Buletin

25
Sekretariat LKM UNJ Jl. Rawamangun Muka, Kampus A UNJ, Gedung G, Ruang 305 Lembaga Kajian Mahasiswa 2014 BULETIN KAJI EDISI HOPE LEMBAGA KAJIAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

description

From "Hope of LKM UNJ"

Transcript of Buletin

Page 1: Buletin

Sekretariat LKM UNJ Jl. Rawamangun Muka,

Kampus A UNJ, Gedung G, Ruang 305 Lembaga Kajian Mahasiswa

2014

BULETIN KAJI EDISI HOPE

LEMBAGA KAJIAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Page 2: Buletin

Bayu Suryo Wiranto (Teknik Mesin UNJ‟12)

Raden, Si Pitung Dari UNJ.

Namun Raden berpendapat bahwa jika kita hanya beli terus-menerus, kapan kita bisa bikinnya.

Raden Engine Dwi Utomo, adalah seorang

mahasiswa mesin angkatan 2011.

Rambutnya cepak berwarna hitam dengan

warna muka coklat sedikit gelap. Secara

tinggi badan, ia setara dengan lelaki muda

pada umumnya, walaupun ia terlihat lebih

besar. Besar dalam artian ke samping.

Orang ini akrab disapa Raden. Ia manajer

sebuah tim yang bernama “Si Pitung”,

sebuah tim mobil dari Universitas Negeri

Jakarta (UNJ) dalam acara “Shell Eco-

Marathon Asia” di Fillipina untuk kategori

mobil Prototype kelas bensin.

Bersama Si Pitung, Raden berangkat ke

Fillipina mewakili UNJ. Ini adalah sebuah

kebanggaan bagi kita sekaligus bukti

bahwa walaupun UNJ merupakan

universitas yang berbasis pendidikan,

namun ilmu teknologinya tidak kalah dari

universitas lain, seperti UI, ITB, dan ITS.

Si Pitung ini beranggotakan 13 orang

mahasiswa dan 1 orang dosen

pembimbing, dimana seluruh anggota tim

ini berasal dari Jurusan Teknik Mesin.

Pada awalnya, ketika Raden memiliki

keinginan untuk tampil pada ajang Shell

Eco-Maratahion Asia, banyak sekali yang

ragu jika ia bisa. Bahkan seorang teknisi di

kelompoknya ragu pada awalnya.

“Serius lo den mau bikin mobil? Kemaren

aja ngadain acara Ramah Tamah mesin

mesti nombok, apa lagi kalo mau bikin

mobil” Ujar teknisi itu.

Mendapat respon seperti itu, lantas Raden

langsung meyakinkan kalau ini bisa

dilakukan, asal dilakukan dengan sungguh-

sungguh. Selain sering mendapatkan

statement keraguan, Raden juga sering

mendapat cibiran terkait idenya. Namun ia

tidak terlalu memikirkan hal tersebut,

karena menurutnya itu tidak lah penting.

Dalam langkah awal persiapan, Raden

tidak begitu memahami banyak hal, dan

tidak ada yang membimbing. Apa yang dia

dapatkan untuk mempersiapkan timnya

merupakan usahanya dan seluruh tim.

Mulai dari mencari tempat pembuatan

mobil, pengumpulan dana, pencarian

sponsor, hingga berkomunikasi dengan

Pak Wiranto (seorang Calon Presiden yang

berkuliah S3 di UNJ). Memang tidak ada

yang mulus dalam perjalanan melakukan

Page 3: Buletin

hal-hal tersebut, namun dengan modal

kegigihan akhirnya semua bisa tercapai.

Tidak hanya menggalang dana dan

mencari sponsor yang menemui kendala,

tetapi juga apa yang terjadi pada tubuh

internal tim Si Pitung. Dengan

beranggotakan 13 orang, maka akan ada

13 pandangan yang berbeda, dan sulit

untuk menggabungkan presepsi antara

mereka. Apalagi kondisi yang mereka

hadapi adalah modal keikut sertaan yang

mahal, sebesar 210 juta rupiah, dan pihak

Universitas hanya membantu 10% dari

total kebutuhan. Untungnya selisih

pendapat hanya terjadi pada saat sesi

diskusi, ketika bekerja mereka semua

sudah kompak dengan presepsi yang sama.

Melihat apa yang dialami oleh Raden dan

Si Pitungnya dengan proses mencari uang

sebesar 210 juta rupiah, itu bukan hal yang

wajar bagi mahasiswa sepantarannya.

Apalagi dengan uang ber-nominal seperti

itu mereka bisa melakukan sesuatu yang

lebih menyenangkan, atau mungkin

membeli mobil. Mengenai itu, Raden

berpendapat jika kita hanya beli terus-

menerus, kapan kita bisa bikinnya.

Di akhir wawancara, Raden berharap pada

UNJ agar berkenan untuk membantu

secara total mahasiswa yang berprestasi,

dan tidak hanya “ditunggangi”. Selain itu

ia juga berharap UNJ mampu membenahi

sarana dan prasarana untuk mendukung

mahasiswanya dalam berprestasi.

Page 4: Buletin

Devie Yundianto (Psikologi UNJ‟12)

Entrepreneurship dan Hakikatnya di dalam Pembangunan Negara Indonesia

Judul : Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneurship dalam Pendidikan Nasional

Penulis : Prof. Dr. H. A. R. Tilaar, M.Sc.Ed.

Penerbit : Penerbit Buku KOMPAS

Harga : Rp. 48.000

Tebal Buku : 256 Hal.

Mengutip kata – kata yang menyatakan

bahwa kreativitas dan entrepreneuship

merupakan tuntutan mutlak dalam era

globalisasi menghadapi perubahan yang

serba cepat karena kemajuan teknologi

informasi dan komunikasi. Buku yang

berjudul “Pengembangan Kreativitas dan

Entrepreneurship dalam Pendidikan

Nasional” merupakan buku yang

menceritakan tentang bagaimana

kewirausahaan patut masuk kedalam

kurikulum pendidikan.

Globalisasi merupakan sebuah faktor

penentu pengubah pendidikan. Walaupun

menurut para ahli Globalisasi hanya

mengubah 6 bidang,yaitu: Politik, Budaya,

Lingkungan, Ekonomi, Agama, dan

Ideologi.tetapi di buku ini disebutkan bahwa

Globalisasi juga mengubah pendidikan.

Globalisasi membuat keadaan nasional

menjadi carut marut khususnya di dalam

pendidikan.

Page 5: Buletin

Globalisasi menjadi sesuatu yang

membuat manusia menjadi tidak dapat

mengelak dan harus dihadapi oleh manusia

pada abad ke-21. Dan secara keseluruhan

globalisasi membuat kecenderungan untuk

mempengaruhi sisi keberadaan manusia di

muka bumi ini. Bahkan dengan membawa

pakar Psikologi dalam bidang Pendidikan

yaitu Howard Gardner. Buku ini menjadi

mampu menjelaskan tujuan kenapa

entrepreneurship harus dimasukkan

kedalam kurikulum pendidikan nasional.

Pada Bab 2 dijelaskan tentang

Kreativitas, Inovasi, dan Entrepreneurship,

yaitu kebanyakan tentang pengertian –

pengertian dalam bidang ilmu pengetahuan.

Contohnya seperti sejarah perkembangan

ilmu kognitif? apakah berpikir itu? Dan lain

sebagainya. Prof. Tilaar rupanya mencoba

untuk membantu para pembaca yang

„awam‟ dalam memahami sulitnya materi

yang dibawakan didalam buku ini.

Konteks judul “Kreativitas dan

Entrepreneurship dalam Pedagogik Kritis

Transformatif” sepertinya menjadi suatu

pembahasan yang menarik untuk

diperbincangkan. Membicarakan soal

hubungan antara kurikulum dengan

mengambil entrepreneurship sebagai salah

satu faktor kesuksesan dalam bidang

pendidikan. Dalam buku ini Prof. Tilaar

berkata bahwa secara implisit,

Entrepreneurship merupakan kata sifat yang

disandang oleh seseorang dengan adanya

tingkah laku (trait) tertentu yang didasarkan

oleh kognitif manusia.

Dari berpikir kreatif dan kritis, maka

pengembangan entrepreneurship menjadi

mudah untuk dilakukan. Inovasi inovasi dari

cara berpikir dan faktor lingkungan tersebut

akan mudah untuk menjadikan manusia

seorang entrepreneur. Karena berwirausaha

itu bukan suatu bakat yang berasal dari lahir,

tetapi dapat diciptakan dan diasah.

Prof. Tilaar membangun buku ini

dengan dasar membandingkan negara

Indonesia dengan negara-negara

tetangganya yang notabene tidak memiliki

sumber daya alam yang cukup tetapi

perekonomiannya sangat baik. entrepreneur

itu adalah sebuah jiwa, jiwa yang sangat

dekat dengan hal-hal yang berbau karakter

yang dibentuk didalam diri manusia.

Banyak sekali orang beranggapan

bahwa entrepreneur adalah ketika kita

menjual sesuatu dan mendapatkan untung

besar karenanya. Dengan dalih ingin meraup

keuntungan sebanyak-banyaknya membuat

definisi entrepreneur menjadi salah kaprah

apabila ditafsirkan. Pemikiran soal kapitalis

Page 6: Buletin

pun dipakai kembali jikalau kita

membicarakan soal berbisnis ataupun

berdagang.

Prof Tilaar ternyata memberikan

pola pikir yang berbeda tentang

entrepreneurship yang secara harfiah berarti

sebuah jiwa kewirausahaannya itu sendiri.

Didalam sebuah negara yang hebat, pastilah

tersimpan bibit-bibit Sumber Daya Manusia

yang kreatif dan inovatif. Yang pasti pada

akhirnya akan membawa kesuksesan dalam

negara tersebut. Konsep entrepreneur dapat

juga dipakai di dalam bidang pembangunan

maupun pendidikan yang ditujukan untuk

memajukan sebuah bangsa.

Pembaca dapat menyimpulkan

keseluruhan topik yang terdapat di buku ini

juga dijelaskan secara tersirat bahwa tujuan

memasukkan system entrepreneur didalam

pendidikan apalagi ketika mengajarkannya

sejak dini akan membuat Indonesia bisa

mengalahkan negara – negara besar lainnya

khususnya di dalam bidang Ekonomi.

Indonesia hanya negara yang sumber daya

manusianya kurang kompeten didalam

mengelola sumber daya alamnya sendiri.

Sebagai bukti banyak sekali investor asing

yang mengeruk kekayaan alam Indonesia

seperti PT Freeport.

Adapun kelemahan di dalam buku

ini adalah kurangnya materi yang diberikan.

Dari judul “Pengembangan Kreativitas dan

Entrepreneurship dalam Pendidikan

Nasional” memang kita khususnya orang

yang tertarik dalam bidang entrepreneur

diberikan ekspektasi tinggi untuk

membacanya. Nyatanya, sangatlah kurang

didalam memahami buku ini. Kebanyakan

tidak ada korelasi dengan judul. Yang

kebanyakan didapat hanyalah pendapat para

ahli dan pengertian secara umum.

Sangat sulit untuk menggambarkan

bagaimana keseluruhan atau inti sari dari

buku ini. karena yang didapat hanyalah

pengertian dan garis besar pemikiran

pemikiran para ahli dan kejadian – kejadian

yang dikaitkan dengan globalisasi, berpikir

kreatif, dan entrepreneurship.. Apabila anda

ingin menelisik sedikit bagaimana pemikiran

Prof. Tilaar dalam memajukan pendidikan

Indonesia dengan menambahkan sedikit

karakter entrepreneurship maka buku ini.

Buku ini dapat dijadikan rekomendasi

referensi untuk mengetahui betapa

pentingnya sebuah karakter kreatif itu harus

dibangun. Karena kalau bukan dari

pendidikan generasi mudanya, Lantas apa

lagi.

Page 7: Buletin

Ester Ria Ivana (Bahasa dan Sastra Indonesia UNJ‟12)

Yanu Setianingsih (Akuntansi UNJ‟12)

EDUCATIONAL ENTREPRENEURSHIP

Masuk dalam bahasan wirausaha bukanlah

berarti hanya bicara soal bisnis dan uang.

Mengapa? Karena pada dasarnya kata

wirausaha masuk dalam adanya

pembaharuan untuk perubahan. Lalu

ketika seseorang ingin berusaha dengan

menciptakan suatu model pembelajaran

baru untuk pelajar, bisakah ia disebut

sebagai wirausahawan? Karena wirausaha

sangat terkait dengan mencipta

pembaruan, maka hal itu dapat

dimasukkan sebagai wirausaha. Hal itu

pula yang dilakukan Dirgantara

Wicaksono alias Bombom. Adalah seorang

wirausaha yang dinobatkan menjadi kepala

sekolah termuda di DKI Jakarta. Tepatnya

di SMA Al Hikmah Islamic School, ia

menggagas untuk membangun sekolah

yang termajinalisasi, dan memasarkannya

sebagai sekolah dengan mutu baik. Saat ini

pula ia mengetuai Yayasan Aulia

Indonesia. Sebuah yayasan pendidikan

untuk mencerdaskan anak-anak di daerah

perbatasan. Ia juga mengepalai Forum

Mahasiswa Pascasarjana di UNJ dan

menjadi dosen di Universitas

Muhamadiyah Jakarta dan Universitas

Negeri Jakarta.

Apa arti wirausaha menurut bapak?

Ketika seseorang mendengar kata

wirausaha, yang terpikirkan adalah punya

modal, bisnis, dan link. Padahal

sebenarnya wirausaha tidak hanya bicara

itu tetapi yang terpenting adalah semangat

dan gagasan dan terhadap suatu perubahan

hal yang baru yang dialami diri sendiri.

Ketika seseorang punya semangat dan

inspirasi untuk pemaknaan sebuah karya,

dia bisa berwirausaha. Jadi wirausaha

bukan hanya bicara soal bisnis.

Berarti bisa dibilang kalau wirausahawan

itu adalah pencipta perubahan?

Iya. Karena menciptakan inovasi berarti

menciptakan perubahan. Ia membuat

gagasan baru. Untuk itu jika ingin menjadi

wirausahawan berpikirlah gila, berbikir

berbeda dari yang lainnya.

Page 8: Buletin

Apa saja yang harus dimiliki seorang

wirausahawan selain semangat dan

inovasi?

Orang itu harus memiliki planning

program, grand desain. Punya planning

artinya memiliki tataran ide apa hal-hal

baru yang belum dibuat orang lain yang

bisa bermanfaat dan berguna. Secara

lengkap ia harus memiliki visi apa yang

ingin ia hasilkan sampai pada outputnya,

dan feed back apa yang akan didapatkan.

Apakah modal berupa uang harus dimiliki

seorang wirausahawan?

Berwirausaha pakai modal itu saya setuju.

Yang salah adalah berpikir bahwa satu-

satunya modal adalah uang. Tanpa harus

mengeluarkan uang sebenarnya ia bisa

berwirausaha. Karena seseorang yang

memiliki jiwa wirausaha adalah orang

yang berinovasi, berkreasi dengan ide dan

gagasannya. Ketika idenya pada

kenyataannya berguna untuk orang lain

dan bermanfaat untuk dirinya itu namanya

modal.

Masih banyak orang yang berpikir bahwa

berwirausaha berarti berdagang dan bisnis

artinya ada penyempitan makna wirausaha.

Menurut bapak, mengapa bisa terjadi

seperti itu?

Penyempitan makna itu bisa terjadi karena

orang lebih sering melihat sekelilingnya.

Karena apa yang memengaruhi orang

adalah apa yang orang itu lihat, dengar dan

rasakan. Ada pula penyempitan wacana

bahwa berwirausaha adalah berjualan

dengan menenteng-nenteng barang yang

dijual, seperti yang biasa dilihat di

kampus. Bukan dari mahasiswanya, tapi

disuruh oleh dosennya. Bisa dibilang

semua itu karena dosennya yang terbawa

pola kapitalis.

Kalo bicara secara metafisik, apa yang kita

lakukakan itu sesuai dengan apa yang kita

pelajari. Kita ini sedang belajar dalam

bangsa inlander kelas bawah. Contohnya

seperti berdagang dan jualan sudah

dibilang berwirausaha, sudah bagus.

Padahal kalau dipikir, dimana letak

kreativitas dan inovasinya? Kalau mau

usaha makanan, pikirkanlah sistem

pendistribusian dan pemasarannya. Yang

selama ini dilakukan langsung praktis saja

ke lapangan tidak menyusun sistem.

Mungkin itu sudah terbentuk dan turunan

dari kakak tingkatnya.

Bagaimana pandangan bapak mengenai

pendidikan kewirausahaan di sekolah yang

sering menuntut siswanya untuk

berdagang?

Sebenarnya tidak semua sekolah seperti

itu. Saya tidak mengajarkan siswa saya

unntuk berdagang, melainkan berkreasi

dan berinovasi untuk keberlangsungan

Page 9: Buletin

pemikiran dan hidupnya di masa dapan.

Jadi kalau pemikiran wirausaha itu

ujungnya dagang, yaa karena buku

diktatnya butuh pembuktikan dengan

jualan. Kalau inti pembelajarannya diubah

dengan mencari inovasi untuk membuat

perubahan di lingkungannya, itu kan beda

lagi. Misalnya dengan pengembangan

program kegiatan siswa menjadi event

organiser dalam kegiatan pensi, atau

membuat paket wisata. Jadi mereka

berusaha tanpa modal tapi menguntungkan

dia dan orang lain.

Apa perlu jiwa kepemimpinan dalam

wirausaha? Siapa sosok pemimpin yang

pantas dicontoh?

Jelas. Orang itu harus bisa memanage. Ia

harus membuat keputusan, buat range

tahapan-tahapan rancangan strateginya.

Bukan hanya sebagai leader tapi juga

manager, karena harus bisa mengontrol

hingga sampai ke tujuan akhirnya.

Contohnya, kepemimpinan Ki Hajar

Dewantara dengan school indisch. Sekolah

berbasis timur yang dapat dikembangan

dan dapat sejajar dengan sekolah Belanda.

Bagaimana caranya mengubah mindset

masyarakat tentang konsep wirausaha yang

bukan berorientasi pada uang?

Awalnya tentu dari dalam diri sendiri,

berpikir bahwa wirausaha itu luas dan

tidak hanya bicara dari sisi ekonomi.

Dengan bermodalkan ide dan gagasan

yang baru, kita bisa membuat sistem

perencanaan baru. Ide dan gagasan itu kita

tuangkan dalam tulisan, kita kampanyekan.

Dan tentunya kita buktikan. Kiatnya

adalah dengan membuat perencanaan

strategi yang riil. Buat kesepahaman

dengan yang lain. Positif thingking.

Sebelum bertindak harus punya

perencanaan yang matang. Prinsip saya

adalah ADDIE. Analysis, berarti analisis

kebutuhan yang ada di lingkungan saya.

Design membuat perencanaan disain

terhadap terget yang saya ingin goal-kan.

Development ketika desain sudah ada,

kembangkan apa yang perlu diubah.

Implementation, semua rencana itu

diimplementasikan dan disejajarkan

dengan visi-misinya. Dan Evaluation

bagaimana setelah semua itu berjalan.

Setelah semuanya terlaksana, terciptalah

satu sistem yang baik.

Dirgantara Wicaksono.CH,S.Pd,M.Pd,

M.M

Email : [email protected]

www.dirgantara.gudangmateri.com

Page 10: Buletin

Heni Yuhaeni (Sosiologi UNJ‟12)

SEMANGAT TAK BERBATAS

Judul Film : Ron Clark Story

Sutradara : Randa Haines

Penulis Skenario : Max Encoes

Pemain : Matthew Perry, Brandon Myhal,

Bren Eastcott, Hannah Hodson dan

Mical Williams, Merissa De Sausa.

Produksi : Craig Mc. Nail

Editor : Heater Persons

Matthew Perry atau Ron Clark adalah

seorang guru yang terlahir di Carolina

Utara. Memilki profesi sebagai guru yang

dikenal dengan semangat yang tinggi,

gigih, kreatif dan pantang menyerah. Pada

taun 1994, Clark pernah mengajar kelas 6

sekolah Dasar. Di samping itu, ia

mendapatkan sebuah penyambutan atas

kerja kerasnya sebagai seorang guru yang

mampu membuat siswa mendapatkan

prestasi yang tinggi dan hasil test terbaik.

Bahkan 4 tahun berturut-turut sekaligus.

Tak hanya itu, Guru yang dikenal

mempunyai semangat yang tinggi ini

berani mengambil resiko, ketika ia

memutuskan untuk pindah mengajar ke

Harlem, New York.” Disana guru sebagus

saya sangat disayangkan,”Tutur clark

dalam film. Disana ada mimpi besar yang

membuat ia harus berperan dalam “apa

yang seharusnya siswa lakukan”. Namun,

New York yang konon dikenal sebagai

orang kulit hitam membawa ia harus siap

datang dipandang bahkan diabaikan karena

ia berasal dari kulit putih. Jelas, saat itu

orang kulit hitam memandang orang kulit

putih adalah “musuh”. Dengan banyaknya

pandangan tersebut, tak membuat ia

mengurungi niat untuk pergi ke negara

yang di kenal dengan orang berkulit hitam

Page 11: Buletin

tersebut. Justru membuat adrenalin clark

tertantang.

Kisah Clark sebagai seorang guru memang

penuh dengan semangat, imajinasi dan

kreatif. lain ketika ia harus memasuki New

York untuk mengajar. Ia mungkin akan

mengalami titik jenuh bahkan perasaan

menyerah. Ia harus melewati keresahan

karena tak mampu membuat siswa “ mau

mengikuti aturan main” yang ia buat.

Randa membuat film berjudul „Ron Clark

Story‟ yang mungkin menceritakan

semangat seorang guru yang tak pernah

berujung. Siswa dibuat menjadi seorang

individu yang melakukan peran yang harus

ia mainkan.

Ron Clark Story merupakan film yang

menggambarkan seorang guru yang luar

biasa. Dibumbui dengan semangat juang

dan keresahan seorang clark. Ia

berpenampilan rapi dengan pembawaan

yang gagah. Memasuki sekolah yang

notabene sekolah elite, Sekolah Dasar

inner Harlem. Di mana ditempatkan

terpisah antara kelas terhormat dan kelas

terendah. Kelas terhormat yang dikenal

dengan siswa yang selalu tiap tahun

memperoleh nilai paling bagus sedangkan

kelas terendah justru kelas yang

memperoleh nilai yang dibawah standar

rata-rata.

Clark dengan nada yang optimis siap

untuk memulai mengajar di kelas yang

dikenal kelas terendah tersebut. Mereka

adalah siswa yang sebagian besar memiliki

masalah. Entah kedisiplinan, prestasi

belajar bahkan kehidupan sosial. Sebut

saja Tayshawn Mitchell ia di kenal sebagai

siswa yang pernah mengalami rehabilitas

sering melakukan onar di kelas.

Sebelum Clark memulai mengajar,

Perlahan menjalin hubungan dekat dengan

keluarga siswa dengan maksud untuk

terlibat dalam peran proses belajar

nantinya. Latar belakang siswa pun

bermacam-macam. Julio dikenal sebagai

siswa yang selalu bikin onar bahkan berani

mengambil uang dari tas ibunya sendiri,

Shameika disibukkan dengan mengasuh

ketiga adiknya dan Badriyah yang berasal

dari keluarga india yang memiliki orang

tua yang membuat dia harus selalu patuh

apa yang dikatakan oleh seorang pria

(ayah).

Selanjutnya kisah menegangkan seorang

Clark yang memulai mengajar di kelas

yang terkenal kelas terendah ini pun

memunculkan dinamika yang membuat

alurnya sendiri. Beberapa saat kemudian,

kisah ini memunculkan di mana seorang

siswa mulai menentang dan aksi protes

terhadap clark. Sistem pengajaran, metode

belajar bahkan aturan yang dibuat

diabaikan oleh semua siswa.

Page 12: Buletin

Pada scene klimaks, Randa sang sutradara

menunjukan proses dimana clark mulai

mengalami kejenuhan bahkan menyerah

untuk mengajar di kelas tersebut. Berbagai

macam cara yang di lakukan clark tidak

membuahkan hasil apapun. Ketika Clark

merasakan kejenuhan justru Randa

memunculkan tokoh dalam film yaitu

Merissa, seorang wanita yang ia kenal

beberapa bulan sebelumnya.Merissa

mampu membuat seorang clark kembali

untuk pantang menyerah dan kembali

membuat “padi gersang menjadi tandus”.

Guru yang tak kehabisan ide ini

merancang sebuah metode belajar agar

semua siswa mau memperhatikan apa yang

ia lakukan. Setidaknya ia mau

memperhatikan dan selebihnya barulah

kewajiban seorang guru mampu

mempengaruhi seorang siswa dalam

menunjang proses belajar mengajar.

Bahkan ia rela setiap hari harus

menghabiskan waktu untuk ide-ide

imajinatif agar memperoleh hasil yan

Film ini pun berhasil memperlihatkan

wajah cemas clark ketika siswa yang ia

ajar melewati pesta Ujian Nasional.

Perasaan yang menegangkan pun

dimunculkan dalam kisah itu. Pesta ujian

terlewati begitu saja, Di samping itu,

semua kerja keras dan semangat clark

membuahkan hasil yang maksimal. Clark

dengan Ide yang imajinatif, sifat pantang

menyerah, dan semangat untuk melakukan

perubahan dengan di dasari dengan mimpi

besar mampu membawa siswa kelas

terendah berhasil memperoleh nilai test

lebih tinggi daripada kelas terhormat yang

notabene-nya memiliki nilai paling bagus.

Clark mampu membuat Tayshawn Mitcell

yang dikenal dengan siswa yang

rehabilitas ini pantas mendapat prestasi

yang cukup diacungi jempol dalam dunia

seni, juga mampu membuat Shameika

Wallace yang tidak memilki banyak waktu

untuk belajar karena di sibukan dengan

adik-adiknya mampu mendapatkan

prestasi yang membangangkan.

Clark mungkin salah satu guru yang

mampu menjadi sorotan orang banyak

khususnya di Carolina Utara dan Harlem,

Pada dasarnya memang menjadi seorang

guru harus mampu mempengaruhi seorang

siswa. Adanya proses yang dikatakan

berhasilnya seorang guru ketika ada

terjadinya perubahan perilaku dalam diri

individu untuk melakukan kegiatan

belajar. Dalam film ini, Randa mengangkat

banyak kisah seperti ketegangan, pantang

menyerah,pengaktualisasian diri,

kreativitas bahkan titik kejenuhan

sekalipun.

Page 13: Buletin

Mohamad Hartadi (Biologi UNJ‟12)

Kisah si Kakek Penjual Es Cendol

Waktu menunjukkan pukul

setengah empat sore. Kuputuskan sore itu

untuk bersepeda menyusuri taman. Disana,

aku melihat sebuah perjuangan hidup

seorang kakek tua yang sedang berjualan

es cendol. Aku terus melihat kakek itu.

Tetes peluh kakek itu pun terlihat.

Kehadiran kakek itu dengan

dagangannya yang tidak laku-laku itu

menimbulkan rasa iba. Tidak satupun

orang yang lewat menuju taman tertarik

untuk membelinya. Lalu lalang orang yang

berjalan menuju taman seolah tidak

mempedulikan kehadiran kakek tua itu.

Aku pun memilih untuk duduk

tepat di bawah rimbunan pepohonan. Aku

tak tahu harus berbuat apa selain melirik

jam tanganku.

15 menit, 30 menit, 1 jam.dan aku

masih menunggu. Sekarang sudah pukul

setengah lima sore. Dan akhirnya tiga

puluh menit kemudian barulah kakek itu

pergi dari taman tersebut. Sang kakek,

dengan tatapan tegar kemudian berjalan.

Dia keluar dari taman menuju ke arah

timur, arah dimana rumahku berada. Aku

pun berusaha mengejarnya.

Kukayuh sepedaku dengan cepat.

Kudahului sang kakek, kutunggu kakek

tersebut di depan masjid. Lima menit

berlalu dan sang kakek akhirnya nampak

dari pandanganku. Lalu, langsung

kupanggil kakek tersebut.

“Keeeek!!! Keeekk!!!!”

Dan sang kakek pun mendekat. Dia

bertanya, “mau beli es cendol nak?”

“iya kek”, jawabku.

“berapa kek harganya?”

“seribu nak”, jawabnya.

“Apaaa!!!! Es cendol harganya 1.000???

Murah sekaliii !!!!”, jawab batinku

“yasudah kek, sini kek, saya mau beli

satu”.

Page 14: Buletin

Sambil meminum es cendol yang

kakek buat, aku pun berbincang-bincang

mengenai kehidupan kakek tersebut.

Sungguh terharu aku dengan ceritanya. Ia

mempunyai dua anak, anak pertamanya

laki-laki sekarang kelas 3 SMP, dan anak

perempuannya kini masih duduk di bangku

kelas 6 SD.

Istrinya hanya seorang ibu rumah

tangga yang membantu mencari uang

dengan berjualan nasi bungkus.

Penghasilan si ibu pun tak seberapa untuk

kebutuhan hidup sehari-harinya. Kakek

tidak memiliki sanak saudara di Jakarta.

Tapi, kakek tidak pernah mengeluh dengan

hidupnya yang serba susah. Kakek

bersyukur bahwa Allah masih sayang

kepadanya.

Singkat cerita. Aku memesan

sembilan es cendol lagi untuk keluargaku

dan saudaraku yang sedang berkunjung ke

rumah. Sang kakek pun melayaniku

dengan senyum di wajahnya.

“Sudah kek, berapa semuanya?”

“Sepuluh ribu nak”, .

“ini kek, bawa saja sisa kembaliannya”,

kuserahkan lembaran dua puluh ribu ke

tangan kakek itu.

“Terima kasih nak. Kakek doakan semoga

rejekimu lancar nak”. katanya berkaca-

kaca.

“amin”, jawabku singkat.

Sang kakek pun kembali

berkeliling menjajakan es cendolnya. Kali

ini jalannya semakin cepat. Mungkin

karena bahagia atau karena dagangannya

sudah berkurang.

Lalu ku lihat lagi ke arah perginya

kakek itu lagi dan ternyata sejak tadi kakek

itu telah lenyap dari pandanganku.

***

Page 15: Buletin

Nurul Izza (Bahasa dan Sastra Jerman UNJ‟12)

Sketsa Mahasiswa (Bukan) Wirausaha

“Saya sering banget tidak fokus saat sedang kuliah, maklumlah namanya juga sudah

kenal duit,” bela Bagus.

Pukul 04.00 pagi Ega sudah bergegas

membantu ibunya untuk berjualan kue dan

gorengan di pasar. Biasanya, jika pukul 6

pagi dagangan ibunya sudah habis, ia akan

segera mengantar adiknya bersekolah.

Barulah setelah itu ia bersiap-siap

berangkat ke kampus. Tidak ketinggalan

dua kantong kresek hitam besar berisi

dagangan yang telah disiapkan sejak

malam hari, ia angkut menuju kampus.

Maka melajulah Ega dengan sepeda

motornya menuju kampus. Ketika sampai

di kelas, seluruh teman sekelasnya akan

berlari menuju kantong kresek hitam itu

untuk mengisi perut mereka yang kosong

karena belum sarapan. Jika rejeki sedang

memihak padanya, dagangannya dalam

sekejap akan terjual habis di kelasnya.

“Sampai saat ini cakupan pasar Ega cuma

untuk anak-anak Tata Niaga. Karena kalau

jual sampai ke kelas lain atau fakultas lain,

biasanya sudah ada yang keliling-keliling

seperti Economart dan biasanya di kelas

juga sudah habis,” ujar Ega, mahasiswi

Pendidikan Tata Niaga itu.

Selayaknya orang berdagang, jualannya

tidak setiap hari akan cepat habis bahkan

ia pernah pulang dengan membawa sisa

dagangannya. Saat perkuliahan sedang

berlangsung dan dagangannya itu masih

banyak, ia sering terbayang wajah ibunya.

“Bagaimana kalau nanti pulang

daganganya belum juga habis? Kasian

Ibu,” pikir Ega.

Namun jika hal itu terjadi, ia akan segera

„membanting‟ harga gorengan yang

biasanya dijual dengan harga Rp1.500,-

/2pcs menjadi Rp2.000,-/3pcs agar bisa

pulang dengan membawa hasil kepada

ibunya.

“Kalau kata ibu ga masalah, yang penting

bisa balik modal dan dagangan habis.

Kalau masalah untung tidak terlalu

dipikirkan,” kata Ega, mahasiswa berjilbab

yang mengenakan kacamata.

Page 16: Buletin

Mengambil keuntugan secukupnya adalah

prinsip Ega dalam berdagang seperti yang

diajarkan ibunya. Tidak perlu mengambil

laba tinggi, jika dirasa keuntungan yang

ada sudah mencukupi karena tidak semua

pembelinya datang dari kalangan berada.

Keuntungan yang Ega dapatkan dari

berdagang pun menjadi uang saku yang ia

terima dari ibunya. Jika ia merasa lapar,

tak perlu berjalan jauh ke kantin Blok M,

cukup memakan kue dagangannya sudah

cukup bagi perempuan yang juga punya

kerja sampingan sebagai guru bimbel dan

privat ini.

Jika Ega berdagang untuk kebutuhan

pribadi dan keluarga, maka Ida dan Linda

hanya berdagang untuk kebutuhan acara

kampus. Mereka sedang mempersiapkan

acara seminar sebagai tugas mata kuliah

yang membutuhkan dana besar karena

mengundang pembicara terkenal. Oleh

karena itu, mereka bersama beberapa

teman sekelas lainnya memutuskan untuk

berjualan agar mendapatkan dana

tambahan.

“Karena makanan itu salah satu kebutuhan

dan bisa dijual cepat, maka kami memilih

berdagang makanan ringan ini,” ujar

Linda, mahasiswi Pendidikan Bahasa

Indonesia yang mengenakan jilbab

berwarna pink ini.

Walaupun hasil keuntungan yang diraih

bukan untuk keuntungan pribadi mereka,

mereka mengaku tidak pernah merasa rugi

jika semua keuntungan tersebut diberikan

untuk keperluan acara. “Kita ga rugi kok,

toh hasilnya juga untuk acara kita bersama,

kalau acaranya sukses, kan kita juga ikut

senang,” jawab Linda yang duduk di depan

Ida.

***

Berdagang dapat dilakukan di mana saja.

Entah di kampus atau di pasar, entah

bertatapan secara langsung dengan

pelanggan atau hanya melalui dunia maya.

Semua bisa lakukan asalkan terdapat

interaksi dan transaksi yang jelas dan

saling menguntungkan antara si penjual

dan si pembeli.

Berdagang melalui dunia maya telah

dilakukan oleh Bagus dan Novita

semenjak SMA sesaat sebelum Ujian

Nasional. Berawal dari membeli jersey di

sebuah toko, Bagus, mahasiswa Teknik

Elektro bersama teman SMAnya

berinisiatif untuk berbisnis pernak-pernik

sepak bola seperti jersey, gelang,

gantungan kunci, mug, dll. Sedangkan

Novita atau yang akrab disapa Opit

berjualan baju rajut ketika di SMA dan

sepatu yang baru ia rintis saat berkuliah.

Media sosial selalu menjadi perantara yang

paling diminati oleh para pembisnis online

Page 17: Buletin

karena mudahnya menjangkau pelanggan

dalam cakupan yang luas. Opit sendiri

menggunakan Facebook dan Blackberry

Messenger (BBM) sebagai media promosi

dan penjualan. Sedangkan Bagus, selain

kedua media sosial seperti yang digunakan

Opit, ia sudah memiliki website sendiri

untuk usahanya tersebut.

Sama halnya dengan Ega, Bagus dan Opit

mengaku sering memikirkan dagangannya

ketika sedang dalam perkuliahan. Pikiran

yang sering muncul adalah kapan mereka

bisa mengambil barang ke supplier jika

jam perkuliahan belum kunjung usai atau

apakah pelanggan mereka sudah

mentransfer uang ke rekening mereka.

“Saya sering banget tidak fokus saat

sedang kuliah, maklumlah namanya juga

sudah kenal duit,” bela Bagus yang

bertubuh tinggi dan gemuk ini.

Karena adanya beberapa kendala seperti

jauhnya tempat supplier dan banyaknya

tugas kuliah saat ini, maka Opit

memutuskan untuk vacuum sementara

dalam berjualan online. Sebagai gantinya

untuk mengisi kekosongan, ia pun

berjualan makanan ringan dari KOPMA

(Koperasi Mahasiswa) karena ia

merupakan salah satu pengurus aktif

walaupun ia masih di tahun pertama

perkuliahan.

Sedangkan kendala yang dialami Bagus

adalah permintaan pembayaran saat barang

dikirim langsung olehnya karena terkadang

jangkauan pelanggan tersebut cukup jauh.

“Tapi tetap mau saya layani, namanya juga

pelanggan. Kalau sudah begitu, saya akan

ambil pertengahan jarak yang tidak terlalu

jauh buat saya atau buat pelanggan,” kata

Bagus yang sudah memiliki banyak

reseller hampir di seluruh Indonesia.

***

Asyiknya berdagang tidak lantas membuat

mereka mengabaikan kuliah dan hanya

fokus pada dagangannya saja. Bagi mereka

pendidikan tetaplah yang utama. Justru

dengan kuliah, mereka berharap dapat

meningkatkan lagi usaha mereka menjadi

lebih besar. “Walaupun dari keluarga

banyak yang berdagang, tetapi saya cuma

memandang berdagang hanya sebagai

usaha sampingan aja,” katanya lagi.

“Saya mungkin akan melanjutkan

wirausaha ibu saya. Tetapi saya tidak mau

melakukan dengan hasil yang sama.

Setidaknya dengan bertambahnya

pendidikan, saya bisa menjadi expert

dalam mengembangkan usaha ibu saya,”

ujar Opit yang mengaku sempat disuruh

untuk tidak kuliah untuk melanjutkan

usaha toko sembako orang tuanya.

Rasa bangga tentu mereka mereka rasakan

karena bisa menghasilkan uang sendiri

Page 18: Buletin

dengan berdagang. Ega pun bangga karena

tidak harus bergantung dengan orang tua

hanya untuk sekedar minta uang jajan,

walaupun yang ia kerjakan masih sangat

sederhana dengan menjual gorengan. Ia

yakin dari hal sederhana dan kecil seperti

ini, usaha tersebut bisa berkembang

menjadi usaha yang besar.

“Ada perasaan bangga. Ketika teman kita

punya hp baru pemberian dari orang tua

yang belum berarti apa-apa. Tapi kita

sudah bisa beli hp baru dengan keringat

sendiri,” tungkas Bagus yang setiap hari

minggu selalu mengikuti bazar di Halim.

Banyaknya Mahasiswa yang berwirausaha

dengan berdagang di kampus, tidak

membuat Ega merasa kesal dengan adanya

pesaing di kelasnya.

“Kalau dagangan Ega dijual dengan harga

grosir, jadi lebih murah. Sedangkan temen

Ega yang jualan, harganya sedikit lebih

mahal karena untuk organisasi,”

tungkasnya. Rejeki sudah diatur oleh

Tuhan membuat dia tidak merasa khawatir.

Sebaliknya, justru Opit merasa kecewa

dengan banyaknya jumlah teman-

temannya yang berdagang. Hingga ia harus

memikirkan jenis jualan apa yang harus ia

jual untuk menarik minat pembeli di

kelasnya.

“Sekarang sudah banyak teman di kelas

yang berdagang juga. Jadi sering

memikirkan apa yang harus saya jual

supaya saya bisa menghasilkan uang

sendiri. Kadang-kadang suka kesal sendiri

sih harus beli gorengan dengan harga

Rp2.000,- yang seharusnya bisa dibeli

dengan harga lebih murah,” katanya.

Wirausaha tidak hanya sekedar masalah

keuntungan yang akan diperoleh

sebagaimana prinsip Ega dalam

berdagang. Melainkan bagaimana kita bisa

merasakan proses jatuh bangun untuk

menjadikan kita dewasa dalam

menjalankannya dan terus berinovasi

untuk mengembangkannya. Serta

terbangun pula jiwa kemandirian untuk

tidak terus bergantung kepada orang tua

selama perkuliahan.

Page 19: Buletin

Yanu Setianingsih (Akuntansi UNJ‟12)

Kekuatan Alam Bawah Sadar: Mimpi dan Hipnosis

Pagi menjelang siang cuaca di Jakarta

sedikit mendung. Keadaan ini tak

menyurutkan semangat peserta seminar

„Psycho Expo‟. Seminar yang

dilaksanakan pada hari Minggu, 9 Maret

2014 ini bertempat di Gedung Sertifikasi

Guru UNJ lantai 9.

Saat memasuki loby, peserta terlebih

dahulu melakukan registrasi pertama.

Registrasi kedua dilaksanakan di halaman

lantai 9. Mereka berbaris dengan rapi

untuk mengisi presensi dan mendapat map

berisi alat tulis yang dilengkapi benang.

Sebelum masuk ruangan diadakan

pemeriksaan terlebih dahulu oleh panitia.

Makanan, minuman dan benda tajam tidak

boleh dibawa masuk.

Ruangan telah dipadati oleh peserta yang

sebagian besar adalah mahasiswa jurusan

psikologi Universitas Negeri Jakarta.

Seminar tahun ini mengusung tema “The

Power Unconscious Mind: Dream &

Hypnosis”. Pembicaranya adalah Dr.

Monty P. Satiadarma, MS/AT, DCH, Psi

dan Drs. Asep Haerul Gani M.Pd.

Pukul 09.00 tepat acara dimulai. Dua

orang MC, laki-laki dan perempuan,

memasuki pangung. Mereka membacakan

susunan acara. Sebelum pembicara

pertama naik ke atas panggung terlebih

dahulu diisi sambutan-sambutan dari pihak

pelaksana disusul dengan penampilan tari

tradisional Jakarta.

Sejurus kemudian seorang moderator

bernama Lia Risliani memperkenalkan

pembicara perama, yaitu Dr. Monty,

seorang pakar di bidang psikologi. Wanita

berambut sebahu ini memulai diskusi

dengan pertanyaan seputar mimpi.

Alam Ketidaksadaran dan Mimpi

Dr. Monty menaiki panggung. Beliau

mengawali seminarnya dengan pertanyaan

“Siapa yang ingat Mimpinya semalam?

Siapa yang nggak mimpi? Siapa yang

belum pernah mimpi”. Spontan banyak

peserta tertawa mendengar pertanyaan

terakhir.

Dosen psikolog ini kemudian menjelaskan

bahwa mimpi merupakan bagian dari tidur,

dianalogikan dengan membasuh

merupakan bagian dari mandi. Mimpi

merupakan fase rutin yang berlangsung

diantara periode jaga menuju lelap dan

sebaliknya dari periode lelap menuju jaga.

Kedua periode tersebut dikenal dengan

istilah periode hypnogogic dan

hypnopompic, suatu fase persimpangan

alam kesadaran dan alam ketidaksadaran.

Beliau berkata, menurut Freud,

ketidaksadaran manusia maha luas dan

tidak terbatas. Ketika seorang individu

mulai memasuki alam ketidaksadaran

menjelang tidur, ia membawa pengalaman

sadarnya ke alam ketidaksadaran.

Sementara itu di alam ketidasadaran telah

terdapat aspek yang terangkat menuju

alam kesadaran yang selama ini

terbendung oleh gerbang moral, kaidah

dan aturan sosial. Interaksi antara

keduanya menghasilkan gambar visual

yang bercampur aduk, sehingga dalam

mimpi seorang individu mengalami

Page 20: Buletin

pengalaman yang meloncat-loncat atau

berubah-ubah.

Penjelasan dilanjutkan dengan bagaimana

proses terjadinya mimpi dan apa saja fase

di saat tidur hingga terbangun. Cara

berpikir kita dapat mempengaruhi mimpi.

Kemudian beliau mengajarkan latihan

sederhana untuk memahami mimpi.

Caranya adalah dengan mencatat mimpi

yang kita alami dengan notasi singkat.

Penjelasan terakhir dari Dr Monty adalah

bahwa manusia merupakan makhluk

simbolis. Beliau menampilkan slide

bergambar kartun Disney. Beliau

menyebutnya sebagai arkhetip. Segala

pengalaman hidup direkam dalam benak

manusia dalam bentuk simbol, terutama

piktogram atau simbol gambar. Ragam

peristiwa dalam pengalaman hidup

direkam ke dalam bentuk simbol. Dalam

alam ketidaksadaran simbol-simbol

tersebut tersimpan menurut pola organisasi

yang unik.

Aspek kultural berperan dalam interpretasi

simbol. Beliau juga mengutip teori dari

Jung tentang ragam arkhertip yang bersifat

universal sebagai simbolisasi harapan serta

penghayatan manusia. Pada akhirnya

beliau menyatakan bahwa mimpi kita tak

lepas dari kebudayaan dimana kita tinggal.

Sebelum beliau mengkhiri diskusi tentang

mimpi, terlebih dahulu beliau menjawab

pertanyaan dari tiga orang penanya.

Hipnosis dan Kekuatan Prasangka

Seminar terus berlanjut. Drs. Asep sebagai

pembicara kedua menjelaskan hipnosis

secara ilmiah atau dalam sudut pandang

psikologi. Mula-mula beliau mengatakan

jeruk nipis. Kemudian peserta

diinstruksikan untuk berimajinasi bahwa

beliau sedang memegang sebuah jeruk

nipis dan diatas panggung ada sebuah

meja, pisau serta cawan petri. Beliau lalu

meperagakan sedang mengiris jeruk nipis

tersebut. Setelah itu, beliau seolah

memeras jeruk imajinasi tersebut .

Pak asep menjelaskan bahwa praktek

diatas sudah bisa disebut dengan hipnosis.

Mengapa demikian? Karena pada saat itu

peserta telah tersugesti, yaitu menerima ide

dari pak asep tanpa mengkritisinya padahal

semua peserta dalamkeadaan sangat sadar.

Jadi, secara sederhana hiposis bisa

diartikan sebagi sugesti dari orang lain

yang kita terima begitu saja. Realitanya

sejak kita kecil kita telah dihipnosis oleh

orang-orang di sekitar kita, terutama orang

tua dan guru.

Beliau menekankan bahwa menghipnosis

seseorang tidak perlu dalam keadaan tidak

sadar. Asalkan ada salah satu prinsip

hypnosis yang tetrpenuhi maka orang

tersebut akan mudah di sugesti. Prinsip

tersebut antara lain, rapport (kedekatan

hubungan), age regression, revivification

(menghidupkan kembali pengalaman),

idea sensor activity, halusinasi negatif,

halusinasi positif, distorsi waktu,

posthypnotic response, amnesia,

hypermnesia, hypnagogic, hypnopompic,

hypnosleep, catalepsy (keadaan kaku atau

tegang), dissociation, glove anesthesia,

hypnoanastesia, automatic writing,

somnambulism.

Sesaat kemudian pak asep memperagakan

berjalan diatas pecahan kaca. Seluruh

peserta tegang karena mereka harus

mencobanya. Pak Asep menjelaskan

kembali bahwa hal ini sebenarnya bukan

fenomena metafisika melainkan fenomena

fisika sederhana. Pecahan beling besar

Page 21: Buletin

yang berserakan akan mampat senhingga

gaya yang kita berikan terbagi rata.

Erik, moderator, mencobanya terlebih

dahulu. Melihat Erik tidak cidera banyak

peserta yang berani mencoba dan memang

tidak terjadi apa-apa. Pak Asep

menyimpulkan bahwa musuh terbesar kita

adalah imajinasi yang negatif. Saat kita

melihat pecahan kaca, kita teringat

pengalaman kita tertusuk pecahan kaca

yang tajam. Akhirnya kita berimajinasi

rasa sakit yang sebenarnya tidak ada.

Sehingga, rasa yang dipikirkan itu lebih

buruk dari rasa yang dirasakan.

Pak asep meneruskan aksinya. Belliau

meminta peserta untuk mengikat benang

ke pena atau benda yang dapat digantung.

Lalu beliau member sugesti agar peserta

okus pada benda itu. Dari atas panggung

beliau menginstruksikan pada peserta

untuk membayangkan benda itu bergerak

sesuai aba-aba. Beberapa ada yang

berhasil, namun ada juga sebgian yang

pendulumnya tidak patuh.

Seminar diakhiri dengan terjawabnya tiga

pertanyaan dari peserta.

Page 22: Buletin

Yeti Lastuti (EA UNJ‟12)

Berani untuk Bermimpi Sejuta Dolar!

Judul Buku : Mimpi Sejuta Dolar

ISBN : 978-979-22-7481-3

Penulis : Alberthiene Endah

Penerbit : PT Gramedia Pustaka

Utama Jakarta

Tahun Terbit : 2011

Tebal Hlm : 362 halaman

Berawal dari krisis moneter 1998,

Merry Riana terpaksa harus meninggalkan

tanah air untuk menuntut ilmu ke negeri

orang. Keturunan Tionghoa merupakan

salah satu alasannya. Masayarakat

keturunan Tionghoa di Indonesia terancam

keselamatannya. Harta mereka dijarah,

nyawa mereka pun tak aman. Inflasi besar-

besaran yang membuat nilai tukar dolar

terhadap rupiah melambung tinggi telah

menyebabkan banyak orang kalap.

Kesenjangan sosial kala itu antara

masyarakat berdarah Tionghoa sangat

tinggi dengan masyarakat asli keturunan

Indonesia.

Hal yang sama juga terjadi pada

keluarga Merry Riana. Ayahnya yang

membuka toko elektronik harus mengecap

kerugian. Kehidupan Merry Riana pun

berbalik 180o. Ia yang baru saja lulus SMA

pada waktu itu, harus mengurungkan

niatnya untuk bisa melanjutkan studi ke

Universitas Trisakti; kampus yang ia idam-

idamkan selama ini. Mimpi itu harus

pupus sebab keterbatasan finansial

orangtuanya yang tidak memungkinkan

untuk membiayainya kuliah.

Namun, pada akhirnya sang ayah

memutuskan untuk mengirim Merry Riana

ke Nanyang Technological University

(NTU) di Singapura. Dengan pinjaman

bank senilai 300 juta, ayahnya

membuladkan tekad untuk menyekolahkan

sang anak ke luar negeri. Sungguh bukan

suatu keputusan yang mudah amat itu.

Kerusuhan yang terjadi di Universitas

Trisakti pada Mei 1998 menjadi salah satu

faktor pengambilan keputusan tersebut.

Dengan segala keterbatasan, Merry

Riana akhirnya memberanikan diri untuk

memulai perjuangannya di NTU.

Keprihatinan harus ia lakoni di sana. Mie

instan dan roti tawar telah menjadi

santapan pokoknya selama tinggal di

Singapura. Bahkan air keran di kampus

terpaksa menjadi pelepas dahaganya.

Semuanya harus ia jalani dengan sabar dan

ikhlas.

Segala bentuk keprihatinan tersebut

harus Merry bayar mahal dengan mencari

pekerjaan sampingan yang dapat

membantu finansialnya. Mulai jadi

pembagi brosur, waitress sampai menjadi

marketing di toko bunga. Nyatanya,

memang kehidupan Merry Riana di NTU

Singapura lebih baik. Setidaknya, kini ia

Page 23: Buletin

tidak perlu menyantap mie instan setiap

hari.

Namun, hal tersebut tidak

menjadikan hidup Merry Riana tenang

seutuhnya. Bayangan hutang 300 juta terus

mengejarnya. Ia tak mau membebani orang

tuanya. Ia ingin membayar hutang

pendidikannya dengan jerih payahnya

sendiri. Kegigihan, keuletan dan

kedisiplinan selalu ia tunjukkan dalam

setiap pekerjaannya. Tak pernah sekalipun

ia meremehkan hal yang menjadi tanggung

jawabnya.

Semangatnya semakin berkobar,

terlebih saat ia bertemu dengan Alva;

sosok yang menjadi penyemangatnya

hingga saat ini. Alva yang kini menikah

dengannya itu memegang banyak peranan

penting dalam kesuksesan Merry Riana.

Bersama Alva, Merry berjuang meraih

mimpinya yaitu mencapai kebebasan

finansial sebelum usianya menginjak 30

tahun. Begitulah yang ia sampaikan secara

berulang-ulang dalam bukunya. Motivasi,

arahan dan nasehat selalu Alva berikan

pada Merry untuk mendulang

kesuksesannya hingga menjadi gadis

berpenghasilan 1 juta dolar di usia 26

tahun.

“You can take me out

from Indonesia, but you

can never take Indonesia

out from me”

Begitulah yang tertulis di awal

halaman buku “Mimpi Sejuta Dolar”.

Meninggalkan Indonesia bukan berarti

meninggalkan jiwa nasionalisme dalam

diri Merry Riana. Sukses di Singapura, tak

menjadikan Merry bak kacang yang lupa

kulitnya. Semangatnya terus berkoar meski

telah berada di puncak kesuksesan; yakni

semangat untuk membuat banyak orang

lebih sukses darinya.

Kisah yang sangat inspiratif dari

seorang Merry Riana. Betapa keras

usahanya untuk mencapai kebebasan

finansial di usia mudanya. Begitu banyak

rangkaian kejadian pahit yang ia hadapi

selama bermimpi sejuta dolar. Namun

melalui buku ini, Merry Riana seolah ingin

menyampaikan bahwa tak ada tak

mungkin selama kita mau berusaha. Nilai-

nilai kehidupan dari kisah Merry Riana

tentang bagaimana memperjuangkan suatu

impian dan cita-cita juga tercatat di dalam

buku ini.

“Mimpi Sejuta Dolar” merupakan

salah satu referensi bacaan motivasi yang

tepat untuk orang-orang yang berani

menggantungkan mimpinya setinggi

langit. Buku yang ditulis oleh Alberthiene

Endah; penulis yang banyak

mengabadikan biografi sejumlah tokoh

ternama. Alberthiene Endah mampu

menyampaikan pesan kehidupan dari

Merry Riana. Ia menyajikan kisah dibalik

suksesnya seorang Merry Riana tanpa

berbelit-belit dengan kata yang sulit

dicerna. Tak hanya itu, “Mimpi Sejuta

Dolar” juga memberikan berbagai macam

tips menuju kesuksesan.

Selain itu, melalui buku ini juga

Merry ingin menyampaikan bahwa uang

bukanlah tujuan hidupnya, tetapi uang

adalah salah satu cara mencapai tujuan

hidupnya. Atau dengan kata lain, Merry

menepis bahwa dirinya adalah salah satu

orang dengan tipe money oriented. Buku

ini juga sedikit kental dengan sifat religius

dan budaya Tionghoa yang mengalir

dalam darah Merry Riana. Namun, di balik

itu semua Merry Riana tetap menjaga jiwa

nasionalisnya terhadap Indonesia. Secara

keseluruhan, buku ini benar-benar

menginspirasi dan memotivasi

pembacanya.

Page 24: Buletin

Zuvin Natul Ummah (IKK UNJ‟12)

TAMAN PLAZA ALA UNJ

Tak kenal maka tak gaul, tak tau berarti kudet (kurang update) yang jauh menjadi dekat yang

sudah dekat menjadi rapat yang sudah rapat jadi berdebat

Sore itu, matahari masih terik. Tiupan

angin menghempas luas membuat mata

menjadi sayup-sayup. Terlihat berbondong

bondong orang mengunjungi tempat yang

baru di bangun beberapa bulan lalu.

Rumput-rumput yang mengelilingi taman

membuat sedap mata memandang. sekitar

pukul 16:00, saya berada di taman dekat

mesjid alumni Universitas Negeri Jakarta.

Taman dengan dua anak tangga itu

menjadi simbol keindahan dan keasrian

kampus Universitas Negeri Jakarta, taman

yang baru beberapa bulan di bangung itu

terkesan nyaman. Ditambah dengan

penataan pepohonan serta rumput yang

disusun rapi yang berada di sekitar taman

tersebut, semakin mengesankan suasana

yang sejuk.

Di tempat inilah kita menemukan banyak

mahasiswa. Terlihat mereka berkelompok

kelompok dengan berbagai macam

kegiatan yang dilakukan, dengan

kepentingan yang beragam tampak

sekelompok mahasiswa yang sedang

melakukan kegiatan hipnosis teman

sejawat.

“kita lagi ada tugas berkunjung ke kampus

A untuk memenuhi tantangan yang

diberikan oleh senior dari komunitas

hipnosis,” kata Dinda salah seorang

mahasiswi Psikologi. Taman yang belum

lama dibangun ini menjadi salah satu

tantangan tersendiri bagi komunitas

hipnosis untuk mempraktekan sebagian

ilmu yang telah dipelajarinya.

Dengan desain sedemikian rupa taman

yang berada di tengah-tengah gedung baru

itu terlihat begitu memesona dibanding

tempat-tempat yang lain, taman inilah

yang memiliki daya tarik tersendiri, taman

plaza UNJ memang sangat menarik

sebagai ajang gengsi menunjukan kepada

public UNJ punya tempat andalan dimana

pada taman ini terpampang jelas dan besar

logo kampus pendidikan negeri yang

hanya ada di jakarta.

Istilah taman plaza UNJ menjadi tren

setelah berdirinya beberapa bulan yang

lalu, ada juga yang mengatakan taman

demokrasi karena menjadi sebuah tempat

berkumpulnya mahasiswa-mahasiswa dari

berbagai jurusan yang mempunyai

kegiatan berbeda beda walaupun begitu

tetap saja terlihat serius tapi santai, dengan

desain yang tinggi permukaan tanah taman

ini pun terlihat indah karena ada lapisan

rumput-rumput yang membuat para

pengunjung duduk saja tanpa takut baju

mereka menjadi kotor.

Pendopo yang disulap menjadi taman

plaza UNJ, ya inilah yang terjadi

hamparan tanah menjadi luas tanpa adanya

sekat-sekat yang memisahkan. Tepat di

anak tangga yang membentuk setengah

lingkaran dibawah logo UNJ berada

disitulah para mahasiswa acap kali ditemui

sedang berfoto-foto tanpa merasa rikuh

ataupun malu, semua biasa saja seperti

mengakui inilah taman milik setiap

mahasiswa yang ada di UNJ.

Page 25: Buletin

Di samping taman terdapat sekelompok

mahasiswa sedang duduk berjejer rapi bak

sandal yang terdapat di mesjid alumni,

terdengar suara hiruk pikuk yang membuat

saya penasaran hingga memerhatikannya,

awalnya lari-lari kecil kemudian

dilanjutkan dengan duduk berjamaah,

dengan wajah tegang dan menarik nafas

panjang serta tangan yang diletakkan

dikedua paha masing-masing individu

dimulailah latihan itu, latihan olah

pernafasan yaitu bagian dari yoga yang

mereka lakukan tampak seru dan cukup

menarik perhatian mahasiswa yang ada

pada sore itu. Itulah bagian dari kegiatan

yang dilakukan di taman itu.

“Walaupun taman ini bukan tempat yang

aman dan tenang untuk duduk dan sekedar

santai, namun taman ini masih lebih baik

dibanding dengan tempat tongkrongan

lainnya, karena terdapat atmosfir tersendiri

yang mengelilingi taman plaza UNJ ini”

ungkap septian (mahasiswa jurusan

Pendidikan Akuntansi Reguler, 2012)

Menjelang sore taman ini memang sejuk

dan menagih untuk dikunjungi entah

sekedar duduk-duduk foto-foto bermain

dengan teman sejawat hingga kegiatan

mahasiswa lainnya yang tiap harinya bisa

berganti-ganti, tapi Septian juga mengakui

jika taman ini masih banyak sampah yang

berserakan, karena kurangnya kesadaran

setiap pengunjung yang menggunakannya

untuk aktivitas tertentu. Tempat duduk

yang disediakan pun tidak ada, hanya ada

anak tangga dan setengah lingkar tempat

tinggi yang ada di bawah logo UNJ itu.

“kalo kami biasa duduk di sini kalau setiap

ada rapat, karena tempatnya terbuka dan

tidak sumpek seperti di dalam kelas, ucap

Septian.

Ia mengakui, saat ini memang taman plaza

cukup membanggakan apalagi jika

diberikan tempat duduk khusus

disekitarnya agar rumput yang hijau bisa

dipandang nyaman dan tidak di duduki.

Untuk melepas lelah dan memanfaatkan

waktu kosong di sela-sela jam istirahat

atau jam pulang kuliah taman ini menjadi

rekomendasi bagi para mahasiswa yang

ingin berkumpul bersama, janjian atau

mengadakan rapat.

Selain mahasiswa juga terdapat para

pedagang kaki lima yang menjajakan

barang dagangannya disini, sebut saja

pedagang aksesoris yang berkeliling

mendatangi orang yang sedang duduk satu

persatu, terlihat banyak yang menyukai

dan cocok dengan aksesorisnya sehingga

banyak pembeli yang mengerubutinya.

Ada juga mahasiswa jurusan IKK yang

terlihat sedang menjajakan berbagai

macam makanan dan minuman dengan

seragam putih-putih serta senyuman yang

ditebarkannya, tak jarang laki-laki yang

menggoda pedagang yang terlihat

menggoda dari sudut pandang tertentu.

Aktivitas sosial yang dilakukan diluar

kelas dan masih dalam ruang lingkup

kampus acap kali menjadi kesempatan

para pedagang untuk mendekat ditengah-

tengah perkumpulan banyak orang, yang

sekiranya memungkinkan untuk dijadikan

tempat mencari nafkah.

Memng taman yang berdiri masih seumur

jagung namun sudah memberikan kesan

yang baik bagi kampus pendidikan ini.

Menjadikan simbol yang indah dan

terpampang nyata pada jarak sekitar 25

meter dari Rawamangun Muka.