bombeiros)2. Cândido Gusmão (PNTL)3. Lidia Lopes de Carvalho (Kementerian Dalam Negeri)

Uraian Tugas

Memiliki kewenangan untuk menentukan apakah masing-masing anggota PNTL dapat kembali ke institusi PNTL atautidak, berdasarkan informasi yang diterima dari Tim Teknis.Tim ini memiliki hak suara.

Tim ini berpartisipasi dalam Tim Evaluasi, tetapi tidak memilikihak suara.

Kantor ini di bawah Kementerian Dalam Negeri yangbertanggungjawab untuk menginvestigasi para anggotaPNTL yang melanggar standar-standar kedisiplinan.

Tim ini bertugas untuk melakukan studi terhadap CV darisemua anggota PNTL yang mendaftarkan diri untuk mengikutiproses penyaringan, melakukan studi dan menganalisasemua informasi dari berbagai pihak, mengumpulkaninformasi dari para pemimpin masyarakat, mewawancaraianggota PNTL yang dievaluasi, menanyai para saksi,menyiapkan laporan tentang keterlibatan semua anggotaPNTL dalam tindak pidana dan melanggar standar kedisi-plinan. Semua informasi yang mereka peroleh diserahkankepada Tim Evaluasi

Tim ini bertugas untuk mengumumkan proses penyaringanterhadap anggota PNTL untuk publik, mengumpulkaninformasi dari Kejaksaan Agung, Kantor Provedor, PenasihatHAM untuk Perdana Menteri, Unit HAM PBB, Polisi Inter-nasional dan Pengadilan dan mendukung Tim Evaluasimelalui pengumpulan informasi. Tim Sekretariat jugamenyediakan informasi kepada media.

Page 3: gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007. Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk ...

Buletin La’o Hamutuk Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Halaman 3

Informasi yang dihimpun oleh Tim Teknis akan dianalisaoleh Tim Teknis dan diserahkan kepada Tim Evaluasi.Berdasarkan informasi yang diperoleh, Tim Teknismemberikan rekomendasi kepada Tim Evaluasi, yang akanmembuat keputusan bagi setiap anggota PNTL.

Proses evaluasi secara khusus memperhatikan tindakananggota PNTL sebelum krisis, tindakan anggota PNTLselama krisis dan data kedisiplinan mereka sebelum krisis.Jika ada tuduhan bahwa anggota PNTL terlibat dalam tindakkejahatan sebelum atau selama krisis, tim akan merekomendasi-kan investigasi pidana lebih mendalam dan proses hukum resmi.

Untuk anggota PNTL yang tidak memiliki masalahindisipliner dan tidak terlibat dalam kegiatan kriminal, Tim Tek-nis merekomendasikan mereka mengikuti lima hari pelatihanakademi sebelum kembali bertugas. Setelah itu, para anggotaPNTL memperoleh sertifikat sementara dari KementerianDalam Negeri dan kartu identitas dari UNPOL untuk tahapanselanjutnya, bimbingan di bawah pengawasan UNPOL.

Enam bulan selanjutnya, setiapanggota PNTL diarahkan dan dibimbingoleh UNPOL. Selama tahapan pendam-pingan dan pengawasan, KomisarisUNPOL akan mengidentifikasi paraanggota PNTL yang gagal untukmemenuhi standar yang telah diten-tukan, dan Kementerian Dalam Negeritidak akan mengeluarkan sertifikatpermanen bagi mereka. Jika, seoranganggota PNTL memenuhi standar,maka atas usulan Komisaris UNPOL,Kementerian Dalam Negeri dapatmengeluarkan sertifikat permanen yangberarti bahwa mereka telah lolos darisemua proses dan akan menjadi ang-gota tetap PNTL.

Menurut Tim Sekretariat, 1.242PNTL yang terdaftar untuk prosespenyaringan. Jumlah anggota PNTL diDistrik Dili sebelum krisis adalah 1.315orang, jadi sekitar 70-an anggota yangmengundurkan diri atau gagal untukmendaftarkan diri termasuk beberapayang sudah beralih profesi. Di awalbulan April, 18 orang sudah pergi kenegara lain, tujuh orang dipenjara, dantujuh orang berstatus buronan denganAlfredo Reinaldo. Tiga orang, termasukmantan Komandan Paulo Martinsmengundurkan diri daripada mengikutiproses penyaringan. (Semua statisticdalam artikel ini adalah perkiraanterbaik yang kami bisa mengkom-binasikan data dari multiplikasi dankontradiktif sumber. Data ini boleh tidaktepat dan berganti setiap waktu, tergan-tung dari siapa yang membuat perhi-tungan.)

Dari 1.242 anggota PNTL yang telahmendaftarkan diri untuk mengikuti

PNTL di Dili Sebulum krisis berdasarkan UnitTotal, 1.315 anggota

Page 4: gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007. Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk ...

Halaman 4 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk

proses penyaringan, 44 telah menerima sertifikat final, lebihdari 800 orang yang mendapatkan sertifikat sementara danmenjalankan tugas di bawah dampingan UNPOL, sekitar 140orang yang sedang dalam segala tahap pelatihan, 160 sedangdalam proses investigasi lanjutan karena kemungkinanpersoalan yang telah muncul, sementara sekitar 100 orangyang telah dievaluasi dan sedang menunggu keputusan.

Keterlibatan UNPOL dalam Proses Penyaringan PNTLUNPOL memberikan informasi yang sangat berguna

terhadap proses penyaringan sebelum UNMIT memulaimisinya. Ketika UNMIT memulai misinya pada bulan Septem-ber 2006, UNMIT mengutus seorang perwakilan dari UNPOLuntuk bergabung dengan Tim Evaluasi dan 20 anggotaUNPOL untuk mendukung Tim Teknis. UNPOL jugamemberikan dukungan teknis, nasihat dan informasi untukberlangsungnya proses penyaringan. Anggota PNTL yangtelah melewati proses penyaringan juga akan berada di bawahpengawasan dan bimbingan dari UNPOL.

Dengan lebih jauh melihat ke depan, berdasarkan PerjanjianTambahan yang ditandatangani oleh pihak Pemerintah dan

Resolusi 1704 dalam halMandat UNMIT bagi Kepolisian

(c) Melalui kehadiran Polisi PBB, meyakinkan pemulihandan menjaga keamanan publik di Timor-Leste denganmemberikan dukungan terhadap PNTL, … termasukpenegakan hukum sementara dan keamanan publik hinggaPNTL bertugas kembali, dan untuk membantu PNTLdengan pelatihan, pengembangan institusi dan mem-perkuat PNTL juga Kementerian Dalam Negeri…;

(e) untuk membantu Pemerintah RDTL melaksanakanpeninjauan ulang yang komprehensif terhadap peran dankebutuhan di masa depan di sektor keamanan, termasukFalintil-Forças Armadas de Defesa Timor-Leste, Kemen-terian Pertahanan, PNTL dan Kementerian Dalam Negeridengan alasan memberikan dukungan kepada Pemerintah,melalui nasihat-nasihat dan kerja sama dan juga berkoor-dinasi dengan mitra lain dalam memperkuat kemampuaninstitusi;

UNMIT pada bulan Desember 2006, keterlibatan Polisi PBBtidak sebatas pada tahap penyeleksian. UNPOL akanmemainkan peran yang lebih besar, yaitu memberikankomando kepada PNTL di seluruh distrik dan mendampingipara anggota PNTL yang telah lolos penyaringan. Selanjutnya,tugas dan tanggungjawab akan dialihkan dari Polisi PBBkepada PNTL. (Lihat daftar dibawah ini.)

Beberapa PengamatanMeskipun pemerintah telah mengambil inisiatif untuk

memulai proses penyaringan terhadap PNTL dengan nasihatdari Polisi Internasional dan UNPOL, namun resolusi No.3/2006 terbatas pada penyaringan ulang anggota PNTL, dantidak termasuk persoalan-persoalan institusional yang dihadapioleh PNTL. Menurut Komisi Investigasi Independen PBB2006 dan lainnya, PNTL mempunyai masalah institusionalsebagai tambahan dari masalah personel dan kedisiplinan. Adabeberapa bidang permasalahan, seperti rekruitmen danpelatihan, pengawasan amunisi dan persenjataan, penge-lompokan berdasarkan partai politik, politisasi, dan strukturkomando yang terpadu.

Selama proses penyaringan, Tim Teknis mengandalkaninformasi dari masyarakat, tetapi tidak ada mekanisme yangefektif bagi mereka untuk berpartisipasi, sehingga keterlibatanmasyarakat sangat terbatas. Sebagai tambahan, beberapakorban dan saksi takut karena keamanan diri mereka sendiri,dan oleh karenanya mereka tidak memberikan informasikepada Tim Teknis. Karena kelemahan sistim peradilan Timor-Leste, beberapa kasus belum di daftarkan ke pengadilan.

Resolusi Dewan Keamanan 1704 memberikan kekuasaankepada UNPOL untuk mengambilalih pertanggungjawabankomando dan mengambil semua keputusan operasionalterhadap PNTL, dengan Kementerian Dalam Negeri hanyabertanggungjawab pada administrasi dan manajemen PNTL.Pengambilalihan sementara ini perlu karena kepemimpinanmarkas besar PNTL pecah, namun ini perlu dijelaskan kepadapublik sehingga publik memahami pengambilalihan komandotersebut. Dari perspektif UNMIT, PNTL dan UNPOL adalahsatu kekuatan, tetapi publik tidak mengerti siapa yangmemberikan komando untuk seluruh operasional PNTL.

Tahap

Tahap Awal

TahapKonsolidasi

Tahap Penuga-san Penuh

Tahap Pendekatan Dukungan UNMIT bagi PNTLDeskripsi

1. UNMIT mempunyai tanggungjawab utama untuk melaksanakan operasional polisi di seluruh Timor-Leste.2. Operasional Polisi dilaksanakan oleh para pejabat UNPOL dan PNTL yang mendapatkan sertifikat.3. Komisaris UNPOL memimpin keseluruhan komando dan mengontrol seluruh Timor-Leste, termasuk seluruh distrik dan

unit-unitnya.4. UNMIT akan mempersiapkan calon pemegang komando PNTL untuk mengambil alih posisi komando dalam tahap Konsolidasi

dan fase Penugasan Penuh berikutnya.

1. UNMIT secara bertahap mengalihkan tanggungjawab operasional polisi di distrik-distrik dan unit-unitnya kepada PNTL,dengan berkonsultasi dengan Wakil Khusus Sekretaris Jendral dan bekerjasama dengan Pemerintah Timor-Leste.

2. Setelah pengalihan tanggungjawab, PNTL mempunyai tanggungjawab utama untuk operasional polisi, sementara UNPOLmelanjutkan memberikan nasihat, dukungan, dan bantuan.

3. Keseluruhan komando tetap di bawah Komisaris UNPOL, termasuk di distrik-distrik dan unit-unitnya yang telah dialihkankepada PNTL.

4. Jika PNTL yang telah mendapatkan sertipikat yang telah dialihkan gagal untuk melaksanakan tanggungjawab mereka, UNPOLakan melakukan intervensi.

1. UNMIT akan mengalihkan semua komando kepada PNTL, dengan rencana yang telah dipersiapkan untuk melanjutkan kerjasama UN bagi PNTL akan sukses di masa depan.

Page 5: gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007. Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk ...

Buletin La’o Hamutuk Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Halaman 5

Keterlibatan berbagai institusi dalam proses ini telahmenimbulkan beberapa persoalan; La’o Hamutuk mengha-dapi kesulitan untuk memperoleh informasi yang konsisten,terkini atau lengkap; Seringkali nampak bahwa aktor yangberbeda memiliki pemahaman yang berbeda mengenaibagaimana proses ini atau peran mereka dalam proses ini.Kelihatannya jelas bahwa UNPOL dan Pemerintah tidakmemiliki koordinasi yang baik; UNPOL telah menjalankanproses terpisah dari yang dijalankan oleh Pemerintah. Meski-pun kedua pihak telah menggabungkan proses ini, tetapi kamidan publik tetap bingung terhadap proses ini; karena kurangnyainformasi yang jelas dan juga informasi yang kontradiktif. La’oHamutuk dan peneliti lain terkejut dengan keengganan daripihak PBB dan Pemerintah untuk membuka informasi tentangberbagai aspek dari proses ini, dan mengapa orang yangseharusnya mengerti gambaran umum tentang proses inienggan menjelaskan masalah ini secara detail dan akurat.

Proses penyaringan itu sendiri menghadapi tantanganseperti absen; dimana anggota PNTL tidak hadir pada kursuspelatihan, tidak hadir di tempat yang telah diutuskan dalamwaktu yang tepat. Meskipun aturan PNTL tidak mengizinkananggota untuk absen, tetapi UNPOL memberikan sertifikatkepada anggota PNTL yang belum menyelesaikan pelatihan.

Selain itu, standar yang ditaati dalam tahap penyaringandan pendampingan seringkali tidak jelas, tidak konsisten dantidak transparan, baik itu dalam Kementerian maupunUNPOL. Ini menyulitkan anggota polisi, yang terlibat dalamproses penyaringan dan juga untuk institusi itu sendiri. Inijuga menyulitkan bagi publik untuk menerima legitimasi dariproses rekonstitusi institusi polisi.

Lebih jauh lagi, penyampaian informasi yang baik harusdisediakan bagi masyarakat umum untuk memperoleh kembalikepercayaan masyarakat terhadap PNTL. MeskipunResolusi No.3 sendiri menekankan partisipasi dari komunitas,

Dari Laporan Sekretaris Jendral PBB kepada Dewan Keamanan, Agustus 200659. Markas besar PNTL nasional dan distrik Dili pecah setelah kekerasan yang terjadi pada bulan April dan Mei, juga

Unit Polisi Khusus di distrik Bobonaro, Aileu dan Baucau. Sejumlah PNTL di markas besar dan pemegang komando jugaanggota Unit Polisi Khusus terlibat dalam kekerasan. Misi Penilaian Awal melakukan peninjauan ulang yang komprehensifterhadap struktur dan tindakan PNTL di seluruh wilayah dengan tujuan untuk mengidentifikasi penyebab pelanggaranpenegakan hukum, terutama di Dili, dan wilayah-wilayah yang kurang mendapatkan layanan dari PNTL.

60. Peninjauan ulang tersebut secara jelas mengindikasikan bahwa, sejak 2002 kemajuan yang nyata telah dibuatdalam kapasitas kepolisian Timor-Leste, namun masih ada kelemahan, terutama dalam aspek-aspek operasional kepolisian,kerangka kerja institusional PNTL. Kementerian Dalam Negeri tidak hanya mengabaikan pengembangan institusi PNTLtetapi gagal untuk membangun kemampuan kementerian itu sendiri, terutama gagal dalam pembuatan kebijakan, pembuatananggaran dan legislatif, dan secara teratur melakukan intervensi dalam kegiatan-kegiatan kepolisian di semua tingkatan,termasuk dalam operasional dan pengambilan keputusan bagi personel. Kementerian seringkali melakukan intervensisecara sewenag-wenang dalam hal tindak kedisiplinan, rekruitmen dan kenaikan pangkat. Penyalahgunaan sistem kenaikanpangkat mengakibatkan PNTL menjadi organisasi yang di tingkat atas, dengan daya kritis yang rendah di tengah-tengah,dan tingkat manajemen yang lebih rendah. Lebih jauh lagi, Kementerian memperoleh persenjataan, terutama senjatalaras panjang, tanpa kedisiplinan terhadap kebutuhan sebuah kebijakan yang berlaku dan tidak mengelola keamanansenjata-senjata tersebut dengan sepantasnya dan pembagian dilakukan tanpa mempertimbangkan keamanan.

61. Kelemahan administrasi dan organisasional PNTL digabungkan dengan intervensi politik yang berulang-ulang olehKementerian Dalam Negeri telah berdampak serius terhadap seluruh keefektifan, profesionalisme, dan kredibilitas kepolisiannasional. Ketentuan mengenai bantuan internasional terhadap PNTL sejak 1999, meskipun penting, tetapi tidak dikoordi-nasikan dengan cukup dan tidak disesuaikan dengan dukungan terhadap pengembangan institusi PNTL dalam jangkapanjang. Bantuan pengembangan selanjutnya diperlukan dalam bidang keuangan, perencanaan dan pelaksanaan anggaran,perbekalan/prokuremen, persediaan dan pemeliharaan, sistim komunikasi dan manajemen. Sebagai tambahan, strukturorganisasi di markas besar kepolisian telah menjadi sangat rumit dan pendirian beberapa unit polisi khusus telah mengurangipenyediaan sumber daya yang sangat dibutuhkan untuk mendukung kegiatan-kegiatan umum dan kepolisian yangberorientasi pada masyarakat.

namun rendah dalam implementasinya. Beberapa tokohmasyarakat mengatakan kepada La’o Hamutuk bahwamereka hanya mendengar proses penyaringan tersebut darimedia massa. Konsekuensinya, para tokoh masyarakat danpublik tidak terlibat banyak dalam proses penyaringan.

Berbagai persoalan tambahan dapat dilihat dalam prosespelatihan. Pelatihan, penyaringan ulang dan prosespendampingan. Sebagai contoh, 27% dari yang diwajibkanuntuk menghadiri pelatihan penggunaan senjata tidak hadir;dari jumlah yang mengikuti, 44% gagal dalam pelatihan, meski-pun pelatih UNPOL sudah menurunkan standarnya “sebisamungkin untuk memenuhi level kelulusan.”

Informasi terakhiri yang kami bisa dapat bahwa 81 anggotaPNTL telah melengkapi pendampingan selama enam bulandengan UNPOL. Dari jumlah ini, 15 tidak diterima karenaabsen, sementara 22 orang akan melanjutkan enam bulan pen-dampingan. Hanya 44 anggota yang sudah mendapat sertifikatfinal sebagai anggota PNTL. Mempertimbangkan bahwasemuanya adalah anggota PNTL sebelum April 2006, ini jelasbahwa baik itu pengembangan individual maupun institusionaldari PNTL tidak berada ditempat yang seharusnya.

Jika Timor-Leste ingin kembali pada demokrasi yang damai,didasarkan pada tujuan dan perwujudan negara berdasarkanhukum secara efektif, integritas para individual dan institusiyang terlibat dalam penegakan hukum sangatlah penting.Proses penyaringan PNTL dan tahap transisi dari UNPOLkepada PNTL merupakan langkah penting, tetapi yang lebihpenting adalah kepercayaan masyarakat terhadap pelak-sanaan hukum secara setara dan adil bagi semua warga negara.La’o Hamutuk mendorong mereka yang terlibat di dalam prosesini untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakatumum, dan untuk merespon kelemahan institusi PNTL dengankeseriusan yang sama dengan apa yang telah dilaksanakandalam proses penyaringan setiap individu PNTL.

Page 6: gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007. Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk ...

Halaman 6 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk

Menstrukturkan Kembali Peraturan Perminyakan di Timor-Lestekontrol yang seimbang, rentan terhadap korupsi dan kronisme.

Perundang-undangan baru yang mendasar seperti ini harusmensyaratkan kewenangan Parlemen sesuai Pasal 95 dan96 Konstitusi RDTL, dan legalitas pengimplementasiannyaoleh Decreitu Lei tanpa persetujuan Parlemen pantas dipertan-yakan.

Kementerian Sumber Daya Alam, Mineral, dan KebijakanEnergi menaruh Decreitu Lei dan penjelasannya di internetdan meminta komentar sebelum 5 April 2007. La’o Hamu-tuk mengajukan analisa awalnya, dan selanjutnya secara tidakresmi diberitahu mengenai perpanjangan batas akhir pengajuanusulan. Tetapi, beberapa pejabat pemerintah sekarang inimasih berharap untuk ketiga undang-undang ini sebelumpemilihan Parlemen yang akan datang.Dalam ringkasannya, ketiga Decreitu Lei akan:♦♦♦♦♦ Mengkombinasikan TSDA dan Direcção Nacional do

Petróleo e Gás ke dalam Autoridade ReguladoraNacional do Petróleo, Gás Natural e Biocombustíveis– ARNP yang baru.

TSDA didirikan pada 2002 oleh Perjanjian Laut Timor antaraAustralia dan Timor-Leste sebagai sebuah agen kedua-pemerintah untuk mengawasi proyek-proyek upstreamminyak dan gas di Wilayah Pengembangan PerminyakanBersama (JPDA), termasuk Bayu-Undan, Elang-Kakatuadan sebagian Greater Sunrise. Perjanjian Laut Timormenetapkan TSDA akan mejadi bagian dari PemerintahRDTL pada bulan April 2006. Kedua negara setuju untukmenundanya hingga 2 Juli 2007, dan bisa diperpanjang lebihlama, sehingga tidak perlu mengundangkan perundang-undangan baru dengan terburu-buru.

Perundang-undangan yang diusulkan untuk menggantikanTSDA dengan Autoridade Reguladora Nacional do Petró-leo, Gás Natural e Biocombustíveis (ARNP) yang akanbertanggungjawab untuk mengatur dan mengelola proyek-proyek upstream dan downstream di kedua wilayah, JPDAdan wilayah lepas pantai eksklusif dan daratan Timor-Leste.ARNP yang baru juga akan mengambilalih fungsi-fungsiDirecção Nacional do Petróleo e Gás (DNPG).

ANRP akan menjadi instituto publico administratif,beroperasi di bawah Kementerian Sumber Daya Alam, Min-eral, dan Kebijakan Energi (lihat bagan), dan Komisi BersamaJPDA (yang melibatkan satu anggota, masing-masing dari Aus-

Seperti yang seringkali ditulis oleh La’o Hamutuk, pemban-gunan bidang perminyakan merupakan salah satu elemenpaling penting dari masa depan Timor-Leste. Jika pemban-gunan dalam bidang perminyakan ini berjalan dengan baik,akan memberikan devisa dan pembangunan terhadap negarakita, tetapi jika dikerjakan dengan ceroboh akan mengaki-batkan “kutukan sumber daya alam” bagi generasi sekarangdan masa depan. Jumlah uang yang terlibat dan potensialterjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme sangatlah tinggisehingga transparansi dan pertanggungjawaban penting jikarakyat Timor-Leste memperoleh keuntungan dari sumber dayaalam minyak kita.

Pemerintah Timor-Leste menstrukturkan kembaliperaturan di sektor perminyakan, termasuk mendirikanperusahaan minyak nasional PETROTIL Timor-Leste.Sebagai tambahan, Otoritas Rancangan Laut Timor (TSDA)akan bergabung dengan Direcção Nacional do Petróleo eGás – DNPG untuk menjadi satu badan dari pemerintahTimor-Leste. Sebuah Dewan Nasional untuk KebijakanEnergi akan melihat secara keseluruhan badan yang berkaitandengan peraturan-peraturan baru, juga membuat kebijakannasional Timor-Leste (generasi, impor dan pendistribusian kepemakai lokal dan pembeli internasional). Perundang-undangan juga mengimplementasikan perubahan-perubahanlain yang melibatkan pembuatan peraturan dan kebijakan bagisektor perminyakan. Semua badan-badan pemerintah danfungsi-fungsinya didirikan oleh perundang-undangan barumasih di bawah Kementerian Sumber Daya Alam, Mineral,dan Kebijakan Energi.

Sejak September 2006 Pemerintah juga telah menyeleng-garakan pertemuan-pertemuan tertutup mengenai perubahan-perubahan yang diusulkan, termasuk di dalam Dewan Menteri.Pertentangan pendapat internal pemerintah menunda penge-sahan peraturan-peraturan yang diusulkan, khususnya per-debatan mengenai model Brazil sebagai model yang cocokbagi Timor-Leste atau tidak. Beberapa pejabat mengatakanakan ada studi oleh para ahli independen, juga informasi bagipublik dan konsultasi dengan publik sebelum perundang-undangan yang sulit dijangkau tersebut disahkan, danperundang-undangan ini seharusnya tidak dinyatakan berlakutanpa persetujuan Parlemen.

Pada akhir Maret 2007, Kementerian Sumber Daya Alam,Mineral, dan Kebijakan Energi mengedarkan tiga usulanundang-undang untuk dikonsultasikan dengan publikselama 15 hari. Ketiga usulan undang-undang ini menca-kup sektor energi, dari eksplorasi dan produksi (upstream)hingga transportasi, penyimpanan, pengilangan, distribusidan pemasaran (downstream). Ketiga usulan undang-undang ini lebih luas cakupannya dari Undang-UndangPerminyakan Timor-Leste 2005 dan Kode PertambanganPerminyakan JPDA, yang hanya mencakup aktivitas-aktivitas upstream. Konstruksi proyek-proyek down-stream dan beroperasinya perusahaan minyak nasionalakan melibatkan milyaran dollar dalam investasi, devisa,dan penggunaan uangnya. Aktivitas-aktivitas denganmilyaran dollar tersebut tanpa perhatian khusus atastransparansi, pendapat-pendapat yang independen, dan

Industria Minarai iha Timor-Leste

Page 7: gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007. Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk ...

Buletin La’o Hamutuk Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Halaman 7

tralia dan Timor-Leste). Semua anggota ARNPdiangkat oleh Kementerian Sumber Daya Alam, Min-eral, dan Kebijakan Energi.

Sebagai tambahan mengontrakkan operasionaldan pengaturan aktivitas-aktivitas upstream dandownstream, ARNP akan mengatur dan menga-wasi semua kegiatan berkaitan dengan persediaanbahan bakar nasional, termasuk bio-diesel dan bio-fuels dan juga minyak dan gas alam. Menurutmakalah kerja, semua perundang-undangan diper-lukan untuk mengimplementasikan ARNP akandisahkan pada 1 April 2007.

♦♦♦♦♦ Mendirikan Conselho Nacional de PolíticaEnergética - CNPE

Sebuah Conselho Nacional de Política Ener-gética didirikan oleh paket perundang-undanganini. Conselho Nacional ini akan menjadi badanpenasihat, dengan semua pertanggungjawaban atas ARNP,termasuk menyetujui anggaran ARNP. Seperti ARNP, CNPEdi bawah Kementerian Sumber Daya Alam, Mineral, danKebijakan Energi. CNPE akan membuat kebijakan-kebijakanbagi Timor-Leste mengenai produksi, pemakaian, dan pendis-tribusian energi. Normalnya CNPE akan mengadakanpertemuan dua kali setahun dan mempunyai 9 anggota,termasuk empat menteri dan wakil-wakil masyarakat sipil danDewan Konsultasi Dana Perminyakan. Masyarakat dengankeahlian mengenai perminyakan dari universitas-universitasdan sektor swasta juga akan dilibatkan.

♦♦♦♦♦ Mendirikan Empresa Nacional de Petróleo, Gás eEnergia de Timor-Leste - PETROTIL

Statuta ini mewujudkan berdirinya perusahaan minyak miliknegara (nasional) sebagaimana dicita-citakan di dalamUndang-Undang Perminyakan 2005. PETROTIL, di bawahKementerian Sumber Daya Alam, Mineral, dan KebijakanEnergi, dapat berpartisipasi dalam semua aspek eksplorasi diupstream dan downstream, lepas pantai dan daratan, jugaproduksi dan pendistribusian nasional dan internasional.

Konsultasi PublikKetiga draf decreitu lei hanya tersedia dalam bahasa

Portugis dan waktunya sangat pendek. La’o Hamutuk danlainnya memprotes “konsultasi” tidak dirancang untukmenerima masukan dari publik. Dewan Konsultasi DanaPerminyakan menulis kepada Kementerian, dan Koalisi NGOmengenai Transparansi mengadakan konferensi pers,keberatan terhadap proses pembahasan decreitu lei tersebut.La’o Hamutuk mengajukan kesaksian sebanyak sembilanhalaman kepada Pemerintah; dari yang lain, hanya Jaksa Jo-seph Bell dari Revenue Watch yang menulis masukan penting.Poin-poin utama masukan dari La’o Hamutuk adalah:♦ Dalam masukan awal ini, kami hanya mendiskusikan isu-

isu umum. Waktu, bahasa, dan media yang digunakan untukkonsultasi publik tidak memungkinkan konsultasi publikmendapatkan masukan yang berarti dari masyarakat Timor-Leste atau ahli-ahli dari luar negeri, dan konsultasiseharusnya diperpanjang atau diadakan lagi. La’o Hamu-tuk, setelah meminta nasihat dari para ahli internasional,akan memberikan sebuah analisa, bagian-per bagian, jika

rancangan perundang-perundangan menyediakan waktuyang lebih lama. Topik-topik yang dicakup oleh ketigaundang-undang ini sangat penting untuk menentukanapakah Timor-Leste akan menderita atau menyelamatkandiri dari “kutukan sumber daya alam,” dan mereka lebihmempertimbangkan dengan hati-hati dan komunikasi dua-arah untuk mengimplementasikan hak-hak yang dijamin olehKonstitusi, bahwa “setiap warga negara berhak ataskehidupan berpolitik dan kepentingan umum negara.”

♦ Perundang-undangan utama seharusnya tidak disahkanselama krisis sosial dan politik atau semata-mata sebelumpemilihan umum nasional. Tidak ada alasan decreitu leiini perlu disetujui dengan terburu-buru, dan sebuahpemerintah baru yang terpilih dapat memutuskan untukmenggantikannya. Pengesahan ketiga undang-undang iniseharusnya ditunda hingga masyarakat mempunyai waktudan informasi untuk fokus kepada mereka. Banyak undang-undang yang penting – seperti UU Pensiun, ratifikasiCMATS, Amnesti dan Wajib Militer –telah disetujui saatmasyarakat sibuk dengan krisis, hal ini meremehkan prinsip-prinsip demokrasi.

♦ Rancangan undang-undang ini meliputi topik-topik yangbelum pernah didiskusikan di Parlamen. Ini seharusnya tidakdi berlakukan sebagai decreitu lei, dimana tidak dikirim keParlamen. Secara legal dan etika, Perusahaan MinyakNasional dan peraturan mengenai aktifitas downstreamharus berdasarkan undang-undang yang diberlakukan olehanggota Parlamen kita yang dipilih dalam sesi terbuka, tidakhanya dalam rapat rahasianya Dewan Menteri.

♦ Rancangan undang-undang ini memprioritaskan uang untukmengedepankan industri minyak daripada kebutuhan danhak masyarakat kita, dan dirancang untuk menguntungkanpara pelaku bisnis dan masyarakat di negara-negara kaya,seperti menguntungkan para pihak yang berkepentingandari para perusahaan minyak internasional, daripada warganegara Timor-Leste. Beberapa ketentuan melindungi parapelaku ekonomi, tanpa audensi publik yang akan melindungirakyat kita.

♦ Jika disahkan, decreitu lei ini akan membahayakanlingkungan alam kita. CNPE didominasi oleh orang-orangdengan keahlian perminyakan, yang akan menyulitkan

Funsaun iha Modelu Foun

Page 8: gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007. Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk ...

Halaman 8 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk

Timor-Leste untuk mencari pilihan-pilihan bagi energialternatif. Rancagan decreitu lei tidak mencantumkanpemeliharaan lingkungan, dan CNPE akan memprioritaskanjenis bahan bakar melalui proses pembakaran daripadamenggunakan sumber daya alam yang bersih, dapatdiperbaharui, sumber-sumber daya alam yang berkelan-jutan seperti angin, energi solar, gelombang pasang air laut,ombak dan kedalaman laut.

♦ Rancangan undang-undang ini secara luas memusatkankekuasaan di Kementerian Sumber Daya Alam, Mineral,dan Kebijakan Energi. Ini menambah resiko korupsi, men-yalahgunakan kekuasaan dan pelanggaran administrasi.Kekuasaan yang besar dari CNPE didefinisikan secaraluas. Penempatan kebijakan energi dan perusahaan minyaknasional di bawah arahan orang-orang yang sama, bertang-gungjawab untuk memastikan mengalirnya devisa dariminyak (lebih dari 90 persen dari pendapatan pemerintah)merupakan konflik struktural yang akan mengurangiprioritas atas keprihatian terhadap non-devisa. Tidak adaketentuan-ketentuan yang ada untuk menyeimbangkaninformasi, pendapat-pendapat yang independen, ataumendorong pertimbangan-pertimbangan atas isu-isu yangsangat penting yang bisa mengganggu mengalirnya devisa.

♦ Rancangan undang-undang ini gagal secara keseluruhanuntuk menjalankan komitmen pemerintah atas transparansidan pertanggungjawaban (termasuk Inisiatif TransparansiIndustri Bahan Baku / EITI), dan dapat meremehkanlangkah-langkah yang telah ada untuk mengesahkan prinsip-prinsip ini. Rancangan decreitu lei ini akan mengijinkankonflik-konflik kepentingan yang ada dan hampir tidakadanya pengaman terhadap korupsi.

♦ ARNP melanggar Undang-Undang Dana Perminyakan2005 yang mensyaratkan semua devisa pemerintah dariaktivitas-aktivitas perminyakan akan didepositokanlangsung ke dalam Dana Perminyakan.

♦ Secara prinsip, La’o Hamutuk mendukung perusahaan-perusahaan minyak nasional, tetapi perusahaan minyaknasional akan membawa dampak juga keuntungan, karenamereka tidak bertanggungjawab kepada investor luarnegeri, pemerintah lain, atau peraturan-peraturan bursaefek. Anggaran dasar PETROTIL yang diusulkan tidakmensyaratkan transparansi atau perlindungan terhadapbahaya-bahaya ini. Di negara-negara lain, seperti Ekuadordan Nigeria, perusahaan-perusahaan minyak nasional telahmembuktikan lemahnya tanggungjawab mereka dibanding-kan perusahaan-perusahaan swasta asing, dan jugaseringkali melanggar hak asasi manusia dan lingkungan,atau terlibat dalam korupsi.

Di pertengahan April, La’o Hamutuk mendapatkan informasisecara informal bahwa Pemerintah menerima rekomendasikami untuk didiskusikan lebih lanjut, dan masukan-masukanyang akan datang selanjutnya akan diterima. Beberapa pejabatTimor-Leste dan penasehat-penasehat, mengatakan kepadaLa’o Hamutuk bahwa mereka menghargai masukan kami,karena masukan kami mendorong mereka untuk melakukanproses yang lebih terbuka selama diskusi-diskusi internal.

La’o Hamutuk terus melakukan analisis pada rancanganundang-undang ini dan akan membuat masukan yang lebihrinci. Selama periode yang sama, seorang ahli ekonomi Mar-tin Sandbu, Bank Dunia dan yang lainnya banyak menyu-arakan kekwatiran kami, dimana anggota masyarakat sipiljuga mempertanyakannya pada Menteri Jose Teixeira yangdiselenggarakan oleh Luta Hamutuk pada 1 Juni.

Sebagaimana kita memasuki analisis kami, La’o Hamu-tuk telah kuatir dengan statute PETROTIL yang manamengijinkan angota dewan penasehatnya untuk membagikankeuntungan PETROTIL diantara mereka. Sebagai tambahan,ini juga adalah melanggar Undang-undang Dana Perminyak-kan, ini juga menutup pintu untuk mencuri sumber daya umumuntuk kepentingan pribadi. Jika PETROTIL adalah milikNegara dan rakyat Timor-Leste, maka pendapatannya harusmasuk ke bendahara publik, tidak ke beberapa individu yangdiseleksi oleh Menteri untuk Sumber Daya Alam.

Akan tetapi, setelah kekalahan Fretilin dalam pemilihanpresiden babak kedua, kelihatannya beberapa orang diPemerintah mencoba meminta Dewan Menteri untuk menge-sahkan rancangan undang-undang ini secepat mungkin.Untungnya ini tidak terjadi, dan timnya Kementerian yangmerancang sedang memperbaiki undang-undang iniberdasarkan masukan-masukan yang diterima selama ini, danversi yang baru diharapkan akan tersedia pada bulan Juli.

Dengan dukungan dari Oxfam dan Revenue Watch Insti-tute, La’o Hamutuk telah menyerjemahkan rancanganundang-undang ini ke dalam bahasa Inggris dan Bahasa In-donesia untuk memperluas kesadaran publik, dan kamimendorong masyarakat umum Timor-Leste dan masyarakatinternasional yang memberikan dukungan kepada masyarakatTimor-Leste untuk mengajukan pandangan-pandanganmereka secepatnya kepada Kementerian Sumber Daya Alam,Mineral, dan Kebijakan Energi ke kantor mereka di GedungFomento atau melalui email ke [email protected].

Untuk informasi lebih jauh, terjemahan dan komentarterdapat diwww.laohamutuk.org/Oil/PetRegime/Restruc/ - 07RestructIndex.htmdan mungkin juga terdapat dihttp://www.timor-leste.gov.tl/EMRD/pcpa.asp .

Dengarkan Program Radio “Igualidade” La’o HamutukWawancara dan komentar mengenai isu-isu penting yang kami pantau!

Setiap Minggu pada jam 1:00 siang di Radio Timor-Leste

Page 9: gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007. Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk ...

Buletin La’o Hamutuk Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Halaman 9

Perencanaan Strategis:Aliansi Nasional Timor-Leste untuk Pengadilan Internasional

Aliansi Nasional Timor Leste untuk Pengadilan Internasional(ANTI), merupakan sebuah jaringan yang terdiri darimahasiswa, organisasi nonpemerintah, keluarga korban danindividu-individu yang mempunyai perhatian terhadappelanggaran hak asasi manusia di Timor-Leste selamapendudukan Indonesia. Aliansi dibentuk pada bulan Juli 2002dan telah menyampaikan kritik terhadap proses peradilan yangdijalankan oleh Pemerintahan Transisi PBB (seperti UnitKejahatan Berat) dan Pengadilan Ad-Hoc Indonesia di Jakarta.Selama ini, tidak ada tanggapan yang efektif terhadap tuntutankeadilan rakyat Timor-Leste, dan khususnya para korban.

Hampir lima tahun ANTI telah melakukan advokasi isukeadilan. Akan tetapi jalan menuju keadilan masih panjangdan masih membutuhkan perjuangan. Pada tanggal 20-22Maret, ANTI melakukan perencanaan strategis di SekretariatForum ONG, dihadiri oleh 52 orang. ANTI mengevaluasikegiatannya selama dua tahun belakangan ini dan membuatperencanaan strategis dua tahun demi memperkuat gerakan

terhadap terciptanya keadilan, dengan sebuah rencana kerjauntuk membuatnya efektif.

Kegiatan-kegiatan yang dievaluasi, diantaranya diskusi-diskusi, pelatihan dan dialog, seminar, serta kegiatan-kegiatanlain di seluruh Timor-Leste. ANTI mengundang nara sumberdari Procurador Geral, STP-CAVR, JSMP, dan AsosiasiHAK; juga ahli dari Australia, James Dunn. Ada beberapakesempatan bagi wakil korban dari distrik untuk menyam-paikan pertanyaan dan komentar.

Semua peserta berkomitmen untuk tetap memperjuangkankeadilan bagi korban di Timor-Leste dan masyarakat di seluruhdunia. Perencanaan memilih tujuh orang anggota dewan untukdua tahun ke depan, termasuk tiga mewakili keluarga korban,dua organisasi mahasiswa, dan dua dari ONG nasional. La’oHamutuk bagian dari dewan dan menerima tanggungjawabmembangun hubungan dengan organisasi-organisasi hak asasimanusia dan keadilan, dan membangun solidaritas denganmereka.

Janji Keadilan yang Belum TerpenuhiPada 29 Maret 2007, La’o Hamutuk mengorganisir sebuahdiskusi publik di Aula UNTL di Dili. Pembicaranya antaralain Wakil Sekretaris Jendral UNMIT Bpk Eric Tan, WakilKejaksaan Agung Ivo Valente, Parlamen Nasional ElizarioFerreira (FRETILIN), Edio Saldanha dari Aliansi Nasionaluntuk Pengadilan Internasional, dan Direktur DepartemenPolitik UNMIT Colin Stewart. Para pembicara mendiskusikanupaya-upaya yang dilakukan untuk keadilan terhadapperbuatan kejahatan terhadap kemanusiaan selama 24 tahunyang terjadi di Timor-Leste.

La’o Hamutuk menyelenggarakan program ini untukmembangun kembali perhatian publik terhadap kebutuhankeadilan atas kejahatan di masa Indonesia, yang menurunsejak krisis tahun lalu. Pertemuan tersebut mendiskusikanhambatan-hambatan yang dihadapi oleh institusi-institusi untukmengadili para pelaku yang hingga saat ini masih menikmatikekebalan hukum.

Sejak tahun 2000 sampai saat ini, telah banyak mekanismeyang telah dicoba untuk meminta pertanggungjawaban danakuntibilitas, diantaranya Panel Special dan Unit KejahatanBerat (Unit Krimes Graves) di Dili, Pengadilan Ad Hoc HAMdi Jakarta dan Komisi Ahli yang dibentuk oleh DewanKeamanan PBB. Banyak komisi telah memberikanrekomendasi, namun tak satu pun yang berhasil menanggapituntutan keadilan para korban, keluarga korban danmasyarakat Timor-Leste.

Dalam presentasinya, Ivo Valente menyatakan KejaksaanAgung Timor-Leste tidak memiliki kemampuan untuk menga-dili para aktor dan pelaku kejahatan di Indonesia maupunTimor-Leste karena belum ada perjanjian ekstradisi (penye-rahan para tersangka tindak kejahatan) antara kedua negara.

Sementara itu, perwakilan PBB Eric Tan mengatakanbahwa PBB mengakui kerja Panel Spesial belum selesai dan

selama iniUNMIT telahmendukung Ke-jaksaan Agunguntuk melanjut-kan investigasiterhadap kasuskejahatan Berat.Unit KejahatanBerat (UnitKrimes Graves)didirikan kembaliuntuk melakukan investigasi (tapi tidak untuk menghukum)kejahatan berat yang dilakukan pada tahun 1999 saja. ColinStewart, yang pernah menjadi staf UNAMET dan UNTAET,menggambarkan ketidakmampuan PBB untuk mencegahPemerintah Indonesia mendukung tindak kejahatan di Timor-Leste pada tahun 1999, bahkan saat itu PBB mengetahui apayang akan terjadi. Anggota Parlemen Elizario Ferreiramenjelaskan bahwa Parlemen telah membentuk KomisiEventual untuk melakukan analisa terhadap laporan KomisiInvestigasi Independen mengenai krisis yang terjadi selamaApril hingga Mei 2006. Komisi Eventual menyampaikanlaporannya kepada Parlamen pada bulan Desember.

Edio Saldanha, mewakili organisasi masyarakat sipil,menyampaikan perspektifnya mengenai laporan Komisi Ahlidan Laporan Akhir CAVR, yang keduanya tidak ada tindakada tindak lanjutnya. Dia juga meminta kepada ParlamenNasional untuk meninjau kembali Undang-Undang Amnesti,(Undang-Undang tentang Pemberian Pengampunan) danmerekomendasikan agar pemberian pengampunan/amnestihanya dapat diberikan jika pelaku kejahatan telah menye-lesaikan proses peradilan.

Colin Stewart dan Edio Saldanha

Page 10: gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007. Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk ...

Halaman 10 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk

Timor-Leste Kehilangan Kedaulatan untuk 50 Tahunyang sangat sedikit dari publik karena krisis yang melandaTimor-Leste sejak tahun lalu. Artinya isu yang merupakansalah satu faktor kunci dalam perjuangan kita melengkapi kemer-dekaan ini berlalu begitu saja tanpa sebuah diskusi publik yangseharusnya dilakukan, layaknya sebuah negara demokrasi.

Di AustraliaPada tanggal 7 Februari 2007 Pemerintah Australia menga-

jukan perjanjian ini kepada Parlemen dan Joint StandingCommittee untuk dipelajari. Bersamaan dengan itu,Pemerintah Australia juga mengajukan penjelasan kepentingannasionalnya (National Interest Analysis) yang di dalamnyaterdapat fakta yang tidak benar dan logika yang rancu.

Walaupun Parlemen Australia melakukan dengar pendapatbaik secara lisan maupun tertulis, tetapi ini hanya formalitasbelaka. Pada tanggal 23 Februari 2007, Menteri Luar NegeriAustralia Alexander Downer mengumumkan bahwa perjanjianini mulai berlaku sebelum Parlemen meratifikasinya, Sebuahpermintaan “Pengecualian Kepentingan Nasional” Australiadalam proses legislasi normal. Downer menulis kepadaKomite Perjanjian Parlemen bahwa “Ini adalah sebuahkesempatan untuk meratifikasi CMATS dan PerjanjianPenyatuan Internasional sebelum pemilu presiden danparlemen mendatang.” Secara jelas Australia sedangmengeksploitasi krisis yang terjadi di TL, tidak melihat pemiluyang berlangsung di sini sebagai sebuah mekanisme untukperubahan demokratis dan damai, tetapi sebagai sebuahancaman bagi ambisinya di Laut Timor. Dalam sebuah negarayang mengklaim dirinya sebagai negara demokrasi modern,sangat mengejutkan ketika parlemen terpilih bersedia untuktidak dihiraukan.

Awal tahun ini organ legislatif dari Australia dan Timor-Lestetelah meratifikasi dua perjanjian tentang Laut Timor, yaituperjanjian Certain Maritime Arrangements in the Timor Sea(CMATS) dan Perjanjian Penyatuan Internasional (Interna-tional Unitization Agreement) untuk Greater Sunrise.Perjanjian CMATS telah ditandatangani oleh Menteri luarnegeri kedua negara pada tanggal 12 Januari 2006 namunbaru dibawa ke Parlemen pada awal tahun ini. SementaraPerjanjian Penyatuan Internasional ditandatangani pada tahun2003, namun Pemerintah Timor-Leste tidak pernah menye-rahkannya kepada Parlemen Timor-Leste sehingga memaksakedua pihak untuk memulai negosiasi baru hingga tahun 2005.

Di Timor-LesteDi Dili, ratifikasi terhadap kedua perjanjian ini berjalan begitu

tertutup, tanpa ada sebuah konsultasi publik terhadap isunasional yang sangat penting ini. La’o Hamutuk menuliskepada Parlemen Nasional Timor-Leste pada bulan Maret2006 dan Januari 2007, mengusulkan agar kedua negara perlumemperbaiki perjanjian ini sebelum diratifikasi Namun submisitidak dihiraukan dan Parlemen merugikan kepentingannasional kita dengan meratifikasi perjanjian ini pada tanggal20 Februari 2007. (Baca Buletin La’o Hamutuk Vol.7, No.1April 2006 untuk analisis lebih detail dari perjanjian CMATS).

Parlemen juga telah mengklaim bahwa mereka tidak akanmemberikan setetes milik Timor dari Laut Timor kepada pihakasing. Namun dengan peratifikasian perjanjian CMATS olehParlemen bertentangan dengan posisi Parlemen, Konvensi PBBtentang Hukum Laut (United Nations Convention on the Lawof the Sea: UNCLOS) yang telah disahkan Oktober 2002.

Proses ratifikasi terhadap perjanjian ini mendapat perhatian

Dibagi berdasarkan Perjanjian Laut Timor, IUA Sunrise dan Perjanjian CMATS

Page 11: gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007. Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk ...

Buletin La’o Hamutuk Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Halaman 11

La’o Hamutuk dengan organisasi lain sepertiEast Timor and Indonesia Action Network(ETAN), Timor Sea Justice Campaign (TSJC),serta organisasi dan individu lain yang tertarikdengan isu ini memasukkan submisi kepadaParlemen Australia. La’o Hamutuk mengakuibahwa Parlemen Australia harus melindungikepentingan nasionalnya, tetapi meminta agarParlemen Australia mendengar suara darimasyarakat lain dan mempertimbangkan perspektiflegal dan moral yang akan memperkuat kepen-tingan Australia. Ini penting bagi Australia demimenjaga kredibilitas Australia sebagai sebuahnegara yang demokratis, menghormati aturanhukum, dan kedaulatan negara tetangganya.

Perjanjian CMATS lebih baik daripada yangtelah ditawarkan oleh Australia pada tahun 2004karena meningkatkan pendapatan upstream TLdari 42% menjadi 60% dari semua ladang minyakdan gas yang seharusnya menjadi milik Timor-Leste berdasarkan prinsip hukum internasional.Australia menduduki ladang minyak lain dari bagian TL dalamLaut Timor, termasuk Laminaria-Corallina dan Buffalo, danjuga ladang lain yang ditemukan di masa mendatang.

Meskipun peningkatan pembagian hasil pendapatan dari up-stream penting, tetapi perjanjian ini dapat mengurangi kerugianTL jika dinegosiasi lebih lanjut. Seharusnya ini tidak diberlakukansecara paksa selama krisis, sebelum pemilu di kedua negara.

Berdasarkan CMATS, Australia tetap mempertahankankekuasan yang besar untuk menentukan rencana pengem-bangan ladang Greater Sunrise, yang harus disahkan dalamwaktu enam tahun agar perjanjian ini tetap berlaku. JikaTimor-Leste gagal meyakinkan Perusahaan Minyak Wood-side dan Pemerintah Australia untuk membawa pipeline keTimor-Leste, TL akan lebih rugi lagi. LNG plant di Timor-Leste akan menjadi sebuah proyek inudustri besar, akanmemberikan pendapatan pajak dari proses downstream, dankesempatan untuk meningkatkan bagian lain dari ekonomi kita.Juga proyek ini akan membantu integrasi negara kita ke dalampembangunan minyak dan gas di kawasan ini, termasuk ladanglain di Timor-Leste, Indonesia dan perairan Australia.

CMATS adalah hasil dari sebuah proses yang tidak adildan bertujuan untuk menjawab kepentingan para perusahaanminyak internasional dan Pemerintah Australia. Penundaanmasalah batas laut untuk 50 tahun, adalah pertimbangankomersial, bahwa minyak dan gas di laut Timor akan habistereskploitasi sesudahnya. Dan perjanjian ini memberikanstabilitas fiskal dan legal yang menjadi tuntutan Woodsideuntuk mengembangkan Greater Sunrise secepatnya, meski-pun tidak jelas bahwa pengembangan Greater Sunrisesecepatnya adalah kepentingan Timor-Leste.

Meskipun masyarakat dari semua dunia selama ini telahmendukung tuntutan rakyat Timor-Leste untuk batas laut demimelengkapi perjuangan kemerdekaan kita, namun PemerintahAustralia menolak untuk menjawab permintaan ini. dan lebihberkeinganan untuk bernegosiasi mengenai pembagiankeuntungan. Australia lebih memiliki untuk bernegosiasimengenai pembangunan pendapatan daripada mengakuikedaultan kita. Tidak adanya kemauan baik Pemerintah Aus-

tralia untuk bernegosiasi secara adil dengan tetangga barunyadengan mengabaikan suara masyarakat sipil dari kedua pihaktentang Laut Timor, menimbulkan pertanyaan tentangdemokrasi Australia.

Penjelasan Terhadap Kepentingan Nasional AustraliaPemerintah Australia menyerahkan sebuah analisis kepada

Parlemennya tentang kepentingan nasionalnya berkaitandengan CMATS. Menurut analisis mereka “adalah kepen-tingan Australia untuk menciptakan stabilitas legal untuk explo-rasi dan exploitasi kekayaan minyak di Laut Timor antaraTimor-Leste dan Australia tanpa melanggar klaim atas bataslaut.”

La’o Hamutuk juga setuju dengan analisis yangmengatakan bahwa stabilitas ekonomi Timor-Lestemerupakan kepentingan terbaik Australia. Tetapi denganmengambil 50% dari Greater Sunrise dan mengokupasi lahanlain di Laut Timor adalah tindakan yang yang sangat berten-tangan. Stabilitas ekonomi di Timor-Leste bisa dicapai denganmengakui kedaulatan kami dan memberikan kesempatan agarkami memperoleh manfaat dari dari semua proses pengem-bangan kekayaan kami, daripada hanya menerima kas. Inisangat penting untuk keberlanjutan ekonomi Timor-Leste.

Australia menjustifikasi posisinya dengan mengatakanbahwa Australia telah membantu Timor-Leste sejak tahun1999, tetapi bantuan Australia selama peroide itu totalnyakurang dari $1.400 juta yang telah diambil oleh PemerintahAustralia dari ladang Laminaria-Corallina.

KesimpulanCMATS adalah hasil dari sebuah proses yang tidak adil,

dan Australia telah menunjukkan ketidakhormatannya untukdemokrasi di kedua negara dan untuk kemerdekaan nasionalkita. Berdasarkan perjanjian ini, Australia memiliki 50 tahununtuk mengexplorasi ladang lain di Laut Timor di masamendatang, ketika kita dilarang untuk mencari batas laut ataumenggunakan arbitrasi pihak ketiga. Timor-Leste menye-rahkan kedaultannya untuk 50 tahun, sampai semua minyakdan gas di Laut Timor sudah habis terkuras dan terjual.

Perolehan Timor-Leste terhadap Kekayaan Minyakdan Gas berdasarkan berbagai susunan perjanjian

Grafik ini termasuk lahan yang diketahui 100% milik Timor-Lesteberdasarkan Hukum Internasional: Bayu-Undan, Elang-Kakatua, GreaterSunrise, Laminaria-Corallina dan Buffalo.

Page 12: gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007. Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk ...

Halaman 12 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk

Kejahatan-kejahatan apa saja yang akan menerima amnesti dibawah undang-undang ini(Lihat editorial, halaman 16)

StatusHukum

KUHP* 55

KUHP351-361

KUHP362-395

KUHP104-129

KUHP154-177

KUHP207-241

KUHP310-321

Reg. UNTAET2001/12 (KodeDisiplin Militar)pasal 4-12

Reg. UNTAET2001/5pasal 1-7

Deskripsi

Amnesti dapat diberikan kepada keduanya entah itukerterlibatan langsung seseorang dalam kejahatanatau menghasut orang lain untuk melakukan tindakankejahatan.

Penyerangan, penyiksaan, perlakuan kejam,kelalaian atau kealpaan, pembunuhan, penyiksaan(termasuk yang berakibat meninggal)

Pencuri, pemerasan, perampokan, pembokaran,pengelapan, penyipuan

Hasutan, percobaan pembunuhan pada kepalanegara, penghianatan, subversi, pemberontakan,konspirasi, untuk telibat dalam salah satu kasus ini,kolosi dengan petolongan musuh, mengimport senjatauntuk mendukung revolusi, mata-mata

Mengekspresikan permusuhan melawan pemerintah,melanggar simbol-simbol nasional, mengahasutkebencian etnik, mendorong untuk kekerasan atauketidaktaatan, penyalahgunaan, merusak dan mema-sukkan, asosiasi kriminal, kerusuhan, ancamanmenganggu perdamaian, mengejek para pelayanrelijius

Penghinaan aparat publik, mengancam pegawaipublik, pemaksaan, memberontak, tidak mematuhiperintah pejabat, salah melaporkan kejahatan, mem-bantu pelarian dari penjara, tidak mematuhi permin-taan pengadilan, melanggar perintah pengadilan,peniruan

Penghinaan, penistaan, fitnah, pencemaran namabaik

Perlakuan tidak baik pada anggota F-FDTL, tingkahlaku yang tidak beraturan, pembangkakan tehadapperintah, tidak mematuhi perintah, alpa tanpa cuti

Barang milik, import, membuat, menggunakan,membeli atau menjual senjata api illegal, amunisiatau bahan peledak.

Kondisi dan pengecualian

Dalam 90 hari, pelaku harus membayar reparasikepada korban, kecuali si korban menarikkembali komplain atau memberikan pengam-punan kepada salah satu co-pelakunya

Pembunuhan yang direncankan tidak termasuk.

Pelaku harus membayar reparasi kepada korban,kecuali pihak korban menarik kembali kom-plainnya untuk memberikan pengampunan. Jika nilai dari harta benda yang di curi ataudirusak lebih dari $10.000, maka amnesti tidakdiijinan

Tidak ada amnesti apabila kejahatan dilakukanmelalui media

Tidak ada amnesti, apabila kejahatan yangdilakukan melalui media

Tidak ada amnesti apabila yang melakukanadalah media

Hanya berlaku untuk anggota F-FDTL

Senjata harus dimatikan dalam sebulan ketikaUndang-undang Amnesti diberlakukan Anggota PNTL dan FDTL sudah dibebaskandari undang-undang ini jika mereka sedangmelakukan tugasnya dan berhubungan dengankomando dan instruksi

* KUHP adalah Kode Penal Indonesia 1999, dimana masih berlaku di Timor-Leste karena RDTL belum memberlakukan punyanya sendiri.

(bersambung ke halaman 13)

Page 13: gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007. Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk ...

Buletin La’o Hamutuk Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Halaman 13

Kejahatan-kejahatan apa saja yang akan menerima amnesti (lanjutan hari halaman 12)(Lihat editorial, halaman 16)

Deskripsi

Pembakaran rumah dengan sengaja, kepemilikanakan barang peledek, mencegah luapan api hinggatidak terkontrol, merugikan atau mensabotasesistem kerjanya air minum, sistem kelistrikan,perahu, bangunan atau jalan raya

Mengekspresikan kebencian kepada pemerintah

Semua kejahatan yang dilakukan karena kelalaianatau secara tidak langsung (melalui mendukungorang lain untuk melakukanya) tidak, jika tidak inisemua di kenakan dengan undang-undang ini.

Semua kejahatan yang dilakukan karena kelalaianmelawan anggota keluarga, atau dimana korbanmenjamin pengampunan.

Lalu lintas dan pelanggaan parkir, berpindah padakekerasan.

Pelanggaran yang dapat dihukum dengan dendakurang dari $500 atau membatalkan sampai dengan$2.000

Kesalahan desiplin dengan hukuman maksimumtidak lebih daripada penskorsans

Polisi dan militar menlaggar kedisiplinan

Untuk semua kasus yang dilakukan antara tanggal20 April 2006 dan 30 April 2007, semua denda akandibatalkan, kecuali kalau denda itu lebih dai 180hari diimplementasikan sebagai penganti daripenjara akan di kurangi dengan satu tahun, kecualibahwa hukuman yang 8 tahun atau lebih akan dikurangi menjadi satu-enam

Hukuman untuk kesalahan yang dilakukan sebelum31 Juli 2006, dapat dihukum kurang dari 3 tahunpenjara, dapat juga digantikan dengan denda

Amnesti atau pengampunan dibatalkan jika pelakutelibat dalam kesalahan jahat dalam tiga tahunsetelah undang-undang ini dibelakukan

StatusHukum

KUHP187-206

KUHP 155

RDTLPeraturanpemerintah6/2003

Undang-undangRDTL,peraturanpemerintahdan peraturan

Pos-penghukumanpengampunan

Tidak dapatdipilih

Penguranganhukuman

Kejahatan-kejahatanyang diulangi

Kondisi dan pengecualian

Diberikan jika bukan material, atau pelaku per-sonal yang langsung membunuh, dan yangmencuri atau merusak harta benda atau yangharganya kurang dari $10.000

Tidak jelas apakah ini mengesampingkan pemba-tasan $10.000 diatas.

Kecuali untuk pengemudi yang sedang mabukatau meninggalkan tempat kecelakaan

Kecuali untuk kebiasaan tertentu, keuangan danpelanggaran perbankan

Kecuali dimana ada implikasi secara tidak lang-sung terhadap kejahatan atau dakwaan yangsudah diberikan sanksi yang lebih serius

Kecuali jika dapat dihukun dengan sanksi yanglebih tinggi daripada hukuman penjara

Kecuali dimana ada pemalsuan dokumen, keke-rasan seksual tehadap korban yang dibawahumur 14 tahun. Semua kejahatan yang hukum-annya lebih dari 10 tahun atau orang yang sudahmenerima pardon sebelumnya tidak memenuhisyarat.

Kebiasaan minum alkohol dan nakal/jahat tidakpantas untuk menerima amnesti.

Hanya diterapkan pada pelaku dibawa umur 18atau lebih 59 tahun yang tidak melakukan keja-hatan lain.

Page 14: gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007. Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk ...

Halaman 14 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk

tahun 1975. kebiasaan kekebalan ini telah menjadi faktorpenting yang mempengaruhi masalah keamanan yang terjadisejak tahun lalu dan berlanjut hingga hari ini. Kami masihmenunggu keadilan bagi pembunuhan pada 4 Desember 2002,untuk 37 orang yang dibunuh pada April dan May 2006, danuntuk lebih dari 100 orang yang meninggal akibat kekerasansejak itu. Kapan itu akan berhenti?

Anggota Parlemen yang mempertahankan undang-undangini mengatakan bahwa undang-undang ini bermaksudmembersihkan kasus-kasus yang bertumpuk di sistempengadilan. Mereka berargumentasi, dengan undang-undangsemacam ini, sehingga pengadilan bisa lebih fokus pada kasus-kasus yang besar. Menurut bapak Elizario Ferreira, anggotaParlemen Nasional, bahwa pemimpin yang baik seharusnyamempunyai kemampuan untuk memberikan pengampunanpada warga negaranya yang terlibat dalam kejahatan-kejahatan kecil. Dia mengatakan bahwa undang-undangamnesti ini akan memberikan kebebasan kepada orang-or-ang miskin dan lemah yang tidak memiliki kemampuan untukmembayar kuasa hukum atau pengacara, dan akanmemperbolehkan pengadilan untuk fokus pada kejahatan-kejahatan serius.

Tetapi, La’o Hamutuk tidak melihat ini sebagai suatu alasanuntuk meloloskan undang-undang ini. Lebih baik Parlemendan institusi-institusi negara lainnya seharusnya memperkuatdan memperbaiki sistem peradilan di negeri ini. Negara harusmenyediakan pembela umum untuk mereka yang tidakmempunyai uang, sehingga mereka dan semua orang dapatbertanggung jawab pada kejahatan-kejahatan yang merekalakukan. Proses peradilan seharusnya bejalan dengansesungguhnya dan secara efisiensi, sehingga negara itu sendiritidak melakukan pelanggaran pada hak asasi manusia denganmembiarkan pelaku didalam penjara tanpa kepastian sebelummereka dibawa ke pengadilan untuk diinvestigasi.

Dalam beberapa hari ketika undang-undang ini diloloskanoleh Parlemen, pengacaranya mantan Menteri Dalam NegeriRogerio Lobato (sekarang ini sedang melakukan masa tahananpenjara selama 7 tahun), meminta kepada Jaksa Agung untukmenjamin dia dengan amnesti. Hal ini jelas menunjukkanbahwa undang-undang ini tidak hanya untuk kejahatan kecil,tetapi memberikan kekebalan hukum kepada mereka yangmemimpin negara ini hingga krisis.

Undang-undang ini mengimplementasikan cara pandangyang tidak adil akan masyarakat. Seseorang yang membakarrumahnya orang-orang yang kaya (dimana harganya lebihdari $10,000) harus melalui keadilan, tetapi mereka yangmembakar rumah yang dibawah harga rata-rata akanmenerima amnesti. Hal ini bertentangan dengan tujuan fun-damental dari Konstitusi Negara “untuk mempromosikanpembangunan masyarakat berdasarkan keadilan sosial,” danjuga prinsip Konstitusi bahwa “tidak ada seorangpun dapatmengalami diskriminasi berdasarkan alasan warna kulit …status sosial dan ekonomi…” selama berabad-abad Timor-Leste telah menjadi korban dari politik dan ekonomi globaldimana negara-negara kaya melanggar hak-hak dan kekayaandari negara-negara miskin karena kekebalan hukum. Kita

seharusnya tidak mengambil kebijakan-kebijakan seperti ituuntuk melawan warganegara kita sendiri.

La’o Hamutuk dan masyarakat madani lainnya seringkalibertanya kepada Parlemen untuk tidak membuat undang-undang untuk mengkriminalkan aksi-aksi tanpa kekerasanyang seharusnya di lindungi oleh hak-hak asasi manusia yangsecara internasional dan konstitusional dijamin. Maksud kamiadalah undang-undang defamasi/penistaan dan undang-undang imigrasi, undang-undang demonstrasi dan undang-undang lainnya yang akan menambah beban sistem pengadilandan penjara dengan kasus-kasus yang tidak perlu, dan jugamelanggar konstitusi dan hak asasi manusia. Tetapi Parlemendan Pemerintah meloloskan banyak dari undang-undangtersebut. Tetapi sekarang, beberapa di Parlemen telah memu-tuskan bahwa beberapa dari undang-undang tersebut, danjuga lainnya sebagai tindak kejahatan, tidak harus dikenakanpada orang-orang tertentu dan selama periode tertentu.

Masyarakat yang berdasarkan hukum membutuhkanpraktek-praktek yang konsisten dan penggunaan universal,tujuan fundamental adalah terdapat dalam Konstitusi Timor-Leste: “untuk menjamin dan memajukan hak-hak dankebebasan-kebebasan asasi warga negara serta kehormatanbagi asas-asas Negara demokratis yang berdasarkankekuatan hukum.” Memberlakukan undang-undang yangberlebihan, dan kemudian memutuskan secara seleksi untuktidak memperkuatnya, adalah tidak ada gunanya untukmendemonstrasikan nilai-nilai ini.

Krisis nasional kita hanya akan berakhir jika orang-orangbisa percaya bahwa kekuatan hukum diimplementasikansecara adil dan merata, menyediakan stabilitas, kepercayaandan keadilan untuk semua orang. Jika para pelaku tidakbertanggungjawab pada tindakan-tindakan mereka, kami akantakut terus menerus, akan kehilangan hidup dan harta bendakami. Di negara yang hukumnya lemah, pelanggaran hak asasimanusia dan mencegah kekerasan, stabilitas dan pemban-gunan, membawa kita pada kemiskinan, kriminalitas danpelanggaran hukum. Kurangnya pertanggungjawaban untukkejahatan-kejahatan masa lalu akan membawa ke lebihbanyak lagi kejahatan di masa datang.

Memberikan ijin kepada kriminal untuk mengulangitindak kejahatan-kejahatan mereka

Ini sangat ironik dan sedih karena para pemimpin kita yangmeminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untukmengirimkan Komisi Investigasi Independen (KII) tahun laludan sekarang tidak rela untuk menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi yang disampaikan oleh KII, yang mana meliputipenuntutan 68 orang nama dan investigasi lebih lanjut padalebih dari 70 orang lainnya. Seperti yang simpulkan oleh Komisi:“Komisi sadar bahwa ada keinginan besar sekali dari masya-rakat untuk mendapatkan keadilan, dimana harus dipenuhimelalui sistem pengadilan yang adil, efisiensi, dan dapat diper-caya. Komisi melihat bahwa keadilan, perdamaian dan demo-krasi secara dewasa memperkuat kekuasaan. Jikaperdamaian dan demokrasi dimajukan, keadilan pasti tampakefektif.”

Editorial: Undang-undang Amnesti mengkekalkan Kekebalan Hukum(Lanjutan hari halaman 16)

Page 15: gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007. Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk ...

Buletin La’o Hamutuk Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Halaman 15

Undang-undang ini menginjinkan para pelaku yang dibawahumur 18 tahun dan diatas 59 tahun untuk membayar dendadaripada menjalankan masa tahanan di penjara. Hal inimendukung para pemuda yang melakukan kiminal untukmengulangi kejahatan-kejahatan yang telah mereka lakukan,karena denda lebih mudah daripada pergi ke penjara. Kamitahu bahwa banyak kejahatan yang dilakukan oleh anak-anakdan para pemuda, ini semua dikarenakan pengangguran,sehingga beberapa pemuda yang menganggur digunakan olehaktor-aktor politik. Anak-anak dan pemuda rentan akanmanipulasi seperti itu, dan kami setuju bahwa mereka tidakseharusnya dikirim ke penjara. Meski demikiaan membayardenda juga tidak tepat, tanpa mendidik mereka untukmenghargai hak orang lain akan keselamatan, keamanan danhidup. Lebih dari itu, denda akan membuat mereka rentanpada orang-orang yang memiliki uang dan membayar merekauntuk melakukan kejahatan lagi.

Sejauh ini, Timor-Leste belum memiliki pengadilan khususatau mekanisme legal untuk memproses pelaku-pelaku yangmasih sangat muda, dan kami mendorong Parlemen Nasionaldan Pemerintah untuk menciptakan satu. Kami jugamerekomendasikan kepada pemerintah untuk mendirikanpusat rehabilitasi untuk para pemuda dan anak-anak, untukmemfasilitasi pendidikan mereka sehingga mereka dapatmemperbaiki tingkah laku mereka. Ini juga akan membantumenyembuhkan para korban, jika tidak, rasa sakit hati dankebencian di antara orang akan berlanjut, dan ini akanmenciptakan lingkaran balas dendam dan membuat keadilandi Timor-Leste akan lebih sulit untuk capai.

Parlemen tidak konsisten dan tidak mewakiliParlamen Nasional seharusnya mewakili semua warga

negara kita. Pasal 92 Konstitusi kita mengatakan bahwa“Parlamen Nasional adalah lembaga kedaulatan RepublikDemokrasi Timor-Leste yang mewakili semua warga negaraTimor-Leste dan diberikan wewenang legislatif, pengawasandan pengambilan keputusan politik.” Tetapi, undang-undangAmnesti ini menunjukkan bahwa Parlamen kadang-kadangmewakili para pelaku kejahatan saja, daripada semua orang.

Sebuah undang-undang yang menyumbangkan keadilanadalah tidak pernah tepat, tetapi khususnya ini adalah waktuyang buruk untuk sebuah undang-undang dimana akanmerusak harapan dari banyak orang yang telah bekerja untukkeadilan. Di tengah-tengah musim pemilihan umumkebanyakkan orang, termasuk anggota Parlemen, fokus padakampanye dan tidak memberikan perhatian pada pekerjaanmereka atau kepada keinginan rakyat. Lebih jauh dari itu,Parlemen meloloskan undang-undang ini kurang dari satu bulansebelum mereka meninggalkan kantor, mengurangi demo-krasinya Timor-Leste dan membuat kita untuk percaya bahwamereka tidak ingin mengijinkan anggota Parlemen baru yangakan dipilih untuk memperkuat keadilan.

Sayangnya, beberapa dari anggota Parlemen kamimempunyai memori yang lemah. Pada 9 Desember 2006,Komisi Ad Hoc (Komisaun Iventual) Parlemen untukmempelajari Laporan Komisi Investigasi Independen PBBuntuk Timor-Leste, yang mana meliputi beberapa pelaku dalamUndang-undang Amnesti ini, dalam laporannya bahwa:

“Komisi Ad Hoc yakin bahwa Timor-Leste berbagipemikiran yang universal sehubungan dengan‘keadilan, perdamaian dan demokrasi tidak bertujuansecara dewasa, tetapi secara dewasa memperkuatkekuasaan.’ Komisi Ad Hoc juga berpendapat bahwamasyarakat Timor-Leste membela dan berjuangsupaya bisa ada akhir dari kekebalan hukum.

“Komisi Ad Hoc berpendapat bahwa telah sangatdiperlukan dan mendesak untuk mengejar jalan kecilrekonsiliasi politik, sosial, dan moral, dan untukmendukung semua inisiatif yang berhubungandengan itu, rekonsiliasi tidak dapat membatasibahkan menghalangi masalah keadilan dan mem-berantas kekebalan hukum. Para pelaku tindakkejahatan harus bertanggungjawab dan dibawa kepengadilan.”

La’o Hamutuk berharap bahwa Presiden akan mengingatkata-kata bijaksana ini, meskipun Parlemen telah melupa-kannya.

Siapa di La’o Hamutuk?Staf La’o Hamutuk: Shona Hawkes, Yasinta Lujina, Inês Martins, Guteriano Neves, Charles Scheiner, Santina Soares,

Maximus Tahu

Penerjemah: Selma Hayati, Nugroho Kacasungkana, Douglas Kammen, Pamela Sexton, Andrew de Sousa

Dewan Penasehat: Joseph Nevins, Pamela Sexton, Adérito de Jesus Soares, Justino da Silva, Oscar da Silva

Page 16: gratis Buletin La’o Hamutuk · Kelemahan-kelemahan ini tampak jelas dengan ... Hari Pemilihan Presiden, 9 April 2007. Halaman 2 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk ...

Halaman 16 Vol. 8, No. 2 Juni 2007 Buletin La’o Hamutuk

Apakah La’o Hamutuk itu?La’o Hamutuk (Berjalan Bersama) adalah sebuahorganisasi Timor-Leste yang memantau, mengana-lisis, dan melaporkan tentang kegiatan-kegiataninstitusi-institusi internasional utama yang ada diTimor Lorosa’e dalam rangka pembangunan kembalisarana fisik, ekonomi dan sosial negeri ini. La’oHamutuk berkeyakinan bahwa rakyat Timor-Lesteharus menjadi pengambil keputusan utama dalamproses ini dan bahwa proses ini harus demokratisdan transparan. La’o Hamutuk adalah sebuahorganisasi independen yang bekerja untuk mem-fasilitasi partisipasi rakyat Timor-Leste yang efektif.Selain itu, La’o Hamutuk bekerja untuk meningkatkankomunikasi antara masyarakat internasional denganmasyarakat Timor-Leste. Staf La’o Hamutuk baik itustaf Timor-Leste maupun internasional mempunyaitanggungjawab yang sama dan memperoleh gaji.Terakhir, La’o Hamutuk merupakan pusat informasi,yang menyediakan berbagai bahan bacaan tentangmodel-model, pengalaman-pengalaman, danpraktek-praktek pembangunan, serta memfasilitasihubungan solidaritas antara kelompok-kelompok diTimor-Leste dengan kelompok-kelompok di luarnegeri dengan tujuan untuk menciptakan model-model pembangunan alternatif.

La’o Hamutuk mempersilakan kepada mereka yangingin menyalin kembali buletin atau foto yang adadalam buletin dengan gratis. Buletin dan foto yangdisalin harus tetap mencantumkan nama La’oHamutuk sebagai sumber utamanya.Dalam semangat mengembangkan transparansi,La’o Hamutuk mengharapkan anda menghubungikami jika mempunyai dokumen dan atau informasiyang harus mendapatkan perhatian rakyat Timor-Leste serta masyarakat internasional.

(bersambung ke halaman 14)

Editorial: Undang-undang Amnesti mengkekalkan Kekebalan Hukum

Pada 4 Juni 2007, Parlamen Nasional Timor-Lestemeloloskan Undang-undang no. 35/I/5a berjudul“Kebenaran dan Tindakan Pengampunan untuk

Berbagai Pelanggaran.” Ketika artikel ini ditulis, undang-undang ini sedang berada di meja Presiden Jose Ramos-Horta, menunggu untuk di sebarluaskan atau veto. Undang-undang ini buruk untuk keadilan dan atau untuk rakyat kita,dan akan memperpanjang kebebasan dari hukuman danmemastikan pembagian politik dan masyarakat yang telahmembawa kita pada krisis sekarang ini. La’o Hamutukmendesak Presiden baru untuk memveto Undang-undang ini.

Undang-undang ini akan diberlakukan pada kejahatan-kejahatan sepanjang tahun lalu, dimana telah memakan nyawabanyak orang dan menyebabkan banyak orang yangkehilangan rumah dan tempat tinggal mereka. Banyakperempuan yang telah menjadi janda dan anak-anak menjadipiatu. Ketika undang-undang ini diloloskan masih terdapatbanyak kesalahan dalam penulisan, dimana ini menujukkanbahwa Parlamen tidak benar-benar memberikan perhatianpada undang-undang ini – Parlamen FRETILIN ingin mem-berlakukan undang-undang ini dengan buru-buru sebelumpemilihan Parlamen baru datang. La’o Hamutuk dan yang lainyaprihatin bahwa jika Undang-undang ini diberlakukan, akanmembawa kemunduran bagi sistem peradilan di Timor-Leste.

Undang-undang ini memberikan pengampunan kepada or-ang-orang yang melakukan kejahatan-kejahatan serius diTimor-Leste antara tanggal 20 April 2006 sampai 30 April2007. Para Pelaku berbagai kejahatan tanpa harus datang kepemeriksaan pengadilan atau melalui proses pengadilan apasaja untuk menerima amnesti. Undang-undang ini menye-butkan lebih dari 180 kejahatan-kejahatan khusus yang akanmendapatkan amnesti (lihat tabel, halaman 12). Untukbeberapa dari mereka, korban dari kejahatan bisa menerimaganti rugi dan harus memberikan ijin untuk mendapatkanpengampunan.

Sekarang ini, banyak orang Timor-Leste meninggal karenakejahatan-kejahatan tersebut. Ribuan orang yang lain sudahlebih dari setahun tinggal di kampung pengungsi, dan bahkanbanyak anak-anak yang pendidikan mereka telah terganggu,menghancurkan masa depan mereka. Undang-undang inimempedulikan mereka yang terlibat dalam kejahatan-keja-hatan, tetapi tidak mempertimbangkan penderitaan dari or-ang-orang sipil yang tidak tahu apa-apa akibat tindakanmereka.

Walaupun undang-undang ini berjudul “Kebenaran danTindakan Pengampunan untuk Berbagai Pelanggaran,” kamitidak menemukan sebuah kebenaran didalamnya. Dalammukadimah menjelaskan mengenai pentingnya mencarikebenaran, tetapi undang-undang ini tidak memasukan prosespencarian, kesaksian, dengar pendapat umum ataumekanisme lain dimana bisa menemukan kebenaran. Mungkinini adalah cerita keberhasilan logik untuk Komisi Kebenarandan Persahabatan, yang mana proses “kebenaran” hanyamelayani untuk mempublikasikan pelayanan pribadi dari parapelaku saja, penjumlahan yang tidak akurat dari tindakanmereka yang terjadi selama 1999.

Melanggar Konstitusi untuk Kekebalan HukumAyat pertama Konstitusi Timor-Leste mengatakan bahwa

negara Timor-Leste adalah berdasarkan kekuasaan hukum,keinginan rakyat dan kehormatan atas martabat manusia.”Tetapi undang-undang ini melanggar pasal itu, memberikanamnesti dan pengampunan tanpa berdasarkan keadilan.Konstitusi pasal 16 menyatakan bahwa “semua warga negaraadalah sama di depan hukum, memiliki hak yang sama dantunduk pada kewajiban yang sama. Oleh karena itu undang-undang amnesti ini seharusnya tidak hanya untuk melindungibeberapa pelaku tanpa menghargai hak dari para korban.

Timor-Leste memasuki lingkaran kekebalan hukum yangkekal, dimana ini melemahkan peranan hukum dalammemberikan keadilan untuk menangkis kejahatan-kejahatandi masa depan. Tidak pernah ada keadilan pada hampir semuakejahatan yang telah membunuh lebih dari seribuan orangdisini di tahun 1999, membiarkan sekitar ratusan ribu sejak