Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

39
No. 2 |Desember 2012 M/Muharram 1434 H Rp. 5000,- Catatan Redaksi Medan Kota “Botot” Medan adalah kota besar yang menarik perhatian bagi banyak orang untuk memperoleh peruntungan dan nasib baik. Pendatang berasal dari pelbagai penjuru di Indonesia dan dari kota-kota terdekat di Sumatera Utara. Kebanyakan pendatang memilih dan mencari kerja sebagai karyawan kantoran, kuli bangunan, pedagang maupun tenaga pengajar. Selain itu, ada pula yang berwirausaha menjadi tukang “Botot” atau butut. “Botot” kedengarannya rendah, hina, dan tidak mendatangkan keuntungan. Bahasa kerennya “Botot” adalah pelestarian lingkungan dengan cara memulung, memisahkan, memungut sampah-sampah yang dibuang begitu saja. Baik di pinggir jalan, di tong sampah, di ruang-ruang publik, pada perlehatan acara-acara semisal pernikahan, event musik, panggung rakyat, wirid, arisan, di sekolah-sekolah sampai pada acara kematian. Sampah-sampah yang diabaikan seperti: AMDK [air minum dalam kemasan], botol-botol plastik, kertas buku, koran, karton (kardus-red), besi bekas, plastik, tembaga, logam, seng, dan banyak lagi. Usaha “Botot” di Medan pada umumnya dikelola oleh masyarakat Batak, Jawa, dan Tionghoa. Setelah memungut, memulung, memisahkan, mencuci, lalu kemudian dijual ke depo atau agen-agen “Botot.” Bisa juga langsung dibawa ke pabrik pengolahan dan peleburan daur ulang di Belawan dan Diski-Binjai. Sampah yang tadinya “sampah” kini menjadi bernilai ekonomis dan membawa berkah. Memungut, memulung, memilah dan membersihkan sampah plastik dapat menjadi sarana untuk melatih kesabaran batin. Setiap orang sebenarnya berjiwa “Botot.” Misalkan di rumahnya berserak barang-barang yang dianggap sudah tidak terpakai. Seketika terpikir 1

Transcript of Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Page 1: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

No. 2 |Desember 2012 M/Muharram 1434 H Rp. 5000,-

Catatan Redaksi

Medan Kota “Botot”

Medan adalah kota besar yang menarik perhatian bagi banyak orang untuk memperoleh peruntungan dan nasib baik. Pendatang berasal dari pelbagai penjuru di Indonesia dan dari kota-kota terdekat di Sumatera Utara.

Kebanyakan pendatang memilih dan mencari kerja sebagai karyawan kantoran, kuli bangunan, pedagang maupun tenaga pengajar. Selain itu, ada pula yang berwirausaha menjadi tukang “Botot” atau butut.

“Botot” kedengarannya rendah, hina, dan tidak mendatangkan keuntungan. Bahasa kerennya “Botot” adalah pelestarian lingkungan dengan cara memulung, memisahkan, memungut sampah-sampah yang dibuang begitu saja. Baik di pinggir jalan, di tong sampah, di ruang-ruang publik, pada perlehatan acara-acara semisal pernikahan, event musik, panggung rakyat, wirid, arisan, di sekolah-sekolah sampai pada acara kematian. Sampah-sampah yang diabaikan seperti: AMDK [air minum dalam kemasan], botol-botol plastik, kertas buku, koran, karton (kardus-red), besi bekas, plastik, tembaga, logam, seng, dan banyak lagi. Usaha “Botot” di Medan pada umumnya dikelola oleh masyarakat Batak, Jawa, dan Tionghoa.

Setelah memungut, memulung, memisahkan, mencuci, lalu kemudian dijual ke depo atau agen-agen “Botot.” Bisa juga langsung dibawa ke pabrik pengolahan dan peleburan daur ulang di Belawan dan Diski-Binjai. Sampah yang tadinya “sampah” kini menjadi bernilai ekonomis dan membawa berkah. Memungut, memulung, memilah dan membersihkan sampah plastik dapat menjadi sarana untuk melatih kesabaran batin.

Setiap orang sebenarnya berjiwa “Botot.” Misalkan di rumahnya berserak barang-barang yang dianggap sudah tidak terpakai. Seketika terpikir membereskan dan terbersit dalam nurani, “kira-kira dijual ke “Botot” dapat berapa duit?” Rumah dan lingkungan sebaiknya dibersihkan agar tidak banyak nyamuk, kecoa (lipas), lipan, semut, dan lainnya. Bekerja sebagai tukang “Botot” demi mencari nafkah hidup dan uang tambahan adalah sungguh mulia daripada menjadi peminta-minta atau koruptor yang bergelar tinggi dan berpendidikan. Jika hendak jadi agen “Botot,” jadilah agen yang baik, bukan dari hasil mencuri atau menjadi penadah barang curian. Usaha yang baik akan mendatangkan berkah yang baik.

Redaksi

1

Page 2: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Profil

Embrio untuk “menetaskan” sebuah media yang berfondasikan lokalitas dan berhaluan budaya kemanusiaan sudah dikandung sejak Setiadi R. Saleh berada di Kota Bandung. Ketika kembali ke Kota Medan yang telah ditinggalkan selama 17 tahun [1994-2011]. Bersama “tim kecil” keinginan tersebut akhirnya dapat terwujud. Memilih media buletin karena murah, mudah, dan terjangkau.

Buletin SeruanSeruan Sanubari Sanubari berdiri sejak September 2012. Edisi perdana terbit November 2012. Kami hadir dan lahir untuk merengkuh panggilan suara dari bidang pertanian, nelayan, transportasi, perkebunan, pendidikan, urban, kisah, anak, tokoh, spiritual, motivasi dan kemanusiaan serta sketsa kehidupan kaum marginal yang ada di Kota Medan dan perfektur Sumatera-pada umumnya. Bagi yang ingin bergabung menjadi kontributor silakan menghubungi redaksi. Khusus pemula, kami akan memberikan pelatihan jurnalistik gratis terdiri dari teknik penulisan feature, reportase, wawancara, observasi pemetaan subjek peristiwa, rekrut informan dan menjangkau narasumber.

PENASIHAT AHLI: H. Mulyadi, SE, MM. PEMIMPIN REDAKSI: Setiadi R. Saleh, S.Sos. KONTRIBUTOR: Ikhsan Ramazani, Pupun Pujiati, Santosa Mulia, Sigi Jagad Pramudita, Teddy Teduh, Rahayu Rachman, Koko Hendrie Lubis. PENYELIA GAMBAR: Maula Mazin. ALAMAT REDAKSI: Jalan Bakti Luhur Lt 2, No. 199 A Medan-20123. Telp. 061-8465572, HP. 081269449377, 081802274640, 081265748769.

SeruanSeruan Sanubari Sanubari terbit setiap bulan dan dapat didownload. Salurkan donasi sukarela Anda ke nomor rekening sementara: BCA KCU DAGO BDG, 7771021283 a.n. Setiadi R. Saleh, BNI ITB BDG, 0028165337 a.n. Setiadi R. Saleh, sumbangan akan digunakan untuk membantu pendirian PAUD berbasis budi pekerti, teknologi, dan cinta bumi yang lokasinya berada di Kampong Kolam, Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Redaksi menerima tulisan, saran-kritik, karya gambar anak. Silakan kirim ke alamat redaksi atau email ke: [email protected]. Panjang 1000-1500 karakter dilengkapi foto yang diberi keterangan (caption). Tulisan yang dimuat akan mendapatkan honor.

Blog: www.seruansanubari.blogspot.com FB: seruan sanubari. Twitter: @seruansanubari

Properti

Sekelumit Persoalan Pemilik Rumah Sewa di Kota Medan

Di Kota Medan, bisnis rumah sewa semakin menjanjikan karena bersifat investasi jangka panjang. Pesatnya pertumbuhan rumah kost ini ditandai dengan menyusutnya lahan pertanian berganti dengan perumahan-pemukiman yang pada akhirnya pun

2

Page 3: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

rumah-rumah tersebut disewakan atau dikontrakan. Hasil dari uang sewa dapat dipakai pemilik rumah sebagai sandaran bea hidup sehari-hari atau untuk membangun lagi rumah kos-kosan yang baru.

Di Medan ada perbedaan istilah antara rumah sewa, kos, kontrakan. Misalkan untuk kos berarti hanya menyewa kamar. Sedangkan sewa rumah umumnya perbulan/pertahun yang di dalamnya ditempati sekian orang, dihitung perkepala, bukan perkamar. Jadi, seandainya satu kamar diisi dua orang maka tarifnya dihitung dua orang bukan satu kamar. Ada pemilik kos yang memberlakukan demikian, ada pula yang tidak seperti misalnya sebuah keluarga yang menyewa rumah. Sedangkan, kontrakan umumnya untuk jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan pemilik rumah dan penyewa rumah. Hal ini di luar dari pembayaran listrik dan air PDAM.

Persoalan umum pemilik rumah kontrakan apabila penyewa terlambat membayar, pemilik rumah yang bergantung hidup dari hasil sewa rumah perbulan akan kewalahan. Belum lagi ditambah untuk menalangi pembayaran air, listrik, keamanan dan uang kebersihan. Selain itu, apabila penyewa rumah/kamar mulai menyewa pertengahan bulan tanggal 13 atau tanggal 16. Ketika hendak membayar bulan berikutnya bisa jadi molor sampai tanggal 20 karena alasan tanggal tua dan lain sebagainya. Persoalan lain, ada penyewa rumah yang mengerti merawat rumah atau pula ada yang jorok. Pemilik rumah perlu mengetahui siapa saja yang sebenarnya menempati rumah yang disewakan. Jangan sampai pada mulanya mengaku 5 orang, kemudian bulan-bulan berikutnya menjadi 10 orang. Di samping itu, pemilik rumah harus jeli menerima penyewa apabila berbuat sesuatu yang “melanggar hukum” seperti ribut yang terlalu, mabuk, narkoba, prostitusi terselubung pemilik rumah boleh menegur.

Tarif sewa rumah di Kota Medan untuk rumah dengan 2 kamar, 1 dapur, 1 kamar mandi berkisar antara 4-12 juta/tahun. Sedangkan untuk rumah setengah papan, setengah batu sekitar 2 juta/tahun. Sedangkan tarif rumah sewa di kota-kota terdekat dari Medan seperti Binjai, Percut, Tembung, Tanjung Pura, Stabat bisa lebih murah. [Teddy Teduh].

Profesi

Memilih dan Menyeleksi “Helper”Susahnya Mencari Pembantu Rumah Tangga

Sebelum mencari dan memilih pembantu, pahami terlebih dahulu apa yang Anda butuhkan. Memilih pembantu rumah tangga [PRT] dan Baby Sitter [BS] tidaklah mudah.

Jika Anda membaca iklan seperti ini: Anda butuh pembantu rumah tangga atau baby sitter. Jangan biarkan kesulitan pekerjaan rumah

tangga membebani Anda. Kami menyediakan PRT/BS. Pemula dan Berpengalaman. Bergaransi 3 bulan sampai 1 tahun dan resmi. Hub: 061-84655xxx. Gaji mulai dari Rp. 500.000 s/d Rp. 600.000 per bulan. Gaji baby sitter mulai Rp. 750.000 s/d Rp. 1.000.000 plus cuti. Stok ready. Kami mengutamakan pelayanan bagi Anda yang sibuk dan tidak bisa datang ke kantor kami, kami siap mengantarkan ke rumah Anda. PRT dilengkapi foto dan biodata.

Setelah membaca iklan demikian. Di benak Anda, rasanya ingin sekali punya pembantu. Namun, bagaimana dengan

gajinya. Jikalau ada anggarannya, apakah pembantunya dapat dipercaya. Ini pertanyaan wajar.

3

Page 4: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Bagi sebagian orang memiliki pembantu mutlak diperlukan. Sementara bagi yang lain belum tentu karena masih sanggup mengerjakannya sendiri. Setiap orang mungkin pernah mengalami: Mereka yang baru melahirkan bayi, mereka yang sibuk bekerja, mereka yang memiliki anak lebih dari satu akan kerepotan mengatur waktu dalam beres-bersih-mencuci-setrika-masak. Kerjaan rumah tangga kelihatannya mudah padahal melelahkan, hasilnya pun selalu tidak kelihatan dan seringkali tidak dihargai.

Punya PRT [helper], butuh tidak butuh. Terkadang perannya baru terasa apabila sudah tiada. Misal, pas hari raya, liburan, natal, tahun baru. Pendek kata, ketika PRT pulang kampung. Semua anggota dikerahkan dan dibagi-bagi tugas untuk bersih-bersih rumah. Tidak jarang pula setelah pulang kampung, pembantu tidak kembali lagi dengan alasan yang kadang tidak ketahui.

Meski digaji standar, makanan yang dimakan majikan pun ikut pembantu makan. Kendati demikian sebaiknya ada arahan mana wilayah pembantu dan mana wilayah tuan rumah. Ingat, PRT sekarang bukan seperti zaman dahulu yang mengabdi puluhan tahun. Sekarang paling-paling 1 tahun sudah bagus. Mengapa bisa demikian? Masing-masing BS/PRT memiliki keluhan berbeda. Paling sering adalah masalah anak asuhnya nakal, tuntutan majikan terlalu tinggi, majikan kurang perhatian, alasan kerja semata-mata uang, cari pengalaman, merasa gengsi, tidak tahan mental.

Mari kita urai berapa persen yang mencari “pengasuh/pembantu rumah tangga yang jujur,” berapa persen yang mencari “pembantu yang cekatan dengan tugasnya, ” dan berapa persen yang “sudah sangat butuh dan tidak ada pilihan.” Mungkin jawabannya yang dipilih terbanyak adalah PRT yang jujur. Selain itu, kriteria PRT fisik harus sehat, pengalaman kerja dan umur, tidak terlalu tua, juga tidak terlalu muda.

Tips Menyeleksi PRT dan BS Kartu identitas atau KTP. Surat izin dari orangtua/wali untuk bekerja. Ijazah sekolah. Konfirmasi dari tempat bekerja sebelumnya. Lihat sendiri calon BS/PRT yang akan dipekerjakan. Jangan pekerjakan anak di bawah usia 15 tahun. Lakukan wawancara. Ajak anak yang akan diasuh. Perhatikan respons BS terhadap anak. Tanyakan latar-belakang pekerjaan sebelumnya. Minta referensi dari yayasan. Terus-terang mengenai kondisi keluarga dan anak yang akan diasuh. Perlu waktu pendampingan dari majikan agar tau karakteristik anak asuhnya

serta bagaimana menanganinya. Untuk PRT, beritahu cara-cara menggunakan peralatan rumah tangga seperti

kompor gas, blender, vacuum cleaner, dan seterusnya. Beritahu tata-cara menerima tamu. Hal ini berkaitan dengan keamanan. Beri waktu libur, mengingat PRT umumnya tidak mendapatkan jatah cuti seperti

BS.

Jenis-jenis pembantuSebagian orang kaya, barangkali akan memperkerjakan pembantu lebih dari satu. Umumnya pembantu dibagi-bagi sesuai tugasnya masing-masing. Gambarannya kira-

4

Page 5: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

kira: Kepala PRT, Chambermaids [housemaids], pelayan khusus membersihkan kamar tidur. Di hotel umumnya dikenal dengan istilah riching. Nursery [Nanny], menjaga anak-anak; pengasuh. Juru masak. Lady's, pelayan senior yang melaporkan langsung kepada nyonya rumah. Tukang kebun. Driver. Security.

Setiap orang dan setiap tempat (negara) tentu berbeda kriterianya. Di Jepang, jika ingin mendapatkan pembantu ideal, biodata harus lengkap disertai surat keterangan tidak pernah terlibat tindak kriminal. Di Jepang pula, orang milih pembantu seperti memilih idola-bintang pop, mengukur tinggi badan, lingkar pinggang, leher, golongan darah, nomor sepatu, dan lain sebagainya. Di Kota Medan misalnya gaji pembantu berbeda-berbeda ada yang mencapai 800 ribu rupiah perbulan. Pada umumnya mengerjakan cuci, gosok, beres-beres rumah yang terdiri dari menyapu, cuci piring sampai dengan masak. Ada pula yang hanya mencuci saja, menjadi penjaga anak saja. Seruan Sanubari sempat bertemu dengan seorang pengasuh anak usia 5 tahun. Ia berkata kepada Seruan Sanubari, “Di ruangan kami hampir semuanya dipasang kamera CCTV. Jadi, kami gak bisa macam-macamlah. Untungnya anak yang kami asuh mau sama kami. Malah macam awak ini mamaknya pula. Anak-anak ini kan payah ada suka ngamuk, ada anak yang cengeng, anak yang mengkek (manja-red).” Ia berjanji akan menjumpai kami untuk bercerita panjang lebar.

Lalu bagaimana dengan Anda? Sekalipun semua persyaratan pembantu Anda miliki. Masihkah Anda merasakan susahnya cari pembantu? Dan Anda tidak mungkin, mendapatkan pembantu yang berkualitas. Jika Anda pun belum bisa menjadi majikan yang baik. [Ikhsan Ramazani]

Pendidikan

Merancang Generasi Platinum, Usia Emas 0-6 Tahun

Generasi platinum adalah generasi yang lahir tahun 2000. Saat ini, persoalan sehari-hari yang dihadapi orangtua yang memiliki anak usia 0-6 tahun adalah menyediakan waktu untuk mengajari membaca, menulis, menggambar, olahraga, musik, budi pekerti dan banyak lagi.

Jika anak suka “mengamuk,” orangtua sebaiknya jangan buru-buru memberi “stempel” anak dengan sebutan suka ngamuk. Ngamuk sebenarnya bukan perbuatan buruk melainkan ekspresi. Dunia anak dan orangtua berbeda. Saat anak tidak patuh, orangtua sering menghukum.

Terkadang orangtua begitu serius melalui hari yang kaku. Jika Anda sedang bersama anak, meluculah. Karena hal tersebut dapat meringankan suasana hati Anda dan anak Anda. Orangtua perlu tahu bahwa anak perempuan cenderung fokus pada perasaan dan mampu mengekspresikan empati. Sementara anak laki-laki

cenderung praktis.

Bagaimana cara merancang masa depan si buah hati? Pertama, merencanakan masa depan bukan melulu urusan keuangan

melainkan juga menjadi orangtua yang inspiratif; kedua, era sekarang disebut generasi Platinum abad ke-21 lebih kompleks dari generasi Y yang lahir antara tahun 1980-2000. Ciri generasi Platinum—generasi multitasking, sebagian besar bergantung kepada teknologi dan internet; ketiga, anak bukanlah orang

5

Page 6: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

dewasa dalam ukuran kecil. Anak harus diperlakukan sesuai tahap perkembangannya; keempat, komunikasi adalah sesuatu yang penting untuk mengharmoniskan hubungan antara orangtua dan anak; kelima, ajari si kecil minta maaf karena permohonan maaf bukanlah sesuatu yang memalukan.

Memiliki sebuah keluarga berarti juga harus merencanakan kehidupan. Misalnya kita sudah memiliki utang, apakah kita rela anak-anak kita kelak mewariskan utang? Bukankah orang yang tidak memiliki utang sama bahagianya dengan orang kaya?

Pendidikan anak usia dini pada umumnya berfokus pada usia 0-6 tahun. Perkembangan anak merupakan sebuah proses, bukan perlombaan. Setiap anak dan orangtua adalah unik. Masing-masing memiliki prinsip. Apa yang cocok untuk sebuah keluarga, belum tentu cocok untuk keluarga yang lain. Seringkali pula orangtua begitu serius melalui hari yang kaku. Jika sedang bersama anak Anda, meluculah. Karena dapat meringankan suasana hati Anda dan anak Anda.

Sebagai orangtua jangan bingung menerapkan “disiplin atau hukuman.” Pahamilah disiplin adalah cara mengajar anak Anda kendali diri bukan cara untuk mengendalikan anak Anda. Anak-anak selalu menganggap ayah sebagai punishers. Banyak orangtua hanya menaruh perhatian pada anak-anak ketika mereka ribut dan nakal, dan mengabaikan mereka ketika nyaman dan tenang. Orangtua juga perlu tahu bahwa anak perempuan cenderung fokus pada perasaan, perhatian dan mampu mengekspresikan empati. Sementara anak laki-laki cenderung praktis. Pada anak perempuan keterampilan verbal mereka lebih cepat. Kata dan kalimat mereka umumnya lebih panjang dan lebih kompleks. Anak perempuan mengkritik secara konstruktif, anak laki-laki lebih konfrontatif.

Sebagian dari kita, merencanakan masa depan dengan cara mengelola keuangan. Yakinlah masa depan anak-anak lebih dari itu semua. Saatnya sudah tiba, mulailah menjadi orang tua yang tangguh, inspiratif, dan berpikir besar. Jangan sumpahi anak, berinstrospeksilah. Zaman sudah berubah, anak-anak harus dididik sesuai zamannya. Tidak ada artinya ‘apa-apa’ yang kita miliki bila kita tidak punya ‘siapa-siapa’, termasuk tidak mengenali siapa dan bagaimana pribadi anak kita sebenarnya. Kita kadang sibuk menonton acara-acara yang menyiarkan keburukan-keburukan rumah tangga seseorang. Kita punya anak, mereka juga punya anak. Kita punya kehidupan, mereka juga punya kehidupan.

Jika Anda berhasil mengatur keuangan rumah tangga dengan baik, jalankan secara konsisten. Jangan khawatir dengan rezeki. Tidak mungkin ada kecukupan saat terus-menerus mengatakan bahwa Anda kurang dan kekurangan. Katakan, “keberlimpahan, keberlimpahan secara ajaib akan mengikuti Anda.” Itulah sebabnya, mengapa Anda tidak perlu mendidik dan mengajar anak. Melainkan, rancanglah masa depan si buah hati dengan sebaik-baiknya. Sebab, keberhasilan harus terjadi apa pun tantangannya. Pengetahuan saja tidak cukup, praktikkan-lakukan-alami!” [H. Mulyadi]

Pertanian

“Panen” Sayur dan Rempah di Halaman Rumah

6

Page 7: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Waktu tinggal di Kota Bandung, di antara kesibukan sebagai penulis artikel online untuk sebuah website ternama www.anneahira.com. Saya menyempatkan diri menanam apa saja yang ingin saya tanam. Mengingat di Bandung rumahnya rapat-rapat (berdempetan) saya menanam di media pot. Luar biasa tanah di Bandung subur sekali. Dalam satu pot kaleng bekas cat (cet) atau kaleng roti bisa tumbuh dua sampai tiga tanaman sekaligus.

Semua yang ditanam di dalam pot kaleng sudah pernah “dipanen” seperti daun kunyit, kunyit atau kunir (bahasa Sundanya koneng), serai (sereh), tomat, bunga pepaya dan rebusan daun pepaya, daun saledri, daun bawang, bawang daun, pucuk labu kecil (bahasa Sundanya waluh), daun jeruk, cabe, bawang merah.

Walaupun saya tidak tau cara menanam yang benar. Saya senang bisa memetik tanaman hasil sendiri. Saat kondisi-kondisi tertentu, ketika istri sedang memasak dan perlu bahan rempah tinggal mengambil di dalam pot. Enam tahun belakangan ini, saya cinta banget dengan dunia pertanian. Mungkin karena dulunya dunia ini tidak menarik bagi saya. Walaupun sebenarnya saya ini anak petani (peladang). Leluhur saya adalah “pengembara tanah-pembuka hutan” yang kemudian bertahan hidup dengan cara berkelana-berpindah-pindah tempat.

Soal tanam-menanam siapapun sebenarnya bisa menanam rempah dan sayur-mayur dengan memanfaatkan lahan sempit. Rupa-rupanya lain di Bandung, lain di Medan.

Hasil pengamatan sementara ini di sepanjang Jalan Bakti Luhur (kantor SS), Setia Luhur, Amal Luhur, Budi Luhur tidak ada yang menanam sayur-rempah di dalam pot atau di pekarangan rumah. Orang Medan mungkin lebih senang menanam bunga. Iseng-iseng saya bertanya, “Enaklah tanam bungalah bang, cantik! Banyak bunganya, banyak warnanya, awak tanam sayur apa yang mau awak lihat, ijo aja warnanya. Adanya sayur di kede, di pajak (pasar-red) pun

banyak. Ngapain awak capek-capek tanam sayur.” Kata seorang ibu yang kebetulan tinggal tak jauh dari kantor SS yang senang sekali memelihara bunga. Mendengarnya berkata demikian, saya hanya mengangguk tanda tidak selalu setuju. Sebab, sayuran dan apotik juga sangat berguna ditanam di pekarangan rumah. [Setiadi R. Saleh]

------------------------------------------------- ----------------------------------------------------Cuaca Ekstrem dan Lumbung Pangan Lokal

Cuaca ekstrem tampaknya tidak hanya terjadi di Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan provinsi lainnya melainkan terjadi juga di Pulau Sumatera. Cuaca ekstrem secara mudahnya adalah perubahan cuaca yang sangat cepat. Pagi mendung tetapi tidak hujan, lalu siang terik yang teramat sangat, kemudian sore dan malam hujan deras atau sebaliknya. Hal ini berimbas langsung kepada pola masa tanam padi.

Berdasarkan pantauan Seruan Sanubari pada November-Desember 2012 di Kota Medan terdapat perbedaan masa panen, misalkan padi-padi sawah di sekitar Jalan Setia Luhur, Bakti Luhur, dan Amal Luhur sudah dipanen. Sekarang belum ditanami kembali, lahan dibiarkan begitu saja. Sore hari umumnya dipakai untuk anak-anak bermain layangan atau mencari belut. Berbeda halnya dengan areal persawahan di sekitar Jalan Prona dekat komplek Kodam I Bukit Barisan Medan yang letaknya tidak jauh dari Bakti Luhur, Setia Luhur, dan Amal Luhur, sawah masih belum dipanen. Terlihat, jaring-jaring halus

7

Page 8: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

masih terpasang di atas bentangan sawah agar burung pipit tidak memakan butiran padi. Padi siap panen.

Kalau kita kilas balik, 20 tahun silam Jalan Setia Luhur, Bakti Luhur, Amal Luhur, dan Budi Luhur serta kawasan Prona semuanya lahan produktif padi sawah. Kini, lahan tersebut satu persatu tergerus dan tergusur oleh perumahan, pemukiman penduduk, ruko, dan rukan (rumah kantor), pabrik. Di satu sisi tampak ada kemajuan pembangunan (bila itu ukurannya), di satu sisi Medan justru mulai minim lumbung pangan. Lihat saja, orang Medan pada umumnya mengonsumsi beras dari Cianjur Jawa Barat. Pertanyaannya bagaimana bisa beras dari Jawa Barat lebih banyak “hadir” di Kota Medan daripada beras dari lumbung Deli Serdang dan Sumatera Utara pada umumnya. Sedangkan dari segi luasnya, Sumatera Utara lebih besar dari Jawa Barat.

Pola Makan NasiBangsa Indonesia bangsa yang “lucu dan menggemaskan.” Sudah tau makanan pokoknya adalah beras (nasi) sektor pertanian malah tidak mendapatkan porsi yang tinggi. Padahal kalau ada ikrar dan tekad kuat setiap orang bisa dilatih untuk menanam padi, bahkan di pekarangan rumahnya sendiri. Sekarang apakah kita bisa benar-benar hidup tanpa mengonsumsi nasi (karbohidrat)? Jawabannya mungkin diplomatis.

Karbohidrat tidak hanya berasal dari nasi melainkan juga dari umbi-umbian. Cincau (agar-agar) pun mengandung karbohidrat. Selain itu, karbohidrat terdapat pada kacang kedelai yang mengandung sumber protein, nutrisi, minyak nabati karbohidrat. Kandungan gizi kacang kedelai tidak lengkap, kita perlu mengonsumsi makanan lain yang mengandung gizi. Kedelai ada yang berwarna putih, kuning, hijau, dan kedelai hitam.

Aliansi Desa Sejahtera menyebutkan ada 77 bahan karbohidrat, kacang-kacangan, umbi-umbian yang ada di Indonesia dan bisa dijadikan sumber lumbung pangan lokal apabila suatu masa pertanian di Indonesia mengalami krisis. Kita musti siap-siap, meski bangsa Indonesia ingi terbang tinggi. Jangan lupakan satu hal yang sangat mendasar yakni pertanian. Pertanian adalah bagian dari peradaban suatu bangsa. [Santosa Mulia]

Sorotan

Mengenal Sampah Plastik dan Kegunaan “Nasi Basi”Seruan Sanubari kali ini menyoroti tentang sampah plastik, khususnya yang ada di Kota Medan. Produk plastik yang sehari-hari dapat kita jumpai: PP, Plastik PE, Plastik OPP, Plastik HDPE, Plastik LDPE, Plastik PET, Plastik PS, Plastik Cor, Plastik PVC, Lunch Box (PS), Karet Gelang, Tisu, Plastik Mika, Plastik Vacuum. Jenisnya antara lain:

PP (Polypropylene) jenis plastik packing/pembungkus makanan kering/snack, sedotan plastik, kantong obat, penutup, cup plastik, tas, botol. Jenis plastik PP berbentuk lembaran dan roll.

PE (Poly Ethylene) jenis plastik packing minuman atau cairan. OPP (Oriented Polystyrene) jenis plastik bening, tidak tahan panas. Digunakan

untuk packing roti, snack, t-shirt, baju dan jaket agar menambah keindahan dan penampilan produk. Agar tidak mudah robek-koyak dipergunakan double layer side dan gusset.

HDPE (High Density Polyethylene) plastik berwarna putih susu/putih bersih. Digunakan untuk kantong tisu, botol deterjen, minyak, plastik anti panas, pipa plastik, shopping bag dan kantong plastik untuk sayur makanan berkuah.

LDPE (Low Density Polyethylene) jenis plastik untuk pelapis kaleng, pembungkus makanan supaya tetap hangat (food wrapping), kantong grocery, pembungkus roti, dan tas plastik. Fleksibel dengan kekuatan remas.

8

Page 9: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

PS (Polystyrene) bersifat berubah bentuk dan berbunyi. Jenis plastik digunakan untuk gabus (styrofoam, cup, box, tray daging, dan tempat telur).

Plastik Cor adalah jenis plastik yang biasa digunakan untuk pengecoran bangunan. PVC (Poly Vinly Chlorine) adalah jenis plastik yang digunakan untuk packing botol

minyak, daging, pipa air dan jendela plastik. Lunchbox Polystyrene adalah jenis plastik yang digunakan untuk packing makanan

ringan, nasi. Plastik Vacuum plastik campuran nylon dan PE/LDPE untuk membungkus sayur,

buah, daging yang hampa udara dan siap dimasak/dimakan. Plastik Mika merupakan campuran antara bahan PP/PE/PVC terdiri dari plastik mika

bening yang lemas untuk album, taplak meja, sampul, pembungkus, dan plastik mika film yang kaku untuk membuat kotak.

Sampah plastik di Kota Medan yang umum dijumpai adalah AMDK (air minum dalam kemasan), bekas minuman ringan, botol-botol plastik serta cup ice cream yang tergeletak di pinggir jalan. Sampah plastik ini kadang-kadang bersatu dengan sampah organik (sampah sayuran, bekas nasi, lauk-pauk dan lain sebagainya). Apabila warga membuang sampah ke dalam bak-bak penampungan sampah. Maka sampah ini pun oleh para pencari makanan babi kemudian dikais lagi. Makanan basi dan sampah organik untuk makanan babi sedangkan sampah non-organik dapat dijual kepada agen-agen Botot. Dari agen Botot lalu dijual lagi ke pabrik peleburan atau pendauran ulang. Di sinilah mata rantai itu terjadi, sampah dari nihil menjadi nilai, dari nothing menjadi

penting.

Dalam foto dokumentasi Seruan Sanubari tampak seorang ibu ditemani anaknya sedang memilah dan memisahkan sampah plastik dan sampah organik yang akan diberikan untuk makanan ternak babi. Foto diambil di Jalan Amal Luhur (bersebelahan dengan Jalan Bakti Luhur). Kemudian dalam gambar tampak foto sampah-sampah plastik air minuman dalam botol bekas sebuah acara.

Selain itu, sampah dari hasil memungut, memulung dapat digunakan untuk bertahan hidup sehari-hari. Sampah nasi basi yang sudah dibuang pun masih bisa diberikan kepada pakan ternak babi. Sedangkan sampah plastik bisa dijual. Di Kota Medan jangan pernah meremehkan para Botot, Parnab (para pencari nasi basi) karena terkadang kehidupan mereka tidak bisa disebut miskin. Sekalipun tinggal di pinggir rel, mereka memiliki sepeda motor (kereta-bahasa Medan-red), rumah, anjing peliharaan, kulkas, tv besar, handphone, dan angkot. [Sigi Jagad Pramudita]

Tekno

Penerbit Jentera Pustaka Meretas Imajinasi, Membaca Buku “Tanpa Buku”

9

Page 10: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Percepatan teknologi internet tampaknya menembus lapisan “sfera” inti bidang sosial, budaya, agama, kedokteran, gaya hidup, dan lain sebagainya. Gaya hidup yang berubah adalah gemar baca. Dahulu kita membaca buku konvensional-edisi cetak. Sekarang sudah jarang. Membaca Quran saja sudah melalui online lengkap dengan audio dan visual. Badai zaman digital menyebabkan perusahaan penerbitan tutup, media cetak bangkrut. Kini, setiap orang bebas memilih bacaan mulai dari buku, koran, majalah, tabloid, buletin, semuanya dalam versi online. Apalagi fasilitas yang ditawarkan ponsel pintar, Ipad dan sejenisnya sangat memanjakan pembaca agar “nyaman” dan tidak melelahkan mata. Membuat kita bebas membaca di manapun dan kapan pun kita mau.

Peluang inilah yang ditangkap oleh Ardian Syam selaku pendiri Jentera Pustaka dengan konsepnya “Membaca buku tanpa buku.” Jentera Pustaka tidak mencetak buku melainkan “memproduksi” e-book dengan tema-tema buku yang bervariasi mulai dari buku umum-populer-agama. Lengkap dengan sampul buku, editor, layouter-setting buku.

Jentera Pustaka menerima naskah melalui surat elektronik. Apabila naskah tersebut dipandang cocok dan bernilai jual. Maka, Jentera Pustaka akan mengirimkan kontrak perjanjian royalti yang akan ditandatangi kedua belah pihak. Kisaran besaran royalti sebesar 15% dari penjualan buku. Bagaimana mengetahui penjualannya adalah dari berapa banyak orang yang mendownload. Dalam visinya Jentera Pustaka, selain ingin memberikan royalti kepada penulis, desainer cover dan penerjemah pun akan menerima . Jadi, apabila bukunya best seller. Desainer cover pun akan mendapatkan kesinambungan royalti seperti yang dirasakan oleh penulis. Strategi yang dilakukan Jentera Pustaka satu di antaranya adalah bekerja-sama dengan www.qbaca.com, sebuah situs online yang menawarkan banyak sekali e-book. Di situs ini berbeda dengan yang lainnya. Bukunya bukan dalam versi *.pdf sebagaimana e-book pada umumnya. Jadi tidak dapat dicopypaste, setiap orang harus mendownload. Di sinilah penulis mendapatkan royalti sesuai jumlah yang download dan pembaca bisa leluasa membaca buku “tanpa buku.” [Ikhsan Ramazani]

Renungan

Sebongkah Biji, Setumpuk Lumpur, Segenggam Emas

Hakikat sejati manusia adalah cemerlang, bersatu dengan alam. Batin yang tenteram adalah senantiasa merasakan harmoni bersama Semesta. Hati manusia terkadang terombang-ambing di antara terang dan gelap. Jika suatu hari nanti, engkau diberi pilihan untuk mengambil segenggam emas, setumpuk lumpur, dan sebongkah biji. Mana yang paling berharga? Pilihlah sebongkah biji yang kelak akan menumbuhkan banyak buah. Engkau ibarat sebutir biji, karena itu jangan pernah meremehkan dirimu sendiri. Perhatikanlah tanda-tanda di dalam dirimu terdapat banyak kehidupan.

Sekarang kita hidup pada kondisi dan zaman kebisingan yang dapat menggerogoti jiwa. Kita berada dalam kemunduran spiritual, era kekeruhan nurani. Karena itu, kita perlu membangun ikrar luhur untuk berkontribusi bagi masyarakat, membangkitkan niat dan kebajikan. Jika hidup kita hanya berfokus pada diri, kita adalah setumpuk lumpur. Terkadang pula, kita seperti segenggam emas yang sedang dalam kondisi serba ada dan sangat sulit untuk mendengarkan kebenaran.

10

Page 11: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Ketika kita shalat, apakah hati kita hadir. Bukankah Allah SWT melihat kita. Setiap hari bersungguh-sungguhlah selalu untuk mendengarkan nafas alam dan harum rerumputan. Religius hadir bersama keheningan. Kita baru bisa menyerap kebijaksanaan alami apabila kelapangan hati terbuka dan terbentang luas. Karena hati lapang lebih bermakna. Jangan sampai pikiran mengunci kesadaran akibat dari banyak sekali noda. Lebih baik, menyedikitkan keinginan dan memperkecil api nafsu.

Setiap saat kita belajar untuk mengerti dan mengasihi seperti burung yang terbang di jutaan langit akhirnya mencapai tujuan sejati. Kehidupan kita adalah perjalanan menuju Tuhan, abadi. Dan tugas kemanusiaan kita adalah esensi kepada dunia yang tenang dan agung. [H. Mulyadi]

Media

DAAI TV 49 dan 59 UHF Televisi Penyeru Kebajikan, Kebenaran, dan Keindahan Awal mula, saya tau ada siaran televisi berbahasa Mandarin-Indonesia DAAI TV. Ketika itu saya sedang berada di Jakarta menghadiri undangan kehormatan diskusi buku “Tauhid dan Sains” karangan Osman Bakar, Osman Bakar adalah murid dari Sayyed Hosein Nasr, cendekiawan Islam.

Hari itu juga, sebelum kembali ke Bandung, saya sempatkan lagi melihat DAAI TV. Kebetulan di Bandung siaran DAAI tidak bisa ditangkap. Saya pikir DAAI TV adalah siaran tv kabel, ternyata bukan. Terus terang waktu itu tidak begitu “ngeh” ini acara apaan dalam pikiran saya. Hanya drama [sinetron] yang aktingnya pun natural, tidak ada marah- marah, sebentar-bentar melotot, atau telepon- teleponan ala sinetron Indonesia. DAAI TV sedikit berita, banyak pesan-pesan kemanusiaan. Anehnya, walaupun belum ada “rasa.” Hati dan mata saya masih saja penasaran. Ingin mengetahui lebih dalam soal DAAI TV. Barulah saat berada di Kota Medan, kota yang 17 tahun saya tinggalkan [1994-2011]. DAAI TV terasa dekat sekali di hati. DAAI TV, tidak ada berita kriminal, berisikan upaya untuk menyebarkan benih kebajikan, peduli lingkungan hidup, dan berbuat baik kepada sesama. Betul-betul menjadi televisi yang sebenarnya sangat saya impikan sejak remaja, saat masih duduk di sekolah internasional multilanguage Widya Segara Khalsa Medan, Kampong Keling (sekarang disebut Madras). Dulu ketika SMP saya bercita-cita ingin membuat media-televisi. Sampai sekarang usia 36 th, cita-cita itu belum terwujud. Kendati demikian, saya yakin bisa mewujud!

Dan kemudian, rasanya ketika berada di Kota Medan, Sumatera Utara. Berita-berita dari Pulau Jawa tidak ada artinya lagi. Bukan berarti saya tidak peduli dengan perkembangan saudara-saudara saya berada di Pulau Jawa. Melainkan saya merasa kok siaran dari stasiun-stasiun televisi Jakarta yang bisa ditonton di seluruh Indonesia tersebut, semakin hari semakin buruk dari sisi jurnalistik/jurnalisme.

11

Page 12: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Acara musik nyaris setiap hari. Tidak bisa dibantah, televisi memberikan porsi besar dalam hal musik, sinetron, acara lucu-lucuan, infotaiment, ceramah agama. Semua atas dasar HIBURAN. Bahkan siaran berita politik, kriminal, pun bisa jadi hiburan bagi orang-orang yang secara psikologis membutuhkan perhatian. Bukankah [maaf] menghina-memaki-maki orang/suatu keadaan/institusi/kasus di depan televisi telah menjadi “hiburan” model baru.

Mengapa saya katakan buruk dari sisi jurnalistik/jurnalisme? Teknologi memungkinkan sebuah stasiun televisi terhubung kepada pemirsa di rumah, sama seperti chat room di internet. Kovach dan Rosenstiel berpendapat, “jurnalisme yang mengakomodasi debat publik harus dibedakan dengan "jurnalisme semu," yang mengadakan debat secara artifisial dengan tujuan menghibur atau melakukan provokasi.” Inilah yang kita tonton dan lihat pada acara-acara debat terbuka, talkshow, bincang tokoh dan sejenisnya. Bayangkan, acara tersebut nyaris setiap hari ada di semua stasiun Jakarta yang siarannya bisa ditangkap di seluruh Indonesia.

Masih kata Kovach dan Rosenstiel, jurnalisme semu itu terjadi karena debatnya tidak dibuat berdasarkan fakta-fakta serta data-data dan logika-logika memadai, istilahnya "Talk is cheap." Mengapa stasiun-stasiun televisi berambisius melakukan hal tersebut? Karena, sudah bisa dipastikan biaya produksi sebuah talk show, lebih murah dibandingkan biaya membangun infrastruktur reportase. Saya tidak tau pasti apakah sebuah stasiun dan para komentator tersebut memiliki “tawar-tawaran” tertentu yang pemirsa di rumah tidak mengetahuinya dengan pasti. Apalagi tujuannya kalau bukan untuk rating. Bohong! jika ada sebuah media yang tidak mengejar rating. Di sinilah terbuka pintu pengetahuan kita mengapa akhirnya sebuah media lebih mengutamakan sensasi [gaya] daripada esensi [makna].

Selain itu, kebohongan terbesar media elektronik khususnya televisi adalah selalu mengatakan bahwa masyarakatlah yang menyukai sebuah tayangan. Termasuk, tayangan kriminal, klenik, infotaiment, sulap-sulapan, sinetron hantu-hantuan, serta “drama realita” yang sebenarnya lebih mirip rekonstruksi ulang dari suatu kasus daripada unsur seni dari film/sinetron itu sendiri. Jadi, bukan masyarakat yang memilih dan menghendaki, masyarakat tidak memiliki pilihan. Ia disodorkan acara-acara seperti begituan. Saya yakin seyakin-yakinnya. Jika setiap rumah memiliki siaran tv kabel atau minimal punya pilihan. Ia pasti akan pindah kanal ke saluran tv lain.

DAAI TV dan Saya SekeluargaSepasang buah hati saya, Maula Mazin 5 th 8 bln dan Kidung Asmaraloka 2 th 4 bln serta istri saya Pupun Pujiati 34 th 11 bln, dan saya sendiri 36 th 10 bln. Kami keluarga sederhana dan bersahaja. Saya sebagai kepala keluarga kadang memiliki pekerjaan, kadang tidak. Saya tidak memiliki pekerjaan lain selain menulis. Jika sedang tidak ada pesanan artikel, saya pun tetap menulis ihwal apa saja dan siapa saja. Syukurnya lagi anak-anak tidak mengeluh. Jika hari ini bertemu dengan telur, kami makan telur, jika hari ini kami bertemu dengan ikan kami makan ikan. Jika tidak ada sama sekali pakai kecap atau garam saja. Daging tidak setiap saat bisa kami nikmati. Kami sekeluarga meyakini tidak setiap hari “kesusahan” menghampiri kami, selalu yakin ada rezeki, kasih Tuhan tidak tergantikan.

Indahnya lagi, tetangga dan orang lain tidak bisa menebak, kami tidak punya uang atau tidak. Selalu disangka punya uang. Sebab, kami selalu tersenyum, bisa berbagi kepada tetangga dan saudara, dan bercanda ria. Prinsip kami, harus selalu menjadikan orang yang dirindukan kehadirannya. Hari-hari kami diisi tawa dan gurau. Tangis dan tawa anak-anak silih berganti mengisi hari, baru juga tertawa setelah itu menangis, baru juga menangis setelah itu tertawa. Seakan-akan anak-anak ingin mengajarkan kepada orangtuanya bahwa hidup adalah surga, tidak perlu terlalu bersedih.

12

Page 13: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Rasanya, bagaimana tidak haru untuk membeli pensil saja harus menabung receh, begitu pula dengan buku-buku tulis/gambar. Kesedihan ini bukan lantas untuk dikasihani melainkan ada perasaan yakin, bahwa suatu saat kelak anak akan berbakti kepada orangtua, keluarga dan masyarakatnya. Ia akan bisa belajar menerima. Saya dan istri, saat ini berusaha mencari bea siswa agar anak kami yang baru 5 th 8 bln [SD kelas 1] dapat mengembangkan bakat seni menggambar.

Sedangkan perkenalan saya sekeluarga dengan DAAI TV, waktu itu siaran drama bersumber dari kisah nyata “Mentari Kehidupan” yang kemudian ada lagi drama “Rembulan di Atas Sungai.” Anak saya Maula Mazin dan Kidung Asmaraloka pada saat itu lagi gemar-gemarnya menonton

“Badil dan Blangkon Ajaib” di sebuah stasiun televisi. Jadi, antara anak dan mamanya “berebut” remot untuk mengganti kanal siaran tv. Entah kenapa kedua anak saya mulai jenuh, karena diliatnya sinetron anak tersebut menampilkan “hantu-hantu” dan sebentar-bentar minta tolong kepada blangkon. Mazin yang baru usia 5 th 8 bln saja tau itu tidak baik. “Pak gak enak sinetronnya, gak ada sekolahnya.” Kata Mazin kepada saya. Sinetron Badil memang cerita anak sekolah, tepatnya anak SD. Jujur saja adegan belajarnya nyaris tidak ada.

Di sisi lain “Rembulan di Atas Sungai” di DAAI TV mulai digemari Mazin. Selain itu, Mazin dan Kidung seperti anak lainnya menggemari juga Upin dan Ipin, Timmy Time, Shaun the Sheep, Gazoon, Jungle Beat.

Sinetron “Rembulan di Atas Sungai” ini luar biasa. Kisah keluarga yang bersahaja, berjuang supaya bisa bertahan hidup. Di Indonesia banyak kejadian realitas sehari-hari, kesedihan, kepedihan, kehilangan. Sebagian PH [production house] di Indonesia malah enggan memproduksi jenis sinetron beginian karena khawatir tidak laku. Jadi, memang sudah berbeda visi. Kalaupun ada akting artisnya terlalu berlebihan tidak natural.

Saya sudah dipastikan hampir tidak melewati khotbah Master Cheng Yen dalam Lentera Kehidupan dan Sanubari Teduh. Terutama siaran Sanubari Teduh setiap hari Minggu pukul 06.30. Penerjemah ceramah master dalam siaran Sanubari Teduh sangat bagus. Saya juga berusaha mengikuti kegiatan relawan “tzu chi” melalui DAAI TV. Tzu Chi, saya membacanya dengan kata SUCI. Saya bukan Nasrani, Yahudi, Buddha, Hindu, melainkan terlahir sebagai Muslim. Master Cheng Yen termasuk tokoh idola saya di samping tokoh-tokoh rohaniawan, spiritual dan tokoh-tokoh lainnya.

Selain itu, organisasi Tzu Chi adalah organisasi kemanusiaan lintas agama. Saudara-saudara yang Muslim, Kristen mulai bergabung untuk bergandeng tangan dalam menyebarkan cinta kasih universal. Kegiatan Tzu Chi selain dari DAAI TV, kita dapat membacanya melalui Buletin dan Majalah Tzu Chi yang bisa diakses melalui situs online www.tzuchi.or.id

DAAI TV gencar sekali menyebarkan benih kebajikan dan berusaha mengajak insan menyelami arti Darma Buddha. Mudah-mudahan orang Muslim membuat hal yang sama? Bukankah Islam Rahmat bagi Semesta Alam [manusia, hewan, tumbuhan, dan seluruh isi langit dan bumi]. Dulu sebenarnya pernah ada MQTV AA Gym, kini MQTV sudah “dikremasi” saya tidak tau apakah di Bandung siaran ini masih bisa dilihat. [Setiadi R. Saleh].

Inspirasi

13

Page 14: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Sehari Bersama Ahmad Taufik (Wartawan Tempo Jakarta)“Jodoh Pertemuan” Matang Setelah 12 Tahun

Rabu pagi (12/12/2012) saya sms Ahmad Taufik, “apakah sudah sampai di Medan?” Dijawab, “Belum baru sore.” Kemudian sebelum Maghrib saya sms lagi, “Sudah mendarat bang di mana bisa ketemu?” “Baru mendarat, nanti aku kasih tau stay dimana ya.” Jam 19:51:39 datang sms dari Ahmad Taufik, “Karibia Butik Hotel, Jalan Timor Blok J No. 1, aku di sini Di.”

Pulang dari masjid selepas shalat Isya saya bergegas menuju Jalan Timor. Meski Medan kota besar, kehidupan malamnya sepi. Angkot jam 9 malam sudah sangat jarang. Berbeda sekali saat di Bandung (1994-2011), makin malam makin ramai. 17 tahun saya tinggalkan Medan. Saya mencoba mengingat lagi di mana persisnya Jalan Timor. Seingat saya Jalan Timor ada yang ke Gaharu dan ada pula yang ke arah Kampus Nomensen lalu M.Yamin. Saya pamitan kepada kedua anak saya Maula Mazin 6 th 2 bln dan Kidung Asmaraloka 3 th 10 bln. Persis seperti dugaan saya, angkot lama sekali. Saya memutuskan naik becak motor kemudian naik angkutan umum.

Sampailah saya di Jalan Timor. Saya tanya satpam sebuah instansi, “Bang Hotel Karibia sebelah mana ya, ke arah kanan atau kiri.” Kata Satpam, “Ke kiri terus saja, lurus, sampai nyebrang Jalan M. Yamin, lurus lagi sampai ujung, sebelah kanan hotelnya.” Saya jalan kaki ke arah Nomensen sesuai petunjuk Satpam. Jalannya sepi sekali, tiada pelita, gelap-gulita meraja. Pohon-pohon besar seperti raksasa. Saya menggunakan lampu senter HP untuk menerangi langkah kaki. Sampai ujung jalan ketika hendak menyebrang ke arah M. Yamin ternyata jalannya putus-ada galian. Mobil dan motor (kereta bahasa Medan) tidak bisa lewat. Saya menerobos pagar kayu dan terus berjalan lurus.

Akhirnya tiba juga di Karibia Hotel dan istirahat sejenak di lobi. Datang sms dari bang Taufik, “Kami di Jalan Pakantan.” Saya keluar menyusul, lalu saya tanya satpam hotel letak Jalan Pakantan. Saya mencoba menyusul dan akhirnya memutuskan balik lagi menunggu di lobi hotel. Saya sms Ahmad Taufik, “Bang aku nunggu di lobi.”

Malam itu, saya sangat bersemangat bertemu Ahmad Taufik. Maklumlah ketika masih mahasiswa di Universitas Islam Bandung, nama Ahmad Taufik familiar di kalangan mahasiswa Jurnalistik, saya jurusan Public Relations. Tambah lagi kiprah perjalananan

jurnalisnya ke sejumlah negara seperti Inggris, Thailand, Singapore, Malaysia, Najaf, Iran, Irak, sejumlah kota di Indonesia, dan sempat pula di penjara membuat nama Ahmad Taufik bagi

saya menjadi semacam “mata pusaran” tempat menggali inspirasi yang tiada henti. Aneh binti ajaib, ketika di Bandung saat Ahmad Taufik mengisi workshop jurnalistik, saya berusaha berjumpa tetapi tak jumpa-jumpa. Bahkan ketika AJI Bandung menyewa tempat di Tubagus Ismail Bandung, lantai 2 Mini Market Barokah. Ahmad Taufik sempat mampir di situ. Kebetulan saya tinggal di Ciheulang Baru yang letaknya kurang lebih kurang 50 meter. Itu pun tak jumpa. Padahal dari teman-teman saya sudah diberitahu, Ahmad Taufik akan ke Bandung.

Takdir tidak dapat dipungkir. “Jodoh” pertemuan antara saya dan Ahmad Taufik rupanya sudah matang. Kalau dihitung hampir 12 tahun saya ingin bertemu Ahmad

14

Page 15: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Taufik. Berjumpalah kami di lobi hotel Karibia. Senyumnya hangat dan ramah begitu pula dengan temannya yang kemudian saya tau bernama Asep Mulyana dari Bandung. Rasa-rasanya seperti kawan lama. Kami berbicara ke mana suka. Saya sempat bertanya, abang sebagai narasumber membawakan materi apa? Dijawab, “agenda setting media untuk STBM dan bedah artikel tentang sanitasi.” Kepada Ahmad Taufik saya sempat menunjukkan “cetak biru” buletin Seruan Sanubari yang sedang saya kelola. Saya katakan, media yang saya dirikan modal dengkul, isinya bukan politik melainkan kemanusiaan yang sehari-hari dekat dengan denyut nadi kehidupan Kota Medan. Kalau saya harus menulis di bidang politik dan sosial. Siapa yang akan menuliskan hal-hal lain. Buletin Seruan Sanubari saat ini belum dicetak mengingat ketidakpunyaan dana. Melainkan dibuat dalam versi *.pdf dan dapat didownload, filenya hanya ditaruh dalam sebuah blog, belum website. Berdasarkan statistiknya pembacanya rata-rata 100-150/hari. Lumayan! Ahmad Taufik hanya tersenyum melihat saya, begitu pula Asep Mulyana.

Esok paginya...

Saya tanya tetangga depan rumah, Hotel Karibia di Jalan Timor paling dekatnya naik angkot apa. Tak disangka rupanya lebih mudah menemukan Hotel Karibia dari arah stasiun kereta api. Turun di titi gantung, lurus saja ke Jalan Veteran. Dekat situ ada RS Murni Teguh yang baru diresmikan. Sampai di hotel saya langsung ke lantai 7 tempat berlangsungnya media gathering antara Bappenas, USAID, High Five, STBM, dan KJPS. Acara berlangsung sukses. Terbukti dengan tingginya minat para jurnalis untuk mengetahui lebih dalam tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Jam 5 acara baru selesai. Saya dan Ahmad Taufik kembali ke ruangan hotel. Saya sempatkan shalat Ashar di kamar hotel tempat Ahmad Taufik menginap. Saya tanya, “Bang Kiblat ke arah mana?” Dijawab, “Coba kau buka laci.” Terucap olehku, “Mak Jang, Kiblat pun dalam laci.” Kami tertawa, memang di dalam laci tersebut ada petunjuk ke arah kiblat. Setelah istirahat Ahmad Taufik mengajak ke Teladan mencari durian. Info tersebut ia dapatkan dari rekan seprofesi bernama Sahat. Waktu Ahmad Taufik menanyakan di mana tempat-tempat “nongkrong” di Medan. Kepala saya agak berputar sedikit. Mengingat kembali di mana tempat-tempat yang biasa ramai dikunjungi. Saya mengajak Ahmad Taufik untuk keluar hotel agar tidak terlalu malam. Apalagi paginya Ahmad Taufik harus “terbang” lagi ke Jakarta untuk mengisi sebuah acara.

Kami keluar hotel, lalu lintas sore hari sangat padat, orang pulang kerja. Sepeda motor, angkot, becak, taxi, mobil pribadi semua tumpah-ruah. Saya pikir jika harus ke Stadion Teladan naik becak bisa terjebak di jalan dan tidak dapat apa-apa. Akhirnya saya ajak bang Taufik ke Titi Gantung-stasiun kereta api, Lapangan Merdeka, menyusuri sepanjang Kesawan, melihat gedung Lonsum, Avros, rumah Tjong Ah Fie, kantor Analisa, Waspada, Berita Sore, SIB, dan sampai terus lurus ke Istana Maimun yang sungguh cantik di malam hari, split cannon (meriam buntung legenda putri hijau tidak bisa dilihat). Istana Maimun di malam hari dikunci, lalu setelah dari Maimun. Kami singgah sebentar di rumah makan Bukit Tinggi sebelahnya Perpustakaan Daerah Kota Medan. Dua gadis manis berkerudung melayani dengan ramah dan senyum manis. Saya makan secukupnya saja mengingat jalan-jalan dengan kaki masih akan berlanjut. Kemudian saya ajak bang Taufik ke Masjid Raya. Sepanjang jalan kamera handycamnya tidak berhenti merekam jejak perjalanan di Medan meski hanya dua hari. Tadinya kalau ada waktu sehari lagi mau saya bawa keliling ke Kampong Mandras, Kampong Kolam, Kampong Aur, Vihara Gunung Timur, Masjid Kuning, Museum, mencicipi rambutan Binjai, Duku Tembung, Dodol Tanjung Pura, soto udang, sate kerang, dan ke Berastagi kalau perlu.

Di Masjid Raya kami bertemu dengan Sahat (Koran Tempo biro Medan) dan Frans, Sinar Indonesia Baru (SIB). Pembicaraan semakin hangat terutama seputar Pilgubsu

15

Page 16: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

2013 dan kecenderungan media massa Medan yang tidak melakukan “isu tandingan.” Malah menjadi perpanjangan suara birokrat pemerintah Sumut. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Atas saran Sahat kami segera meluncur ke Jalan Pelajar Pejuang tempat jual durian Medan. Ramai sekali orang yang beli dan makan di tempat. Di tempat durian ini saya belajar ternyata tukang durian pun tak selamanya pandai memilih durian. Durian pertama yang kami cicipi agak mentah, kedua matang, lalu durian ketiga kecil dan rasanya supermaknyus. Kami memang sengaja tidak terlalu banyak makan durian, sekedar mencicipi saja.

Baru saja tadi pagi sampai sore kami membahas tentang sanitasi. Ketika saya permisi ke kamar mandi tempat kami makan durian. Sanitasinya sangat buruk untuk buang air kecil saja tidak tersedia air dan tidak ada pintu kamar mandi atau tirai penutup. Ahmad Taufik dan Sahat terlihat sangat akrab sekali, keduanya saling berbagi informasi. Hari semakin larut dan kami pun berpisah. Sahat kembali tugas, saya dan Ahmad Taufik kembali ke Karibia Hotel dengan menggunakan becak motor. Sampai di hotel, saya mengambil berkas yang tertinggal dan berpamitan dengan Ahmad Taufik. Pertemuan hari itu sungguh mengesankan. Salam saya dari SeruanSeruan Sanubari Sanubari. Terima kasih bang! [Setiadi R. Saleh]

Kisah

Masinis Hobi “Touring”Juli, Sang Penakluk “Naga Besi”

Jumat 22 Juni 2012. Matahari-mata hari ini berpendar kuat. Sinarnya menerobos kaca-kaca masjid yang retak menantikan pecah. Dinding-dinding masjid terasa hangat. Angin merambat lamat dan terasa hangat. Pohon-pohon di samping masjid berayun lentur. Air-air dari pelimpahan wudhu seakan kontur nada musik yang bergerak memanggil para malaikat untuk beribadah bersama-sama. Dan pada sisi yang lain, pelataran masjid mulai ramai dipenuhi kendaraan roda dua dan roda empat. Sandal, sepatu, selop berjajar rapi. Sesekali kendaraan umum melintas cepat di depan masjid. Dan debu-debu membumbung. Dan abu-abu melambung. Dan serpihan-serpihan kertas mengapung.

Azan Jumat belum berkumandang. Tamu-tamu Tuhan mulai datang. Shaf demi shaf, satu persatu terisi. Anak-anak seperti Jumat yang sudah-sudah selalu saja bikin ulah. Tertawa, berantam-bercanda dan menimbulkan suara gaduh berisik, sehingga lantunan ayat-ayat suci yang diputar dari kaset lawas terdengar seperti orang berbisik-bisik.

Jam digital yang ditempel di dinding masjid merujuk kepada jam 12.40. Gema azan Jumat bergemuruh. Hati terasa luluh setiap mendengar “Allah Akbar” Allah Maha Besar, mari mendirikan shalat dan raihlah kemenangan. Ceramah Jumat kadang diisi dengan provokasi yang tidak patut. Lucunya lagi, jika dari awal saya mendengar khatib kurang komunikatif dan inspiratif, saya pasti tertidur. Sebaliknya jika penceramahnya berilmu, mata saya terjaga senantiasa.

16

Page 17: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Shalat Jumat dimulai, shaf rapat dan kompak. Tidak sampai 10 menit. Shalat Jumat selesai. Kemudian setelah membaca takbir, tahmid, dan tahlil serta shalawat. Imam membaca doa. Setelah doa ditutup. Jamaah masjid saling bersalaman dan bergegas pulang. Saya menyempatkan diri untuk melipat sajadah dan menggulung karpet agar masjid bersih kembali. Jamaah masjid satu persatu mulai surut. DKM menghitung lembaran uang dalam kotak infak. Santri-santri Darus Shofa melanjutkan zikir dan pengajian, “La ilaha ilawlah al-malikul haqqul mubin.”

Jumpa Kawan Lama Setelah 17 Tahun

Medan Setelah 17 Tahun saya tinggalkan akhirnya berjumpa kembali dengan kawan lama. Tak salah lagi ia adalah Juli. Juli adalah pribadi yang berusaha menyenangkan hati semua orang. Pembawaan diri hepi dan humoris. Sedikit cuek dan memiliki prinsip. Kadang-kadang prinsipnya sulit ditembus dan dihancurkan. Jika A katanya, A yang dilakukan. Selain itu, Juli yang saya kenal, orangnya suka berpetualang. Berkemah, touring, dan tertarik dengan dunia supranatural. Khusus dunia supranatural, ia tertarik karena dulunya memang tidak pernah percaya pada dunia gituan.

Saya langsung menyapa Juli yang duduk pada shaf “sayap kanan.”“Jul.”“Woi kawan.”“Apa kabar?” tanya saya.“Kabar baik.” Kata Juli.Dalam tempo 15-20 menit. Kami langsung berbicara cepat tentang apa saja. Menanyakan profesi terkini, punya anak berapa, nama anak siapa dan usianya berapa tahun, kawan-kawan lama ada di mana dan sudah pada jadi apa mereka sekarang serta lain sebagainya. Seolah-olah waktu berhenti berlari. Kenangan masa remaja terbawa kembali.

Kami bersiap-siap pulang. Anak Juli yang bernama Fauzan 4 th tertidur lelap di pangkuan. “Anakku ini payah, kalau gak ada bapaknya, gak bisa tidur.” Kata Juli di sela-sela perpisahan untuk berjumpa lagi.

Masinis Nomor 1 dan Hobi Touring

Setelah sibuk dengan urusan pekerjaan. Sebulan kemudian seusai shalat Maghrib kami bertemu lagi. Saya sempat menanyakan kepada Juli, apa ada pekerjaan di Dinas Perkeretapian. Sebab, kedatangan saya ke Medan boleh dibilang tidak memiliki pekerjaan alias pengangguran. Sungguh pedih, di usia 36 tahun masih menganggur. Kendati demikian, saya selalu yakin dan tidak pernah ragu sedikitpun bahwa di saat-saat sempit dan lapang saya punya “ATM khusus” yang terhubung langsung kepada Semesta.

Pertemuan kali ini, saya sangat antusias dan ingin tau lebih banyak soal masinis dan kereta api di Medan. Juli adalah seorang masinis. Ia sudah 16 tahun menyetir kereta api. Mulai dari jarak pendek Medan-Binjai 1 jam, hingga jarak jauh Medan-Rantau Prapat 8 jam. Mulai dari kereta ekonomi hingga kereta eksekutif yang bergerbong 4. Mulai dari kereta Lelawangsa sampai kereta Lancang Kuning.

Juli sempat sekolah kereta api di Bandung. Di masa-masa sekolah. Saat liburan tiba Jumat-Sabtu-Minggu, setelah mencuci-jemur-gosok [setrika], begitu istilah Juli. Ia tidak sempat lagi pacaran atau menaksir gadis-gadis Priangan. Ia langsung “terbang” ke manapun yang ia suka, kemanapun ia punya teman. Kebetulan tiket kereta api gratis. Jadi bisa keliling pulau Jawa tanpa terbebani ongkos.

17

Page 18: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

“Masa-masa awal saat menempa diri. Harus bolak-balik ke bawah gerbong. Memeriksa mesin, skring, kabel, roda gigi serta bantalan kereta. Itu kalau gak tahan, badan sakit semua. Seorang masinis handal harus tau seluk-beluk mesin sampai ke akar-akarnya. Baru kemudian bisa dikatakan masinis.” Kenang Juli bersemangat sambil menyodorkan teh dingin dari botol.

Rumah pribadi Juli dan keluarga terletak di gang masjid. Ia sendiri beserta anak dan istrinya tinggal di rumah mertua di Jalan Bakti Luhur. Kebetulan jaraknya hanya sekitar 10 meter. Alasannya, karena ibu mertua Juli sudah berpulang ke haribaan Tuhan. Sementara bapak mertuanya tidak ada teman. Jadi biar anak-anak lebih dekat dengan kakeknya. Tambah lagi kebetulan wajah Fauzan 4 th, sama persis dengan wajah sang kakek, klop jadinya!

Lagi-lagi pembicaraan saya dan Juli, entah kemana suka. Sebentar cerita soal penyakit, tambah usia kadang-kadang ada yang terasa walau tidak terlalu dirasa, lalu mengenang masa remaja dulu, keluarga, kawan lama, ide bisnis sampai hobi touring. Saya dan Juli memiliki kesamaan hobi terutama seputar jalan-jalan.

“Tempat dan jalan yang belum pernah dilaluinya adalah kenangan indah. Kesasar itu indah. Jangan takut kemanapun, masih sama-sama menggunakan Bahasa Indonesia.” Prinsip saya tersebut saya sampaikan ke Juli. Ia mengangguk tanda setuju!

Di sela-sela kesibukan pekerjaannya sebagai masinis. Juli tercatat pula sebagai ketua dari komunitas paguyuban Honda SUMUT. Di dalam persaudaraan klub pencinta motor Honda Sumut terdapat sejumlah club motor seperti: TIMEC, HTMC, HTCS, T2TC,

PSTC, RERICA, TAC, CCM, VANATIC, HMPC, CREN, NMC, HVC, HTCM, HRC, HCC ONE, HCBC. Sudah pasti namanya club motor bukanlah geng motor. Kadang-kadang jika ada undangan. Juli dan kawan-kawan tampil memeragakan freestyler sepeda motor. Dari yang membentuk piramida orang hingga mengendarai kereta [sebutan orang Medan untuk motor] lepas tangan atau atraksi berpusing-pusing mengeluarkan asap. Khusus yang ini Juli sudah pernah diliput oleh media seperti dari Harian Analisa Medan dan Majalah Probikers.

Sekalipun memiliki hobi touring. Juli memiliki tekad untuk menjadi masinis nomor 1. Bisa menyetir semua jenis kereta api. “Secara prinsip mudah saja yang penting kebiasaan aja.” Ujar Juli meyakinkan.

“Memang harus jadi nomor 1. Nomor 2 tidak pernah diingat orang.” Sambut saya sambil tertawa menguatkan keyakinan Juli.

Percaya Dunia Lain

Malam itu, Juli sedang menyupir kereta api Kinantan jurusan Medan-Rt. Prapat. Kereta api meluncur seperti “naga besi” yang berlari cepat di bantalan rel. Juli fokus mengawasi jalan. Dari kaca jendela depan tampak jelas jalan-jalan terbentang sunyi. Rumah-rumah penduduk terlewati. Palang-palang kereta tertutup rapi. Pohon-pohon sawit, pohon rambung [karet], kelapa dan pisang bagaikan bangunan-bangunan hitam tanpa penerangan. Sorot lampu berkekuatan 100 watt merk GE yang terpancar dari kepala lokomotif terus menemani.

“Naga besi” seakan menjadi raja yang mencari lawan tanding. Angin malam menyusup di antara ruang kemudi. Teman sesama masinis sedang tertidur untuk rehat sejenak. Saat-saat menyetir kereta api. Juli selalu berzikir dan membaca ayat-ayat Tuhan. Karena ia sadar hanya itulah benteng serta senjata untuk menemaninya mengemudikan “naga besi.” Apalagi saat-saat malam hari, di mana sepi dan sunyi menjadi nyanyian hati.

18

Page 19: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Senior Juli sudah menasihati, jika melewati tempat-tempat tertentu yang dianggap “rawan” sebaiknya hidupkan dan bunyikan klakson sebagai tanda permisi. Juli tak percaya hal tersebut. Sampai akhirnya, pada suatu malam. Ia lupa tepatnya tanggal berapa, “Kejadiannya pas aku bawa Kinantan, jurusan Medan-Rt. Prapat, 4 gerbong. Jarak tempuhnya jauh, lari keretanya pun cepat. Daerahnya sebelum Kisaran. Belum sampai Sei Bejangkar. Sebelumnya sudah dibilangi senior. Kau kalau lewat tempat situ kasih klakson. Kuanggap mitos aja. Tempatnya sawit-sawit. Entah macam mana. Aku dengar dari pintu kabin ada yang masuk dan berdiri di samping aku. Kawanku lagi tidur, istirahat. Wajahnya, gak berani aku lihat. Udah merinding semua. Kuliat pakaiannya batik. Gak bisa ngomong aku. Baca doa pun tak bisa. Keluar gitu aja dari mulutku ngomong bahasa Jawa. Kira-kira kalau diartikan, maaf mbah tadi gak permisi, gak hidupin klakson, lupa mbah. Dengar aku dia jawab hmm. Habis itu dia jalan di depan kereta. Coba kau pikir, kalau manusia tak mungkin bisa jalan secepat itu.”

Saat Juli menceritakan hal ini. Tiba-tiba saya merinding. Juli pun merinding. Ada suasana serta aura yang lain. Juli melanjutkan cerita, “Makanya kalau malam gak usahlah cerita-cerita gitu pasti terikut. Kalau bawa kereta sebaiknya jangan emosi. Kalau ada kesal atau apalah, sebelum berangkat selesaikan dulu.”“Setelah kejadian itu gimana?” Tanya saya penasaran dengan cerita Juli.“Lewat situ lagi aku pasti klakson. Ada lagi tempat-tempat lain seperti di Tebing [Kota Tebing Tinggi-red]. Aku gak mengalami apa-apa. Tapi, kalau gak klakson. Ada saja masalah, lepas coknya, jatuh sekringnya, mau dia [makhluk halus-red] ganggu kita. Kereta api bisa-bisa rusak. Aku kadang dengar ada yang tertawa ngikik nyaring atau suara-suara seperti tawon. Mau dibilang gak percaya, aku mengalaminya sendiri. Kalau aku cerita sama orang mungkin dianggapnya halusinasi atau ilusi. Padahal jelas-jelas nyata. Pernah juga di daerah sekitar Tebing juga kalau gak salah. Ada dua bukit. Rel kereta apinya di tengah-tengah. Ada perempuan jalan, tembus dari satu bukit ke bukit yang satunya. Coba kau pikir itu, kalau orang gak mungkinlah. Yang jelas itu bukan manusia. Biar bagaimanapun. Dunia malam itu milik mereka.” Kata Juli seolah tak ingin melupakan detail kejadian tersebut.

Harapan Bersemi Kembali

Liburan adalah saat yang dinanti-nanti. Kali ini Juli bersama keluarganya memilih liburan ke Denpasar Bali. Tiga bulan sebelumnya, ia sudah membeli buku kecil, Traveling to Bali, panduan menuju Bali serta tempat-tempat belanja yang murah. Bukan hanya ke Bali. Ia juga ke Kota Bandung. Bandung menurutnya tidak seindah dulu. Hawanya panas, kotanya semwrawut, dan macet di mana-mana.

“Aku suka jalan kaki. Orang bule suka jalan, banyak yang bisa diliat.”

Sepulangnya dari berlibur bersama keluarga, seminggu kemudian Juli terbang lagi ke Surabaya menghadiri undangan IMI pusat.

Di sela-sela akhir pertemuan. Kami memperbincangkan proyek ambisius Kuala Namu dan jalur kereta api. Di Kota Medan saat ini sedang dibangun jalur rel baru dari Stasiun

19

Page 20: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Besar Kota Medan-Menuju Kuala Namu sepanjang 4,8 km. Nantinya penumpang kereta bisa langsung check-in dari stasiun. Kemudian sesampai di Bandara, bisa langsung naik pesawat tanpa harus check-in di bandara. Perkeretapian Kota Medan menjadi pilot project bagi provinsi yang lain.

Harapan Juli sebagai seorang masinis sebagaimana harapan 4 juta warga Medan adalah ingin melihat Kota Medan lebih baik, bersih aman, rimbun, berbasis teknologi dan terpeliharanya persaudaraan antar etnis. Apalagi saat ini Kota Medan sedang disorot berkaitan percepatan pembangunan Bandara Baru Kuala Namu.

Kini di tengah kesibukannya sebagai masinis, mengurusi club motor, dan menjadi kepala keluarga. Juli sedang mempersiapkan diri ke jenjang lebih tinggi. Ia mulai rajin belajar Bahasa Inggris supaya bisa sekolah lagi, “minimal jika tidak bisa ke Korea, ke Madiun cukuplah untuk menimba pengalaman baru.” Kata Juli mantap dan yakin! [Teddy Teduh]

Nelayan

Potret Kehidupan Nelayan dalam Musik Roncah GroupWak Uteh, Ikon Musik Melayu Pesisir

Di Sumatera Utara, tepatnya di Tanjung Balai [Tanjung Bale] terdapat manusia jenius di bidang musik Melayu Pesisir dialah Wak Uteh. Pada mulanya, Wak Uteh bukan nama orang melainkan nama sebuah judul lagu yang dinyanyikan oleh Djalaut Hutabarat. Djalaut Hutabarat adalah leader-pemimpin dari Roncah Group Musik Tanjung Balai yang beranggotakan: Tok Laut, Syafii Panjaitan, Azlina, Azum, Darwin Sitinjak, Atoen Soraya, Ika, Sima, Rita, Ratna Hasibuan, Syawal DM.

Pada masa-masa merintis karier sebagai musisi sungguh tidak mudah. Tekad kuat tak tergoyahkan sampai masa tak berhinggalah yang membuat Wak Uteh menjadi terkenal. Sejak lagu Wak Uteh ngetop, Djalaut Hutabarat mengganti namanya menjadi Wak Uteh. Masyarakat pun lebih mengenal nama Wak Uteh ketimbang nama Djalaut atau nama group musik Roncah.

Pesona lagu-lagu Wak Uteh ibarat “sihir” pemuas rindu atas memupusnya lagu-lagu Melayu Pesisir. Sebab, di Sumatera Utara masyarakat Mandailing, Batak dan Karo progressif sekali memproduksi lagu pop daerah. Tidak heran kalau lagu-lagu mereka laris sampai ke pelosok. Dinyanyikan saat pesta-pesta pernikahan dan acara perhelatan budaya. Sementara lagu Melayu tidak berkembang dan umumnya yang lama-lama saja. Lambat-laun kuping orang Melayu lebih akrab dengan lagu Mandailing, Karo dan lagu Batak daripada lagu Melayu. Hal inilah yang mendorong Wak Uteh merasa “terpanggil” untuk menciptakan lagu Melayu. Sekalipun berirama Melayu, musik Wak Uteh sedikit berbeda dengan musik Melayu pada umumnya. Perbedaannya terutama pada rentak-nada irama [beat]. Irama Melayu daratan [jika istilah ini tepat] lebih sendu-mendayu-pelan. Lagu Wak Uteh riang gembira. Dan sebagaimana ciri khas lagu Melayu, pantun adalah “bahan” utama untuk membuat komposisi lirik dan lagu. Di rumah, di angkutan

20

Page 21: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

umum , lapo [kedai-kede] sering diputar lagu Wak Uteh. Lagu-lagu Wak Uteh bergaung sampai ke negeri jiran Malaysia.

Video klip lagu-lagu Wak Uteh sebagian besar menyorot latar kehidupan masyarakat Tanjung Balai yang mayoritasnya nelayan. Kita barangkali tau, nasib nelayan tidak beda jauh dengan petani. Nelayan mengandalkan ikan laut sebagai impian, dan petani bersandar kepada tanah dan benih sebagai harapan. Perhatikan apa yang terjadi, keduanya “lunglai layu seperti tak tersirami” dibelit kemiskinan. Katanya Indonesia

negara kaya agraris dan dilingkupi oleh ribuan pulau. Berhentilah untuk mengagung-agungkan negeri sendiri. Sebab, kenyataan dan kebenaran itu pahit! Lebih baik katakan yang sebenarnya dan mulailah menggalang hati untuk menolong serta

bersumbangsih kepada sesama. Kendati nelayan hidup miskin, mereka masih riang-berjoged dan bernyanyi.

Lirik dan Lagu Wak Uteh Cermin Kehidupan Sehari-hariLagu-lagu Wak Uteh adalah potret keseharian manusia dengan segala problematikanya. Dalam setiap video klipnya Wak Uteh “memasukkan” pemandangan suasana dan situasi di Tanjung Balai seperti sampan-sampan kecil yang setiap detik merengkuh gelombang, mengendalikan dayung bertarung melawan angin, kemudian dermaga dan titi kecil berbahan papan, pantai tanpa nyiur, burung-burung menepis buih, anak-anak bermain-main di air kotor, gadis-gadis Tanjung Balai, dan nelayan memukat ikan.

Lagu-lagu Wak Uteh pun selalu mengikuti perkembangan situasi politik-ekonomi sosial. Misalkan lagu yang berjudul “Ikan Asin.” Pada lagu ini bercerita tentang kondisi sebelum Soesilo Bambang Yudhoyono [SBY] terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia dan para caleg yang banyak kali [sekali] janjinya sebelum terpilih. Dalam lagu “Ikan Asin” tercermin harapan agar pemerintah jangan jadi diktator dan hukum mati saja para koruptor. Lirik lengkapnya sebagai berikut:

Ikan Asinikan asin tahu tempe hari hari ho...daun ubi sayur kangkung hari hari ho2 xpokak-pokak talingo bodoh-bodoh mambodoh jadinyo 2 x

jangan waktu kampanye saja bapak buat janji-janji indahtapi setelah bapak duduk, ngantuk-ngantuk-ngantuk

Lagu-lagu Wak Uteh lainnya menceritakan kisah nelayan yang tidak peduli saat badan meriang, cari uang tetap saja kurang. Pulang ke rumah, istri mrepet panjang-panjang [marah-marah]. Kadang jika dapat uang lebih sikit [sedikit], tidak peduli rumah ondak [hendak] runtuh yang penting gule lomak [makan enak]. Lalu ada kisah seorang anak yang baru berusia 16 tahun sudah dikawinkan. Ia tidak kenal sepatu apalagi minum susu. Kemudian dalam lagu yang berjudul “Bingung” Wak Uteh bercerita:

Dunia ini tabalek-balek, natuo-tua bacewek-cewek, omak-omak basolek, na mudo-mudo tagolek-golek. Baru duduk kelas lima SD , bapacaran sudah pande-pande, matematika dia tak tau, nulis surat cinta dia nomor satu. Bingung-bingung mari kito bingung, linglung-linglung banyak orang linglung.

21

Page 22: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Syair dan lirik dalam lagu-lagu Wak Uteh, lugas, tegas, bernas. Tidak menggunakan bahasa-bahasa kiasan. Benar-benar menggambarkan keadaan sesungguhnya. Selain itu, ada satu lagu yang berjudul “Tutur Melayu.” Pada lagu ini diceritakan bagaimana seharusnya orang Melayu dalam bertutur, memanggil kepada yang lebih tua dan lebih muda.

Mungkin kita tidak akan menyangka kalau Wak Uteh adalah orang Batak, bukan orang Melayu tulen. Nama aslinya Djalaut Agustinus Hutabarat. Kecintaannya terhadap budaya Melayu yang membuat Wak Uteh dapat menyerap “ruh” semangat budaya Melayu Pesisir yang jenaka dan sangat menghibur. Musik Wak Uteh dan Roncah Group telah menembus relung-relung batas wilayah diri dan identitas budaya bangsa dan kedaerahan, lebih mencair dan majemuk, siapa pun dipastikan senang dengan lagu wak Uteh.

Kesederhanaan Membawa PeruntunganKalau kita lihat video klip lagu-lagu Wak Uteh, sungguh jauh dari kesan profesional. Teknik pengambilan gambar videonya amatir, wajah-wajahnya artisnya minor minim make-up, storyboard seadanya, pencahayaan latar gambar kurang, gambar kadang bergoyang-shake, dan finishing editingnya pun asal-asalan [Kalau bisa dikatakan demikian]. Gambar-gambarnya lebih bersifat tempelan, sambungan dari berbagai gambar-gambar. Soal kualitas suara Wak Uteh dan Roncah group, jangan ditanya mereka jagonya, khas sekali dan enak didengar. Kendati video klipnya sederhana, ajaibnya banyak pula yang suka dan tertawa melihat video klip Wak Uteh. Sungguh kesederhanaan telah membawa peruntungan.

Produser lagu-lagu Wak Uteh adalah Wak Uteh sendiri alias Djalaut Hutabarat. Disebarkan melalui CV Wak Uteh Group. Sebagian, rekaman dilakukan di Vandawa Studio Record, Roncah Group Tanjung Balai dengan izin industri No. SIO 47247/pm/UPPTSP/II/2009, anggota ASPRINDO: 146/ASPRINDO/2009. Sebuah produser dari Jakarta sudah pernah memintanya untuk rekaman di Jakarta. Wak Uteh menolak dengan alasan bahwa yang sekarang ia lakukan telah membangkitkan karakter kuat dari seni rakyat Melayu Pesisir. Karena itu, semua dikerjakan sendiri dan secara tidak langsung telah menciptakan lapangan kerja. Mengapa semua harus ke Jakarta?

Sebagian masyarakat mungkin belum pernah melihat aksi panggung Wak Uteh. Sebab, stasiun-stasiun tv lokal Jakarta seperti TV7, TransTV, SCTV, RCTI, MetroTV, tvOne, MNCTV tidak menyiarkan dan meliput aksi panggung Wak Uteh. Mungkin masih menganggap karya Wak Uteh hanya sebuah karya musik lokal [daerah] Sumatera Utara. Padahal, Wak Uteh sudah dikenal luas. Di sinilah kita dapat memetik pelajaran bahwa apa yang tidak diliput oleh tv-tv lokal Jakarta bukan berarti tidak penting, begitu pula sebaliknya. Karena itu, idealnya istilah lokal-nasional, pusat-daerah, Jawa-Luar Pulau Jawa, sebetulnya istilah-istilah tersebut tidak perlu lagi dipertegas oleh media massa. Tidak ada lagi itu, mari robohkan dinding-dinding, sekat-sekat, istilah tersebut hanya ilusi.

Penggemar Wak Uteh, selalu menantikan lagu-lagu dari album terbaru Wak Uteh. DVD, VCD, MP3, MP4 yang asli dan bajakan, hasil unduhan semuanya laris. Jadwal panggung yang padat membuat Wak Uteh seperti selebritis. Tanpa harus diliput oleh infotaiment dan sejenisnya. Wak Uteh dan Roncah Group sudah mendunia. Mendunia karena telah menjadi ikon musik Melayu Pesisir, khususnya di Indonesia. Sampai sekarang Wak Uteh dan Roncah Group bisa eksis di zaman modern adalah suatu kerja keras yang berbuah manis. Dalam sebuah lagunya Wak Uteh berpesan kepada pemerintah, “wahai bapak presiden tolong hapuskan KKN, hidup rakyat akan paten kalau diurus telaten.” Sudah selaiknya kita berterima kasih kepada Wak Uteh yang mengingatkan kita semua agar kembali belajar bertutur dalam Melayu. Adat Melayu sangat indahnya, dalam menyapa punya etika dan berbudaya. Adat melayu sangat kayanya, dalam bertutur sudah diatur

22

Page 23: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

oleh leluhur. Lestarilah budaya Melayu sepanjang waktu, sampai masa yang tak terhingga. Setiadi R. Saleh

Ruang

Anggaran Sanitasi Rp. 42,3 Triliun/TahunMasyarakat Mandiri Sanitasi Tanpa Subsidi

“Media Gathering untuk Pengarusutamaan STBM dalam Karya Jurnalistik dan Bedah Kasus Hasil Rilis Media Terkait Sanitasi dan Higiene di Kota Medan” merupakan isu penting yang tidak boleh diabaikan. Acara berlangsung di Karibia Butik Hotel lt. 7, Jalan Timor Blok J No. 1 (Kamis, 13/12/2012). Hadir sebagai narasumber Ahmad Taufik (Koran Tempo Jakarta), Asep Mulyana (High Five), Catur Adi Nugroho (STBM Kemenkes), Maraita Listyasari (Bappenas-Ketua Harian Pokja AMPL Nasional) dan USAID, dihadiri puluhan jurnalis Kota Medan seperti Seruan Sanubari, Kompas.com, Harian Analisa, Medan Magazine, Medan Bisnis, Starmedia Medan, Jurnal Asia, BeritaSore, Medan Pijar, KJPS (Komunitas Jurnalis Peduli Sanitasi) yang sebelumnya terbentuk pada Oktober 2012 lalu.

Tujuan diadakannya media gathering untuk meningkatkan pemahaman anggota KJPS tentang STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat); mengarusutamakan STBM dalam liputan media; Membangun pemahaman peran media sebagai alat advokasi pencapaian tujuan strategi nasional tentang STBM. Diharapkan dari hasil pertemuan media gahtering terciptanya partisipan yang mampu mengarusutamakan STBM dalam membuat karya jurnalistik tentang STBM di Kota Medan; dan Kesepakatan bersama mengadvokasi STBM di Kota Medan.

Acara ini dipandu oleh Asep M. Mulyana (Advocacy & PPP Specialist High Five Jkt). Maraita Listyasari (Bappenas-Ketua Harian Pokja AMPL Nasional) terlebih dahulu menyampaikan materi presentasi ihwal 1001 perkara sanitasi di Indonesia. Maraita biasa disapa Ita sangat menguasai bidang persoalan lingkungan sehingga peserta pelan-pelan mulai memahami apa sebenarnya sanitasi dan mengapa begitu penting? Apalagi saat presentasi dilengkapi dengan gambar-gambar yang menarik perhatian dan dapat membuat orang merasa “jorok dan jijik” seperti gambar orang BABS (buang air besar sembarangan), lumpur tinja dibuang ke sungai, sungai penuh sampah, sumur tercemar septic tank, TPS belum memadai, gunungan sampah bertumpuk di tepi jalan, genangan tai di sungai.

Ita menyebutkan, “dampak kronis yang ditimbulkan dari kerusakan sanitasi meningkatnya biaya produksi

air minum sekitar Rp 9.17/meter kubik. Tidak cukup sampai di situ 70% air tanah tercemar, 75% air sungai tercemar, ratusan ribu anak mati diare, puluhan ribu ton tinja per hari, milyaran rupiah ongkos produksi air naik per tahun, kerugian ekonomi yang terkait sanitasi

yang buruk diperkirakan sekitar Rp. 42,3 triliun/tahun atau 2% dari GDP. Jika

23

Page 24: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

sanitasinya baik meningkatkan waktu produktif masyarakat sekitar 34% - 79%, mengurangi biaya kesehatan 6% - 19% dan mengurangi biaya pengobatan sekitar 2% - 5%.”

Presentasi dilanjutkan oleh Catur dari Kemenkes mengulas tentang STBM sudah ada sejak Dr. dr. Siti Fadilah Supari menjabat sebagai menteri kesehatan dan mengeluarkan surat putusan SK 852/Menkes/SK/IX/2008. Program ini masih diteruskan sampai sekarang. STBM sendiri merupakan suatu strategi dengan 5 pilar yang meliputi lima aspek penting yaitu: (1). Terbebas dari buang air besar sembarangan; (2). Cuci tangan pakai sabun; (3). Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga (4). Pengelolaan sampah rumah tangga; (5). Pengelolaan limbah rumah tangga.

Gaya presentasi Catur yang energik membuat suasana menjadi cair. Catur juga menceritakan, ia bersama tim pernah suatu kali dalam kunjungan STBM menemukan jamban yang berisi dua lubang untuk BAB. Lubang tersebut satu diperuntukkan untuk orangtua yang satunya untuk anak. Kontan saja peserta gathering mendengarnya tertawa. Dalam kasus lain, Catur bercerita, “seringkali orang takut kepada harimau daripada kepada lalat. Faktanya, berapa banyak orang yang tewas dimangsa harimau dan berapa orang yang meninggal karena lalat yang menyembabkan timbulnya sejumlah penyakit seperti terserang diare, gangguan kulit dan lain sebagainya. STBM memicu masyarakat agar mandiri sanitasi tanpa subsidi dan faktanya itu bisa!”

Sesi tanya jawab berlangsung antusias, hampir semua jurnalis bertanya kepada narasumber begitupun sebaliknya narasumber bersemangat menjawab setiap pertanyaan. Sehingga Asep M. Mulyana harus memilih dan membatasi pertanyaan demi pertanyaan.

Di sela-sela rehat makan siang SeruanSeruan Sanubari Sanubari menemui ketua Harian Pokja AMPL Nasional agar dapat mengirimkan email makalah presentasi sebagai bahan referensi. Sementara itu sejumlah jurnalis mewancarai Catur (Kemenkes). Setelah rehat makan siang. Diskusi dilanjutkan oleh Ahmad Taufik (Koran Tempo) yang memaparkan agenda setting media seputar STBM. Ahmad Taufik dalam presentasinya mengutip Norton Long (1958) mengatakan, “Semua harus dimulai dari daerah. Dalam beberapa hal, suratkabar/media massa adalah penggerak utama dalam menentukan agenda daerah. Surat kabar memiliki andil besar dalam menentukan apa yang akan dibahas oleh sebagian besar orang, apa pendapat sebagian orang tentang fakta yang ada, dan apa yang dianggap sebagian besar orang sebagai cara untuk menangani masalah.” Ahmad Taufik menambahkan, “Agar dapat menonjol, maka isu-isu tersebut harus dikemas dan dibingkai untuk menarik sisi manusiawi dan atau/menimbulkan empati publik yang pada akhirnya akan mendorong pembentukan opini publik.”

Sekalipun Ahmad Taufik jurnalis senior. Ia tidak menunjukkan senioritasnya. Presentasinya santun, tenang, dan sangat menguasai medan persoalan. Di depan rekan-rekan jurnalis Medan. Ia sempat mengutip pepatah lama, “Tidak ingin menggarami laut. Tidak ingin menggurui rekan-rekan jurnalis.” Hal inilah yang membuat peserta merasa nyaman sehingga diskusi berjalan aktif. Apalagi ketika pembagian kelompok dikusi yang mengharuskan setiap kelompok “membedah” kliping koran terbitan Medan berisikan artikel tentang sanitasi. Kelompok diskusi diminta untuk berpikir dan mempresentasikan, tema apalagi yang bisa diangkat media tentang sanitasi dan mengapa pemberitaan sanitasi minim. Tersebut di antaranya: 1. Kekurangan narasumber; 2. Perlunya teknologi sanitasi; 3. Pemangku kepentingan masih belum maksimal mendukung STBM; space ruang redaksi media terbatas. Karena itu, Ahmad Taufik meminta sedikit tambahan penjelasan kepada Ita, “apa dan bagaimana monitoring Bappenas terhadap media.”

24

Page 25: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Ahmad Taufik sempat tertawa geli melihat dua tulisan yang sama di dua media yang berbeda (Analisa dan Sumut Pos). Perbedaannya terletak hanya pada judul dan paragraf pertama saja. Selebihnya dari mulai paragraf kedua sampai akhir tulisan serupa semuanya. “Kloning berita” telah terjadi, siapa meng-copy siapa. Ahmad Taufik menganjurkan agar tidak mengulangi hal yang sama dan cobalah menggunakan bahasa sendiri bukan plagiasi. Ia juga menambahkan agar KJPS segera memiliki situs website sebagai wadah untuk mengangkat tema-tema sanitasi.

Menjelang akhir diskusi Ahmad Taufik berpesan, “Jurnalis adalah the messenger-kurir pembawa pesan perubahan yang dapat memfokuskan isu dan media massa dapat memaksakan perhatian pada isu-isu tertentu. Media massa membangun citra publik tentang figur-figur politik. Media massa secara konstan menunjukan apa yang hendaknya dipertimbangkan diketahui dan dirasakan individu-individu dalam masyarakat. Jurnalis d bisa mengangkat tema sanitasi menjadi isu penting, pemberitaan negatif tentang sanitasi dapat menjadi pemberitaan positif. Jurnalis juga perlu memberi solusi kepada masyarakat demi terciptanya STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.”

Dan sesi terakhir acara ditutup dengan pesan singkat dari ketua KJPS Medan dilanjutkan sesi foto bersama dengan narasumber dan seluruh peserta acara. Tepuk tangan menggema di ruangan. Media gathering untuk pengarusutamaan STBM dalam karya jurnalistik berlangsung sukses! [Setiadi R. Saleh]

Transportasi

Malam Hari Medan “Minim” Angkot100 Jalur Angkot di Kota Medan

Penduduk Kota Medan berdasarkan keterangan Kadisduk Capil saat ini berjumlah 2.949.830 jiwa (Waspada, 30/8/2012). Sedangkan luas geografis Kota Medan 265,10km persegi. Lebih dari 100 jalur trayek angkot dari dan ke pelbagai tujuan dengan terminal induk Pinang Baris dan Amplas. Terminal bayangan (terminal pengumpan-feeder) antara lain di Tembung, Helvetia, Mandala, Medan Mall, Aksara, Cemara, Helvetia, Perumnas Mandala, Cemara, Pancing, Lubuk Pakam, Marelan, Pulo Brayan, Belawan, Deli Serdang, Tanjung Morawa, Deli Tua dan teramat banyak lagi yang dapat disebutkan.

Saat pagi sampai menjelang sore angkot berserak (bertebaran-red) jalan-jalan di kota semua penuh dengan angkot. Selain angkot tentu becak motor pun sangat banyak di Kota Medan. Parahnya, meski Medan termasuk kota besar, ketersediaan angkotnya susah di malam hari. Jam 9 malam sudah jarang sekali bahkan tidak ada sama sekali.

Seakan-akan Kota Medan tidak punya kehidupan malam. Contoh di dekat kantor Seruan Sanubari terdapat Jalan Asrama berstatus Jalan Nasional, sehari-harinya setiap pagi sampai sore Jalan Asrama sangat padat dilalui kendaraan roda dua (motor=kereta, roda tiga, becak barang-becak motor-becak dayung), roda empat (mobil pribadi-angkot), roda 24 (truk tronton kontainer-truk barang-truk tangki pertamina), sepeda dan pejalan kaki.

Ketika jam 8 malam sudah tidak ada angkot. Mereka yang tinggal di Jalan Setia Luhur (Pasar 1), Bakti

Luhur (Pasar 2), Amal Luhur (Pasar 3) dan Budi Luhur (Pasar 4) terutama yang ke arah Jalan Asrama akan sangat kesulitan karena angkot sudah jarang bahkan tidak ada.

25

Page 26: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Sedangkan mereka yang tinggal di Pasar 1,2,3,4 (Pasar adalah jalan-bahasa Medan-red) ke arah Kapten Muslim masih ada angkot, becak dayung-becak motor, dan suasana pun ramai mengingat ada Plaza Millenium-counter penjualan HP di Medan-galeri ATM, RS. Sari Mutiara, SPBU, Indomaret, Pul Taxi Blue Bird, Apotik 24 jam, bona panggang serta jajanan nikmat dan halal seperti bakso, durian, martabak Aceh, mie Aceh, sate Padang, rambutan.

Hal lain dapat kita jumpai pada siang hari yang angkotnya juga jarang padahal sewanya (muatan) banyak. Saat Seruan Sanubari mengunjungi Kampong Kolam November 2012. Angkot bernomor 05 jurusan Olimpia-Tembung-Aksara-Kampong Kolam pada jam-jam anak pergi-pulang sekolah penuh berjubel. Pemandangan anak sekolah bergantung di pintu dalam keadaan angkot melajut cepat adalah pemandangan sehari-hari (tampak pada gambar-red). Angkot 05 melewati komplek Mutiara Biru, Komplek Permata, Perhubungan Indah, dan sejumlah perumahan lainnya yang berlokasi di Kampong Kolam Percut Sei Tuan. Di Kampong Kolam jam 6 sore angkot sudah tidak ada.

Ada satu hal menggelikan seputar tarif angkot di Medan, sejauh-jauhnya perjalanan ongkosnya Rp. 5.000. Misalkan angkot bernomor 65 Tembung-Pinang Baris. Perjalanan yang ditempuh dengan lama waktu 1 jam ini sebenarnya sangat jauh. Lalu perjalanan jarak dekat, misalkan ke suatu persimpangan (prapatan). Jika dirasa persimpangan itu dekat, maka kita bayarnya Rp. 1000,- oleh supir angkot diterima. Ketika bayarnya dengan uang Rp. 2000,- supir pun menerima, tidak memberikan uang kembalian. Artinya ongkosnya Rp. 1000 atau 2000, bukannya penumpangnya pelit melainkan yang benar yang mana. Tetapi tentu saja tidak semua supir angkot demikian.

Di Kota Medan angkot terdiri dari: Desa Maju, Mars, Mitra Transport, Povri, KPUM, dan banyak lagi. Jadi, kalau kita hendak bepergian naik angkot lihat warna angkot, nomor angkot (bukan nomor plat), lalu jenisnya apakah Desa Maju, KPUM atau apa. Hal ini untuk mempermudah supaya sampai di tujuan dan bisa ditanyakan langsung kepada supir. Sekalipun nomornya sama, bisa jadi jurusannya berbeda. Kami mengumpulkan data dari berbagai sumber. Berikut ini adalah 100 nomor jurusan angkot yang sangat berguna bagi publik di antaranya:

1. CV. Desa Maju45, Rute: Letda Sujono / Batas Kota – Jln. Gaperta . PP

2. PT. Mars13, Rute: P. Mandala / Batas Kota – Tj. Gusta Sukadono. PP60, Rute: Aksara- Hayam Wuruk- Pd. Bulan- Pasar I65, Rute: Tembung / Batas Kota – Bagan Deli / Belawan. PP70, Rute: P. Mandala / Batas Kota – T. P Baris. PP71, Rute: Tj. Gusta – Tembung / Batas Kota. PP45, Rute: B. Katamso / Batas Kota – Pasar V / Batas Kota. PP128, Rute: Jln. Letda Sujono / Batas Kota-Belawan/Gabion. PP129, Rute: Jln. B. Katamso / Bts Kota – Belawan / Gabion. PP130, Rute: Tj. Selamat / Bts Kota – Belawan / Gabion. PP131, Rute: Jln. Jamin Ginting / Bts Kota – Gabion. PP133, Rute: Tj. Selamat / Bts Kota – P. Pasar / Bts Kota. PP

3.CV. Mitra Transport141, Rute: Pancur Batu / Bts Kota – P. Mandala / Bts Kota. PP142, Rute: Pancur Batu / Bts Kota – Gabion Belawan. PP143, Rute: Tembung Psr X / Bts Kota – Tj. Anom / Bts Kota. PP144, Rute: Desa Martoba / Desa Kelambir V / Bts Kota. PP

26

Page 27: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

145, Rute: Tj. Anom / Bts Kota – Tembung Psr X/Bts Kota. PP146, Rute: Rsu. Adam Malik – Hamparan Perak / Bts Kota. PPP26, Rute: amplas – pd.bulan – pinang baris03, Rute: simpang Pos – Simpang Melati

4. PT. Nasional Medan TransportK 04, Rute: P. Simalingkar – Sp. Bw / Bts Kota. PP.25, Rute: Tj. Selamat / Bts Kota – Veteran / P Psr . PPM27/31, Rute: T. Morawa / Bts Kota – Tj. Selamat / Bts Kota. PPM 28, Rute: P Iii Simalingkar – Jl. R. Saleh – Veteran / P Psr. PPM 29, Rute: Sp. Selayang – Letda Sujono / Bts Kota. PP

5. PT. Povri04. Rute: Perum Indah / Eka Rasmi – Ikip Baru/Bts Kota. PP05, Rute: Deli Tua / Bts Kota – Veteran / P. Psr . PP15, Rute: Titi Kuning / Bts Kota – Tembung/Bts Kota. PP23, Rute: P. Simlingkar B – Kapt.M.Jamil Lbs/Bts Kota. PP25, Rute: T. Amplas – Jl. Sm. Raja – Tembung / Bts Kota. PP

6. CV. Hikma (warna putih)26, Rute: Desa Terjun / Bts Kota – T. Amplas. PP62, Rute: T. Amplas – Desa Terjun / Bts Kota. PP63, Rute: T. Belawan – P. Batu / Bts Kota. PP

7. CV. Kobun03, Rute: Sp. Tuntungan / Bts Kota – Jl. Veteran / P. Psr. PP07, Rute: Tembung / Bts Kota – Veteran / P. Psr. PP62, Rute: Tuntungan / Bts Kota . T. Amplas. PP63, Rute; Kedai Durian / Bts Kota – T. P Baris. PP

8. PT. Rahayu Medan Ceria41. Tembung / Bts Kota – Rsu. Adam Malik. PP42. RSU.A.Malik – Komp.IKIP/M.Estate/Bts Kota. PP43. P. Simalingkar / Bts Kota – P. Mandala / Bts Kota. PP54. Desa Simalingkar/Bts Kota-Komp.IKIP/M.Estate PP58. Tj. Anom / Bts Kota – Tembung / Bts Kota. PP103. Ikip / Medan Estate – Pancur Batu – PP104. Pd. Bulan- Pringgan- Aksara- UNIMED-PP105. Terminal Amplas – Marelan – Pancing – Aksara – Komplek Uka Terjun – PP106. Terminal Amplas – Perumnas Mandala – PP107. Pancur Batu – Perumnas Mandala – PP120. T. Pinang Baris – Setia Budi- USU- Pd. Bulan – Titi Kuning- Amplas- PP125. Medan Amplas- Martubung- Medan Labuhan

9. CV. Laju Deli Sejahtera01.Desa Martoba/Bts Kota – T. Belawan. PP02.Tembung / Pasar X Batas Kota – T. P Baris. PP04. P. Batu / Bts Kota – Tembung Psr X / Bts Kota. PP

10. CV. Medan Bus11. T. Morawa / Bts Kota – Belawan – Gabion. PP36. Jl. Karya Wisat – Tembung / Bts Kota. PP45. T. P Baris – Tembung / Bts Kota . PP47. T. P Baris – P. Mandala / Bts Kota . PP56. Tj. Morawa / Ts Kota – Belawan – Gabion. PP135. Amplas- Pd. Bulan- USU- Helvetia. PP

27

Page 28: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

11. P.T.U. Morina75. Batas Kota / Ikip Unimed – Bagan Deli – PP80. Perumnas Martubung – Tj. Selamat / Bts Kota – PP139. Letda Sujono / Batas Kota – Terminal Belawan – PP140. Terminal Pinang Baris – Letda Sujono / Bts Kota – PP143. Simalingkar B – Tembung / Batas Kota – PP

12. CV. Wampu Mini108. Pasar II- P. Bulan- Pringgan- Gatot Subroto – PP109. T. Morawa / Batas Kota – Tj.Selamat / Bts Kota – PP110. Kolam Renang Morina – Klumpang / Bts Kota – PP123. Medan Permai / Bts Kota – Perum G.Martubung – PP136. T. Pinang Baris – Sei Rotan / Batas Kota – PP137. T. Morawa / Bts Kota – Tj Anom / Batas Kota – PP168. Jln. B. Katamso / Bts Kota – Belawan – PP

13. FA. Mekar Jaya116. Pasar V / Batas Kota – Terjun / Batas Kota – PP

14. KPUM03. Ikip / Pasar V – Desa Martoba / Batas Kota – PP04. Patumbak – UMA – PP05. SM.Raja – Mariendal – PP07. T. Amplas – Teladan-Letda Sujono / Batas Kota – PP08. B. Katamso / Bts Kota – Pancing Bw / Bts Kota – PP10. P. Simalingkar – Pd. Bulan – Pringgan- Lap. Merdeka- Pancing / Batas Kota – PP13. Tuntungan / Bts Kota – Rs. Mina / UMA – PP14. Tembung – Tj. Selamat / Batas Kota – PP17. Jln. Karya Jasa / B. Kota – Belawan – PP18. Tj. Selamat / Bts Kota – P. Mandala PP23. T. Pinang Baris – B. Katamso / Bts Kota – PP27. Metrologi – Marendal / Batas Kota – PP28. Letda Sujono / Bts Kota – Gabion – PP33. Tuntungan / Batas Kota – R Potong – PP35. Jln. Tb Sihombing / Bts Kota – T.Pinang Baris – PP37. Johor / Pasar V / Bts Kota – T.Belawan – PP38. Rs. Adam Malik – Desa Martoba / Bts Kota – PP39. T. P.Baris – Pertiwi / SMU XI / Bts Kota – PP40. Kelambir Lima / Bts Kota – P. Mandala – PP42. Johor – STM – S.Limun – Pasar VII45. Desa Simalingkar B – Letda Sujono / Bts Kota – PP46. Tj. Selamat – Letda Sujono / Bts Kota – PP47. T. Pinang Baris – Letda Sujono / Bts Kota – PP50. T. Pinang Baris – Jermal XI / Bts Kota- PP51. T. Pinang Baris – Desa Jambu / Bts Kota – PP52. Padang Bulan – Titi Kuning – Pringgan – Pinang Baris54. Pasar VII Tj. M. Hilir – Tuntungan / Bts Kota – PP55. T. Amplas – Letda Sujono / Bts Kota – PP56. Tj. Selamat – Lau Dendang / Bts Kota – PP57. Tj. Selamat / Bts Kota – P. Mandala – PP59. P. Mandala – B. Katamso / Bts Kota – PP60. P. Simalingkar Martoba / Bts Kota – PP64. Amplas- Sp. Limun- Sun Plaza65. Kelambuir V / Bts Kota – T. Pinang Baris – PP

28

Page 29: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

68. Kelambir V / Bts Kota – Petiwi / SMU XI – PP72. Simpang Bw / Bts Kota – T. Pinang Baris – PP81. P. Simalingkar – Tembung / Bts Kota – PP84. SMU XI Pertiwi – Tj. Selamat / Bts Kota – PP86. T. Pinang Baris / Sentis / Bts Kota – PP87. Denai Ujung Bts Kota – Belawan – PP90. Belawan – Delitua – PP91. Sentis Bw / Batas Kota – T. Amplas – PP92. Pasar V Johor – Jln.Tb Sihombing/Bts Kota – PP97. KPUM Merah, SM. Raja – Amplas – titi kuning – Pancur Batu

15. PU. Gajah MadaTR 96. Martubung – Tuntungan / Bts Kota – PPTR 97. Pasar Petisah – Tj. Selamat Ujung / Bts Kota – PPTR 98. T. Pinang Baris – Namo Gajah / Bts Kota – PP

Bagi orang luar (tamu) yang baru datang ke Medan. Jangan kaget, laju angkot di Medan superkencang dengan rem yang bisa dengan tiba-tiba mendadak. Ditambah lagi soundsistem musik yang kadang-kadang sangat memekakkan kuping, lalu orang merokok di dalam angkot. Itu saja dahulu seputar angkot di Kota Medan. [Santosa Mulia]

Galeri

Tema Gambar: Ikan, Katak, Pantai, dan Penguin Salju© Karya: Maula Mazin

www.maulamazin.blogspot.com, fans page FB: Maula Mazin

Percik

“Kapankah saat yang tepat untuk berbuat kebajikan. Kapan lagi, jika tidak sekarang saatnya!”

(Kutipan buku “92 Kata Perenungan”)

Hitam-putih, ukuran A5 14,8 cm x 29,7 Rp. 1.000.000/12 bulan. Warna, ukuran A5 14,8 cm x 29,7 Rp. 1.000.000/6 bulan. Hitam-putih, ukuran kartu ATM 9,1 cm x 5,5 cm Rp. Rp. 100.000/6 bulan Warna, ukuran kartu ATM 9,1 cm x 5,5 cm Rp. 600.000/6 bulan

Iklan

29

Page 30: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Temukan koleksi lengkap di www.tokobuku24jam.blogspot.comPemesanan hubungi: HP. 0817 207 392, 0818 0227 4640. [Teddy]

Isi Buletin SERUAN SANUBARI No. 2| Desember 2012 M/Muharram 1434 H

Catatan Redaksi: Medan Kota “Botot” ..... 1

Profil ..... 2

Properti: Sekelumit Persoalan Pemilik Rumah Sewa di Kota Medan ..... 2

Profesi: Susahnya Mencari Pembantu Rumah Tangga ..... 3

Pendidikan: Merancang Generasi Platinum, Usia Emas 0-6 Tahun ..... 5

Pertanian: “Panen” Sayur dan Rempah di Halaman Rumah ..... 6

Sorotan: Mengenal Sampah Plastik dan Kegunaan “Nasi Basi” ..... 7

Penerbit Jentera Pustaka: Meretas Imajinasi, Membaca Buku “Tanpa Buku” ..... 9

Renungan: Sebongkah Biji, Setumpuk Lumpur, Segenggam Emas ..... 9

30

Jual Tanah & Kebon Sawit. Lokasi Istimewa

Hubungi: H. Mulyadi SE, MM (081269449377), Teddy (081802274640)

Ukuran tanah 26 rante x 400 meter = 14.400 m² Jumlah pokok sawit ± 152 pohon. Umur sawit ± 10 tahun. Masih menghasilkan buah TBS (tandan buah segar), 1 bulan

panen 2 X. Setiap 14 hari panen ± 1,5 ton. Pohon sudah ditunas dan diberi pupuk per 3 bulan. Kondisi tanah perbukitan. Sekitar lahan terdapat 2 pokok jengkol. Masih ada sisa tanah yang belum digarap.

UD. OPHIR KENCANA

Supplier: Ice Cream, Limun dan Soda. Melayani pesanan untuk pesta, pernikahan, ulang tahun, arisan, dll.

(minimal pesan 1 tong = 8 liter Rp. 350.000,- gratis cup kecil dan sendok 200 pcs. Limun Badak 1 krat @Rp. 120.000)

Hubungi: 085275112177 (Koko Hendrie Lubis) Taman Riviera Village Permai NCL 124

Jl. S.M. Raja km 11 Medan-20229

Seruan Sanubari AgensiJasa Penulis Konten Website, Artikel Online, Buku Pelajaran, Feature,

Penerjemah Hubungi: Teddy (081802274640)

Page 31: Buletin Seruan Sanubari No 2-Print

Media: DAAI TV 49 dan 59 UHF ..... 10

Sehari Bersama Ahmad Taufik (Wartawan Tempo Jakarta) ..... 12

Kisah: Masinis Hobi “Touring” ..... 14

Wak Uteh, Ikon Musik Melayu Pesisir ..... 20

Anggaran Sanitasi Rp. 42,3 Triliun/Tahun..... 20

Transportasi: 100 Jalur Angkot di Kota Medan ..... 22

Galeri : Tema Gambar: Ikan, Katak, Pantai, dan Penguin Salju ..... 26

Percik ..... 26

Iklan ..... 27

31