Buletin 44

33
 PENYELESAIAN SENGKETA WTO DAN INDONESIA Oleh: Freddy Josep Pelawi 1 A. PENDAHULUAN Sis tem Peny ele sai an Sengket a World Trade Organi zati on (WTO)/  Dispute Settlement Understanding (DSU) adalah tulang punggung dari rejim perdaga ngan multi later al saat ini. Sistem ini diciptakan oleh para  Negara anggota WTO pada saat Urugu ay Round  dengan har apan untuk menciptakan suatu sistem yang kuat da n da pat me ngikat se mua  pihak dalam rangka menyelesaikan sengketa perdagangan dalam kerang- ka WTO. De ngan si st em pe nye- lesaian sengketa ini juga diharapkan agar negara anggota dapat mematuhi  peraturan-peraturan yang disepakati dalam WTO  Agreement . Sistem  penyelesaian sengketa ini juga dinilai sebagai kont ribusi uni k dari WTO terhadap kes tabilan perekonomian global. Sistem penyelesaian sengketa WTO dib entu k sebagai pembaruan dari sis tem peny elesaian sengket a Gen er al Agreement on Tari ff and Trade (GATT) yang se bel umnya ada. Denga n si st em penyele sa ian se ngke ta WTO di hara pkan akan diperoleh kes tabila n dan per kir aan  peraturan perdagangan internasional yang berpihak pada kegiatan bisnis,  petani, pekerja dan konsumen dari seluruh dunia. Sistem penyelesaian se ngket a WTO me ma inkan peran penting dalam mengklarifikasi dan penegak- 1  Staf Advokasi Tuduhan Dumping, Direktorat Pengamanan Perdagangan, Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional, Departemen Perdagangan Republik Indonesia. an kewajiban anggota dalam WTO  Agreement . Pen yel esaian sengk et a me ma ng buka n ke gi at an ut ama dala m kinerja or ga ni sasi WTO, namun penyelesaian sengketa adalah  bagian yang sangat penting dalam kenyataan ki ner ja organisasi. Pe- nyel es ai an se ngke ta WTO juga menj adi perangkat pent ing dalam manajemen negara anggo ta WTO dan kaitannya de ngan hubungan ekonomi yang luas. Per daga nga n bebas dewasa ini menun tut semua pihak untuk me- mahami per setujua n per dagangan int ernasional dengan segala imp li- kasi nya terhadap pe rkembangan eko nomi nasi ona l secar a me nye - luruh. Perset ujuan- perset ujuan yang ada dalam kerangka WTO bertujuan untu k me nc iptak an sis te m pe r- daga ngan duni a yang me ngat ur masal ah-mas alah perdag angan agar lebi h ber saing secara te rbuka,  fair dan sehat. Hal tersebut tampak dalam  prinsip-prinsip yang dianut oleh WTO yaitu prinsip  Non- discr iminat ion, Transparency , Sta- bi li ty and predictabi li ty of tr ade regu lations, Use of tar if fs as instruments of protection dan  Elimination of unfair competition. Terkai t dengan prinsip predictability of trade regulations , 2  dalam prinsip ini dikemukakan bahwa pemerintah suatu negara yang menjadi anggota dari WTO dapat mel akukan peng- at ur an yang aka n me mba tasi atau me ngat ur me ngenai bi da ng per- dagangannya sendiri apabila terdapat hal-hal khusus (  special cir- cumstances). Hal-hal khusus tersebut antara lain apabila dalam menegak- 2  Lihat http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/ti f_e/fact2_e.htm

Transcript of Buletin 44

Page 1: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 1/33

PENYELESAIAN SENGKETA WTO

DAN INDONESIA

Oleh: Freddy Josep Pelawi1

A. PENDAHULUAN

Sistem Penyelesaian SengketaWorld Trade Organization (WTO)/  Dispute Settlement Understanding 

(DSU) adalah tulang punggung darirejim perdagangan multilateral saatini. Sistem ini diciptakan oleh para  Negara anggota WTO pada saatUruguay Round  dengan harapanuntuk menciptakan suatu sistem yang

kuat dan dapat mengikat semua  pihak dalam rangka menyelesaikansengketa perdagangan dalam kerang-ka WTO. Dengan sistem penye-lesaian sengketa ini juga diharapkanagar negara anggota dapat mematuhi peraturan-peraturan yang disepakatidalam WTO  Agreement . Sistem penyelesaian sengketa ini juga dinilaisebagai kontribusi unik dari WTOterhadap kestabilan perekonomianglobal. Sistem penyelesaian sengketaWTO dibentuk sebagai pembaruandari sistem penyelesaian sengketaGeneral Agreement on Tariff and 

Trade (GATT) yang sebelumnyaada. Dengan sistem penyelesaiansengketa WTO diharapkan akandiperoleh kestabilan dan perkiraan peraturan perdagangan internasionalyang berpihak pada kegiatan bisnis,  petani, pekerja dan konsumen dariseluruh dunia.

Sistem penyelesaian sengketaWTO memainkan peran pentingdalam mengklarifikasi dan penegak-

1 Staf Advokasi Tuduhan Dumping, DirektoratPengamanan Perdagangan, Ditjen KerjasamaPerdagangan Internasional, DepartemenPerdagangan Republik Indonesia.

an kewajiban anggota dalam WTO Agreement . Penyelesaian sengketamemang bukan kegiatan utamadalam kinerja organisasi WTO,namun penyelesaian sengketa adalah

  bagian yang sangat penting dalamkenyataan kinerja organisasi. Pe-nyelesaian sengketa WTO jugamenjadi perangkat penting dalammanajemen negara anggota WTOdan kaitannya dengan hubunganekonomi yang luas.

Perdagangan bebas dewasa inimenuntut semua pihak untuk me-mahami persetujuan perdaganganinternasional dengan segala impli-

kasinya terhadap perkembanganekonomi nasional secara menye-luruh. Persetujuan-persetujuan yangada dalam kerangka WTO bertujuanuntuk menciptakan sistem per-dagangan dunia yang mengatur masalah-masalah perdagangan agar lebih bersaing secara terbuka,  fair 

dan sehat. Hal tersebut tampak dalam  prinsip-prinsip yang dianut olehWTO yaitu prinsip  Non-

discrimination, Transparency, Sta-bility and predictability of trade

regulations, Use of tariffs as

instruments of protection dan  Elimination of unfair competition.Terkait dengan prinsip predictability

of trade regulations,2 dalam prinsipini dikemukakan bahwa pemerintahsuatu negara yang menjadi anggotadari WTO dapat melakukan peng-aturan yang akan membatasi atau

mengatur mengenai bidang per-dagangannya sendiri apabila terdapathal-hal khusus (  special cir-

cumstances). Hal-hal khusus tersebutantara lain apabila dalam menegak-

2 Lihathttp://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/fact2_e.htm

Page 2: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 2/33

kan “  fair competition”, suatu negaraterpaksa perlu membuat suatu ke-  bijakan berupa peraturan atau tin-dakan (  state action) mencegah ter-  jadinya tindakan subsidi, dumping

dan pengenaan safeguard. Indonesia telah meratifikasi Per-

setujuan Pembentukan WTO melaluiUndang - Undang No. 7 Tahun 1994.Dengan ratifikasi tersebut, makanegara-negara anggota WTO, dalamhal ini juga Indonesia, harus me-nyesuaikan peraturan nasionalnyadengan ketentuan - ketentuan yangada dalam persetujuan-persetujuanWTO.

Indonesia sebagai negara ang-gota WTO juga memiliki ke-wenangan untuk malakukan tuduhananti dumping berupa pengenaan beamasuk anti dumping, tuduhan anti -subsidi dalam hal ini yaitu pe-ngenaan bea masuk imbalan dantindakan  safeguard  berupa pengena-an tarif, kuota atau keduanya.

B. PENYELESAIAN SENGKETAWTO

Sengketa dapat muncul ketikasuatu negara menetapkan suatu ke-  bijakan perdagangan tertentu yang  bertentangan dengan komitmennyadi WTO atau mengambil kebijakankemudian merugikan negara lain.Selain negara yang paling dirugikanoleh kebijakan tersebut, negara ke-tiga yang tertarik pada kasus tersebut

dapat mengemukakan keinginannyauntuk menjadi pihak ketiga danmendapatkan hak-hak tertentu sela-ma berlangsungnya proses penye-lesaian sengketa.

2. Prinsip Penyelesaian Sengketa

  Negara - negara anggotaWTO telah sepakat bahwa jikaada negara anggota yang me-langgar peraturan perdaganganWTO, negara-negara anggota ter-

sebut akan menggunakan sistem  penyelesaian multilateral dari- pada melakukan aksi sepihak. Ini  berarti negara-negara tersebutharus mematuhi prosedur yangtelah disepakati danmenghormati putusan yangdiambil.

Meskipun banyak prosedur WTO yang mirip dengan proses  pengadilan, negara-negara ang-

gota yang bersengketa tetap di-harapkan untuk melakukan pe-rundingan dan menyelesaikanmasalah mereka sendiri sebelumterbentuknya panel. Oleh karenaitu, tahap pertama yang dilakuk-an adalah konsultasi antar peme-rintah yang terlibat dalam suatukasus. Bahkan sekiranya kasustersebut melangkah ke kasus  berikutnya, konsultasi dan me-

diasi tetap dimungkinkan.

Persetujuan DSU juga me-nutup kemungkinan suatu negarayang kalah dalam kasus tertentuuntuk menghalang-halangi putus-an. Di bawah ketentuan GATT,suatu putusan disahkan ber-dasarkan konsensus, yang berartitidak ada keputusan jika terdapatkeberatan dari suatu negara. Di bawah ketentuan WTO, putusansecara otomatis disahkan kecualiada konsensus untuk menolak hasil putusan, dengan mekanismeini maka negara yang inginmenolak suatu hasil putusanharus melobi seluruh anggotaWTO lainnya untuk mem-  batalkan keputusan panel ter-

Page 3: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 3/33

masuk anggota WTO yang men- jadi lawan dalam kasus tersebut.Jadi penyelesaian sengketa WTOmengandung prinsip - prinsip:adil, cepat, efektif dan saling

menguntungkan.3

3. Proses Penyelesaian Sengketa

a. DSB dan Panel

Penyelesaian sengketamenjadi tanggung jawabBadan Penyelesaian Sengketa(Dispute Settlement Body/DSB) yang merupakan pen-  jelmaan dari Dewan Umum(General Council/GC). DSB

adalah satu-satunya badanyang memiliki otoritas mem- bentuk Panel yang terdiri dari  para ahli yang bertugasmenelaah kasus. DSB dapat juga menerima atau menolak keputusan Panel atau ke- putusan pada tingkat banding.DSB tersebut memonitor  pelaksanaan putusan-putusandan rekomendasi serta me-miliki kekuasaan/wewenanguntuk mengesahkan retaliasi  jika suatu negara tidak me-matuhi suatu putusan.

a. Banding

Tiap pihak yang ber-sengketa dapat mengajukan  banding atas putusan panel.Kadang-kadang kedua belah  pihak sama-sama mengaju-kan banding. Namun banding

harus didasarkan pada suatu  peraturan tertentu sepertiinterpretasi legal atas suatuketentuan/pasal dalam suatu  persetujuan WTO. Banding

3 Lihat Article 3: General Provision dari Annex2: Understanding On Rules And Procedures

Governing The Settlement Of Disputes – WTO

tidak dilakukan untuk meng-uji kembali bukti-bukti yangada atau bukti-bukti yangmuncul, melainkan untuk me-neliti argumentasi yang di-

kemukakan oleh Panel se- belumya.Tiap upaya banding di-

teliti oleh tiga dari tujuhanggota tetap Badan Banding(Appelate Body/AB) yangditetapkan oleh DSB dan  berasal dari anggota WTOyang mewakili kalangan luas.Anggota AB memiliki masakerja 4 (empat) tahun.

Mereka harus berasal dariindividu-individu yang me-miliki reputasi dalam bidanghukum dan perdaganganinternasional, dan lepas darikepentingan negara manapun

Keputusan pada tingkat banding dapat menunda, me-ngubah ataupun memutar-  balikan temuan-temuan dan  putusan hukum dari panel.

Biasanya banding membutuh-kan waktu tidak lebih dari 60hari, dan batas maksimumnya90 hari. DSB harus menerimaataupun menolak laporan  banding tersebut dalam jangka waktu tidak lebih dari30 hari dimana penolakanhanya dimungkinkan melaluikonsensus.

C. PENYELESAIAN SENGKETA

SETELAH REKOMENDASI

ATAU KEPUTUSAN  DISPUTE 

 SETTLEMENT BODY /DSB

Jika suatu negara telah me-langgar aturan WTO dengan me-netapkan aturan yang tidak konsisten

Page 4: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 4/33

dengan WTO, maka negara tersebutharus segera mengoreksi kesalahan-nya dengan menyelaraskanaturannya dengan aturan WTO. Jikanegara tersebut masih melanggar 

aturan WTO, maka harus membayar kompensasi atau dikenai “retaliasi”.Biasanya kompensasi/retaliasi di-terapkan dalam bentuk konsesi atauakses pasar.

Walaupun suatu kasus sudahdiputuskan, masih banyak hal yangharus dilakukan sebelum sanksi  perdagangan diterapkan. Dalamtahap ini yang penting adalah ter-gugat harus menyelaraskan ke-

 bijakannya dengan rekomendasi ataukeputusan DSB. Persetujuan WTOmengenai penyelesaian sengketamenetapkan bahwa “tindakan yangcepat dalam hal mematuhi re-komendasi atau putusan DSB sangat  penting untuk menjamin bahwa putusan penyelesaian tersebut efektif dan menguntungkan seluruh anggotaWTO.

  Negara yang kalah sengketaharus mengikuti rekomendasi yangdisebutkan dalam laporan Panel(panel report) atau laporan banding(appelate Body report).

Secara prinsipil, sanksi diterap-kan pada bidang yang sama dengan  bidang yang disengketakan. Jikasanksi tersebut tidak dapat di-laksanakan atau tidak efektif, makasanksi dapat diterapkan dalam sektor 

yang lain, dalam satu persetujuanyang sama. Selanjutnya, sekiranyamasih juga belum dilaksanakan atau  belum efektif, dan jika keadaannyacukup serius, tindakan dapat diambildi bawah persetujuan WTO lain.Maksudnya adalah untuk mem-  perkecil kesempatan merambatnya

tindakan tersebut ke dalam bidang- bidang yang tidak ada hubungannyadengan bidang tersebut, sekaligusagar menjamin agar tindakantersebut efektif.

Dalam setiap kasus, DSB meng-awasi pelaksanaan putusan yangtelah disahkan. Kasus-kasus yangmasih dalam proses tetap menjadiagenda DSB sampai berhasil di-selesaikan.

D. PENGALAMAN INDONESIA

Indonesia pernah menjadi ne-gara yang digugat oleh negara

anggota WTO lainnya, yaitu Jepang,Uni Eropa dan Amerika Serikat.Pada saat itu permasalahannya ada-lah kebijakan Indonesia dalam pro-gram Mobil Nasional yang dianggaptelah memberikan kemudahan bagiindustri mobil nasional merupakan bentuk diskriminasi dan dengan de-mikian telah melanggar ketentuanWTO yang terkait dan PersetujuanTrade Related Investment Measures

(TRIMs). Dalam tahap DSB, Panelmemutuskan agar Indonesia menye-suaikan peraturannya agar selarasdengan peraturan WTO.

Indonesia juga memiliki penga-laman menjadi pihak ketiga (third  party) bersama dengan beberapaanggota WTO dalam sengketa antaraUni Eropa menghadapi Argentina(tergugat) dimana dalam kasus iniArgentina dianggap melakukan dis-

kriminasi dengan menetapkan tin-dakan  safeguard  berupa pembatasanimpor produk alas kaki (footwear)yang berasal dari beberapa negaraanggota WTO4, termasuk Indonesia.

4 Lihat diantaranya dokumenG/TBT/N/ARG/111 dihttp://docsonline.wto.org/GEN_searchResult.asp

Page 5: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 5/33

Indonesia yang merupakan eksportir utama produk alas kaki ke Argentinamerasa dirugikan karena dikenakantambah-an bea masuk (specific duty)sedang-kan negara-negara Mercosur 

(Brazil, Uruguay, Paraguay) tidak dikenakan tindakan  safeguard .Argentina akhirnya melakukan pe-nyesuaian aturannya mengenai  safe-

 guard .

Di samping itu, Indonesia ber-sama-sama dengan beberapa anggotaWTO lainnya yaitu Canada, Mexico,Jepang, Brasil, India, Thailand,Chile, Korea Selatan dan  EuropeanUnion menggugat Amerika Serikat

dalam kasus US - Continued  Dumping and Subsidy Offset Act of 

2000” (US – CDSOA)5. Dalam kasustersebut Indonesia bersama dengannegara lainnya menganggap kebijak-an yang diterapkan Amerika Serikatdalam US – CDSOA bertentangandengan prinsip-prinsip yang dise- pakati dalam  Agreement  WTO ten-tang anti dumping (  Anti Dumping 

 Agreement /AD Agreement) dan anti

subsidi (Subsidy and Countervailing Measures Agreement /ASCM  Agree-

ment ). Kasus ini kemudian dibawake sidang Panel pada tahun 2001.

Dalam keputusannya Panel me-rekomendasikan kepada DSB untuk meminta AS agar menyesuaikan  peraturannya dengan persetujuan-  persetujuan WTO dengan caramencabut kebijakan US – CDSOA.Terhadap keputusan Panel tersebut,AS mengajukan banding ke Appelate Body. Dalam keputusannya di tahun2003,   Appelate Body juga me-rekomendasikan AS agar melakukan  penyesuaian dengan mengadakan

5 Lihat diantaranya dokumen WT/DSB/M/221 didi http://docsonline.wto.org/

  perubahan kebijakan terkait denganUS – CDSOA atau yang juga dikenaldengan   Byrd Amendment  agar konsisten dengan ketentuan WTO.Hal ini dilakukan karena  Appelate

 Body juga memutuskan bahwa  Byrd  Amendment  tidak konsisten dengan persetujuan-persetujuan WTO.

E. REKOMENDASI DSB DAN

DAMPAKNYA BAGI

INDONESIA

1. Kasus Indonesia – Amerika

Serikat

Merujuk pada kasus US – 

CDSOA di atas, dimana Indo-nesia menjadi penggugat ter-hadap kebijakan Amerika Serikatyang tidak konsisten terhadapkesepakatan WTO, Indonesiaikut dalam proses pembentukansejarah bahwa negara anggotaWTO memiliki posisi yang samadalam menaati peraturan yangtelah disepakati bersama olehnegara-negara anggota. Indonesia

secara langsung juga mengalamidampak dari pemberlakukankebijakan USCDSOA tersebut.Lantas mahkluk apakah US – CDSOA tersebut? Sebelum di-  bahas lebih lanjut mengenaikaitan antara US – CDSOAdengan Indonesia, akan dijelas-kan sekilas tentang US – CDSOA ini.

US – CDSOA merupakan peraturan Amerika Serikat yangmembagikan hasil pungutan dari  bea masuk anti – dumping dan  bea masuk imbalan (counter-

vailing duty) terhadap barangimpor yang dikumpulkan Peme-rintah Amerika Serikat kepadaindustri domestiknya yang di-

Page 6: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 6/33

rugikan oleh tindakan dumpingdan atau subsidi oleh negara lainterhadap barang impor ke AStersebut. Hal ini menunjukkankaitan erat antara kebijakan

  pemerintah dengan kepentingan  perusahaan dalam industri do-mestik Amerika Serikat. AmerikaSerikat berpendapat bahwa WTOtidak mengatur bagaimana suatunegara harus menggunakan ins-trumen bea masuk anti dumpingdan anti subsidi, karenanyaAmerika Serikat merasa bebasuntuk menerapkan peraturanuntuk membagi-bagikan hasil

  pungutan bea masuk tersebutkepada industri domestiknyayang menjadi korban tindakandumping dan atau pemberiansubsidi barang impor yang masuk ke pasar Amerika Serikat.

Dari sisi negara lain ter-utama negara yang melakukankegiatan ekspor produknya ke pasar Amerika Serikat, kebijakanAmerika Serikat ini dapat di-

gunakan secara berlebihan olehkalangan industri domestik Amerika Serikat untuk meng-klaim kerugian berat (injury) atasmasuknya barang impor yang  berharga murah dan kemudianmenuduh barang impor murahtersebut akibat tindakan dumpingyang dilakukan perusahaan peng-ekspor dan atau subsidi yangdilakukan negara lain kepada

  perusahaan eksportirnya. Ter-lebih lagi disadari oleh negara-negara penggugat dalam kasusini, bahwa Amerika Serikat telahmemiliki ketentuan mengenaidumping dan subsidi jauh se-  belum WTO dibentuk, yaituTariff Act  1930 (Tariff Act).

Sejak tahun 1995, yaitu setelahWTO dibentuk hingga kini,memang banyak diadakan pe-nyesuaian dari Tariff Act tersebutagar selaras dengan ketentuan

WTO.Contoh perubahan tersebut

misalnya dalam penerapan pe-ngenaan bea masuk anti dumpingdan bea masuk imbalan (counter-

vailing duty) setelah diberlaku-kannya ketentuan WTO, Tariff  Act  menyesuaikan aturannyadengan memberikan kesempatanreview 5 (lima) tahunan ( sunset review) bagi perusahaan

eksportir dan negara yangdikenakan bea masuk tersebut6. Namun demi-kian, masih banyak interpretasi Tariff Act  yangmemanfaatkan lubang-lubanghukum dalam Ke-tentuan WTOdan kesepakatan-kesepakatannyayang menuai protes dari negaraanggota lain-nya. Salah satunyaadalah me-ngenai US - CDSOAini. Dalam ketentuan Tariff Act 

1930, yang juga selaras denganketentuan WTO dalam AD Agreement , untuk menuduh  perusahaan negara lainmelakukan praktek dumping,maka harus ada peng-aduan dariindustri domestik AS, dimanadalam ketentuan WTO harusmemenuhi kuorum tertentu.Dalam ketentuan Tariff Act  dan  peraturan pelaksanaannya, pe-

menuhan kuorum tersebut dapatdipenuhi dengan memasukkan  juga serikat pekerja sebagai  bagian dari industri domestik.Dalam ketentuan AD  Agreement 

WTO, serikat pekerja tidak diperkenankan menjadi bagian

6Lihat http://ia.ita.doc.gov/sunset/index.html

Page 7: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 7/33

dari industri domestik. Hal-halyang berbenturan seperti inilahyang banyak sekali ditemukan diantara Tariff Act  dan ketentuan-ketentuan WTO.

Terlebih lagi ketika diber-lakukannya US – CDSOA yang  juga sebagai peraturan pelaksanadari Tariff Act , makin me-nguatkan posisi industri domestik Amerika Serikat untuk meminta perlindungan lebih kepada peme-rintahnya berkenaan dengan per-saingan dari barang impor darinegara lain.

Indonesia dalam hal ini telahmengalami beberapa kali pe-ngenaan bea masuk baik dumping maupun subsidi olehAmerika Serikat. Dalam kurunwaktu 1995 hingga 2007 tercatatkurang lebih 8 (delapan) produk dari Indonesia yang dikenakan  bea masuk baik anti dumpingmaupun imbalan dalam daftar   International Trade Adminis-trative, Department of Commer-

ce7 dan USDOC mengenakan beamasuk imbalan dan anti dumpingdalam jumlah yang irasional bagi  pengusaha untuk melakukanakses ke pasar Amerika Serikat.Pada saat tulisan ini ditulis,Amerika Serikat melalui USDOC juga tengah mengadakan inves-tigasi tuduhan dumping dansubsidi terhadap produk kertas glossy untuk majalah. Dalammelaksanakan investigasi ini jugatidak terlepas dari tuntutan dariindustri domestik AmerikaSerikat yang merasa terancam

7 Lihathttp://web.ita.doc.gov/ia/webapotrack.nsf/f892b99f06d85bac852569df00718b6e?OpenView&Star t=11.6.1&Count=30&ExpandView

akan persaingan dari barangimpor kertas  glossy yang berasaldari Indonesia, China dan Korea.

Diharapkan dengan dise-laraskan atau dicabutnya US -

CDSOA akan memberikantahap-an baru bagi Indonesiakhususnya pengusaha eksportir  barang ke Amerika Serikat untuk dapat memberikan kontribusidevisa lebih baik lagi untuk   perkem-bangan perekonomianIndonesia.

2. Kasus Indonesia – Korea

Indonesia dalam mengguna-

kan mekanisme penyelesaiansengketa di WTO juga pernahmenjadi penggugat utama dalamkasus dengan Korea Selatan(Korea) berkenaan dengan pe-nerapan bea masuk anti dumpingoleh Korea terhadap produk certain paper  asal Indonesiayang diimpor oleh importir Korea. Melalui proses konsultasiyang dimulai pada tanggal 7 Juli

2004, Indonesia meminta Koreadalam hal ini   Korean Trade

Commis-sion (KTC) untuk mencabut bea tambahan antidumping karena Indonesiamemandang tindakan tersebuttidak sesuai dengan aturan antidumping yang berlaku sesuaidengan ketentuan WTO.

Proses konsultasi yang ter-  jadi secara bilateral Indonesia– Korea ternyata tidak berhasilmencapai kesepakatan. Indonesiakemudian mengajukan sengketaini kepada DSB – WTO danmeminta dibentuknya Panel un-tuk meneliti kasus anti dumpingtersebut. Pada tanggal 28 Okto-  ber 2005, Tim Panel

Page 8: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 8/33

memutuskan bahwa penerapan  bea anti dumping oleh Koreaterhadap produk  certain paper 

asal Indonesia tidak sesuaidengan ketentuan-ketentuan yang

ada da-lam AD  Agreement WTO8. Korea disarankan olehPanel untuk merevisi aturannyadan melakukan perhitungankembali bea masuk anti dumpingyang dikenakan ke perusahaankertas asal Indonesia. Hal inimenunjuk-kan kemenanganIndonesia da-lam kasus ini.

Kasus ini belum selesai, danIndonesia tetap terus berusaha di

forum WTO untuk memaksaKorea melaksanakan rekomen-dasi Panel WTO. Dalam ke-tentuan DSB Korea diberikanwaktu untuk melaksanakan re-komendasi panel dan dalam halini Korea telah melewati bataswaktu yang ditentukan dalammenjalankan rekomendasi Panel.

F. PENYELESAIAN SENGKETA

WTO : UPAYA TAK KENAL

LELAH

Berdasarkan ketentuan DSB bilasuatu negara tidak melaksanakankeputusan DSB, dalam hal ini adalah  Appelate Body DSB, dalam jangkawaktu tertentu (reasonable period of 

time/RPT ) maka negara-negara peng-gugat dimungkinkan untuk melak-sanakan tindakan yang berupa per-

mintaan kompensasi kepadaAmerika Serikat atas kebijakan US – CDSOA kepada negara-negara penggugat ter-sebut.

Apabila kompensasi tersebut tidak diberikan oleh Amerika Serikat

8 Lihat dokumen WT/DS312 dihttp://docsonline.wto.org/

dalam jangka waktu yang telahditentukan, maka negara-negara yangdirugikan dan menjadi pihak dalamgugatan kasus ini, dapat melakukantindakan pembalasan atau retaliasi.

Dalam kasus Indonesia – Korea,  juga telah terlihat perkembangankasus yang menunjukkan Korea belum mau melaksanakan rekomen-dasi Panel WTO sesuai denganharapan Indonesia. Hal ini me-mungkinkan Indonesia untuk mela-kukan tindakan pembalasan. Namunhal ini perlu pengkajian lebih lanjutdan juga persiapan matang dari pihak Indonesia.

Retaliasi dalam praktek pelak-sanaannya sangat rumit dan baru  beberapa negara maju sepertiAmerika Serikat dan Uni Eropa sajayang sudah berhasil melaksana-kannya. Indonesia sebagai negara  berkembang dan ingin memajukan perekonomiannya, khususnya dalamhal ini di bidang perdagangan, ten-tunya tidak ingin menyerah begitusaja terhadap proses yang rumit dan  panjang dalam penyelesaiansengketa di WTO. KeberhasilanIndonesia dalam proses penyelesaiansengketa ini akan memberikanstigma positif terhadap posisiIndonesia dalam ma-salah penyelesaian sengketa per-daganganinternasional.

Page 9: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 9/33

Negosiasi untuk Mengamankan

Kepentingan Nasional

di Bidang Perdagangan

( Bagian ke – 2 )

Oleh: Sulistyo Widayanto

D. Putaran Perundingan Doha

Sejak terbentuknya WTO, telahada lima kali Konferensi TingkatMenteri (KTM) sebagai forum pengambil kebijakan tertinggi dalamWTO. KTM WTO diselenggarakansetiap dua tahun diawali oleh pe-nyelenggaraan di Singapura tahun1996, kedua, di Jenewa tahun 1998,

ketiga, di Seattle tahun 1999 dankeempat, di Doha, Qatar tahun 2001.KTM kelima diselenggarakan diCancun, Mexico tahun 2003 dankeenam dilaksanakan di Hong Kongtahun 2005.

KTM di Doha yang dihadiri 142negara ini menghasilkan dokumenutama berupa Deklarasi Doha telahmenandai diluncurkannya putaran  perundingan baru mengenai per-

dagangan jasa, produk pertanian,tarif industri, lingkungan, isu-isuimplementasi, Hak Atas KekayaanIntelektual (HAKI), penyelesaiansengketa dan peraturan WTO.Deklarasi Doha memberikan mandatkepada para anggota WTO untuk melakukan negosiasi di berbagai bi-dang, termasuk isu-isu yang ber-kaitan dengan pelaksanaan persetuju-an yang ada. Perundingan di-

laksanakan di Komite PerundinganPerdagangan (Trade Negotiations

Committee/TNC ) dan badan-badan di  bawahnya (  subsidiaries body).Selebihnya, dilakukan melalui  program kerja yang dilaksanakanoleh Councils dan Committees yangada di WTO.

Keputusan-keputusan yang telahdihasilkan KTM IV ini dikenal puladengan sebutan "Agenda Pem-  bangunan Doha" (  Doha Develop-

ment Agenda) mengingat di dalam-

nya termuat isu-isu pembangunanyang menjadi kepentingan negara-negara berkembang terbelakang(least-developed countries/LDCs),seperti: kerangka kerja kegiatan bantuan teknik WTO, program kerjaLDCs, dan program kerja untuk mengintegrasikan secara penuhnegara kecil ke dalam WTO.

Mengenai "perlakuan khususdan berbeda" (  special and 

differential treatment ), Deklarasitersebut telah mencatat proposalnegara berkembang untuk me-rundingkan Persetujuan mengenaiPer-lakuan Khusus dan Berbeda(  Framework Agreement of Special and Differential Treatment /S&D),namun tidak mengusulkan suatutindakan konkret mengenai isutersebut. Para menteri setuju bahwamasalah S&D ini akan ditinjau

kembali agar lebih efektif dan opera-sional.

1. Isu-Isu Yang Disetujui Untuk 

Dirundingkan Lebih Lanjut

Deklarasi Doha mencanangkansegera dimulainya perundinganlebih lanjut mengenai beberapa  bidang spesifik, seperti jasa,  pertanian, tarif produk industri,lingkungan hidup, impelementa-si, HAKI, penyempurnaan DSMdan aturan-aturan WTO (WTO Rules).

2. Isu-isu Implementasi

  Negara-negara berkembang te-lah terus-menerus menekannegara-negara maju untuk mem- bahas masalah ketidakseimbang-

Page 10: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 10/33

an yang muncul dari persetujuanPutaran Uruguay.    Negara ber-kembang seringkali memper-masalahkan berbagai pasal dalam berbagai persetujuan WTO yang

dianggap merugikan maupunkurang jelas sehingga menyulit-kan negara berkembang dalammengimplementasikan komit-mennya di WTO. Mengingat per-setujuan-persetujuan merupakanhasil perundingan pada masaPutaran Uruguay di mana belumdisadari dampak pelaksanaannyamaka diusulkan untuk meng-klarifikasi atau memperbaiki

 beberapa pasal persetujuan WTOdalam perundingan lebih lanjut.

Isu - isu implementasi yangdimuat dalam   Decision on

  Implementation-Related Issues

and Concerns dan menyangkutkepentingan negara berkembangantara lain:a. Pertanian

Dibahas antara lain mengenaihimbauan agar anggota WTO

menghindari sedapat mung-kin tindakan yang memper-tanyakan notifikasi negara berkembang dalam programsubsidi yang diperbolehkandalam kategori   green box.Ditekankan perlunya me-lanjutkan program kerja me-ngenai tariff-rate quota, ban-tuan pangan, serta bantuanteknik dan keuangan.

b. Sanitary and Phytosanitary(SPS) Measures

Pembahasan diarahkan untuk mengklarifikasi istilah longer timeframe    for compliance

  pada pasal 10.2. PersetujuanSPS dengan memberikan jangka waktu yang lebih lama

 bagi negara berkembang un-tuk menyelaraskan aturannyadengan tindakan SPS yang  baru. Ditekankan pula pen-tingnya partisipasi negara

 berkembang dalam organisa-si-organisasi internasionalmengenai standar.

c. Tekstil dan Pakaian

Para anggota mencatat pen-tingnya upaya untuk: mengu-rangi restriksi quota danmempercepat integrasi pro-duk-produk tekstil ke WTO,memberi pertimbangan lebihdahulu sebelum memulai

investigasi anti-dumping,memberitahukan perubahandalam rules of origin, sertameningkatkan   growth on

  growth provision satu tahaplebih cepat.

d.   Hambatan Teknis Per-dagangan (Technical 

 Barrier to Trade/ TBT)

Dimungkinkan untuk menun-da penerapan aturan baruTBT selama 6 bulan, me-ningkatkan partisipasi nega-ra-negara berkembang dalamorganisasi-organisasi inter-nasional mengenai standar.

e. Anti-Dumping 

Disepakati untuk menelitisecara hati-hati permintaanuntuk investigasi anti-dumping terhadap produk 

yang sama dari negara yangsama (tidak memulai kasusanti dumping dalam 1 tahunapabila ternyata ada temuannegatif untuk produk yangsama dari negara yang sama).Hal ini untuk menghindariterjadinya trade harrasment 

Page 11: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 11/33

di mana industri di negaratertentu berulang kali me-maksakan dilakukannyainvestigasi dumping meski-  pun tuduhan dumping ter-

sebut tidak terbukti (merupa-kan upaya untuk mematikansaingan).

 f. Custom Valuation

Disetujui untuk mencatat  permintaan perpanjanganmasa transisi PersetujuanCustom Valuation, memper-timbangkan kondisi khususnegara terbelakang, mening-katkan kerjasama di antara

otoritas bea cukai untuk menghindari penipuan.

g.  Rules of Origin

Diupayakan mengharmoni-sasi persyaratan asal barangyang diharapkan akan me-ningkatkan arus perdagangan.

h. Subsidies and Counter-

vailing Measures

Disepakati untuk mengklari-

fikasi annex VII(b) dariPersetujuan Subsidies and 

Countervailing Measures

(SCM) di mana negara-negara yang tercantum dalamannex VII (b) tersebut tetapdapat memberikan subsidiselama GNP perkapitanya be-lum melewati US$ 1.000selama tiga tahun berturut-turut.

i. Trade-Related Aspects of 

  Intellectual Property

(TRIPs )TRIPs Council diminta untuk mempelajari lebih lanjutcakupan dan modalitas untuk complaints. Di samping ituditekankan pentingnya alih

teknologi yang harus di-lakukan negara maju sesuaikomitmennya di bawah pasal66.2 Persetujuan TRIPs.

  j. Special and Differential  

(S&D) Treatment Para anggota sepakat untuk mencari jalan agar S&D inidapat lebih efektif dan dapatdiubah menjadi lebih me-ngikat (mandatory).

E. Deklarasi Hong Kong dan

Partisipasi Indonesia

KTM ke enam WTO telahdiseleng-garakan pada tanggal 13-18

Desember 2005 di Hong Kong.Tujuan penyeleng-garaan KTM iniadalah untuk mencapai kesepakatanAgenda Pembangunan Doha yangdijadwalkan berakhir pada bulanDesember tahun 2006. KTM VIWTO telah berhasil menyepakatiProgram Kerja Doha yang dituang-kan dalam Ministerial Declaration.

Deklarasi Menteri tersebut secaraumum telah menghasilkan kemajuan

yang berarti, namun negara-negaraanggota, termasuk Indonesia masih  perlu bekerja lebih keras untuk menyelesaikan perundingan lanjutandi semua isu guna mencapai tujuanAgenda Pembangunan Doha. Pokok-  pokok hasil kesepakatan dimak-sudadalah sebagai berikut:

1) Bidang Pertanian

a. Pilar Perundingan.

Perundingan di bidang per-tanian mencakup 3 (tiga)  pilar utama, yaitu subsididomestik termasuk  de

minimis; subsidi ekspor ter-masuk    food aid , State

Trading Enterprises; danakses pasar termasuk Special 

  Products (SP) dan Special 

Page 12: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 12/33

Safeguard Mechanism(SSM).

b. Subsidi Ekspor.

Dalam isu subsidi ekspor,Indonesia menerima di-

cantumkannya batas akhir   penurunan subsidi ekspor sampai dengan tahun 2013,walaupun Indonesia dankelompok negara yang ter-gabung dalam G-20 meng-inginkan agar subsidi ekspor tersebut dihapuskan padatahun 2010. Disepakati puladalam Deklarasi Menteritersebut bahwa realisasi

  penghapusan ekspor secarasubstansial harus dilakukan  pada akhir paruh pertama  periode implementasi.Dengan demikian dapatdiartikan bahwa meskipunditetapkan batas akhir tahun2013, namun realisasi peng-hapusan subsidi pertanian dinegara maju tetap sesuaidengan permintaan negara

  berkembang yaitu tahun2010. Hal ini merupakankompromi yang tetap me-menangkan kepentingannegara-negara berkembangtermasuk Indonesia.

c. Special Products/SP dan

Special Safeguard  

Mechanism/SSM.

Dalam isu SP dan SSM,Indonesia sebagai koor-dinator G-33 telah berhasilmemasukkan konsep dimak-sud dalam Deklarasi Menteri.Ditegaskan dalam Deklarasitersebut bahwa negara ber-kembang diberikan fleksi-  bilitas untuk menentukansendiri jumlah komoditi SP

dengan berpatokan padakriteria ketahanan pangan,  pengentasan kemiskinan dan  pembangunan pedesaan. Halitu berarti produk-produk 

yang termasuk dalam SPtidak diikutkan dalam pro-gram penurunan tarif. Negara  berkembang juga berhak menggunakan mekanismeSSM  yang didasarkan padaindikator volume impor danharga produk (volume trigger 

and price trigger ) yang penjabarannya akan ditindak-lanjuti setelah pertemuan

Hong Kong. Indonesia pada  bulan Maret 2007 menjadituan rumah KonperensiTingkat Menteri G-33. Per-undingan mengenai G-33hingga saat ini sudah sangatmaju pesat meskipun masihmemerlukan adanya kon-tribusi nyata dari paraanggota mengenai prosentase penurunan tarif dan indikator 

  penentuan SP diantara paraanggota G-33 itu sendiri9.

1) Bidang Akses Pasar Non

Pertanian (  Non Agriculture

 Market Access-NAMA)

9 Presiden RI membuka Pertemuan TingkatMenteri G-33 dan dihadiri juga oleh 130delegasi termasuk diantaranya para Menteri danPerwakilan dari 29 negara anggota G-33.Pertemuan juga dihadiri oleh Menteri dari Brazil

yang merupakan koordinator G-20, Jepang yangmewakili G-10, European Commissioner for Trade dan Direktur Jenderal WTO. Lihat press

release  Presiden RI membuka G− 33 Ministerial 

Meeting ,dalam website Ditjen KerjasamaPerdagangan Internasional DepartemenPerdaganganhttp://ditjenkpi.depdag.go.id/website_kpi/index.php?module=news_detail&news_content_id=531&detail=true

Page 13: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 13/33

a. Di bidang  NAMA perundingandifokuskan pada pembahasanmengenai formula penurunantarif termasuk prinsip less than

  full reciprocity; fleksibilitas

/Special and Differential Treatment  (S&D treatment); dantreatment of unbound tariff . Disamping itu juga perundinganmembahas isu pengurangan tarif sektoral, cakupan produk non  pertanian, serta hambatan nontarif.

 b. Dalam formula penurunan tarif,Deklarasi Menteri telah mene-tapkan Swiss Formula dengan

koefisien lebih dari satu (Swiss Formula with coefficients). For-mula ini memungkinkan negarayang memiliki tarif tinggi meng-alami penurunan tarif terbesar.Hasil ini telah sejalan dengan posisi Indonesia yang pada prin-sipnya menginginkan besarankoefisien yang berbeda dalam  pe-nurunan tarif antara negara ber-kembang dan negara maju.

Deklarasi juga menyepakati un-tuk mempertimbangkan kebutu-han dan kepentingan negara ber-kembang dengan cara perbedaan  perlakuan penurunan komitmen(less than full reciprocity). Hasiltersebut merupakan posisi yangsenantiasa diperjuangkan olehIndonesia.

c. Mengenai fleksibilitas dan

unbound tariff , telah diakui pen-tingnya konsep S & D Treatment 

dan prinsip less than full reciprocity dalam komitmen pe-nurunan tariff termasuk didalam-nya fleksibiltas untuk negara ber-kembang sebagai bagian yangtidak terpisahkan dari modalitas.

Dengan masuknya fleksibilitasdalam teks Deklarasi berartinegara berkembang mendapatkan  jangka waktu implementasi pe-nurunan tarif yang lebih lama,

 pengecualian produk tertentu dariformula penurunan tarif, dan  pemberlakuan status unbound 

untuk sejumlah produk tertentu(besaran persentase akan dirun-dingkan kemudian).

d. Berkaitan dengan penghapusantarif sektoral, Indonesia dapatmenerima penghapusan tarif sektoral yang bersifat tidak me-ngikat. Hal ini sesuai dengan

keinginan Indonesia yang me-nolak gagasan penghapusan tarif sektoral secara wajib. Untuk itu  perlu dikaji lebih lanjut efekti-fitas dalam perluasan akses pasar secara global maupun manfaat-nya terhadap pengembangan in-dustri nasional. Disepakati bahwa penetapan modalitas harusse-lesai paling lambat tanggal 30April 2006 dan jadwal penyam-

  paian draft komprehensif ber-dasarkan modalitas paling lambattanggal 31 Juli 2006.

3) Bidang Perdagangan Jasa

a. Prinsip perundingan

Pada dasarnya DeklarasiMenteri bersifat lebih fleksi-  bel karena liberalisasi tetapakan dilakukan secara pro-gresif berdasarkan pada ting-kat pembangunan nasionalnegara anggota WTO. ParaMenteri juga menyepakati  bahwa dalam melakukanliberalisasi perundingan akandilanjutkan berdasarkan: (a)negotiating guide-lines and 

 procedures tanggal 28 Maret2001, (b) modalitas S&D

Page 14: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 14/33

treatment  tanggal 3September 2003, dan (c)  schedulling guide-lines

tanggal 23 Maret 2001.

b. Rules and Emergency

Safeguard Measures.Kemajuan lain yang terdapatdalam Deklarasi Menteriadalah telah diakomodasinyakepenti-ngan ekspor negara  berkembang yaitu negaramaju diminta untuk me-ningkatkan komitmennyauntuk kategori Penyedia JasaKontrak (Contractual Services Suppliers) bagi jasa

  profesional dan jasa-jasalainnya tanpa melalui in-vestasi. Hal ini akan me-mudahkan negara ber-kembang untuk akses pasar tenaga kerja di luar negerikhususnya di negara maju.Deklarasi Menteri juga telahmengakomodasi kepentinganIndonesia untuk penyelesaian  perundingan bidang  Rules

dan   Emergency Safeguard Measures untuk perdagangan jasa.

1) Bidang TRIPs/HAKI

Deklarasi Menteri telahmengakomodasi usulan negara  berkembang untuk perluasancakupan produk indikasi geo-grafis (Geographical Indication Products- products yangmemiliki ciri khas dari suatuwilayah) yang sejalan dengankebi-jakan otonomi daerah dalamrangka meningkatkan akses pasar   produk khas daerah. Selain itu,dalam hubungannya dengan  penyelesaian sengketa selamamasa transisi, Deklarasi Menterimenyepakati bahwa sebelum

selesai ditetapkannya modalitas  penyelesaian sengketa, tidak akan ada negara berkembangyang dapat diajukan ke badan penyelesaian sengketa-WTO apa-

  bila terjadi pelanggaran HAKI.Selain hal-hal tersebut di atas para Menteri juga sepakat untuk melanjutkan perundingan untuk transfer teknologi atas Per-setujuan TRIPs yang akan sejalandengan kebijakan pemerintahdalam rangka penguasaanteknologi.

5) Bidang TRIPs dan  Public

 HealthDeklarasi Menteri telah me-nyepakati untuk melakukanamandemen pasal 31 TRIPsAgreement dalam rangka mem-  permudah negara berkembangdan negara kurang berkembanguntuk mengakses obat-obatandengan harga murah. Dengandemikian negara berkembang,termasuk Indonesia, diperboleh-

kan melakukan ekspor apabilatelah memiliki kapasitas untuk   produksi obat-obatan untuk tujuan ekspor.

6) Bidang Trade Facilitation

Dalam rangka kelancaranarus barang di pelabuhan dan di  pabean untuk tujuan ekspor danimpor telah disepakati dalamDeklarasi Menteri untuk melaku-kan perundingan lanjutan guna

membahas elemen-elemen trade facilitation seperti:  single

window, single document, na-

tional focal point, border coor-dination, appeal procedures,

esta-blishment code of conduct 

  bagi staf kepabeanan,multilateral mechanism for the

Page 15: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 15/33

exchange and handling of infor-mation, technical assistance dancapacity building  untuk pem- bangunan infrastruktur kepabean-an dan kepelabuhanan.

7) Bidang RulesDeklarasi Menteri memuat

ke-sepakatan untuk meneruskan perundingan penyempurnaan per-aturan anti-dumping/anti subsidiserta pengaturan subsidi per-ikanan dan kerjasama perda-gangan regional. Untuk isu anti-dumping dan anti subsidi, ke-sepakatan ini telah mengakomo-dir kepentingan Indonesia yang

kha-watir akan penggunaaninstrumen anti-dumping dan anti-subsidi yang berlebih-lebihan  bahkan cenderung ke arahhambatan perdagangan non-tarif.Sementara untuk isu subsidi  perikanan, Deklarasi telah me-muat concern Indonesia yaitumengenai pelarangan bentuk subsidi perikanan yang me-nyebabkan over capacity dan

over-fishing  serta pemberlakuanketentuan S&D treatment karenasektor perikanan Indonesiamerupakan salah satu sektor   penting bagi ketahanan pangandan kelestarian sumber dayahayati laut. Sedangkan usulanIndonesia mengenai pember-dayaan masyarakat nelayan pesisir akan terus diperjuangkan pada pe-rundingan lanjutan.

8) Bidang Perdagangan dan

Lingkungan, Isu Pembangunan

dan S&D Treatment

i. Multilateral Environmental  Agreements (MEAs)Deklarasi Menteri memuatkesepakatan untuk meng-intensifkan perundingan guna

memenuhi mandat AgendaPembangunan Doha. ParaMenteri juga mengakuikemajuan yang dicapai ang-gota dalam penyampaian

submisi mengenai keterkaitanantara ketentuan WTO yangada dan kewajiban perda-gangan spesifik sebagaimanadiatur dalam Multilateral 

  Environmental Agreements

(MEAs) serta kemajuan da-lam mengembangkan prose-dur pertukaran informasiantara Sekretariat MEAs danKomite WTO yang relevan.

Hal ini sesuai dengan posisiIndonesia yang mendukung pembentukan prosedur untuk melaksanakan pertukaraninformasi secara reguler daninformal. Namun demikian,Indonesia tetap berpandangan  bahwa sekiranya terdapatupaya untuk memformalkanmekanisme ini maka pem-  bahasannya harus menjadi

 bagian dari pembahasan pe-nyempurnaan mekanismekerja Komite Perdagangandan Lingkungan secarakeseluruhan.

 j. Isu S&D Treatment.

Deklarasi Menteri menegas-kan kembali bahwa ketentuanS&D merupakan bagian yangintegral dari seluruh Per-  janjian WTO dan sepakat

untuk membuatnya menjadilebih  precise, efektif danoperasional. Hal ini telahsejalan dengan landasan po-sisi Indonesia untuk isu ini.Indonesia juga telah mem- berikan dukungan pada pro- posal S&D Treatment  yang

Page 16: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 16/33

disampaikan oleh negara-negara kurang ber-kembang( Least Developed Countries-

 LDCs) dan pada akhir    pertemuan para Menteri

sepakat untuk menerapkanakses pasar yang bebas beamasuk dan bebas kuota bagikomoditas yang ber-asal darinegara LDCs pada tahun2008.

1) Isu Komoditas

Deklarasi Menteri telahmengakui bahwa komoditi per-tanian dan perkebunan merupa-kan kepentingan ekspor negara

 berkembang, namun kepentingannegara berkembang ini selaluterganggu oleh faktor fluktuasiharga. Oleh karena itu, DeklarasiMenteri ini memberikan mandatkepada Komite Perdagangan danPembangunan untuk meng-efektifkan kerjasamanya denganorganisasi internasional lainnyadalam mengambil langkah-lang-kah yang diperlukan untuk pen-

stabilan harga produk pertaniandan perkebunan.

Dalam kesempatan per-temuan KTM VI, Menteri Per-dagangan, Mari Elka Pangestu,memimpin pertemuan hariankelompok G-33 yang ber-anggotakan 45 (empat puluhlima) negara berkembang10  serta

10  Negara yang tergabung dalam kelompok G-33

adalah: Antigua dan Barbuda, Barbados, Belize,Benin, Botswana, China, Cote d’Ivoire, Congo,Cuba, Dominican Republic, El Salvador,Grenada, Guatemala, Guyana, Haiti, Honduras,India, Indonesia, Jamaica, Kenya, Korea,Madagascar, Mauritius, Mongolia, Mozambique,  Nicaragua, Nigeria, Pakisatan, Panama, thePhilippines, Peru, saint Kitts, Saint Lucia, SaintVincent and the Grenadines, Senegal, Sri Lanka,Suriname, Tanzania, Trinidad and Tobago,

menghasilkan Komunike Ber-sama pada tanggal 13 Desember 2005. Selain menghadiri per-temuan utama sebagai KetuaDELRI, Menteri Per-dagangan

  juga melakukan beberapa per-temuan dengan kelompok negaraanggota G-20 dan G-90 yangterdiri atas negara berkembangAsia, Afrika dan Amerika Latin.Di sela-sela jadwal padat per-temuan KTM, Menteri Perda-gangan juga berkesempatanuntuk mengadakan konpe-rensi  pers dan memberikan briefingkhusus tentang posisi Indonesia

kepada wartawan asing dandalam negeri, serta melakukan  beberapa pertemuan bilateraldengan negara-negara Inggeris,Iran, dan Pakistan.

Menteri Perdagangan RI juga  berpartisipasi aktif dalam per-temuan Chairman’s Consultative

Group (CCG), atau yang dikenaldengan pertemuan “Green

 Room.” Pertemuan ini melibat-

kan 26 negara yang dianggapmewakili 149 negara ang-gotadengan berbagai kepentingan di berbagai sektor atau issues yangdirundingkan. Dalam pertemuanini isu-isu pokok dibahas dan di-rundingkan setiap malam se- panjang pertemuan berlangsung, bahkan dalam beberapa kesem- patan pertemuan ini berlangsunghingga pagi keesokan harinya.

Diundangnya Indonesia kedalam pertemuan “Green Room”

ini merupakan cermin pengakuannegara-negara penting anggotaWTO bahwa Indonesia ikutmemainkan peranan kunci dalam

Turkey, Uganda, Venezuela, Zambia, danZimbabwe.

Page 17: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 17/33

membentuk format perdaganganmultilateral di masa datang.

A. Penutup 

Berdasar uraian di atas, terdapat

tiga keadaan menarik yang perlumendapat perhatian kita semua.Pertama adalah tumbuhnya minat  banyak kalangan di dalam negerimengenai perkembangan sistem  perdagangan internasional. Hal inimerupakan pertanda positif akansemakin kuatnya posisi rundingIndonesia dengan munculnya ke-terlibatan pemikiran strategis apabilakalangan akademisi dapat memberi

kontribusi mengenai berbagai issuedalam sistem perdagangan inter-nasional.

Kedua adalah fakta masihterbatasnya pemahaman masyarakat,  pejabat pemerintah di daerah dantermasuk kalangan akademik atassistem perdagangan internasional.Keadaan ini menjadi penyebab tidak optimalnya pemanfaatan peluangdan ketentuan perdagangan WTOsebagai sarana meningkatkan ke-sejahteraan bangsa. Peran aktif para  pemerhati WTO sangat diperlukanter-utama untuk mempercepat danmemperluas sosialisasi hasil per-undingan dan pemahaman mengenaiimplementasi sistem perdaganganinternasional terutama sebagai pe-nyedia informasi tertulis. Sebagai-mana kita ketahui bahwa literatur   berbahasa Indonesia mengenaiWTO, AFTA, maupun APEC masihsangat terbatas.

Ketiga adalah fakta masihterbatasnya keterlibatan kalanganmasyarakat di luar pemerintahsebagai penyedia pemikiranalternative atau mitra dialog

Pemerintah di dalam menghadapi  pe-undingan perdagangan inter-nasional baik secara bilateral,regional, maupun multilateral. Ke-terbatasan ini perlu segera di atasi

melalui upaya mempercepat pe-ningkatan wawasan dan reposisikedudukan kalangan akademik menjadi partner pemerintah dalammenanggapi perubahan internasionaldi bidang perdagangan.

Sebagai penutup kita semua  perlu saling mengingatkan bahwaIndonesia telah meratifikasiKetentuan WTO melalui Undang-undang No. 7 tahun 1994. Adanya

ratifikasi tersebut merupakan per-nyataan bahwa Ketentuan dan IsiPersetujuan WTO menjadi bagiandari peraturan perundangan nasional.Sudah saatnya, kita memanfaatkanseoptimal mungkin ketentuan WTOsebagai instrumen peraturan per-dagangan nasional. Oleh sebab itu,diskusi UNDIP berthema Per-kembangan WTO dan Kepentingan  Nasional Indonesia akan menjadi

langkah awal yang baik untuk mengamankan dan memajukan kese- jahteraan bangsa melalui sarana per-dagangan internasional.

Page 18: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 18/33

DAMPAK IMPLEMENTASI

PERJANJIAN ASEAN-CHINA FTA

(FREE TRADE AREA) TERHADAP

EKSPOR-IMPOR INDONESIA-

CHINA

(Bagian ke-2)

Oleh: Siti Tri Joelyartini

Manfaat, Tantangan dan Ancaman

Perjanjian ASEAN-China FTA bagi

Indonesia

Bagi Indonesia dengan menanda-tangani perjanjian yang telah disepakatidiharapkan tercipta peluang ekspor yangsemakin meningkat dengan tingkat tarif 

relatif rendah dan jumlah penduduk China sebesar 1,4 milyar (2004), GDPsebesar US$ 1100 (US$M), prediksiGDP/kapita US$ 3.000 (2020); me-ningkatnya kepastian bagi produk ung-gulan Indonesia dalam memanfaatkan  peluang pasar China; disamping ter- jadinya dynamic effect  dari integasiekonomi dengan meningkatnya investasidi Indonesia; konsumen juga mendapat-kan barang sesuai yang diinginkan

dengan harga relatif murah. Namundemikian Indonesia juga menghadapitantangan dengan menghadapi pesaingdari ASEAN yang lebih efisien sepertiVietnam yang relatif efisien dalam labor 

intensive dibandingkan dengan Indo-nesia. Sehingga Indonesia harus dapatmeningkatkan efisiensi agar produk-tifitas meningkat, menciptakan ilkimusaha yang kondusif sehingga dayasaing Indonesia meningkat, antara lain

dilakukan melalui penghapusan ekonomi  biaya tinggi, termasuk penyederhanaan  perijinan; memperluas akses pasar;meningkatkan kemampuan dalam pe-nguasaan teknologi informasi dan ko-munikasi, termasuk promosi pemasaran.

Sedangkan ancaman yang dihadapiantara lain yaitu sektor pertanian China

semakin efisien dan produk industrinyayang capital intensive dengan produk industri yang bernilai tambah sebagaisalah satu dampak masuknya FDI/MNC( Foreign Direct Investment/Multinatio-

nal Corporation) ke China sehingga bukan tidak mungkin produk Indonesiatergusur produk China.

Dampak Implementasi Perjanjian

ASEAN-China FTA terhadap Ekspor-

Impor Indonesia

Apabila diamati perdaganganASEAN-China selama tahun 2000 ter-  jadi defisit bagi ASEAN sebesar 3,9US$ milyar. Ada harapan bagi ASEAN

dengan FTA dapat meningkatkan total perdagangan dengan mempertimbangkanmasing-masing daya saing produknyasehingga dapat memperluas pasar keChina. Pada awal implementasi ACFTAtahun 2004, total perdagangan ASEAN-China semakin besar yaitu 81,8 US$milyar meningkat sebesar 153,3% dari32,3 US$ milyar tahun 2000 dengankondisi masih terjadi defisit bagiASEAN senilai 4,6 US$ milyar.Selanjutnya total perdagangan ASEAN-China semakin meningkat tahun 2005menjadi 113,4 US$ milyar dengan kon-disi tetap defisit bagi ASEAN sebesar 8,87 US$ milyar. (Tabel 4).

Keadaan sebaliknya terjadi dalam  perdagangan Indonesia-China yangmenunjukkan surplus perdagangan bagiIndonesia. Dapat dilihat juga bahwa total  perdagangan Indonesia yang selalumeningkat selama periode 2000-2005,

sementara trend nya  selama lima tahunterakhir (2001-2005) 31,64% dengannilai sebesar 12,6 US$ milyar dankontribusi ekspor non migas senilai 3,95US$ milyar atau 31,66% dari total perdagangan pada tahun 2005. Sehinggadapat dikatakan secara umum komoditiekspor non migas Indonesia cukup dapat

Page 19: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 19/33

 bersaing dengan negara ASEAN dalammenembus pasar China.

Tabel 4.NERACA PERDAGANGAN ASEAN-CHINA, INDONESIA–CHINA

TAHUN 2000-2005

(US$ MILYAR)URAIAN 2000 2004 2005 PERUB (%)

ASEAN-CHINA:

TOTAL PERDAGANGAN32,8 81,8 113,4 38,6

EKSPOR 14,7 38,6 52,3 35,5

IMPOR 18,1 43,2 61,1 41,4

 NERACAPERDAGANGAN - 3,4 - 4,6 - 8,8

INDONESIA-CHINA:

TOTAL PERDAGANGAN4,8 8,7. 12,6 44,8

EKSPOR 2,8 4,.6 6,7 45,6

IMPOR 2,0 4,1 5,8 41,5

 NERACA PERDAGANGAN 0,8 0,5 0,9

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah Pusdata Dep. Perdagangan) dan Sekretariat ASEAN.

Produk EHP

Apabila melihat perkembanganekspor utamanya produk EHP dalamkerangka ASEAN-China FTA selama

tahun 2002-2005 menunjukkan per-kembangan nilai yang semakin me-ningkat yaitu menjadi sebesar 314,8 jutaUS$ pada tahun 2005 atau meningkat21 % dibandingkan tahun sebelumnya.Pada periode selanjutnya ekspornya jugameningkat 38,2% dari 250,8 juta US$selama Januari-Okt 2005 menjadi 346,7 juta US$ pada periode yang sama 2006.Sementara dari keseluruhan produk–   produk dalam EHP beberapa produk 

yang melonjak nilai ekspornya secarasignifikan antara lain yaitu:

- Cassava/Maniok (HS 071410)mening-kat 39,4 % dibandingkantahun 2004 nilainya menjadi 19,750 juta US$ periode 2005;

- Palm Kernel (HS 151321) naik sebesar 71,1% dibandingkan tahun

2004 ni-lainya menjadi 83,4 jutaUS$ periode 2005;

- Shrimps and prawns (HS 030613)meningkat 21,6 % dibandingkan

tahun 2004 nilainya menjadi 15,4 juta US$ periode 2005;

- Soap (HS 340120) meningkat 154% dibandingkan tahun 2004 nilainyamenjadi 11,5 juta US$ periode 2005.

Jadi secara umum dapat dikatakan  bahwa dengan implementasi ACFTAmenguntungkan bagi Indonesia terutama  bagi ekspor produk EHP. Namundemikian apabila dilihat nilai impornyaselama lima tahun terakhir semakinmeningkat hingga menjadi 181, 4 jutaUS$ tahun 2005 walau dibandingkantahun sebelumnya menurun 3,1 %.Selanjutnya apabila diperhatikan impor Indonesia menunjukkan pergerakan yangmeningkat yaitu pada Januari-Oktober 2006 melewati angka impor tahun 2005atau menjadi 241, 2 juta US$. Tetapi

Page 20: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 20/33

kondisi ini tidak perlu dikhawatirkanmengingat Indonesia masih mengalamisurplus dalam perdagangan produk EHPsebesar 105,5 juta US$ selama Januari-Oktober 2006.

Sebagai gambaran, beberapa impor  produk EHP Indonesia yang cukup besar adalah:

- Garlic, fresh or chilled (HS 070320)meningkat impor Indonesia sebesar 21,6% menjadi 63,9 juta US$ tahun2005 dibandingkan tahunsebelumnya.

- Apples, fresh (HS 080810) naik 21,7% dibandingkan tahun

sebelumnya atau menjadi 42,7 jutaUS$ tahun 2005.

- Pears and quinces, fresh (HS080820), nilai impor Indonesia tahun2005 sebesar 30,5 juta US$ atau naik 20,8% dibandingkan tahun 2004.

- Mandarins (including tangerines andsatsumas); clementines, wilkings andsimilar citrus hybrids, fresh or dried(HS 080520), impornya naik menjadi

17,0 juta US$ tahun 2005 ataumengalami peningkatan sebesar 23,3% dibandingkan tahun sebelumnya.

Produk Normal Track 

Seperti disebutkan sebelumnya,implementasi program penurunan ber-tahap dan penghapusan tarif bea masuk   produk-produk yang tercakup dalam  Normal Track berlaku efektif mulaitanggal 20 Juli 2005, dengan cakupan

  produk yang menjadi andalan ekspor Indonesia ke China diantaranya produk Coal (HS 2701); Polycarboxylic acids(HS 2917); Wood (HS 4409); Copper wire (HS 7408). Idealnya untuk melihatdampak implementasi ACFTA dalam jangka pendek paling tidak dapat dilihatdari perkembangan ekspor produk 

  Normal Track Juli 2005-Juli 2006.  Namun karena keterbatasan data disinihanya dapat dilihat nilai ekspor Jan-Oktober 2005 sebesar 5.120.939.151US$ yang meningkat menjadi sebesar 

6.536.518.599 US$ pada periode yangsama tahun 2006. Untuk mengkajisejauhmana dampak implementasi pro-duk yang tercakup dalam Normal Track   perlu dilakukan pengkajian mendalamkarena berbagai variabel banyak ber-  pengaruh terhadap ekspor Indonesiatermasuk pemanfaatan SKA form E.

  Namun dengan melihat perkemba-ngan realisasi pemanfaatan SKA Form Emenunjukkan lonjakan peningkatan yang

sangat signifikan yaitu dari 435 tahun2005 menjadi 2.452 SKA tahun 2006atau meningkat 463,7%. Ini merupakanindikator bahwa para eksportir meman-faatkan peluang preferensi yang di-sepakati antara Indonesia dan Chinadalam kerangka ASEAN-China FTAyang diharapkan dapat menggenjotekspor Indonesia ditengah kekhawatiranderasnya penetrasi pasar produk Chinake Indonesia. Hal ini dapat dilihat

dengan perkembangan yang kurangmenggembirakan dari neraca perdaga-ngan non migas Indonesia-China yangmengalami defisit sebesar 591.507,7ribu US$dimana impor non migasIndonesia sebesar 4.551.270,3 ribu US$ pada tahun 2005.

Sensitive Track 

Saat ini belum dapat dilihat dam- paknya karena ekspor-impor yang terjadiantara Indonesia-China untuk produk inimenggunakan skema MFN tariff. Pro-duk andalan Indonesia yang oleh Chinadimasukkan dalam Sensitive dan  HighlySensitive antara lain Palm Oil danturunannya (HS 1511); Karet Alam (HS4001); Plywood, vennered panels (HS4412). Sebaliknya, Indonesia juga

Page 21: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 21/33

memasukkan produk-produk unggulanEkspor China ke Indonesia antara lainBarang Jadi Kulit; tas, dompet; Alaskaki: Sepatu sport, Casual, Kulit; Kaca-mata; Alat Musik; Tiup, petik, gesek;

Mainan: Boneka; Alat Olah Raga; AlatTulis; Besi dan Baja; Spare part; Alatangkut; Glokasida dan Alkaloid Nabati;Senyawa Organik; Antibiotik; Kaca;Barang-barang Plastik; Produk Per-tanian, seperti Beras, Gula, Jagung danKedelai; Produk Industri Tekstil dan  produk Tekstil (ITPT); Produk Otomotif; Produk Ceramic Tableware.

Pada pembahasan sebelumnya telahdisinggung bahwa Indonesia telah

sedemikian rupa menyusun posisi untuk mempersiapkan daya saing terhadap  produk dalam negeri, namun masihsering ada pihak-pihak yang menyudut-kan pemerintah Indonesia bahwa akibatliberalisasi ASEAN-China FTA,Indonesia kebanjiran produk buatanChina, baik berupa produk tekstil,mainan anak-anak, sepatu, alas kaki, dan  produk lainnya. Padahal apabila dicer-mati dengan melihat cakupan produk 

dalam Sensitive Track sesungguhnya  produk-produk tersebut masuk didalam-nya, yang baru akan diimplementasikan  penurunan tarifnya mulai tahun 2012.Jadi tidak benar bahwa produk buatanChina tersebut membanjiri Indonesiadikarenakan FTA ASEAN-China tetapi  produk-produk tersebut masuk keIndonesia melalui jalur di luar skematersebut dengan kata lain via per-dagangan biasa.

Perkembangan dan Permasalahan

dalam Implementasi  Perjanjian

ASEAN-China FTA

Dalam mengimplementasi kesepa-katan ASEAN-China untuk produk-  produk yang tercakup EHP tersebut

menghadapi beberapa permasalahan dan perkembangan sebagai berikut:

Stearic Acid. Pada awalnyaIndonesia tidak memasukkan produk tersebut kedalam daftar produk-produk 

yang tercakup dalam EHP sehinggauntuk ekspor ke China dikenakan tariff sebesar 16%. Padahal ekspor produk inicukup besar ke China sekitar 60% daritotal produksi atau sekitar 700.000 ton.Sementara Malaysia yang merupakan  pesaing utama Indonesia memperoleh preferensi penuruan tariff sebesar 10%.Akibatnya agar tetap bersaing denganMalaysia eksportir Indonesia menurun-kan harga 6% atau sekitar US$ 30 per 

ton dari harga normal sekitar US$ 500  per ton. Seharusnya hal ini tidak perluterjadi apabila ada koordinasi yang lebih baik antara institusi terkait dan asosiasiindustri dimaksud. Disamping itu dalammenyampaikan posisi Indonesia diper-lukan kemampuan analisa secarakomprehensif terhadap produk-produk ekspor ke negara tujuan termasuk   pesaing Indonesia ke negara tersebut.Hal ini dapat dilakukan dengan me-

nganalis perkembangan ekspor-impor Indonesia dengan dunia dan sejauhmanadaya saingnya, juga koordinasi dengan  pelaku bisnis untuk mengetahui apayang diharapkan dengan kerjasamaASEAN-China FTA. Namun demikianakhirnya China setuju produk SteaticAcid masuk dalam cakupan produk EHP

 Kakao. Semula Indonesia hanyamemasukkan Bubuk Kakao (HS1806.10.00.00) dalam cakupan produk EHP. Indonesia berkeinginan untuk memasukkan produk Kakao lainnyayaitu cocoa powder not containing addedsugar (HS 1803.20.000 : cocoa cake; HS1804.00.000 : cocoa butter; HS1805.00.000 : cocoa powder; HS1803.10.000 : cocoa liquor) yangakhirnya disepakati dengan China

12

Page 22: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 22/33

menawarkan konsesi tariff bebas beamasuk (0%) atas produk  cocoa powder 

Indonesia ke China atau turun dari 15%.yang berlaku saat itu. Sebagai kom-  pensasinya China mengusulkan agar 

Indonesia dapat memberikan preferensitarif (0%) untuk produk  chili powder 

(HS 0904.20.10.00) , atau turun dari 5%yang berlaku saat itu. Dengan ke-sepakatan tersebut Indonesia berpeluanguntuk meningkatkan ekspor produk kakao olahan dimaksud ke China me-ngingat pasar China yang sangat besar.,walau Malaysia yang merupakan pesaingutama produk kakao Indonesia telahlama menikmati bea masuk 0% ke RRC

untuk produk kakao olahan. SementaraChina merupakan salah satu pasar terbesar Cacao Indonesia dimana ekspor Indonesia hingga pertengahan tahun2006 mencapai $506 juta.

 Buah-buahan  .  Indonesia dan Chinaakan mendiskusikan non tariff barrier 

sehubungan dengan ditolaknya ekspor tiga komoditi buah-buahan Indonesia keChina yaitu banana, longan dan mangga.Padahal dalam EHP sudah disepakati

  bahwa ketiga komoditi tersebut me-rupakan komoditi EHP. Ditolaknya ke-tiga komoditi tersebut karena tidak memenuhi standar kesehatan produk tersebut ke China. Indonesia mengusul-kan untuk dibicarakan pada tingkatMenteri. Apabila dilihat data ekspor,tahun 2005 ekspor buah Indonesiamencapai US$ 2.7 juta ke Chinasementara impornya US$ 100,9 juta. 

Kesimpulan

Secara umum implementasi ASEAN-China FTA memberikan dampak terhadap ekspor Indonesia yang mening-kat terutama produk yang tercakupdalam EHP. Dengan segala konseku-ensinya dalam implementasi ASEAN-China FTA untuk meningkatkan akses

  pasar, Indonesia menghadapi baik  peluang, tantangan maupun ancaman.Saran

- Dalam rangka meningkatkan akses  pasar, Pemerintah Indonesia harus

turut secara aktif dalam perundinganuntuk menyelesaikan permasalahanimplementasi perjanjian ASEAN-China.

- Pemerintah Indonesia perlu mem- berikan iklim usaha yang kondusif untuk membantu dunia usaha men-ciptakan produk yang efisien sehing-ga menghasilkan produk dengan biaya yang murah.

-Perlu memperhatikan rantai tataniaga dari produksi hingga pe-ngiriman barang di pelabuhan me-lalui pemangkasan birokrasi yangtidak efisien serta melakukan koor-dinasi dengan Pemerintah Daerahdengan lebih erat sehingga adakesamaan antara peraturan Pusat danDaerah juga koordinasi yang lebihintensif dengan pihak-pihak yangterkait dengan produksi dan ekspor.

-Menghadapi implementasi ASEAN-China FTA diperlukan koordinasilebih erat antara pemerintah/instansiterkait selaku sektor pembina dengan pelaku usaha untuk mendorong ke-giatan produksi mereka dalam meng-hasilkan produk yang memiiliki dayasaing.

- Menciptakan iklim investasi yangmenarik, aman dan dengan kepastian

hukum yang terjamin untuk menarik investor dari China dan ASEAN.

- Melakukan sosialisasi secara terusmenerus terhadap perkembangan ha-sil perundingan kerjasama ACFTA.

Page 23: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 23/33

DAFTAR PUSTAKA

-------Badan Pusat Statistik (Data diolahDepartemen Perdagangan). Data Ekspor Impor Tahun 2002-2005.

-----------.Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor. Direktorat JenderalPerdagangan Luar Negeri. DepartemenPerdagangan. Data Realisasi SKA Per IPSKA Tahun 2005-2006.

Salvatore, Dominic. InternationalEconomics. 2004. Eight Edition. JohnWiley & Sons, Inc. the United States of America.

Tambunan, Tulus. Is ASEAN StillRelevant in The Era of The ASEAN-China FTA? Paper Dipersiapkan untuk the Asia-Pacific Economic Association(APEA) Second Conference, Seattle,USA, July 29-30, 2006, KadinIndonesia-Jetro.

Djiwandono, Soedrajat. 2006. Pasar Bebas ASEAN-Cina. HarianRepublika.

----------Laporan-laporan PertemuanKerjasama Perdagangan ASEAN Tahun

2002-2006. Sekretariat ASEAN.Jakarta.

Purwoko, Chamdan. FTA ASEAN-China, Awal Kebangkrutan IndustriOleokimia. Analisa Manufaktur. Jumat,13 Agustus 2004.

Tarmidi, Lepi T. Indonesia Meng-hadapi Tantangan Baru Arus GlobalisasiMakalah untuk Seminar Akademik Ekonomi III, FEUI, Jakarta. 6-7

Desember 2006.----------.Beberapa Harian Ibukota. 2006.Jakarta.

Page 24: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 24/33

PERAN HAK KEKAYAAN

INTELEKTUAL ( HKI )

BAGI KEMAKMURAN

BERSAMA

Oleh: Muhammad Haris

Sejauh mana hubungan Hak Kekaya-an Intelektual dalam meningkatkankemakmuran? Pertanyaan sederhana ini pada kenyataannya tidak mudah diterima  bagi masyarakat Indonesia. Polarisasikepentingan antara aparat penegak hukum, tujuan komersial dan keberadaanHKI itu sendiri justru melahirkan pertanyaan baru: Sejauhmana hubungan

HKI dalam meningkatkan kemakmuransecara feodalistik? Meningkatkan ke-makmuran untuk kepentingan pribadiadalah bentuk pendapatan seperti zamanfeodal.

Dalam lingkungan masyarakat ma-  jemuk dan budaya kekeluargaan yangcukup kuat di Indonesia, perlu wawasanglobal untuk memberikan gambaran  bahwa HKI bukan lagi pencarian ke-untungan pribadi.. Pribadi atau Kelom-

  pok yang secara legal mendapat per-lindungan HKI bukan berarti akanmenguras orang lain yang menggunakankaryanya. Dalam hal ini, seiring denganEra Reformasi, WTO 2020, perlu pan-dangan baru atau Paradigma HKI bagimasyarakat Indonesia guna memandangIntelectual Property Rights ( IPR ) seba-gai bagian dari Budaya, Pembangunan Nasional dan kesejahteraan bersama.

Gambaran Umum

Sejak 1 Januari 2000 Indonesia ter-ikat untuk melaksanakan ketentuan Hak Kekayaan Intelektual ( HKI). Dalam halini Indonesia juga telah menyesuaikanUndang-undang di bidang HKI, yakniUndang-undang tentang Hak Cipta,Undang-undang tentang Hak Paten dan

Undang-undang tentang Merek. Peru- bahan ketiga undang-undang tersebutdituangkan dalam Undang-undang No.12, Undang-undang No. 13 dan Undang-undang No. 14 Tahun 1997.

Menurut A. Zen Umar, SH. LLM , HKIadalah Hak Kekayaan Intelektual yangtimbul atau lahir karena kemampuanintelektual manusia, misalnya daya cipta,karsa, rasa dan temuan pengetahuan, se-ni, sastra ataupun teknologi. Sedangkanarti penting dari HKI adalah :

a. Sebagai suatu system, HKI berfungsisebagai sarana pemberian hak ke- pada pihak-pihak yang telah meme-

nuhi persyaratan dan memberikan  perlindungan bagi para pemeganghak tersebut.

  b. HKI adalah alat pendukung per-tumbuhan ekonomi sebab denganadanya perlindungan terhadap HKIakan membangkitkan motivasimanusia untuk menghasilkan karyaintelektual.

Dalam perkembangannya HKI tidak lagimencakup bidang-bidang tradisionalseperti Hak Cipta, Paten, dan Merek,tetapi juga bidang-bidang kontemporer seperti Desain Industri ( IndustrialDesign) Desain tata letak Sirkuit Ter- padu ( Integrated Circuit), dan Rahasiadagang ( Trade Secret ). Hal ini se-suai dengan Ratifikasi ConventionEstablishing the World TradeOrganization ( Konvensi WTO ) yangdidalamnya memuat pula tentang TradeRelated spect of Intelectual PropertyRights ( Persetujuan TRIPS).

Implementasi HKI : Tantangan danPeluang 

Sesuai dengan arti penting HKI pada  poin b di atas, maka pemerintah dankomponen yang terkait lainnya hendak-nya dapat mengaktifkan keberadaan HKI

Page 25: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 25/33

di Indonesia sebagai bagian dari upaya  pembangunan nasional. Kekayaan Inte-lektual yang dimiliki oleh bangsaIndonesia merupakan modal dasar untuk  bangkit dari krisis yang berkelanjutan ini

Tetapi tidak semua masyarakatIndonesia dan aparat penegak hukummenyadari pentingnya HKI, terutamalemahnya penegakan hukum di Indo-nesia yang tercinta ini. Atas dasar ituoleh United Stated Trade Representative(USTR ), Indonesia dalam hal ini dapatdikenakan sanksi ancaman pemberlaku-an Special 301 ( US Trade Act) yaitu  berupa retalisasi perdagangan. Apabilahal ini benar-benar terjadi di Indonesia,

maka akan melumpuhkan dunia usaha  produk yang bersangkutan. AkibatnyaSektor Industri terkena dampaknya danakan mengalami kebangkrutan karena  produk Indonesia akan dinilai sangatrendah, hal ini tentunya berpengaruh  bagi Neraca Pembayaran yang negatif dan surplus bagi impor yang dapatmenyengsarakan devisa negara.

Dari segi sosiologi, masyarakatIndonesia tidak sepenuhnya menerima

HKI, secara filosofis HKI dianggapmerupakan refleksi masyarakat yangindividualistik. Di sebagian masyarakatmasih beranggapan bahwa hasil karyaseseorang sudah sepantasnya dinikmatioleh masyarakat luas.

Sebenarnya ada beberapa unsur yangterlupakan bahwa HKI dapat membantu  pembangunan nasional, meningkatkan  pendapatan, mengurangi kemiskinan,menambah tenaga kerja, dan mendorong  pertumbuhan ekonomi dinamis dankompetitif. Beberapa peluang yangsebenarnya dapat ditangkap olehmasyarakat dengan adanya HKI itusendiri antara lain, 1) Meningkatkankinerja dalam menghasilkan karya yanglebih inovatif  . Di Indonesia, untuk satu  jenis produk songket Palembang saja,

ada 100 lebih jenis desain, 150 lebih  jenis motif, dan 50 lebih teknik tenunkhas, 2) Meningkatnya daya saing.Dengan adanya masing-masing pihak akan berupaya untuk menjual produknya

dan diterima oleh pasar, 3) Mening-katkan pendapatan (Income). Selainmemperoleh pendapatan dari penjualan  produknya, mereka juga akan mem- peroleh royalty. Pendapatan yang tinggisecara tidak langsung nantinya akanmenumbuhkan semangat berusaha pihak lain dan berupa program bantuan sosial  bagi masyarakat di sekitarnya. 4)Meningkatkan investasi (Investment).Tumbuhnya kreativitas, daya saing, dan

 jaminan HKI akan mendorong pihak luar untuk menanamkam investasinya. Tinggiinvestasi tentunya akan berkolerasi  positif bagi peningkatan kesejahteraanmasyarakat sekitar, karena akanmendorong tumbuhnya industri sejenisdan mengurangi pengangguran.

Keempat hal di atas merupakan peluang HKI yang hendaknya dapat di-akomodasi oleh pemerintah gunamengembangkan sikap global dan cara

  pandang HKI baru, yaitu bagaimanamensosialisasi HKI. Langkah yang harusdigarisbawahi adalah perlunya rekonsep-sialisasi HKI baru yang disesuaikandengan kultur budaya bangsa kita.

Rekonsepsialisasi HKI = Paradigma

baru HKI

Beberapa penambahan tentang pengertian HKI yang ada sekarang bah-wa HKI hendaknya memperhatikan

kekayaan budaya leluhur yang telah adasejak dulu. Sebagai contoh, objek Boro-  budur, dapat digunakan untuk berbagaimacam desain produk. Karena itu perluinisiatif pemerintah untuk memberi  jaminan HKI bagi peninggalan budayalainnya dan perlindungan hukum bagimasyarakat Indonesia yang memanfaat-

Page 26: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 26/33

kannya. Karena sesuai dengan tu-  juannya, maka HKI terhadap pening-galan budaya adalah untuk mening-katkan pendapatan negara. Pendapatanyang diperoleh negara ini digunakan

sebagai modal penyangga pembangunannasional, khususnya pembangunankarya-karya intelektual lainnya.Tumbuhnya karya-karya baru akanmendorong kesejahteraan masyarakatsekitar, karena secara tidak langsungmereka akan terlibat dalam proses kewi-rausahawan yang saling menguntungkan.

Contoh kongkrit agar jaminan HKIdapat meningkatkan pendapatan masya-rakat setempat adalah paten tempe. Paten

tempe yang dimiliki oleh suatukelompok usaha ekonomi rakyat, akanmemperoleh pendapatan tembahan dariekspansi core business (usaha dasar)yang dikembangkan oleh pihak asing.Haki juga akan mendorong melahirkanragam tempe yang lebih maju, dan berimplikasi bagi keuntungan usaha dankesejahteraan pekerjanya. Model umumkonsep HKI yang mendorong pertum- buhan ekonomi dalam hal ini mening-

katkan kesejahteraan masyarakat.

Secara garis besar bahwa HKI me-nampung didalamnya kekayaan inte-lektual pribadi seperti karya ilmiyah perorangan, produk dan kekayaan inte-lektual daerah, didalamnya mencakupciri khas yang dimiliki daerah tersebutseperti ukiran Jepara, bordiran SumateraBarat (Silungkang), Batik Solo, KainSongket Palembang serta kekayaannasional seperti objek candi, situs  purbakala. Ketiga kekayaan intelektualitu akan terakomodir dalam wadah HKIdan selanjutnya setelah adanya jaminanhukum dan iklim usaha yang dinamisakan mendorong kesejahteraan masya-rakat yang terlibat di dalamnya. Karenakomponen itu merupakan faktor pentingdalam menciptakan cara pandang HKI

yang dianggap masyarakat kurang berkenan dengan citra penegakan hukumsecara keseluruhan yang sampai saat inimasih mengecewakan. Dan seiringdengan pemberdayaan kekayaan inte-

lektual itu dapat mencapai tujuannya,yaitu kemakmuran rakyat,maka penulismengajukan empat paradigma HKI.

• Pertama.

Adanya Undang-undang tentangOtonomi Daerah dan kemampuan  pemerintah dalam pembangunannasional, khususnya pembagian pendapatan yang adil , memberikan  peluang besar bagi HKI berperan

dalam roda pembangunan. HKIakan memberikan kemudahan disetiap daerah agar kekayaan inte-lektual yang dimiliki daerah dapatdidaftarkan melalui Kantor WilayahDepartemen Hukum dan HAM ditiap Provinsi. Sebagai contoh: Pene-muan jenis apel hasil bioteknologi diMalang akan meningkatkan penda-  patan daerah Malang sehingga  pembangunan dan upaya pengen-

tasan kemiskinan di Malang akanmeningkat, mendorong kinerja petaniapel untuk menanam dan menjualapel, mendorong pedagang eceranapel untuk menjual apelnya, dan  begitu seterusnya, sehingga satu penemuan baru akan berdampak luas  bagi seluruh komponen masyarakatdi kota Malang. Pendapatan yangdiperoleh atas HKI digunakan untuk membiayai pembangunan daerah.Pemerintah Pusat pun menjamin  perkembangan HKI daerah dengan  bagian dana JPS bidang kesejah-teraan rakyat.

• Kedua

Hal ini berkaitan erat dengan system pendidikan yang selama ini bersifatgeneral. Perlu dilakukan perubahan

Page 27: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 27/33

kurikulum yang mengarah padaspesialisasi. Ini penting karena hanyadengan spesialisasi orang bisamenghasilkan kreasi-kreasi dalam bidang tertentu. Karya yang dihasil-

kan tak harus original, melainkan  bagaimana dari hasil penemuanorang lain kita kemudian menghasil-kan karya yang lebih inovatif lagi.Sebagai contoh, penemuan turunantempe di Jepang merupakan hasil pe-nelitian tempe asli Indonesia. Karenaitu perlu mempersiapkan sarana dan  prasarana serta yang dapat mendo-rong tumbuhnya karya-karya baru.

• Ketiga

Dalam hubungannya dengan penca-  paian kesejahteraan tadi, maka  pendekatan domestik adalahmemberi gambaran secara regionalatau disesuaikan dengan budayasetempat bahwa HKI tidak semata-mata mencari keuntungan pribadi.Tiap daerah di Indonesia memilikikeunikan dalam kekayaan intelek-tual, misalnya hubungan antara HKI

dan kesejahteraan di Bandung.Sebagai contoh, penemuan bibit padiunggul, secara HKI memang meng-untungkan bagi si penemu, tapi jugaakan memberikan dampak ekonomisyang berharga bagi para petani,  penjual; beras, dan pelaku pasar lainnya. Dan strategi terakhir HKI  baru dalam kaitannya dengan pencapaian kesejahteraan rakyat.

• Keempat

Adalah bagaimana agar tujuanmancapai kesejahteraan itu tidak mengganggu karya-karya intelektualyang sudah ada, maksudnya agar adaaturan main yang jelas agar upaya  pemanfaatan karya intelektualdengan HKI tidak menjurus pada

monopoli. Karena itu perlu diran-cang komunikasi bisnis HKI yaitu :a) Mobilisator, Selain karya yang

dimanfaatkan itu dapat mendo-rong berkembangnya karya-karya

  baru, juga dapat memobilisasikarya-karya lain yang beradadalam lini produk tanpa ber-maksud menguasai seluruhnya.Contoh penemuan bibit padiunggul, hendaknya pribadi ataukelompok yang menemukantidak menghimpun diri gunamenguasai HKI untuk jenis  pupuk, mesin, atau obat hama,karena jika itu terjadi akan

muncul monopoli.  b) Stabilisator, Pemanfaatan karya-karya intelektual untuk mencapaikesejahteraan pada intinyaadalah untuk stabilisasi usaha.HKI yang memberi jaminan bagikarya pribadi, daerah, dan na-sional akan mendorong pe-menuhan kebutuhan daerah.Mempercepat alih teknologi danmendorong investasi di tiap

daerah, sehingga tidak muncul perasaan tertinggal atau tidak adildalam proses pembangunan.

 Kesimpulan

Berdasarkan hal di atas maka per-wujudan dari paradigma baru HKI dalammencapai kesejahteraan adalah kerjasama yang saling menguntungkan antar semua pihak. Memulai cara pandangan

 baru berwawasan global terhadap HKIakan memberikan dampak sosialekonomi yang positif, dan merupakanlangkah lanjut untuk mengurangi unsur-unsur minus dari pelaksanaan HKI diIndonesia. Upaya-upaya untuk mencapaikesejahteraan itu tidak lagi dipandangsebagai feodal demi keuntungan pribadi

Page 28: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 28/33

dan iklim usaha atas HKI bukanlahtujuan menciptakan usaha pribadi,daerah, dan bangsa.

Sumber Penulisan:

1. Undang-undang Nomor 12Tahun 1997 tentang Hak Cipta

2. Undang-Undang Nomor 13Tahun 1997 tentang Paten.

3. Undang-undang Nomor 14tentang Merek.

4. A.Zen Umar, SH, LLM pada  National Seminar on theDevelopment and Current Issues

of the World Trade Organizationon TRIP Agreement di Bandungtanggal 1-2 Juli 2002

Page 29: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 29/33

HUBUNGAN PERDAGANGAN

INDONESIA-KANADA.

Oleh: Bagian Evalap

A. TRADE POLICY

Indonesia - A Window of Opportunity Re-open

Pada tanggal 20 Maret 2007,Trade Commissioner Kedutaan Besar Kanada di Jakarta, Ross Miller telahmengundang anggota Canada -Indonesia Business Council (C-IBC)  pada acara pemaparan tentang"Indonesia - A Window of Oppor-tunity Re-open". Informasi ini di-sampaikan oleh KJRI Torontokepada KBRI Ottawa melalui bra fax No. BB-45, Tor/I 11/2007.

Presentasi ini adalah sebagaiupaya outreach (penyebaran infor-masi) mengenai: Panama, restruk-turisasi strategi Kedubes Kanada didalam memberdayakan sektur usahaKanada dengan cara match-makingdengan pcluang usaha di Indonesia.Kedua, melakukan identifikasi sektor usaha Kanada yang ingin membukausaha baru atau melebarkan sayap-nya di Indonesia. Ketiga, menyam- paikan fokus pengembangan sektoraldi tingkat usaha bidang infrastruktur,  pertambangan mineral, minyak dangas bumi.

Dalam presentasinya. RossMiller menyebutkan bahwa situasi diIndonesia telah mengalami perubah-an. Dikatakannya, bahwa jikadibandingkan dengan kondisi tahun1998 yaitu ketika ditutupnya operasi  beberapa bank/sektor keuangan(Canada di Indonesia, maka saat inisudah ada perubahan yang membawaangin segar bagi pengembanganusaha kalangan bisnis Kanada.

Jika disimak dari angka ForeignDirect Investment (FDI) Kanada di

Indonesia yang kini mencapai nilaisebesar 3 milyar dollar Kanada(nomor 3 setelah Jepang danHongkong), ditambah potensi marketIndonesia dengan penduduk 245 juta

di tahun 2010. kekuatan daya belidan kedekatan dengan pusat tenagakerja maupun raw material, yang  bersangkutan menenggarai bahwaIndonesia merupakan prospek yangmengetengahkan banyak peluangusaha perdagangan, industri manu-faktur dan jasa keuangan yang berpotensi untuk dikembangkan.

Proses reformasi dan demokra-tisasi di Indonesia juga telah berjalan

dengan cukup lancer dan menyi-ratkan adanya keinginan peme-rintahan Presiden Susilo BambangYudhoyono untuk lebih menggalak-kan upaya penegakan hukum,  pemberantasan korupsi. ko!usi dannepotisme yang dipandang sebagaisuatu kemajuan proses inforniasiyang cukup signifikan. Menyikapirating korupsi. dikutip data bahwaIndonesia berada pada urutan ke !30

dengan rating 2,4/10; China danIndia pada urutan ke 70 denganrating 3,3/10; dan Kanada padaurutan ke 14 dengan ratine 8,5/10.

Menyimak proses yang telah  bergulir di Indonesia, Ross Miller nienggarisbawahi bahwa kini meru-  pakan saat yang tepat bagi sektor usaha swasta Kanada untuk kembalimenengok Indonesia sebagai lahankesempatan untuk mengembangkan

  bisnis. Disampaikan pula bahwaCIDA Inc masih melanjutkan pen-danaan berupa program empowering  bagi Small & Medium Enterprises(SMEs) Indonesia, khususnya di  bidang infrastruktur. Sementara itu  perusahaan besar Kanada bidangeksplorasi sumber daya mineral dan

Page 30: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 30/33

  pengeboran minyak-gas bumi jugamenawarkan kesempatan untuk sub-kontrak kepada pihak swasta nasio-nal maupun Kanada yang berminat.

Pengamatan

Langkah outreach yang dilaku-kan Kanada semacam ini kiranya  perlu ditindaklanjuti oleh pejabatfungsi ekonomi perwakilan denganaksi serupa di tanah air. Upayaoutreach yang dilakukan oleh pejabatfungsi ekonomi perwakilan di tanahair selain merupakan wahana untuk  penyampaian informasi berupa pelu-ang usaha di wilayah kerja, pengum-

  pulan data intelijen bisnis dansekaligus juga dapat membuka peluang match-making antara sektor swasta Indonesia dengan pihak Kanada.

Penekanan di bidang infrastruk-tur dan pertambangan dalam re-strukturisasi strategi misi perwakilanKanada di luar negeri, khususnya diIndonesia perlu disambut positif dengan adanya realisasi tender pro-yek sebagaimana telah ditawarkandalam Enfrastructure Summit-I.Selain menguntungkan jika dilihatdari masih. adanya skemaempowering terhadap SMEs melalui  pendanaan CIDA Inc., peluang ini  juga bisa dimanfaatkan oleh sektor usaha swasta Indonesia yang  berminat untuk menggalang kerja-sama berupa usaha patungan dengan  pihak Kanada. Dengan demikian,FDI Kanada di Indonesia akan bertambah dan pada gilirannya akanmenjadi pemicu bagi kinerjaekonomi untuk kembali normal.

Penilaian WTO atas Kebijak-

sanaan Kanada

WTO memuji usaha yangdilakukan Kanada terhadap akses

 pasar dan hubungan multilateralnya,namun bersikap kritis terhadap  proteksi yang dilakukannya di be-  berapa sektor. Laporan empattahunan yang dilakukan oleh WTO

terhadap kcbijakan dagang Kanadamemberikan penilaian positif terha-dap usaha-usaha ekonomi Kanada,namun mengkritik tersendatnya  pertumbuhan produktivitas, suplaimanajemen pada bidang pertaniandan pembatasan investasi asing pada beberapa sektor.

Kanada dipuji karena kebijakan  perdagangannya yang terbuka dan  berorientasi keluar, serta pengaruh

fleksibilitas ekonominya yang ber-  peran dalam mengatasi beberapakejutan-kejutan ekonomi yang di-hadapi negara ini, termasuk me-ningkatnya harga minyak dansemakin kuatnya dolar Kanada.Kanada juga dipuji karena usaha-usahanya untuk meningkatkan akses  pasar ekspor bagi negara-negarakurang berkembang, tarif yangrendah pada sebagian besar komodi-

ti, dan usaha yang berkelanjutanuntuk meningkatkan perjanjiandagang multilateral dibandingkandengan bilateral.

Kanada juga menggunakanalasan anti dumping sebanyak 46 kali pada akhir Juni 2006. menurun dari91 kali pada tahun 2003, sesuatuyang dianggap positif. Narnun  pertumbuhan produktivitas Kanadadianggap relatif lambat, dan Kanada

  juga masih menerapkan beberapa pembatasan dan proteksi utamanyadalam bidang pertanian, investasiasing dalam telekomunikasi, audiovisual, transportasi udara dan laut

Menteri Perdagangan KanadaDavid Emerson menilai laporanWTO tersebut pada umumnya sangat

Page 31: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 31/33

 positif bagi Kanada, dan menekan-kan bahwa hal-hal yang digaris- bawahi pada laporan tersebut sedangdan akan dibahas dalam lingkarannegosiasi Doha. Walaupun peme-

rintah Kanada menerapkan proteksi  pada tarif impor produk pertanian,{Canada sendiri ingin mengakhirimonopoli penjualan terigu dangandum yang sekarang diberikankepada Badan Gandum Kanada(Canadian Wheat Board).

B. PERDAGANGAN ANTARA

KANADA DENGAN DUNIA

Perdagangan Kanada dengan

dunia dalam rentang waktu tahun2002 - 2006 menunjukkan trenkenaikan sebesar 12.26%. Pada tahun2006, total perdagangan Kanadatercatat 737,26 miliar US$.

Total impor menunjukkan trenkenaikan sebesar 12,48%, sedangkantotal ekspor sebesar 12,06%. Namundemikian, angka total ekspor selalulebih besar dari total impor yangmengakibatkan neraca perdagangan

Kanada dengan dunia selalu surplus pada lima tahun terakhir.Total perdagangan Kanada pada

Januari 2007 tercatat 59,42 miliar US$, naik 1,71% dibandingkan bulanyang sama tahun sebelumnya. Perban-dingan antara total impor dan ekspor   pada bulan Januari menunjukkan  perubahan total impor yang lebih besar (3,18%) dibandingkan denganekspor (0,5%), yang mengakibatkanneraca perdagangan Kanada pada

Januari 2007 lebih rendah daripadatahun sebelumnya.Total ekspor Kanada pada

tahun 2006 tercatat 387,54 miliar US$, dan menunjukkan trenkenaikan sebesar 12,06%. Lima  besar negara yang menjadi tujuanekspor Kanada adalah (berdasar urutan tahun 2006) : Amerika

Serikat, Inggris, Jepang, Cina danMeksiko. Inggris merupakan negaratujuan ekspor kedua pada tahun 2006,naik dari urutan ketiga pada tahun2005. Jepang turun ke urutan ketigasetelah sebelumnya merupa-kannegara di urutan kedua. AmerikaSerikat merupakan negara tujuanekspor terbesar Kanada (81,26%dari tota! ekspor), di mana pada tahun2006 bemilai 316,3 miliar US$.

Total ekspor Kanada padaJanuari 2007 menunjukkan kenaikanhanya sebesar 0,5% dibandingkan  bulan yang sama tahun sebelum-nya. Kecilnya kenaikan ekspor ini  bisa dilihal merupakan kontribusi

dari menurunnya ekspor migasKanada, yang merupakan ¼ dariekspor Kanada dan kecilnya pertum-  buhan ekspor sektor non migas.Walaupun ada 6 produk ekspor baru(Light-Vessels - HS 8905. Zinc - HS 7901. Acyclic Alcohols - HS 2905.Cyclic Hydrocarbons - HS 2902.Copper Ores - HS 2603. dan Taps,Cocks, Valves Etc For Pipes - HS 8481)  pada tahun 2007, namun tiga  produk ekspor terbesar Kanada

(pangsa pasar total 14,62%)mengalami penurunan.Total impor Kanada pada tahun

2006 tercatat 349,72 miliar US$,dan menunjukkan tren kenaikansebesar 12,48%. Lima besar negaraasal impor Kanada pada tahun 2006adalah Amerika Serikat, Cina,Meksiko, Jepang dan Jerman.Meksiko menggeser kcdudukanJepang di tempat ketiga setelah padatahun 2005 berada di urutan 4, Jerman

masuk ke lima besar menggantikanInggris yang bergeser ke urutan 6.Amerika Serikat merupakan negaraasal impor terbesar Kanada. dengannilai impor sebesar 191,91 miliar US$  pada tahun 2006. yang merupakan54,88% dari keseluruhan impor Kanada.

Page 32: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 32/33

Total impor Kanada padaJanuari 2007 menunjukkankenaikan 3,18% dibandingkan bulanyang sama tahun sebelumnya.Kenaikan ini sebagian besar dikon-tribusikan oleh kenaikan impor nonmigas Kanada (91.4% dari ke-seluruhan impor). Dari 50 produk impor utama non migas Kanada. 34  produk mengalami kenaikan impor.Ada 7 produk impor baru pada tahun2007, empat diantaranya mengalamikenaikan lebih dari 100%, berturut-turut dari kenaikan terbesar yaitu  Low value import Transaction &Confidejtti (HS 9901). Print Machlad Ink-Jet Much Ancil T Print Pt 

 Nesoi (HS 8443). Prepared Anrecor-ded Media (No Film) For Sound Etc(HS 8523), Human Blood, Animal   Blood. Antisera. Vaccines Etc (HS 3002).

C. PERDAGANGAN ANTARA

KANADA DENGAN INDONESIA

Total perdagangan antara Kanadadengan Indonesia menunjukkan peningkatan pada lima tahun terakhir 

dengan tren kenaikan 14,14%.Total perdagangan kedua negara pada tahun 2006 tercatat 1.54 miliar US$.

Total ekspor dan impor Kanadadengan Indonesia juga menunjukkankenaikan dalam lima tahun terakhir.Pada tahun 2006, total ekspor Kanada ke Indonesia bernilai 700.2  juta US$ dengan tren kenaikan24,06%. Total impor Kanada dari

Indonesia pada tahun 2006 tercatat835,32 juta US$ dengan trenkenaikan 8,21% Tren kenaikanekspor yang lebih besar dari importtersebut, terutama disebabkan olehkenaikan impor lebih dari 100%untuk produk Nickel inwrought (HS7502} dan Parts of Balloons,Aircraft, Space Craft Etc (HS 8803)

Dalam lima tahun terakhir,neraca perdagangan antara Kanadadengan Indonesia menunjukkan sur- plus di pihak Indonesia, namun adakecendrungan surplus ini semakin

 berkurang. Pada tahun 2006, Kanadamengalami minus sebesar 135,12 juta US$, dengan tren penguranganminus sebesar 126,66%. Total perda-gangan Kanada dengan Indonesia  pada bulan Januari 2007 tercatat109,27 juta US$, penurunan 7,43%dari bulan yang sama tahunsebelumnya. Ekspor Kanada pada  periode ini sebesar 40.3 juta US$,turun 20.54% dari tahun sebelumnya,

dan impor tercatat 68,96 juta US$,naik 2,46%. Neraca perdagangan  pada Januari 2007 tercatat minus28,66 juta US$ di pihak Kanada.

Dari 50 produk impor non migasutama Kanada dari dunia, Indonesiamenjadi negara asal impor pada 48 produk Dari 50 komoditi impor nonmigas utama Kanada, posisiIndonesia sebagian besar berada diatas posisi 10. Posisi tertinggi

Indonesia sebagai negara asalimpor Kanada adalah pada urutan

ke-9 untuk produk furniture (HS

9403), di mana produk ini berada pada posisi ke-24 dalam keseluruhan  produk impor Kanada. Dan 50  produk ekspor non migas utamaKanada ke dunia, Indonesia menjadinegara tujuan ekspor Kanada untuk 43 produk. Indonesia menjadi negaraurutan ke-2 sebagai tujuan ekspor 

Kanada untuk produk wheat andmeslin (HS1001), dan ke-5 untuk zinc (HS 7901).

Ada 26 produk dimana posisiIndonesia sebagai negara asal impor menduduki posisi di bawah 10 besar.Indonesia merupakan sumber utamauntuk produk natural rubber (HS

Page 33: Buletin 44

5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 33/33

4001) bagi Kanada. Indonesia meru- pakan sumber kedua untuk produk- produk yarn (HS 5509), cocoa beans(HS 1801) dan fatty acid (HS 3823).Posisi Indonesia untuk produk palm

oil (HS 15II) adalah pada posisi 3, di  bawah Malaysia dan AmerikaSerikat. Impor Kanada terhadapTerlihat bahwa Indonesia menjadinegara asal impor hanya pada 37  produk. Posisi Indonesia sebagian

 besar berada pada posisi 10 ke atas,kecuali untuk produk worked ivory(HS 9601), dimana Indonesiamerupakan negara asal impor ke-8.

Lima besar teratas negara asal impor untuk produk ini adalah Filipina,Cina, India, Amerika Serikat danThailand.(Sumber: Atase PerdaganganOttawa)