Buletin Advokasi No 1

20

description

Farmer's Mag, YDASolo. Indonesia.

Transcript of Buletin Advokasi No 1

Page 1: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/2001 Halaman 1

Page 2: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/20012

Kewalahan dengangulma yang kebal

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Menanggapi tentang Rekayasa

Genetika, yang telah kami informasikan

pada petani di daerah-daerah. Bahwa

petani menanggapi dengan serius dan

sangat hati-hati memilih bahan pangan.

Petani saat ini merasa kewa-

lahan adanya gulma/rumput yang kebal

pada herbrida, rumput tersebut susah

diberantas sehingga lahan persawahan

tidak bisa ditanami, kalau dipaksa

ditanami padi memerlukan biaya yang

sangat tinggi, sedangkan hasil produksi

petani murah harganya (petani rugi).

Umumnya warga Desa Jayapu-

ra mengkonsumsi kacang kedelai import,

karena harganya lebih murah, harganya

Rp. 2.000/kg. Kami tidak pernah

diberitahu, kedelai ini hasil rekayasa atau

bukan.

Mengenai penyakit tumor/

daging pada bagian dada dan dahi leher,

yang terkena anak-anak umur 10 Th , juga

yang berumur 40 tahun ke atas. Pe-

nyembuhannya melalui operasi bedah

dan berobat rutin yang sangat mahal.

Yang terkena penyakit tsb, di lingkungan

satu RW. Ada satu sampai dua orang.

Radisan

Jayapura, Siak Kiri, Riau.

Menolak modifikasigenetika

Salam sejahtera dari jauh.

Setelah menerima surat dari

teman-teman YDA di Solo, Kami

membacanya beserta teman-teman

kelompok tani. Kami peserta monitoring

partisipatif Dk. Sumber Harum, Ds.

Harapan Jaya, Kel. Tempuling, Kab. Inhil,

sepakat mengumpulkan Kades, PPL,

Kasun, Ketua RT, RW, Ketua Kelompok

Tani, tokoh masyarakat dan petani.

Dan berdiskusi tentang isi surat

itu, hasilnya cukup memuaskan. Semua

setuju menolak modifikasi genetika

(rekayasa genetika). Namun sebagian

mengusulkan, mohon diberi ciri-ciri

bahan makanan yang mengandung

“racun” tersebut. Dan semua juga sadar

tidak akan menanam bibit hibrida yang

diduga hasil rekayasa genetik.

Selamat berjuang.

Prawito

Desa Harapan Jaya, Tempuling

Inderagiri Hilir

Riau.

Petualangan Pestisida

Pestisida

Kau hadir disini

Dengan bahasa yang indah dan

ramah

Hampir di setiap sudut-sudut rumah

kau ada

Dengan senyum bangga kau tak

segan bicara kepada si kaya, si

miskin dan si papa.

Si pandai bicara selalu

mendendangkan namamu. Si tukang

rekayasa selalu mengganti

pakaianmu.

Si mafia-mafia selalu melindungimu

Kau bebas bicara dengan lantang

kau berkata, “Aku penolongmu, aku

membantumu, aku ringankan

bebanmu,”

Itulah rayuanmu.

Tapi kenapa si miskin merana

si papa menderita.

Di sana lain cerita.

Saudaramu itu tak bebas bicara

hanya bisa berbisik.

Di sana … di sebuah kota

Kau tidur dikasur-kasur empuk,

duduk di kursi goyang

Tinggal di hotel berbintang,

makan apa yang kau senang.

Nun jauh disana di sebuah desa

Seorang anak kecil, payah bicara,

sulit berkata

Mereka tak lincah seperti anak-anak

di sana

Orang tuanya lelah bekerja, ia lupa

makanan hampir tak ada.

Hutang terasa berat dipundaknya.

Kami bertanya….

Ini salah siapa-ini dosa siapa?

Kami bertanya-jangan jawab dengan

kesombongan dan keangkuhanmu

Jangan racuni bumi kami!

Jangan racuni kami

Jangan racuni

anak-anak cucu kami

23 April 2000

Ramli AR

Dusun puring Desa Teluk Pakedai II,

Kec. Teluk Pakedai

Kab. Pontianak Kalbar.

Buletin Petani Advokasi diterbitkan

oleh Yayasan Duta Awam (YDA),

sebagai media komunikasi dan

advokasi menuju petani Indonesia

mandiri.

Penanggung Jawab:

Nila Ardhianie

Dewan Redaksi:

Mediansyah (koordinator)

M. Riza, Puitri Hatiningsing,

Suci Handayani, Kurniawan Eko,

M. Yunus, M. Zainuri Hasyim,

A. Bayu Cahyono.

Distributor: Sumengkar W

Alamat:

Jl Adi Sucipto No 184-I Solo 57102

Telp/Fax: (0271) 710816

e-mail: [email protected]

Redaksi Buletin Petani Advokasi

menerima tulisan, gambar/foto

dengan misi pemberdayaan petani

dari berbagai pihak, khususnya dari

kalangan petani sendiri.

Surat Tani

Page 3: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/2001 Halaman 3

Sukseskah program-program peme-

rintah di bidang pertanian yang katanya

ingin menolong petani? Semua program

itu mencantumkan tujuan untuk “mem-

bantu” petani atau “meningkatkan kese-

jahteraan” petani.

Sejak diluncurkannya Bimas,

Inmas dan KUT, ternyata petani tidak

pernah sejahtera. Bahkan

segala kredit itu menjadi

tidak jelas kemana arahnya.

Malahan, petani

harus menanggung “cap”

sebagai pemalas dan biang

keladi kegagalan program-

program itu.

Konon, segala

program itu sejak dilahirkan

sudah dititipi berbagai

kepentingan dan sifat

programnya dikendalikan

dari atas. Keinginan petani

tidak pernah menjadi ru-

jukkan, tidak pula dijadikan

ukuran untuk menghitung

tingkat keberhasilan.

Harus didampingiKita lihat pada tahun 1963,

Institut Pertanian Bogor dan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan (bukan

Departemen Pertanian) me-luncurkan

sebuah proyek perintis di bidang

pertanian pada lahan seluas 100 hektar di

Kabupaten Karawang.

Hasil dari proyek perintis ini,

Bimas, Inmas, KUT, KKP...

Kredit-kredit pertanian,kemana arahnya?

adalah sebuah kesimpulan bahwa

teknologi bisa menaikkan keuntungan

petani. Namun disimpulkan pula, petani

harus didampingi oleh penyuluh yang

andal.itunggangi Kepentingan Ekonomi

Kemudian muncullah Bimas

Gotong Royong (Bimas GR), yaitu Bimas

yang dananya dibantu oleh perusahaan

luar negeri seperti Mitsubishi dan CIBA.

Terbuktilah perusahaan-perusahaan ini

lebih banyak “menunggangi” Bimas

untuk menjual produk-produknya.

Pada kurun berikutnya, mun-

culah Kredit Usaha Tani (KUT). Semula

bunga KUT adalah 14 persen se-tahun,

setelah berjalan beberapa tahun, pada

Desember 1978 menjadi 10,5 persen.

Ditunggangi politikKemudian terjadi perubahan

cara penyaluran kredit. Pihak bank yang

semula menjadi pengambil keputusan

untuk menyalurkan, kini menjadi pihak

perantara saja. Departemen Koperasi

(saat itu Menterinya Adi Sasono) men-

jadi pihak pengambil ke-

putusannya.

Dalam penyalur-

annya, KUT melibatkan

Lembaga Swadaya Masya-

rakat (LSM). Akibatnya

LSM tumbuh bak jamur di

musim hujan untuk memo-

hon kredit bagi petani

dampingannya.

Namun, hasil eva-

luasi Bappenas (Badan

Perencanaan Pembangun-

an Nasional) yang dila-

kukan akhir tahun 1999,

menunjukkan tingkat pe-

ngembalian KUT hanya

28,2 persen.

Sementara di ka-

langan petani (sengaja atau tidak) di-

tumbuhkan “harapan” bahwa suatu saat

utang akan “diputihkan”. Hal ini terjadi

karena kredit KUT ditunggangi politik

untuk mendapatkan massa dan suara

pada Pemilu dan untuk tercapainya

“ketenangan” pada Sidang Umum MPR!

(Berbagai sumber/Tim Advokasi)

LAPORAN

Petani Indonesia, ditopang atau diperkuda? Foto YDA/Eko

1963:

IPB dan Depdikbud meluncurkan

proyek perintis pertanian di Kabupaten

Karawang.

1964:

Pemerintah meluncurkan program

Demonstrasi Massal (Denmas).

1965:

Program Bimbingan Massal (Bimas)

dijalankan.

1968:

Program Bimas Gotong Royong

dipraktekkan.

1977:

Tunggakan Kredit Bimas mencapai

Rp. 50 Milyar.1985:

Muncullah Kredit Usaha Tani. Beberapa

kali terjadi perubahan sistem, namun

nama tetap KUT.

1999:

Bappenas (Badan Perencanaan Pem-

bangunan Nasional) melakukan

evaluasi, bahwa ternyata tingkat

pengembalian KUT hanya 28,2 persen.

2000:

Pemerintah mencanangkan CF, Pro-

gram Ketahanan Pangan (PKP) dan

Kredit Ketahanan Pangan (KKP).

(Berbagai sumber)

S

Page 4: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/20014

Mugi

Sury

ana

LAPORAN

iga orang laki-laki kurus duduk santai

ditepi jalan di pinggiran sawah mereka

yang tidak begitu luas. Ketiganya ber-

usia di atas 50 tahun, Seorang

diantaranya nampak santai tanpa

menge-nakan baju.

Dari warna kulit dan guratan wa-

jahnya menyiratkan cerita tentang per-

jalanan panjang petani Indonesia.

Sambil menunggu kiriman makan siang

dari anaknya, mereka membicarakan

kesulitan mereka untuk mendapatkan

dana guna mengusahakan lahannya.

Apalagi kabarnya KUT akan

dihapus, sedangkan gantinya belum

juga jelas. Kalau sampai tidak ada kredit

mereka terpaksa lari ke Bank Plecit

(kredit harian yang biasa beroperasi

didesa-desa) atau ke calo-calo lintah

darat yang banyak berkeliaran di desa-

desa.

Barangkali kenyataan di atas

memberikan gambaran yang mem-

prihatinkan, di tengah-tengah ‘ke-

inginan’ pemerintah untuk menye-

jahterakan petani.

Dan yang harus menjadi perhatian

dan bahan pemikiran secara sungguh-

sungguh, adalah mengapa sekian pro-

gram pemerintah dalam upaya

mendorong peningkatan produktifitas

tidak pernah memberikan hasil yang

nyata untuk petani.

Simak saja antara tahun 70-an sampai

sekarang kita telah mengenal paling tidak

5 macam program kredit pertanian, yakni

BIMAS dan Inmas (termasuk juga Bimas

Gotong Royong), KUT, PKP dan KKP.

Kejam

Kekejaman Bimas menjadi cerita

duka petani di jaman itu. Betapa mereka

dengan mudah berhadapan dengan

aparat Koramil hanya karena tidak mau

jadi peserta Bimas.

Perusahaan besar yang terlibat pun

menjadikan petani sebagai konsumen

pasar produk mereka.

Maka cepat dan pasti petani-petani mulai

terhipnotis dengan input-input yang

selama ini tidak begitu mereka kenal.

Karena berbagai produk pabrik itu,

disamping praktis juga efektif dalam

menyuburkan tanaman atau memberantas

hama.

Petani menjadi tidak sadar bahwa

bahaya jangka panjang mengancam,

yakni ketergantungan dan kerusakan

lingkungan serta kesehatan

Namun ada juga klaim keberhasilan

Bimas, yakni manakala Indonesia berhasil

mendapatkan penghargaan sebagai

Negara Swasembada Beras.

T

BIMAS DAN KUTRIWAYATMU DULU

Page 5: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/2001 Halaman 5

Hal ini bisa jadi merupakan

keberhasilan dari kacamata kemampuan

pemerintah menjaga stok pangan. Namun

apa kesejahteraan petani meningkat ?

Tahun 1975-1976 terjadilah kemarau

panjang yang memang dapat dijadikan

kambing hitam kegagalan program kredit

itu.

Tapi yang kurang disorot, ialah kisah-

kisah pedih petani yang telah membayar

kredit ke kas desa dan tidak sampai ke kas

Bimas, menyebabkan pamor Bimas semakin

terpuruk.

Bimas Gotong Royong berakhir,

dengan menyisakan berbagai persoalan

yang seharusnya menjadi pe-lajaran.

KUT Gagal

Kembali dengan pola pikir yang sama,

bahwa petani perlu mendapatkan bantuan

modal (kredit) untuk meningkatkan

usahataninya, pemerintah mengucurkan

kredit baru dengan nama Kredit Usaha

Tani ( KUT).

Awalnya KUT mematok bunga se-

besar 14%, namun karena dipandang

masih memberatkan, akhirnya di tahun

1998 bunga kredit diturunkan menjadi

10,5%.

Seiring dengan turunnya bunga

tersebut, juga dilakukan perubahan pola

penyaluran.

Bank yang selama itu menjadi execu-

ting ( penyalur langsung) diubah menjadi

channelling (perantara).

Sedangkan executingnya melaui KUD

atau LSM lewat rekomendasi Dinas

Koperasi.PKM di masing-masing

kabupaten.

Penyaluran kredit melalui dua jalur,

yakni KUD dan LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat) ini tidak hanya menumbuh

suburkan KUD-KUD baru namun juga

LSM-LSM baru, untuk mendapatkan kre-

dit bagi anggotanya.

Dana yang dikucurkan untuk KUT ini

berangsur me-ningkat. tahun 1998

anggaran KUT dari 379 milyar tahun 1996/

1997 naik jadi 7,8 trilyun. Berlaku musim

tanam Oktober - Maret 1998/1999.

Sayangnya beberapa evaluasi yang

dilakukan beberapa lembaga (termasuk

YDA) menunjukkan adanya beberapa

LAPORAN

faktor kelemahan kalau tidak bisa disebut

kegagalan dalam penyelenggaraan KUT.

Penyelewengan

berdasar Monitoring Partisifatif oleh

petani yang diprakarsai YDA, sepanjang

1998-1999, terbukti bahwa pihak-pihak

yang terkait KUT cenderung

melaksanakan tugasnya secara projeck

oriented. Peran pihak-pihak itu secara

manajemen sangat lemah.

Ditemukan pula, beberapa pihak

seperti PPL, KUD, LSM, Bank Palaksana

(aparat formal yang bertugas

memperlancar petani dalam memperoleh

KUT) adalah aaparat yang secara resmi

memperoleh keuntungan (imbalan) dalam

pelaksanaan KUT, walau mereka tidak

optimal melaksanakan tugasnya. Hal ini

ditunjukkan dengan munculnya kasus

RDKK fiktif, pemalsuan tandatangan dll.

Hal di atas tentu berhubungan

dengan pengembalian KUT secara

nasional yang hanya mampu mencapai

angka 28,2%.

Rendahnya tingkat pengembalian

disebabkan karena gagal panen serta

sebagai akibat penyaluran yang tidak

akurat.

Jangan heran pula, kalau dana KUT

digunakan untuk membuat Pom

Bensin, bikin usaha bengkel, untuk ikut

Pilkades, setoran dana kampanye

Pemilu dan lain-lain.

Sekarang sudah santer terdengar

Corporate Farming (Pertanian Gotong

Royong), PKP (Proyek Ketahanan

Pangan), KKP (Kredit Ketahanan

Pangan).

PKP dan KKP ini dimaksudkan oleh

pemerintah untuk menggenjot

produktifitas hasil usahatani, yaitu

untuk menjaga “Ketahanan Pangan”.

Akankah kredit-kredit baru

tersebut menyisakan kegetiran nasib

petani, yang tak pernah meningkat taraf

hidupnya meskipun sudah menjadi

peserta berbagai macam kredit?

Bahkan kini kegetiran bertambah

ketika petani kita harus bolak-balik

dipanggil kejaksaan sehubungan kredit

macet. (Yoen)

Mugi Suryana

Page 6: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/20016

Teliti dahulu sebelum Ngutang..!!

LAPORAN

PKP (Program Ketahanan Pangan ) adalah kredityang diusulkan oleh Komisi III DPR-RI yang padarealisasinya kemudian dibiayai melalui APBD Mata Ang-garan (MA) 16. Program ini sendiri dinamakan ProyekPemberdayaan Petani Melalui Pengembangan UsahaKelompok.

PKP terfokus untuk tanaman pangan serta ternakpotong khususnya sapi potong. Sesuai dengan namaproyeknya maka kredit ini hanya diperuntukkan bagidaerah-daerah penghasil utama pangan. Secara nasionalada 11 propinsi sebagai sasaran proyek, termasuk JawaTengah. Di Jawa Tengah kredit tersebut dialokasikan ke29 Kabupaten penghasil utama pangan. Pada tahappelaksanaannya untuk tiap-tiap kabupaten dikoordinasikanoleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan masing-masingkabupaten.

Anggaran PKP masing-masing kabupaten berbedasesuai dengan luas lahan produktif yang diperkirakan bisamendukung proyek ini. Secara umum dari 100 % anggaranyang disediakan pemerintah sekitar 95 %nya dialokasikanke kelompok tani sebagai pinjaman modal dan sekitar 5%nya digunakan untuk membiayai kegiatan perencanaan,sosialisasi, pelatihan, pemantauan dan evaluasi,pengawasan dan administrasi yang semuanya ditanganioleh Proyek.

Berdasar wilayah yang telah ditetapkan, petaniyang berkeinginan mengambil kredit harus memenuhipersyaratan :

A . Kelompok Produksi Padi

1. Kelompok yang sudah efektif lebih dari 2 kaliMT atau 1 tahun

2. 75 % anggota kelompok adalah petani berlahansempit <0,25 - 0,30 Ha untuk wilayah JawaTengah.

3. Beberapa tahun terakhir belum menerapkanrekomendasi tehnologi secara, penuh,terutama pupuk dan benih.

4. Pada saat pelaksanaan, kelompok tidakmempunyai tunggakan KUT lebih dari 40 %

5. Pada saat yang sama kelompok tidakmemperoleh KUT maupun bantuan dari pro-

gram lainnya serta bukan lokasi SPL-OECF.

B. Kelompok Pembibitan Ternak1. Kelompok yang sudah mempunyai kemampuan

untuk memproduksi bibit berkualitas danteknologi IB

2. Setiap kelompok terdiri atas sekitar 25 KK3. Kelompok tersebut berada dalam kawasan de-

ngan populasi 300-400 ekor, aseptor IB dan 1-2orang insiminator terampil dan mandiri.

Pola lainnya untuk pembibitan ternak adalah dengan caramelibatkan UPT pembibitan ternak.

Hal yang Penting Diketahui Dalam PKP1. Kredit PKP memakai pendekatan pra-korporasi

atau pengelolaan usaha secara bersama-samadalam satu wadah.

2. Untuk memaksimalkan pengelolaan usahabersama tersebut (penyediaan saprodi,pemasaran hasil, efisiensi usaha, penerapantehnologi dll) perlu adanya dukungankelembagaan yang disebut kelompok usaha yangdikelola sepenuhnya oleh seorang manajer.Penentuan manajer hendaknya sesuai dengankriteria dan pilihan masyarakat setempat.

3. Dukungan terhadap keberhasilan proyek, terutamamasalah tehnis pertanian, didukung sepenuhnyaoleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan melalui PPL.

4. Proyek harus mengutamakan aspekpemberdayaan kelompok, yang meliputi aspekmanajemen usaha, aspek teknis, serta aspekkelembagaan.

5. Masyarakat luas utamanya peserta proyek diberikesempatan seluas-luasnya untuk memantau danmemberikan masukan terhadap pelaksanaanproyek.

6. Untuk mempersiapan setiap pihak yang terkaitproyek (manajer, penyuluh, pengurus kelompok,anggota , tokoh masyarakat, dsb) perlu diadakankegiatan sosialisasi dan pelatihan.

7. Evaluasi proyek dilakukan secara partisipatif.Artinya dengan melibatkan seluruh pihak yangterkait dengan proyek, termasuk LSM.

Sumber: Kanwil Deptan Jawa Tengah

PKP = PROGRAM KETAHANAN PANGAN

(Lihat Diagram Mekanisme PKP di Halaman 8)

Page 7: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/2001 Halaman 7LAPORAN

Kredit Ketahanan Pangan (KKP) adalah penggantiKUT, tidak jelas mengapa KUT perlu diganti. KKP adalahkredit modal kerja yang diberikan oleh Bank Pelaksanadalam rangka peningkatan ketahanan pangan.

Bank Pelaksana ialah BRI, Bukopin, BNI, BankMandiri, Bank Agro Niaga, BCA, BII, Bank Niaga, BPDberbagai provinsi, dan Bank Danamon.

Bunga KreditUntuk Padi, jagung, kedelai ubi kayu, ubi jalar

sebesar 12% per tahun. Budidaya tebu à 16% per tahun.Sapi potong, ayam buras, itik à 16% per tahun. Budidayaikan à 16% per tahun. Pembelian gabah, jagung, kedelaipetani à 15% per tahun

Syarat Peserta KKP:1. Petani anggota kelompok tani;2. Menggarap sendiri lahannya (petani pemilik

penggarap) atu menggarap lahan orang lain(petani penggarap). Bagi petani penggarap perlusurat kuasa dari pemilik lahan yang diketahuiKepala Desa;

3. Petani berumur sekurang-kurang 18 tahun atausudah menikah;

4. Petani pemilik penggarap yang memiliki lahansendiri maksimal seluas 2 hektar;

5. Bersedia mengikuti petunjuk/pembinaan PPL danbersedia mematuhi ketentuan sebagai pesertaKKP.

Petani peserta Corporate Farming (selanjutnyadisingkat CF) sering menyebut proyek ini dengan “PTKaporet”. Mereka menyebut demikian karena memahamiproyek ini sama dengan proyek-proyek lain yang pernahditerimanya melalui kerjasama dengan sebuah PT (sebutindustri). Seperti proyek jagung, kapas dll.

Meskipun istilah CF sudah sangat melekat dalamproyek PKP, namun ujud pelaksanaan CF sendiri olehpemerintah dilaksanakan melalui Proyek Ujicoba CorporetFarming yang untuk wilayah Jawa Tengah mengambil lokasidi Kabupaten Grobogan, tepatnya Desa Pilang Payung danSugihan, Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan, seluas114,6 Ha dengan melibatkan 321 petani.

Anggaran dan Mekanisme PembiayaanDana pembangunan disalurkan melalui KPKN,

selanjutnya ditarik oleh proyek, untuk kemudiandialokasikan ke wilayah ujicoba Corporate Farming. UjicobaCF di Kabupaten Grobogan mendapatkan dana sebesarRp. 1,430 Milyar, terdiri dari :

1. Kegiatan produksi pangan sebesar 6,8 juta perhektar ( 680 juta untuk 114,6 hektar) mencakupkomponen :

a. Sarana produksi pupuk dan benih sebesar0,8 juta per hektar. Dana ini merupakankredit petani yang harus dikembalikan kerekening kelompok dengan bunga dan

jangka waktu yang disepakati kelompok.b. Modal usaha lainnya, sebesar Rp. 6 juta

per hektar, dapat dipergunakan :§ Membangun infrastruktur,

membeli alat dan mesin pascapanen, atau barang modallainnya.

§ Membiayai bahan baku atausarana usaha lainnya.

2. Untuk kegiatan produksi peternakan sebesar Rp.750 juta, mencakup komponen :

a. Ternak sapi, dengan biaya Rp. 450 juta;modal pembuatan kandang, pengadaanpakan dan kesehatan hewan Rp. 200 juta.Biaya tersebut merupakan kredit yangharus dikembalikan kepada rekeningkelompok, dengan pola, bunga danjangka waktu yang disepakati bersama.

b. Paket peralatan IB sebesar Rp. 100 juta.Petani yang memanfaatkan jasa IB ditarikbiaya sebagai pemasukan bagi kelompokdan disetor ke rekening kelompok.Besarnya biaya ditentukan kelompok.

Ketentuan lainnya termasuk peserta dan mekanismepenyaluran dana sama seperti pada kredit PKP. Termasukdidalamnya harus adanya partisipasi masyarakat dalampengambilan kebijakan.

CF = CORPORATE FARMING

Sumber: Kanwil Deptan Jawa Tengah

Sumber: Kep Mentan No: 399/Kpts/BM.530/8/2000 Tentang Petunjuk Teknis PemanfaatanSkim Kredit Ketahanan Pangan dan Siaran Pers Departemen Keuangan No. 29/HMS/2000,19 Oktober 200 tentang Pendanaan Kredit Ketahanan Pangan

KKP= KREDIT KETAHANAN PANGAN

(Lihat Diagram Mekanisme KKP di Halaman 8)

(Lihat Diagram Mekanisme CF di Halaman 8)

Page 8: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/20018 LAPORAN

MEKANISME PENYALURAN PKP & CF MEKANISME PENYALURAN KKP

Page 9: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/2001 Halaman 9KAJIAN

Salah satu upaya peme-rintah menjaga Ketahanan Pangan(KP) adalah menggulirkan programCoorporate Farming (CF).

Menurut Buku petunjuk yangdikeluarkan Kanwil Deptan Jateng,konsep CF adalah suatu kerja samaekonomi dengan orientasi agrobisniskomersial secara manajerial.

Usaha bisnis per-tanian ini diujudkan dengankonsolidasi penguasaan lahandengan tetap menjaminkepemilikannya oleh masing-masing petani.

P e m e r i n t a hmemandang, lahan usahapertanian yang dikelola olehpetani secara individu ataukeluarga tidak efisien. Karenarata-rata lahan pertanian yangdigarap oleh petani adalahberlahan sempit atau kurangdari 0,5 ha.

Dalam petunjukpelaksanaan yang dikeluarkanoleh Deptan, dituliskan bahwapemilikan dan penguasaanlahan pertanian yang sempitmengakibatkan rendahnyaefisiensi, serta pendapatanusaha tani di bawah UMR, danalih teknologi lambat sertaseretnya proses produksi.

Jadi, konsep CFdengan konsolidasi lahan dipandangoleh pemerintah akan lebih meng-untungkan petani.

Pengelolaan lahan usahapertanian CF sendiri yang diharapkanoleh pemerintah adalah konsolidasilahan dengan luasan 100 ha danpengembangan usaha ternak yangjuga di pelihara dalam satu kandangkomunal. Keseluruhan usaha akandikelola dengan sistem manajemenyang profesional oleh seorangmanajer.

CF Yang Dialami PetaniCF yang baru dalam tahap

uji coba dilaksanakan pada 7 Propinsidi Indonesia. Untuk di Jawa Tengahsendiri dilaksanakan di KabupatenGrobogan, desa Pilang Payung,Kecamatan Toroh.

Karena masih dalam taraf ujicoba, memang masih dini untuk

melihat perkembangannya maupunhasilnya. Namun beberapa petaniyang sempat dijumpai merasa bahwaCF ini terlalu rumit untuk diikuti danmereka juga mempertanyakan apa ituCF sesungguhnya?

Satu hal lain yang harusdijamin oleh pemerintah dalam CF iniadalah sistem pasar dari hasil panenpetani. Dari beberapa petani yangdijumpai Advokasi di lokasi lahan ujiCF, Desember silam, merasa ragubahwa panen mereka akan terjamin

harga jualnya. “Paling-paling kamiakan menjual hasil panen sendiri,seperti sebelum ada CF di sini,” kataSukemi, seorang petani setempat.

Pak Hardi, salah seorangpetani di Pilang Payung, merasa tidakmungkin CF akan menjamin hargagabah petani sementara dipasarsendiri harga gabah tidak tentu. Yudi,

seorang pemuda tanisetempat, jugamempertanyakan aturan maindari CF sendiri. “Biasanyakankalau mau pelihara ternak itudisiapkan dulu kandangnyabaru sapinya, tapi ini koksapinya dulu datang baru buatkandang, trus gimana dulupersiapannya ?” tanyanya.

Penyatuan LahanTentang penyatuan

lahan, beberapa petani yangdijumpai mempertanyakanbagaimana sistem penyatuanlahan itu.

Mungkinkah CFmengarah pada penyerahanlahan petani kepada oranglain? “Bagaimanapun jugapetani menolak tegas penya-tuan lahan,” tutur Yudi.

Namun, gejalapenguasaan usaha tani olehsekelompok elit di desa

dilaporkan telah mulai timbul. PakHardi menuturkan cara pembelian sapiCF yang beresiko kolusi antarapengurus CF dengan pedagang.“Pengurus CF mirip perantara antarapedagang sapi dengan petani.”

Dari paparan diatas, me-mang masih banyak pertanyaanseputar CF di kalangan petani (bukanhanya di kalangan akademis ).Apakah CF sebuah harapan atau pe-pesan kosong? (Berbagai sumber/iyem)

Corporate Farming, Sebuah Harapan Baru?

Sapi dan Sawah CF

Page 10: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/200110 Monitor

Page 11: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/2001 Halaman 11Monitor

Page 12: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/200112 KAJIAN

Perundang-undangan yangmengatur produk transgenik ataurekayasa genetika (RG) di Indonesiamasih lemah. Karena belum ada yangsecara khusus mengatur tentang halini.

Memang ada beberapa produkhukum yang “sedikit” mengatur perihalRG, namun tidak “menunjuk” lang-sung kepada proses dan produkrekayasa genetika.

Produk RG yang banyak sorotberupa makanan yang mengandunghasil RG, benih dan pakan ternak.Lemahnya segi peraturan, menye-babkan masyarakat tidak mendapatinformasi cukup atas sebuah produk(mengandung bahan RG atau tidak).

Perangkat peraturan yang ada,belum ada yang mengatur persoalanetika bioteknologi secara menyeluruh.

Benih RGSaat ini, belum ada benih RG yang

secara resmi dilepas oleh Deptan.Namun, beberapa waktu lalu,masyarakat dikejutkan dengan“ujicoba” kapas Bt di Sulawesi Selatanyang dilakukan Monsanto bekerjasamadengan Dinas perkebunan setempat.

Pemakaian benih hasil RGsebenarnya baru dalam tahap ujicobadi labolatorium dan uji di lahanterbuka (yang seharusnya terbatas).Hal ini jika benih hasil RG dipandangsebagai varietas baru (pemuliaan),yaitu sebagaimana diatur menurut UUNo 12 Tahun 1992 Tentang SistemBudidaya Tanaman jo. PP No 44 Tahun1995 Tentang Pembenihan.

Benih yang ditanam dan secaraterbuka menyebut hasil RG, barulahkapas Bt dan Jagung Bt. Sebagaicontoh ialah praktik pengembanganvarietas kapas Bt di Sulsel, di daerahBantaeng dan Takalar oleh Monsantoatau PT Monagro (+/- 500 hektare).Di sini dikembangkan tanaman kapasBt (diberi gen bakteri Bt yang mampumembunuh hama penggerek) dengan

Tanaman Industri Dephutbun. DinasPerkebunan Sulsel mendukung kapasMonsanto ini lebih dengan alasanotonomi daerah untuk meningkatkanPendapatan Asli Daerah (PAD).

Di beberapa daerah lain, jugaditanam kayu akasia, jati emas danlain-lain. Namun produk-produkvarietas baru ini diklaim (diaku)sebagai hasil bioteknologi (pemuliaanbiasa- bukan produk RG).

Dengan lemahnya sistem hukumtentang produk RG di Indonesia,dalam bidang pertanian, makaPerusahaan benih seperti Monsantoakan membuat petani tergantungpada benih produksinya. Hal ini sudahterlihat pada jagung hibrida yangproduksinya menurun pada generasikedua.

Petani harus membayar technol-ogy fee (biaya teknologi) untuk benihyang dibeli, harus berjanji untuk tidakmenanam lagi benih hasilpanenannya. Dengan senjata HAKIyang diatur dalam TRIP’s yangdiawasi WTO, produsen benihtrangenik dapat memaksapemerintah negara berkembanguntuk menaati peraturan ini.

Promosi yang gencar dari peru-sahaan benih RG memang dapatdifahami, sebab mereka perlu segeramemasarkan produk transgenik agarinvestasinya kembali dengan untung.

UU VarietasHal lain yang cukup meresahkan,

ialah disetujuinya RUU PerlindunganVarietas Tanaman oleh DPRRI baru-baru ini. Karena dalam RUU ini, lebihbanyak berbicara tentang perda-gangan varietas, ketimbang per-lindungan.

Bahkan peraturan ini menciptakanlembaga baru yaitu sertifikat“Perlindungan Varietas Tanaman”yang tidak lain adalah istilah UU iniuntuk “Hak Paten” bagi produk pe-nelitian varietas tanaman. (Berbagaisumber/Dian)

ditumpangsarikan dengan kedelaiRoundup-ready (kebal tehadap racunherbisida) dan Jagung Bt (di AS, jagungBt hanya disarankan untuk pakanternak).

Pihak yang bertanggungjawab“melepas” atau memberi ijin kapas Bt,

adalah Komisi Keamanan Hayati, BalaiPenelitian Bioteknologi TanamanPangan Deptan Bogor, dan Puslitbang

Benih Rekayasa GenetikaTinjauan Peraturan yang Ada di Indonesia

Di AS, kini petani

mulai melaporkan

kerusakan

akibat serangan hama

pada kapas Bt.

Sekitar, 40% petani

kapas Bt

harus (tetap)

menggunakan

semprotan kimia

untuk mengendalikan

hama penggerek,

bahkan ada yang

harus

lebih dari sekali.

AksiPemerintah melalui

Litbang Deptan harussegera menghentikan

proses ujicoba kapas Bt yangberlangsung saat ini, hingga

dipenuhinya prosedur.

Tanamlah benih yang telahterbukti aman bagilingkungan Anda!

Page 13: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/2001 Halaman 13

Widada Bw

“KETAHANAN PANGAN

BUKAN TANGGUNG JAWAB PETANI”Widada Bw

Spesialis Pengembangan Masyarakat

KAJIAN

Sejarah perkembangan pertanian di Indone-sia adalah sejarah eksploitasi terhadap petani, sejarahkekalahan petani. Semula oleh kekuasaan feodal dankolonial (Belanda dan Jepang) dilakukan secara sistemikuntuk melanggengkan kekuasaan.

kemudian oleh pemerintahaan RepublikProklamasi dan pemerintahan ORBA dilaksanakansecara pragramatis (yang menempatkan petani sebagai

sub-ordinat program), juga untuk mempertahankankekuasaan. Dan kemudian ditiru oleh Parpol (PartaiPolitik) untuk menghimpun suara, oleh Organisasi petaniuntuk mencari kedudukan dan oleh LSM (LembagaSwadaya Masyarakat) untuk mendapat dana.

Petani perlu bersatu dan bergerak melawan eksploitasi(dijadikan obyek pemerasan) dan sub-ordinasi(diperalat) tersebut. Tujuan gerakannya adalah untuk:

· Merebut kembali hak-hak dasarnya· Memulihkan harkat dan martabatnya· Meningkatkan kesejahteraannya

Semua pihak yang peduli pada nasibdan perjuangan petani harus menggunakansegala macam program yangdikembangkannya sebagai sarana untuk

mencapai tujuan gerakan petani tersebut.

Pangan atau Ketahanan PanganNasional menjadi tanggung jawab stakeholder(semua pihak yang diuntungkan dan yangdirugikan) pangan. Bukan hanya tanggungjawab Petani.

Semua pihak perlu meredifinisiparadigma (cara berfikir), mereposisi peran,merefresh (menyegarkan) SDM-(Sumberdaya Manusia)-nya, dan mereorientasi pro-gram, untuk membantu mewujudkan

Ketahanan Pangan Nasional.

Menyerahkan sebagianbesar tanggungjawab KetahananPangan Nasional kepada parapetani, tentu tidakbertanggungjawab. Selain itumenunjukkan kedangkalan sebuahprogram nasional. (*)

Page 14: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/200114

Mei 2000 yang lalu,beberapa petani penerima KreditUsaha Tani (KUT) se eks KaresidenanSurakarta Jawa Tengah bersamaYayasan Duta Awam (YDA) danbeberapa LSM lainnya, mengadakankunjungan ke Dewan PerwakilanRakyat (DPR RI) di Jakarta.Kunjungan ini dimaksudkan untukmenyampaikan temuan-temuanpetani sehubungan denganpelaksanaan KUT yangdirasakan mereka.

Dari sejumlah 7 or-ang petani yang berangkatke DPR untuk menyam-paikan aspirasi tersebut,terdapat sesosok petanimuda bernama SaikulLukman (29 tahun). Bapakberputera satu ini bertempattinggal di Desa BadeKecamatan Klego Kabu-paten Boyolali Jawa Tengah.

Ditemui awal Peb-ruari lalu di rumah orangtuanya, dimana dia tinggalbersama keluarga, Saikulyang baru pulang darisawah langsung menemuiAdvokasi sambil mengasuhanaknya, Wildan, yang baruberusia 1 tahun.

“Mereka (DPR) bi-sa menerima atase (mes-kipun-red) kita ini petani,”ungkap Saikul sambil menerawangmengingat pengalamannya men-yampaikan aspirasi ke DPR RI, saatdia bersama kawan-kawannya ditemuiFraksi Reformasi dan Fraksi PDIPerjuangan.

Lalu dia menceritakan pulabagaimana DPR berterima kasih atasinformasi-informasi yang disam-paikan, dengan demikian DPR tidak

akan menerima informasi yang sepihaksaja namun dari berbagai pihak.Bahkan menurut Saikul, DPR berpesankalau ada masalah bisa disampaikankepada mereka.

Pengalaman Saikul ber-kunjung ke DPR diakuinya menambahkeberaniannya untuk berbicara.

Namun, “… perlu berke-

lalu. Manfaat berkelompok sangatdirasakannya dalam berusahamemecahkan persoalan-persoalan didesanya.

KPL sendiri adalah sebuahkelompok yang berdiri (1998) karenaadanya keprihatinan sebagianmasyarakat Desa Bade tentangpencemaran lingkungan olehsebagian masyarakat lainya.

Kelompok ini telah mela-kukan kegiatan-kegiatanseperti sosialisasi lingkunganhidup ke masyarakat sekitar,sosialisasi Undang-undangLingkungan Hidup keKepolisian Sektor (Polsek)Kecamatan Klego, monitoringKUT, workshop advokasi,monitoring kredit pertanian,dan terakhir mereka saat inimelakukan pendekatan kePemerintah Daerah Tingkat IIBoyolali dalam rangkaadvokasi terhadap jaringanirigasi di desa mereka.

S e h u b u n g a ndengan masalah-masalahpetani yang ada, “yang perlukita bangun adalah kekom-pakkan,” tutur Saikul.

Obrolan Advokasidengan Saikul, akhirnyaterpaksa diakhiri karena harisemakin sore dan dia harus

melaksanakan tugas sebagai salahseorang pengajar di TamanPendidikan Al Qur’an (TPA) didesanya. Ya, selain profesi aslinyasebagai petani, Saikul juga mengajardi TPA yang turut dibidaninya. Dandia juga masih sempat menimba ilmudi Program Pendidikan Guru SekolahDasar (PGSD) di STAIMUS. Iya dah,selamat berjuang Mas Saikul. (Riza/Bayu)

Profil Aksi

Saikul Lukman:

“Kalau sendirian, tidak mungkin

memecahkan persoalan-persoalan yang ada”

Saikul Lukman

lompok, kalau sendirian tidak mungkinmemecahkan persoalan-persoalanyang ada,” nasihat Saikul mantap, ketikaditanya apa yang bisa diambil daripengalamannya itu.

Pendapatnya ini tentu sajatidak terlepas dari keterlibatannyadalam Kelompok Peduli Lingkungan(KPL) Desa Bade sejak dua tahun yang

Page 15: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/2001 Halaman 15

Elemen Dasar Advokasi

Advokasi

Memilih tujuan

Menggunakan

data penelitian

Mengembang-

kan & mengirim

pesan

Membangun

koalisi

Membuat

presentasi

Menggalang

dana

Evaluasi

AYO AKSI

Dalam melakukan advokasi

ada banyak cara-cara yang bisa

digunakan. Bagan yang Anda lihat di

bawah ini adalah hal-hal paling

mendasar (elemen dasar) yang

sebaiknya ada dalam sebuah kegiatan

advokasi. Kadang-kadang Kita tidak

perlu menggunakan seluruhnya, tapi

tidak jarang seluruh hal tersebut

mutlak dibutuhkan.

Terlepas dari perlu digunakan

seluruhnya atau tidak, satu hal yang

perlu diingat adalah: tidak perlu terikat

pada urutannya.Kita bebas memilih

atau menggabung-gabungkan

elemen-elemen tersebut sesuai

kebutuhan Kita.

Memilih tujuan advokasiSuatu masalah kadang-kadang bisa

sangat rumit. Untuk dapat sukses

dalam beradvokasi, kita perlu

membuat tujuan yang jelas dan

khusus.

Menggunakan data hasil

penelitian untuk advokasiData yang akurat sangat berguna

untuk menunjang argumen dalam

advokasi. Selain itu data juga

bermanfaat memperkaya Kita dalam

merumuskan masalah, pemecahan

masalah yang diharapkan dan dalam

menetapkan tujuan advokasi.

Menentukan kelompok sa-

saran advokasiBegitu Kita menetapkan sebuah

tujuan, seluruh upaya advokasi harus

diarahkan pada orang-orang yang

memiliki kekuasaan atau memiliki

kekuatan untuk mempengaruhi

pengambil kebijakan.

Mengembangkan dan Me-

ngirim Pesan AdvokasiMasing-masing kelompok akan

memberikan reaksi yang berbeda

terhadap sebuah pesan. Karena itu

Kita perlu mengembangkan pesan

yang tepat kepada setiap kelompok

sasaran agar mereka memberikan

tanggapan seperti yang Kita inginkan.

Membangun KoalisiSeringkali kekuatan sebuah advokasi

ditentukan oleh berapa banyak orang

-orang yang mendukung tujuan Anda.

Karena itu galang dukungan se-

banyak mungkin.

Membuat Presentasi yang

MeyakinkanKesempatan untuk mempengaruhi o-

rang yang sangat penting dalam

advokasi Kita seringkali sangat sedikit

dan sempit, karena itu Anda harus

mampu membuat presentasi yang

meyakinkan. Sebuah persiapan yang

menyeluruh dan hati-hati dalam

menyusun argumen adalah suatu

langkah yang sangat penting.

Menggalang DanaUntuk dapat melaksanakan advokasi

yang mencapai sasaran, pasti

dibutuhkan berbagai dukungan. Salah

satunya yang cukup penting adalah

dana.

Mengevaluasi

Upaya AdvokasiBagaimana Kita tahu bahwa advokasi

yang dikerjakan berhasil mencapai

tujuan? Bagaimana strategi advokasi

bisa ditingkatkan kualitasnya? Untuk

mendapatkan jawaban atas perta-

nyaan-pertanyaan tersebut Kita mem-

butuhkan umpan balik dan evaluasi

yang terus menerus. (Nila)

Sumber: Ritu R. Sharma, Support

for Analysis and Research in Africa

(SARA)

Menentukan

kelompok

sasaran

Page 16: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/200116 BERO

Mendatar 1. Biasanya disebut bantuan

2. Bumi

5. Pembelaan dan pemberdayaan/nama bulletin ini

7. Bermalam

9. Buah yang mengandung lemak tinggi

13. Tidak turun hujan

16. Rancangan Undang-undang

18. Hama yang besar-besaran menyerang Lampung dan NTT

20. Hama padi

21. Pestisida

Awas, sekarang ada dua yang diracuni…

eorang petani semangka sangat kesal dengan ulah anak-anak kampungnya yang suka mencuri

buah di ladangnya. Berbagai cara sudah dilakukan agar tanamannya tidak diusili,

namun selalu gagal. Tetapi suatu hari si petani mendapat ide…

Dia pun menulis di sebuah papan pengumuman besar, “Awas, salah

satu buah semangka di ladang ini diberi racun yang mematikan!” Lalu, papan

pengumuman itu di pasangnya di ladangnya.

Si petani tersenyum geli membaca tulisannya, “Ha ha sekarang pasti

kamu akan pikir-pikir untuk mengganggu tanaman di ladang ini,” si petani membatin.

Lantas dengan hati tenang dia pun pulang ke rumah.

Benar saja, keesokan harinya saat si petani memeriksa ladang semangka.

Ladangnya tidak lagi diusili oleh anak-anak kampung itu. Tanamannya betul-betul

aman dan tidak diganggu.

Namun dia jadi kaget setengah mati. Sebab, di samping papan pengumuman

yang dipasangnya, kini ada sebuah papan pengumuman lain. Di papan yang baru itu

tertulis, “Awas, kini ada dua semangka yang diracuni…” (Dian)

&Santai & berhadiah!

Menurun 1. Akar yang dapat dimakan

2. Dobel

3. …. Daniati

4. Minuman kesehatan bayi

6. Volume (sing)

8. Nama (Inggris)

10. Kita (Inggris)

11. Jenis pupuk (dibalik)

12. Jenis pupuk juga

13. Gejala alam, sering mengakibatkan gagal panen pada bawang.

14. Kepunyaan

15. Harapan

17. Kayu besi

19. Rongga/ruang di tanah

S

Tulis jawaban TTS Anda pada

selembar kartu pos dan Kirim ke redaksi

Advokasi: Yayasan Duta Awam, Jl. Adi

Sucipto 184-i Solo. Jangan lupa tempelkan

kupon TTS. Jawaban ditunggu paling lambat

akhir April 2001.

Tersedia hadiah sebagai tanda

persahabatan dari redaksi bagi tiga orang

pemenang yang

b e r u n t u n g .

Lumayan khan?

Edisi Pebruari 2001

Bayu

Page 17: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/2001 Halaman 17KILAS

Karena petani keberatanmaka Presiden Abdurrahman Wahidmembatalkan berlakunya PajakPertambahan Nilai (PPN). Atas produkpertanian, peternakan, dan perikananmelalui UU No 18 Tahun 2000.

Menurut Mentan keberatanpetani kita wajar, sebab di negara lainpertanian disubsidi jadi tak terkenaPPN. Di Indonesia subsidi untuk petanisudah hampir disikat habis, jadi tidakadil bila dikenakan PPN.(Kompas 12Januari 2001)

Pemerintah Akan Ha-pus HDG

Pemerintah akan menggantiHDG (Harga dasar Gabah) dengansistem pembelian harga gabah tetap(procurement price). Dengan sistemini, harga gabah distabilkan, baikdiwaktu paceklik maupun waktu panenraya.

Dikatakan Mentan Bungaran,bila setiap tahun pemerintahmemerlukan stok beras 2 juta ton,maka pemerintah akan membeli jum-lah itu dengan harga yang ditetapkan,bukan seperti sekarang, membeligabah petani saat harga anjlok.

Dengan kondisi sekarang,pemerintah sulit melakukan pembelianberas dengan optimal, apalagi hargaberas dalam negeri jauh lebih tinggidibanding harga beras interna-sional.(Solopos 18 Januari 2001)

Soal Gabah Pemerin-tah Tak Cukup MintaMaaf

Mentan Bungaran Saragihmeminta maaf kepada petani sebab

harga dasar gabah yang ditetapkanmulai 1 Januari 2001, dibawah hargapasar. Gejala itu terjadi di beberapadaerah di lumbung padi Jawa Tengah.

Melalui Inpres No 8 Tahun2000. ditetapkan harga GKP Rp 1500.Dengan persyaratan kualitas, kadar airmaksimal 14%, kotoran maksimal 3%,butir hijau maksimal 3%, butir merahmaksimal 3%. Sedang di lapangankenyataannya ternyata lain.

Sektor pertanian adalahnafasnya bangsa, jadi Mentan takhanya cukup minta maaf kepadapetani dan keluarganya.(Kompas 12Januari 2001)

Petani Sulit PenuhiSyarat Gabah Bulog

Dirjen Tanaman Pangan danhortikultura, Syarifudin Karama,menjanjikan akan mengusulkankepada Bulog untuk membuat rafaksigabah berdasarkan kadar airnya.

Tujuannya agar gabah petanitetap bisa dibeli oleh Bulog. Biladisetujui perlu dibuat alat ukur kadarair dan pengukuran dilakukanbersama-sama. Karena petanimengaku kesulitan memenuhipersyaratan kualitas gabah.(Kompas,Subang 15 Januri 2000)

Disiapkan RUU LahanPertanian Abadi

Menurut Dirjen sarana danPrasarana Deptan Ato Suprapto,permintaan beras terus meningkat,dengan jumlah penduduk sekitar 210Juta, dan kebutuhan beras 135 Kg/orang/tahun. maka dibutuhkan 28 Jutaton beras.

Presiden Batalkan PPN Produk pertanian

Untuk ini pemerintah akanmenyiapkan UU Lahan PertanianAbadi, yang mengatur soal tata ruangpertanian, sehingga daerah sentrapertanian tidak diganggu gugat. Untukmencegah konversi (perubahan sta-tus) lahan pertanian ke industri secarabesar-besaran.

Dikatakan, pada tahun 1993lahan pertanian yang dikonversi(diubah stausnya) untuk industriseluas 1 juta Ha. Sedangkan padatahun 2000 sebanyak 1,2 juta ha.Setiap tahun rata-rata lahan pertanianyang dikonversi ke industri sebesar102 ha.(Solopos 9 Januari 2001)

Pemerintah TakJamin KKP

Pemerintah tidak menjaminKKP tahun ini sebesar Rp 1,9 Triliundan menyerahkan ke bank pelaksanadibantu Askrindo, untuk menyalurkandan bertanggung jawab terhadappengembalian kredit.

Menteri Negara Koperasi danUsaha Kecil Menengah (MennegkopUKM) Zarkasih Nur, mengatakanmemang ada usulan mengenaiperlunya pemerintah memberikanjaminan terhadap KKP. “Tapi kemu-dian disepakati bahwa polanya tetapexecuting. Artinya diserahkan kepadabank sepenuhnya dan mereka ikutbertanggungjawab mengembalikan”.

Karena tak ada jaminan,pemerintah meminta Askrindo danPerum Pengembangan KeuanganKoperasi(Perum PKK) proaktif untukmelakukan penjaminan pada KKP.

Dicontohkan Zarkasi, per-lunya bank-bank mencontoh BankBukopin, yang mencarikan pembelibagi tebu produksi petani yang dibiayaiKKP. (Solopos 3 Januari 2001)

Page 18: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/200118

1. Memakai Umbi Gadung

Bahan

a. Satu umbi gadung.

b. Satu liter air kencing ternak.

Cara PembuatanB. Cara Pembuatan

a. Umbi gadung diparut.

b. Tambahkan 1 liter air kencing ternak.

c. Kemudian endapkan selama 3 hari,

hasilnya disaring kemudian

disemprotkan pada tanaman yang

terserang wereng .

Cara Pemakaian Cara Pembuatan

a. Bagi 1 liter larutan tersebut menjadi 3

bagian (+ 300 cc larutan)

b. Campurkan 300 cc larutan tersebut

dengan air sebanyak 9 sampai 14 liter

lalu masukkan pada 1 tangki sprayer.

c. Kemudian semprotkan pada tanaman

yang terserang.

2. Memakai Racun Jamur

Bahan

a. Beras ¼ Kg.

b. Kantong plastik 500 Gram.

c. Alat masak.

d. Air 5 liter.

e. Gula pasir 4 sendok makan.

f. Saringan kain kasa.

g. Serangga terserang penyakit jamur.

Cara Pembuatan

Beras dicuci/dipususi kemudian dimasak

setengah matang, kemudian masukkan

kedalam plastik, ambil serangga hama yang

terserang jamur dilahan dan masukkan ke

dalam nasi setengah masak yang dibungkus

plastik tadi, kemudian tambahkan air 5 liter

aduklah sampai rata.

Adonan ini biarkan 2 sampai 3 minggu,

hasil dari biakan ambil satu sendok makan,

kemudian tambahkan air 5 liter aduklah

sampai rata dan tambahkan gula pasir 4

sendok makan dan aduklah sampai rata,

kemudian saringlah dan semprotkan pada

tanaman yang terserang hama kepinding,

wereng dan mentul, walang sangit.

Cara Pemakaian Cara Pembuatan

a. 1 sendok makan biakan jamur + 5 liter

air + 4 sendok makan gula pasir

diaduk hingga rata.

b. Setelah larutan tercampur, kemudian

disaring, dan airnya dimasukkan dalam

tangki.

c. Kemudian semprotkan pada tanaman

yang terserang.

(Berbagai sumber/Eko)

Cara Alami

Untuk Mengendalikan

Hama Wereng

Wereng

Resep Kita

Page 19: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/2001 Halaman 19

Utang Ekologis

Buku ini menuturkan secara

gamblang, bagaimana peng-

hisapan sumber daya yang dila-

kukan negara negara Utara ter-

hadap negara-negara Selatan.

Dus, membuktikan bahwa negara

Utaralah yang justeru (secara

ekologis) memiliki utang kepada

negara Selatan!

Keuntungan Palsu

Buku ini memaparkan bagai-

mana paket pembangunan

(utang) yang ditawarkan kepa-

da negara kita, justeru akan

membuat kita makin terpuruk ke

jurang kemiskinan yang tak

berujung!

Perkebunan & Pestisida

Modul untuk aksi ini, mengajak

petani dan buruh tani bangkit

melawan penggunaan pestisida.

Modul ini mengungkap pula

berbagai kasus mengenai racun

ini.

KPL; Lokomotif

Perjalanan menuju

Petani Advokasi

Komik atau cerita bergambar ini

ditulis berdasarkan pengalaman

Kelompok Peduli Lingkungan

Desa Badhe Klego Boyolali

dalam mengadvokasi persoalan

di lingkungannya.

Utang Luar Negeri

Indonesia

Komik ini dengan lugas dan

sederhana, mengungkap ba-

gaimana masyarakat harus

bersikap terhadap proyek yang

dibiayai dari utang luar negeri.

Monitoring Partisipatif

Terhadap Proyek Bank

Dunia.Proyek yang dibiayai dari utang

luar negeri harus diwaspadai dan

diawasi oleh warga. Komik ini

dapat membagi pengalaman YDA

bagaimana memonitornya, de-

ngan kekuatan warga secara par-

tisipatif.

InfoTerbitan

Bacaan penting untuk gerakan advokasi!

Tertarik?

Hubungi:

Page 20: Buletin Advokasi No 1

Buletin Advokasi No 1/II/200120