Buku Profesi Pendidikan

22
Guru sebagai tenaga profesional di bidang kependidikan, disamping memahami hal-hal yang bersifat filsofis dan konseptual, harus juga mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutamakegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar, guru paling tidak harus memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendisain program dan keterampilan mengkomunikasikan program itu pada anak didik. Dua modal ini telah terumuskan didalam sepuluh kompetensi guru, dan memang “mengelola interaksi belajar mengajar” itu sendiri merupakan salah satu kemampuan dari sepuluh kompetensi guru. Sehubungan dengan itu maka pada pembahasan tetnang pengelolaan interaksi belajar mengajar berikut ini akan di uraikan “Sepuluh kompetensi guru” sebagai sumber dan dasar umum atau sarana pendukung serta microteaching sebagai program latihan dan “beberapa komponen keterampilan mengajar” sebagai kegiatan pelaksanaan interaksi belajar-mengajar. A. SEPULUH KOMPETENSI GURU Dalam pendidikan guru dikenal adanya “Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi”. Mengenai kompetensi guru ini ada berbagai model cara mengklasifikasikan. Untuk program S1 salah satunya dikenal adanya “sepuluh kompetensi guru” yang merupakan profil kemampuan dasar bagi guru. Sepuluh kompetensi guru itu meliputi : menguasai bahan, mengelola program belajar-mengajar, mengelola kelas, menggunakan media/ sumber, menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar- mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah serta memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. 1. Menguasai bahan Sebelum guru itu tampil didepan kelas mengelola interaksi belajar-mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang dikontrakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, maka guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran secara dinamis. Dalam hal ini yang di maksud “Menguasai bahan” bagi seorang guru, akan mengandung dua lingkup penguasaan materi, yakni : a. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah.

description

Buku profesi pendidikan. cuma ga komplit bisa dipakai kok.

Transcript of Buku Profesi Pendidikan

Page 1: Buku Profesi Pendidikan

Guru sebagai tenaga profesional di bidang kependidikan, disamping memahami hal-hal yang bersifat filsofis dan konseptual, harus juga mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutamakegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar, guru paling tidak harus memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendisain program dan keterampilan mengkomunikasikan program itu pada anak didik. Dua modal ini telah terumuskan didalam sepuluh kompetensi guru, dan memang “mengelola interaksi belajar mengajar” itu sendiri merupakan salah satu kemampuan dari sepuluh kompetensi guru. Sehubungan dengan itu maka pada pembahasan tetnang pengelolaan interaksi belajar mengajar berikut ini akan di uraikan “Sepuluh kompetensi guru” sebagai sumber dan dasar umum atau sarana pendukung serta microteaching sebagai program latihan dan “beberapa komponen keterampilan mengajar” sebagai kegiatan pelaksanaan interaksi belajar-mengajar.

A. SEPULUH KOMPETENSI GURUDalam pendidikan guru dikenal adanya “Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi”. Mengenai kompetensi guru ini ada berbagai model cara mengklasifikasikan. Untuk program S1 salah satunya dikenal adanya “sepuluh kompetensi guru” yang merupakan profil kemampuan dasar bagi guru. Sepuluh kompetensi guru itu meliputi : menguasai bahan, mengelola program belajar-mengajar, mengelola kelas, menggunakan media/ sumber, menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar-mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah serta memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.1. Menguasai bahan

Sebelum guru itu tampil didepan kelas mengelola interaksi belajar-mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang dikontrakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, maka guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran secara dinamis. Dalam hal ini yang di maksud “Menguasai bahan” bagi seorang guru, akan mengandung dua lingkup penguasaan materi, yakni :a. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah.b. Menguasai bahan pengayaan/ penunjang bidang studi.

Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah, yang dimaksudkan dalam hal ini guru harus menguasai bahan sesuai dengan materi atau cabang ilmu pengetahuan yang dipegangnya, sesuai dengan yang tertera dalam kurikulum sekolah. Sebagai contoh :PMP, Sejarah, Geografi, ekonomi, biologi dan seterusnya. Kemudian agar dapat menyampaikan materi itu lebih mantap dan dinamis, guru harus juga menguasai bahan pelajaran lain yang dapat memberi pengayaan serta memperjelas dari bahan-bahan bidang studi yang dipegang guru tersebut. Misalnya untuk mengajar bidang studi PMP, guru harus juga menguasai bahan-bahan yang lain seperti sejarah, ekonomi dan geografi. Bahkan kalau kita lihat secara makro, guru tidak cukup itu. Guru harus juga menguasai materi-materi yang lain, misalnya yang berkaitan dengan PBM.

2. Mengelola program Belajar-MengajarGuru yang kompeten, harus juga mampu mengelola program belajar-mengajar. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus di tempuh oleh guru. Langkah-langkah itu adalah :

Page 2: Buku Profesi Pendidikan

a. Merumuskan tujuan instruksional/ pembelajaran.Sebelum mulai mengajar, guru perlu merumuskan tujuan yng akan dicapai. Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran ini penting, karena dapat merupakabn pedoman atau petunjuk praktis tentang sejauh mana kegiatan belajar-mengajar harus dibawa. Dengan perumusan tujuan instruksional secara benar akan dapat memberikan pedoman atau arah bagi siswa benar akan dapat mmeberikan pedoman atau arah bagi siswa atau warga belajar dalam menyelesaikan materi kegiatan belajarnya. Tujuan instruksional akan senantiasa merupakan hasil atau perubahan tingkah laku, kemampuan dan keterampilan yang diperoleh setelah siswa itu mengikuti kegiatan belajar. Oleh karena itu tugas guru harus dapat merumuskan tujuan instruksional itu secara jelas dan benar.

b. Mengenal dan dapt menggunakan proses instruksional yang tepatGuru yang akan mengajar biasa menyiapkan segala sesuatunya secara tertulis dalam suatu persiapan mengajar, yang sering juga dikenal dengan PPSI. Dalam PPSI ini mengandung prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh dalam kegiatan belajar-mengajar. Guru harus dapat menggunakan dan memnuhi langkah-langkah dalam kegiatan belajar mengajar oti. Sebagai contoh setelah merumuskan tujuan, kemudian mengembangkan alat evaluasi, merumuskan kegiatan belajar, dan begitu seterusnya sampai tahap pelaksanaan. Untuk itu semua perlu di desain.

c. Melaksanakan program belajar mengajarDalam hal ini guru berturut-turut melakukan kegiatan pretest, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan pos test dan perbaikan. Dalam kegiatan penyampaian materi guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:1) Menyampaikan materi dan pelajaran dengan tepat dan jelas.2) Pertanyaan yang dilontarkan cukup merangsang untuk berpikir, mendidik dan

mengenai sasaran.3) Memberi kesempatan atau menciptakan kondisi yang dapat mmeunculkan

pertanyaan dari siswa.4) Terlihat adanya variasi dalam pemberian materi dan kegiatan.5) Guru selalu memperhatikan reaksi atau tanggapan yang berkembang pada diri

siswa baik verbal maupun non verbal.6) Memberikan pujian atau penghargaan bagi jawaban jawaban yang tepat bagi

siswa dan sebaliknya mengarahkan jawaban yang kurang teapt.d. Mengenal kemampuan anak didik

Dalam mengelola program belajar-mengajar. Guru perlu mengenal kemampuan anak didik. Sebab bagaimanapun juga setiap anak didik memiliki perbedaan-perbedaan karakteristik tersendiri, termasuk kemampuannya. Dengan demikian dalam suatu kelas akan terdapat bermacam-macam kemampuan. Hal ini perlu di pahami oleh guru agar dapat mengelola program belajar-mengajar dengan tepat.

e. Merencana dan melaksanakan program remidial.Dalam suatu proses belajar-mengajar tentu saja dikandung suatu harapan agar seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar siswa dapat berhasil dengan baik. Namun kenyataannya sering tidak demikian. Salah satu usaha untuk mencapai hal ini adalah dengan pengembangan prinsip belajar tuntas atau mastery learning. Belajar

Page 3: Buku Profesi Pendidikan

tuntas adalah suatu sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan instruksional umum (basic learning objectives) dari suatu satuan atau unit pelajaran secara tuntas diperluka nstandar norma atau ketentuan yang tertentu. Misalnya dalam sistem pengajaran modul, ditetapkan bahwa 85% dari populasi siswa harus menguasai sekurang-kurangnya 75% dari tujuan-tujuan instruksional yang akan di capai. Apabila standar norma itu sudah dipenuhi, maka modul dapat beralih ke nomor berikutnya.Untuk menguasai (mastery) suatu bahan/materi pelajaran diperlukan waktu yang berbeda-beda bagi setiap siswa. Apabila waktu yang disediakan cukup dan pelayanannya tepat maka setiap siswa akan mampu menguasai bahan/materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Pemikiran inilah yang mendasari adanya program remidial; yaitu suatu kegiatan perbaikan bagi sswa yang belum berhasil dalam belajarnya (belum mastery). Dalam suatu proses belajar-mengajar yang ideal akan mengandung dua macam kegiatan yaitu, pengayaan bagi siswa yang sudah berhasil menguasai suatu satuan atau unit pelajaran di satu pihak, dan perbaikan bagi yang belum berhasil di lain pihak.Kegiatan perbaikan biasanya dilaksanakan pada saat-saat setelah diadakan evaluasi. Evaluasi itu sendiri dapat dilaksanakan pada :1) Awal serangkaian pelajaran atau sebelum pelajaran dimulai (berupa tes

prasyarat, tes diagnostik, atau pretest)2) Bagian akhir pada serangkaian pelajaran atu suatu pelajaran pokok (post test)3) Saat setelah suatu ujian yang terdiri dari beberapa satuan pelajaran selesai atau

pada akhir-suatu catur wulan/ semester (berupa unit atau tes sumatif)Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiatan perbaikan ialah:a) Sifat kegiatan perbaikan.b) Jumlah siswa yang memerlukan.c) Tempat untuk memberikan.d) Waktu untuk diselenggarakane) Orang yang harus memberikan.f) Metode yang dipergunakan.g) Sarana atau alat yang dipergunakan.h) Tingkat kesulitan belajar siswa.Langkah-langkah yang ditempuh dalam mememcahkan kesulitan belajar secara umum ialah :(1) Diagnose, meliputi :

(a) Identifikasi kasus.(b) Lokalisasi jenis dan sifat kesulitan.(c) Menetapkan faktor penyebab kesulitan.

(2) Prognose, yaitu mengadakan estimasi tentang kesulitan.(3) Terapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan dalam rangka penyembuhan

kesulitan.3. Mengelola kelas

Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Kalau belum kondusif, guru harus berusaha seoptimal mungkin untuk membenahinya, oleh karena itu

Page 4: Buku Profesi Pendidikan

kegiatan mengelola kelas akan menyangkut “mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran” dan “menciptakan iklim belajar-mengajar yang serasi”.Mengatur tata ruang keals maksudnya guru harus dapat mendesain dan mengatur ruang kelas sedemikian rupa sehingga guru dan anak didik itu kreatif, kekerasan belajar diruang itu. Misalnya bagaimana mengatur meja dan tempat duduk, menempatkan papan tulis, tempat meja guru, bahkan bagaimana pula harus mengatur hiasan didalam ruangan kelas. Disamping itu semua, kelas harus selalu dalam keadaan bersih.Kemudian yang berkaitan dengan menciptakan iklim belajar-mengajar yang serasi, maksudnya guru harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah laku anak didiknya agar tidak merusak suasana kelas. Kalau sekiranya terdapat tingkah laku anak didik yang kurang serasi, misalnya ramai, nakal, ngantuk atau mengganggu teman lain, guru harus dapat mengambil tindakan yang tepat, menghentikan tingkah laku anak tadi, kemudian mengarahkan kepada yang lebih produktif. Dalam hal ini seara konkrit ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh guru, yakni:a. Langkah-langkah siswa yang sudah sesuai denagn tujuan perlu dikembangkan

dengan memberi dukungan yang positif.b. Guru mengambil tindakan yang tepat bila siswa menyimpang dari tugas.c. Sikap siswa yang keras ditanggapi degan memadai dan tenang.d. Guru harus selalu memperhatikan dan memperhitungkan reaksi-reaksi yang tidak

diharapkan.4. Menggunakan media/sumber.

Ada beberapa lagnkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan media, yaitu:a. Mengenal, memilih dan menggunakan suatu media.

Hal ini perlu selektif, karena dalam menggunakan sesuatu media itu juga harus mempertimbangkan komponen-komponen yang lain dalam proses belajar mengajar, misalnya apa materi dan bagaimana metodenya.

b. Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana. Maksudnya agar mudah didapat dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda.

c. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar. Misalnya untuk kegiatan penelitian, eksperimen dan lain lain.

d. Menggunakan buku pegangan/buku sumber. Buku sumber perlu lebih dari satu dan kemduian ditambah buku-buku lain yang menunjang.

e. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar-mengajar. Bahkan dalam hal ini guru juga dituntut dapat mengelola perpustakaan agar dapat memberikan kemudahan bagi anak didiknya.

f. Menggunakan unit microteaching dalam program pengalaman lapangan. Hal ini menempati posisi yang cukup strategis terutama bagi LPTK.

5. Menguasai landasa-landasan kependidikan.Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa itu akan dapat di wujudkan secara nyata dengan usaha menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. Mengingat hal itu maka sistem pendidikan akan diarahkan kepada perwujudan keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara pengembangan kualitas serta antara pengembangan kuantitas dan pengembangan kualitas serta antara aspek lahiriah dan aspek rohaniah. Itulah sebabnya

Page 5: Buku Profesi Pendidikan

pendidikan nasional kita dirumuskan sebagai usaha sadar untuk membangun manusia indonesia seutuhnya.Rumusan pendidikan nasional sebagaimana diuraikan diatas, berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Pencasila sebagai landasan Idiil dan UUD 1945 merupakan landasan konstitusional. Di dalam UUD 1945 Bab XIII pasal 31 dijelaskan bahwa:a. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.b. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional,

yang diatur dengan undang undang.Kemudian didalam GBHN ternyata telah memberikan arah dan tujuan sistem pendidikan nasional, yakni sistem pendidika nyang berdasarkan pancasila. Dalam pelaksanaannya rumusan yang telah ditetapkan GBHN dan sekaligus telah memberikan arah itu akan dijabarkan, melalui berbagai kebijakan pendidikan dibidang pendidikan yang dalam hal ini ditangani Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pemerintah menetapkan berbagai kebijaksanaan yang kana melandasi dan mempedomani langkah-langkah/ proses pendidikan di berbagai lembaga pendiidkan, termasuk kegiatan guru.Dengan demikian jelas, guru sebagai salah satu unsur manusiawi dala mkegiatan pendidikan harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan nasional baik dasar, arah/tujuan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pelaksanaannya seperti telah diuraikan di atas. Dengan memhami itu semua guru akan memiliki landasan berpijak dan keyakinan yang mendorong cara berpikir dan bertindak edukatif di setiap situasi dalam usaha mengelola interaksi belajar-mengajar. Tindakan edukatif itu di dasari oleh satu konsep bahwa manusia pada hakikatnya berhak menerima pendidikan. Melalui pendidikan inilah akan diciptakan manusia-manusia yang a fully function person, manusia yang berperan secara komprehensif, manusia seutuhnya atau manusia yang selaras, serasi dan seimbang dalam pengembangan jasmani maupun rohani. Konsep ini harus memotivasi guru dalam kegiatan mengelola proses belajar-mengajar. Dengan kata lain pancasila, UUD 1945, GBHN akan merupakan landasan atau falsafah bagi kegiatan guru dalam menjalankan berbagai ketetapan pemerintah dalam bidang pendidikan.

6. Mengelola interaksi belajar-mengajarLima kompetensi sebagaimana telah diuraikan diatas, adalah merupakan dasar dan saranaa pendukung bagi guru dalam melakukan kegiatan interaksi belajar-mengajar. Agar mampu mengelola interaksi belajar-mengajar, guru harus menguasai bahan/materi, mampu mendisain program belajar-mnegjar, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih sumber serta memahami landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak.Didalam proses belajar-mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan. Kemudian didalam kegiatan interaksi antara dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan yang lain. Serasi dalam hal ini berarti komponen-komponen yang adap ada kegiatan proses belajar-mengajar itu akan saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik. Jelasnya, proses interaksi antara guru dan siswa tidak semata-mata hanya tergantung cara atau metode yang dipakai, tetapi komponen-komponen yang lain juga akan mempengaruhi keberhasilan interaksi belajar-mengajar tersebut.

Page 6: Buku Profesi Pendidikan

Ada beberapa komponen dalam interaksi belajar-mengajar. Komponen-komponen itu misalnya guru, siswa, metode, alat/ teknologi, sarana, tujuan. Untuk mencapai tujuan instruksional, masing-masing komponen itu akan saling merespon dan mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Sehingga tugas guru adalah bagaimana harus mendesain dari masing-masing komponen agar menciptakan proses belajar-mengajar yang lebih optimal. Dengan demikian guru selanjutnya akan dapat mengembangkan interaksi belajar mengajar yang lebih dinamis untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

GAMBAR 13

7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.Selanjutnya untuk memperlancar kegiatan pengelolaan interasksi belajar mengajar, masih juga diperlukan kegiatan sarana-sarana pendukung yang lain, termasuk antara lain mengetahui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Setiap siswa itu pada hakikatnya memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaaan-perbedaan semacam ini dapat membawa akibat perbedaan-perbedaan pada kegiatan yang lain, misalnya soal kreativitas, gaya belajar bahkan juga dapat membawa perbedaan dalam hal prestasi belajar siswa. Persoalan ini perlu diketahui oleh guru, karena dengan itu berarti dapat mengambil tindakan-tindakan instruksional yang lebih tepat dan memadai.Berkaitan dengan hal tersebut maka salah-satunya guru harus mampu menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Dengan mengetahui prestasi belajar siswa, apalagi secara individual, seperti telah disinggung diatas, guru akan dapat mengambil langkah-langkah instruksional yang konstruktif. Bagi guru yang bijaksana dan memahami karakteristik siswa akan menciptakan kegiatan bealjar mengajar yang lebih bervariasi serta akan memberikan kegiatan belajar yang berbeda antara siswa yag berprestasi tinggi dengan siswa yang berprestasi rendah. Sebagai contoh ada langkah pengayaan bagi siswa yang berprestasi tinggi dan akan mencarikan kegiatan belajar tertentu bagi ssiwa yang berprestasi rendah seperti kegiatan remidi dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat meningkatkan prestasi siswa.Dalam hal ini secara konkrit guru mengambil langkah-langkah sebagai berikut :a. Mengumpulkan data hasil belajar siswa :

1) Setiap kali ada usaha mengevaluasi selama pelajaran berlangsung.2) Pada akhir pelajaran.

b. Menganalisa data hasil belajar siswa. Dengan langkah ini guru akan mengetahui :1) Siswa yang menemukan pola-pola belajar yang lain2) Keberhasilan atau tidaknya siswa dalam belajar.

c. Menggunakan data hasil belajar siswa, dalam hal ini menyangkut :1) Lahirnya feed back untuk masing-masing siswa dan ini perlu diketahui oleh guru2) Adanya feed back ini tu maka guru akan menganalisa denagn tepat follow up

atau kegiatan-kegiatan berikutnya.8. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah.

Dalam tugas dan peranannya disekolah guru juga sebagai pembimbing ataupun konselor/penyuluh. Itulah sebabnya guru harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan disekolah serta harus menyelenggarakan program layanan

Page 7: Buku Profesi Pendidikan

bimbingan disekolah, agar kegiatan interaski belajarnya bersama siswa menjadi lebih tepat dan produktif.

9.B. D

Halaman 60

Dari sekian kegiatan itu sebenarnya pada garis besarnya administrasi sekolah atau khusus administrasi kelas dapat dikatakan sebagai kegiatan catat-mencatat dan lapor melapor secara sistematis. Mengenai informasi tentang suatu sekolah/kelas. Dengan demikian ada dua pekerjaan pokok dalam administrasi sekolah/kelas bagi guru, yakni recording (catat mencatat) dan reporting (lapor-melapor). Ini semua harus dipahami oleh setiap guru dan kemudian menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tersebut.

a. Kegiatan recording (catat-mencatat); ini meliputi catatan-catatan mengenai siswa dan catatan-catatan bagi guru. Catatan-catatan mengenai siswa akan meliputi antara lain : daftar presensi (harian maupun bulanan), catatan tugas/ pekerjaan siswa (Baik kelompok maupun individual), catatan sosiometris atau hubungan antara siswa, catatan partisipasi siswa, data pribadi siswa baik yang menyangkut identitas diri, latar belakang orang tua, riwayat pendidikan, kesehatan dan catatan khusus yang perlu bagi siswa. Adapun catatan-catatan yang penting bagi guru antara lain : silabus mata pelajaran, kumpulan soal-soal ujian dan tugas, catatan-catatan hasil evaluasi siswa, buku notulen rapat, buku agenda.

b. Kegiatan reporting (lapor-melapor) bagi guru ini meliputi laporan kepala sekolah dan laporan kepada orang tua siswa. Mengenai laporan kepada kepala sekolah, hampir semua kegiatan recording seperti diuraikan diatas, perlu dilaporkan kepada kepala sekolah. Disamping itu guru juga melaporkan kepada kepala sekolah hal-hal misalnya soal pengorganisasian siswa, inventaris kelas, keuangan kelas, mutasi, kenaikan dan tamat belajar, perkembangan prestasi atau hasil belajar siswa.Kemudian yang menyangkuty

Page 8: Buku Profesi Pendidikan

Karena itu dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Dra.Roestiyah,N.K. (1989;1) , guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

3. metode sebagai alat untuk mencapai tujuanTujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar menurut sekehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Itu sama artinya perbuatan yang sia-sia. Kegiatan belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan sama halnya ke pasar tanpa tujuan, sehingga sukar untuk menyeleksi mana kegiatan yang harus dilakukan dan mana yang harus diabaikan dalam upaya untuk mencapai keinginan yang dicita-citakan.Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang. Bila tidak, maka akan sia-sialah perumusan tujuan tersbeut. Apalah artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tanpa mengindahkan tujuan.Jadi guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.

B. Pemilihan dan penentuan metodeMetode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan instruksional khusus. Jarang sekali terlihat guru merumuskan tujuan hanya dengan satu rumusan, tetapi pasti guru merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya, guru pun sellau mengggunakan metode yang lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain, juga digunakan untuk mencapai tujuan yang lain. Begitulah adanya, sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.Pembicaraan berikut mencoba membahas masalah pemilihan dan penentuan metode dalam kegiatan belajar mengajar, dengan uraian bertolak dari nilai strategi metode, efektivitas penggunaan metode, pentingnya pemilihan dan penentuan metode, hingga faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pengajaran.

1. Nilai strategi metodeKegiatn belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Didalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik. Ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik dikelas. Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberikan dorongan(motivasi) kepada anak didik bial penyampaiannya menggunakan

Page 9: Buku Profesi Pendidikan

strategi yang kurang tepat. Disinilah kehadiran metode menempati posisi penting dalam penyampaian bahan pelajaran.Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit bagi guru untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Kerena itu, dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah emtode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar.Karena itu guru sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan metode sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di kelas.

2. Efektivitas penggunaan metode.Ketika anak didik tidak mampu berkonsentrasi, ketika sebagian anak didik membuat kegauhan, ketika anak diidk menunjukkan kelesuan, ketika minat anak didik semakin berkurang dan ketika sebagian besar anak didik tidak menguasai bahan yang telah guru sampaikan, ketika itulah guru mempertanyakan faktor penyebabnya dan berusaham encari jawaban secara tepat. Karena bila tidak maka apa yang guru sampaikan akan sia-sia. Boleh jadi dari sekian keadaan tersebut salah satu penyebabnya adalah faktor metode. Karenanya efektivitas penggunaan metode patut dipertanyakan.Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas. Guru yang selalu senang menggunakan metode ceramah sementara tujuan pengajarannya adalah agar anak didik dapat memperagakan salat, adalah kegiatan belajar mengajar yang kurang kondusif. Seharusnya penggunaan metode dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukan tujuan yang harus menyesuaikan diri dengan metode.Karena itu, efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran, sebagai persiapan tertulis.

3. Pentingnya pemilihan dan penentuan metodeTitik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pengajaran. Apapun yang termasuk perangkat program pengajaran dituntut secara mutlak untuk menunjang tercapainya tujuan. Guru tidak dibenarkan mengajar dengan kemalasan. Anak didik pun diwajibkan mempunyai kreativitas yang tinggi dalam belajar, bukan selalu menanti perintah guru. Kedua unsur manisiawi ini juga beraktivitas tidak alin karena ingin mencapai tujuan secara efektif dan efisien.Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik dikelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya tujuan pengajaran adalah agar anak didik dapat menuliskan sebagian dari ayat-ayat dalam surat al-fatihah., maka guru tidak dapat menggunakan metode diskusi, tetapi yang tepat adalah metode latihan.

Page 10: Buku Profesi Pendidikan

Kegagalan guru mencapai tujuan pengajaran akan terjadi jika pemilihan dan penentuan metode tidak dilakukan dengan pengenalan terhadap karakteristik dari masing-masing metode pengajaran. Karena itu, yang terbaik guru lakukan adalah mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode pengajaran yan gakan dibahas dalam uraian-uraian selanjutnya.

4. Faktor-faktor yang memepengaruhi pemilihan metode.Jangan dikira bahwa pemilihan metode itu smebarangan. Jangan diduga bahwa penentuan metode itu tanpa harus mempertimbangkan faktor-faktor lain. Sebagai suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Maka itu, siapapun yang telah menjadi guru harus mengenal dan memahaminya dan mempedomaninya. Ketika akan melaksanakan pemilihan dan penentuan metode. Tanpa mengindahkan hal ini metode yang dipergunakannya bisa-bisa tiada arti.Bila ada para ahli yang mengatakan bahwa makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan adalah pendapat yang mengandung nilai kebenaran. Tapi, jangan didukung bila ada para ahli lain yang mengatakan bahwa semua metode adalah baik dan tidak ada kelemahannya, karena pernyataan tersebut adalah pendapat yang keliru.Dalam pandangan yang sudah diakui kebenarannya mengatakan, bahwa setiap metode mempunyai sifat masing-masing, baik mengenai kebaikan-kebaikannya maupun mengenai kelemahan-kelemahannya guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat-sifat masing-masing metode tersebut. Winarno Surakhmad (1990;97) mengatakan bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :a. Anak didik

Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Disekolah, gurulah yang berkewajiban untuk mendidiknya. Diruang kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah anak ididk dengan latar belakang kehidupan yang berlainan. Status sosial mereka juga bermacam-macam. Demikian juga halnya mengenai jenis kelamin mereka ada yang berjenis kelamin laki-laki ada yang berjenis kelamin perempuan. Postur tubuh mereka ada yang tinggi, sedang dan adapula yang rendah. Pendek kata, dari aspek fisik ini selalu ada perbedaan dan persamaan pada setiap anak diidk.Jika pada aspek biologis diatas ada persamaan dan perbedaan, maka pada aspek intelektual juga ada perbedaan para ahli sepakat bahwa secara intelektual, anak didik selalu menunjukkan perbedaan hal ini terlihat dari cepatnya tanggapan anak didik terhadap rangsangan yang diberikan dalam kegiatan belajar mengajar, dan lambatnya tanggapan anak didik terhadap rangsangan yang diberikan guru. Tinggi atau rendahnya kreatifitas anak diidk dalam mengolah kesan dari bahan pelajaran yang baru diterima bisa dijadikan tolak ukur dari kecerdasan seorang anak. Kecerdasan seorang anak terlihat seiring dnegan meningkatnya kematangan usia anak. Daya pikir anak bergerak dari cara berpikir konkret ke arah cara berpikir abstrak. Anak-anak usia SD lebih cenderung berpikir konkret. Sedangkan anak-anak SLTP atau SLTA sudah mulai dapat berpikir abstrak. Seseorang dengan perhitungan tertentu. Dari IQ ini pula diketahui persamaan dan perbedaan kecerdasan seseorangDari aspek psikologis sudah diakui ada juga perbedaan disekolah, prilaku anak didik selalu menunjukkan perbedaan, ada yang pendiam, ada yang kreatif, ada yang suka

Page 11: Buku Profesi Pendidikan

bicara, ada yang tertutup (introver), ada yang terbuka (ekstrover), ada yang pemurung, ada yang periang dan sebagainya.Semua prilaku anak didik tersebut mewarnai suasana kelas. Dinamika kelas terlihat dengan banyaknya jumlah anak dalam kegiatan belajar mengajar. Kegaduhan semakin terasa jika jumlah anak didik sangat banyak didalam kelas. Semakin banyak jumlah anak didik dikelas semakin mudah terjadi konflik dan cenderung sukar dikelola.Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis intelektual, dan psikologis sebagaimana disebutkan diatas, mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam sekon yang relatif lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara opresional. Dengan demikian jelas, kematangan anak didik yang bervariasi mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pengajaran.

b. TujuanTujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran berbagai-bagai jenis dan fungsinya. Secara hierarki tujuan itu bergerak dari yang rendah hingga yang tinggi, yaitu tujuan instruksional atau tujuan pembelajran, tujuan kurikuler atau tujuan kurikulum, tujuan institusional, dan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran meruapkan tujuan intermedier (antara), yang paling langsung dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Tujuan pembelajaran dikenal ada dua, yaitu TIU (Tujuan Instruksional Umum) dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus)Perumusan tujauan instruksional khusus, misalnya, akan mempengaruhi kemampuan yang bagaimana yang terjadi pada adiri anak didik. Proses pengajaran pun dipengaruhinya. Demikian juga penyeleksian metode yang harus guru gunakan dikelas. Metode yang guru pilih harus sejalan dengan taraf kemampuan. Metodelah yang harus tunduk kepada kehendak tujuan dan buka nsebaliknya. Karena itu, kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka metode harus mendukung sepenuhnya.

c. SituasiSituasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan selamanya sama dari hari ke hari. Pada suatu waktu boleh dijadikan guru ingin menciptakan situasi belajra mengajar dialam terbuka yaitu diluar ruang sekolah. Maka guru dalam hal ini tentu memilih metode belajar mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu. Dilain waktu, sesuai dengan sifat bahan dan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan. Maka guru menciptakan lingkungan belajar anak didik secara berkelompok. Anak didik dibagi kedalam beberapa kelompok belajar dibawah pengawasan dan bimbingan guru. Disana semua anak didik dalam kelompok masing-masing diserahi tugas oleh guru untuk memecahkan suatu masalah. Dalam hal ini tentu saja guru telah. Memilih metode mengajar yang membelajarkan anak didiknya, yaitu metode problem solving. Demikianlah, situasi yang diciptakan guru mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.

d. FasilitasFasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik disekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar, ketiadaan laboratorium untuk praktek IPA, misalnya, kurang mendukung penggunaan metode eksprimen atau metode demonstrasi. Demikian juga halnya ketiadaan

Page 12: Buku Profesi Pendidikan

mempunyai fasilitas olah raga, tentu sukar bagi guru menerapkan metode mengajar akan terlihat jika faktor lain mendukungnya.

e. GuruSetiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Sesorang guru misal kurang suak berbicara, tetapi seorang guru yang lain suka berbicara. Seseorang guru yang bertitel sarjana pendidikan dan keguruan, berbeda dengan guru yang bukan sarjana bukan pendidikan dan keguruan dibidang penguasaan ilmu kependidikan dan keguruan. Guru yang sarjana pendidikan dan keguruan barangkali lebih banyak menguasai metode-metode mengajar, karena memang dia dicetak sbeagai tenaga ahli dibidang keguruan dan wajar saja dia menjiwai dunia guru.Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnay penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan memntukan metode. Itulah yang biasanya dirasakan oleh mereka yang bukan berlatar belakang pendidikan guru. Apalagi belum memiliki pengalaman mengajar yang memadai. Sungguhpun begitu, baik dia berlatar belakang pendidikan guru maupun dia yang berlatar belakang bukan pendidikan guru, dan sama-sama minim pengalaman mengajar dikelas, cenderung sukar memilih metode yang tepat. Tetapi ada juga yang tepat memilihnya, namun dalam pelaksanaannya menemui kendala, disebabkan labilnya kepribadian dan dangkalnya penguasaan atas metode yang dipergunakan. Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa kepribadian, latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar adalah permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.Sebagai penyegaran kembali dari inti kesan atas uraian tersebut dimuka, dapatlah dibutiri faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar, yaitu anak didik, tujuan, situasi, fasilitas dan guru.

C. Macam-macam metode mengajarPada pembahasan terdahulu telah banyak dibicarakan mengenai kedudukan metode dalam kegiatan belajar mengajar dan cara mamilih serta menentukan metode yang sesuai denag ntujuan dan kondisi psikologis anak diidk.Pembahasan berikut akan membicarakan masalah macam-macam metode mengajar secara global untuk memberikan tambahan wawasan umu. Diharapka ndegan uraian ini metode mengajar, dan selanjutnya untuk mendalaminya, pembaca dapat mencarinya dalam berbagai literatur yang terdapat pada pustaka acuan dibagian akhir buku ini.Patut untuk diketahui bahwa metode-metode mengajar yang dibahas disini berlumlah smeuanya dibicarakan dan untuk selanjutnya pembaca dapat menemukannya didalam literatur lain. Metode-metode mengajar yang diuraikan berikut ini adalah :1. Metode proyek

Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.Penggunaan metode ini bertolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah tidak akan tuntas bila tidak ditinjau dar iberbagai segi. Dengan perkataan lain, pemecahan setiap

Page 13: Buku Profesi Pendidikan

masalah dapat dipecahka nsecara keseleruhan yang berarti. Dalam penggunaannya metode proyek memiliki kelebihan dan kekurangan.a. Kelebihannnya

Beberapa kelebihan metode ini antara lain:1) Dapat memperluas pemikiran siswa yang berguna dalam menghadapi masalah

kehidupan;2) Dapat membina siswa dengan kebaisaan menerapka npengetahuan, sikap dan

keterampilan dalam kehidupan sehari-hari secara terpadu;3) Metode ini sesuai dengan prinsip-prinsip didaktik modern yang dalam

pengajaran perlu diperhatikan:a) Kemampuan individual siswa dan kerjasama dala mkelompok;b) Bahan pelajaran tak terlepas dari kehidupan riel sehari-hari yang penuh

dengan masalah;c) Pengembangan aktivitas, kreativitas dan pengalaman siswa banyak

dilakukan;d) Agar teori dan praktek, sekolah dan kehidupan masyarakat menjadi satu

kesatuan yang tak terpisahkan.b. Kekurangannya

Metode ini mengandung kekurangan antara lain:1) Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, baik secara vertikal maupun

horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini;2) Pemilihan topik unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, cukup fasilitas

dan sumber-sumber belajar yang diperlukan bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah;

3) Bahan pelajaran sering menjadi luar sehingga dapat mengaburkan pokok untit yang dibahas;

2. Metode eksperimenMetode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar denagn metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoab mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:a. Kelebihan Metode Eksprerimen

Metode eksperimen mengandung beberapa kelebihan antara lain :1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan

percobaannya;2) Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan

penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia;3) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran

umat manusia;b. Kekurangan metode eksperimen

Page 14: Buku Profesi Pendidikan

Metode eksperimen mengandung bebrapa kekurangan, antara lain:1) Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi;2) Metode ini memrlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu

mudah diperoleh dan mahal;3) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan;4) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena

mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

3. Metode tugas dan resitasiMetode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru membeirkan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Maslaah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat idlakukan didalam kelas, dihalaman sekolah, dilaboratorium, di perpustakaan, di bengkel, dirumah siswa, atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.Metodee ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang baisanya guru gunakan untuk mengatasinya.Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR) tetapi jauh lebih luas dar iitu. Tugas biasanya bisa dilaksakan dirumah, disekolah, diperpustakaan dan ditempat lainnya. Tugas dan resitrasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok. Karena itu, tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara kelompok.Tugas yang dapatdiberikan kepada anak diidk ada berbagai jenis. Karena itu, tugas sangat banyak macamnya, bergantung pada tujuan yang akan di capai; seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan (lisan/tulisan), tugas motorik (pekerjaan motorik) tugas laboratorium dan lain lain.Ada langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode tugas atau resitasi, yaitu :a. Fase pemberian tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan :- Tujuan yang akan dicapai.- Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan

tersebut.- Sesuai dengan kemampuan siswa.- Ada petunjuk/ sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.- Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.

b. Langkah pelaksanaan tugas- diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru- diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja- diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain

4.D.

Page 15: Buku Profesi Pendidikan

5.