Buletin BUMN

8
SUARA PEMEGANG SAHAM MENGENAI KEBERADAAN Kepmen 236 tersebut, diakui Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan, masih terdapat polemik yaitu antara yang berpendapat bahwa keputusan tersebut “tidak melanggar hukum” dan “melanggar hukum”. Kepala Biro Hukum Kementerian BUMN, Herman Hidayat menyatakan bahwa Kepmen tersebut sebenarnya dapat dilaksanakan. “Kepmen itu sudah dikaji bersama Komite Hukum yang terdiri atas pakar-pakar hukum korporasi,” tambahnya. Pada dasarnya, pemberian kuasa tersebut dimaksudkan agar pengambilan keputusan di BUMN dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. “Namun tetap dalam koridor hukum dan tidak mengakibatkan kerugian bagi BUMN,” ujar Herman Hidayat (baca: Koridor Hukum, hal 2). TIDAK MENGUBAH SUBSTANSI Menurut Dahlan Iskan, revisi yang akan dilakukan tidak untuk mengubah substansi yang telah dikuasakan kepada Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas, namun dilakukan dengan cara: menghilangkan kata “pendelegasian wewenang”. Sehingga yang ada hanya kata “pemberian kuasa”, dan pemberlakuannya terhitung sejak perubahan Anggaran Dasar di masing-masing BUMN. Selanjutnya dalam Revisi Kep-236, akan diberikan koridor yang harus dipatuhi oleh Direksi, Dekom/ Dewas dan pejabat Eselon I, yaitu pemberian kriteria batasan yang lebih jelas dalam pelepasan aset dan pendirian anak perusahaan. [Tbk] Kementerian BUMN sepakat dengan Komisi VI DPR RI untuk menyempurnakan Kepmen 236 tentang Pendelegasian Sebagian Kewenangan dan/atau Pemberian Kuasa Meneg BUMN. Namun Kementerian BUMN berkeyakinan tidak ada UU atau ketentuan lain yang dilanggar terkait Kepmen 236 itu. Kepmen 236 Akan Direvisi EDISI 58 • TAHUN VI 29 FEBRUARI 2012 FOKUS UTAMA KEPMEN 236 AKAN DIREVISI 1 REVISI KEPMEN 236: Koridor Hukum Yang Perlu Diperhatikan 2 KEPMEN 236: Menantang Kreativitas 2 WAWASAN KITA Gaya Dahlan Iskan Dalam Manufacturing Hope 3 SOSOK TOKOH HERMAN HIDAYAT: Sang Penjaga Hukum BUMN 4 SUDUT PANDANG Ono Zamane, Ono Wonge! 6 SARAN PENDAPAT Birokrasi Lima Jari 6 REKAM PERISTIWA Tidak Perlu Impor, BUMN Bisa 7 LEADERS WITH CHARACTER: Dahlan Iskan, Sang Pemimpin Otentik 7 SOSIALISASI PELAKSANAAN DIPA: Agar Menteri Naik Panggung 8 PELANTIKAN ESELON I KBUMN: Dua Asdep Jadi Deputi 8 fokus utama seno Ingin tahu tentang BUMN? KLIK www.bumn.go.id

description

Buletin BUMN

Transcript of Buletin BUMN

SUARA PEMEGANG SAHAM

MENGENAI KEBERADAAN Kepmen 236 tersebut, diakui Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan, masih terdapat polemik yaitu antara yang berpendapat bahwa keputusan tersebut “tidak melanggar hukum” dan “melanggar hukum”.

Kepala Biro Hukum Kementerian BUMN, Herman Hidayat menyatakan bahwa Kepmen tersebut sebenarnya dapat dilaksanakan. “Kepmen itu sudah dikaji bersama Komite Hukum yang terdiri atas pakar-pakar hukum korporasi,” tambahnya. Pada dasarnya, pemberian kuasa tersebut dimaksudkan agar pengambilan keputusan di BUMN dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. “Namun tetap dalam koridor hukum dan tidak mengakibatkan kerugian bagi BUMN,” ujar Herman Hidayat (baca: Koridor Hukum, hal 2).

TIDAK MENGUBAH SUBSTANSI

Menurut Dahlan Iskan, revisi yang akan dilakukan tidak untuk mengubah substansi yang telah dikuasakan kepada Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas, namun dilakukan dengan cara: menghilangkan kata “pendelegasian wewenang”. Sehingga yang ada hanya kata “pemberian kuasa”, dan pemberlakuannya terhitung sejak perubahan Anggaran Dasar di masing-masing BUMN. Selanjutnya dalam Revisi Kep-236, akan diberikan koridor yang harus dipatuhi oleh Direksi, Dekom/Dewas dan pejabat Eselon I, yaitu pemberian kriteria batasan yang lebih jelas dalam pelepasan aset dan pendirian anak perusahaan. [Tbk]

Kementerian BUMN sepakat dengan Komisi VI DPR RI untuk menyempurnakan Kepmen 236 tentang Pendelegasian Sebagian Kewenangan dan/atau Pemberian Kuasa Meneg BUMN. Namun Kementerian BUMN berkeyakinan tidak ada UU atau ketentuan lain yang dilanggar terkait Kepmen 236 itu.

Kepmen 236 Akan Direvisi

EDISI 58 • TAHUN VI 29 FEBRUARI 2012

FOKUS UTAMAKEPMEN 236 AKAN DIREVISI 1

REVISI KEPMEN 236: Koridor Hukum Yang Perlu Diperhatikan 2

KEPMEN 236: Menantang Kreativitas 2

WAWASAN KITAGaya Dahlan Iskan Dalam Manufacturing Hope 3

SOSOK TOKOHHERMAN HIDAYAT:Sang Penjaga Hukum BUMN 4

SUDUT PANDANGOno Zamane, Ono Wonge! 6

SARAN PENDAPATBirokrasi Lima Jari 6

REKAM PERISTIWATidak Perlu Impor, BUMN Bisa 7

LEADERS WITH CHARACTER:Dahlan Iskan, Sang Pemimpin Otentik 7

SOSIALISASI PELAKSANAAN DIPA: Agar Menteri Naik Panggung 8

PELANTIKAN ESELON I KBUMN: Dua Asdep Jadi Deputi 8

fokus utamase

no

Ingin tahu tentang BUMN?KLIK www.bumn.go.id

Terdapat 6 kewenangan yang dikuasakan kepada Deputi atau Dekom/Dewas yang mesti diberi koridor hukum yang jelas, sehingga tidak menimbulkan potensi merugikan BUMN. Hal ini merupakan pemikiran Biro Hukum Kementerian BUMN.

fokus utama

REVISI KEPMEN 236

KEPMEN 236

Koridor Hukum Yang Perlu Diperhatikan

Menantang Kreativitas

KEWENANGAN PERTAMA adalah terkait pengesahan RKAP dan RKA PKBL BUMN. Koridor yang perlu diperhatikan adalah penyusunan RKAP dan RKA PKBL tersebut dilakukan sesuai dengan format dan substansi materi, serta tata cara penyusunan sesuai dengan Peraturan Menteri yang telah ditetapkan. Selain itu, setiap tahun, Menteri mengeluarkan aspirasi pemegang saham (shareholder aspiration) yang memuat target yang harus dicapai.

Kewenangan kedua, tentang persetujuan pengalihan atau menjadikan jaminan utang aktiva tetap, dengan nilai sampai dengan Rp 500 miliar (kewenangan Dekom/Dewas) atau Rp 500 miliar sampai dengan satu triliun (kewenangan Deputi). Koridor hukumnya adalah, perlunya aturan pengalihan aktiva tetap itu apabila secara teknis dan/atau ekonomis sudah

tidak menguntungkan, diperuntukkan untuk kepentingan umum, diperlukan oleh Kementerian atau lembaga Negara/Pemerintah, bagian dari program restrukturisasi dan penyehatan BUMN dan merupakan satu-satunya alternatif sumber dana bagi BUMN untuk kebutuhan yang sangat mendesak.

Kewenangan ketiga, terkait tentang persetujuan pendirian anak perusahan/perusahaan patungan, dan atau melakukan penyertaan atau melepas penyertaan modal pada perusahaan lain, dengan nilai sampai dengan Rp 500 miliar (kewenangan Dekom/Dewas) atau 500 miliar sampai dengan satu triliun (kewenangan Deputi). Koridor hukumnya adalah penyertaannya tidak berupa tanah, anak perusahaan/patungan yang didirikan hanya dalam rangka mendukung kegiatan usaha utama perseroan, untuk kewenangan Dekom/Dewas, nilai penyertaan tidak melebihi 50% dari jumlah kekayaan bersih BUMN atau ekuitas perusahaan tidak negatif.

Kewenangan keempat, tentang persetujuan untuk melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan dan pembubaran anak perusahaan dan/atau perusahaan patungan, dengan nilai Rp 500 miliar (kewenangan Dekom/Dewas) atau Rp 500 miliar sampai dengan satu triliun (kewenangan Deputi). Koridor hukumnya adalah: penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan pemisahan tersebut tidak menyebabkan hilangnya kontrol BUMN terhadap

anak perusahaan dan/atau tidak merugikan/membebani BUMN. Koridor lainnya adalah, untuk kewenangan Dekom/Dewas, nilai penyertaan pada anak perusahaan/perusahaan patungan tidak melebihi 50% dari jumlah kekayaan bersih BUMN atau ekuitas perusahan tidak negatif.

Kewenangan kelima, tentang persetujuan untuk mengikat perusahaan sebagai penjamin (borg atau avalist) dengan nilai sampai dengan Rp 500 miliar, dengan nilai sampai dengan Rp 500 miliar (kewenangan Dekom/Dewas) atau Rp 500 miliar sampai dengan satu triliun (kewenangan Deputi). Koridor yang diperlukan adalah, penjaminan hanya diberikan terhadap anak perusahaan yang kepemilikan saham BUMN minimal 90% dan kemitraan dengan petani. Untuk kewenangan Dekom/Dewas, nilai pinjaman dijamin tidak melebihi 50% dari jumlah kekayaan bersih BUMN.

Kewenangan keenam, mengenai persetujuan untuk mengadakan kerjasama lisensi, kontrak manajemen, menyewakan aset, KSO, BOT, BowT, BTO, dengan jangka waktu sampai dengan 5 tahun (kewenangan Direksi), 5 s.d 10 tahun (kewenangan Dekom/Dewas), di atas 10 tahun (kewenangan Deputi). Koridor yang harus diperhatikan adalah, bahwa kerjasama tersebut tidak mengganggu kegiatan usaha utama BUMN, tidak mengakibatkan beralihnya kepemilikan aktiva tetap, dan harus menguntungkan BUMN. [Tbk]

BAGI PEGAWAI Kementerian BUMN, dengan adanya Kepmen 236 itu, diharapkan staf Kementerian BUMN tidak tenggelam dengan hal-hal yang rutin. “Sehingga kita akan lebih banyak waktu untuk memikirkan hal-hal strategis di BUMN,” kata Herman Hidayat, Kabiro Hukum. Sebenarnya, banyak yang bisa didetilkan dari permasalahan di BUMN, dari A–Z. “Kita fokus saja dengan masalah yang muncul di BUMN,” sarannya. Tentu saja kuncinya terdapat pada satu kata: kreativitas. “Tapi bukan asal kreatif, harus yang bermanfaat bagi BUMN,” tegas Herman.

Ternyata, dalam beberapa bulan menjadi Menteri, Dahlan Iskan malah banyak menemukan hal-hal yang strategis di BUMN. Menurut Herman Hidayat, banyak permasalahan yang bisa didalami antara lain masalah permasalahan tanah, aset, kerjasama, sinergi atau pengadaan barang dan jasa. “Jadi, tidak perlu cemas akan berkurangnya pekerjaan,” ujar Herman.

sen

o

sen

o

2 BULETIN BUMN • EDISI 58 • TAHUN VI • 29 FEBRUARI 2012

Setelah digulirkannya Kepmen Nomor: 236/MBU/2011 tanggal 15 November 2011 lalu, apa dampaknya?

Bagi BUMN, jelas pemberian kuasa tersebut akan berpengaruh positif, dengan adanya percepatan dalam pengambilan keputusan dan optimalisasi aset-aset BUMN. Dahlan Iskan tidak menginginkan BUMN kehilangan momentum bisnis hanya karena menunggu keputusan dirinya selaku Menteri Negara BUMN. Esensi dari Kepmen tersebut adalah untuk meningkatkan produktivitas BUMN, tiada lain.[Tbk]

27 November 2011 tercatat sebagai tanggal pertama kali tulisan berseri Dahlan Iskan dengan judul “Manufacturing Hope” muncul di publik, lewat media massa, cetak dan online, yang kemudian disebar secara berantai melalui grup blackberry dan milis. Tulisan itu kemudian seolah-olah menjadi ikon baru Dahlan Iskan. Berikut cukilan gaya khas Dahlan itu.

Gaya Dahlan Iskan Dalam Manufacturing Hope

KETIKA MENJADI Direktur Utama PT PLN, Dahlan secara teratur menulis “CEO Note” yang berkisah tentang perkembangan PT PLN. Seolah-olah itu menjadi sarana berkomunikasi dengan seluruh karyawannya yang ada di seluruh Indonesia.

TEROBOSAN KORPORASIGaya yang persis sama dilakukannya ketika sekarang menjadi Menteri Negara BUMN. Dahlan bertekad, dalam tulisan pertamanya (Langkah Pertama: Manufacturing Hope), ia akan lebih mendahulukan upaya membangun industri harapan atawa manufacturing hope! Ia nyatakan, kalau sebuah hope bisa membuat hidup kita lebih bergairah, mengapa kita tidak manufacturing hope. Bahan bakunya gampang didapat: niat baik, ikhlas, kreativitas, tekad, dan totalitas. Semuanya diperoleh gratis!

Dalam tulisan pertama itu, ia berusaha membongkar persoalan yang terjadi di hotel-hotel BUMN di Bali, yang semuanya berpredikat paling buruk. Lalu ia membedah masalahnya, ada keputusan manajemen yang salah karena kultur BUMN yang belum bisa menghindar dari intervensi. “Begitu ada perintah untuk membangun hotel dengan skala yang sangat besar, direksinya tidak mampu meyakinkan bahwa skala itu kebesaran,” katanya.

MENCARI SOLUSIDalam rangka mencari jawaban atas permasalahan di hotel itu, Dahlan memilih tidur di Inna Hotel Kuta yang katanya terjelek itu. Padahal ia bisa tinggal di hotel bintang lima di kompleks tempat pelaksanaan KTT ASEAN berlangsung. “Saya ingin ikut merasakan kesulitan manajemen dan karyawan di hotel tersebut. Saya ingin mendalami persoalan yang menghadang mereka,” katanya.

Ketika berada di Bandara International Ngurah Rai yang penuh sesak, ruwet dan buruk, ia mencarikan solusi agar manajemen PT Angkasa Pura I yang sedang membangun terminal baru (yang akan selesai dalam 2 tahun ke depan)

memajang maket bandara yang baru secara menyolok di ruang tunggu atau di tempat-tempat strategis. Dahlan berharap, penumpang yang ngomel-ngomel itu bisa melihat gambaran tentang bandara baru yang lebih lapang dan lebih indah. Perhatian penumpang harus dicuri agar tidak lagi selalu merasakan sumpeknya keadaan sekarang, melainkan diajak merasakan mimpi masa depan baru yang segera datang itu. Itulah cara Dahlan menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode membangun hope.

Salah satu cerita seru tentang bagaimana Dahlan berusaha mencari solusi adalah ketika ia rapat dengan direksi dan komisaris Merpati, yang juga dihadiri seluruh manajer senior. Dahlan menggambarkan, suasana kerja di Merpati pun sudah seperti perusahaan yang no hope! Maka, jelas bahwa persoalan Merpati tidak bisa diselesaikan dengan cara biasa. Ia pun melempar ide. Ini terkait dengan rencana pemerintah dan DPR untuk membantu keuangan Merpati Rp 561 miliar. Masalahnya, akankah uang itu bermanfaat? Atau hanya akan terbang terhambur begitu saja ke udara? Seperti ratusan miliar uang-uang negara sebelumnya? Dahlan mengusulkan: daripada uang Rp 561 miliar tersebut terhambur ke udara begitu saja dan karyawan pada akhirnya kehilangan pekerjaan juga, lebih baik Merpati ditutup sekarang juga. Uang itu bisa dibelikan kebun kelapa sawit. Tiap karyawan mendapat pesangon 2 ha kebun sawit. Itu sebuah ‘umpan’ yang mengundang reaksi, karena peserta pertemuan tertantang untuk menolaknya. Mereka tidak rela kalau Merpati harus mati. Kebun sawit bukan bandingan untuk masa depan. Tapi, So what? Kalau dari operasionalnya saja sudah rugi, masih adakah alasan untuk mempertahankannya? Dahlan pun memberi ‘umpan’ tambahan: peserta rapat yang mengusulkan ide terbaik akan diberinya hadiah satu mobil baru, Avanza, dari kantongnya pribadi. Lalu hampir semua peserta rapat mengangkat tangan. Mereka berebut mendaftarkan ide. Bahkan, ada yang sampai mendaftarkan lima ide. Setelah terkumpul 53 ide, barulah diperdebatkan. Ide-ide itu kemudian di-ranking. Terjadi diskusi yang luar biasa intensif, mengalahkan rapat kerja bagian

pemasaran. Menurut Dahlan, semua ide itu memang sangat menarik. Namun tentu ide-ide itu harus dibuktikan di lapangan, untuk membuktikan masih ada hope di Merpati.

GAMBLANG MELIHAT MASALAHDahlan selalu gamblang melihat masalah. Ketika berhadapan dengan rumor bahwa menjadi eksekutif di BUMN itu lebih sulit dibanding di swasta, atau menjadi direksi di perusahaan negara itu lebih makan hati, lebih tersiksa, lebih terkungkung birokrasi, lebih terbelit peraturan. Ia minta agar direksi BUMN membuka mata lebar-lebar. “Sebaiknya didengar juga suara-suara dari kalangan eksekutif swasta,” tulisnya.Para eksekutif swasta itu bisa bercerita tentang betapa stressnya mengejar target dari sang pemilik perusahaan. Bagi seorang eksekutif swasta yang tidak bisa mencapai target, hukumannya langsung di depan mata: diberhentikan. “Bahkan, kalau lagi sial, yakni menghadapi pemilik perusahaan yang mulutnya kotor, seorang eksekutif swasta tidak ubahnya penghuni kebun binatang,” ungkap Dahlan. Makanya rumor itu bagi Dahlan bak pepatah “rumput di halaman tetangga lebih hijau”. Dahlan memberi contoh, ketika direksi BUMN mengeluh karena sering dipanggil DPR sebagai salah satu bentuk campur tangan. Tapi, Dahlan melihat, pemanggilan oleh DPR itu tidak sampai memiliki konsekuensi seberat pemanggilan oleh pemilik perusahaan swasta. Apalagi, Komisi VI DPR yang membawahi BUMN menurutnya sangat proporsional. Tidak banyak yang aneh-aneh. Dahlan mengungkap fakta lain, bahwa di swasta juga sering ditemukan kenyataan ini: banyak pemilik perusahaan swasta yang maunya aneh-aneh. Kediktatoran mereka juga luar biasa! Sangat biasa pemilik perusahaan swasta memaksakan kehendaknya. Dengan demikian, Dahlan menyimpulkan, cerita soal campur tangan pemilik, soal pemaksaan kehendak, dan soal kediktatoran pemilik di swasta jauh lebih besar daripada di BUMN. Dahlan malah mencurigai: orang-orang yang sering menghembuskan wacana bahwa menjadi eksekutif di BUMN itu sulit adalah orang-orang yang pada dasarnya memang tidak bisa bekerja. Nah! [dicatat dan disusun oleh rudi rusli]

seno

wawasan kita

Shinta Rahmasari 3 Maret 1987Rachmat Slamet 04 Maret 1953Achiran Pandu Djajanto 08 Maret 1958Rugun Hutapea 08 Maret 1972Siswadi 09 Maret 1971Fahresha Muchtar 9 Maret 1985Suripto 10 Maret 1974Marta Kurniawan 10 Maret 1985

Yusuf Musthofa 10 Maret 1985Kadaryono 11 Maret 1963Henda Tri Retnadi 11 Maret 1966Sri Handayani 15 Maret 1963Purwito 16 Maret 1962Wawan Chaerul Anwar 17 Maret 1969Bandung Pardede 18 Maret 1967Sahat Rajagukguk 20 Maret 1958

Imam Aprianto Putro 22 Maret 1964Rizqi Kurnianto 22 Maret 1985Eka Dharma Sapoetra 22 Maret 1984Purwanto 23 Maret 1960Budi Suyono 23 Maret 1960Suradi 23 Maret 1970Moh. Khoerur Roziqin 25 Maret 1975Wiratmoko 28 Maret 1960

Selamat Ulang Tahun

BULETIN BUMN • EDISI 58 • TAHUN VI • 29 FEBRUARI 2012 3

sen

o

do

. ist

imew

a

sosok tokoh

WALAU DI DAFTAR riwayat hidupnya tertulis: lahir di Jakarta, 9 Juli 1959, Herman mengaku sebenarnya ia lahir tahun 1958. “Akte kenal lahir dan ijazah SD terlanjur ditulis tahun 1959,” katanya. Dan itulah tahun “lahir resmi”-nya, hingga sekarang. Sejak usia 6 tahun, ia tinggal bersama neneknya di Sumedang. Sedang Ayahnya, seorang pedagang sepatu Bata di Pasar Rumput, Jakarta. Herman pun menjalani masa SD hingga SMA di Sumedang. Hidup jauh dari orang tua mengasah kemandiriannya. Neneknya adalah pedagang kain batik, sarung dan bahan baju. Sebenarnya ia punya 6 saudara, namun kakak nomor 2 meninggal waktu kecil. “Jadinya hanya 5 bersaudara dan saya anak tengah,” jelasnya.

JUARA UMUM DAN TUKANG MAINYang dikenangnya ketika bersekolah di SDN Mandalaherang, tepatnya kelas 4, Herman kecil dites oleh anak-anak kelas 6 tentang hafalan surat Al Qur’an dan hal-hal terkait pelajaran agama. Sang guru agamanya ingin menunjukkan ke kakak kelasnya, Herman bisa dijadikan contoh. Sedang di SMP Negeri Cimalaka, Herman selalu juara kelas dan juara umum. Ia ingat, nilai pelajaran bahasa Indonesianya selalu 9 dan bahasa Inggris 10. Luar biasa. Ia memang bersemangat dalam belajar. Itu didorong oleh kesadaran untuk tidak jadi petani, sebuah pekerjaan umum penduduk di desanya. Herman muda sudah bercita-cita jadi pegawai kantoran atau pegawai negeri. “Supaya punya gaji tetap,” akunya. Karenanya, ia lebih memilih menghabiskan harinya dengan membaca buku.

Sejak di SMP ia sudah jadi ‘tukang main’. “Pokoknya badung lah,” cetusnya. Teman mainnya kebanyakan berasal dari luar sekolah, bahkan ada yang tidak lagi sekolah. Ia dan teman-temannya suka keluar malam untuk nonton wayang golek, layar tancap dan kesenian tradisional. Di Sumedang kala itu ada ‘bangreng’ atau tempat joget diiringi rebana, biasanya di tempat hajatan. “Sebelum main, ada satu syarat, pelajaran dan tugas-tugas keesokan harinya harus diselesaikan dulu pada sore hari”, katanya. Itu berbeda dengan masa SLTA-nya di SMAN 1 Sumedang, prestasi belajarnya cenderung menurun. “Paling tinggi saya hanya juara tiga, itu karena pesaing semakin banyak”, katanya. Satu lagi yang ia kenang, dari SD hingga SMA, kalau liburan bulan puasa, ia jadi pelayan di toko sepatu ayahnya. Pas lebaran, ia

kembali ke Sumedang dengan membawa uang hasil bekerja sebulan itu.

GAGAL MASUK IPB, DITERIMA DEPKEUKetika tamat SMA tahun 1977, Herman mendaftar ke Unpad dan IPB. Ia diterima di IPB. Ia pun membayar uang masuk Rp 50 ribu, lalu mendapat jaket dan sebagainya. Ketika akan mengikuti OSPEK dari rumah orang tuanya di Jakarta, tiba-tiba kakinya tak bisa bergerak. “Sakitnya minta ampun,” kenangnya. Ternyata penyakit itu serius dan harus ditanggungnya setahun lamanya. Ketika itu, ia merasa dirinya kembali jadi bayi. Ia hanya bisa terlentang, tidak bisa miring, apalagi menggerakkan badan. Ia sudah ke berbagai dokter dan akhirnya dibawa ke Sumedang. Di sana ada ‘orang pintar’. Ia dikompres dari kepala hingga ujung kaki menggunakan air panas. Alhamdulillah, ia sembuh. Secara bertahap, Herman bisa miring, duduk, dan jalan tertatih. “Sampai saat ini, saya nggak tahu sakit apa itu,” ujarnya.

Namun cita-cita kuliah di IPB pun terhenti. “Tak ada yang ngurus,” katanya. Setelah itu, ia pun memilih untuk mencari kerja. Ia melamar ke Telkom dan Departemen Keuangan (Depkeu). Di Telkom ia dipanggil sebagai tenaga kontrak. Di Depkeu pun ia diterima. Tentu ia pilih jadi pegawai Depkeu. Ya, jadi pegawai negeri adalah cita-citanya dari kecil. Ia juga belum tahu waktu itu, Telkom adalah BUMN.

Maret 1980, Herman resmi jadi pegawai Depkeu dan ditempatkan di Ditjen Moneter Luar Negeri (DJMLN). Karena bercita-cita untuk kuliah, Herman pun mengikuti test masuk UI. Ia lulus Fakultas Hukum UI tahun 1981. Ia pilih Fakultas Hukum UI karena biaya kuliahnya murah. “Hanya Rp 30 ribu setahun,” katanya. Tekadnya, yang penting kuliah dan bisa dapat golongan IIIa kalau S1. “Supaya tidak jadi staf terus,” tekadnya.

PENGARUH PAK ANTONIUSHerman pun menikmati perjalanan karir yang beragam. Ia tipe pekerja serius dan penyuka kerja. “Saya tak pernah bekerja setengah-setengah,” akunya. Pertama kali masuk Depkeu, ia diterima sebagai staf bagian keuangan di Direktorat Jenderal Moneter Luar Negeri (DJMLN). “Kerjaan saya bikin daftar gaji,” ujarnya. Daftar gaji itu harus selesai tanggal 20 tiap bulannya, tapi diselesaikannya tanggal 15. Karenanya, ia punya waktu mengerjakan kerjaan lainnya. Karena kerjanya cepat, atasannya mengajaknya untuk mengerjakan administrasi proyek. Dibanding pegawai lainnya, ia memang lebih sibuk. Lalu ia diangkat jadi Kaur Belanja Pegawai (Eselon V). “Bangga banget tuh jadi Eselon V dulu itu,” katanya. Lalu ia dipindah ke Kaur Kepustakaan dan selanjutnya jadi Kaur Perencanaan Pegawai. Herman tak pernah menolak penugasan. Seiring dengan selesainya kuliah di UI tahun 1988, ia diangkat jadi Kasubag Perencanaan Pegawai di Badan Analisa Keuangan dan Neraca Pembayaran (BAKNP). Usia 33 tahun, Herman jadi Kabag Umum Direktorat Jenderal Pembinaan BUMN

HERMAN HIDAYAT • KEPALA BIRO HUKUM

Sang Penjaga Hukum BUMNSore itu, Herman Hidayat menerima Tim Buletin KBUMN di ruangannya, lantai 6, sehabis menunaikan sholat Ashar. Kepakarannya tentang hukum BUMN jelas telah teruji dengan melayani 4 Menteri. “Hukum BUMN itu unik,” akunya. Ia lalu bercerita tentang diri, lika-liku karir dan pandangannya tentang hukum BUMN.

BULETIN BUMN • EDISI 58 • TAHUN VI • 29 FEBRUARI 20124

(DJPBUMN). “Saya paling muda di Eselon III waktu itu,” katanya bangga. Itu semua tak lepas dari kepercayaan seorang atasannya, Pak Antonius Subroto, yang dulu jadi Kabag Keuangan DJMLN. “Saya sampai diajarin nyetir mobil oleh beliau di Senayan,” katanya mengenang Pak Antonius. Ketika Pak Antonius jadi Sekretaris Ditjen Moneter Luar Negeri, Herman pun dipercaya jadi Sekretaris Pak Antonius. “Kemudian, saya ditugaskan untuk bekerja di ruang Pak Dirjen,” katanya. Berkat Pak Antonius, ia mendapat rumah dinas di Bekasi tahun 1984. Ia masih sangat muda waktu itu, baru 25 tahun. Ketika keputusan itu dipertanyakan banyak orang, Pak Antonius bilang: “Kalau ada yang bertanya, silahkan tanya langsung ke Pak Dirjen”. Karena ada kebiasaan saat itu, Dirjen diberikan privilege untuk menyerahkan fasilitas kepada pegawai tertentu. Itu sangat ampuh, dan tak ada lagi yang mempertanyakan. Tidak itu saja, ia juga dipercaya mendapat motor dinas.

Ketika jadi Kabag Umum di DJPBUMN, itu pun tak lepas dari jasa Pak Antonius. Waktu itu Pak Antonius adalah Sekretaris Ditjen PBUMN, dan Dirjennya Pak Martiono. Ketika ia diminta jadi Kabag Umum itu, ia sempat ragu, apalagi terbayang melayani Dirjen Pak Martiono yang terkenal tegas. Ketika hal itu disampaikan ke Pak Antonius, beliau menjawab: “Kamu kan bantu saya, yang menempatkan adalah saya. Kalau kamu nggak bisa, tidak akan saya biarin. Tapi kamu harus pegang kepercayaan saya”. Namun, ia tetap harus menjalani tes dari beberapa senior untuk jadi pejabat eselon III itu. Tahun 1996 ia jadi Kasubdit Inventarisasi Kekayaan BUMN, yang sebenarnya salah satu kasubdit di bagian hukum. Ia pernah mengecap jadi Kabag Keuangan DJPBUMN. Ketika DJPBUMN jadi Kementerian Pembinaan

sen

o

BUMN, Herman jadi Kasubdit Privatisasi Usaha Industri Manufaktur, lalu bergeser ke Kasubdit Privatisasi Usaha Industri Manufaktur. Tahun 2000, ketika Kementerian Pembinaan BUMN balik lagi ke Depkeu, Herman menjadi Kabag Organisasi dan Tata Laksana. Tahun 2002, di Kementerian BUMN, Herman dipercaya jadi Kabag Peraturan Perundang-undangan. Dalam masa inilah, lahir UU BUMN Nomor 19 tahun 2003. Tahun 2006, ia jadi Kabiro Hukum dan Humas, lalu tahun 2011 menjabat Kabiro Hukum.

MENJAGA KEPENTINGAN BUMNBekerja di bidang hukum merupakan passion tersendiri bagi Herman, sesuai latar belakang akademiknya. Menurutnya memang tak mudah memahami hukum BUMN. “Kedudukan hukum BUMN itu unik,” katanya. Ia menyebut hukum BUMN sebagai ‘hukum korporasi plus’. Kedudukan UU BUMN adalah complementary, bukan lex specialis terhadap UU PT. “Karena fungsinya melengkapi,” tegasnya. UU BUMN tidak boleh bertentangan dengan UU PT dalam pengaturan korporasinya, kecuali Perum yang tidak ada padanannya di UU lain. Urgensi UU BUMN adalah mengatur Perum, privatisasi, restrukturisasi, pendirian, merger, akuisisi, dan peleburan, dan pembubaran BUMN, karena bagi Persero sepenuhnya berlaku UU PT. UU BUMN mengatur dua hal, sisi publik (modal dan eksistensi), dan sisi privatnya sama dengan UU PT. “Jadi kalau pemerintah (di luar Kementerian BUMN) mengatur BUMN, tidak boleh menyentuh sisi privat, hanya bisa dari sisi publiknya saja,” katanya. Itulah masalah yang dihadapi BUMN saat ini: dibelit peraturan-peraturan yang bagi swasta tidak berlaku, karena Pemerintah mengintervensi sisi privat, sehingga dari segi kelembagaan dan peraturan, BUMN tidak memiliki level playing field yang sama dengan swasta. Memang BUMN adalah bagian tugas negara, namun UU BUMN Pasal 4 menyatakan, setelah BUMN itu didirikan dengan pemisahan modal dari negara/APBN, setelah itu dikelola dengan cara korporasi. “Keluar dari sistem pengelolaan APBN,” tambahnya. Itu sebabnya, saat ini ada penegasan yang memisahkan Menteri sebagai pejabat Negara dan sebagai Pemegang Saham. “Kalau Menteri mengatur BUMN, ia masuk ke ranah hukum privat,” ujarnya. Menurut Herman, tidak beda antara Menteri BUMN yang menjalankan 140-an BUMN dengan Liem Sioe Liong yang menjalankan berpuluh-puluh perusahaannya. “Kan posisinya sama, sebagai pemegang saham”, tegasnya.

Akan salah kaprah kalau pemerintah masuk ke hukum privat, misalnya mengatur pinjaman kredit luar negeri BUMN harus izin tim PKLN yang diketuai Menko Perekonomian. “Padahal pinjam-meminjam adalah urusan korporasi,” tandasnya. “Jelas itu produk hukum yang keliru,” katanya. Banyak UU juga masuk ke hukum privat. “Itu juga keliru, tapi sudah jadi UU,” katanya.

Menurut Herman, kekeliruan itu karena adanya persepsi tentang BUMN sebagai kekayaan negara yang sudah dipisahkan masih ditarik-tarik masuk dalam kategori keuangan negara. “Itu yang membuat kisruh,” tambahnya. Dalam UU Tipikor, UU No.29 Tahun 1998, direksi, dekom/dewas, dan karyawan BUMN statusnya pegawai negeri, bahkan direksi dan dekom/dewas BUMN serta pejabat setingkat di bawah direksi disamakan dengan Penyelenggara Negara. “Sehingga harus mengisi LHKPN” katanya. Baginya, dari sudut teori publik-privat, itu tidak pas.

DUA PRINSIP MEREVISI UU BUMNMenurutnya, prinsip aturan BUMN itu sebenarnya gampang: kalau perusahaan swasta bisa

melakukan sesuatu, BUMN pun juga begitu. “Supaya equal treatment, bersaing fair, biar susah sama-sama susah, senang sama-sama senang dengan regulasi itu,” ujarnya. Jangan sampai swasta bisa beli barang langsung sampai ke pabrik, BUMN harus lewat rekanan. Itu menurutnya lucu. Baru-baru ini, dalam penyusunan RUU Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, BUMN juga mau dimasukkan, demi efisiensi pengadaan barang dan jasa. “Saya tantang, pengadaan barang jasa di swasta juga harus masuk dong,” katanya. Konseptornya menyatakan, UU itu tidak akan membelit BUMN sebagai korporasi. “Kalau memang tidak membelit korporasi, maka masukkan juga dong swasta” desaknya. “Ternyata mereka nggak berani, beraninya cuma ke BUMN”, tambahnya. Menurutnya, itulah fungsi Biro Hukum Kementerian BUMN, terutama untuk menjaga kepentingan BUMN dari aturan yang keliru itu. “Kalau tidak dijagain, nanti keluar UU yang merugikan BUMN. Sekarang saja UU yang berlaku bagi BUMN tidak kurang dari 11, sedang bagi swasta hanya 3, dan kelembagaan yang terlibat dengan BUMN ada 11, sedang swasta hanya 4,” katanya.

Terkait revisi UU BUMN yang sudah masuk Program Legislasi Nasional (Proglenas) 2012 ini, Herman mengajukan dua prinsip. Pertama, UU BUMN adalah komplementer terhadap UU PT, dan kedua, UU BUMN adalah lex spesialis terhadap UU apapun yang mengatur BUMN berbeda dengan swasta. “Kalau dua prinsip itu tidak ada, percuma merevisi,” tandasnya. Contohnya, UU Kearsipan No.43/2009 yang saat ini mengatur kearsipan BUMN, yang tidak berlaku bagi swasta, maka dengan ditetapkannya RUU BUMN itu nanti, UU Kearsipan menjadi tidak berlaku bagi BUMN, karena kearsipan BUMN dan swasta diatur dalam UU Dokumen Perusahaan No.8/1997. Dua prinsip dasar itu jadi ‘Tembok Cina’ yang membentengi BUMN dari ketentuan-ketentuan yang mendisrikiminasi BUMN. “Tapi yakinlah, tentu ini perjuangan berat,” katanya.

MELAYANI EMPAT MENTERIPekerjaan Biro hukum, selain pekerjaan rutin untuk menyelesaikan peraturan dan perubahan peraturan/anggaran dasar, dan pelayanan, bantuan serta kajian hukum, juga mendapatkan pekerjaan dari para Deputi, termasuk masalah SK pengangkatan dan pemberhentian direksi/dekom/dewas. “Selain dari internal Kementerian, dari BUMN juga banyak meminta konsultasi dan pendapat hukum,” katanya. Itulah yang menjadikan load pekerjaan di Biro Hukum lumayan

berat. Tak heran kalau staf di tempatnya biasa pulang larut malam. “Yang penting kita menjaga koridor hukum jangan sampai dilanggar,” ujarnya. Dengan load pekerjaan yang berat, sebenarnya biro hukum masih membutuhkan 10 sampai 12 sarjana hukum. Tapi ini masih terkendala dengan moratorium pengangkatan PNS sampai 2013.

Sebagai Kabiro Hukum, Herman telah melayani empat Menteri, yakni Menteri Sugiharto, Sofyan Djalil, Mustafa Abubakar hingga Dahlan Iskan. Semua Menteri, menurutnya sangat concern dengan hukum. Di masa Pak Dahlan Iskan ini, Biro hukum dituntut bekerja lebih cepat lagi, mengimbangi gaya sang Menteri. KUMIS DAN ISTRI SERBA BISARutinitas Herman Hidayat biasanya bangun pas Subuh, sholat dan paling lambat setengah 6 sudah berangkat dari rumahnya, Komplek Jaka Permai Bekasi. Ia termasuk pejabat Kementerian BUMN yang datang paling pagi. Padahal pulangnya lebih lambat. “Pulang paling cepat habis Isya,” katanya. Salah satu ciri khas Kabiro Hukum ini adalah kumisnya yang lebat. “Tanda-tanda punya kumis itu sudah ada sejak SMP,” ujarnya. Untuk menjaga kesegaran tubuhnya, olahraganya saat ini hanya treadmill. Ia pernah menekuni tenis lapangan dan golf. “Namun karena kesibukan, nggak sempat lagi,” katanya.

Kini, Herman punya lima anak dari pernikahannya dengan Enung Nurmayati. Bahkan ia sudah punya seorang cucu umur 2 tahun. Dua anaknya, Imanzah Nurhidayat dan Herdiansyah Nurhidayat sudah menikah. Anak tengah dan satu-satunya perempuan, Noviyani Nurhidayat, telah menyelesaikan kuliah Akuntansinya dan sedang menunggu sidang skripsi. Di bawahnya Dandi Ramadhan masih pelajar SLTA dan si bungsu M. Rifky Setiadi, kelas 2 SMP. Bagi Herman, istrinya adalah perempuan serba bisa: bisa menari karena instruktur senam dan line dance, bisa bikin kue, dan bisa nyanyi karena pernah juara pop singer radio Sumedang. Herman mengaku dulu tidak bisa nyanyi, namun ia bisa nyanyi pas kenal karaoke. “Tapi nyanyi live saya tak bisa,” akunya. Makanan kesukaannya adalah ayam kampung goreng. “Itu makanan yang tak pernah membosankan,” katanya. Resepnya, ayam kampung itu tidak boleh dicuci dan digoreng tanpa bumbu, lalu taburi garam. “Pakai kecap dan cabe, lengkaplah,” katanya bagai chef sejati, sambil menutup pembicaraan yang hangat itu. [tim buletin/rr]

BULETIN BUMN • EDISI 58 • TAHUN VI • 29 FEBRUARI 2012 5

KALAU PARA pebisnis keturunan, mengatakan bahwa, itu adalah hoki saya, alias sudah takdir suratan saya. Di dalam dunia persilatan bisnis, kata-kata itu sering sekali merupakan fakta bisnis.

Alkisah, produk facsimile, pada awalnya diketemukan oleh penemu Amerika Serikat di Boston. Akan tetapi ketika diperkenalkan di kota Boston pada waktu itu, sambutan pasarnya tidak gegap gempita, alias barangnya lakunya lambat sekali. Walhasil, produk facsimile yang semula diharapkan bisa menggegerkan pasar Amerika Serikat itu tidak terjadi.

Pada suatu hari, seorang pebisnis Jepang berkunjung ke kota Boston, dia ketemu dengan produk facsimile. Lalu dia teringat kepada masyarakat Jepang yang suka mem-photo copy surat menyuratnya. Dan, kemudian diedarkan ke mana-mana, di lingkungan kerja dan di perusahaan-perusahaan yang bersangkutan. Si pebisnis melihat produk facsimile ini. Lalu ia mencari si penemunya. Kemudian dia membeli ijin untuk memproduksi facsimile ini di Jepang, dan dipasarkan ke seluruh dunia. Tentu si penemu Amerika Serikat itu sangat bersuka-cita bahwa hasil temuannya akan dipasarkan ke

seluruh dunia. Hal seperti ini tidak pernah dia bayangkan. Dan dia bersedia menerima uang jerih payah penemuannya dengan jumlah yang secukupnya saja. Pokoknya bagi dia, dengan beredarnya produk hasil temuannya ke seluruh dunia, itu sudah merupakan kebahagiaan yang luar biasa.

Adapun si pebisnis Jepang tadi, ketika sampai kembali ke Jepang, dia lantas mengadakan rapat di perusahaannya, untuk melakukan gebrakan produk facsimile, yang akan menggegerkan pasar Jepang dan dunia. Ide ini disambut secara antusias sekali di seluruh jajaran di pabrik itu. Dan akhirnya, produk facsimile dalam waktu singkat sudah merupakan kebutuhan sehari-hari dari kantor-kantor dan rumah tangga di dunia. Tentu saja perusahaan Jepang itu berhasil menyedot keuntungan yang besar sekali.

Jadi di sini terbukti, bahwa telah berlaku slogan Ono Zamane, Ono Wonge. Hal yang sama sering kita lihat di bidang tarik suara. Kejadiannya adalah sebagai berikut. Lagunya, lagu lama. Ketika dinyanyikan oleh penyanyi lama, tanggapan dan pendengarnya sepi-sepi saja. Kemudian beberapa tahun berlalu, bahkan ada yang lebih dari satu dekade, lagu yang sama, dengan lirik dan ritme yang sama, tetapi dinyanyikan oleh penyanyi yang lain, lantas menjadi tenar ke seantero dunia.

Lebih jauh, Indonesia, dilihat secara sejarahnya pada abad ke-7, ketika China dan India sudah

menjadi negara besar, maka pada waktu itu juga Indonesia yang diwakili oleh komplek Candi Muaro Jambi, sudah merupakan negara besar juga. Kenapa? Karena pada waktu itu para pebisnis yang berdagang dari China ke India dan sebaliknya, mereka menunggu di Muaro Jambi, menanti angin berganti arah. Dan di Muaro Jambi, pada waktu itu banyak komoditi: emas, cula badak, merica, pinang dan damar. Komoditi-komoditi itu adalah merupakan barang-barang yang bernilai pada waktu itu. Menurut para arkeolog, kota Muaro Jambi yang pada waktu itu sudah seluas 2.600 hektar dan dihubungi dengan kanal-kanal, adalah merupakan Maha Karya Bangsa Indonesia pada abad ke-7.

Sekarang ini pada abad ke-21, RRC dan India sudah besar kembali. Apakah sejarah akan terulang kembali, seperti Muaro Jambi pada abad ke-7? Persis seperti kata pepatah tersebut di atas, sekarang jamannya China dan India berjaya kembali. Maka sudah semestinyalah masa Indonesia untuk berjaya juga! Ekonom-ekonom dari Citibank di New York sudah meramalkan, bahwa pada tahun 2040, Indonesia bersama India dan RRC akan menjadi The Three G Countries, alias The Three Globe Growth Generator Countries, alias Tiga Negara Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Dunia. Pertanyaannya, siapakah orangnya itu di Indonesia?

Penulis, Komisaris Utama PTPN VI (Persero)

JEMPOL, IBARAT menteri, mesti harus pandai menghargai orang lain, pandai berbagi, adil dan tegas terhadap bawahan. Menteri juga jangan menunggu, tetapi harus mampu menjemput bola. Kita lihat, jika kita berusaha untuk menemukan jari kelingking dan jari jempol, maka jari jempol yang harus digerakan dulu agar bisa menyentuh jari kelingking. Contoh lain, ketika orang Islam “wiridan” pakai tangan, pastilah jempol yang mondar-mandir nyambangi jari lainnya. Artinya, menteri atau pimpinan tinggilah yang mesti menyapa terlebih dulu dan merangkul semua pihak, khususnya kepada bawahannya.

Jari telunjuk, ibarat pejabat eselon I, ketika seiring dengan menteri, maka seluruh eselon I sampai IV tak kuasa untuk menolak “titahnya”. Lihat saja, ketika telunjuk lurus bersanding jempol, maka tiga jarinya secara serempak “bertekuk lutut” di bawah kendalinya.

Jari tengah, ibarat pejabat eselon II, artinya sebagai pimpinan tingkat atas yang berfungsi

sudut pandang

Oleh:Marzuki Usman

Oleh:Ferry Andrianto

do

k. is

tim

ewa

Sen

o

saran pendapat

Ono Zamane, Ono Wonge!

Birokrasi Lima Jari

Kata-kata mutiara tersebut di atas adalah falsafah hidup orang Jawa. Artinya selalu saja terjadi pada waktu yang tepat, oleh orang tepat pula.

Ya, sepertinya cukup dengan lima jari kita dapat belajar banyak tentang filosopi kehidupan. Banyak tulisan yang membahas makna lima jari ini, namun penulis mencoba berangkat dari sisi yang lain dalam konteks kepemimpinan birokrasi.

menjadi penengah/jembatan komunikasi antara pimpinan atas, tengah dan bawah. Meski bukan pemimpin tertinggi, namun perannya sangat menonjol karena kerap menjadi “juru bicara” kebijakan kantor.

Jari manis, ibarat pejabat eselon III yang memiliki peran strategis dan “manis”. Strategis karena menjadi motor penggerak terciptanya kebijakan kantor. Manis, karena meski dalam kategori pimpinan strata menengah, namun kerap mendapat fasilitas pimpinan strata atas, atau bisa jadi lebih.

Jari kelingking, ibarat pejabat eselon IV dan staf, yang memiliki peran paling kecil. Namun bukan berarti tidak penting, karena tanpa melibatkan perannya, hasilnya tidak akan optimal. Pada saat tertentu, akan lebih efektif bila pekerjaan dilakukan oleh pegawai tingkat rendah.

Singkat kata, ibarat jari dengan bentuk dan panjang yang berbeda, tanpa mengutamakan satu jari atas jari lainnya, karena semua jari itu penting. Hebatnya, tidak ada satu jari pun yang iri dengan jari lainnya. Bisa dibayangkan, bila semua jari bentuknya sama, maka pekerjaan apapun rasanya sulit dilakukan secara sempurna. Semuanya telah terancang dengan

apik dan cantik dengan fleksibilitas tingkat tinggi, yang mengharmonikan keragaman dan keunikan yang ada.

Dalam konteks birokrasi, perbedaan posisi adalah suatu keniscayaan. Adanya perbedaan posisi memang membawa konsekuensi yang berbeda, baik dalam hak maupun tanggung jawab. Namun tidak menjadikan satu posisi lebih penting dari posisi lainnya, karena prinsipnya semua posisi itu penting adanya. Alhasil, pada saat penyelesaian tugas, yang tampak adalah kekompakan, saling melengkapi, saling asih, asah dan asuh, serta tidak ada lagi ego individul/sektoral, apalagi ingin menonjolkan diri. Ibarat kata, tidak akan terjadi salah satu jari yang ingin menonjolkan diri pada saat makan nasi pakai tangan, namun yang terjadi adalah semua jari sepakat dan rela dalam satu komando untuk merapat dalam satu barisan “duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, seiya sekata, senasib dan sepenanggungan”, meski berangkat dari posisi yang berbeda. Semoga.

Penulis Kasubbag Administrasi SDM KBUMN

BULETIN BUMN • EDISI 58 • TAHUN VI • 29 FEBRUARI 20126

SALAH SATU permasalahan yang akan terjadi dalam program konversi gas adalah alat konversi yang berupa converter kit. Menurut Menteri Perindustrian, saat ini industri dalam negeri belum sanggup membuat converter kit, sehingga pemerintah perlu melakukan impor.

Terkait itu, tanggal 12 Januari 2012 lalu, Dahlan Iskan, Menteri Negara BUMN, mengumpulkan Dirut beberapa BUMN strategis, yakni PT Dirgantara Indonesia, PT Inti, PT Barata, PT Boma Bisma Indra, PT Pindad, dan PT Krakatau Steel, di kantor pusat PT Dirgantara Indonesia, Bandung. Hasil dari pertemuan tersebut adalah BUMN sanggup mendukung program pemerintah dalam pembuatan converter kit. “Tadi kesimpulan kita, bahwa industri dalam negeri, gabungan BUMN dan swasta dengan dipimpin oleh PT DI itu mampu menyediakan tangki dan kit untuk konversi BBM ini 100%. Itu artinya kita enggak perlu impor (converter kit),” ujar Dahlan.

Dahlan Iskan menjelaskan bahwa meski PT DI sanggup memproduksi dalam jumlah besar, namun Dahlan Iskan akan mengajak swasta untuk memproduksinya dengan PT DI terlebih dahulu menetapkan standar produk converter kit tersebut. Kemampuan produksi converter kit di 2012 ini disebut Dahlan diprediksi baru bisa sekitar 300 ribu buah. Hal itu tergantung dengan kapan proyek pembuatan converter kit ini dimulai. Dahlan mengatakan, untuk pembuatan tangki dan converter kit ini, mereka menunggu kepastian dari pemerintah, apakah akan konversi BBG jenis Natural Gas (CNG) atau Liquid Gas for Vehicle (LGV). Namun, ia mengatakan gabungan BUMN ini mampu membuat converter kit untuk kedua jenis BBG itu. Dahlan menyatakan, BUMN masih menunggu kepastian kebijakan pemerintah terkait konversi itu. Terkait banyaknya kasus kebakaran pada kendaraan berbahan bakar gas atau pun konversi tabung gas 3 kg, Dahlan menjamin, konversi ke gas tersebut sangat aman. “Memang ada kekhawatiran seperti elpiji 3 kg yang sering

meledak akibat adanya kebocoran. Dalam rapat tadi dikemukakan, di seluruh dunia belum ada kasus itu (kebocoran), sehingga semua bisa diperhitungkan,” ungkapnya.

MELIHAT MOBIL CONTOHSelain menegaskan kesiapan BUMN mendukung konversi gas tersebut, Dahlan Iskan juga melihat contoh kendaraan yang telah dikonversi oleh PT DI. Untuk itu, Dahlan Iskan berharap pemerintah tidak jadi melakukan impor dan mempercayakan produksi converter kit kepada BUMN dan industri dalam negeri.

“Impor atau produksi dalam negeri, uang itu kan sama diperlukan, bahkan impor belum tentu lebih murah. Kemarin kan mau impor karena merasa dalam negeri belum tentu mampu. Maksudnya mampu membuat dan mampu produksi secara cepat. Tapi sekarang kita nyatakan mampu keduanya. Jadi kita tunggu pemerintah, pilih impor atau produksi sendiri,” harap Dahlan. [Tbk]

ARY GINANJAR, sang trainer dan penulis buku laris Emotional Spiritual Question (ESQ) bercerita tentang sosok yang ada di sampingnya, Dahlan Iskan. Mula-mula ia hanya membaca Dahlan Iskan memiliki kebiasaan memakai sepatu kets, tidak suka pakai jas. “Itu saya anggap biasa,” katanya. Lalu ketika ketemu Dahlan Iskan, Ary Ginanjar pun memanggilnya dengan hormat: Pak Menteri. Kontan Dahlan bilang, panggil saya: Dahlan Iskan. Ary masih melihat itu basa-basi. Namun ketika kenal lebih dekat, sama-sama dalam satu mobil dan bertemu dalam suatu acara dengan petani tebu di Jawa, Ary Ginanjar berkesimpulan: Dahlan Iskan adalah seorang pemimpin otentik. Seorang Pemimpin Otentik adalah seorang ummi, hati yang bicara dan sampai juga ke hati. “Jadi memang tidak perlu basa-basi lagi,” katanya. Dahlan seolah membongkar pemikiran orang tentang sosok seorang Menteri. Ia tidak suka pakai vorijder. Tidak suka berpakaian formal, pakai dasi. Seorang pemimpin otentik tidak akan menciptakan jarak dengan orang di sekitarnya.

Pemimpin otentik bicara dengan hati dan bertindak dengan hati.

Ary bercerita tentang kepemimpinan otentik yang diajarkan Rasulullah yang terkenal di kaumnya sebagai seorang Al-Amin, orang yang dipercaya. Rasulullah telah menyelesaikan pertikaian 4 suku yang ingin mengangkat hajar aswad, dengan solusi yang bijak. “Nabi mendapat trust, sehingga disebut Al-Amin, dan trust itu adalah kekuatan,” ujar Ary Ginanjar. Ary kemudian menyebutkan 4 nilai personal dari Rasulullah, yakni integritas (sidiq), terpercaya (amanah), profesional (fatonah) dan agen perubahan (tabligh). Dengan 4 nilai tersebut, Nabi Muhammad SAW telah merubah dunia.

TIDAK BISA PURA-PURAKetika diberi kesempatan untuk bicara, Dahlan menyatakan bahwa ia tidak bisa berpura-pura. Dahlan melihat apa yang dilakukannya adalah biasa saja. “Yang penting itu saya selalu bersandar pada akal sehat dan trust,” katanya.

Dahlan melihat percaya dan dipercaya itu tidak bisa datang tiba-tiba. Rakyat Indonesia saat ini tidak mudah percaya dengan pemimpinnya 100%. Ia mengakui, tugasnya yang paling berat menjadi Menteri BUMN adalah mengembalikan kepercayaan rakyat kepada BUMN. “Untuk itu perlu usaha ekstra dan serius,” katanya. Dahlan juga menggarisbawahi bahwa orang tidak bisa ditipu. Untuk itu pemimpin yang baik menurut Dahlan, adalah yang bisa menjadi contoh bagi bawahannya dan membuat bawahannya bekerja secara ikhlas.

Ary menyatakan bahwa kebanyakan orang, kalau diberi jabatan, seolah kehilangan identitas dirinya yang asli. Sehingga tak salah kalau ada yang bilang: power tends to corrupts. Padahal leaders yang sesungguhnya sadar sekali ia tetap manusia. Sehingga seorang pemimpin yang sesungguhnya itu, atau pemimpin otentik itu bukannya ditakuti, tapi dicintai. Ary mengingatkan 3 energi pemimpin yang baik: intelektual, emosional dan spiritual.[Tbk]

rekam peristiwa

sen

ose

no

BULETIN BUMN • EDISI 58 • TAHUN VI • 29 FEBRUARI 2012 7

Tidak Perlu Impor, BUMN BisaSeiring dengan meningkatnya harga BBM dunia, maka subsidi minyak di indonesia meningkat drastis sehingga membebani APBN. Untuk itu, pemerintah berusaha mengurangi besarnya subsidi dengan cara membatasi pemakaian BBM bersubsidi dan melakukan konversi bahan bakar dari minyak ke gas.

LEADERS WITH CHARACTER:

Dahlan Iskan, Sang Pemimpin OtentikSiang itu di Menara 165, 24 Januari 2012, sebelum dilaksanakan pertemuan mengenai tunggakan temuan BPK di BUMN, dilaksanakan rekaman acara Leaders with Characters, sebuah program MetroTV, dengan host Sandrina Malakiano.

BULETIN BUMN • EDISI 58 • TAHUN VI • 29 FEBRUARI 20128rekam peristiwa

sen

ose

no

ROZIQIN, KABAG Perencanaan menyatakan, tahun lalu ada juga sosialisasi serupa. “Tapi yang datang lebih sedikit dari tahun ini,” katanya. Berkorelasi atau tidak, penyerapan anggaran di tahun 2011 mencapai 76,70%. Dari data, capaian itu lebih meningkat dibanding penyerapan tahun 2010, hanya 55,88%. Yang jelas, Roziqin menerangkan, Pemerintah sangat serius dalam memantau realisasi DIPA. Bahkan, ditargetkan dalam triwulan I akan terserap 25%, begitu seterusnya hingga akhir triwulan IV dapat terealisasi 100%.

Wahyu Hidayat juga menyampaikan, Presiden SBY tidak puas dengan rendahnya serapan DIPA yang masih terbilang rendah dalam tiga tahun terakhir ini. “Jangan sampai di akhir tahun kita baru buru-buru melakukan kegiatan untuk menyerap anggaran,” ingatnya. Yang jelas, Kementerian BUMN menargetkan pelaksanaan DIPA semaksimal mungkin. “Kita butuh komitmen. Bagi yang tidak komit, harus ada punishment,” tegas Wahyu. “Tapi lebih baik, kita lakukan semua tugas dengan sepenuh hati,”

tambahnya memberi sugesti. Achmad Boediono, Kabiro Perencanaan dan SDM mengingatkan pentingnya KAK (Kerangka Acuan Kegiatan) atau sering disebut TOR (Term of Reference) sebelum merealisasi program. “KAK itu harus disampaikan lebih awal,” katanya.

PAHAMI TUPOKSIMasalahnya, menurut Upik Rosalina Wasrin, Asdep Industri Primer II, ada kalanya suatu kebijakan datang tiba-tiba, dan malangnya tidak ada anggarannya. “Misalnya kita butuh appraisal untuk BUMN yang akan dimerger,” katanya. Boediono menjelaskan, pada prinsipnya, anggaran itu berbasis kinerja atau money follow the function. “Yang penting, semua paham tupoksinya. Sedapat mungkin, sebagian besar program sudah direncanakan. Kalau ada perubahan, DIPA harus segera direvisi,” katanya. Cuma, dalam revisi itu, ada yang butuh persetujuan DPR, Ditjen Anggaran, atau cukup di KPA (Kuasa Pengguna Anggaran). “Yang penting kita harus cepat mengurusnya,” tambahnya.

KIAT CAPAI TARGETBoediono menyampaikan kiat dalam mencapai target anggaran. “Revisilah alokasi anggaran bila perlu untuk diarahkan pada pencapaian output yang jelas dan terukur, lalu tunjuk person in charge. Perhatikan juga daftar kelengkapan dokumen pertanggungjawaban,” katanya. Dalam kesempatan itu, Hanifah Affan, Asdep PKBL, mengingatkan, realisasi program dan realisasi fisik juga perlu diperhatikan.

Boediono menyatakan, setiap tahun ada apresiasi langsung dari Presiden bagi instansi pemerintah yang penyerapan anggarannya maksimal. “Menterinya diserahi DIPA langsung oleh Presiden di atas panggung,” katanya. Ia mencita-citakan, suatu kali, Menteri BUMN akan naik panggung menerima DIPA langsung dari Presiden. “Kita targetkan di tahun 2012 ini Menteri naik panggung, yang penting komitmen bersama,” katanya bersemangat. Semoga! [Tbk]

PEJABAT YANG dilantik itu adalah Wahyu Hidayat sebagai Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Zamkhani sebagai Deputi Bidang Usaha Industri Primer, Dwijanti Tjahjaningsih sebagai Deputi Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur dan Irnanda Laksanawan sebagai Staf Ahli Bidang SDM dan Teknologi.

Wahyu Hidayat sebelumnya adalah Staf Ahli Bidang SDM dan Teknologi, dan Muhammad Zamkhani sebelumnya adalah Asdep Industri Primer III. Dwijanti Tjahjaningsih sebelumnya adalah Asdep Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha. Sedang Irnanda Laksanawan sebelumnya adalah Deputi Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur. Itu artinya, dalam pelantikan ini, dua Asdep mendapatkan promosi menjadi Deputi. Adapun yang bertindak sebagai saksi pelantikan yakni Parikesit Suprapto, Deputi Bidang Usaha Jasa dan Harry Susetyo Nugroho Staf Ahli Bidang Tata Kelola BUMN.

BEKERJA TERBAIKWakil Menteri Negara BUMN, Mahmuddin Yasin memimpin pelantikan tersebut, dengan

SOSIALISASI PELAKSANAAN DIPA

PELANTIKAN ESELON I KBUMN

Agar Menteri Naik Panggung

Dua Asdep Jadi Deputi

Di ujung Januari 2012, siang itu, Wahyu Hidayat, Staf Ahli Bidang SDM dan Teknologi (yang saat ini telah dilantik jadi Sekretaris Kementerian BUMN) sempat mengeluhkan kebiasaan kurang on time-nya pegawai KBUMN menghadiri suatu acara. Padahal, substansi yang disampaikan dalam acara tersebut adalah hal yang sangat serius: Bagaimana penyerapan anggaran dapat dilakukan maksimal.

Senin sore, 20 Februari 2012, pukul 14.30 WIB, telah dilantik empat orang Pejabat Eselon I Kementerian BUMN yang baru. Pelantikan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor: 27/M tahun 2012 tertanggal 14 Februari 2012.

membacakan sumpah yang diikuti empat pejabat tersebut. Pembacaan sumpah berlangsung dengan hikmat, dan dilanjutkan dengan sambutan Mahmuddin Yasin yang menekankan bahwa amanah yang diemban pada empat pejabat tersebut agar dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, penuh tanggung jawab. “Mari kita bekerja yang terbaik,” ajak Yasin.

Di akhir pelantikan, empat pejabat tersebut diberikan ucapan selamat oleh Wakil Menteri BUMN dan para tamu undangan yang terdiri dari direktur dan komisaris beberapa BUMN.

Seusai pelantikan, Wahyu Hidayat memberikan pernyataan bahwa ia ingin membuat sistem di Kementerian ini yang akan mengatur segala sesuatunya dengan baik. “Sistem itu harus detail, bisa dibaca, bisa diikuti, sehingga siapapun Menterinya itu dapat berjalan dengan normal,” katanya. Untuk pengaturan di Kementerian BUMN, ia juga akan mengumpulkan seluruh elemen dalam Sekretariat Kementerian BUMN untuk membahas apa yang dibutuhkan dalam Kementerian BUMN dan dikerjakan bersama. [Tbk]

SUSUNAN PENGURUS BULETIN BUMN

Pelindung: Menteri Negara BUMNPembina: Sekretaris Kementerian BUMN, Kepala Biro Umum dan HumasPemimpin Umum/Penanggung Jawab: Faisal HalimiPemimpin Redaksi/Ketua Tim: Rudi RusliTim Editor: Mahmud Husen, Teddy Poernama, Ferry AndriantoDewan Redaksi Dan Desain Grafis: Riyanto Prabowo, Sandra Firmania, Erwin Fajrin, Sentot MoelyonoSekretariat: Sahala Silalahi (Koordinator), Umi Gita Nugraheni, Hendra Gunawan, Nur Wahid, Sutarman.Alamat Redaksi: Lantai M Gedung Kementerian BUMN(Biro Umum dan Humas), Jl. Medan Merdeka Selatan No.13, Jakarta Pusat 10110.Telp: 021-2312373, Fax: 021-2311224E-mail: [email protected],Website: www.bumn.go.id

Redaksi menerima kontribusi tulisan dari pegawai Kementerian BUMN, karyawan BUMN atau pihak lain yang relevan dengan semangat Buletin Kementerian BUMN, dengan syarat diketik rapi dengan spasi ganda, maksimal 2.000 karakter (setengah halaman), dengan disertai identitas diri penulis. Setiap tulisan yang dimuat merupakan pendapat pribadi penulis.