Timor Basin

20
KEMENTERIAN PENDIDIKAN TINGGI, RISET DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOLOGI TUGAS MATA KULIAH GEOLOGI INDONESIA “GEOLOGI CEKUNGAN TIMOR” DISUSUN OLEH: MUKHTARODIN WIDODO 12/338779/TK/40258 MOCH. AS’AD MUZAKKY 12/333875/TK/40216 DOSEN PENGAMPU: Ir. BUDIANTO TOHA, M. Sc. YOGYAKARTA MARET 2015

description

Geologi Regional Timor Basin

Transcript of Timor Basin

  • KEMENTERIAN PENDIDIKAN TINGGI, RISET DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    FAKULTAS TEKNIK

    JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

    TUGAS MATA KULIAH GEOLOGI INDONESIA

    GEOLOGI CEKUNGAN TIMOR

    DISUSUN OLEH:

    MUKHTARODIN WIDODO 12/338779/TK/40258

    MOCH. ASAD MUZAKKY 12/333875/TK/40216

    DOSEN PENGAMPU:

    Ir. BUDIANTO TOHA, M. Sc.

    YOGYAKARTA

    MARET

    2015

  • GEOLOGI CEKUNGAN TIMOR

    Pendahuluan

    Secara geografis kawasan Timor Basin berada di sekitar koordinat 8034 LS

    dan 125034 BT, atau terletak kurang lebih 500 km sebelah utara dari benua

    Australia serta dipisahkan oleh Laut Timor. Sementara Pulau Timor sendiri

    merupakan bagian dari busur Banda yang terletak antara Laut Savu dan Laut

    Timor serta berada pada zona tumbukan antara tepi barat laut lempeng benua

    Indo-Australia yang bergerak ke utara dengan lempeng Eurasia, Busur Banda ini

    memanjang kurang lebih 2000 km melewati pulau-pulau Tanibar, Kai, Seram, dan

    semakin menunjam di sekitar Pulau Buru. Berikut merupakan peta lokasi dimana

    letak dari Timor Basin

    Gambar 1. Peta Lokasi Timor Basin

    1. Geologi Regional

    I.1. Fisiografi Regional

    Secara fisiografis Pulau Timor sendiri dapat dibagi menjadi dua

    kawasan yaitu Timor Barat dan Timor Timur. Timor Barat secara umum

    disusun oleh barisan perbukitan bergelombang, dataran tinggi, dan dataran

    rendah yang tersebar di beberapa tempat. Sementara itu, Timor Timur

  • secara umum memiliki fisiografi dengan morfologi berupa dataran dengan

    sebagian kecil daerah yang bergelombang.

    Menurut Sani dkk. (1995), kawasan Timor Barat dapat dibagi menjadi

    tiga zona fisiografi, berikut merupakan peta fisiografi kawasan Timor Barat.

    Gambar 2. Peta Zona Fisiografi Timor Barat (Sani dkk., 1995)

    Selanjutnya, kawasan Timor Barat dapat dibagi menjadi beberapa

    zona fisiografi antara lain yaitu

    1. Barisan Perbukitan Utara (Northern Range)

    Zona Barisan Perbukitan Utara dicirikan oleh barisan perbukitan dengan

    topografi yang rapat dan kasar/terjal. Adapun litologi penyusun dari zona

    ini adalah batuan dari kompleks melange serta batuan dari tepi kontinen

    Australia yang berumur Paleozoikum-Mesozoikum.

    2. Cekungan Tengah (Central Basin)

    Zona ini dicirikan oleh dataran rendah dengan kemiringan landai yang

    disusun oleh endapan synorogenik klastik dan karbonat berumur Neogen

    Akhir.

  • 3. Barisan Perbukitan Selatan (Southern Range)

    Zona ini dicirikan oleh barisan perbukitan yang merupakan rangkaian

    lembaran sesar naik (thrust sheet). Zona ini sendiri disusun oleh batuan

    berumur Trias-Miosen yang termasuk dalam Sikuen Kekneno dan

    Sekuen Kolbano.

    I.2. Tektonostratigrafi

    Secara tatanan tektonik cekungan Timor berada pada zona kolisi awal. Pada

    wilayah cekungan ini proses tektoniknya sangatlah kompleks dan sangat

    mempengaruhi posisi stratigrafi batuan penyusunnya. Gambar di bawah ini

    merupakan representasi dari pembagian satuan tektonostratigrafi dari Timor basin

    yang dikemukakan oleh Barber (1981).

    Gambar 3. Tektonostratigrafi Timor (Modifikasi dari Barber, 1981)

    Dari gambar di atas secara garis besar Barber (1981) membagi cekungan timor

    menjadi 3 formasi, antara lain yaitu Formasi Paraautochtone, Formasi

    Allotochtone, dan Formasi Autochtone.

    1. Formasi Paraautochtone

    Formasi ini merupakan batuan dasar atau basement rock dari Zona Timor

    yang terdiri dari Unit Australia Continental Shelf yang dicirikan oleh

    sedimen klastik Bisane yang berumur Perm, batugamping dan sedimen

    klastik Aitutu berumur Trias, sedimen klastik Wailuli berumur Jura, serta

    kalsilutit dan rijang Nakfunu yang berumur Kapur. Adanya kolisi antara

  • lempeng benua Eurasia dengan lempeng Indo-Australia menyebabkan

    formasi ini memiliki litologi penyusun yang berumur cukup tua berkisar

    dari masa Paleozoik sampai Mesozoik berasal dari batuan yang dibawa

    oleh lempeng Indo-Australia.

    2. Formasi Allochtone

    Secara garis besar Formasi Allochtone tersusun atas beberapa satuan

    tektonostratigrafi yang berumur lebih muda dari formasi Paraautochtone,

    umur formasi ini diperkirakan antara zaman Kretaseus hingga Paleogen.

    Secara rinci formasi ini tersusun atas beberapa satuan tektonostratigrafi

    antara lain yaitu

    a. Satuan Atapupu. Satuan ini tersusun atas peridotit dan milonit.

    b. Satuan Oeccusi. Satuan ini tersusun atas basalt berstruktur bantal

    c. Satuan Aileu-Maubisse. Satuan ini tersusun atas batugamping dan

    batuan vulkanik berumur Perm serta batuan metamorf Aileu.

    d. Satuan Mutis. Satuan ini tersusun atas batuan metamorf dan peridotit,

    batuan volkanik berumur Eosen, serta rijang Palelo dan klastik

    batugamping berumur Jura Atas - Paleosen. Satuan Mutis ditindih

    secara tidak selaras oleh tiga satuan yaitu klastik Noil Toko dan

    batugamping Cablac (Oligosen-Miosen), batulempung bersisik

    Bobonaro (Miosen Tengah-Pliosen), dan batugamping Batuputih

    (Pliosen).

    e. Satuan Kolbano. Satuan ini tersusun atas radiolarite Ofu dan kalsilutit

    Batuputih berumur Kapur Akhir-Pliosen.

    3. Formasi Autochtone

    Formasi Autochtone merupakan formasi termuda berdasarkan

    tektonostratigrafinya. Formasi ini terdiri dari sedimen klastik Noele

    berumur Plio-Pleistosen yang ditindih secara tidak selaras oleh endapan

    aluvial dan batugamping terumbu koral yang berumur Kuarter.

    1.3. Tektonik Regional

    Seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya, Busur Banda

    tersusun atas rangkaian pulau-pulau kecil yang memanjang dari barat ke timur

  • seperti Pulau Tanimbar, Kai, Seram dan Pulau Timor yang merupakan pulau yang

    terletak paling selatan dibarisan Busur Banda. Selanjutnya, menurut Barber

    (1981) di bagian selatan dari Busur Banda terdapat terusan Timor dengan

    kedalaman kurang lebih 3 km dari permukaan air laut yang mana terusan ini

    memisahkan antara busur Banda dengan lempeng Indo-Australia.

    Selanjutnya, terbentuknya kepulauan di wilayah sekitar Timor erat

    kaitannya dengan Busur Banda yang merupakan busur kepulauan ganda

    berbentuk tapal kuda yang merupakan pertemuan antara 3 lempeng utama yaitu

    Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Australia (Hamilton,

    1977). Berikut merupakan gambaran struktur-struktur geologi yang terbentuk

    akibat dari tatanan tektonik wilayah ini.

    Gambar 4. Unsur-Unsur Tektonik Wilayah Sekitar Cekungan Timor

    Secara umum Busur Banda dapat dibagi menjadi dua bagian, anatar lain yaitu:

    1. Busur Banda bagian dalam, merupakan busur vulkanik yang terdiri atas

    batuan vulkanik dengan komposisi dominan kalk-alkali, serta endapan

    volkaniklastik dan karbonat.

    2. Busur Banda bagian luar, terdiri atas campuran batuan beku, sedimen, dan

    metamorf dengan struktur geologi yang kompleks. Timor sendiri termasuk

    dalam Busur Banda bagian luar.

  • Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa geologi Timor yang kompleks

    merupakan hasil kolisi dari Lempeng Indo-Australia bagian barat laut dengan

    Busur Kepulauan Banda yang merupakan bagian selatan dari Eurasia Continental

    Shelf sehingga kerak Benua Australia menunjam di bawah busur kepulauan

    dengan arah kecondongan cenderung ke utara. Kolisi ini diperkirakan terjadi pada

    Miosen Akhir. Tumbukan awalnya terjadi di bagian tengah Timor dan kemudian

    berpindah ke arah baratdaya dengan kecepatan sekitar 110 km/Ma (Harris, 1998).

    Setelah proses tumbukan tersebut, terjadi obduksi dari lempeng Busur Banda ke

    atas batas pasif lempeng benua Australia. Ini menyebabkan endapan Banda

    Allochthon muncul di kerak muka busur sehingga menutupi endapan benua

    Australia yang berumur Perm-Trias. Peristiwa tumbukan tersebut berlangsung

    hingga sekarang sehingga batuan yang berumur pra Pleistosen terlipat dan

    tersesarkan. Kegiatan tektonik yang berlangsung hingga sekarang tercirikan oleh

    adanya kegempaan aktif, terobosan mud diapir, serta uplift dan subsiden.

    Gambar 5. Penampang Skematik Utara Barat Laut- Tenggara dari Busur Banda

    Secara regional, struktur geologi yang terdapat di Timor sangat kompleks.

    Struktur utama yang ditemukan antara lain adalah lipatan, sesar naik, dan sesar

    mendatar cenderung berarah kiri. Struktur geologi yang berkembang secara umum

    dibentuk oleh tegasan-tegasan utama yang berarah Baratlaut - Tenggara. Struktur

    lipatan hadir sebagai Antiklin Aitutu yang berarah Baratdaya Timurlaut dan

    Antiklin Cribas yang berarah Barat - Timur. Tiga sesar utama di Pulau Timor

    adalah Sesar Semau, Sesar Mena-mena, dan Sesar Belu. Ketiganya merupakan

    sesar mendatar mengiri dengan arah bidang sesar yang relatif sama yaitu berarah

  • Timurlaut - Baratdaya. Selain itu juga terdapat Sesar Tunsip-Toko yang juga

    merupakan sesar mendatar mengiri namun dengan arah bidang sesar yang berbeda

    yaitu berarah Baratlaut - Tenggara. Sesar naik banyak dijumpai pada Blok

    Kolbano yang secara struktur merupakan jalur anjakan-lipatan. Lipatan yang

    terbentuk memiliki sumbu relatif Timur-Barat dan terbentuk pada Plio-Pleistosen.

    Arah sesar naik umumnya berarah relatif Timur - Barat dan berasosiasi dengan

    terbentuknya lipatan di Kolbano. Sesar mendatar mengiri berkembang intensif di

    selatan blok Kolbano dengan arah umum Timurlaut - Baratdaya.

    Gambar 6. Peta Struktur Geologi Pulau Timor (Charlton, 2002)

    I.4. Startigrafi Regional

    Sekuen stratigrafi regional Cekungan Timor memiliki rentang umur mulai

    dari permian hingga pleistosen. Berikut merupakan macam-macam formasi yang

    ada di cekungan Timor.

    1. Formasi Maubisse

    Formasi Maubisse tersusun atas batuan tertua yang pernah diketahui di daerah

    Timor barat, yaitu berupa batugamping dan batuan beku ekstrusif berumur

    Permian awal hingga akhir (de Roever,1940; Audley-Charles,1968).

  • Litologi yang paling banyak ditemukan pada formasi ini adalah biokalkarenit

    merah hingga ungu, packstone dan bounstone yang kaya akan debris koral,

    crinoid, bryozoa, braciopoda, chepalopoda dan fusilinida. Tipe dari matriknya

    adalah mikrit yang telah terkristalisasi oleh semen sparit yang me-replace

    sebagian besar dari bioklastiknya. Bagian bawah dari fasies Maubisse

    merupakan batugamping masif berwarna putih hingga abu-abu, mikrit berlapis

    baik, perselingan klastik yang jarang dan deposit channel yang secara litologi

    memiliki persamaan dengan formasi Cribas yang berumur Permian.fragmen

    litik dalam batugamping yang menjadi aksesoris pada formasi Maubisse juga

    teridentifikasi pada formasi Cribas.

    2. Formasi Atahoc

    Formasi Atahoc teridentifikasi berumur Sakmarian, Permian awal sesuai

    dengan hasil dating pada Ammonoid di bagian Timor Timur (Bird, 1987).

    Sedangkan untuk bagian Timor Barat formasi Atahoc tidak tersingkap secara

    luas, hanya tersingkap sedikit di sepanjang garis pantai Barat Laut, Sungai

    Noil laka dan daerah Nenas yang berada dibagian utara. Batupasir pada

    formasi ini memiliki ukuran butir halus, jenis arkose, sortasi sedang,

    mengandung kuarsa monokristalin dengan plagioklas subordinate dan felspar

    untwinned, fragmen kayu yang mengalami piritisasi, dan fragmen lithik

    Mutis/Lolotoi (ekuivalen dengan filit dan serpih). Proses identifikasi

    kandungan fosil yang mengambil 4 sampel menunjukkan hasil kandungan

    fosil mikrofosil yang barren.

    3. Formasi Cribas

    Audley-Charles (1968) mengklasifikasikan Formasi Cribas yang berumur

    Permian Awal meliputi daerah Timor Timur, kemudian Bird (1987)

    memperluas daerah tersebut hingga meliputi Timor Barat. Bird menyebutkan

    terdapat 5 fasies utama yang menerus secara lateral dengan batas antar lapisan

    yang tegas, terdiri dari batupasir dengan warna yang bervariasi, batulanau,

    serpih hitam dan batugamping bioklastik dengan ketebalan lebih dari 4000

  • meter. Dari 8 sampel yang di-dating, 3 diantaranya menunjukkan umur

    Permian, dan salah satunya menunjukkan umur Sakmarian atau lebih muda.

    Mengacu kepada hasil analisis Petrografi batupasir diklasifikasikan menjadi

    Bimodal, feldspathic litharenit berukuran halus hingga kasar, kuarsa

    polikristalin, plagioklas, fragmen volkanik dan echinoderm biolcasts.

    Provenance batuan merupakan daerah proksimal hingga batuan beku dasar.

    Bird (1987) juga menyebutkan bahwa lokasi deposisi berada di lingkungan

    shallow shelf setelah melakukan identifikasi pada komunitas Atomodesme

    yang merepresentasikan iklim sedang hingga subtropis pada kedalaman 20

    hingga 50 meter.

    4. Formasi Niof

    Formasi Niof memiliki umur pada rentang Trias awal hingga tengah. Studi

    paling komprehensif yang pernah dilakukan pada formasi ini dilakukan oleh

    Cook pada tahun 1986, yang dilakukan di daerah Nenas. Tipe perlapisan pada

    Formasi Niof umumnya tegas dan menampakkan struktur sedimen yang

    banyak. Umum juga ditemukan Slump dengan skala besar, Intraformational

    growth faulting,dan struktur sedimen selama pengendapan lainnya. Litologi

    dominan menunjukkan batulempung dengan perlapisan tipis hingga laminasi,

    serpih berwarna abu-abu, hitam, merah dan coklat, batulanau, batupasir dengan

    tipe graywacke, batulempung karbonatan dan batugamping keras. Pada

    singkapan Nenas bagian utara di dekat Liliana, terdapat serpih dengan struktur

    sedimen laminasi yang menampakkan sejumlah struktur crack hasil desikasi

    dengan puncak berbentuk asimentri yang terpisah satu sama lain berjarak 10

    hingga 20 sentimeter, dan arah arus purba ke Barat daya. Seperti halnya

    formasi Cribas, proses deposisi utama dari formasi ini merupakan dikontrol

    oleh arus Turbid dengan setting berupa lingkungan laut dangkal.

    5. Formasi Aitutu

    Menurut Audley-Charles (1968), litologi paling dominan pada formasi Aitutu

    adalah batugamping putih, kadang-kadang pink, berselang-seling dengan

    mudstone yang berwarna bervariasi dari abu-abu hingga hitam. Kadang-

  • kadang chert ditemukan terpresipitasi di dalam batugamping. Pada singkapan,

    terdapat lapisan berlapis baik setebal 45-60 cm dengan kontak planar dan

    tegas. Sepanjang bidang perlapisan, makrofauna seperti Halobia, Daonella,

    Monotis, variasi dari ammonit dan fragmen fosil lainnya sangat umum

    dijumpai.

    6. Formasi Babulu

    Formasi Babulu terdiri dari litologi serpih yang berselang-seling dengan

    batulanau, batupasir serabut, dan batupasir masif dari Anggota Lapunuf

    (Giani, 1971; Cook, 1986). Kontak lapisan tegas namun bergelombang.

    Litologi pada bagian atas formasi ini umumnya berupa batugamping silang-

    siur, brittle, dan serpih karbonatan berwarna abu-abu cerah dimana hal ini

    mirip dengan salah satu bagian pada formasi Aitutu. Pada singkapan,

    permukaan dari Anggota Lapunuf yang mengalami pelapukan selalu nampak

    berwarna coklat hingga kekuning-kuningan, sedangkan pada permukaan yang

    segar berwarna putih hingga abu-abu. Bidang perlapisan pada batupasir masif

    memiliki ketebalan antara 30 sentimeter hingga 3 meter. Struktur sedimen

    yang umum dijumpai berupa perlapisan, bentuk ciri biogenik, dan mudcrack.

    Permukaan bidang perlapisan terdiri dari brachipoda dan ammonit berukuran

    kecil yang cukup melimpah dan berorientasi, mudcrack, sole mark, dan trace

    fossils dari Nereites (Cook, 1996). Perlapisan Shale yang tipis, Batulanau dan

    batupasir sering menampakkan : 1) siklus menghalus atau mengkasar ke atas,

    2) rip-up clast, 3) perlapisan, termasuk laminasi paralel subparalel hingga

    bedding, minor cut and fill, laminasi silang-siur, current ripple berskala kecil

    dan bioturbasi.

    7. Formasi Wai Luli

    Charlton (1987) merupakan peneliti pertama yang mengidentifikasi

    keberadaan Formasi Wai luli yang berumur Jura di daerah Timor Barat,

    walaupun saat itu distribusi secara luas dari formasi tersebut belum diketahui

    sebelumnnya seperti studi yang telah dilakukan sekarang. Litologi yang

    mendominasi formasi ini adalah perselang-selingan Shale dan batulempung

  • yang berwarna abu-abu gelap secara homogen dengan batugamping kaya

    akan material organik, kalsilutit dan batulanau. Ketebalan formasi Wailuli di

    daerah Timor Timur diperkirakan mencapai 800 hingga 100 meter (Audley

    Charles, 1968).

    8. Formasi Oe Baat.

    Formasi Oe Baat sudah pernah dideskripsi secara lengkap oleh Charlton

    (1987). Formasi ini hanya tersingkap di satu lokasi saja di Timor, yaitu di

    daerah Pasi Inlier. Kemudian Formasi ini diklasifikasikan menjadi 2 fasies

    utama, yaitu anggota batupasir masif dengan glaukonit sebagai aksesoris, dan

    perlapisan baik anggota glaukonit yang tersementasikan oleh mineral Opal.

    Fasies batupasir masif tersingkap di Sungai Noil Metan, permukaan bidang

    tidak tegas namun saat diobservasi ditemukan batupasir dan lempung yang

    saling bergantian. Warna singkapan berupa warna coklat untuk batuan yang

    telah mengalami pelapukan, dan warna khaki untuk batuan yang masih segar.

    Cukup banyak ditemui adanya sesar-sesar normal. Bagian dasar dari

    singkapan ini telah diobservasi di daerah DIS-2 dan nampak terdiri dari

    batulempung hitam hingga coklat dan shale dengan limonit berbentuk nodule

    berukuran lempung yang mengerak.shale teridentifikasi berumur Tithonian,

    Jura akhir.

    9. Formasi Nakfunu

    Litologi yang ada pada formasi Nakfunu terdiri dari radiolarit, claystone,

    kalsilutit, perulangan shale, dan sedikit hadir kalkarenit, wackestone dan

    packstone. Satu ciri istimewa dari formasi Nakfunu adalah adanya perlapisan

    secara konsisten memiliki ketebalan antara 3 hingga 30 sentimeter saja dengan

    batas yang tegas, datar, kontak planar hingga bergelombang. Satuan shale

    dapat berupa perulangan atau masif. Nodule besi-mangan berwarna hitam juga

    umum ditemukan di singkapan. Hasil Pengukuran stratigrafi mengindikasikan

    bahwa ketebalan formasi rata-rata 500 meter.

  • Struktur sedimen jarang ditemukan pada formasi Nakfunu, namun laminasi

    dan Mottle berwarna pink hingga abu-abu cukup umum ditemukan. Biasanya

    batuan yang belum mengalami pelapukan bersifat brittle dan keras,

    menampakkan retakan sub-angular hingga sub-konkoidal. Radiolarit dan

    claystone mengandung sejumlah material tuff, chert dan nodular-nodular bijih.

    Formasi Nakfunu memiliki umur Albian, Kapur Akhir (Rosidi et al., 1981)

    10. Formasi Menu

    Formasi Menu Kapur awal hingga akhir. Terdiri dari litologi kalsilutit

    berwarna merah, pink dan putih serta wackestone pelecypoda. Formasi Menu

    secara litologi memiliki kemiripan dengan Formasi Ofu yang berumur Tersier,

    termasuk juga satuan yang oleh Charlton (1987) disebut sebagai Formasi

    Boralalo. Perbedaan mendasar antara keduanya adalah Formasi Ofu selalu

    menampakkan litologi yang masif, sedangkan Formasi Menu menampakkan

    perlapisan planar, batas tegas, diaman tiap individu lapisan memiliki ketebalan

    diatas 6 sentimeter dan selalu lebih tipis dari ukuran 60 sentimeter. Pada

    Batugamping biasanya mengandung chert merah berbentuk lapisan setebal 1

    hingga 2 sentimeter maupun nodule dan sering menampakkan belahan internal

    yang intensif. pada bidang perlapisan hadir cast dari branching trace fossils

    dengan panjang mencapai 70 sentimeter dan lebar 5 sentimeter. Litologi dari

    Formasi Menu diendapkan sebagai endapan calciturbidites distal pada

    lingkungan laut dalam sama halnya dengan Formasi Ofu. Dari 13 sampel yang

    diambil untuk dilakukan dating menunjukkan formasi ini memiliki rentang

    umur dari Berrisian, Kapur awal hingga Maastrichtian, Kapur Akhir.

    11. Formasi Ofu

    Litologi yang mendominasi pada formasi ofu adalah batugamping masif

    berwana putih hingga pink yang menunjukkan pecahan konkoidal hingga

    subkonkoidal dan permukaan yang berkilap kaca atau porselen. Pada

    singkapan, satuan ini terdiri dari laminasi sangat tipis dan belahan akibat

    tekanan larutan yang intensif, menghasilkan urat-urat kalsit dengan stylolite,

    kekar dan retakan.

  • 12. Formasi Viqueque

    Istilah Formasi Viqueque yang digunakan memiliki persamaan dengan istilah

    Anggota Viqueque yang digunakan oleh Kenyon (1974) untuk

    mendeskripsikan keseluruhan suksesi mengkasar ke atas dari kalsilutit dan

    chalk ke batupasir yang ditutup dengan gravel kuarter dan batugamping

    terumbu. Formasi Viqueque terbentuk di tengah cekungan, bagian barat dan

    selatan dari satuan Kolbano yang terimbrikasi, dan mungkin sampai ke bagian

    yang ada di utara.

    Litologi utama anggota Batu Putih adalah kalsilutit masif berwarna putih atau

    chalk dan napal berwarna abu-abu cerah yang terdapat debris didalamnya.

    Satuan ini memiliki sifat lunak hingga keras dan perlapisan yang tidak tegas.

    Lapisan tuf jarang ditemukan di luar daerah type locality-nya, namun vitric

    glass chards sebagai aksesoris masih dapt ditemukan. Satuan Allogen klastik

    dan Bioklast kasar ditemukan saling menjari dengan Anggota Noele.

    Batugamping dari Anggota Batu Putih merupakan planktonic foraminiferal

    wackestone yang kaya akan fosil Globigerina. Sedangkan komponen yang

    menjadi aksesoris adalah debris dari molluska,foraminifera bentonik,

    Ostrakoda, debris dari fosfat fosil ikan, material oraganik yang mengalami

    piritisasi, glaukonit dan kuarsa monokristalin. Allogen secara khas berasal dari

    litologi bagian dasar atau karena proses arus turbidit yang menuruni slope.

    Semen merupakan terbentuk dari mikrit dan pirit. Hasil dari 12 sampel yang

    diambil untuk di-dating, semuanya memiliki rentang umur antara Miosen

    akhir hingga Zanclian, Pliosen awal. 2 sampel pada kontak antara Ofu dan

    Batu Putih menunjukkan umur Miosen tengah. Anggota Batu Putih

    diendapkan pada arus dengan energi yang rendah, pada lingkungan laut dalam

    dengan input sedimen darat yang minim.

    II. Petroleum System

    II. I. Source Rock

    Batuan sedimen berumur Permian akhir hingga Kapur yang diendapkan di

    lingkungan Shelf pada umumnya dapat diperhitungkan sebagai potensi

  • batuan sumber yang baik, hal ini karena suksesi sedimen yang berumur kapur

    diperkirakan telah cukup mature, yang terletak dibagian utara dari lingkungan

    shelf disekitar area Palung Timor(Brown, 1988, Kraus & Parker, 1979,

    ITB, 1987). Potensi terbesar yang menjadi batuan sumber adalah sedimen

    autotochton berumur mesozoik. Kesimpulan ini dihasilkan setelah dilakukan

    studi pada suksesi yang dianggap ekivalen dengan sedimen tersebut, yang

    terletak di lingkungan Shelf australia bagian utara dimana teridentifikasi nilai

    TOC yang cukup tinggi (diatas 0,5 %), artinya secara temperatur suksesi

    tersebut dianggap mature.

    Analisis batuan sumber mengindikasikan terdapat potensi batuan sumber

    yang baik pada sedimen berumur Kapur yang merupakan bagian dari formasi

    Nakfunu yang tersingkap di Pulau Timor bagian selatan. Disamping secara

    umum sedimen tersier yang ada di lingkungan Shelf dari australia bagian

    barat laut memiliki potensi batuan sumber yang buruk berdasarkan dari nilai

    TOC dan Thermal maturation, data yang ada menunjukkan potensi tersebut

    semakin meningkat ke arah Timor. Hal ini karena sumber sedimen dari utara

    telah menyuplai pada sedimen yang berpotensi tersebut, dan juga karena

    Thermal maturation nampak mengalami menigkatan seiring ke arah pulau

    Timor.

    II. 2. Reservoir and Seal

    Studi reservoir pada Shelf Australia bagian barat laut nampak

    mengindikasikan bahwa pencapaian kesuksesan walaupun dengan proses

    eksplorasi yang terbatas utamanya bukan karena melawan sifat fisik dari

    batuan reservoir yang potensial, tetapi lebih karena menyayangkan timing

    akan maturation, yang mana menyebabkan banyak dari hidrokarbon yang

    telah terbentuk mengalami gejolak selama proses pensesaran dan erosi yang

    berasosiasi dengan proses break-up. Dengan membandingkan pada Shelf

    barat laut tepatnya, Area dari Timor dapat dipertimbangkan untuk diletakkan

    lebih ke arah basin dan oleh karenanya, intensitas dari uplift dan erosi pada

    Shelf akan lebih kecil. Hal ini mungkin dapat meningkatkan potensi reservoir

  • dari sekuen pre-break up pada daerah Timor dengan membandingkan pada

    daerah Shelf.

    Selama sekuen post break up diperhatikan (Grup Kolbano), posisi

    cekungan Timor dapat dipastikan bahwa sedimen akan menjadi lebih

    menyerpih dengan membandingkan pada stratigrafi yang ekivalen dengan

    Shelf. Namun, dari studi, sumber bagian utara yang menyuplai klastika dapat

    dijadikan postulat, dan karena alasan inilah potensi reservoir dari sekuen ini

    dapat ditingkatkan. Disamping itu, deposit dari cekungan post-orogenic

    seharusnya dapat dipertimbangkan sebagai reservoir yang berpotensi baik,

    karena utamanya terdiri dari satuan mirip molasse yang mengisi bagian dari

    cekungan tersebut. Selain itu juga ada batuan Allotochton yang juga harus

    dipertimbangkan. Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa ada indikasi

    satuan, utamannya adalah batuan metamorf dan beberapa batuan ultrabasa

    yang memiliki porositas sekunder yang baik sehingga dapat dipertimbangkan

    sebagai reservoir yang potensial.

    Sedangkan untuk batuan yang menjadi seal, dapat berupa dua satuan

    batuan, yakni sebagian besar batuan pelitik dari Grup Kolbano dan

    lempungan dari formasi Bobonaro.

    II. 3. Mekanisme migrasi dan trapping

    Ada 3 kali periode deformasi yang kira-kira dapat membentuk kondisi yang

    dapat membuktikan mekanisme migrasi hidrokarbon di wilayah Timor :

    1) Periode Break-up yang terjadi pada akhir jura hingga Kapur akhir

    memberikan dampak pada sedimen dari sekuen pre-break up. Proses ini

    menghasilkan struktur-struktur utama berarah barat laut tenggara pada

    wilayah Shelf Australian bagian barat laut. Hadirnya struktur struktur

    tersebut kemudian mengganggu kestabilan hidrokarbon yang terkandung

    dalam sekuen Pre break up sehingga bergejolak dan dapat bergerak bebas.

    Kecuali Hidrokarbon yang terletak di basin yang lebih dalam contohnya

    basin Vulcan, dapat terjaga dari gangguan tersebut.

  • 2) Pada Kala Eosen akhir hingga Miosen awal, terjadi fase deformasi utama

    yang terjadi di Timor, utamanya oleh thrust-slices. Fase dari deformasi ini

    menjadi penyebab migrasinya hidrokarbon pada sedimen dari Grup

    Kalbano dan juga remigrasi hidrokarbon dari sekuen Pre- break up.

    3) Deformasi ketiga yang menyebabkan migrasi terjadi pada kala Plio-

    Pleistosen. Kondisi geologi dan struktur geologi pada wilayah Timor juga

    memungkinkan membentuk stratigraphic trapping. Jebakan karena

    struktur berhubungan dengan sesar normal dan reverse fault bersudut

    besar, sedangkan jebakan karena stratigrafi berasosiasi dengan

    ketidakselarasan, diagenesis dan pinch-out.

    II. 4. Hydrocarbon play

    Dengan mengacu kepada sistem kolisi, Konsep eksplorasi hidrokarbon di

    wilayah Timor dapat dibagi menjadi dua:

    1. Pre-collision play

    Konsep ini melibatkan Megasekuen Pre-kolisi. Sedimen tersebut mendapat

    pengaruh dari pergerakan Lempeng Australia yang menunjam ke bawah

    lempeng pasifik dan lempeng eurasia. Proses subduksi menghasilkan struktur

    imbrikasi dan lipatan anjakan yang mana berpotensi membentuk jebakan

    thrusted Anticline. Disamping itu, batupasir Atahoc, Cribas, wailuli dan

    Formasi Aitutu juga berpotensi menjadi jebakan stratigrafi. Jebakan yang lain

    dapat terbentuk dari retakan pada batugampung dari formasi Aitutu dan

    Formasi Bobonaro.

    2. Post-Collision Play

    Periode Post-collision yang utama di Pulau Timor adalah proses

    sedimentasi yang terjadi di belakang dari struktur imbrikasi dari accretion

    wedge. pada periode tersebut juga terjadi Pergerakan tensional yang

    menghasilkan sesar-sesar normal dan struktur antiklin rollover. Antiklin

    rollover tersebut sangat berpotensi menjadi jebakan hidrokarbon, sedangkan

  • fasies sedimentasi dari formasi Viqueque berpotensi sebagai jebakan

    stratigrafi.

    Gambar 7. Paleogeografi wilayah Timor Shelf Barat Laut pada Jaman Trias Akhir

  • Gambar 8. Korelasi stratigrafi antara suksesi para-autochton (Australian-affinity) dari Timor dengan

    Cekungan Bonaparte

  • DAFTAR PUSTAKA

    Hamson, G. 2004. Tectonic Evolution of East Timor and The Banda Arc.

    Melbourne: University of Melbourne.

    Hamilton, W. 1977. Subduction in The Indonesian Region. Island Arc, Deep Sea

    Trenches and Back Arc Basin. Washington D.C.: American Geophysical

    Union.:

    Charlton, T.R.. 2001. The Petroleum Potential of West Timor, Jakarta: IPA

    Proceeding

    Harris, Ron. et.al.. 1998. Thermal History of Australian Passive Margin Cover

    Sequence Accreted to Timor During Late Neogene Arc-Continent Collision,

    Indonesia. London: University Colllege

    Brown, Dennis and Ryan, Paul D.. 2011. Arc-Continent Collision. New York:

    Springer

    Charlton, T.R.2002. The Petroleum Potential of East Timor,: APPEA Journal

    ____________. Summary of Indonesia basins.

    Reed T.A., De Smet M.E.M., Harahap B.H., and Sjapawi A., 1996, Structural and

    Depositional History of East Timor, Proceed. Indon. Petrol. Assoc.27th

    Ann. Conv. pp 297-312.