Buku Ayas Sam

114
BAB I PENDAHULUA 1.1 Pengertian Komunikasi Pertanian Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, dan yang dinyatakannya itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya. Dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima 1

Transcript of Buku Ayas Sam

BAB I

PENDAHULUA1.1 Pengertian Komunikasi PertanianIstilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, dan yang dinyatakannya itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya. Dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan (Effendi, Onong Uchjana, 1995: 9).Sementara untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur yakni: Komunikator, Pesan, Media, Komunikan, dan Efek. Jadi, menurut Lasswell dalam Effendy, Onong Uchjana(1995: 10) bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Dengan demikian komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan, dengan kata lain jika komunikan tidak mengerti pesan yang tidak diterimanya, maka komunikasi tidak terjadi. Dalam rumusan lain, situasi tidak komunikatif. Menurut Fisher dalam Arifin, Anwar (1995: 20), menyatakan bahwa tidak ada persoalan sosial dari waktu yang tidak melibatkan komunikasi.

Secara sederhana Ardianto, Elvinaro (2009; 51) menjelaskan komunikasi adalah proses penyampaian pengertian antar individu. Masyarakat manusia bisa ada, akibat kapasitas manusia untuk menyampaikan maksud, hasrat, perasaan, pengetahuan, dan pengalaman dari orang yang satu kepada yang lainnya. Pada hakekatnya, komunikasi adalah suatu perilaku, dimana suatu sumber menyampaikan satu pesan kepada penerima dengan tujuan mempengaruhi perilaku si penerima.

1.2 Komunikasi Pertanian dan Penyuluhan Pertanian

Ditinjau dari prosesnya, penyuluhan adalah komunikasi dalam arti kata ada dua komponen yaitu manusia, yang satu sebagai pemberi pesan atau komunikator dan satu lagi sebagai penerima pesan atau komunikan. Dalam proses ini penyuluh pertanian bertindak sebagai komunikator (pemberi pesan), sedangkan petani merupakan komunikan (penerima pesan). Perbedaan antara komunikasi dengan penyuluhan terletak pada tujuannya, dimana tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan penyuluhan sifatnya khusus, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Tujuan akan tercapai bila terjadi komunikasi yang dapat dipahami. Komunikasi yang bagaimana yang menunjang tujuan penyuluhan mudah tercapai? Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang bersifat dua arah.Namun bisa saja terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi, dimana pesan tidak dapat dimengerti oleh penerima pesan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor penghambat komunikasi antara pengirim dan penerima pesan. Faktor-faktor penghambat komunikasi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat masalah utama , dikemukakan oleh Purwanto, Djoko (2009: 13), mencakup : 1) masalah dalam mengembangkan pesan; 2) masalah dalam penyampaian pesan; 3) masalah dalam menerima pesan; 4) masalah dalam menafsirkan pesan.Menghindari ini semua, dalam penyuluhan pertanian perlu dilakukan perencanaan terlebih dahulu, sehingga proses penyuluhan pertanian untuk membantu petani mencapai tujuannya dapat terlaksana dengan baik, dengan menghilangkan faktor penghambat yang kemungkinan besar dapat terjadi dalam komunikasi. Tampak peran komunikasi amat besar dalam kegiatan penyuluhan penyuluhan, yang akan mempengaruhi dari perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasinya.

Penyuluh sebagai komunikator yaitu penyampai pesan, sedangkan sasaran dalam hal ini disebut komunikan sangat yang dipengaruhi oleh latar belakangnya, baik secara individu maupun secara berkelompok. Untuk penyuluh sendiri adakah mereka siap melakukan komunikasi dari berbagi aspek, apakah pesan yang dibawanya sudah sesuai dengan apa yang diinginkan sasaran juga saluran atau media yang dilakukannya sudah sesuai?, sudah tepatkah metode yang digunakannya. Namun unsur yang paling utama dalam melakukan perubahan perilaku ini yaitu terjadinya komunikasi yang baik antara si pemberi pesan yaitu penyuluh, dengan si penerima pesan yaitu orang yang diharapkan perubahan perilakunya. Dalam sektor pertanian, apakah bagaimana pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat lapangan, sudah berjalan lancar, dan sudahkah mencapai tujuan yang diharapkan?Fenomena di tingkat lapangan menggambarkan masih lemahnya proses penyuluhan pertanian dengan dampak yang ada, disinyalir salah satu penyebabnya adalah hambatan komunikasi. Sebab dalam proses komunikasi tidak hanya sekedar berbicara saja, tapi pesan itu dapat disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hambatan komunikasi ini perlu ditelaah, apa yang menjadi penyebabnya. Bila perubahan perilaku sebagai bagian dari tujuan penyuluhan belum tercapai, jangan hanya sasaran yang dipersalahkan. jangan-jangan masalah nya justru berasal dari komunikator yaitu penyuluh sebagai pembawa pesan. Apa penyebabya apakah karena ketidaksiapan materi yang akan disampaikan, ataukah karena prasarana yang tidak memadai, bisa pula terjadi karena gangguan dalam proses penyampaiannya.

Kegagalan berkomunikasi sering menimbulkan kesalah pahaman, kerugian, dan bahkan malapetaka, Risiko tersebut tidak hanya pada tingkat individu, tetapi juga pada tingkat lembaga, komunitas, dan bahkan Negara.Untuk menjadi seorang komunikator yang efektif, harus berusaha menampilkan komunikasi (baik verbal maupun nonverbal) yang disengaja seraya memahami budaya orang lain

1.3 Komunikasi Pertanian : Komunikator, Komunikan, dan Pesan

A. KomunikatorKomunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam sebuah proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber dalam sebuah hubungan. Seorang komunikator tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan kepada penerima, namun juga memberikan respons dan tanggapan, serta menjawab pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh penerima, dan publik yang terkena dampak dari proses komunikasi yang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung.

B. KomunikanKomunikan adalah patner atau rekan dari komunikator dalam komunikasi. Ia berperan sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim dan penerima selalu bergantian sepanjang pembicaraan. penerima mungkin mendengarkan pembicara atau menuliskan teks atau menginterpretasikan pesan dengan berbagai cara.C. PesanPesan adalah setiap pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik lisan maupun tertulis, yang dikirimkan dari satu orang ke orang lain. Pesan menjadi inti dari setiap proses komunikasi yang terjalin. Pesan itu dapat berupa kata-kata atau tulisan, tiruan, gambaran atau perantara lain yang dapat berkomunikasi melalui berbagai channel yang berbeda seperti blog, HP, TV, radio, fax, hand signal, E-mail, sandi morse, semaphore, sms dll.BAB II

PERAN KOMUNIKASI PERTANIAN2.1 Proses Komunikasi PertanianProses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya.Dalam proses komunikasi terdapat lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu source, massage, channel atau media, receiver, efect/umpan balik (feedback) dan noise (gangguan).

Proses Komunikasi tidak hanya terhenti setelah pesan disampaikan atau diterima oleh penerimanya, tetapi setelah penerima pesan, penerima memberikan tanggapannya kepada sumber , kemudian proses komunikasi berlangsung (ada hubunga timbal balik). proses komunikasi baru terhenti jika penerima telah memberikan tanggapan yang dapat dimengerti oleh pengirimnya, (Berlo, 1960).2.2 Media Penyampaian informasiSalah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah penyampaian informasi dan teknologi pertanian kepada penggunanya, informasi dan teknologi pertanian tersebut bisa disampaikan secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan media penyuluhan. Berbagai media penyuluhan dapat digunakan untuk megemas informasi dan teknologi yang akan disampaikan kepada petani sebagai pengguna teknologi seperti : media cetak, media audio, media audio visual, media berupa obyek fisik atau benda nyata.Secara umum dapat dikatakan bahwa media merupakan suatu perantara yang digunakan dalam proses belajar. Tujuan penggunaan media adalah untuk memperjelas informasi yang disampaikan sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan sasaran. Dengan demikian media berperan penting dalam memberikan pengalaman kongkrit dan sesuai dengan tujuan belajar.2.3 Penyuluh PertanianPenyuluhan Pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya.Menurut U.Samsudin S penyuluhan pertanian adalah suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat di luar bangku sekolah (non formal) untuk para petani dan keluarganya di pedesaan. Menurut A.T. Mosher dalam penyuluhan terkandung arti aktivitas pendidikan di luar bangku sekolah (non formal).2.4 Alur Penyampaian Informasi

BAB III

MENGENAL JAGUNG3.1 Sejarah JagungTeori yang banyak dianut menyatakan bahwa jagung didomestikasi pertama kali oleh penghuni lembah Tehuacan, Meksiko. Bangsa Olmek dan Maya diketahui sudah membudidayakan di seantero Amerika Tengah sejak 10.000 tahun yang lalu dan mengenal berbagai teknik pengolahan hasil. Teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7.000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. Pada saat inilah berkembang jagung yang beradaptasi dengan suhu rendah di kawasan Pegunungan Andes.. Sejak 2500 SM, tanaman ini telah dikenal di berbagai penjuru Benua Amerika.Kedatangan orang-orang Eropa sejak akhir abad ke-15 membawa serta jenis-jenis jagung ke Dunia Lama, baik ke Eropa maupun Asia. Pengembaraan jagung ke Asia dipercepat dengan terbukanya jalur barat yang dipelopori oleh armada pimpinan Ferdinand Magellan melintasi Samudera Pasifik. Di tempat-tempat baru ini jagung relatif mudah beradaptasi karena tanaman ini memiliki elastisitas fenotipe yang tinggi.

3.2 Perkembangan Jagung di IndonesiaJagung (Zea mays L.) yang masih satu keluarga dengan gandum dan padi merupakan tanaman asli benua Amerika.Selama ribuan tahun,tanaman ini menjadi makanan pokok suku indian si Amerika.Christopher Colombus merupakan orang yang berjasa menyebarkan jagung keseluruh dunia.Setelah menemukan benu Amerika secara tidak sengaja pada tahun 1492,saat kembali kenegara asalnya,Spanyol,Colombus membawa tanaman jagung dan beberapa tanaman asli lainnya dari benua tersebut,seperti cabai dan tomat.Sejak itulah tanaman jagung menyebar keseluruh penjuru dunia dan di budidayakan oleh para petani dibanyak negara. Di Indonesia, jagung pertama kali datang pada abad17,dibawa oleh bangsa portugis.Sejak kedatangannya,tanaman ini menjadi tanaman pangan utama kedua setelah padi yang ditanam hampir oleh petani nusantara.Bagi petani yang mengalami kegagalan panen padi karena hama,menanam jagung menjadi alternatif untuk mendapatkan keuntungan atau minimal menutup kerugian.

Lama kelamaan,jagung menjadi terkenal dan semakin di gemari orang,bahkan pulau madura jagung menjadi makanan pokok masyarakat setempat.Nilai ekonomis jagung pun meningkat tajam sehingga menanam jagung tidak lagi hanya menjadi alternatif pengganti padi,tetapi sudah menjadi pilihan utama bagi banyak petani Indonesia.Di beberapa daerah,bertanam jagung bahkan lebih menguntungkan daripada menanam padi.Daerah sentra penghasil jagung di Indonesia antara lain Jawa timur,Jawa tengah,Jawa Barat,Madura,Nusa Tenggara Timur,Lampung,dan sulawesi.Tanaman jagung relatif lebih mudah dibudidayakan,gampang perawatannya,serta sangat cocok dengan kondisi iklim dan cuaca di Indonesia.Awalnya,benih yang digunakan para petani open polineted (OP)yang merupakan benih hasil persilangan terbuka dua galur murni atau lebih yang terjadi dengan bantuan angin atau serangga.Benih OP biasanya diambil dari biji jagung hasil panen musim tanam sebelumnya.Sifat dari induk benih OP ini masih ada sampai dengan keturunan kelima.

Seiring bergulirnya waktu,perkembangan budidaya jagung di Indonesia mengalami kemajuan pesat.Salah satu nya adalah penggunaan benih jagung hibrida,disamping benih OP yang telah lama digunakan.Namun,berbeda dengan benih OP,benih jagung hibrida berasal dari persilangan yang dilakukan oleh manusia sehingga memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan benih OP.

Keunggulan benih jagung hibrida antara lain tahan terhadap jenis penyakit tertentu,masa panennya lebih cepat,dan kualitas dan kuantitas produksinya lebih baik.Bahkan,ada jagung hibrida yang bisa mengeluarkan tongkol jagung kembar sehingga hasil panen berlipat ganda.Sayangnya,benih jagung hibrida hanya bisa ditanam satu musim tanam karena turunannya tidak lagi memiliki sifat unggul dari sang induk.Sejak munculnya benih jagung hibrida,makin banyak varietas-varietas jagung yang diciptakan dengan berbagai macam keunggulan.Keadaan tersebut memudahkan para petani untuk memilih varietas jagung yang akan ditanam.Penanaman tersebut disesuaikan dengan kondisi lingkungan lahan tanam yang ada.Saat ini,selain untuk konsumsi manusia,jagung juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas seperti ayam,bebek,dan ternak ruminansia seperti sapi,domba serta babi.Bahkan dinegara-negara maju,sari pati jagung diolah menjadi gula rendah kalori dan ampasnya diolah menjadi alkohol dan monosodium glutamat.3.3 Daerah Asal dan PenyebaranDi Indonesia (Nusantara), berbagai macam nama dipakai untuk menyebut jagung. Kata "jagung" menurut Denys Lombard merupakan penyingkatan dari jawa agung, berarti "jewawut besar", nama yang digunakan orang Jawa. Beberapa nama daerah adalah jhaghung (Madura), binthe atau binde (Gorontalo), dan warelle (Bugis). Di kawasan timur Indonesia juga dipakai luas istilah milu, yang jelas berasal dari milho, berarti "jagung" dalam bahasa Portugis.Jagung budidaya dianggap sebagai keturunan langsung sejenis tanaman rerumputan mirip jagung yang bernama teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun lalu oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam.3.4 Taksonomi dan MorfologiA.TaksonomiKingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotiledonae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Zea

Species : Zea mays L.B. Morfologi Sistem Perakaran

Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air.Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan. Akar jagung dapat dijadikan indikator toleransi tanaman terhadap cekaman aluminium. Tanaman yang toleran aluminium, tudung akarnya terpotong dan tidak mempunyai bulu-bulu akar (Syafruddin 2002). Pemupukan nitrogen dengan takaran berbeda menyebabkan perbedaan perkembangan (plasticity) sistem perakaran jagung (Smith et al. 1995). Batang dan Daun

Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaran-lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler (Paliwal 2000). Terdapat variasi ketebalan kulit antargenotipe yang dapat digunakan untuk seleksi toleransi tanaman terhadap rebah batang.Sesudah koleoptil muncul di atas permukaan tanah, daun jagung mulai terbuka. Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang. Jumlah daun umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang (temperate) (Paliwal 2000). Genotipe jagung mempunyai keragaman dalam hal panjang, lebar, tebal, sudut, dan warna pigmentasi daun. Lebar helai daun dikategorikan mulai dari sangat sempit (< 5 cm), sempit (5,1-7 cm), sedang (7,1-9 cm), lebar (9,1-11 cm), hingga sangat lebar (>11 cm). Besar sudut daun mempengaruhi tipe daun. Sudut daun jagung juga beragam, mulai dari sangat kecil hingga sangat besar. Beberapa genotipe jagung memiliki antocyanin pada helai daunnya, yang bisa terdapat pada pinggir daun atau tulang daun. Intensitas warna antocyanin pada pelepah daun bervariasi, dari sangat lemah hingga sangat kuat.Bentuk ujung daun jagung berbeda, yaitu runcing, runcing agak bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul. Berdasarkan letak posisi daun (sudut daun) terdapat dua tipe daun jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant). Daun erect biasanya memiliki sudut antara kecil sampai sedang, pola helai daun bisa lurus atau bengkok. Daun pendant umumnya memiliki sudut yang lebar dan pola daun bervariasi dari lurus sampai sangat bengkok. Jagung dengan tipe daun erect memiliki kanopi kecil sehingga dapat ditanam dengan populasi yang tinggi. Kepadatan tanaman yang tinggi diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi pula. Bungan

Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan (Palliwal 2000). Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung butiran-butiran pati. Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin, dan cukup keras. Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet jantan yang terletak di atas dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike, maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau lebih.Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung pada panjang tongkol dan kelobot.Tanaman jagung adalah protandry, di mana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Serbuk sari (pollen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak pada spike yang di tengah, 2-3 cm dari ujung malai (tassel), kemudian turun ke bawah. Satu bulir anther melepas 15-30 juta serbuk sari. Serbuk sari sangat ringan dan jatuh karena gravitasi atau tertiup angin sehingga terjadi penyerbukan silang. Dalam keadaan tercekam (stress) karena kekurangan air, keluarnya rambut tongkol kemungkinan tertunda, sedangkan keluarnya malai tidak terpengaruh. Interval antara keluarnya bunga betina dan bunga jantan (anthesis silking interval, ASI) adalah hal yang sangat penting. ASI yang kecil menunjukkan terdapat sinkronisasi pembungaan, yang berarti peluang terjadinya penyerbukan sempurna sangat besar. Semakin besar nilai ASI semakin kecil sinkronisasi pembungaan dan penyerbukan terhambat sehingga menurunkan hasil. Cekaman abiotis umumnya mempengaruhi nilai ASI, seperti pada cekaman kekeringan dan temperatur tinggi.Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol. Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Oleh karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross pollinated crop), di mana sebagian besar dari serbuk sari berasal dari tanaman lain. Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas, suhu, dan kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari masih tetap hidup (viable) dalam 4-16 jam sesudah terlepas (shedding). Penyerbukan selesai dalam 24-36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10-15 hari. Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan kemudian kering. Tongkol dan Biji

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap.Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998)Pati endosperm tersusun dari senyawa anhidroglukosa yang sebagian besar terdiri atas dua molekul, yaitu amilosa dan amilopektin, dan sebagian kecil bahan antara (White 1994). Namun pada beberapa jenis jagung terdapat variasi proporsi kandungan amilosa dan amilopektin. Protein endosperm biji jagung terdiri atas beberapa fraksi, yang berdasarkan kelarutannya diklasifikasikan menjadi albumin (larut dalam air), globumin (larut dalam larutan salin), zein atau prolamin (larut dalam alkohol konsentrasi tinggi), dan glutein (larut dalam alkali). Pada sebagian besar jagung, proporsi masing-masing fraksi protein adalah albumin 3%, globulin 3%, prolamin 60%, dan glutein 34% (Vasal 1994).3.5 Syarat Tumbuh Jagung SuhuSuhu yang sesuai untuk tanaman jagung antara 21C 30C dengan suhu optimum antara 23C 27C, Untuk daerah-daerah di Indonesia, persyaratan suhu tidak menjadi persoalan. Di Jawa Timur yang banyak membudidayakan tanaman jagung, mempunyai suhu antara 25C 27C. Daerah ini sangat cocok untuk pertanaman jagung sehingga menjadi daerah jagung penting di Indonesia.Pada waktu perkecambahan biji, suhu optimal berkisar 30C 32C; suhu di bawah 12,8C akan mengganggu perkecambahan sehingga dapat menurunkan hasil. Pada suhu 40C 44C lembaga (embrio) jagung dapat rusak.Keadaan suhu di Indonesia tidak menjadi masalah karena suhunya sudah cukup optimal bagi pertumbuhan jagung. Namun, masa panen yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada pada musim penghujan. Hal ini terutama berpengaruh pada lamanya masak biji dan mudahnya proses pengeringan biji dengan menggunakan sinar matahari. Ketinggian TempatJagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian tempat 1000 1800 m di atas permukaan laut (dpl). Di Kenya, jagung dapat tumbuh baik pada ketinggian 1200 1800 m dpl. Jagung yang ditanam di dataran rendah di bawah 800 m dpl juga masih memberikan hasil yang baik pula. Kemiringan LahanKemiringan lahan mempunyai hubungan dengan gerakan air pada permukaan tanah. Lahan dengan kemiringan kurang dari 8% dapat ditanami jagung, karena pada tingkat kemiringan tersebut sangat kecil kemungkinan terjadinya erosi tanah. Namun air hujan yang berlebihan akan terbagi; sebagian meresap ke dalam tanah dan sebagian lain mengalir ke bagian yang lebih rendah.Pada suatu daerah yang mempunyai tingkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dibuat teras terlebih dahulu agar dapat menghambat terjadinya aliran air yang cepat yang dapat membawa hara dari tanah yang dilewatinya.Perpindahan hara bersama tanah yang dilalui aliran air yang sering disebut erosi tanah, kemudian diendapkan di tempat yang lebih rendah. Tanah yang telah tererosi tersebut akan menjadi tanah gersang, miskin hara sehingga untuk pengolahan tanah berikutnya perlu diberikan tambahan pupuk Intensitas PenyinaranPertanaman jagung menghendaki sinar matahari langsung, oleh karena itu jika ternaungi maka akan memberikan hasil yang kurang baik : batangnya kurus dan lemah, tongkolnya ringan, dan hasilnya rendah.Sinar matahari diperlukan sebagai sumber energi yang membantu dalam proses fotosintesis. Pada proses fotosintesis, sinar matahari berperan langsung pada pemasakan makanan yang kemudian ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. Hasil fotosintesis yang disalurkan ke calon buah menyebabkan calon buah makin cepat berkembang dan pengisian buahpun makin bertambah baik, tongkol semakin berisi sehingga hasil yang diharapkan dapat terwujud. Curah HujanTanaman jagung membutuhkan curah hujan relatif sedikit. Tanaman jagung akan tumbuh normal pada curah hujan sekitar 250 5000 mm ; kurang atau lebih dari angka ini akan menurunkan hasilKandungan air optimal untuk perkecambahan biji sekitar 25% 60% dari kapasitas lapangan; jika melebihi 60% maka akan mengganggu perkecambahan. Setelah perkecambahan, kebutuhan airnya relatif sedikit, sedangkan kebutuhan air terbanyak terjadi setelah tanaman jagung berbunga. Hujan lebat dalam waktu sebentar pada stadia berbunga disusul penyinaran matahari merupakan pengaruh baik untuk produksi jagung dibanding hujan terus-menerus atau tidak ada hujan sama sekali.Pada daerah yang curah hujannya merata dengan batas musim kemarau yang kurang tegas, seperti di sebagian Jawa Barat dan Jawa Timur, maka kebutuhan airnya cukup terpenuhi sehingga jagung dapat tumbuh dengan baik. Namun sebagian daerah di Jawa Timur yang curah hujannya relatif rendah karena musim kemarau yang lebih panjang maka produksi jagungnya relatif lebih rendah.Jumlah air yang diuapkan oleh satu tanaman jagung pada suhu 23C adalah 1,8 liter; makin tinggi suhu maka air yang diuapkan juga semakin banyak. Pada suhu 27C dapat menguapkan air sebanyak 3,1 liter. Meskipun demikian, tanaman jagung juga mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengambil air dari dalam tanah sehingga air yang diuapkan dapat diimbangi. Oleh karena itu, penanaman jagung perlu tepat waktu, terutama pada daerah-daerah yang bercurah hujan rendah.3.6 Jenis (Varietas) Varietas hibridaDalam pertanian, varietas hibrida adalah kultivar yang merupakan keturunan langsung (generasi F1) dari persilangan antara dua atau lebih populasi suatu spesies yang berbeda latar belakang genetiknya (disebut populasi pemuliaan atau populasi tangkaran). Syarat populasi pemuliaan untuk dapat dipakai sebagai tetua dalam varietas hibrida adalah homogen dalam penampilan (fenotipe) namun tidak perlu homozigot. Persilangan untuk penciptaan varietas hibrida dapat terjadi pada pemuliaan tanaman maupun pemuliaan hewan.

Varietas hibrida dibuat untuk mengambil manfaat dari munculnya kombinasi yang baik dari tetua-tetua yang dipakai. Keturunan persilangan langsung antara dua tetua yang berbeda latar belakang genetiknya dapat menunjukkan penampilan fisik yang lebih kuat dan lebih memiliki potensi hasil yang melebihi kedua tetuanya. Gejala ini dikenal sebagai heterosis dan merupakan dasar bagi produksi berbagai kultivar hibrida, seperti jagung, padi, kelapa sawit, kakao, dan berbagai jenis tanaman sayuran seperti tomat, mentimun, dan cabai. Heterosis membuat kultivar hibrida memiliki daya tumbuh (vigor) yang lebih tinggi, relatif lebih tahan penyakit, dan potensi hasilnya lebih tinggi. Heterosis akan muncul kuat apabila kedua tetuanya relatif homozigot dan memiliki latar belakang genetik yang relatif jauh (tidak banyak memiliki kesamaan alel). Khusus dalam pembuatan kelapa hibrida, gejala heterosis tidak dimanfaatkan, tetapi dua sifat baik dari kedua tetua yang tergabung pada keturunannya dimanfaatkan.

Benih varietas hibrida merupakan benih yang dihasilkan secara hati-hati dalam lingkungan yang terkendali. Berbeda dengan benih biasa yang dihasilkan secara penyerbukan terbuka oleh angin maupun serangga sehingga sumber serbuk sarinya bisa datang dari mana saja, termasuk dari luar kawasan pertanian. Jika benih hibrida yang ditumbuhkan petani bersifat fertil dan mampu menghasilkan benih, benih yang dihasilkan tersebut tidak dikategorikan sebagai benih hibrida karena mungkin sudah mengalami apa yang disebut dengan pencemaran genetika karena penyerbukan tidak dilakukan pada lingkungan yang terkendali.

Pemanfaatan varietas hibrida dinilai penting demi memberi makan seluruh manusia di bumi yang jumlahnya terus berkembang. Menurut pakar Siswono Yudo Husodo, Indonesia menghabiskan lebih banyak uang hingga US$ 10 miliar per tahun untuk mengimpor bahan pangan ketika sebenarnya mampu melakukan riset untuk mengembangkan varietas yang memiliki produktivitas tinggi.

Varietas non hibrida

Jagung ARJUNA

Varietas unggul berumur genjah yang terbaik saat ini adalah varietas Arjuna, yang dilepas pada tahun 1980.Varietas Arjuna dipanen pada umur 85-90 hari, dan mempunyai hasil rata-rata 4,3 ton/ha.Varietas ini sudah tersebar luas dan banyak ditanam oleh petani.

Jagung KALINGGA

Varietas unggul berumur dalam yang terbaik adalah varietas Kalingga, yang dilepas pada akhir tahun 1985, berumur 96 hari dan mempunyai hasil rata-rata 5,4 ton/ha atau sama dengan 93% dari hasil rata-rata varietas hibrida C-1 yang berumur 96-100 hari dengan hasil rata-rata 5,8 ton/ha.3.7 Kandungan Gizi JagungTak hanya kaya serat, jagung juga sumber karbohidrat kompleks, dan sejumlah zat gizi lainnya seperti vitamin B, dan C, karoten, kalium, zat besi, magnesium, fosfor, omega 6, dan lemak tak jenuh yang dapat membantu menurunkan kolesterol.

Kandungan gizi dalam 100gram jagung: Energi: 129 kal Protein: 4,1 g Lemak: 1,3 g Karbohidrat: 30,3 g Serat: 2,9 g Kalsium: 5 g Fosfor: 108 mg Zat Besi: 1,1 mg Vitamin A: 117 IU Vitamin B1: 0,18 mg Vitamin C: 9 mg Air: 63,5 g3.8 Potensi dan Prospek JagungSeperti yang kita ketahui bahwa di Indonesia tidak hanya mengenal padi sebagai bahan pangan, tetapi juga mengonsumsi umbi-umbian, sagu, serta jagung. Dari beberapa bahan pangan tersebut, jagung merupakan sumber karbohidrat yang mengandung banyak gizi yang dibutuhkan untuk kesehatan. Beberapa daerah di Indonesia, seperti Madura dan Nusa Tenggara, bahkan menjadikan jagung sebagai makanan pokok mereka. Hal ini tentu dapat menjadi salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, karena seiring pertumbuhan jumlah penduduk, maka bahan makanan juga akan semakin meningkat. Sementara produksi padi di Indonesia sendiri masih belum bisa menutup kekurangan tersebut. Alasan lain adalah karena peningkatan konsumsi per kapita, perubahan pendapatan, dan pemenuhan kebutuhan benih. Tidak hanya di Indonesia, di Negara lain pun, misalnya Amerika Serikat, memiliki jumlah permintaan terhadap jagung yang tinggi. Hal itu dipicu tingginya permintaan jagung sebagai bahan baku bioethanol di AS, Uni Eropa, dan China. Selain itu, juga karena meningkatnya kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan ternak dan industri makanan.No.TahunProduksi

000 tonPermintaan

000 ton

1.

2.

3.

4.

5.1980

1985

1990

1995

20003,991

3,099

5,389

6,360

7,0263,894

5,246

6,790

6,408

7,149

Sumber: Departemen Pertanian (1987)Seperti yang disebutkan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Udhoro Kasih Anggoro, pada Konferensi Jagung Internasional di Gorontalo November lalu, produksi jagung nasional mencapai 18,961 juta ton pada 2012, meningkat 7,34 persen dibanding 2011. Meningkatnya produksi jagung tersebut dikarenakan permintaan jagung masyarakat dunia juga sangat tinggi, utamanya untuk bahan pakan, pangan ataupun untuk bahan baku industri, utamanya di industri peternakan karena konsumsi pakan hewani juga meningkat dan hal ini sangat mempengaruhi pendapatan masyarakat.Nilai tambah dari tanaman jagung ini adalah limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali menjadi bioenergi. Bentuk energi yang dapat terbentuk dari jagung inibermacam-macam baik bahan bakar bentuk padat, bahan padat untuk proses pirolisadan gasifikasi, ethanol dan 2,3 butanadiol dan biodiesel. Bioetanol ini dapat dijadikan sebagai bahan baku industri, minuman, farmasi, kosmetika dan bahan bakar. Hal ini dapat menguntungkan karena dapat digunakan sebagai bahan alternativ pengganti minyak bumi. Komoditas jagung memang sangat potensial sebagai penghasil, namun banyaknya komoditas jagung dan harga minyak jagung cukup mahal sehingga pengembangannya untuk biodiesel tidak dapat diperlakukan sebagai sumber utama bahan bakar.Dari penjelasan tersebut ternyata menarik perhatian banyak perusahaan swasta yang ingin berinvestasi melakukan agribisnis tanaman jagung. Mereka tertarik untuk membuka areal pertanian yang selanjutnya bisa mengembangkan teknologi yang meningkatkan produksi jagung sehingga dapat diekspor keluar negri. Ketertarikan para pengusaha swasta itu tidak lepas dari lonjakan harga jagung di pasar internasional. Hal itu disebabkan tingginya permintaan jagung akibat penggunaan energi alternatif biofuel di negara-negara maju.

Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan berpotensi untuk bersaing dalam bisnis domestik dan luar negri dari tanaman ini. Wilayah yang menjadi sentra produksi jagung di Indonesia, di antaranya Jawa Timur, Jawa Tengah, lamoung, Sumatera selatan, dan Sulawesi selatan. (Rochani, 2007). Menurut Dirjen Tanaman Pangan Departemen Sutarto Alimoeso mengatakan, hingga 2017 harga jagung akan bertahan pada tingkatan yang mahal sehingga merupakan kondisi yang tepat untuk mengembangkan komoditas jagung di dalam negeri. Harga jagung impor sudah menembus US$ 303 per ton. Ditambah bea masuk 5%, harga jagung di Tanah Air menjadi Rp 3.000-Rp 3.100 per kg. Adapun harga jagung lokal saat ini berkisar Rp 2.300-Rp 2.900 per kg.

Berbicara mengenai kebutuhan akan jagung di Indonesia sendiri, sebenarnya produksi jagung kita mencukupi kebutuhan dalam negri, sehingga Indonesia melakukan surplus jagung. Selama ini, Pulau Jawa masih menjadi sentra tanaman jagung. Untuk rencana swasemda jagung, pemerintah juga mulai melirik lahan di luar Pulau Jawa.

Faktor yang dapat mendukung peningkatan produksi jagung nasional yaitu faktor sumber daya alam, atau ketersediaan lahan. Kondisi alam dan lahan Indonesia yang berada di daerah tropis sangat sesuai untuk pengembangan budidaya jagung yang membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang dinaungi memiliki pertumbuhan yang terhambat, serta biji yang dihasilkan juga kurang baik. Suhu yang dibutuhkan tanaman jagung adalah berkisar antara 21-34oC, optimalnya yakni pada suhu antara 23-270 C. Namun, dari lahan yang ada, kebanyakan adalah lahan kering. Hal ini dapat disolusikan dengan mengatur pola tanam yang serasi di berbagai wilayah (Rukmana, 1997). Produksi jagung di Indonesia juga dapat meningkat karena adanya varietas-varietas baru.Indonesia merupakan negara agraris. Lebih dari 60% penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian. Berbagai tanaman dikembangkan di Indonesia, baik tanaman pangan seperti: padi, jagung, kedelai dan kacang-kacangan, ubi-ubian, maupun berbagai jenis tanaman holtikultura. Hasil pertanian tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri serta sebagai salah satu komoditas ekspor. Melimpahnya hasil pertanian Indonesia membuat Indonesia pernah menjadi negara berswasembada beras. Gelar tersebut diberikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Dewasa ini, seiring dengan berjalannya waktu yang diimbangi dengan pertambahan jumlah penduduk, menggantungkan hidup pada salah satu jenis makanan pokok dirasakan kurang tepat lagi. Seorang pakar mengatakan bahwa saat ini pertambahan jumlah penduduk sesuai dengan deret ukur (2,4,8,16, dan seterusnya), namun pertambahan jumlah tanaman pangan hanya berdasarkan deret hitung (1,2,3,4, dan seterusnya). Ini merupakan salah satu masalah serius bagi bangsa Indonesia.

Sebagai salah satu tanaman yang satu suku dengan padi, jagung (Zea mays) termasuk bahan makanan pokok andalan Indonesia dengan kandungan gizi yang sebanding dengan beras. Di beberapa daerah seperti: Madura, Nusa Tenggara, dan Sulawesi, jagung bahkan menjadi bahan makanan pokok.

Produk hasil pengolahan jagung tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan pokok. Jagung juga turut menjadi kebutuhan utama dalam peternakan, khususnya peternakan ayam. Porsi jagung pada pakan ayam mencapai 50% hingga 60%. Berkat kemajuan teknologi dan perkembangan selera masyarakat, jagung bahkan sudah merambah perindustrian baik itu industri minuman, makanan ringan seperti pop corn, hingga industri pembuatan biofuel atau bahan bakar biologis. Kebutuhan akan jagung yang meningkat pesat ini memberikan tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman jagung.

Sebenarnya, tidak sulit bagi Indonesia untuk mengembangkan jagung sebagai basis agroindustri Indonesia. Mengapa demikian? Indonesia masih memiliki banyak lahan pertanian, terutama di luar Jawa, yang memungkinkan untuk diolah dan dikembangkan menjadi lahan pertanian jagung.

Berdasarkan data dari Departemen Pertanian Republik Indonesia, provinsi yang menjadi sentra jagung di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, sebagian Sumatera Barat, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Utara.Produktivitas jagung di Jawa Barat dan Sumatera Barat mencapai lebih dari 50 kuintal per hektar. Sedangkan produktivitas jagung di atas 40 kuintal per hektar terjadi di delapan provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Gorontalo, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Perkiraan luas panen jagung di provinsi sentra pada periode Januari hingga April 2009 mencapai 2.293.799 hektar, dan perkiraan produksi jagung di provinsi sentra periode yang sama mencapai 9.009.586 ton. Pada tahun 2009, Deptan memperkirakan total produksi jagung di Indonesia diharapkan mencapai 18 juta ton.BAB IV

TATA LAKSANA BUDIDAYA JAGUNG4.1 Pembibitan Persyaratan BenihBenih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih bersertifikat. Pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih. Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Tetapi jagung hibrida mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan varietas bersari bebas yaitu harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapatdigunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapa varietas unggul jagung untuk dipilih sebagai benih adalah: Hibrida C 1, Hibrida C 2, Hibrida Pioneer 1, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, Arjuna, Baster kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula. Selain itu, jenis-jenis unggul yang belum lama dikembangkan adalah: CPI-2, BISI-1, BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1 dan Semar 2 (semuanya jenis Hibrida).

Penyiapan BenihBenih dapat diperoleh dari penanaman sendiri yang dipilih dari beberapa tanaman jagung yang sehat pertumbuhannya. Dari tanaman terpilih, diambil yang tongkolnya besar, barisan biji lurus dan penuh tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama penyakit. Tongkol dipetik pada saat lewat fase matang fisiologi dengan ciri: biji sudah mengeras dan sebagian besar daun menguning. Tongkol dikupas dan dikeringkan hingga kering betul. Apabila benih akan disimpan dalam jangka lama, setelah dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan dan disimpan di tempat kering. Dari tongkol yang sudah kering, diambilbiji bagian tengah sebagai benih. Biji yang terdapat di bagian ujung dan pangkal tidak digunakan sebagai benih. Daya tumbuh benih harus lebih dari 90%, jika kurang dari itu.

Pemindahan BenihSebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti Benlate, terutama apabila diduga akan ada serangan jamur. Sedangkan bila diduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik seperti Furadan 3 G.4.2 Pengolahan Media TanamPengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum. Persiapan

Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.

Pembukaan Lahan

Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.

Pembentukan Bedengan

Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.

Pengapuran (apabila tanah masam)

Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman. Sumber: 1. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan 2. Teknologi MIG Corp.

Pemberian MIG-6PLUS pada pratanam Berikan pupuk hayati MiG-6PLUS pada permukaan lahan dengan cara di semprot/disiramkan secara merata, dosis yang dibutuhkan adalah 2 liter per hektar. Pada lahan kering, aplikasi pupuk hayati MiG-6PLUS sebaiknya pada sore hari.

Pemupukan saat pemeliharaan

Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha.4.3 Teknik Penanaman Penentuan Pola Tanaman

Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas. Jagung berumur dalam/panjang dengan waktu panen 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Sedangkan jagung berumur pendek (panen < 80 hari), jarak tanamnya 20x50 cm (1 tanaman/lubang). Kedalaman lubang tanam yaitu antara 3- 5 cm.

Cara Penanaman

Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat juga digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman. Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman dan penanaman biasanya memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang, 1 orang memasukkan benih, 1 orang lagi memasukkan pupuk dasar dan menutup lubang). Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki, bila dikehendaki 2.

tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir benih per lubang.

Lain-lain

Di lahan sawah irigasi, jagung biasanya ditanam pada musim kemarau. Di sawah tadah hujan, ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awal musim hujan dan akhir musim hujan.4.4 Pemeliharaan Tanaman Penjarangan dan Penyulaman

Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.

Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan sebagainya. Yang penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah. Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga biasanya pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.

Pengairan dan Penyiraman

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

Waktu Penyemprotan Pestisida

Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan yaitu pestisida yang dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.BAB V

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG5.1 Hama Jagung dan Pengendaliannya Hama

a) Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)

Gejala: daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitan atau bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan dan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman akan sangat membantu memutus siklus hidup lalat bibit, terutama setelah selesai panen jagung; (2) tanaman yang terserang lalat bibit harus segera dicabut dan dimusnahkan, agar hama tidak menyebar; (3) kebersihan di sekitar areal penanaman hendaklah dijaga dan selalu diperhatikan terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai gulma; (4) pengendalian secara kimiawi insektisida yang dapat digunakan antara lain: Dursban 20 EC, Hostathion 40 EC, Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan Promet 40 SD sedangkan dosis penggunaan dapat mengikuti aturan pakai.

b) Ulat pemotong

Gejala: tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman jagung yang masih muda itu roboh di atas tanah. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A. ipsilon); Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) bertanam secara serentak pada areal yang luas, bisa juga dilakukan pergiliran tanaman; (2) dengan mencari dan membunuh ulat-ulat tersebut yang biasanya terdapat di dalam tanah; (3) sebelum lahan ditanami jagung, disemprot terlebih dahulu dengan insektisida.

5.2 Penyakit Jagung dan Pengendaliannya Penyakit

a) Penyakit bulai (Downy mildew)

Penyebab: cendawan Peronosclero spora maydis dan P. spora javanica serta P. spora philippinensis. yang akan merajalela pada suhu udara 27 derajat C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) pada tanaman berumur 2-3 minggu, daun runcing dan kecil, kaku dan pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman yang terserang mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dan perubahan warna ini dimulai dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman dilakukan menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul; (3) dilakukan pencabutan tanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan.

b) Penyakit bercak daun (Leaf bligh)

Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuningkuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman hendaknya selalu dilakukan guna menekan meluasnya cendawan; (2) mekanis dengan mengatur kelembaban lahan agar kondisi lahan tidak lembab; (3) kimiawi dengan pestisida antara lain: Daconil 75 WP, Difolatan 4 F.

c) Penyakit karat (Rust)

Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan Puccinia polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah tua terdapat titik-titik noda yang berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk yang berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini kemudian berkembang dan memanjang, kemudian akhirnya karat dapat berubah menjadi bermacam-macam bentuk. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban pada areal tanam; (2) menanam varietas unggul atau varietas yang tahan terhadap penyakit; (3) melakukan sanitasi pada areal pertanaman jagung; (4) kimiawi menggunakan pestisida seperti pada penyakit bulai dan bercak daun.

d) Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)

Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: pada tongkol ditandai dengan masuknya cendawan ini ke dalam biji sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus terdesak hingga pembungkus rusak dan kelenjar keluar dari pembungkus dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban areal pertanaman jagung dengan cara pengeringan dan irigasi; (2) memotong bagian tanaman kemudian dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur dengan fungisida secara merata hingga semua permukaan benih terkena.e) Penyakit busuk tongkol dan busuk biji

Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas unggul, dilakukan pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) penyemprotan dengan fungisida setelah ditemukan gejala serangan.BAB VI

PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG6.1 Penanganan PanenHasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga dapat dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masak kering/masak mati.

Ciri dan Umur Panen

Ciri jagung yang siap dipanen adalah:

a) Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.

b) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.

c) Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.

Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat itu diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar, dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.

Cara Panen

Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat mesin pemetikan.

Periode Panen

Pemetikan jagung pada waktu yang kurang tepat, kurang masak dapat menyebabkan penurunan kualitas, butir jagung menjadi keriput bahkan setelah pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil dengan alat. Jagung untuk keperluan sayur, dapat dipetik 15 sampai dengan 21 hari setelah tanaman berbunga. Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus, tidak harus menunggu sampai biji masak, tetapi dapat dilakukan } 4 minggu setelah tanaman berbunga atau dapat mengambil waktu panen antara umur panen jagung sayur dan umur panen jagung masak mati.

Prakiraan Produksi

Produksi jagung di suatu negara sering mengalami pasang surut. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat perubahan areal penanaman jagung. Namun demikian dengan ditemukannya varietas-varietas unggul sebagai imbangan berkurangnya lahan, maka totalitas produksi tidak akan terlalu berubah. Irigasi dan pemupukan sangat penting untuk mendapatkan produksi yang baik. Walaupun potensi hasil cukup tinggi, cara untuk mendapatkan produksi pada tingkat optimal yang dilakukan oleh petani, baru memberikan hasil 17 ton/ha.6.2 Penanganan PascapanenSetelah jagung dipetik biasanya dilakukan proses lanjutan yang merupakan serangkaian pekerjaan yang berkaitan dan akhirnya produk siap disimpan atau dipasarkan.

Pengupasan

Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai. Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan. Untuk jagung masak mati sebagai bahan makanan, begitu selesai dipanen, kelobot segera dikupas.

Pengeringan

Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisional jagung dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 911 %. Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung. Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk menghemat tenaga manusia, terutama pada musim hujan. Terdapat berbagai cara pengeringan buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air di dalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-430 C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13 %. Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadar air biji jagung yang diinginkan.

Pemipilan

Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat menggunakan tangan atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada dasarnya memipil jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. Jagung melekat pada tongkolnya, maka antara biji dan tongkol perlu dipisahkan.

Penyortiran dan Penggolongan

Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu pengumpilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat memperbaiki peredaran udara. Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sebagai benih terutama untuk penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan keseragaman bentuk dan ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat penting untuk menambah efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara membersihkan atau memisahan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara ditampi seperti pada proses pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik.BAB VII

ANALISIS AGRIBISNIS USAHA TANI JAGUNG7.1 Analisis Subsistem Agribisnis JagungSelama periode 1990-2004, luas areal pertanaman jagung di Indonesia rata-rata 3,37 juta hektar dengan peningkatan sebesar 0,49%/tahun (Tabel 1). Dibandingkan dengan tanaman pesaingnya, luas pertanaman jagung pada periode yang sama hanya sekitar 0,31 kali luas pertanaman padi atau 2,49 kali luas per tanaman kedelai.Produktivitas jagung yang masih rendah (3,34 ton/ha) walaupun cenderung meningkat 3,34%/th, menggambarkan bahwa penggunaan benih jagung berkualitas di tingkat petani belum berkembang seperti diharapkan, di samping cara pemeliharaan yang juga belum intensif. Dalam periode 1990-2004 rata-rata produksi jagung 8,72 juta ton dan cenderung meningkat 3,71%/tahun. Tampak bahwa peningkatan produksi jagung lebih banyak ditentukan oleh adanya peningkatan produktivitas daripada peningkatan luas tanam. Fenomena ini menunjukkan bahwa perluasan penggunaan benih hibrida di tingkat petani diperkirakan mampu meningkatkan produksi jagung, mengingat hasilnya dapat mencapai 6 ton/ha.

Di Indonesia, jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Hasil studi 18 tahun yang lalu menunjukkan bahwa sekitar 79% areal pertanaman jagung terdapat di lahan kering, 11% terdapat di lahan sawah irigasi, dan 10% di sawah tadah hujan. Dewasa ini data tersebut telah mengalami pergeseran.Tabel 1. Perkembangan areal, produktivitas dan produksi jagung di Indonesia, 1990-2004

Diperkirakan areal pertanaman jagung pada lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan meningkat berturut-turut menjadi 10-15% dan 20-30%, terutama di daerah produksi jagung komersial.

Daerah penghasil utama jagung di Indonesia adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Jawa Barat (Tabel 2). Areal panen dan total produksi jagung dari ketujuh propinsi tersebut berturut-turut adalah 84,43% dan 87,80% dari luas panen dan produksi nasional.

Sekitar 57% produksi jagung di Indonesia dihasilkan oleh pertanaman jagung pada MH, 24% pada MK I, dan 19% pada MK II. Distribusi areal tanam dan panen bulanan jagung dapat dilihat pada Gambar 2. Pada MH, jagung umumnya diusahakan pada lahan kering, sedangkan pada MK pada sawah tadah hujan dan sawah irigasi.Tabel 2. Propinsi penghasil utama jagung di Indonesia pada tahun 2004

Penerapan inovasi teknologi di tingkat petani cukup beragam, bergantung pada orientasi produksi (subsisten, semi komersial, komersial), kondisi kesuburan tanah, risiko yang dihadapi, dan kemampuan petani membeli atau mengakses sarana produksi. Penyebaran penggunaan varietas pada tahun 2002 adalah 28% hibrida, 47% komposit unggul, dan 25% komposit lokal. Karena pertimbangan harga dan risiko yang dihadapi, cukup banyak petani yang menanam benih hibrida turunan (F2).Pemberian pupuk juga sangat beragam. Petani yang berorientasi subsistem dan semi komersial tidak memupuk atau memberikan pupuk pada takaran sangat rendah, biasanya hanya urea dengan takaran 100-150 kg/ha. Bagi petani yang berorientasi komersial, penggunaan pupuk anorganik berkisar: urea 250-700 kg/ha, SP36 0-150 kg/ha, dan KCl 0-100 kg/ha. Penetapan jenis dan takaran pupuk anorganik belum didasarkan pada rekomendasi spesifik lokasi, sesuai hasil analisis tanah dan/atau petak omisi. Bahan organik/pupuk kandang umumnya diberikan pada lubang tanam sebagai penutup benih dengan takaran 1,5-2,0 t/ha.

Dalam penyiapan lahan, kebanyakan petani mengolah secara sempurna, namun ada pula yang tanpa olah tanah. Penyiangan dilakukan secara manual (cangkul, bajak ternak) atau dengan herbisida. Untuk irigasi pertanaman jagung pada MK, petani umumnya menggunakan air tanah dangkal dengan pompanisasi. Dengan kondisi lahan dan penerapan teknologi budidaya yang beragam tersebut, produktivitas jagung di tingkat petani juga beragam, berkisar antara 1,5-9,0 t/ha. Dalam memproses hasil panen, alat pemipil sudah umum digunakan petani. Pengeringan hasil panen masih mengandalkan sinar matahari. Jagung yang dipanen pada musim hujan, kualitasnya rendah (berjamur, afla-toksin).

Jagung hibrida yang ditanam pada lahan sawah mampu berproduksi di atas 6,0 t/ha, sementara yang ditanam pada lahan kering hanya mampu berproduksi 5,0 t/ha. Dengan memasukkan semua biaya produksi (termasuk sewa lahan, tenaga kerja keluarga, korbanan modal yang digunakan), jagung yang diusahakan pada lahan sawah maupun lahan kering memberikan keuntungan yang menarik bagi petani, berkisar antara Rp.0,88-2,1 juta per ha (Tabel 3). Penggunaan input produksi pada usahatani jagung cukup efisien, yang ditunjukkan oleh nilai B/C 1,24-1,50. Tabel 3

Usahatani jagung juga cukup lentur terhadap perubahan harga dan produktivitas, yang masing-masing ditujukkan oleh Titik Impas Produksi (TIP) dan Titik Impas Harga (TIH). Usahatani jagung akan tetap menguntungkan jika penurunan harga atau produksi tidak lebih dari 31,52%; 19,355; dan 16,41% berturut-turut untuk usahatani jagung hibrida lahan sawah di Sumatera Utara, Lampung, dan Jawa Timur, serta 37,35% dan 28,07% untuk usahatani jagung lahan kering di Sumatera Utara dan Lampung.

Nilai DRCR (Domestic Resource Cost Ratio) merupakan salah satu parameter untuk menilai daya saing produksi jagung nasional, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (substitusi impor) maupun ekspor. Nilai DRCR < 1 menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai daya saing untuk memproduksi jagung, demikian sebaliknya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesi mempunyai keunggulan komparatif untuk memproduksi jagung, khususnya untuk tujuan substitusi impor, baik pada lahan sawah irigasi, sawah tadah hujan maupun lahan kering (Tabel 4). Artinya, upaya pemenuhan kebutuhan jagung domestik akan lebih menguntungkan jika diproduksi di dalam negeri, karena biayanya lebih murah dibanding impor. Di Jawa, daya saing produksi jagung pada lahan sawah sama baiknya dengan di luar Jawa. Namun memproduksi jagung pada lahan sawah tadah hujan dan lahan kering di luar Jawa mempunyai daya saing relatif lebih baik dibanding.

Daya saing antar komoditas pesaing dapat dijadikan acuan dalam menentukan komoditas prioritas dalam suatu wilayah .Dibanding dengan komoditas pangan pesaingnya (padi dan kedelai) dalam pemanfaatan sumberdaya yang sama pada suatu wilayah, walaupun secara ekonomis menguntungkan, ternyata keunggulan komparatif usahatani jagung relatif lebih rendah dibanding usahatani padi, baik di Jawa maupun luar Jawa (Tabel 5). Keunggulan komparatif usahatani jagung sama baiknya dengan usahatani kedelai di luar Jawa, sebaliknya memiliki keunggulan komparatif yang lebih baik di Jawa.Tabel 4. Keunggulan komparatif memproduksi jagung di Indonesia.

DRCR = Domestic Resource Cost Ratio,Tabel 5.Keunggulan komparatif memproduksi jagung dibanding kompetitorutamanya di Indonesia.

7.2 Analisis Usaha Tani Jagung (Pemasaran)Sebelum tahun 1980, penggunaan jagung di Indonesia hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi langsung. Demikian juga pada tahun 1980, 94% digunakan untuk memenuhi konsumsi langsung, hanya 6% untuk industri pakan, dan belum ada untuk industri pangan Pada tahun 1990 walaupun penggunaan jagung masih didominasi untuk konsumsi langsung, tetapi penggunaan untuk industri pangan sudah di atas untuk industri pakan.Dalam periode 1989-2002 telah terjadi pergesaran penggunaan jagung walaupun masih dominan untuk kebutuhan konsumsi langsung. Setelah tahun 2002, penggunaan jagung lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan industri pakan. Penggunaan jagung untuk industri pangan juga terus meningkat. Selama tahun 2000-2004, penggunaan jagung untuk konsumsi langsung menurun sekitar 2,0%/tahun, sedangkan untuk industri pakan dan pangan meningkat masing-masing 5,76% dan 3,0%/th.

Dari gambaran di atas terlihat bahwa orientasi pengembanganjagung ke depan sebaiknya lebih diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan industri pakan dan pangan, mengingat produk kedua industri ini merupakan barang normal (elastis terhadap peningkatan pendapatan), sebaliknya merupakan barang inferior dalam bentuk jagung konsumsi langsung seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat.Tabel 9. Perkembangan penggunaan jagung dalam negeri, 1980-2004 (000 ton)

Produksi jagung Indonesia dalam periode 1990-2003 belum mampu memenuhi kebutuhan. Status Indonesia dalam perdagangan jagung dunia adalah sebagai net importir (Tabel 10). Impor jagung dalam kurun waktu 1990-2003 rata-rata 750 ribu ton/tahun atau meningkat 10,5%/tahun dibandingkan dengan periode sebelumnya. Bahkan sejak tahun 2000, volume impor jagung sudah di atas 1 juta ton. Kalau dilihat dari pangsanya terhadap kebutuhan dalam negeri memang masih kecil (8,21%) dengan laju peningkatan pangsa sekitar 7%/tahun. Namun tanpa upaya pemacuan produksi dalam negeri, volume dan pangsa impor jagung terus meningkat, mengingat laju peningkatan kebutuhan lebih cepat dari laju peningkatan produksi.Harga jagung di tingkat produsen dalam periode 1990-2003 rata-rata Rp 925/kg dan cenderung meningkat 15,5%/tahun.Tabel 10. Perkembangan ekspor, impor dan kebutuhan jagung indonesia, tahun

Pada periode yang sama, harga jagung di tingkat konsumen domestik rata-rata Rp.1.171/kg dan meningkat 12,5%/tahun. Harga jagung yang diterima petani 79% dari harga di tingkat konsumen, sehingga margin pemasaran (biaya dan keuntungan pelaku pasar) adalah 21% (Rp 246/kg). Harga jagung domestik di tingkat produsen maupun konsumen selama periode 1990-2003 ternyata lebih tinggi, masing-masing 1,36% dan 28,33% di atas harga dunia.Dalam bentuk dollar Amerika Serikat, harga jagung dunia selama periode 1990-2003 menurun 4,61%/tahun, sebaliknya dalam bentuk rupiah meningkat 12,80%/tahun. Hal ini disebabkan oleh gejolak depresiasi (melemahnya) rupiah terhadap dollar lebih tajam dari penurunan harga jagung dunia dalam bentuk dollar. Dalam situasi seperti ini, impor jagung memberikan insentif yang lebih menarik bagi importir.Tabel 11. Perkembangan harga jagung di tingkat produsen, konsumen, dan pasar dunia, tahun 1995-2003.

Sejak Pelita I, instrumen kebijakan pemerintah dalam perdagangan komoditas pertanian terus berkembang dan berdampak terhadap ekonomi berbagai komoditas. Untuk jagung, instrumen kebijakan pemerintah yang menonjol adalah kebijakan harga dasar, stabilisasi harga dalam negeri, dan perdagangan. Kebijakan harga dasar jagung dimaksudkan untuk melindungi petani dari penurunan harga yang berlebihan terutama pada musim panen.Kebijakan harga dasar jagung dimulai pada tahun 1977/78, jauh setelah pemerintah menetapkan kebijakan harga dasar gabah/beras yang dimulai sejak 1969. Penetapan harga dasar dipandang penting karena produksi jagung saat itu cenderung meningkat dan ekspor cukup prospekti.

Untuk menstabilkan harga jagung dalam negeri, mulai tahun 1977/78 pemerintah memberikan mandat kepada Bulog untuk melakukan pengadaan jagung yang bersumber dari petani dan impor. Jagung terebut disalurkan ke pasar dalam negeri dan ekspor. Sebelum tahun 1988, perdagangan jagung antar propinsi dan antar pulau dikendalikan sepenuhnya oleh Bulog untuk menyeimbangkan permintaan dan pasokan.

Dalam perkembangannya, kebijakan harga dasar jagung dinilai tidak efektif dan kemudian dicabut pada tahun 1990, karena harga di tingkat petani berada di atas harga dasar. Tataniaga jagung dibebaskan sehingga harga jagung ditentukan oleh mekanisme pasar. Sejak saat itu, Bulog tidak lagi melakukan intervensi dalam pemasaran jagungdengan pertimbangan: (1) intervensi memerlukan biaya besar, (2) kompetisi antarpedagang Kebijakan lain untuk komoditas jagung adalah pengenaan tarif impor dengan tujuan untuk melindungi petani jagung dalam negeri. Selama tahun 1974-79, tarif impor jagung adalah 5%, kemudianakan menciptakan keuntungan bagi petani, dan (3) permintaan jagung cukup tinggi sepanjang tahun.

Kebijakan lain untuk komoditas jagung adalah pengenaan tarif impor dengan tujuan untuk melindungi petani jagung dalam negeri. Selama tahun 1974-79, tarif impor jagung adalah 5%, kemudian meningkat menjadi 10% selama tahun 1980-93. Tarif impor kembali diturunkan menjadi 5% pada tahun 1994 dan sejak 1995 ditiadakan. Meskipun pengenaan tarif dan bentuk-bentuk proteksi lainnya dapat mempengaruhi kesejahteraan petani produsen, semua bentuk proteksi hanya merupakan upaya sementara sebelum sistem produksi jagung nasional mampu bersaing.7.3 Pohon Industri JagungSebagai bahan pangan yang mengandung 70% pati, 10% protein, dan 5% lemak, jagung mempunyai potensi besar untuk di- kembangkan menjadi beragam macam produk.

DAFTAR PUSTAKAArifin, Anwar,Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Alvin Goldberg dan Carl Larson . 2006. Komunikasi Kelompok. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.Jalaludin Rakhmat, 2005, PsikologiPT Remaja Rosdakarya,Bandung

Ludlow, Ron & Panton, Fergus,Komunikasi Efektif. PenerbitAndi,Yogyakarta.

Onong Uchyana Effendy, 1995, Ilmu Komunikasi (teori dan praktek), Penerbit PT Remaja, BandungPurwanto, Djoko,Komunikasi Bisnis. Penerbit Erlangga,Jakarta

Tarya D. Sugarda, Sudarmanto & Samedi Sumintaredja, Penyuluhan Pertanian, 2001, Yayasan Pengembangan SinarTani

Van den Ban & Hawkins, Penyuluhan Pertanian, 2009, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

78