ILWI Buletin No. 01 2012

download ILWI Buletin No. 01 2012

of 10

Transcript of ILWI Buletin No. 01 2012

  • 7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012

    1/10

    ILWI Buletin No 01-2012 1

    ILWI (Indonesian Land

    reclamation & Water management

    Institute), adalah sebuah lembaga kajian

    dibidang reklamasi dan pengelolaan air.

    Lembaga ini berupaya untuk menyebarkan

    informasi dan pengetahuan di bidang

    reklamasi & pengelolaan air kepada

    masyarakat. Salah satunya dengan penerbitan

    buletin.

    Buletin ini kami kirimkan secara

    gratis. Tulisan, saran dan pemberitaan media

    menjadi bagian dari isi buletin ini.

    Alamat :

    Jalan Palapa II No 19,

    Pasar Minggu,

    Jakarta Selatan, 12520

    atau

    P.O. Box 7277/JKSPM

    Jakarta Selatan 12072

    Website : www.pengendalianbanjir.com

    No : 01-2012

    April 2012 uletinBandara SoekarnoBandara SoekarnoBandara SoekarnoBandara Soekarno----Hatta Menatap DuniaHatta Menatap DuniaHatta Menatap DuniaHatta Menatap Dunia

    Reklamasi Sebagai Alternatif

    Pengembangan Bandara

  • 7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012

    2/10

    ILWI Buletin No 01-2012 2

    PENGANTAR REDAKSI

    Pembaca yang budiman, menarik menyimak pertumbuhan ekonomi kita selama beberapa tahun belakangan ini. Kita

    melihat ada harapan besar berkenaan dengan peningkatan kesejahteraan di negara ini. Lihat saja pertumbuhan Produk

    Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2011 lalu, mencapai 6,4 %. Angka ini terbaik di Asia Tenggara. Sebagai catatan di

    kawasan Asean tidak ada satu negarapun yang pertumbuhan PDB nya melewati angka 6 %. Sebut saja Vietnam yang hanya

    sekitar 5,8 %, Singapura 5,3 %, Malaysia 5,2 %, Filipina 4,7 %, bahkan Thailand hanya 3,5 %.

    Belakangan berita gembira juga berembus dari Bandara Soekarno-Hatta(BSH), dimana bandara kebanggaan bangsa

    Indonesia itu menjadi bandara dengan pertumbuhan penumpang tertinggi di dunia. Tidak hanya itu, bandara ini juga menjadi

    bandara yang terbanyak melayani penumpang di Kawasan Asean atau berada nomor 12 di dunia. Berita ini tentu

    menimbulkan rasa optimis akan membaiknya perekonomian Indonesia. Meski demikian, disisi lain kita melihat kondisi bandara

    yang kesulitan menampung penumpang dimana jumlahnya sekarang mencapai lebih dari dua kali lipat kapasitasperencanaannya.

    Pembaca, tuntutan untuk pengembangan BSH memang sudah tak bisa ditawar-tawar lagi. Melihat pengalaman

    dibanyak negera , beberapa bandara besar dibangun di atas daerah reklamasi, maka kami coba mengangkat kemungkinan yang

    sama jika dilakukan di BSH. Pertimbangan-pertimbangan teknis sederhana coba kami bahas dalam Buletin ILWI edisi 1 tahun

    2012 ini. Semoga ulasan kami bermanfaat bagi Anda. Selamat membaca.

    Redaksi

  • 7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012

    3/10

    ILWI Buletin No 01-2012 3

    CENGKARENG SEMAKIN DILIRIK

    Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia berimbas pada banyaknya penumpang pesawat

    yang melalui Bandar Udara Soekarno-Hatta. Perkembangan jumlah penumpang pesawat melebihi

    dua kali lipat kapasitas ideal bandara.Reklamasi menjadi alternatif pengembangan.

    Semakin banyak pesawat singgah di Soekarno Hatta

    Bagi Anda yang pernah berjalan-jalan di

    bandara udara (Bandara) terbesar di Malaysia, Kuala

    Lumpur International Airport (KLIA), pastilah akan

    terpukau melihat kemegahan dan kebesarannya. Negara

    jiran itu memiliki bandara yang cukup luas dengan

    arsitektur yang megah dan mengagumkan. Pemerintah

    setempat telah memprediksi kemampuan bandara itu

    hingga beberapa tahun kedepan.

    Jika dibandingkan dengan Bandara Soekarno-Hatta (BSH), tentu saja segala fasilitas dan

    kenyamanannnya sangat jauh berbeda. Iri rasanya jika

    melihat kondisi bandara di sana, maklum negara yang

    seringkali kita jadikan bahan perbandingan, ini

    memang memiliki banyak persamaan budaya dengan

    kita, karena memang memiliki rumpun yang sama.

    Untuk urusan bandara ini, ternyata kita juga

    memiliki keunggulan. Kabar gembira datang dari Dewan

    Bandara Internasional (Airports Council International)

    , awal tahun ini, mengabarkan bahwa pertumbuhan

    penumpang di BSH mengalami kemajuan pesat. Tidak

    tanggung-tanggung bandara yang juga dikenal dengansebutan Cengkareng, itu pada tahun 2011 lalu

    mengalami pertumbuhan yang tertinggi di dunia. Jauh

    meninggalkan nama nama beken di dunia penerbangan

    seperti Bandara Schipol-Amsterdam, Bandara

    Haneda-Tokyo, Heathrow-London dan Changi-

    Singapore.

    Dengan pertumbuhan 19,2 %, tak ayal lagi

    menunjukan pada dunia bahwa bandara kebanggaan

    rakyat Indonesia ini memiliki prospek yang cukup

    besar dalam beberapa tahun kedepan. Ini juga

    memberikan sinyal yang jelas bahwa ekonomi

    Indonesia sudah semakin membaik.

    Bandara KLIA Kuala Lumpur.

  • 7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012

    4/10

    ILWI Buletin No 01-2012 4

    Disamping BSH, beberapa negara di kawasan

    Asia Tenggara juga mengalami pertumbuhan

    penumpang yang cukup besar. Ini bisa dilihat dari

    sepuluh besar bandara yang memiliki pertumbuhan

    penumpang cukup tinggi, beberapa negara Asean juga

    terjaring didalamnya.

    Sepuluh bandara dunia dengan pertumbuhan

    pergerakan penumpang tertinggi pada 2011 adalahBSH(19,2%),Ataturk,Istanbul(16,3 %), Suvarnabhumi,

    Bangkok(12%), Baiyun, Guangzhou (10,8 %), Changi,

    Singapura (10,7%) , KLIA , Kuala Lumpur (10,5%),

    Schiphol , Amsterdam (10 %), Munich (8,8 %), Dubai

    (8 % ), dan Miami (7,3 %).

    Tingkat pertumbuhan penumpang yang

    mencapai puncaknya ini memperkuat tren peningkatan

    yang sudah terjadi beberapa tahun belakangan ini.

    Dimana BSH terus dipenuhi penumpang, kapasitas

    terminal yang hanya berkisar 22 juta orang dijejali

    hingga lebih dua kali lipatnya yaitu 52,44 juta orang.

    Pertambahan jumlah penumpang ini diyakini akanterus berlangsung dalam beberapa tahun kedepan.

    0 5 10 15 20 25

    Jakarta

    Bangkok

    Singapore

    Amsterdam

    Dubai

    Grafis prosentase pertumbuhan penumpang.

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    2007 2008 2009 2010 2011

    Pertumbuhan penumpang di BSH , 5 tahun terakhir (juta)

    Jumlah penumpang sebanyak itu, langsung

    mengerek BSH masuk ke jajaran bandara tersibuk di

    dunia. Cengkareng masuk ke urutan 12 dunia dalam

    urusan lalu lalang penumpang. Posisinya memang masih

    dibawah beberapa bandara besar lainnya di dunia

    seperti Bandara Hartsfield-Jackson, Atlanta (92 juta

    penumpang), Capital International Airport,Beijing (77

    juta penumpang), Heathrow, London (69 juta

    penumpang), Bandara O'Hare, Chicago (66 jutapenumpang) dan Bandara Haneda, Tokyo (62 juta

    penumpang).

    Bandara Dubai jumlah penumpang/tahun dibawah BSH

    Akan tetapi yang membesarkan hati adalah

    posisi bandara yang terletak di Kabupaten Tangerang

    itu dalam hal jumlah penumpang jauh diatas bandara-

    bandara lain di Asia Tenggara seperti KLIA, Kuala

    Lumpur yang hanya berada diurutan 28. Bahkan

    dibandingkan Bandara Changi, Singapore, yang terkenal

    dengan fasilitasnya yang lengkap, BSH masih berada di

    atasnya. Bandara di negara kota itu hanya berada di

    urutan 18.

    Peningkatan jumlah penumpang ini disamping

    membanggakan juga menimbulkan rasa khawatir,

    karena kondisinya tidak sesuai dengan daya tampung

    ideal dari bandara yang dirancang oleh arsitek

    Perancic, Paul Andreu itu. Ketika awal-awal

    beroperasi tahun 1985 BSH terlihat sangat megah

    dengan fasilitas yang tergolong wah, sayangnya

    semakin lama kemampuannya semakin jauh dari

    tuntutan perubahan jaman. Hingga akhirnya keteteran

    menghadapi lonjakan penumpang yang semakin tinggi.

    Jumlah penumpang yang jauh dari kapasitas

    bandara ini tentu bisa menimbulkan banyak kerawanan,

    seperti keselamatan, keamanan, dan kenyamanan, para

    penggunanya.

    Penumpang sedangcheck in di Terminal 1

    Pihak BSH sendiri tidak berdiam diri dalam

    mengantisipasi pertumbuhan penumpang yang terus

    meningkat itu. Melalui PT Angkasa Pura II desain

  • 7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012

    5/10

    ILWI Buletin No 01-2012 5

    baru rencana induk, yang merupakan pengembangan

    bandara, pertengahan tahun 2011 lalu telah disetujui

    Boediono, Wakil Presiden Republik Indonesia.

    Persetujuan pemerintah ini langsung disikapi dengan

    pembuatan desain teknis rinci atau detail engineering

    design (DED).

    Mengingat cepatnya pertumbuhan penumpang

    pengembangan BSH mutlak untuk dilakukan. Inimengingat jumlah penumpang yang sudah terlalu besar.

    Rencananya untuk revitalisasi, targetnya hingga tahun

    2014 nanti, BSH setidaknya bisa menampung hingga

    62 juta penumpang.

    Dalam revitalisasi ini ada beberapa rencana

    yang akan dilakukan tanpa membangun landasan baru.

    Ini dilakukan dengan mengoptimalkan dua landasan

    pacu yang telah ada. Seperti merekonfigurasi landasan

    1 dan 2 dengan menambah jumlah taxiway dan

    meningkatkan kapasitas area parkir pesawat, dari 125

    pesawat menjadi 174 pesawat.

    Pesawat parkir di Apron BSH

    Disamping itu, untuk mengantisipasi ledakan

    penumpang, akan dilakukan pengembangan Terminal 3

    ditambah dengan melakukan revitalisasi Terminal 1

    dan Terminal 2. Untuk pergerakan barang juga

    dilakukan dengan pembangunan terminal kargo baru.

    Selain itu bandara recananya juga dilengkapi dengan

    fasilitas bangunan penghubung antar terminal serta

    fasilitas penunjang lainnya.

    Jika melihat pertumbuhan penumpang yang

    sangat pesat tampaknya pembangunan landasan pacu

    baru menjadi solusi lain yang bisa meningkatkankapasitas BSH secara signifikan. Landasan pacu baru

    bisa dibangun disisi utara dari bandara yang sekarang.

    Meski demikian pembangunan landasan pacu tentu akan

    memerlukan lahan yang cukup luas.

    Menurut Tri Sunoko, Direktur Utama PT

    Angkasa Pura II, hingga tahun 2020, Angkasa Pura

    berharap bisa menambah kapasitas hingga 90 juta

    penumpang. Menurutnya karena untuk pengembangan

    landasan pacu membutuhkan areal lebih dari 800 hektar

    maka sangat tergantung pada pembebasan lahan.

    Seperti dikutip dari Harian Kompas, Tri juga

    mengatakan bahwa ada kemungkinan perluasan itudilaksanakan dengan melakukan reklamasi.

    Sulitnya pembebasan lahan di Jakarta membuat

    penambahan landasan pacu berpotensi mengalami

    kendala.

    Dalam banyak kasus pembebasan lahan

    seringkali menjadi satu proses yang berlarut-larut dan

    berbiaya mahal. Sehingga tidak hanya menunda proyek

    juga seringkali justru mendongkrak biaya yang harus

    dikeluarkan. Pengembangan bandara dengan reklamasidiwilayah pantai, juga lebih cocok untuk landasan pacu

    karena laut lepas memudahkan pesawat untuk

    melakukan proses lepas landas maupun mendarat.

    Petugas menurunkan barang dari bagasi pesawat

    Di banyak wilayah yang penduduknya padat

    seperti Jakarta dan wilayah-wilayah disekitarnya,

    membebaskan lahan ratusan hektar bukan masalah yang

    gampang. Belum lagi tantangan dari kelompok-

    kelompok masyarakat yang mempermasalahkan

    pengambilan lahan mereka, meski mendapat ganti rugi.

    Masyarakat masih banyak yang tidak rela melepaskan

    tanah-tanah milik mereka.

    Sangat memungkinkan jika bandara

    dikembangkan dengan cara reklamasi, ujar

    Sawarendro, ahli reklamasi, yang juga anggota tim

    Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS).

    Menurutnya banyak negara-negara di dunia yang lebih

    memilih mengembangkan bandaranya dengan melakukan

    reklamasi di wilayah lautnya. Apalagi jika disinergikan

    dengan rencana pembangunan tanggul laut

    Jakarta,tambahnya.

    Melihat tren peningkatan jumlah penumpang ini

    harus diantisipasi dengan cepat. Momen ini jangan

    menjadi antiklimaks, hanya karena keterlambatan

    memberikan fasilitas yang memadai dan mendukung

    agar orang-orang bisa melakukan pergerakan dengan

    nyaman dan aman di bandara.

    Bagi para pendatang bandara adalah pintu

    masuk ke satu kota atau negara. Kesan yang

    ditampilkan haruslah menunjukan kesiapan negara atau

    kota tersebut untuk melayani mereka. Fasilitas yang

    ada setidaknya memadai dan tidak menimbulkankeluhan oleh para penumpang.

  • 7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012

    6/10

    ILWI Buletin No 01-2012 6

    EFISIEN PENGEMBANGAN KE ARAH LAUT

    Beberapa bandara besar di dunia dibangun di atas lahan reklamasi. Secara teknis perluasan Soekarno-

    Hatta ke arah pantai dengan melakukan reklamasi lebih realistis dan ekonomis. Bisa langsung

    disinergikan dengan rencana pembangunan tanggul laut di Teluk Jakarta.

    Rencana pola ruang Jabodetabekpunjur menurut Perpres 54/200

    Jika berpegang peraturan presiden (perpres) No

    54 tahun 2008, tentang Perencanaan ruang kawasan

    Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak,

    Cianjur (Jabodetabekpunjur), maka perluasan Bandara

    Soekarno-Hata (BSH) hingga ke arah laut sangat

    dimungkinkan. Ini bisa dilihat dalam gambar diatas

    dimana peruntukan lahan reklamasi untuk kawasan di

    utara bandara hingga ke arah timur laut diperbolehkan

    untuk pengembangan kawasan di sekitarnya.Seperti diketahui Teluk Jakarta terletak di

    Kawasan Strategis Nasional Jabodetabekpunjur, karena

    itu Perpres tersebut menjadi bahan rujukan. Di zona

    reklamasi rencana struktur ruang dan pola ruang

    dibedakan antara zona konservasi dan zona

    pengembangan, selain itu masih ada zona perlindungan

    pantai, dengan kode P1 sampai P5. Dalam zona

    perlindungan pesisir P2 sampai P5, reklamasi dapat

    diimplementasikan dalam bentuk pulau-pulau dengan

    jarak minimal 200-300 m dari garis pantai yang ada,

    sampai kedalaman maksimum - 8 m.

    Penggunaan lahan reklamasi baru, haruskompatibel dengan penggunaan lahan yang di

    sekitarnya. Satu-satunya zona perlindungan yang tidak

    mengijinkan reklamasi (P1) terletak di sepanjang

    kawasan konservasi di Kabupaten Bekasi.

    Mengacu pada Perpres ini tentu saja

    pengembangan BSH sangat memungkinkan jika ingin

    dikembangkan ke arah laut. Bagi bandara terbesar di

    Indonesia ini alternatif ini tentu jauh lebih menarik

    daripada melakukan pembangunan di lahan-lahan yang

    kini masih dimiliki warga.

    Di kawasan Jabodetabekpunjur untukmemperluas lahan bukan masalah mudah. Padatnya

    penduduk dan mahalnya harga tanah menjadi kendala

    yang luar biasa. Ini harus dicarikan jalan keluarnya agar

    realisasi pengembangan BSH secara maksimal bisa

    dilakukan dengan cepat.

    Beberapa pengamatan dan studi yang pernah

    ada menunjukan bahwa tanah hingga kedalaman -16

    meter di perairan sebelah utara bandara dan beberapa

    tempat lain di laut Jakarta, menunjukan bahwa jenis

    tanahnya adalah lempung (clay). Jenis tanah semacam

    ini dimungkinkan untuk dilakukan reklamasi dengan

    melakukan sedikit rekayasa enjinering. Misalnyadengan menggunakan verticale drain dalam proses

    pelaksanaannya.

  • 7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012

    7/10

    ILWI Buletin No 01-2012 7

    Jenis tanah di dasar laut pantai Jakarta bisa direklamasi

    Jika landasan pacu yang ke 3 nanti dibangun di

    daerah reklamasi maka pilot akan lebih mudah

    melakukan proses pendaratan dan penerbangan pesawat.

    Karena berbatasan dengan lautan yang menyebabkan

    tidak ada halangan sama sekali dari perbukitan, gedungtinggi atau bangunan-bangunan lain yang mungkin

    mengganggu proses pendaratan dan penerbangan.

    Di beberapa negara lain, untuk memudahkan

    proses pendaratan memang dipilih membangun bandar

    udara di laut. Karena dianggap lebih aman. Di

    Hongkong umpamanya Bandara Kai Tak dibangun di

    areal reklamasi. Pertimbangannya karena lahan di

    Hongkong cenderung berbukit, kata Sawarendro.

    Karena itu atas pertimbangan keamanan dibangunlah

    bandara di lepas pantai.

    Bandara Hongkong yang dibangun di lepas pantai

    Untuk di BSH, pembangunan bandara baru

    (landasan pacu) memang tidak harus terlepas dari

    daratan, bisa juga tetap terhubung dengan lahan yang

    ada di tepi pantai meski sebagian berada di lahan

    reklamasi. Agar menjadi satu kesatuan dengan terminal

    yang lain bisa dilakukan dengan hubungan interkoneksi

    antar terminal. Sehingga penumpang bisa dengan mudah

    berpindah terminal.

    Menariknya jika pengembangan BSH

    dilakukan dengan cara reklamasi maka bisa sekaligus

    disinergikan dengan rencana pembangunan tanggul laut

    di Teluk Jakarta. Seperti sudah diketahui bahwa Tim

    Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS) telah

    merumuskan rencana pembangun tanggul laut di Teluk

    Jakarta. Dimana tanggul itu akan membentang dari

    Barat hingga ke Timur pantai Jakarta.JCDS telah menggambarkan skenario

    pembangunan tanggul laut tersebut. BSH bisa saja

    langsung menyesuaikan dengan rencana tersebut,

    sehingga bangunan bandara baru nantinya benar-benar

    bisa lebih efisien dan memadai mengikuti

    perkembangan pembangunan yang terjadi ibukota.

    Pengembangan disesuaikan dengan rencana tanggul lautJCDS

    Back Up Tangerang di Karawang

    Pemerintah tampaknya serius menanggapipertumbuhan jumlah penumpang di BSH. Tak hanya

    dengan merevitalisasi dan mengembangkan bandara

    yang terletak di Kabupaten Tangerang itu saja,

    pemerintah juga berencana membangun bandara baru di

    Karawang, Jawa Barat.

    Bandara baru ini rencananya terletak di antara tol

    Cipularang dan Waduk Jatiluhur, dengan luas 4000

    hektar. Menurut perhitungan Japan International

    Cooperation Agency (JICA) biaya konstruksi bandara

    ini sekitar Rp. 30 triliun.

    Harapannya bandara di Karawang ini bisa

    menampung penumpang yang tinggal di seputar Jakartabagian timur, seperti Bekasi, Cikarang dan Cibitung.

    Jika ini sudah terealisasi maka beban dari BSH bisa

    berkurang. Meski demikian BSH harus tetap

    dikembangkan karena jumlah pertumbuhan penumpang

    yang fantastis semacam ini harus diantisipasi dengan

    tepat dan cepat.

    Bagaimanapun juga momentum pertumbuhan

    penumpang ini harus benar-benar bisa dimanfaatkan

    pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

    Jangan sampai menjadi antiklimak.

  • 7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012

    8/10

    ILWI Buletin No 01-2012 8

    TEKNOLOGI REKLAMASI SEMAKIN BERKEMBANG

    Reklamasi mengefektifkan pengembangan lahan. Tak selalu atas pertimbangan ekonomi,

    reklamasi juga dilakukan untuk kebutuhan memperbaiki lingkungan. Kini teknologi reklamasi

    semakin berkembang dan dimanfaatkan untuk berbegai keperluan.

    Lapangan Terbang Kansai di Jepang yang berada di atas lahan reklamasi di laut.

    Kebanyakan kota besar di dunia berada di garis

    pantai. Bertetangga dengan laut banyak memberikan

    keuntungan ekonomi, karena itu orang jauh lebih

    tertarik untuk tinggal di dataran rendah daripada di

    wilayah pegunungan. Terbukti diawal tahun 90an

    jumlah penduduk dunia yang tinggal di daerah pantai

    mencapai 3,7 milyar orang. Diprediksi hingga tahun

    2020 sekitar 75 % penduduk dunia tinggal di kawasan

    pantai . Mereka itu berada dari bibir pantai sampai

    sejauh 60 kilometer ke daratan.

    Kecenderungan yang sama juga terjadi di

    Indonesia. Panjang pantai yang mencapai sekitar 80

    ribu kilometer serta jumlah pulau yang mencapai

    belasan ribu, membuat isu pembangunan di daerah

    pantai menjadi dominan. Kemajuan dan perkembangan

    yang pesat di daerah itu, justru semakin mendorong

    orang untuk terus berbondong-bondong ke kawasan

    yang sebenarnya jumlah penduduknya sudah sangat

    padat.

    Sayangnya jumlah lahan yang ditempati

    semakin hari semakin terbatas, akibatnya untuk

    melakukan pembangunan dan pengembangan menjadi

    sangat sulit. Apalagi tata guna lahan, biasanya

    membatasi orang untuk melakukan pembangunan yang

    tak sesuai dengan peruntukannya.

    Pembangunan suatu kawasan industri atau kota

    baru memerlukan ratusan sampai ribuan hektar lahan.

    Pembebasan lahan sering menjadi kendala utama dalam

    implementasi proyek. Pembebasan lahan dalam skala

    luas praktis sulit dilakukan karena tingginya bobot

    permasalahan sosial yang ditimbulkannya. Pengalaman

    menunjukkan bahwa penolakan oleh minoritas

    kelompok masyarakat saja bisa menjadikan

    pelaksanaan proyek menjadi berlarut-larut. Walaupun

    tahun lalu DPR dan Pemerintah telah berhasil

    menelurkan Undang Undang tentang Pembebasan lahan,

    namun aturan pelaksanaannya masih belum turun.

    Hal ini menjadi ekstra pemicu dan pemacu bagi

    investor untuk memilih melakukan kegiatan

    pengembangan kawasan melalui proses reklamasi ini.

    Lambat laun, reklamasi lahan menjadi pilihan yang

    tergolong paling rasional. Dalam skala besar, membuat

    lahan lebih murah dan lebih mudah dibandingkan

    dengan membebaskan lahan.

  • 7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012

    9/10

    ILWI Buletin No 01-2012 9

    Dan tampaknya reklamasi menjadi tren dunia

    yang sulit untuk dibendung.

    Pulau Palm di Dubai

    Reklamasi bukan hanya suatu kegiatan yang

    digunakan untuk menambah lahan daratan, namun kerap

    pula proses reklamasi digunakan untuk maksud

    perbaikan/pengembalian lingkungan ke arah aslinya.

    Kegiatan restorasi pantai dan perbaikan/pembersihan

    lahan bekas penambangan merupakan contoh lain

    dimana proses reklamasi dibutuhkan.

    Sebagaimana juga suatu pilihan dalam aspek

    kehidupan lainnya, pilihan untuk melakukan reklamasi

    lahan tentu saja bukan merupakan pilihan yang tanpa

    risiko. Kegiatan reklamasi membutuhkan biaya yang

    tidak sedikit dengan segala kemungkinan resiko yangmeyertainya. Perencanaan dan perancangan perlu

    dilakukan secara seksama, untuk memperkecil risiko

    yang dapat ditimbulkannya. Perlu persiapan & keahlian

    untuk mengawal pelaksanaannya.

    Sejarah reklamasi dunia, diisi dengan

    berbagai kebutuhan yang tak selalu sama. Banyak

    negara karena berbagai macam keperluan yang

    mendesak, memaksa pemerintah mereklamasi kawasan

    pesisirnya. Kebutuhan akan lahan permukiman yang

    lebih luas telah mengubah sebagian besar Daerah Rawa

    Wetland, yang menyangga kota New Orleans Amerika

    Serikat(AS) dari Pantai Teluk Meksiko, menjadi

    kantong-kantong permukiman.

    Di Osaka Jepang, penolakan masyarakat

    setempat terhadap pendirian bandara di dekat

    pemukiman, membuat pemerintah setempat pusing tujuh

    keliling. Sampai akhirnya pemerintah kota setempat

    memilih membuat bandara tersebut di tengah-tengah

    laut. Jadilah Bandara Kansai Internasional yang megah

    dan enak dilihat dari udara.

    Lain lagi cerita dari Negeri Belanda, karena

    keterbatasan lahan, negara itu terpaksa melakukan

    reklamasi secara meluas di seluruh teritorial

    negaranya. Tidak heran hampir 60 persen lahan kering

    di Negeri Kincir Angin tersebut merupakan lahan

    reklamasi.

    Hebatnya, di Belanda reklamasi bukan saja di

    tempat-tempat yang berbatasan dengan pantai, tetapi

    juga jauh ke daratan. Termasuk di kedua sisi sungai

    besar yang membelah negeri ini. Karena itu, waduk-

    waduk besar, jalan-jalan air yang dapat dilayari kapal

    besar, sudah menjadi pemandangan biasa di negeri ini.

    Beberapa tahun belakangan ini, kegiatan

    reklamasi seperti ini juga merambah ke belahan lain didunia ini. Dubai membangun Palm Island yang cukup

    artistik. Cina, Rusia, Singapura juga giat mengekspansi

    wilayah daratannya dengan melakukan reklamasi.

    Reklamasi Alamiah

    Tanpa disadari proses reklamasi telah

    berlangsung dengan sendirinya di beberapa kota besar

    di Indonesia. Ini terjadi sejak beberapa ratusan tahun

    yang lalu. Jakarta dan Semarang adalah contoh kota

    yang mengalami proses reklamasi secara alami sejak

    beberapa abad lalu.

    Garis pantai pada kedua kota ini terusbergerak ke arah laut. Penambahan garis pantai itu

    berlangsung selama puluhan bahkan ratusan tahun.

    Sehingga terus menjorok ke luar menggeser batas laut.

    Penambahan garis pantai di Jakarta secara alami

    Batas laut Semarang yang semakin bertambah

    Ironisnya meski sempat bertambah garis

    pantainya, sebagian wilayah Jakarta sekarang justru

    terancam tenggelam. Ini akibat penurunan muka tanah

    yang semakin hari semakin mengurangi tinggi daratan diibukota. Akibatnya beberapa tanggul yang sementara

    yang ada di tepi laut tak mampu menahan limpasan air

  • 7/31/2019 ILWI Buletin No. 01 2012

    10/10

    ILWI Buletin No 01-2012 10

    laut. Demikian juga di Semarang banjir akibat rob kerap

    terjadi di wialyah yang berbatasan dengan pantai.

    Kini di Jakarta air laut sering melewati tanggul yang ada

    Perkembangan Reklamasi di Indonesia

    Sekitar tahun 80an proses reklamasi di daerah

    rawa dan dataran rendah mulai dilakukan. Beberapapelabuhan di Indonesia pada umumnya dibangun di

    lahan hasil reklamasi. Ini dilakukan karena kedalaman

    laut harus memungkinkan kapal-kapal yang berlabuh

    dapat merapat ke dermaga.

    Demikian juga perluasan prasarana pelabuhan

    yang telah ada. Karena perkembangan lahan yang

    berada di luar kawasan pelabuhan, memaksa perluasan

    prasarana. Perluasan itu dilakukan sepanjang garis

    pantai yang mengharuskan dilakukannya reklamasi

    lahan.

    Tidak hanya yang berhubungan dengan

    pelabuhan laut saja, pelabuhan udara juga ada yangdibangun di atas lahan reklamasi. Karena sifatnya yang

    membutuhkan kawasan bebas rintangan dari gedung-

    gedung tinggi dan gunung. Akibat keterbatasan lahan di

    darat, beberapa bandara juga dibangun di atas lahan

    reklamasi. Karena dulunya merupakan rawa-rawa yang

    membutuhkan permukaan yang stabil untuk menyangga

    bangunan yang diatasnya. Seperti Soekarno Hatta di

    Jakarta dan Ngurah Rai di Denpasar.

    Selain itu, karena berbagai alasan beberapa

    proyek terpaksa dibangun di atas lahan reklamasi.

    Seperti proyek-proyek yang membutuhkan laut sebagai

    sarananya. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)umumnya dibangun di lahan yang berbatasan langsung

    dengan laut, karena air laut merupakan bahan vital

    untuk pembangkit jenis ini. Air laut diperlukan sebagai

    pendingin pembangkit ini.

    Bahkan PLTU berbahan bakar batubara juga

    dibangun di daerah pantai. Pertimbanganya adalah

    efisiensi, agar sarana bongkar muat dan penyimpan

    batubara curah tak terlalu jauh dari kapal yang

    mengangkutnya. Karena itu PLTU ini paling ekonomis

    dibangun di lahan reklamasi.

    Proyek Asahan di Sumatera Utara juga

    dibangun di lahan reklamasi, karena baik produk

    maupun bahan mentahnya harus menggunakan

    transportasi laut. Proyek seluas 250 hektar ini berada

    di daerah rawa dengan jalan masuk sepanjang 22

    kilometer. Sedangkan dermaganya dibangun di lepas

    pantai sejauh 1,6 kilometer dari tapak pabrik. Keduanya

    dihubungkan oleh dermaga pancang. Di era 90an

    kegiatan reklamasi juga dilakukan dalam proyek

    pengembangan di pesisir Jakarta.

    Disamping itu reklamasi juga diperlukan untuk

    perbaikan lingkungan, penataan ruang yang lebihnyaman, meningkatan jumlah badan air, menambah

    lahan terbuka hijau bahkan melindungi hutan mangrove.

    Dimana kecenderungan penurunan muka tanah bisa pula

    mengancam keberlanjutan ekosistem mangrove, karena

    terus terendam air laut.

    Reklamasi TambangDi Indonesia banyak sekali kegiatan-kegiatan

    pertambangan, baik pertambangan terbuka maupun

    pertambangan tertutup. Pertambangan adalah kegiatan

    dengan penggunaan lahan yang bersifat sementara,

    karenanya setelah penambangan rampung, lahan harus

    bisa dimanfaatkan untuk kegiatan produktif lainnya.

    Pertambangan terbuka (open pit mining) selalu

    menyebabkan perubahan bentang alam. Perubahan ini

    meliputi topografi, vegetasi , pola hidrologi dan struktur

    tanah. Apalagi biasanya keberadaan bahan tambang itu

    secara alami banyak berada dalam kawasan yang masuk

    kriteria hutan.

    Mengembalikan fungsi ekologis lahan tersebut

    menjadi keharusan. Tak hanya itu fungsi ekonomi dan

    sosialnya lahanpun harus bisa dikembalikan. Itulah

    sebabnya maka lahan bekas tambang seperti ini harus

    segera direklamasi.

    Paling penting, hasil reklamasi tambang tambang

    haruslah bisa mengembalikan tanah dalam kondisi

    aman, stabil, dan tak gampang terjadi erosi. Selanjutnya

    barulah lahan itu diperbaiki ekologinya agar bisa

    dimanfaatkan untuk keperluan produktif lainnya.

    Reklamasi harus dilaksanakan secepatnya sesuai

    dengan kemajuan tambang. Jadi kondisi lahan yang

    terbuka tidak bisa dibiarkan terlalu lama. Reklamasi

    sendiri merupakan bagian dari skenario pemanfaatan

    lahan pasca tambang. Karena itu prinsip yang harus

    dipegang adalah penambangan dilangsung seoptimalkanmungkin, untuk selanjutnya segera dilakukan reklamasi.

    Kanan sebagian tambang yang sudah direklamasi ESDM